• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MEDIA VIRTUAL PHET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA SMAN 4 BANDA ACEH. Oleh Thamrin K 1)*), Cut Melani 2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MEDIA VIRTUAL PHET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA SMAN 4 BANDA ACEH. Oleh Thamrin K 1)*), Cut Melani 2)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Thamrin K, Cut Melani, “Penerapan Media Virtual Phet Untuk Meningkatkan Hasil...| 33

PENERAPAN MEDIA VIRTUAL PHET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA SMAN 4 BANDA ACEH

Oleh

Thamrin K1)*), Cut Melani2)

1)Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah 2)MTsn Model Banda Aceh

e-mail:*)thamrinkamaruddin@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini adalah penelitian tindakan (PTK) untuk melihat efek penerapan media laboratorium Virtual PhET terhadap hasil belajar siswa, aktivitas pembelajaran, ketrampilan guru dan respon siswa dalam pembelajaran materi fisika Teori Kinetik Gas. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan deskriptif dengan subjek penelitian siswa kelas XI-IA5 SMAN 4 Banda Aceh tahun 2014/2015 yang berjumlah 32 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus dengan instrumen pengumpulan data penelitian terdiri dari lembar observasi, tes dan angket. Dan dan analisis pengolahan data menggunakan analisis persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar baik secara individual maupun klasikal, yaitu ketuntasan individual dari 75%, pada siklus 1 meningkat menjadi 97% pada siklus III, demikian juga ketuntasa klasikal yaitu 84% pada siklus I meningkat menjadi 97% pada siklus III. Aktivitas guru dan siswa mengalami peningkatan dari 62% pada siklus I meningkat menjadi 100% pada siklus ke III. Demikian juga terjadi peningkatan ketrampilan guru mengelola pembelajaran, dari katagori kurang baik pada siklus pertama menjadi sangat baik pada siklus ke III. Hasil analisis respon siswa juga sangat positif.

Kata Kunci: Media pembelajaran, Laboratorium Virtual PhET, hasil belajar

Abstract

The research is PTK to see the effects of the application of Virtual Laboratory PhET media against the results of student learning, aktivity learning, skills teacher and student response in learning the material physics kinetic theory of gases. The approach used in the study is a descriptive approach to the subject of research students of Class XI-IA5 SMAN 4 Banda Aceh by 2014/2015, which totaled 32 siswa. This research was conducted in three cycles with research data collection instrument consists of sheets of observation, tests and question form. And the processing and analysis of data using analysis of percentage. The results showed that an increase in ketuntasan the results of the study both individually as well as classical, i.e. 75% of the individual ketuntasan, on cycle 1 was increased to 97% in cycle III, likewise ketuntasa classical i.e. 84% in cycle I increased to 97% in cycle III. The activity of the teachers and students has increased from 62% in cycle I was increased to 100% in cycle to III. Likewise, an increase in skills of managing learning teacher, from katagory less well on first cycle be excellent to cycle III. Student response analysis results is also very positive.

Keywords: Learning Media, Laboratory Virtual PhET, learning outcomes

PENDAHULUAN

Salah satu masalah yang masih menghambat peningkatan mutu pendidikan pada umumnya adalah dikarenakan lemahnya proses pembelajaran yang

dilakukan di sekolah. Proses pembelajaran akan berjalan efektif apabila ditunjang oleh sarana dan sumber belajar yang memadai serta adanya upaya-upaya kreatif guru dalam melaksanakan pembelajaran. Guru

(5)

34 |Jurnal Fisika Edukasi (JFE) Vol.3 No.2 Oktober 2016 yang kreatif akan selalu berusaha membuat proses pembelajaran menarik dan menyenangkan. Salah satu bentuk kreativitas guru adalah kemampuannya menerapkan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Melakukan cara-cara yang inovatif untuk dapat memberdayakan media pembelajaran dan alat-alat praktikum yang kelayakan dan ketersediaannya sangat terbatas. Minimnya sarana laboratorium pada jenjang sekolah menengah umumnya menjadi salah satu

