• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL MANAJEMEN KOMUNIKASI REDUKSI KETIDAKPASTIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL MANAJEMEN KOMUNIKASI REDUKSI KETIDAKPASTIAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL

MANAJEMEN KOMUNIKASI REDUKSI KETIDAKPASTIAN

(Analisis Deskriptif Kualitatif Manajemen Komunikasi Reduksi Ketidakpastian

dalam Kuliah Daring di Masa Pandemi COVID-19 di Kalangan Mahasiswa

Akuntansi Perpajakan UNDIP Angkatan 2019)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Oleh:

Hani Dwi Putri

D1218018

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

MANAJEMEN KOMUNIKASI REDUKSI KETIDAKPASTIAN

(Analisis Deskriptif Kualitatif Manajemen Komunikasi Reduksi Ketidakpastian

dalam Kuliah Daring di Masa Pandemi COVID-19 di Kalangan Mahasiswa

Akuntansi Perpajakan UNDIP Angkatan 2019)

Hani Dwi Putri

Prahastiwi Utari

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

The spread of the covid-19 virus at the end of 2019 has big impact in the

education sector. The impact of the Covid-19 pandemic has caused traditional

lectures to go online. The purpose of this research is to determine the uncertainty

reduction strategy of students by seeking information passively, actively, and

interactively. Consider this promblem is important to research there are students

who have to adapt to a new environment in the middle of implementing online

lecture.

This study uses the theory of uncertainty reduction by Charles Berger &

Calabrese with a qualitative description analysis. The data was collected through

interviews with 10 people from undip tax accounting class students of 2019. The

results of the discussion showed that students sought information passively by

observing traditional class and through online class groups. In the active

strategy, students are actively seeking information about the target through the

third person, social media, and being in the same situation as the target with the

help of the third person. In the interactive strategy stage students are directly

involved with targets and build relationships through interactions around lectures

and others, then the uncertainty decrease.

The result showed that students are able to adapt and reduce uncertainty,

including by observing the habits and character of students from A class, seeking

information about targets through third people and the media, and interacting

directly with targets interpersonal so that both of them can establish relationships

and be free from uncertainty.

(3)

A. Pendahuluan

Kemunculan virus Covid-19 di Kota Wuhan pada akhir tahun 2019 hingga kini berdampak luas ke berbagai negara sehingga WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa wabah ini menjadi pandemi global. Penyebaran virus Covid-19 dinilai sangat cepat, kemudian pemerintah membuat pemberhentian aktivitas keluar rumah sebagai upaya pemutusan rantai penyebaran virus. Khususnya untuk kegiatan belajar mengajar diubah menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan kuliah daring bagi para mahasiswa.

Dampak dari pandemi global Covid-19 ini menjadi kekhawatiran bersama hingga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Surat Edaran No. 3 tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19. Merujuk pada surat edaran tersebut semua perguruan tinggi di Indonesia serentak menghentikan kegaitan kampus mulai dari belajar tatap muka, sidang hingga pelaksanaan wisuda. Berbagai kegiatan tersebut kemudian dialihkan ke media dalam jaringan (daring) melalui website khusus maupun platform yang mendukung video conference.

Menurut Panuju (2018) dalam era digital seperti sekarang, penggunaan perangkat komunikasi justru lebih banyak dilakukan karena semakin terbatasnya waktu yang dimiliki untuk melakukan komunikasi tatap muka secara langsung. Pada masa pandemi mengharuskan pelaksanaan kuliah secara daring yang mana mahasiswa belum pernah melakukan sebelumnya. Dalam hal ini Berger Charles (Littlejohn dkk., 2016) mengatakan semakin tidak pasti maka semakin individu menjadi waspada dan bergantung pada data yang tersedia dalam situasi tersebut. Di situasi tersebutlah individu merasa ketidakpastian tentang orang lain.

