• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Interior Kindergarten dengan Konsep Religius Wonderland berdasarkan Psikologi dan Pola Pikir pada Anak Usia Dini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Desain Interior Kindergarten dengan Konsep Religius Wonderland berdasarkan Psikologi dan Pola Pikir pada Anak Usia Dini"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita. Pendidikan secara umum merupakan suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri. Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan bangsa, oleh karena itu sebaiknya pendidikan mulai ditanamkan sejak usia dini. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini ini merupakan hasil pemikiran dari analisa para pakar mengenai kinerja otak manusia. Berdasarkan hasil penelitian, perkembangan sel-sel otak anak dialami pada usia tiga tahun. Sebab pada masa itu, anak usia dini memiliki keaktifan dalam melakukan suatu hal.

Desain interior dengan konsep Religius Wonderland ini dapat memberikan solusi terhadap Pendidikan Anak Usia Dini. Khususnya lembaga pendidikan anak yang membutuhkan desain ruang yang dapat menunjang Psikologi dan Pola pikir anak sebagai salah satu sekolah islam. Melalui pendekatan desain, dirancang sebuah sekolah dan interiornya dengan elemen estetis yang memiliki karakter wonderland dan masih berhubungan dengan nuansa islami, sehingga sekolah tersebut dapat mendukung visi dan misi yayasan itu sendiri.

Desain yang dibuat merupakan ide baru yang memadu padankan unsur religius dengan Wonderland. Dengan mengaplikasikan bentukan Religius pada interior ruangan serta mengkolaborasikannya dengan warna-warna ceria yang ada pada wonderland, akan didapatkan ide kreatif yang dapat mendukung psikologi dan pola pikir anak usia dini.

Kata Kunci: pendidikan, usia dini, perkembangan psikologi

I. PENDAHULUAN

i era yang modern ini banyak sekali orang tua yang mengabaikan pentingnya menanamkan sifat positif pada diri anak. Banyak juga orang tua yang tidak mengindahkan kebiasaan dan kecenderungan tertentu pada diri anak yang usianya masih dini. Hal tersebutlah yang nantinya akan mengakibatkan terbentuknya kecenderungan yang negatif. Hal penting seperti ini seharusnya menjadi perhatian bagi tiap orang tua. Sebab anak merupakan harapan di masa mendatang. Kesuksesan anak di masa yang akan datang merupakan suatu kebanggan bagi orang tua. Kesuksesan tersebut tidak akan tercapai jika tidak ditunjang dengan pendidikan yang baik.

Seiring dengan tumbuhnya kepedulian orang tua akan pendidikan anaknya, dewasa ini sudah mulai banyak ditemukan lembaga pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia lima sampai enam tahun. Pembinaan dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Dengan didirikannya kindergarten dewasa ini dihimbau pada seluruh masyarakat untuk mulai mengenalkan pendidikan pada anak usia dini. Pendidikan tersebut tidak hanya berupa pendidikan eksakta saja, namun juga non eksakta. Tata cara bertingkah laku dan bertutur kata juga diajarkan untuk mengarahkan anak pada karakter yang positif.

Untuk menunjang visi dan misi lembaga pendidikan usia dini tersebut maka pengaplikasian desain pada interior ruangan anak memiliki peranan yang penting. Penataan ruang yang kurang menunjang akan sangat berpengaruh pada kreatifitas, imajinasi dan ruang gerak anak. Sehingga belum tercermin nilai-nilai yang terdapat pada lembaga itu sendiri.

Deri penjelasan di atas maka dapat diperoleh kesimpulan untuk mendesain interior kindergarten dengan konsep religius wonderland berdasarkan psikologi dan pola pikir pada pendidikan anak usia dini.

II. URAIAN PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan cara primer dan sekunder. Untuk data primer dilakukan dengan melakukan survei lokasi objek penelitian sebuah lembaga pendidikan anak usia dini. Survei dilakukan untuk mengetahui keadaan awal dari bangunan tersebut beserta lingkungan sekitar dan per-masalahan apa yang timbul tentu saja berkaitan dengan interior bangunan serta aspek-aspek penunjang interior lainnya seperti masalah kenyamanan, fasilitas, suasana, pengaruh rangsangan dan lain sebagainya.