faktor yang menghambat proses

pembelajaran terutama untuk kegiatan praktikum. Tidak terkecuali, keterbatasan tersebut juga dialami sekolah yang menjadi tempat penelitian. Alat-alat praktikum yang diperlukan sangat tidak memadai baik dari segi jumlah maupun kelayakannya. Padahal kegiatan praktikum adalah tuntutan dari kurikulum yang harus dilaksanakan guna menciptakan pembelajaran yang bermakna, khususnya dalam proses pembelajaran fisika di sekolah. Informasi awal yang dikumpulkan dari guru mata pelajaran fisika, diketahui bahwa pembelajaran fisika yang berhubungan dengan praktikum cendrung tidak terlaksana, bahkan jarang dilakukan karena berbagai kendala dan penyebabnya. Hal itu diduga menjadi salah satu penyebab daya serap siswa terhadap pelajaran fisika tergolong masih rendah. Sebagian besar siswa masih beranggapan bahwa pelajaran fisika itu sulit dan membosankan. Umumnya kecendrungan yang terjadi di sekolah adalah proses pembelajaran di kelas lebih diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal, otak siswa mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami informasi yang diingatnya itu untuk dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2008:1). Hal senada juga dikemukan oleh Riyanto (2010:159),

bahwa “Pembelajaran yang berorientasi

pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi ternyata gagal untuk membekali siswa memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang”. Dalam

pembelajaran fisika, pemahaman yang lebih sesuai dan bermakna jika lingkungan belajar diciptakan alamiah, dimana siswa dapat mengalami langsung apa yang sedang dipelajarinya.

Menyadari kendala dan keterbatasan sumber belajar fisika yang tersedia di sekolah sebagai mana tersebut di atas, maka salah satu solusi yang dapat dilakukan agar pembelajaran lebih bermakna adalah melakukan praktikum dengan cara virtual laboratorium. Kegiatan raktikum secara virtual merupakan bentuk kegiatan laboratorium dimana aktivitasnya dilakukan secara simulasi pada layar komputer. Laboratorium virtual dimaksudkan sebagai

rangkaian alat-alat kelengkapan

laboratorium berupa perangkat lunak (software) berbasis multimedia interaktif, yang dioperasikan dengan bantuan computer. Media pembelajaran ini merupakan salah satu media yang sangat menarik dan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, karena itu perlu dikembangkan cara-cara mengajar yang baru, diantaranya adalah cara-cara mengajar berbasis electron (Roestiyah, 2008:153). Kegiatan praktikum dengan model simulasi komputer dapat menciptakan suasana seakan-akan pengguna atau siswa

praktikum sedang berada dalam

laboratorium yang sebenarnya, sehingga siswa dapat melatih diri berpikir sesuai tahapan dan prosedur ilmiah, membuat perlakuan-perlakukan, merubah variabel, melihat gejala dan fakta untuk lebih memahami konsep dan pengetahuan yang dipelajari.

Penggunaan laboratorium virtual dapat membantu siswa memecahkan masalah secara lebih praktis, tanpa harus khawatir terjadi kerusakan dan kesalahan yang dapat membahayakan diri sendiri karena kecerobohan atau salah ketika merangkai alat-alat praktikum. Pada praktikum secara virtual, siswa hanya perlu mengoperasikan prangkat dan melakukan simulasi komputer sesuai dengan prosedur percobaan. Berbeda dengan praktikum yang menggunakan alat sebenarnya, siswa

(6)

Thamrin K, Cut Melani, “Penerapan Media Virtual Phet Untuk Meningkatkan Hasil...| 35

dituntut memiliki keahlian dan ketrampilan awal yang cukup untuk mengenali fungsi

dan komponen sebelum memasang

rangkaian percobaan. Selain itu laboratorium virtual lebih menarik perhatian siswa ketika melakukan praktikum, siswa lebih aktif dan lebih fokus mempelajari materi yang ajarkan.

Salah satu bentuk media virtual yang dapat digunakan untuk pembelajaran berbentuk kegiatan praktikum adalah media

laboratorium virtual produksi PhET

Colorado. Dalam terapannya media PhET

menyediakan program simulasi yang bersifat teori dan eksprimen yang mampu melibatkan pengguna secara aktif. Program simulasi PhET dapat menampilkan animasi yang sesuai dengan karakteristik bahan ajar fisika yang bersifat abstrak seperti membuat simulasi tentang atom, electron, foton dan medan magnet. Dengan demikian selain dapat membangun konsep pengetahuan, media laboratorium Virtual PhET juga dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses pada pembelajaran sains.