Kekhawatiran dirasakan oleh sebagian besar mahasiswa terutama di tingkat pertama, seperti yang dirasakan oleh mahasiswa akutansi perpajakan (D4) yang baru menempuh perkuliahan selama satu semester tatap muka mereka masih dalam suasana pengenalan dan adaptasi di lingkungan baru. Mahasiswa akuntansi perpajakan universitas dipenogoro sebagai subjek dari penelitian ini merupakan mahasiswa angkatan 2019 yang baru menginjak semester dua di tahun 2020. Oleh sebab itu, kekhawatiran semakin tinggi karena melalui kuliah daring mahasiswa harus mengatasi ketidakpastian mereka di lingkungan barunya melalui pendekatan komunikasi online.

Dari ranah komunikasi peneliti ingin melihat bagaimana situasi ketidakpastian yang dialami oleh mahasiswa akuntansi perpajakan universitas dipenogoro dan bagaimana strategi pengurangan ketidakpastian yang dilakukan dengan upaya mencari informasi berdasarkan uncertainty reduction theory oleh Charles Berger & Calabrese.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka rumusan masalah yang akan penulis teliti diantaranya:

(4)

1. Bagaimana cara mahasiswa mengatasi ketidakpastian kuliah daring di masa pandemi Covid-19 dalam mencari informasi secara pasif?

2. Bagaimana cara mahasiswa mengatasi ketidakpastian kuliah daring di masa pandemi Covid-19 dalam mencari informasi secara aktif?

3. Bagaimana cara mahasiswa mengatasi ketidakpastian kuliah daring di masa pandemi Covid-19 dalam mencari informasi secara interaktif?

C.

Tinjauan Pustaka

Uncertainty Reduction Theory

Charles Berger dan Calabrese (Gudykunst & Kim 1997) mendefinisikan ketidakpastian sebagai ketidakmampuan orang dalam menjelaskan perilaku, sikap, perasaan bahkan nilai atas dirinya sendiri atau orang lain. Berger mengatakan di saat kita mengatasi ketidakpastian mengenai orang lain dan diri sendiri maka dengan sendirinya akan terbentuk pemahaman. Memahami ialah melibatkan memperoleh informasi, mengetahui, dan mampu menafsirkan.

Adapun tingkat dari pemahaman dibedakan menjadi tiga, yakni deskripsi, prediksi, dan penjelasan. Deskripsi melibatkan penentuan apa yang diamati dalam hal fisik atau atribut yang terlihat dan dapat digambarkan dengan kata-kata. Prediksi adalah melibatkan memproyeksikan apa yang terjadi dalam situasi tertentu, sedangkan penjelasan melibatkan menyatakan mengapa sesuatu dapat terjadi (Gudykunst & Kim 1997).

Dalam buku Encyclopedia of Communication Theory (2009), teori ini mengidentifikasi dua jenis ketidakpastian yang menonjol dalam situasi sosial. Pertama, ketidakpastian kognitif muncul ketika individu yakin tentang keyakinan pada orang lain atau keyakinan mereka sendiri. Kedua, ketidakpastian perilaku terjadi ketika orang tidak yakin tentang tindakan mereka sendiri atau tindakan orang lain. Dapat disimpulkan bahwa ketidakpastian akan muncul seiring dengan situasi atau posisi saat individu kekurangan informasi tentang lingkungan mereka.

Dalam teori tersebut ketika individu termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian maka mereka tergolong dalam tiga kondisi, diantaranya (Littlejohn dkk., 2009):

1. Insentif

Individu sangat ingin tahu pasangan yang mungkin dapat menjadi sumber insentif, seperti dukungan sosial, rasa hormat dan loyalitas.

2. Penyimpangan

Orang-orang akan terdorong untuk mencari informasi ketika orang lain menyimpang dari perilaku yang dapat diprediksi atau bertindak di luar dari cara yang terduga.

3. Antisipasi di masa depan

Individu secara khusus ingin mengurangi ketidakpastian ketika mereka berharap untuk terlibat dalam interaksi di masa depan dengan orang lain.

