• Tidak ada hasil yang ditemukan

POSITIVE REINFORCEMENT APPLICATION TO IMPROVE STUDENT LEARNING MOTIVATION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POSITIVE REINFORCEMENT APPLICATION TO IMPROVE STUDENT LEARNING MOTIVATION"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Motvas belajar merupakan suatu keadaan yang terdapat pada dr seseorang ndvdu dmana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapa tujuan.Motvas belajar sangat dbutuhkan dalam proses pembelajaran. Motvas belajar dgunakan sebaga dasar setap ndvdu untuk mencapa tujuan belajar.Motvas belajar dapat membantu ndvdu dalam mencapa cta-ctanya.

Sardman (2003:75) menjelaskan bahwa motvas belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam dr sswa yang menmbulkan kegatan belajar yang menjamn kelangsungan dar kegatan dan memberkan arah pada kegatan belajar, sehngga tujuan yang dkehendak oleh subyek belajar tu dapat tercapa.

Berdasarkan pendapat Sardman tersebut dapat dkemukakan bahwa motvas belajar merupakan dorongan yang berasal dar dalam dr seseorang untuk mencapa tujuan belajar. Motvas mempunya fungs yang sangat besar pengaruhnya dalam proses pembelajaran. Motvas sebaga pendorong perbuatan dapat mempengaruh skap apa yang seharusnya dambl dalam rangka belajar. Motvas sebaga penggerak perbuatan dapat menyeleks mana

perbuatan yang harus dlakukan dan perbuatan mana yang harus dabakan.

Kenyataan yang terjad saat n adalah mash banyak sswa yang belum mempunya motvas belajar. Sswa belum mampu mengharga, belum mampu menghormat dan belum mampu me-maham art pentngnya belajar. Sswa cenderung menyepelekan bahkan mengabakan tugas yang telah dberkan guru. Sswa lebh senang asyk berman sendr darpada mendengarkan penjelasan yang dberkan oleh guru.

Berdasarkan hasl wawancara dengan guru pembmbng MTs Walsongo Sdowang Kajoran, dperoleh nformas bahwa d setap kelas past ada anak yang mempunya motvas belajar rendah. Kelas VIII 3 merupakan kelas yang palng banyak terdapat sswa yang mempunya motvas belajar rendah atau dapat dkatakan ada sektar 3 anak yang mempunya motvas belajar rendah dar jumlah keseluruhan 21 orang sswa.Sepert tdak mengerjakan tugas dar guru, gaduh dalam kelas, mengantuk ddalam kelas dan tdak konsentras dalam mengkut pelajaran. Atau dapat dkatakan 25% sswa MTs Walsongo mempunya motvas belajar rendah.

POSITIVE REINFORCEMENT APPLICATION TO IMPROVE STUDENT LEARNING MOTIVATION

Siti Karomah, Purwati, Sugiyadi

Prod BK FKIP Unverstas Muhammadyah Magelang emal: stkaromah@gmal.com

Abstract

This study aimed to test whether or not the application of positive reinforcement to increase students’ motivation. This research was conducted at class VIII MTs Walisongo Sidowangi Kajoran 3.

This research using action research methods Guidance and Counseling (PTBK). The subjects of this study were three children who had low levels of motivation in learning. Data collection method used is the method of observation and interviews. The data obtained were analyzed by constant percentage analysis techniques.

The results showed that there was a change in the students’ motivation after application of positive reinforcement. This is evidenced by the increase in student motivation. In addition, increase the frequency of indicators that show the percentage of more than 50% in accordance with the target date. Increasing student motivation is characterized by students who initially did not want to do the tasks assigned by the teacher be willing to do, which was originally often rowdy students in the classroom to be reduced, and the concentration of students become more willing to listen to the explanation given by the teacher.

(2)

Usaha yang pernah dlakukan oleh guru pembmbng dan juga guru mapel d MTs Walsongo Sdowang Kajoran untuk mengatas sswa yang memlk motvas belajar rendah dengan memberkan pemahaman tentang pentngnya belajar melalu nasehat dan dengan mendatangkan alumn yang sudah berhasl. Namun apabla sudah keterlaluan maka sswa tersebut dber sanks tegas berupa hukuman. Dar usaha yang telah dlaksanakan tersebut haslnya belum maksmal.