Beberapa peneliti menyatakan, media laboratorium virtual PhET sebagai media pembelajaran fisika sesuai untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan pengembangan prangkat belajar berbasis media laboratorium Virtual PhET, peneliti Rochman & Madlazim (2013) menjelaskan bahwa media ini layak digunakan untuk pembelajaran fisika karena teruji menunjukkan hasil belajar yang lebih baik. Afifah (2014) juga membuktikan dalam penelitiannya bahwa simulasi PhET sangat efektif untuk membantu siswa membangun pemahaman dan intuisi tentang fenomena yang bersifat abstrak.

Berdasarkan latar belakang masalah dan rujukan penelitian yang menjelaskan kelayakan aplikasi media laboratorium

Virtual PhET dalam meningkatkan hasil

belajar fisika, peneliti tertarik melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan tujuan sebagai berikut: Untuk mengetahui, apakah pembelajaran fisika dengan penerapan media Laboratorium Virtual

PhET dapat meningkatkan hasil belajar

siswa, bagaimana aktivitas guru dan siswa

selama pembelajaran, bagaimana

ketrampilan guru mengelola pembelajaran dan bagaimana respon siswa mengikuti pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian tindakan atau Classroom

Action Research. Penelitian tindakan kelas

adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelas nya dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran (Zainal 2009:19). Pelaksanaan penelitian bersifat kolaboratif artinya ada guru peneliti sebagai pelaku tindakan yang melakukan pembelajaran di kelas, diamati kinerjanya oleh rekan sejawat yang berperan sebagai guru pengamat. Kemudian hasil pengamatan itu digunakan untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan direncanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 kegiatan yaitu tahap perencanaan, tindakan, pengamatan dan tahap refleksi.

1. Perencanaan

Dalam perencanaan tugas guru meliputi kegiatan menyusun perangkat pembelajaran yaitu RPP sesuai dengan penerapan media laboratorium Virtual PhET dan menyusun materi ajar sesuai

tujuan pembelajaran, kemudian menyiapkan semua perangkat multi media yang digunakan siswa mengikuti pembelajaran. Guru menyusun soal-soal tes dalam bentuk esay da objektif. Menyiapkan lembar observasi, baik observasi untuk mengamati aktivitas guru dan siswa maupun lembar observasi untuk mengamati ketrampilan guru mengelola pembelajaran dan selanjutnya guru menyusun daftar angket untuk mengetahui respon siswa. Sebagai catatan, sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, guru peneliti yang berkolaborasi dengan pengamat harus memeriksa dan memastikan semua prangkat pembelajaran yang berkaitan dengan multi

(7)

36 |Jurnal Fisika Edukasi (JFE) Vol.3 No.2 Oktober 2016 media, koneksi dan instalasi Virtual PhET pada semua komputer siap digunakan sesuai dengan prosedur kerja yang direncanakan.

2. Tindakan

Pelaksanaan tindakan meliputi kegiatan yang sesuai dengan rencana pembelajaran. Guru memberi penjelasan singkat tentang materi dan membagikan lembaran kerja (LKS) yang diikuti dengan memberi intruksi-intruksi seperlunya

tentang cara penggunaan media

pembelajaran Virtual PhET dan

menjelaskan tahapan kerja yang harus dilakukan. Selama pembelajaran berlansung guru peneliti mengawasi kegiatan dan membimbing siswa jika mereka ada yang mengalami kesulitan dalam menggunakan prangkat. Guru juga memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang di ajukan siswa, berkaitan dengan pemahaman konsep materi yang dipelajari. Pada akhir kegiatan, guru bersama dengan siswa melakukan penguatan terhadap konsep pengetahuan, kemudian membuat