(5)

Aksioma pada Konsep Ketidakpastian

Berger memberikan usulan sejumlah aksioma untuk menjelaskan bagaimana huungan antara konsep ketidakpastian dengan kedelapan variabel kunci pengembangan hubungan diantaranya; komunikasi secara verbal, kegiatan non verbal, pengungkapan diri, timbal balik, pencarian informasi, kesukaan, kesamaan, dan jaringan bersama. Secara tradisional aksioma dianggap sebagai kebenaran yang terbukti dengan sendirinya yang tidak memerlukan bukti tambahan. Berikut delapan kebenaran Berger tentang ketidakpastian awal (Griffin 2011)

1. Aksioma 1 Komunikasi verbal

Ketika rasa ketidakpastian semakin berkurang maka intensitas interaksi akan ikut meningkat.

2. Aksioma 2 Kegiatan non verbal

Meningkatnya ekspresi afiliasi non verbal maka tingkat ketidakpastian akan menurun pada situasi awal interaksi.

3. Aksioma 3 Pencarian informasi

Pencarian informasi bermula dari tingkat ketidakpastian yang tingi. Semakin menurun tingkat ketidakpastian maka kegiatan pencarian informasi ikut menurun.

4. Aksioma 4 Pengungkapan diri

Dalam suatu hubungan jika tingkat ketidakpastian rendah maka tingkat keakraban dalam komunkasi menjadi tinggi.

5. Aksioma 5 timbal balik

Bergerak searah jika tingkat ketidakpastian tinggi maka tingkat timbal balik ikut menjadi tinggi.

6. Aksioma 6 Kesamaan

Adanya unsur kesamaan antar pelaku komunikasi akan mengurangi ketidakpastian, sedangkan ketidaksamaan akan menghasilkan peningkatan pada ketidakpastian.

7. Aksioma 7 Kesukaan

Penurunan rasa suka merupakan efek dari peningkatan ketidakpastian, begitu pula sebaliknya penurunan ketidakpastian akan timbul seiring peningkatan rasa suka setelah berkomunikasi.

8. Aksioma 8 Jaringan bersama

Kurangnya jaringan bersama dapat menyebabkan ketidakpastian, sama halnya dengan jaringan komunikasi bersama dapat mengurangi ketidakpastian.

Strategi Pengurangan Ketidakpastian

Dalam mengurangi ketidakpastian Berger (Griffin 2011) menyatakan bahwa seseorang dapat menerapkan tiga strategi pengurangan ketidakpastian, yakni mencari informasi, membuat perencanaan, dan membatasi.

1. Mencari Informasi

Teori reduksi ketidakpastian (Littlejohn dkk., 2016) mengidentifikasi tiga kategori strategi yang dapat dilakukan individ untuk mencari informasi diantaranya:

(6)

a. Strategi Pasif

Pencarian reaktivitas, di mana individu diamati benar-benar melakukan sesuai – bereaksi dalam beberapa situasi. Misalnya, jika seseorang tertarik berkencan dengan teman sekelas, maka kemungkinan ia akan mengamati orang ini secara tidak sengaja untuk jangka waktu tertentu. Memperhatikan caranya bereaksi terhadap peristiwa dalam kelas, tanya jawab dengan instruktur, diskusi dalam kelas, dan sebagainya. Strategi pasif lainnya adalah mengamati orang lain di situasi informal, di mana mereka cenderung melakukan pemantauan diri dan berperilaku dengan cara yang lebih alami. Hal tersebut biasa terjadi di luar ruang formal, seperti kedai kopi atau lingkungan rumah.

b. Strategi Aktif

Strategi informasi aktif adalah bertanya kepada pihak ketiga tentang orang yang menjadi target dan memanipulasi situasi agar mendapatkan respon yang diharapkan. Dalam strategi ini mendorong individu untuk mengambil tindakan untuk mendapatkan informasi tanpa berinteraksi dengan orang yang dituju secara langsung. Misalnya, ketika ada pengelompokkan kelompok belajar dalam satu kelas, akan ada usaha untuk meinta pihak ketiga sebagai perantara untuk menggabungkan keduanya sehingga akan tercipta suasana antara dirinya dan target.