Penerapan reinforcement postf merupakan metode yang penuls gunakan untuk membantu mengatas permasalahan d MTs Walsongo Sdowang. Penerapan reinforcement postf me-lalu konselng ndvdu untuk menngkatkan pemahaman sswa tentang pentngnya belajar, sehngga dharapkan ketka pemahaman sswa tentang art pentngnya belajar menngkat, maka motvas belajar sswa akan menngkat.

Sadman (dalam Uno, 2006:68) memberkan penguatan dartkan dengan tngkah laku guru dalam merespon secara postf suatu tngkah laku tertentu sswa yang memungknkan tngkah laku tersebut tmbul kembal. Penerapan reinforcement postf bertujuan untuk mengubah tngkah laku seseorang, agar tngkah laku yang bak akan dulang, menngkat dan menetap dmasa yang akan datang.

Penerapan tersebut berupa pemberan pe-nguatan verbal, gestural, sentuhan dan pepe-nguatan berupa tanda atau benda. Perlakuan tu dberkan agartngkah laku yang negatf dapat berkurang untuk menjad tngkah laku yang postf. Peng-gunaan reinforcement postf dalam peneltan n adalah merupakan bentuk bantuan langsung pada sswa yang dlakukan oleh guru dalam rangka menngkatkan motvas belajar secara bak.

Berdasarkan uraan d atas, penuls bermaksud melakukan peneltan tentang penerapan reinfor-cement postf untuk menngkatkan motvas belajar sswa.

Motvas belajar merupakan hal yang sangat pentng yang harus dmlk oleh setap sswa. Dengan motvas belajar seorang sswa akan memperoleh hasl belajar yang maksmal dan akan memlk semangat belajar yang tngg.

Motvas berasal dar kata motivum yang dapat dartkan bergerak yang ada ddalam dr seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu dem tercapanya suatu tujuan (Sardman, 2003: 73). Motvas merupakan suatu konds dalam dr ndvdu atau peserta ddk yang mendorong

atau menggerakkan ndvdu atau peserta ddk melakukan kegatan untuk mencapa tujuan tertentu. (Sukmadnata, 2007:383)

Motvas belajar adalah suatu proses yang menentukan tngkatan kegatan, ntenstas, konsstens, arah umum dar tngkah laku manusa dan merupakan konsep yang rumt dan berkatan dengan konsep-konsep lan sepert mnat, konsep dr, skap dan sebaganya. (Slameto, 2010:170)

Pengertan motvas belajar darpendapat para ahl datas dapat dpaham bahwa motvas belajar adalah suatu pendorong yang mengubah energ dalam dr seseorang kedalam bentuk aktifitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Bentuk aktifitas nyata yang tampak menyangkut mnat, ketajaman, perhatan, konsentras dan ketekunan.

Prinsip Motivasi Belajar

Pembahasan motvas belajar tdak bsa terlepas dar prnsp motvas belajar. Dengan mengert dan memaham prnsp motvas be-lajar akan dapat memudahkan seseorang untuk menentukan langkah yang terbak dalam proses pembelajaran. Motvas belajar juga tdak bsa terlepas dar masalah-masalah pskolog dan fisiologi, karena keduanya ada saling keterkaitan (Hamalk, 2010:181).Yang perlu d paham dalam prnsp-prnsp motvas belajar adalah sebaga berkut:

a. Pujan lebh efektf darpada hukuman. Hukuman bersfat menghentkan suatu per-buatan sedangkan pujan bersfat mengharga apa yang telah dlakukan. Oleh karena tu pujan lebh besar nlanya bag motvas belajar.

b. Semua sswa mempunya kebutuhan psko-logs (yang bersfat dasar) yang harus men-dapat pemuasan. Kebutuhan-kebutuhan tu menyatakan dr dalam berbaga bentuk yang berbeda.para sswa yang dapat memenuh kebutuhannya secara efektf melalu ke-gatan-kegatan belajar hanya memerlukan sedkt bantuan dalam motvas dan dspln. c. Motvas yang berasal dar ndvdu lebh

efektf darpada motvas yang dpaksakan dar luar.

d. Jawaban (perbuatan) yang seras (sesua dengan kengnan) memerlukan usaha pe-nguatan (reinforcement). Apabla perbuatan belajar mencapa tujuan,maka perbuatan tu