kesimpulan. Selanjutnya, untuk

mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, guru melakukan evalusi dengan memberikan soal postes dan daftar angket untuk mengetahui respon siswa.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan pembelajaran. Guru peneliti menetapkan dua orang pengamat untuk mengamati jalannya aktivitas pembelajaran. Sebelum tindakan, guru peneliti berkolaborasi dengan pengamat mendiskusikan hal-hal penting yang menjadi fokus pengamatan. Poin-poin penting tersebut disusun kedalam lembar pengamatan dan pengamat dibekali penjelasan bagaimana menggunakan lembar pengamatan untuk mendata apakah aktivitas guru dan siswa berjalan dengan baik atau perlu perbaikan. Acuan aktivitas ini dinyatakan sudah baik antara lain ditinjau berdasarkan kesuaian alokasi waktu pembelajaran, keselarasan

aktivitas guru dengan siswa dan kesesuaian langkah (sintak) pembelajaran yang dilakukan guru, dibanding dengan perencanaan. Untuk menilai ketrampilan guru mengelola pembelajaran, dapat ditentukan menurut kesesuaian indikator ketrampilan yang dapat ditampilkan guru,

dibandingkan dengan apa yang

direncanakan. Agar pengamat dapat menjalankan tugasnya dengan mudah, lembar pengamatan dibuat secara praktis sehingga poin penilaian dapat ditandai dengan membubuhkan tanda ceklis pada kolom lembar pengamatan.

4. Refleksi

Setelah proses pembelajaran selesai, guru peneliti dan pengamat mengadakan refleksi. Kegiatan refleksi ini penting dilakukan guru dan pengamat secara berkolaborasi untuk mengkaji data hasil pengamatan, baik tentang capaian hasil belajar siswa, maupun tentang pelaksanaan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung, juga tentang ketrampilan guru mengelola pembelajaran. Melakukan kajian dan berdiskusi tentang kemajuan yang dicapai, mengidentifikasi penyebab hambatan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Kajian hasil refleksi ini sangat penting untuk membuat rencana tindak lanjut guna memperbaiki pembelajaran pada siklus belikutnya.

Teknik analisis data untuk mengetahui tingginya capaian hasil belajar siswa, dianalisis berdasarkan presentase ketuntasan belajar, baik ketuntasan secara individual dan maupun klasikal. Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individual) jika ≥ 75% soal dapat dijawab benar dan satu kelas dikatakan tuntas (ketuntasan klasikal), jika

≥ 85% siswa tuntas belajarnya

(Suryosubroto, 2002 : 77). Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, dianalis dari kenaikan persentase ketuntasan

pada masing-masing siklus.

Ketatalaksanaan aktivitas guru dan siswa, dianalisis menurut besarnya presentasi frekwensi aktivitas guru dan siswa yang dinyatakan telah sesuai, dibandingkan

(8)

Thamrin K, Cut Melani, “Penerapan Media Virtual Phet Untuk Meningkatkan Hasil...| 37

dengan jumlah aktivitas yang direncanakan dan peningkatannya di analisis menurut kenaikan presentasi itu pada tiap siklus. Penilaian kertampilan guru, dianalisis menurut angka rata-rata ketrampilan. Katagori penilaian adalah, (1,00–1,69) kurang baik, (1,70–2,59) cukup baik, (2,60– 3,50) baik dan (3,5–4,00) baik sekali. Untuk mengetahui peningkatan ketrampilan guru menglola pembelajaran dianalisis dari kenaikan angka rata-rata ketrampilan setiap siklus. Selanjutnya, respon siswa dianalisis menurut presentase frekwensi kecendrungan dari jawaban siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI-IA5, SMAN 4 Banda Aceh tahun ajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang dan yang menjadi objek penelitian adalah media laboratorium

Virtual Phet. Sesuai dengan rencana,

kegiatan penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Setelah perangkat penelitian, rencana dan tahapan kerja disiapkan, guru melaksanakan penelitian tindakan di kelas dan selama kegiatan, guru peneliti didampingi oleh dua orang teman sejawat sebagai pengamat.

