• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR-DASAR ILMU PENGERTIAN ILMU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DASAR-DASAR ILMU PENGERTIAN ILMU"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

DASAR-DASAR ILMU

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak terlepas dari peran filsafat.Sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Kedudukan filsafat sebagai induk dari ilmu pengetahuan, memiliki proses perumusan yang sangat sulit dan membutuhkan pemahaman yang mendalam, sebab nilai filsafat itu hanyalah dapat dimanifestasikan oleh seseorang filsuf yang otentik

Perumusan tersebut merupakan suatu stimulus atau rangsangan untuk memberikan suatu bimbingan tentang bagaimana cara kita harus mempertahankan hidup. Manusia sebagai makhluk pencari kebenaran, dalam eksistensinya terdapat tiga bentuk kebenaran, yaitu ilmu pengetahuan, filsafat dan agama.

Filsafat disebut pula sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat eksistensial, artinya sangat erat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan filsafat menjadi dasar bagi motor penggerak kehidupan, baik sebagai makhluk individu atau pribadi maupun makhluk kolektif dalam masyarakat.

Oleh karena itu, kita perlu mempelajari filsafat hingga keakar-akarnya. Serta termasuk memahami bidang kajian Filsafat tersebut, yang meliputi : Ontologi atau metafisika, epistemologi yang membahas tentang ilmu filsafat, aksiologi yang terdiri dari estetika dan etika religi.

PENGERTIAN ILMU

Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara obyektif dalam menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia fuktual dan berprinsip untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense.Sehingga definisi ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang benar-benar disusun dengan sistematis dan metodologis untuk mencapai tujuan yang berlaku universal dan dapat diuji atau diverifikasi kebenarannya.Secara filosofis, semua kajian yang menelaah secara kritis dan analitis tentang dasar-dasar teoritis pengetahuan secara menyeluruh adalah epistemology atau teori pengetahuan (theory of knowledge; Erkentnistheorie).Istilah ini berasal dari bahasa yunani yaitu “episteme” yang berarti pengetahuan dan “logos” yang berarti ilmu.Secara harfiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya untuk “menempatkan sesuatu tepat pada kedudukannya”.

Sebagai cabang ilmu filsafat, epistemologi pada hakikatnya merupakan suatu kajian Filosofis yang bermaksud mengkaji masalah umum secara menyeluruh dan mendasar untuk menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari pengetahuan manusia. Membahas Bagaimana pengetahuan itu pada dasarnya diperoleh dan dapat diuji kebenarannya?, manakah ruang lingkup dan batasan-batasan kemampuan manusia untuk mengetahui?, serta membahas pengandaian-pengandaian dan syarat-syarat logis yang mendasari adanya pengetahuan dan memberi pertanggung jawaban secara rasional terhadap klaim kebenaran dan objektivitasnya. Sehingga epistemologi merupakan disiplin ilmu yang bersifat :

a) Evaluative, yaitu menilai apakah teori yang digunakan dapat dipertanggung jawabkan secara nalar atau tidak.

b) Normative, yaitu menentukan tolok ukur kebenaran atau norma dalam bernalar.

c) Kritis, yaitu menguji penalaran cara dan hasil dari pelbagai akal (kognitif) manusia untuk dapat ditarik kesimpulan.

Adapun cara kerja metode pendekatan epistemologi adalah dengan cara bagaimana objek kajian itu didekati atau dipelajari. Cirinya adalah dengan adanya berbagai macam pertanyaan yang diajukan secara umum dan mendasar dan upaya menjawab pertanyaan yang

(2)

diberikan dengan mengusik pandangan dan pendapat umum yang sudah mapan.Dengan tujuan agar manusia bisa lebih bertanggung jawab terhadap jawaban dan pandangan atau pendapatnya dan tidak menerima begitu saja pandangan dan pendapat secara umum yang diberikan.

Berdasarkan cara kerja atau metode yang digunakan, maka epistemologi dibagi menjadi beberapa macam. Berdasarkan titik tolak pendekatannya secara umum, epistemologi dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Epistemologi metafisis

Epistemologi metafisis adalah pemikiran atau pengandaian yang berasal dari paham tertentu dari suatu kenyataan lalu berusaha bagaimana cara mengetahui kenyataan itu. Kelemahan dari pendekatan ini adalah hanya menyibukkan diri dalam mendapatkan uraian dari masalah yang dihadapi tanpa adanya pertanyaan dan tindakan untuk menguji kebenarannya.