c. Strategi interaktif

Strategi interaktif meliputi interogasi dan pengungkapan diri. Untuk memperoleh informasi dalam strategi ini memerlukan komunikasi langsung dengan orang yang dituju. Tindakan ini termasuk menanyakan pertanyaan, mengungkapkan dengan harapan bahwa orang yang dimaksud juga akan mengungkapkan dan menciptakan situasi yang santai sehingga dia akan merasa nyaman dalam berbagai informasi.

2. Membuat rencana

Ketidakpastian yang tinggi menuntut individu untuk menyusun berbagai rencana yang kompleks sebagai antisipasi kegagalan rencana pertama yang dibuat. Kompleksitas rencana pesan dapat diukur dalam dua cara, yakni tingkat rencana mendetail dalam jumlah rencana darurat.

3. Membatasi

Kemungkinan kegagalan rencana menunjukkan kebijaksanaan dalam menyediakan cara bagi kedua belah pihak untuk menyelamatkan muka ketika setidaknya salah satu dari mereka salah perhitungan. Misalnya, dalam suatu komunikasi yang baru dibangun keduanya sama-sama belum mengenal baik. Ada kemungkinan saat individu melakukan komunikasi ia melewati batas-batas tertentu yang menjadikan lwan bicara merasa jengkel. Di saat seperti itu alasan ambigu atau menjadikannya suatu humor bisa dijadikan pemecah suasana.

(7)

D. Metodologi

Penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa Sekolah Vokasi Universitas Dipenogoro Jurusan Akuntansi Perpajakan D-IV angkatan pertama tahun 2019. Waktu penelitian dilaksanakan di semester empat (genap) pada bulan Maret – April 2021. Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif melalui pendekatan studi kasus dengan teori reduksi ketidakpastian atau uncertainty reduction theory oleh Charles Berger dan Calabrese.

Teknik pengambilan sample yang dilakukan adalah purposive sampling dengan kriteria yang menjadi narasumber, yakni mahasiswa akuntansi perpajakan angkatan 2019 universitas dipenogoro, merupakan mahasiswa kelas B yang dipindahkan ke kelas A, mahasiswa yang merasakan pertemuan tatap muka sebelum kuliah online, dan masih menjalin komunikasi secara online selama periode penelitian Maret hingga April 2021. Berdasarkan kriteria tersebut maka terpilih 10 narasumber yang memenuhi diantaranya:

1. Junita Wulandari Sulistiyo 2. Risma Meidina Chantika 3. Diah Amalia

4. Adinda Melia Nirali 5. Fathyn Fadhilla Yunda 6. Nindi Fadilah Bekti

7. Muhammad Fahrul Basthomi 8. Devanisa Tiarachma

9. Eka Prihatini 10. Pujiati

Peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam atau in-depth interview guide. Sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih darhulu menyusun daftar pertanyaan sesuai dengan rumusan masalah. Mahasiswa sebagai narasumber terlebih dahulu dihubungi peneliti melalui chat via whatsapp untuk konfirmasi waktu kemudian melakukan wawancara melalui sambungan telepon. Teknik analisis data yang dilakukan ialah reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.

E. Sajian dan Analisis Data

Penelitian ini menganalisis adaptasi mahasiswa di kelas baru sebelum dan selama kuliah daring, hal tersebut berhubungan dengan situasi pandemi covid-19 di Indonesia yang mana pelaksanaan kuliah daring membuat sebagian besar komunikasi menjadi online. Peneliti menganalisis langkah-langkah pencarian informasi dalam teori pengurangan ketidakpastian milik Charles Berger & Calabrese dengan pernyataan para narasumber terkait pencarian informasi secara pasif, aktif, dan interaktif.