(3)

perlu segera dulang kembal beberapa ment kemudan sehngga haslnya lebh mantap. e. Motvas mudah menjalar dan menyebar luas

terhadap orang lan. Guru yang bermnat tngg dan antusas akan mempengaruh para sswa sehngga mereka juga bermnat tngg dan antusas. Sswa yang antusas akan mendorong motvas para sswa lannya. f. Pemahaman yang jelas tentang tujuan belajar

akan merangsang motvas.

g. Tugas-tugas yang bersumber dar dr sendr akan menmbulkan mnat yang lebh besar untuk mengerjakannya ketmbang bla tugas-tugas tu dpaksakan oleh guru.

h. Pujan-pujan yang datangnya dar luar kadang-kadang dperlukan dan cukup efektf untuk merangsang mnat yang sebenarnya. . Tehnk dan prosedur mengajar yang

ber-macam-macam tu efektf untuk memelhara mnat sswa.

Langkah-langkah pemberan motvas be-lajar perlu untuk dperhatkan Sukmadnata (2007: 382) ada tga langkah dalam proses motvas belajar sswa adalah sebaga berkut: a. Adanya suatu konds yang terbentuk dar

tenaga-tenaga pendorong belajar (desakan motf kebutuhan dan kengnan belajar) yang menmbulkan ketegangan.

b. Berlangsungnya kegatan atau perlaku belajar yang darahkan pada pencapaan tujuan belajar yang akan mengendurkan atau menghlangkan ketegangan.

c. Pencapaan tujuan belajar dan berkurangnya atau hlangnya ketegangan.

Motvas tersebut berfungs mengarahkan (direc-tion), mengaktfkan dan menngkatkan kegatan (activating and energizing).

Upaya Membangkitkan Motivasi Belajar

Fathurohman dan Sutkno (2007:20) bebe-rapa upaya yang dapat dlakukan oleh konselor untuk membangktkan motvas belajar adalah : a. Menjelaskan tujuan kepada peserta ddk

Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebh dahulu seorang guru menjelaskan mengena tujuan nstruksonal khusus yang akan dcapanya kepada sswa. Penjelasan tersebut dserta dengan contoh-contoh tentang pentngnya belajar,

kemajuan-ke-majuan yang akan dcapa dengan belajar, orang-orang sukses karena rajn dan gat belajar. Pemberan nformas dalam menjelaskan tujuan dapat dselng dengan tanya jawab atau dskus dengan para sswa. Makn jelas tujuan maka semakn besar pula motvas belajar.

b. Membangktkan dorongan kepada peserta ddk untuk belajar

Dorongan n dapat berupa pemberan pujan, hadah kepada sswa yang berprestas. Upaya pembangktan motvas belajar perlu dlandas oleh skap dan penermaan yang wajar dar guru terhadap prbad sswa.Hal n dharapkan agar sswa menjad semangat untuk belajar lebh gat lag. Selan tu, guru juga dapat membuat sswa tertark dengan mater yang dsampakan dengan cara menggunakan metode yang menark dan mudah dmengert sswa.

c. Membentuk kebasaan belajar yang bak Kebasaan belajar yang bak dapat dbentuk dengan cara adanya jadwal belajar. Dengan adanya jadwal yang bak dharapkan sswa akan dspln dalam belajarnya. Selan tu sswa juga harus dapat membna skap dspln dalam dr sswa dengan belajar memanfaatkan setap kesempatan, sepert pemanfaatan waktu kosong d sekolah maupun d rumah.

d. Menggunakan metode yang bervaras Metode yang bervaras akan sangat membantu dalam proses belajar mengajar. Metode n dapat berupa penggunaan meda sepert komputer, LCD dan lan-lan. Dengan adanya metode yang baru akan mempermudah guru untuk menyampakan mater pada sswa.

e. Membantu memecahkan kesultan belajar peserta ddk, bak secara ndvdual maupun kelompok.

Membantu kesultan belajar sswa dengan cara memperhatkan proses dan hasl belajarnya. Setap ndvdu memlk kesultan belajar yang berbeda-beda.Sehngga kegatan n dapat berupa konselng ndvdu atau konselng kelompok untuk membantu memecahkan permasalahan sswa tentang kesultan belajarnya.

Reinforcement merupakan bentuk bantuan berupa penguatan. Penguatan sangat pentng

(4)

dberkan untuk membantu konsel dalam mengatur dan memperkuat perlaku yang dhaslkan dar sebuah proses pengubahan perlaku.