2. Epistemologi skeptic

Epistemologi skeptis lebih menekankan pada pembuktian terlebih dahulu dari apa yang kita ketahui sampai tidak adanya keraguan lagi sebelum menerimanya sebagai pengetahuan. Kelemahan dari pendekatan ini adalah sulitnya mencari jalan keluar atau keputusan.

3. Epistemologi kritis

Pada Epistemologi ini tidak memperioritaskan Epistemologi manapun, hanya saja mencoba menanggapi permasalahan secara kritis dari asumsi, prosedur dan pemikiran, baik pemikiran secara akal maupun pemikiran secara ilmiah, dengan tujuan untuk menemukan alasan yang rasional untuk memutuskan apakah permasalahan itu bisa diterima atau ditolak.

Ilmu pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan atau sistem yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala tersebut berdasarkkan penjelasan yang ada dengan metode tertentu.Dalam hal ini, ilmu mempunyai struktur dalam menjelaskan kajiannya.Struktur ilmu menggambarkan bagaimana ilmu itu tersistematisir, terbangun atau terkonstruksi dalam suatu lingkungan (boundaries), di mana keterkaitan antara unsur-unsur nampak secara jelas. Struktur ilmu merupakan A scheme that has been devided to illustrate relationship among facts, concepts, and generalization, yang berarti struktur ilmu merupakan ilustrasi hubungan antara fakta, konsep serta generalisasi. Dengan keterkaitan tersebut akan membentuk suatu bangun kerangka ilmu tersebut. sementara itu, definisi struktur ilmu adalah seperangkat pertanyaan kunci dan metode penelitian yang akan membantu untuk memperoleh jawabannya, serta berbagai fakta, konsep, generalisasi dan teori yang memiliki karakteristik yang khas yang akan mengantarkan kita untuk memahami ide-ide pokok dari suatu disiplin ilmu yang bersangkutan. Dengan demikian nampak dari dua pendapat di atas bahwa terdapat dua hal pokok dalam suatu struktur ilmu, yaitu :

1. A body of Knowledge (kerangka ilmu) yang terdiri dari fakta, konsep, generalisasi, dan teori yang menjadi ciri khas bagi ilmu yang bersangkutan sesuai dengan lingkungan (boundary) yang dimilikinya. Kerangka ilmu terdiri dari unsur-unsur yang berhubungan, dari mulai yang konkrit (berupa fakta) sampai ke level yang abstrak (berupa teori), semakin ke fakta maka semakin spesifik, sementara semakin mengarah ke teori maka semakin abstrak karena lebih bersifat umum.

2. A mode of inquiry, yaitu cara pengkajian atau penelitian yang mengandung pertanyaan dan metode penelitian guna memperoleh jawaban atas permasalahan yang berkaitan dengan ilmu tersebut.

Terkadang, “pengetahuan” dan “ilmu” disama artikan, bahkan terkadang dijadikan kalimat majemuk yang mempunyai arti tersendiri. Padahal, jika kedua kata tersebut dipisahkan, akan mempunyai arti sendiri dan akan tampak perbedaannya.

(3)

Ilmu adalah pengetahuan. Jika dilihat dari asal katanya, “pengetahuan” di ambil dari bahasa inggris yaitu knowledge, sedangakan “ilmu” dari kata science dan peralihan dari kata arab ilm atau ‘alima (ia telah mengetahui) sehingga kata jadian ilmu berarti juga pengetahuan. Dari pengertian ini dapat diambil kesimpulan bahwa ditinjau dari segi bahasa, antara pengetahuan dan ilmu mempunyai sinonim arti, namun jika dilihat dari segi arti materialnya (kata pembentuknya) maka keduanya mempunyai perbedaan.

Dalam encyclopedia Americana, di jelaskan bahwa ilmu (science) adalah pengetahuan yang besifat positif dan sistematis. The Liang Gie mengutip Paul Freedman dari buku The Principles Of Scientific Research memberi batasan definisi ilmu, yaitu suatu bentuk proses usaha manusia untuk memperoleh suatu pengetahuan baik dimasa lampau, sekarang, dan kemudian hari secara lebih cermat serta suatu kemampuan manusia untuk menyesuaikan dirinya dan mengubah lingkungannya serta merubah sifat-sifatnya sendiri, sedangkan menurut Carles Siregar, ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan.