A. Tahap Identifikasi Obyek

Tahap ini adalah tahap untuk menentukan latar belakang, judul, dan definisi judul. Pada tahap ini akan diuraikan dasar

Desain Interior Kindergarten dengan Konsep Religius

Wonderland berdasarkan Psikologi dan Pola Pikir pada Anak

Usia Dini

Ratna Andriani Nastiti dan Nanik Rachmaniyah

Jurusan Desain Interior, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail: nanik@interior.its.ac.id

(2)

dasar pemikiran dan landasan yang menjadi alasan untuk melakukan penelitian tentang kindergarten.

B. Tahap Identifikasi Masalah

Tahapan ini dilakukan untuk menemukan permasalahan agar dapat mencapai tujuan guna mendapatkan manfaat dari desain interior kindergarten yang sesuai kebutuhan.

C. Pengumpulan Data

Setelah melakukan tahapan identifikasi objek dan identifikasi masalah, dapat diketahui rumusan masalah yang ada sehingga diketahui pula data-data yang diperlukan pada perancangan Kindergarten. Pada tahap pengumpulan data, data primer yang dikumpulkan dibagi menjadi dua jenis yaitu observasi lapangan, dan survey dan wawancara:

a) Observasi Lapangan

Observasi lapangan dilakukan pada kindergarten.

Observasi ini meliputi keadaan awal eksisting kindergarten, letak lingkungan yang berdekatan dengan obyek, berapa banyak jumlah kelas yang ada, berapa banyak jumlah murid, kegiatan yang berlangsung selama proses belajar mengajar dan sebagainya yang sifatnya berasal dari dalam obyek itu sendiri. b) Survey dan Wawancara

Survey dan wawancara dilakukan secara langsung pada pihak yang berhubungan dengan obyek penelitian. Pihak-pihak tersebut meliputi kepala yayasan, kepala sekolah, guru, dan wali murid. Survey tersebut berupa opini pribadi mengenai obyek yang dilakukan dengan pengisisan kuesioner. Selain itu wawancara juga meliputi harapan-harapan apa saja yang diinginkan untuk mendukung obyek.

Sementara untuk data sekunder yaitu meliputi studi Literatur c) Studi Literatur

Dilakukan dengan menghimpun data yang masih relevan dengan kebutuhan data yang dapat menunjang penelitian. Pencarian dapat dilakukan dari jurnal, laporan penelitian, internet, majalah. Penelitian yang dilakukan meliputi pengumpulan data mengenai perkembangan psikologi pada anak, pengaruh warna, bentuk dan tekstur pada kreativitas anak dan sebagainya. Selain itu, studi literatur juga meliputi korelasi antasa religius dan wonderland.

III. KONSEP DESAIN A. Objek Desain

Objek desain interior merupakan sebuah ( kindergarten) lembaga pendidikan anak usia dini yang menanamkan rukun islam yang bersifat universal dengan memperkuat budaya lokal yang beretika dan berwawasan lingkungan.

B. Konsep Awal

Desain awal diambil dari hubungan antara latar belakang dan masalah yang ada pada obyek sehingga dapat ditarik kesimpulan untuk mendesain sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan nilai agama dan memiliki wadah yang luas untuk berkreatifitas dan berimajinasi bagi muridnya.

C. Konsep Desain

Secara keseluruhan konsep yang diterapkan pada desain interior kindergarten adalah menciptakan desain interior dengan konsep Religius Wonerland yang dihubungkan dengan psikologi dan pola pikir pada pendidikan anak usia dini itu sendiri.

Konsep Religius dan Wonderland dipadupadankan sehingga menghasilkan ide baru yang dapat memenuhi kebutuhan desain. Konsep Religius yang akan diaplikasikan pada interior ruangan menggunakan bentukan yang terdapat pada bangunan Islam. Sementara untuk Wonderland itu sendiri diambil dari dongeng Alice in Wonderland. Dengan mengaplikasikan warna yang ada pada tiap karakter Alice in Wonderland, interior ruang didesain untuk meningkatkan kreatifitas dan imajinasi anak usia dini. D. Aplikasi Konsep Desain

1) Konsep Religius

-konsep bentuk: bentukan yang diaplikasikan pada desain Interior merupakan bentukan-bentukan yang terdapat pada bangunan-bangunan Islam. Seprti misalnya bentukan kubah masjid dan ornamen simetris yang diulang-ulang.