Menurut Berger & Calabrese ketidakpastian mengacu pada ketidakmampuan individu untuk memprediksi atau menjelaskan perilaku, perasaan, sikap, atau nilai

(8)

orang lain (Gudykunst & Kim 1997). Ketidakpastian tersebut berlaku pada mahasiswa dari kelas B yang dipindahkan ke kelas A dimana mereka harus beradaptasi di lingkungan baru, belum mengenal banyak tentang individu di kelasnya sehingga menimbulkan rasa takut. Kurangnya Informasi tentang lingkungan baru menjadikan ketidakpastian muncul bagi individu (Littlejohn & Foss, 2009).

a. Pencarian Informasi Secara Pasif

Strategi pasif merupakan strategi yang dilakukan oleh individu dalam upaya mengurangi ketidakpastian denagn mencari informasi tanpa melakukan aktivitas (pasif) atau observasi lingkungan perihal target yang ingin dikenali. Dalam aktivitas pengamatan ini tidak harus melubatkan orang lain, melainkan hanya melakukan observasi di situasi informal (Littlejohn & Foss, 2009).

Ketika pertama kali berada di lingkungan baru, biasanya individu melakukan observasi sekitar. Misalnya memperhatikan teman-teman di sekitarnya bagaimana cara berinteraksi, kebiasaan apa yang ada setiap hari, dan suasana yangs udah lama terbentuk. Adapun beberapa hal yang berhasil narasumber observasi diantaranya.

“Paling kalau diperhatiin ada yang ramah, cuman ada yang nyebelin juga. Ada orang jadi tuh dia pinter tapi dia gak mau ngasih tau temen-temennya. Jadi dia tuh pengen pinter buat dirinya sendiri gak mau berbagi sama orang lain.” (Wawancara dengan Eka Prihatini pada 23/3/2021)

“Ada sih kayak waktu offline tuh baru tau kalau anak-anak keals A itu masuknya awal banget. Soalnya suasana beda banget sama waktu aku semeter 1 di kelas B. Sedangkan aku semester 2 di kelas A suasananya beda rasanya juga beda karena mereka pada semangat-semangat duduk di depan.” (Wawancara dengan Diah Amalia pada 28/03/2021)

Pada observasi pertama mahasiswa mengenai bagaimana target bereaksi terhadap orang lain mereka menangkap bagaimana karakter masing-masing mahasiswa saat melakukan interaksi. Seperti terlihat ramah, rajin, dan ada pula mahasiswa yang memiliki kesan menyebalkan karena pintar hanya untuk dirinya sendiri tanpa mau berbagi dengan teman-temannya.

Kemudian observasi kedua mengenai bagaimana target dikenal pada situasi informal. Menurut pengamatan Diah Amalia sewaktu masuk kelas A secara tatap muka, sebagian mahasiswa kelas A dikenal ambisius dan terbiasa datang ke kelas di waktu awal dan memilih untuk duduk di barusan depan.

b. Pencarian Informasi Secara Aktif

Strategi aktif membutuhkan individu mengambil tindakan untuk mendapatkan informasi tanpa berinteraksi dengan target secara langsung. Perilaku yang termasuk dalam kategori ini ialah meminta informasi kepada pihak ketiga dan menyusun situasi untuk melihat bagaimana target yang ditanggapinya

(9)

merespon (Littlejohn & Foss, 2009). Pada tahap ini mahasiswa berperilaku aktif untuk mencari informasi melalui pencarian pada media dan mengajukan pertanyaan kepada pihak ketiga tanpa ada keterlibatan target.

Usaha pencarian informasi yang paling efektif dan mudah adalah mencari tahu melalui teman kelas terdahulunya atau di sini teman yang sudah berhubungan dengan target sejak semester satu. Di mana sumber informasi dapat mengetahui atau mengenal lebih jauh tentang target karena sudah lebih lama berada dalam satu lingkungan.