Ilmu dapat memungkinkan adanya kemajuan dalam pengetahuan sebab beberapa sifat atau ciri khas yang dimiliki oleh ilmu. Dalam hal ini randall mengemukakan beberapa ciri umum dari pada ilmu, diantaranya:

1. Bersifat akumulatif, artinya ilmu adalah milik bersama. Hasil dari pada ilmu yang telah lalu dapat digunakan untuk penyelidikan atau dasar teori bagi penemuan ilmu yang baru. 2. Kebenarannya bersifat tidak mutlak, artinya masih ada kemungkinan terjadinya kekeliruan

dan memungkinkan adanya perbaikan. Namun perlu diketahui, seandainya terjadi kekeliruan atau kesalahan, maka itu bukanlah kesalahan pada metodenya, melainkan dari segi manusianya dalam menggunakan metode itu.

3. Bersifat obyektif, artinya hasil dari ilmu tidak boleh tercampur pemahaman secara pribadi, tidak dipengaruhi oleh penemunya, melainkan harus sesuai dengan fakta keadaan asli benda tersebut

Prof. Drs .Harsojo menambahi, bahwa ciri umum suatu ilmu itu harus memiliki atau bersifat: 1. Bersifat rasional (masuk akal)

2. Bersifat empiris (sesuai kenyataan) 3. Bersifat umum (tidak boleh dimonopoli) 4. Bersifat akumulatif

Dalam ruang lingkup filsafat, ilmu pengetahuan diketahui dari adanya beberapa aliran pemikiran, diantaranya :

1) Empirisme

Empirisme berasal dari bahasa yunani, empeirikos yang artinya “pengalaman”.Menurut aliran ini, manusia memperoleh pengetahuannya lewat pengalaman.Yang dimaksud pengalaman disini adalah pengalaman indrawi (sense experience). Namun aliran seperti ini banyak kelemehannya, diantarnya :

a) Indera yang terbatas. Contoh : penglihatan terhadap benda yang jauh.

b) Indera yang menipu. Contoh : penderita malaria merasakan gula terasa pahit dll. c) Objek yang menipu. Contoh : fatamorgana dan ilusi.

2) Rasionalisme

Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan, dengan cara manusia menangkap objek lalu diukur kebenarannya dengan akal. Dengan aliran ini, kesalahan pada aliran empirisme yang disebabkan kelemahan alat indera dapat dikoreksi dengan akal yang sehat.Namun dengan adanya alat indera, menjadikan akal terangsang untuk berfungsi dengan maksimal. Adapun cara yang digunakan akal dalam menyusun pengetahuan adalah dengan melakukan penalaran atau mengolah konsep-konsep rasional yang universal

(4)

yang sudah mapan. Kelemahan dari aliran ini adalah tidak dapat melakukan evaluasi kebenaran dari penalaran ini, sebab penalaran itu bersifat abstrak. Contoh, ide yang menurut seseorang baik belum tentu dianggap baik oleh orang lain.

3) Kritisisme

Aliran ini merupakan penyempurna dan penyelesaian dari pertentangan antara rasionalisme dan empirisme. Aliran ini dikemukakan oleh Immanuel kant dengan metode kritisismenya. Aliran ini menggunakan pengalaman sebagai pengumpul data, akal sebagai pengolah data atau konsep dengan dikuatkan oleh pengadaan eksperimen dan memasukkan ukuran-ukuran batasan tertentu.sehingga muncul 3 pengetahuan baru dalam aliran pemikiran ini, yaitu :

a) Pengetahuan analitis, yaitu pengetahuan yang memerlukan perhitungan analisis terhadap objek. contoh, adanya peritungan bahwa lingkaran itu bulat.

b) Pengetahuan sintetis aposteriori, yaitu pengetahuan yang dihubungkan dengan pengalaman indrawi. Misalnya pada kalimat “hari ini sudah turun hujan” merupakan suatu hasil observasi indrawi terhadap hujan yang telah turun.

c) Pengetahuan sintetis apriori, yaitu pengetahuan yang memadukan antara akal dengan pengalaman indrawi. Misalnya Ilmu pasti (sains), ilmu pesawat, ilmu alam, dll.

Dari ke-3 aliran diatas, semuanya bersandar pada hakikat pengetahuan yang tidak terlepas darinya, yaitu hakikat dari realisme dan idealisme. Realisme adalah hakikat pengetahuan yang menggaris-bawahi bahwa pengetahuan akan bernilai benar jika sesuai dengan fakta atau keadaan yang sebenarnnya (kenyataan). Sedangkan idealisme memberikan gambaran bahwasannya pengetahuan tidaklah menggambarkan hakikat kebenaran, karena pengetahuan hanyalah pendapat atau penglihatan orang yang mengetahuinya (subjek).