Gambar. 1. Bentukan kubah pada arsitektur bangunan Islam. Bentukan kubah tersebut memiliki detil yang simetris dan diulang-ulang.

-konsep warna: warna yang identik dengan Islam adalah warna hijau. Sebab warna tersebut merupakan warna kesukaan Rasul.

Gambar. 2. Detil macam-macam turunan warna hijau yang merupakan warna yang identik dengan warna-warna Islam.

-konsep pencahayaan: mengaplikasikan warna cahaya yang cerah (putih, kuning) untuk memberikan kesan bersih, rapi dan segar pada ruangan sehingga dapat memberikan rasa nyaman pada proses belajar mengajar.

(3)

Gambar. 3. Ruangan yang menggunakan pencahayaan buatan. Pencahayaan tersebut dapat memberikan kesan bersih dan segar.

2) Konsep Wonderland

-konsep bentuk: wonderland identik dengan penggunaan bentuk-bentuk lengkung yang halus dan inspiratif. Mengguanakan proporsi yang berbeda namun tetap tidak menyalahi aturan Islam.

Gambar. 4. Interior ruangan yang mengaplikasikan bentukan lengkung dan ruangan dengan paintwall decoration.

-konsep warna: diaplikasikan warna-warna pada tiap karakter tokoh Alice in Wonderland, seingga anak akan mudah terangsang untuk lebih kreatif dan imajinatif. Warna-warna yang akan digunakan tersebut tentunya akan dipadu padankan dengan nilai-nilai Islam dan pengaruhnya pada Psikologi dan Pola pikir pada anak usia dini. Tiap warna yang diaplikasikan dicari korelasinya dengan fungsi dan kegunaan dari warna itu sendiri.

Gambar. 5. Palet warna yang akan digunakan pada tiap interior ruangan. Palet warna didapat dari warna dari tiap karakter tokoh Alice in Wonderland

IV. HASIL DESAIN A. Ruang Terpilih – Area Drama

Area drama mengaplikasikan karakter Alice pada interior ruang. Pengaplikasian tersebut meliputi warna yang ada pada karakter tokoh Alice. Dalam cerita Alice in Wonderand dikisahkan Alice sebagai anak yang berani dan penuh dengan rasa ingin tau. Dalam cerita Alice in Wonderland, rasa ingin tahunya lah yang membawa Alice menuju dunia yang disebut Wonderland.

Gambar 6. Tokoh Alice dalam cerita Alice in Wonderland dan warna karakter

Gambar. 7. Hasil desain ruang drama (view 1)

Gambar. 8. Hasil desain ruang drama (view 2)

Desain interior area drama menggunakan panggung drama yang berbentuk setengah lingkaran yang menonjol serta memiliki motif kotak-kotak seperti pada Wonderland.

(4)

Pengaplikasian motif itu sendiri dikomparasikan dengan nilai Religius, sehingga didapatkan hasil pengaplikasian warna yang awal mulanya menggunakan hitam dan putih menjadi hijau tua dan hiijau muda.

Bentukan Islami pada area drama dapat dilihat dari bentukan kubah yang diaplikasikan pada bagian dinding pembingkai panggung. Dengan menggunakan bentukan kubah yang lebih disederhanakan, interior ruangan didukung dengan penggunaan warna yang sesuai dengan kebutuhan aktifitas ruangan itu sendiri.

B. Ruang Terpilih – Area Bercerita

Area bercerita mengaplikasikan karakter Ratu Merah pada interior ruangan. Pengaplikasian karakter tersebut meliputi penggunaan warna yang ada pada tokoh Ratu Merah dalam cerita Alice in Wonderland. Dikisahkan dalam cerita, Ratu Merah merupakan ratu yang menguasai salah satu Istana termegah di Wonderland. Ia sangat menyukai warna merah dan memiliki banyak prajurit.

Gambar 9. Tokoh ratu merah dan karakter warna pada tokoh

Gambar. 10. Hasil desain area bercerita (view 1)

Gambar. 11. Hasil desain area bercerita (view 2)

Area bercerita mengaplikasikan konsep Ratu Merah pada interior ruangan. Hal ini diwujudkan dengan penggunaan konsep “teras depan kastil Wonderland” pada interior ruangan. Agar tetap bersinggungan dengan konsep Islami, bentukan yang digunakan menggunakan bentukan Islami, sehingga pengaplikasian Kastil Wonderland lebih terlihat Religius Islam. Selain itu untuk menunjang Inspirasi dan Imajinasi anak dalam kelas bercerita, diaplikasikan juga pohon sintetis untuk menghadirkan kesan Wonderland yang menyenangkan.