Istlah reinforcement berasal dar bahasa nggrs yang berart penguatan. Menurut pendapat Sadman (dalam Uno 2006:168) pemberan penguatan dengan tngkah laku guru dalam merespon postf suatu tngkah laku tertentu yang memungknkan tngkah laku tersebut tmbul kembal. Dalam proses n, peran guru sangat pentng.

Soemanto (2006:129) mengemukakan yang dmaksud dengan pemberan penguatan (rein-forcement) adalah suatu respon postf dar guru kepada sswa yang telah melakukan suatu perbuatan yang bak atau berprestas.Pemberan penguatan (reinforcement) n dlakukan oleh guru dengan tujuan agar sswa dapat lebh gat berpartspas dalam nteraks belajar mengajar dan agar sswa mengulang lag perbuatan yang bak tu.

Alwsol (2008:32) pengertan reinforcement adalah cara yang efektf untuk mengubah mengontrol perlaku dengan penguatan sebaga strateg kegatan yang membuat tngkah laku tertentu berpeluang untuk terjad atau sebalknya berpeluang untuk tdak terjad pada masa yang akan datang. Penguatan dkatakan juga sebaga respon terhadap tngkah laku yang dapat menngkatkan kemungknan berulangnya tngkah laku.Tndakan tersebut dmaksudkan untuk mengganjar atau membesarkan hat sswa agar mereka lebh gat berpartspas untuk nteraks dalam belajar mengajar.

Walker&Shea (dalam Komalasar, Gan-tna 2011: 161) Reinforcement postf adalah memberkan penguatan yang menyenangkan setelah tngkah laku yang dngnkan dtamplkan yang bertujuan agar tngkah laku yang dngnkan cenderung akan dulang menngkat dan menetap dmasa yang akan datang .

Pengertan tersebut dapat dpaham bahwa reinforcement postf adalah pemberan penguatan yang menyenangkan setelah tngkah laku yang dngnkan dtamplkan. Satu cara untuk me-ngngat perbedaan antara reinforcement postf dan reinforcement negatf adalah dalam reinforcement postf ada sesuatu yang dtambahkan atau d-peroleh. Dalam reinforcement negatf, ada sesuatu yang dkurang atau dhlangkan.

Pemberan reinforcement postf harus mem-perhatkan prnsp-prnsp reinforcement agar

memperoleh hasl yang maksmal (Komalasar, Gantna 2011:162). Prnsp-prnsp tersebut an-tara lan :

a. Penguatan postf tergantung pada pe-namplan tngkah laku yang dngnkan. b. Tngkah laku yang dngnkan dber

pengua-tan segera setelah tngkah laku tersebut d-tamplkan.

c. Ketka tngkah laku yang dngnkan sudah dapat dlakukan dengan bak penguatan dberkan secara berkala dan pada akhrnya dhentkan.

Langkah-langkah yang harus dperhatkan dalam pemberan renforcement (Komalasar ,Gantna 2011:164) :

a. Mengumpulkan nformas tentang permasa-lahan

b. Memlh perlaku target yang ngn dtngkat-kan.

c. Menetapkan data awal perlaku awal. d. Menentukan reinforcement yang bermakna. e. Penerapan reinforcement postf.

Ketramplan memberkan reinforcement me- rupakan ketramplan yang arahnya untuk mem-berkan dorongan, tanggapan, atau hadah bag sswa agar dalam mengkut pelajaran merasa dhormat dan dperhatkan. (Uno, 2006:168)

Beberapa komponen ketramplan member penguatan adalah sebaga berkut:

a. Penguatan dengan cara mendekat, penguat-an n dkerjakpenguat-an dengpenguat-an mendekat sswa untuk menyatakan perhatan guru terhadap pekerjaan, tngkah laku, atau penamplan sswa. Basanya guru mendekat sswa untuk memperkuat penguatan yang bersfat verbal. b. Penguatan dengan sentuhan, guru dapat me-nyatakan penghargaan kepada sswa dengan menepuk pundak sswa atau mengusap rambut pada anak-anak yang mash kecl. c. Penguatan dengan memberkan kegatan

yang menyenangkan, penguatan n dapat berupa memnta sswa membantu temannya apabla a selesa mengerjakan pekerjaan terlebh dahulu dengan tepat.

d. Penggunaan komponen ketramplan harus bersfat selektf dan hat-hat, dsesuakan dengan usa sswa, tngkat kemampuan, kebutuhan dan latar belakang, tujuan dan sfat tugas.