“Tanya sama Kak Khofi. Aku ngekost, di depan kamarku itu temen-temennya Kak Khofi. Jadi nimbrung aja sama dari sebelum itu sih sebelum semester satu ada perkenalan universitas, dari situ ketemu kenalan temen.” (Wawancara dengan Fathyn Fadhillah Yunda pada 27/3/2021)

“Kalau kerja kelompok gimana, terus personal dia gimana, kalau komunikasi gimana. Aku tuh gak pengen nyinggung gitu loh, jadi nanya-nya ya yang lebih berhati-hati.” (Wawancara dengan Risma Meidina Chantika pada 28/3/2021)

Beragam pertanyaan yang ditanyakan mahasiswa mengenai target, mulai dari menanyakan karakter seseorang, cara berkomunikasi, hingga kebiasaan dalam kelompok. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan oleh mahasiswa agar dapat menyesuaikan diri atau lebih nyaman ketika menjalin relasi.

“Waktu itu kan pernah makan bareng terus juga dikenalin kayak Iktia, Banafsa, Jay karna dia kan temennya temen aku jadi kenal. Ada juga beberapa temennya Khofi yang juga temennya aku kayak Banafsa kan temennya Amal, Amal temenku juga. Dari situ kenal.” (Wawancara dengan Eka Prihatini pada 28/3/2021)

Menurut pengalaman narasumber apda tahap ini mahasiswa dapat memperluas relasi melalui informasi atay pengenalan secara langsung di situasi tertentu. Adanya hubungan dekat dengan orang ketiga dapat mempermudah membangun relasi baru dengan teman lainnya, seperti sama-sama mengenal orang ketiga atau pernah terlibat dalam lingkungan yang sama.

Saat ini penggunaan media sosial dianggap membantu dalam berbagi informasi, salah satunya penggunaan media Instagram. Pada Instagram biasanya pengguna membagikan berbagai macam kegiatan yang menggambarkan hobi, ketertarikan, atau karta tulis pada akun pribadinya. Tidak sedikit pengguna media sosial yang membagikan cerita dan gambar diri sebagai identitas agar dikenali oleh teman lainnya.

“Iya pernah, soalnya waktu awalan dipindah ke kelas A. Nah udah gitu kan di kelas A udah ada grup dan ada IG kelas A. Trus aku kepoin sendiri personal anak-anaknya, terus aku follow-follow trus jadi kenal deh.” (Wawancara dengan Nindi Fadilah Bekti pada 28/3/2021)

Pada tahap pencarian aktif ini proses pengumpulan informasi banyak dilakukan oleh mahasiswa melalui proses interaksi, baik secara personal, media

(10)

sosial maupun melalui menciptakan situasi khusus yang melibatkan orang ketiga sebagai sumber informasi. Setelah melakukan pencarian informasi mengenai target ketidakpastian yang dialami oleh mahasiswa saat pertama kali memasuki kelas A kian berkurang. Semakin banyak mengumpulkan informasi semakin mudah mahasiswa beradaptasi dan berinteraksi langsung dengan target.

c. Pencarian Informasi Secara Interaktif

Pada tahap terakhir mencari informasi menurut Berger strategi interaktif memerlukan komunikasi langsung dengan target yang dituju. Misalnya mengajukan pertanyaan, mengungkapkan dengan harapan bahwa target akan merepson dengan baik, dan merasa nyaman dalam berbagi informasi dengan target (Littlejohn & Foss, 2009).

Pada semester kedua sebelum adanya pandemi beberapa mahasiswa yang dipindah dari kelas B menuju kelas A pun sempat melakukan kuliah tatap muka. Terutama pada kurang dari satu bulan pertama mahasiswa melakukan adaptasi dengan lingkungan barunya. Adapun yang dilakukan oleh mahasiswa untuk membangun relasi selama kuliah tatap muka diantaranya.