DASAR-DASAR ILMU DALAM FILSAFAT

Dalam dunia filsafat, pengembangan ilmu pengetahuan itu dilandasi oleh 3 buah sistematika atau pendekatan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri, diantaranya yaitu :

1. Aspek Ontologi

Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu tentang yang ada. Sedangkan, menurut istilah adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara jasmani maupun secara rohani. Dalam aspek Ontologi diperlukan landasan-landasan dari sebuah pernyataan-pernyataan dalam sebuah ilmu. Landasan-landasan itu biasanya kita sebut dengan Metafisika.

Selain Metafisika juga terdapat sebuah asumsi dalam aspek ontologi ini. Asumsi ini berguna ketika kita akan mengatasi suatu permasalahan. Dalam asumsi juga terdapat beberapa paham yang berfungi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tertentu, yaitu: Determinisme (suatu paham pengetahuan yang sama dengan empiris), Probablistik (paham ini tidak sama dengan Determinisme, karena paham ini ditentukan oleh sebuah kejadian terlebih dahulu), Fatalisme (sebuah paham yang berfungsi sebagai paham penengah antara determinisme dan pilihan bebas), dan paham pilihan bebas. Setiap ilmuan memiliki asumsi sendiri-sendiri untuk menanggapi sebuah ilmu dan mereka mempunyai batasan-batasan sendiri untuk menyikapinya. Apabila kita memakai suatu paham yang salah dan berasumsi yang salah, maka kita akan memperoleh kesimpulan yang berantakan.

2. Aspek Epistemologi

Aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut. Pengetahuan adalah jarum sejarah yang selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman.Semakin banyak ilmu yang kita pahami, semakin banyak khasanah

(5)

kita.Dan pengetahuan inilah yang menjadi batasan-batasan kita dalam menelaah suatu ilmu.Hal ini yang mengakibatkan ilmu zaman dahulu dan zaman sekarang berbeda.Misalnya, ditinjau dari segi ilmu teknologi.Teknologi zaman dahulu dan zaman sekarang sangat berbeda jauh. Maka ilmu untuk menyikapi fenomena ini juga akan ikut berkembang dan semakin bertambah.

Dalam aspek epistemologi ini terdapat beberapa logika, yaitu: analogi, silogisme, premis mayor, dan premis minor.

• Analogi, analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain.

• Silogisme, silogisme adalah penarikan kesimpulan konklusi secara deduktif tidak langsung, yang konklusinya ditarik dari premis yang disediakan sekaligus.

• Premis Mayor, premis mayor bersifat umum yang berisi tentang pengetahuan, kebenaran, dan kepastian.

• Premis Minor, premis minor bersifat spesifik yang berisi sebuah struktur berpikir dan dalil-dalilnya.

Contohnya, premis mayor : semuaorang akhirnya akan mati. premis minor : Hasan adalah orang

3. Aspek Aksiologi

Aspek aksiologi merupakan aspek yang membahas tentang untuk apa ilmu itu digunakan. Menurut Bramel, dalam aspek aksiologi ini ada Moral conduct, estetic expresion, dan sosioprolitical. Setiap ilmu bisa untuk mengatasi suatu masalah sosial golongan ilmu.Namun, salah satu tanggungjawab seorang ilmuan adalah dengan melakukan sosialisasi tentang menemuannya, sehingga tidak ada penyalahgunaan dengan hasil penemuan tersebut. Dan moral adalah hal yang paling susah dipahami ketika sudah mulai banyak orang yang meminta permintaan, moral adalah sebuah tuntutan.

Ilmu bukanlah sekadar pengetahuan (knowledge).Ilmu memang berperan tetapi bukan dalam segala hal.Sesuatu dapat dikatakan ilmu apabila objektif, metidis, sistematis, dan universal.Dan knowledge adalah keahlian maupun keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman maupun pemahanan dari suatu objek.

RUANG LINGKUP ILMU PENGETAHUAN

Filsafat ilmu pengetahuan merupakan ilmu yang bidang kajiannya umum dan sangatlah luas, sehingga perlu adanya batasan atau ruang lingkup dalam kajiannya dengan tujuan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan bidang kajiannya sesuai dengan kelompok yang sesuai, sehingga akan lebih mudah dalam mempelajari dan memahaminya.