Pengaplikasian tersebut didapat dari penggunaan downceiling yang dipadukan dengan fiber sebagai batang pohonnya. Dalam kelas bercerita ini juga mengaplikasikan susunan lantai dan penggunaan rumput sintetis. Untuk storage buku, didesain build in dan menyatu dengan desain Kastil Woonderlan, untuk mendukung kemauan aktif bertindak dan membaca pada anak usia dini. Dengan ruang ini, diharapkan anak dapat lebih imajinatif dan kreatif.

C. Ruang Terpilih – Area Belajar dan Praktikum

Area beajar mengajar didesain dengan mengaplikasikan karakter “Pembuat Topi” pada dongeng Alice in Wonderland. Pengaplikasiannya dapat dilihat dari penggunaan warna yang identik dengan tokoh itu sendiri. Karakter Pembuat Topi dalam cerita Alice in Wonderland merupakan seorang pembuat topi yang riang dan suka berpuisi. Keahlian yang dimilikinya adalam membuat topi. Ia bekerja membuat topi untuk sang ratu dan rakyat wonderland.

(5)

Gambar. 13. Hasil desain area belajar

Pengaplikasiannya dapat dilihat dari penggunaan warna yang identik dengan tokoh itu sendiri. Desain interior untuk ruang belajar tidak terlalu rumit, dikarenakan kebutuhan konsentrasi anak difokuskan pada proses belajar mengajar itu sendiri. Sehingga didapatkan desain ruang yang sederhana, namun tetap memberikan nuansa Wonderland yang Religius.

Desain Interior tersebut didukung dengan menghadirkan meja berbentuk jamur yang ada pada bagian tengah ruangan. Ide ini didapatkan dari imajinasi mengenai Wonderland yang memiliki karakter perbedaan proporsi. Dengan desain ini diharapkan murid dapat mengikuti proses belajar yang kondusif.

D. Ruang Terpilih – Area Praktikum

Area praktikum mengaplikasikan tokon kelinci pada dongeng Alice in Wonderland. Pengaplikasian tersebut diambil dari pengguanaan warna yang identik dengan karakter tersebut. Dalam cerita Alice in Wonderland dikisahkan kelinci merupakan tokoh yang membawa jam kemanapun berada. Dialah yang menjadi pengingat waktu untuk kegiatan yang dilakukan oleh Alice di wonderland.

Gambar 14. Tokoh kelinci pada Alice in Wonderland dan karakter warna tokoh

Gambar. 15. Hasil desain area praktikum

Area praktikum mengaplikasikan tokon kelinci pada dongeng Alice in Wonderland. Pengaplikasian tersebut diambil dari pengguanaan warna yang identik dengan karakter tersebut. Untuk desain furniture pengisi ruang pada area praktikum didesain sesederhana mungkin dan memudahkan dalam penggunaannya. Hal ini berkaitan dengan aktifitas yang dilakukan pada ruangan.

Bentukan jamur tetap diaplikasikan sebagai meja praktikum besar yang berada di tengah ruangan. Sementara kursi praktikum merupakan pengaplikasian dari kursi kerajaan yang ada pada Wonderland. Untuk menghasilkan ide baru warna kursi menggunakan warna biru navy dan turquois yang identik dengan warna-warna Islami.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang diperoleh dari alternatif konsep yang sebaiknya digunakan dapat dijabarkan sebagai berikut:

- Pengalokasian area lantai dasar pada lantai 2 dan sebaliknya agar dapat menanamkan pesan menghargai dan menghormati orang yang lebih tua.

- Pengelompokan kelas kegiatan ekstrakurikuler yang meliputi kelas minat dan bakat, kelas kerohanian, kelas pidato dan kelas etika tingkah laku.

- Memberikan alternatif konsep desain Alice in Wonderland sebagai alternatif kebutuhan konsep pada ruangan.

- Pengaplikasian warna yang segar dan ceria pada interior ruangan dapat mempengaruhi semangat dan kreatifitas anak.

- Penggunaan bentukan yang berkesinambungan dan selaras pada interior ruangan dapat memberikan kesan nyaman.