“Paling waktu pertama kali ketemu di kelas offline, nanya kamu asalnya dari mana, terus waktu kuliah offline itu sekolah dari mana ngekost dimana. Gak terlalu yang gimana tanya-nya dan ngobrolnya juga yang nanya tentang daerah, lebih ke situ sih awal-awal.” (Wawancara dengan Diah Amalia pada 28/3/2021)

“Pernah, waktu itu pertama kali ngobrol itu waktu pembagian kelompokkan. Pertama kali tuh udah dikasih kelompok terus langsung dibagi, yaudah ketemu kelompokknya terus kenalan „Hai aku dulu dari kelas B, aku Dinda‟ gitu.” (Wawancara dengan Adinda Melia Nirali pada 10/4/2021)

Pada pertemuan pertama di lingkungan barunya mahasiswa melakukan pendekatan secara langsung melalui perkenalan diri, memulai interaksi, dan bergabung dalam obrolan. Terlepas dari pembahasan seputar tugas dan mata kuliah mahasiswa ketika menggunakan media sosial sering kali melakukan interaksi denagn temannya. Berbagai topik pembicaraan dilakukan melalui berbalas pesan dari story yang ditampilkan. Adapun pembahasan yang dilakukan sebagai berikut.

“follow-follow IG, story IG dikomen, jadi lebih deket meski gak deket banget. Dia bukan asli Semarang trus kayak aku pergi ke cafe atau tempat mana trus dia kadang komen „oh baru tau toh di Semarang ada tempat itu‟.” (Wawancara dengan Junita Wulandari Sulistiyo pada 28/3/2021)

“Kalau di whatsapp kan ada tuh story kalau misalkan orangnya di-save, trus karna udah pernah chat tentang tugas trus aku reply. Kebetulan aku suka NCT terus orang itu Upload tentang NCT, „Kamu juga suka NCT ya?‟ „iya‟ baru deh ngobrol. Enggak sering banget sih, aku kadang upload apa kadang dia reply juga.” (Wawancara dengan Adinda Melia Nirali pada 10/4/2021)

(11)

Setelah membangun relasi dengan teman baru dengan bertanya seputar tugas atau topik perkuliahan, tidak jarang mahasiswa memulai pembicaraan baru. Pembicaraan ini dimulai semata-mata untuk mengenal temannya lebih dekat, seperti mengirim video-video lucu hingga membahas satu ketertarikan yang sama.

Pada tahap awal pencarian secara interaktif mahasiswa melakukan pendekatan langsung dengan target melalui pertanyaan-pertanyaan. Hal ini dilakukan oleh mahasiwa pada saat kuliah tatap muka di awal semester dua sebelum pandemi. Pertemuan pertama antara mahasiswa dengan target diawal dengan pertanyaan asal daerah, asal sekolah, dan tempat tinggal saat ini (tempat kost).

Tahap selanjutnya adalah memiliki harapan bahwa target akan merespon dengan baik. Ketika mahasiswa merasa nyaman dalam berbagi informasi dengan target setelah menemukan kemistri, informasi, dan kesamaan. Selain melakukan interaksi dengan topik perkuliahan mahasiswa pun membangun relasi dengan teman melalui topik pembicaraan lain, seperti mengirim video-video lucu, hingga berbalas pesan bermula story yang kemudian menjadi topik obrolan baru. Dengan menemukan ketertarikan yang sama mahasiwa menjadi semakin nyaman dalam melakukan interaksi dan dapat mengenal teman dengan lebih dekat.

Ketidakpastian yang dirasakan oleh sebagian besar mahasiwa ketika memasuki kelas A kian berkurang dengan tahap terakhir, yakni berkomunikasi langsung dengan target. Mahasiswa kini dapat menjalin komunikasi langsung dengan target tanpa ada rasa takut karena sudah mengetahui berbagai informasi tentang target sehingga mahasiswa dapat beradaptasi dengan teman lain di kelas A.

F. KESIMPULAN

Kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah dianalisis sebelumnya berkaitan dengan rumusan masalah yang menjadi pedoman peneliti dalam melakukan analisis diantaranya.