(5)

e. Penguatan berupa tanda atau benda, penguatan bentuk n merupakan usaha guru dalam menggunakan bermacam-macam smbol penguatan untuk menunjang tngkah laku yang postf. Bentuknya antara lan komentar tertuls pada buku pekerjaan, pemberan bntang, pemberan alat tuls yang dbutuhkan sswa.

f. Penguatan gestural, penguatan n dalam bentuk mmk, gerakan wajah, atau anggota badan yang dapat memberkan kesan kepada sswa. Msalnya : mengangkat als, tersenyum, kerlngan mata,tepuk tangan, anggukan, menakkan bu jar tanda jempolan dan lan-lan.

g. Penguatan verbal, penguatan verbal da-pat berupa kata-kata atau kalmat yang ducapkan oleh guru. Contoh: “bak”, “bagus”, “tepat”,saya sangat mengharga pendapatmu, “pkranmu sangat cerdas”dan lan-lan.

Motvas belajar adalah skap yang harus dmlk oleh setap sswa. Motvas belajar sebaga dasar setap sswa dalam mengkut proses pembelajaran. Karena dengan memlk motvas setap sswa akan memperoleh hasl sepert apa yang dharapkan. Namun, sswa yang memlk motvas belajar yang rendah tdak akan menunjukkan skap yang bak dalam mengkut proses pembelajaran. Rendahnya motvas belajar sswa dapat dsebabkan oleh faktor orang tua, lngkungan dan sekolah yang kurang memberkan pemahaman tentang art pentngnya motvas dalam belajar.

Penngkatan motvas belajar dapat dla-kukan dengan cara penerapan reinforcement postf. Alwsol (2008:32) mengemukakan bahwa reinforcement adalah cara yang efektf untuk mengubah mengontrol perlaku dengan penguatan sebaga strateg kegatan yang membuat tngkah laku tertentu berpeluang untuk terjad atau sebalknya berpeluang untuk tdak terjad pada masa yang akan datang. Penerapan reinforcement postf bertujuan untuk mengubah tngkah laku seseorang, agar tngkah laku yang bak akan dulang, menngkat dan menetap dmasa yang akan datang.

Penerapan tersebut berupa pemberan pe-nguatan verbal, gestural, sentuhan dan pepe-nguatan berupa tanda atau benda. Perlakuan tu dberkan agartngkah laku yang negatf dapat berkurang

untuk menjad tngkah laku yang postf. Peng-gunaan reinforcement postf dalam peneltan n adalah merupakan bentuk bantuan langsung pada sswa yang dlakukan oleh guru dalam rangka menngkatkan motvas belajar secara bak.

Motvas belajar adalah segala sesuatu yang mendorong sswa untuk belajar dan menggal potens yang ada pada dr sehngga tujuan yang dkehendak oleh sswa dapat tercapa. Seorang sswa yang memlk motvas belajar rendah cenderung kurang memperhatkan mater yang dberkan oleh guru,tdak konsentras dalam mengkut pelajaran, mengantuk, dan serng membuat kegaduhan d kelas.

Guru pembmbng berperan pentng dalam proses penyelesaan masalah yang dhadap oleh peserta ddk d sekolah. Permasalahan dar motvas belajar yang rendah perlu segera dselesakan. Penerapan reinforcement postf merupakan metode yang dgunakan untuk menngkatkan motvas belajar sswa

METODE

Rancangan peneltan yang akan dgunakan adalah peneltan tndakan bmbngan dan konselng atau PTBK, karena kegatan peneltan yang dlakukan dalam lngkup kegatan bmbngan dan konselng. Serupa dengan pelaksanaan peneltan tndakan kelas, peneltan tndakan bmbngan dan konselng atau PTBK memlk empat langkah pelaksanaan yang harus dkut dan dlaksanakan secara berurutan, yatu : 1. Perencanaan (planning), identifikasi, analisis

dan perumusan masalah. 2. Melaksanakan tndakan (acting).

3. Pengamatan/pengumpulan data (observing). 4. Melakukan refleksi (reflecting).

Subyek peneltan merupakan ndvdu yang menjad sasaran peneltan. Subyek pada peneltan n adalah 3 orang sswakelas VIII 3 MTs Walsongo Sdowang Kajoran.Subyek peneltan dplh berdasarkan karakterstk khusus yang mencakup aspek fisik dan aspek psikis sasaran (aspek fisik dilihat dari pertumbuhan fisik, sedangkan aspek psikis dapat dilihat dari perkembangan jwa sasaran). Konds subyek peneltan yatu sswa yang memlk perlaku yang mengarah pada motvas belajar rendah.