1. Hasil tindakan siklus I

Kegiatan siklus I, dilaksanakan sesuai dengan tahapan yang direncanakan

untuk pembelajaran materi “ Teori Kinetik

Gas“ dengan penerapan media Laboratorium

Virtual PhET. Selama pembelajaran berlangsung dua orang pengamat mengambil posisi yang sesuai untuk melakukan pengamatan. Guru memulai kegiatan pendahuluan dan mengkondisikan siswa siap mengikuti pembelajaran. Menjelaskan dengan singkat garis besar materi dan mengarahkan siswa untuk dapat melakukan simulasi praktikum dengan bantuan media laboratorium Virtual PhET. Membagi LKS, prosedur kerja sesuai dengan materi, kemudian mendiskusikan hal-hal penting bersama kelompok. Dibawah pengawasan guru siswa melakukan simulasi sesuai LKS untuk memahami konsep dan teori, guru memberi bimbingan atau penjelasan

tambahan agar siswa memahami materi. Siswa mengolah data untuk menjawab sejumlah pertanyaan dalam LKS. Kemudian siswa diberi waktu menyampaikan hasil diskusi, merangkum dan menyimpulkan hasil simulasi serta mendengar tanggapan dari kelompok lain. Selanjutnya guru memberi penguatan untuk materi ajar yang kurang dipahami, membuat kesimpulan, dan dilanjutkan dengan memberi postes.

Berdasarkan data pengamatan siklus I, capaian hasil pembelajaran dengan penerapkan media Laboratorium Virtual

PhET, dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Hasil belajar siswa berdasarkan tingkat ketuntasan adalah, sebanyak 24 dari 32 orang siswa yang tuntas secara individual atau secara keseluruhan terdapat 75% siswa tuntas belajar dan secara klasikal terdapat 6 dari 10 butir soal yang belum tuntas atau terdapat sebanyak 60% dari jumlah soal yang sudak tuntas.

b. Hasil penilaian aktivitas guru dan siswa, ternyata terdapat 8 dari 13 aktivitas yang sudah dinyatakan sesuai atau sebanyak 62 % dari total aktivitas ysng direncanakan.

c. Penilaian keterampilan guru mengelola pembelajaran, ternyata perolehan skor rata-rata adalah 2,52 yang berarti ketrampilan guru berada pada dikatagori sedang.

Gambaran tentang hasil yang dicapai pada siklus I tampak belum mengembirakan, baik mengenai tingkat ketuntasan hasil belajar maupun pelaksanaan aktivitas guru dan siswa masih perlu perbaikan, kemudian ketrampilan guru mengelola pembelajaran juga masih rendah. Berdasarkan pengamatan penyebab rendahnya ketuntasan hasil belajar adalah, banyak siswa yang belum trampil menggunakan media laboratorium Virtual

PhET sehingga perlu penyempurnaan terhadap prosedur kerja LKS serta tambahan penjelasan, bimbingan guru guna meningkatkan ketrampilan simulasi praktikum. Hambatan diatas juga menjadi penyebab aktivitas guru dan siswa tidak

(9)

38 |Jurnal Fisika Edukasi (JFE) Vol.3 No.2 Oktober 2016 berjalan dengan baik, karena sulitnya menyesuaikan waktu dan urutan kegiatan. Penyebab ketrampilan guru yang masih tergolong rendah, karena banyak indikator-indikator yang direncanakan belum dapat ditampilkan garu. Tampilan indikator ketrampilan ini perlu diingatkan lagi untuk diperbaiki pada siklus berikutnya.

2. Hasil Tindakan siklus II

Pelaksanaan tindakan siklus II hampir sama dengan pelaksanaan siklus sebelumya. Kegiatan yang sudah berjalan dengan baik akan dilanjutkan seperti semula dan bagian yang belum terlaksana sebagaimana mestinya akan diperbaki seperlunya. Sebagaimana dijelaskan pada pembahasan siklus I, umumnya hambatan

pembelajaran adalah kurangnya

ketrampilan dalam mengunakan media. Karena itu perbaikan yang harus dilakukan adalah meningkatkan ketrampilan siswa menggunakan media tersebut. Oleh karena itu perbaikan proses pembelajaran siklus II, akan lebih fokus pada peningkatan

ketrampilan menggunakan media

laboratorium Virtual PhET baik guru maupun siswa. Jadi perbaikan yang harus dilakukan adalah menyempurnakan prosedur kerja LKS agar lebih oprasional dan melakukan latihan guna memahirkan pengunaan media. Setelah dipastikan semua rencana, tindakan dan pengamatan dapat dilakukan, maka tindakan pembelajaran siklus II dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal perlu disempurnakan.