1. Strategi pasif dilakukan mahasiswa dengan melakukan observasi melalui dua situasi, yakni saat kuliah tatap muka dan kuliah daring. Pengamatan secara langsung dilakukan dalam kelas sebelum pandemi covid-19. Mahasiswa mengamati berbagai karakter dan kebiasaan yang dilakukan oleh mahasiswa kelas A.

2. Strategi aktif dilakukan mahasiswa dengan pencarian informasi melalui media sosial, interaksi personal dan berada di situasi khusus bersama target yang melibatkan orang ketiga. Pertanyaan yang ditanyakan oleh mahasiswa diantaranya terkait nama, kepribadian, kebiasaan berkomuniaksi hingga kebiasaan target dalam kelompok dan selama mengerjakan ujian. Mahasiswa pun melakukan pencarian informasi melalui media sosial instagram, salah satunya akun milik kelas A sekaligus mengikuti masing-masing akun

(12)

mahasiswa. Kemudian bergabung dalam situasi yang sama dengan target dengan bantuan orang ketiga agar dapat mengenal lebih dekat.

3. Strategi interkatif mahasiswa melakukan pengenalan diri dalam kelompok dan percakapan awal antar individu terdekatnya seperti menanyakan asal daerah, asal sekolah, dan tempat tinggal saat itu. Melalui hal tersebut mahasiswa berhadap target akan merespon dengan baik. Setelah nyaman melakukan interaksi mahasiswa tidak hanya melakukan perbincangan seputar perkuliahan saja, kemudian interaksi mereka berkembang menjadi berbalas story di media sosial, berbagi video hiburan hingga membicarakan suatu ketertarikan yang sama.

Secara keseluruhan dari ketiga tahap pencarian informasi yang dilakukan oleh mahasiswa untuk mengurangi ketidakpastian penetliti dapat menyimpulkan bahwa narasumber melakukan pengamatan, pencarian informasi hingga dapat membangun hubungan baru dengan target dan menjadi teman dekat.

DAFTAR PUSTAKA

Griffin, E. 2011. A First Look at Communication Theory (8th ed). New York: McGraw-Hill

Gudykunst, W.B. & Kim, Y.Y. 1997. Communicating With Strangers: An Approach to Intercultural Communication (3rd ed). New York: McGrawl-Hill

Littlejohn, S.W., & Foss, K.A. 2009. Encyclopedia of Communication Theory. Thousand Oaks, CA: Sage Publication.

Littlejohn, S.W., Foss K.A. & Oetzel, J.G. 2016. Theories of Human Communication (11th Ed). Waveland Press.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk membuat model kapal patroli cepat pada software Maxsurf Pro ini dapat dilakukan dengan cara membuat surface berdasarkan 4 tipe Bodyplan kapal frigate.. Klik file >

Komposisi media tanam (tanah:arang sekam: kascing 1:1:1 v/v/v) merupakan media tanam terbaik untuk pertumbuhan batang atas jeruk keprok karena menghasilkan nilai

Hasil-hasil pengukuran tekanan statis secara umum menunjukkan bahwa pola aliran pada arah radial (pusat kelengkungan –r) yang terbentuk tidak mengalami perubahan

Penggunaan media tanam Sphagnum moss dengan pupuk daun Mamigro, Gandasil dan perlakuan kontrol serta media tanam Sphagnum moss + arang dengan perlakuan kontrol

Berdasarkan sifat pektinase yang dapat menghidrolisis pektin menjadi gula pereduksi (asam galakturonat), maka digunakan reagen DNS (Asam dinitrosalisilat).. Aktivitas

Penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif kuantitatif ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kesiapan siswa menghadapi era society 5.0 ditinjau

Akuarium yang terdapat di kemudahan-kemudahan akuarium awam jauh terlalu besar sehingga boleh mengisi 7 juta liter air dan dapat menampung satu ekosistem penuh seperti

Rancangan yang dibuat membutuhkan semprotan yang dropletnya tersebar pada setiap diameter yang dihasilkan, hal tersebut memiliki dua pilihan yaitu jenis full cone