Metode pengumpulan data menekankan secara lebih spesifik tentang cara mengumpulkan

(6)

data yang dperlukan. Data yang dbutuhkan dalam peneltan n berwujud data kualtatf. Sehngga alat pengumpul data yang dgunakan adalah observas dan wawancara. Penjelasan masng-masng teknk sebaga berkut :

1. Observasi

Observas merupakan suatu peneltan yang djalankan secara sstemats dan sengaja d-adakan dengan menggunakan alat ndera (terutama mata) atas kejadan-kejadan yang langsung dapat dtangkap pada waktu kejadan tu berlangsung. Observas dlakukan dengan mengamat kegatan yang dlakukan subyek peneltan.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode untuk mendapatkan data tentang sswa dengan mengadakan hubungan secara lang-sung dengan nforman (face to face relation). Instrumen peneltan yang dgunakan dalam metode n berupa pedoman wawancara. Pedoman wawancara yang dgunakan be-rupa pertanyaan-pertanyaan yang dbuat untuk mencar nformas dan penjelasan dar sumber secara langsung

Peneltan dlaksanakan dengan 4 langkah. Yang pertama adalah melakukan perencanaan tndakan yang ddasarkan pada hasl observas terhadap permasalahan yang dtelt yatu motvas belajar sswa yang rendah. Kemudan setelah rencana selesa dlakukan, tndakan berupa reinforcement postf dlaksanakan. Setelah tndakan selesa dlakukan pengamatan dan pengumpulan data dan kemudan melakukan refleksi. Hasil refleksi menjadi permasalahan baru yang kemudan dtangan dalam sklus berkutnya. Apabla masalah belum terselesakan dlanjutkan ke sklus berkutnya.

Alurdalam peneltannmenggunakan tga sklus terdr dar empat fase, yatu :

1. Siklus I

a. RencanaTndakan I

Dlakukan berdasarkan hasl observas terhadap motvas rendah pada subjek peneltan.Tndakan yang akan dtempuh adalah melalu penerapan reinforcement postf pada subyek peneltan.

b. PelaksanaanTndakan I

Pelaksanaan Tndakan I menggunakan matrk tndakan yatu penerapan ren-forcement postf melalu konselng.

c. Observas I

Mengetahu perubahan motvas rendah, dlakukan bersamaan dengan penerapan reinforcement postf, serta mengamat per-laku sswa pad asaat berada d kelas. d. Refleksi I

Tahapan n dmaksudkan untuk mengkaj secara menyeluruh tndakan yang telah dlakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudan dlakukan evaluas guna penyempurnaan tndakan berkutnya. Jka perubahan belum mencapa 50% maka perlu tndakan sklus II.

2. Siklus II

a. RencanaTndakan II

Merupakan revs tndakan I atau tndak lanjut dar sklus I. Pada tahap n melakukan penerapan reinforcement postf yang tujuannya sswa dapat mengambl keputusan berdasarkan apa yang terjad pada drnya sendr.

b. Pelaksanaan Tndakan II

Pelaksanaan tndakan tahap II n hampr sama dengan sklus I, perbedaannya hanya terletak pada penngkatan motvas belajar yatu mengurang frekuens munculnya ndkator motvas belajar rendah.Target perlaku menuju kearah yang lebh bak.

c. Observas II

Pelaksanaan sama dengan observas I akan tetap dlaksanakan secara lebh cermat. Tujuannya agar pelaksanaan sklus berkutnya dapat dlakukan dengan lebh bak dan mengetahu perubahan tngkahlaku subyek.

d. Refleksi II

Mengumpulkan masukan bag penentuan tndakan selanjutnya dengan melakukan analisis hasil tindakan dari refleksi I dan dbuat kesmpulan perlaku apa saja yang menunjukkan perubahan. Jka belum ada 50% dlaksanakan sklus III.