Setelah tindakan siklus II dilaksanakan maka seperti siklus sebelumnya, guru peneliti bersama pengamat melakukan refleksi dan diskusi untuk menganalisis data hasil pengamatan, baik tentang hasil belajar siswa, pelaksanaan aktivitas guru dan siswa serta ketrampilan guru mengelola pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan siklus II, hasil-hasil tindakan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan siklus I, ketuntasan

individual mencapai 84% atau sebanyak 27 dari 32 siswa yang tuntas belajarnya dan secara klasikal juga meningkat menjadi 8 dari 10 soal, dinyatakan sudah tuntas atau mencapai 80% dari jumlah soal yang direncanakan.

b. Hasil penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa, juga meningkat menjadi 10 dari 13 aktivitas, dinyatakan sudah sesuai atau sebanyak 76% dari jumlah aktivitas yang direncanakan.

c. Keterampilan guru mengelola

pembelajaran juga meningkat dengan perolehan skor rata-rata menjadi 3,2 atau ketrampilan guru dikatagorikan sudah baik.

Dampak perbaikan yang dilakukan pada siklus II, tampak memberikan hasil yang menggembirakan, baik terhadap hasil belajar siswa, pelaksanaan aktivitas guru dan siswa maupun ketrampilan guru mengelola pembelajaran. Namun demikian, berdasarkan data pengamatan masih menyisakan beberapa kekurangan yang perlu perbaikan. Masih ada siswa yang bingung, kurang trampil melakukan simulasi praktikum dan diantaranya ada juga yang masih kesulitan memahami materi ajar yang tergolong sukar, masih ada aktivitas guru dan siswa yang perlu perbaikan seperti ketidak sesuaian alokasi waktu. Masih terdapat beberapa indikator ketrampilan guru yang sukar ditampilkan sehingga nilainya masih ada yang rendah. Karena masih perlunya perbaikan maka kendala yang disebutkan diatas akan coba diatasi pada siklus berikutnya.

3. Hasil Tindakan siklus III

Tindakan yang dilakukan pada siklus III dimaksudkan untuk mengatasi beberapa masalah yang dianggap belum tuntas. Sebelum melaksanakan tindakan, beberapa hal yang perlu dilakukan guru untuk perbaikan adalah, perlunya memberi penguatan terhadap materi yang tergolong sukar, berusaha menampilkan semua indikator yang mencerminkan ketrampilan guru terutama pada kegiatan yang nilainya rendah, kemudian memberi bimbingan dan

(10)

Thamrin K, Cut Melani, “Penerapan Media Virtual Phet Untuk Meningkatkan Hasil...| 39

perhatian khusus kepada siswa yang masih perlu bantuan. Selanjutnya guru dengan dibantu pengamat melaksanakan tindakan sebagaimana siklus sebelumnya dan hasil-hasil tindakan siklus III dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Nilai ketuntasan hasil belajar siswa makin meningkat, secara individual menjadi 97% atau sebanyak 31 dari 32 orang siswa tuntas belajarnya dan secara klasikal juga meningkat menjadi 9 dari 10 soal sudah dinyatakan tuntas atau mencapai 90%.

b. Untuk aktivitas guru dan siswa, ternyata seluruh aktivitas telah dinyatakan sesuai atau 100% dari aktivitas yang direncanakan.