- Pengaplikasian element interior dari tokoh-tokoh yang ada pada Negeri Dongeng mempengaruhi daya berimajinasi dan merangsang kreatifitas anak usia dini.

- Penggunaan furniture yang sederhana dapat memberikan rasa aman dan memberi area gerak yang bebas pada aktifitas anak

Saran untuk penelitian

Untuk pengembangan teori dan kajian mengenai desain interior lembaga pendidikan anak usia dini, maka diberikan saran sebagai berikut:

(6)

Saran untuk Penelitian Berikutnya

- Dapat dilakukan penelitian yang sama mengenai dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap kreatifitas dan imajinasi pada anak usia dini. Hal tersebut tentunya berhubungan dengan kebutuhan desain interior pada tiap ruang untuk mendukung pendidikan anak usia dini.

- Dapat dilakukan analisa tentang hubungan pentingnya penanaman nilai-nilai agama terhadap pembentukan karakter pada anak usia dini.

- Dapat dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai pengaruh suara dan alunan musik klasik terhadap perkembangan anak.

Saran bagi Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini:

- Untuk mengimplementasikan alternatif konsep yang ditinjau dari segi perkembangan psikologi dan pola pikir anak pada Desain Interior Kindergarten agar dapat menanamkan rukum islam yang bersifat universal dengan memperkuat budaya lokal yang beretika dan berwawasan lingkungan.

- Untuk mengoptimalkan fasilitas yang menunjang pembentukan karakter dan minat bakat pada area kelasnya agar dapat mendukung pembentukan karakter anak sejak awal.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu & Uhbiyati Nur.ilmu pendidikan.Rumka cipta. 2002 jakarta.cet.2

Darajat Zakiah. ilmu pendidikan Islam.Bumi aksara Jakarta & Depag 2000

Gunarsa, S.D. 1985. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Kartono, K. 1985. Teori Kepribadian. Bandung : Alumni. _________. 1992. Bimbingan Bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah. Jakarta : Rajawali Press.

Kasijan. 1987. Psikologi Pendidikan I. Surabaya : PT. Bina Ilmu.

Pasaribu dan Simanjuntak. 1988. Psikologi Perkembangan. Bandung : Transito.

Purwanto, N. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya

Alice in Wonderlnad ( film ) 2010

http://id.wikipedia.org/wiki/Alice_in_Wonderland_%28film_20 10%29

Arsitektur Islam

http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Islam

Exploring Islamic Interior Design

http://homesynchronize.com/2012/04/18/exploring-islamic-design/

islamic Home Design Photos

Gambar

Gambar 6. Tokoh Alice dalam cerita Alice in Wonderland dan warna karakter
Gambar 9. Tokoh ratu merah dan karakter warna pada tokoh
Gambar 14. Tokoh kelinci pada Alice in Wonderland dan karakter warna tokoh

Referensi

Dokumen terkait

Peirce biasanya dipandang dianggap sebagai pendiri tradisi semiotika Amerika menjelaskan modelnya secara sederhana yaitu tanda sebagai sesuatu yang dikaitkan kepada

Pada penelitian ini diamati bagaimana proses penyelenggaraan makanan mulai dari pembelian atau pemilihan bahan makanan, penyimpanan, pengolahan, penyajian dan higiene sanitasi, yang

Dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan iklim ilmiah di perguruan tinggi di Indonesia, paham disrupsi menjadi pencerahan yang menyingkap dua fenomen yang

Bab II akan membahas mengenai pemaknaan AXIS Jakarta International Java Jazz Festival 2010 dari segi produksi, yaitu bagaimana awal mula acara musik ini diadakan, tujuan tim

Seperti pada perusahaan saat ini, teknologi sistem informasi merupakan suatu bagian yang sangat dibutuhkan untuk mendukung kinerja perusahaan agar lebih baik

Pada menu utama, terdapat 3 submenu yang dapat dipilih pengguna untuk digunakan yaitu: Belajar, Latihan, Video Tutorial lalu juga ada tabmenu yaitu Tentang

PADAMU NEGERI (singkatan dari Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan Negara Kesatuan Republik Indonesia) merupakan Layanan Sistem Informasi Terpadu Online yang

Secara khusus, Slavin menyebutkan kelebihan model pembelajaran learning together yaitu: a) learning together amat penting untuk meningkatkan keterampilan siswa