Karena filsafat ilmu pengetahuan ini pada hakikatnya mempelajari bagaimana proses terbentuknya sesuatu (ilmu pengetahuan), maka secara garis besar kajiannya mencakup objek dan sudut pandang yang terjadi dalam proses tersebut.

Objek

Didunia ini banyak sekali lapangan pengetahuan yang masing-masing mempunyai ilmu pengetahuan tersendiri, seperti contoh ilmu alam, ilmu sosiologi, ilmu hayat, ilmu bumi, ilmu exact dll. Selain itu mungkin ada 2 atau lebih ilmu pengetahuan yang objek kajiannya sama namun ada pada dalam ilmu kajian yang berbeda, seperti ilmu kedokteran, ilmu jiwa, ilmu sosiologi, ilmu mendidik/ pendidikan dsb, semua objek kajiannya adalah manusia. Selain itu pula, ada ilmu antropologi, ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu alam/ sains dsb, juga objek kajiannya adalah manusia. Lalu apa yang membedakan pelbagai ilmu pengetahuan tersebut?.Maka secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa objek kajian ilmu

(6)

pengetahuan adalah alam, manusia dan juga semua yang ada dan yang mungkin ada. Objek itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Objek material, yaitu objek jika dilihat keseluruhan. Contoh: manusia, minyak tanah, dokter (dalam keseluruhan dan belum mendapat perlakuan)

b) Objek formal (sudut pandang), yaitu objek jika dipandang menurut suatu aspek atau sudut tertentu saja dan yang telah diberi perlakuan (sebagai terapaan). Contoh: kedokteran untuk orang yang sakit, arca yang merupakan kumpulan dari batu yang dibentuk, dll.

Sudut Pandang

Mengapa sudut pandang begitu penting? Sesungguhnya manusia itu terbatas, dari berbagai benda yang ada, ia hanya bisa melihat satu sudut saja, sebaliknya satu objek benda dapat dipandang dari berbagai sudut. Misalnya minyak tanah jika dilihat dari susunannya, maka terjadilah ilmu kimia. Jika dilihat dari tempat terbentuknya, akan jadi ilmu geologi, dsb. KESIMPULAN

Ilmu dapat diartikan sebagai suatu metode berfikir secara obyektif dalam menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia fuktual dan berprinsip untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, sehingga ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang benar-benar disusun dengan sistematis dan metodologis untuk mencapai tujuan yang berlaku universal dan dapat diuji atau diverifikasi kebenarannya. Kedudukan filsafat sebagai induk dari ilmu pengetahuan, memiliki proses perumusan yang sangat sulit dan membutuhkan pemahaman yang mendalam serta memiliki bidang kajian yang sangat luas dibanding ilmu yang lain yang semuanya itu untuk mendalami dan memahami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat mengetahui dan memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu tersebut. Disamping itu, kita juga dapat memahami lebih mendalam tentang kajian atau ilmu-ilmu di dalam filsafat itu sendiri, yang meliputi :

- Ontologi atau metafisika

- Aksiologi yang terdiri dari estetika dan etika religi - Episteminologi yang membahas tentang ilmufilsafat.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal .2004. Filsafat Ilmu (edisi revisi). PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat ; Suatu Pengantar. Bumi Aksara: Jakarta

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Balai Pustaka: Jakarta.

Salam, Burhanuddin. 2005. Pengantar Filsafat. Bumi Aksara : Jakarta.

AM, Suhar.2009. Filsafat Umum; Konsepsi, Sejarah dan Aliran. GP Press : Jakarta. Mustansir, Rizal, dkk. 2007. Filsafat Ilmu. pustaka Pelajar: Yogyakarta.

______________ Oleh: Yohana Elsafira

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen Afid Burhanuddin, M.Pd.)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Para Pihak akan menjalin hubungan yang akrab di bidang kebudayaan dan bidang-bidang terkait melalui pejabat yang berwenang, yang merupakan pelaksana dari

[r]

Variabel tujuan biasanya dikelompokkan dengan pasti dan model pohon keputusan lebih mengarah pada perhitungan probability dari tiap-tiap record terhadap kategori-kategori tersebut

[r]

Data nickname dan nama room yang telah tersimpan di dalam socket telah mengalami proses enkripsi dengan menggunakan algoritma Rijndael. Data password yang telah tersimpan

Departemen Mekanika dan Energi Politeknik Elektronika Negeri

daya tahan tubuh kurang baik akan memengaruhi produktivitas karena ketidak- hadiran dalam bekerja, sakit dengan berobat jalan maupun berada di rumah sakit. Selain