Keterampilan guru mengelola pembelajaran juga mengalami peningkatan, dengan skor rata-rata menjadi 3,6 yang berari katagori ketrampilan guru sudah sangat baik.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:

a. Penerapan media laboratorium Virtual

PhET pada materi Teori Kinetik Gas dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Hal itu dilihat dari pencapaian nilai ketuntasan individual sebesar 75% pada siklus I, menjadi 84% pada siklus II dan meningkat lagi menjadi 97% pada siklus III. Demikian pula ketuntasan klasikal meningkat dari 60% pada siklus I, menjadi 80% pada siklus 2, dan 90% pada siklus 3. b. Ketatalaksanaan aktivitas guru dan siswa meningkat dari 62% pada siklus 1 menjadi 76% pada siklus II dan meningkat menjadi 100% pada siklus III. c. Keterampilan guru meningkat dari 2,52 (kurang baik) pada siklus I, menjadi 3,2 (baik) pada siklus II, kemudian meningkat lagi menjadi 3,6. (sangat baik) pada siklus III

d. Respon siswa terhadap penerapan media laboratorium Virtual PhET sebagai media pembelajaran, hampir seluruh

siswa menyatakan menyenangkan, sangat menarik dan berminat untuk mengikuti proses pembelajaran.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka disarankan sebagai berikut: a) Agar media laboratorium Virtual PhET dapat digunakan sebagai media pembela-jaran untuk upaya meningkatkan hasil belajar fisika, terutama untuk materi yang relavan; b) Diharapkan guru dapat menggunakan

media pembelajaran ini untuk

meningkatkan kinerja dan profesiona-lisme guru karena terbukti dapat meningkat ketrampilan guru mengelola pembelajaran; c) Disarankan untuk menggunakan media ini dalam pembelajaran karena terbukti dapat membuat siswa lebih aktif, lebih menarik sehingga pembelajaran lebih berpusat kepada siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Ratih Mega Ayu. 2014. Pengaruh

Pembelajaran Giude Inquiry

Berbantuan PhET (GIBP) Terhadap Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi Dan Tanggung Jawab Siswa Kelas XI IPA Pada Materi Teori Kinetik Gas.

Jurnal Pendidikan Universitas Negeri Malang, (online), Vol.2, No.1, (http://www.jurnalonline.um.ac.id) Rochman, Nur Hidayatur & Madlazim.

2013. Pengembangan Perangkat. Pembelajaran Fisika Yang Bersinergi Dengan Media Lab-Virtual PhET Pada Materi Sub Pokok Bahasan Fluida Bergerak Di MAN 2 Gresik. Jurnal

Inovasi Pendidikan Fisika. Vol. 02 No.

03, 162-166.

Suryosubroto,B.2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rhineka Cipta.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi

Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru

(11)

40 |Jurnal Fisika Edukasi (JFE) Vol.3 No.2 Oktober 2016 Sutrisno. 2010. E-learning di Perguruan

tinggi dan KTSP. Kota Parepare: Dinas

Pendidikan.

Triono, Lovi. 2007. Urgensi Penggunaan

dan Pengembangan Teknologi

Informasi dalam Pendidikan

(E-learning). Bandung: Fakultas

Pendidikan Matematika dan IPA Universitas Pendidikan Indonesia. Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran

Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi

Referensi

Dokumen terkait

Ansari Saleh Banjarmasin dan untuk mengetahui karakteristik pasien yang mempengaruhi kejadian ADR pada pasien rawat inap yang menggunakan obat antidiabetes diabetes

Tingkat node teratas dari sebuah decision tree adalah node akar (root) yang biasanya berupa atribut yang paling berpengaruh pada suatu kelas tertentu... 131 Pada

Suami dan anak-anakku tercinta yang telah memberikan motivasi, dukungan moril serta doa yang tulus dalam menyelesaikan studi di Program Studi Magister Ilmu

Dengan adanya kegiatan usaha pengolahan komoditas hasil pertanian menjadi suatu produk yang mengubah bentuk dari produk primer menjadi produk baru yang lebih

Terlihat bahwa terjadi pergeseran indeks kenyamanan yang cukup mencolok, yaitu pada tahun 1994 di kota Semarang masih dalam nyaman karena masih dalam daerah THI 20- 26, sedangkan

Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah secara permanen oleh pimpinan entitas dan tidak lagi memenuhi definisi aset tetap maka harus

Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada 37 informan mengenai sengketa ekonomi syariah dan beberapa contoh putusan di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama setelah adanya

Kemudian wadah tersebut dilengkapi dengan aerasi untuk meningkatkan oksigen terlarut dalam air.Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva ikan peres