3. Siklus III

a. Rencana Tndakan III

Rencana tndakan III dlakukan dengan melhat observas II yang tujuannya me-nngkatkan motvas belajar sswa. b. PelaksanaanTndakan III

Pelaksanaannya sama dengan pelaksanaan tndakan I maupun pelaksanaan tndakan

(7)

II tetap dlakukan dengan lebh ntensf. c. Observas III

Kegatan n dlakukan untuk mengetahu rendahnya motvas belajar sswa secara lebh dalam dan untuk mengetahu seberapa besar persentase perubahannya.

d. Refleksi III

Kegatan n bertujuan untuk menla seluruh kegatan yang telah dlaksanakan dan untuk mengetahu seberapa besar persentase perubahan. Perubahan pe- rlaku dndkaskan dengan tdak me-ngerjakan tugas dar guru, malas dalam belajar, mengantuk saat pelajaran dan tdak konsentras dalam mengkut pelajaran.

Data yang dkumpulkan harus danalss. Analss hanya bersfat kualtatf. Analss data ddasarkan pada ndkator kerja. Indkator kerja merupakan suatu konds atau keadaan yang dharapkan terjad setelah dadakan perlakuan dalam peneltan, sebaga alat ukur keberhaslan dsebut ndkator knerja.Pengubahan perlaku dapat dnyatakan berhasl apabla :

1. Konsel dapat menunjukkan perubahan sebesar 50% dar perlaku semula.

2. Konsel dapat menunjukkan perubahan perlaku ke arah yang lebh bak yatu menngkat motvas belajarnya.

Tngkat perubahan yang menjad sasaran peneltan dgunakan model Goodwn dan Coater (dalam Lestar, 2010 : 38) dengan rumus : Persentase Change (Pc)

Post rate - Base rate =

Base Rate Keterangan :

Post rate : Rata-rata aspek yang dmunculkan setelah treatment.

Base rate : Rata-rata aspek yang dmunculkan sebelum treatment.

Pc : Persentase perubahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneltan n membahas tentang pene-rapan reinforcement postf untuk menngkatkan motvas belajar sswa kelas VIII 3 MTs

Walsongo Sdowang Kajoran. Berdasarkan hasl pengamatan dan wawancara dengan wal kelas dan teman sebaya memang ketga subyek tersebut memlk motvas yang rendah dalam belajar. Sebelum dlakukan tndakan sklus I sampa dengan sklus III, frekuens munculnya perlaku yang menunjukkan motvas belajar pada ketga subyek peneltan cukup rendah. Setelah dberkan tndakan sklus I sampa dengan sklus III berupa penerapan reinforcement postf, terjad penngkatan frekuens perlaku yang menunjukkan motvas belajar yangmelebh target mnmal yatu lebh dar 50%. Perubahan penngkatan motvas belajar pada konsel I mencapa 68%, konsel II mencapa 68%, dan konsel III mencapa 65,5%. Karena target sudah tercapa, tndakan dhentkan pada sklus III.

Hasl tersebut juga ddukung dengan hasl wawancara dan observas sesudah tndakan yang menunjukkan penngkatan motvas belajar. Menurut wal kelas dan beberapa teman dar konseli, terjadi perubahan yang signifikan dalam dr konsel. Ketga konsel sudah mau mengerjakan tugas dar guru, tdak gaduh d dalam kelas, tdak mengantuk d dalam kelas, dan juga lebh konsentras dalam mengkut pelajaran. Konds akhr konsel setelah dber tndakan berupa reinforcement postf adalah konsel sudah mempunya motvas belajar yang lebh tngg dbandngkan sebelum dber tndakan.

Hasl peneltan menunjukkan bahwa pene-rapan reinforcement postf dapat menngkatkan motvas belajar sswa. Namun demkan, penng-katan motvas belajar sswa kemungknan juga dpengaruh oleh hal lan d luar tndakan yang dberkan. Penngkatan yang terjad drasa sudah maksmal karena proses pemberan tndakan berja-lan sesua dengan yang drencanakan sehngga tujuan pelaksanaan peneltan dapat tercapa.

Penerapan reinforcement postf dapat me-nngkatkan motvas belajar sswa. Pernyataan n ddukung dengan pendapat Alwsol (2008:32) yang menyatakan bahwa reinforcement postf adalah cara yang efektf untuk mengubah dan mengontrol perlaku dengan penguatan sebaga strateg kegatan yang membuat tngkah laku tertentu berpeluang terjad kembal. Dengan pemberan penguatan postf, perlaku yang menunjukkan motvas belajar tngg kembal dlakukan oleh sswa dan motvas belajar yang tadnya kurang menjad menngkat.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Alwsol. 2008. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Faturrohman,P. dan Sutkno,S. 2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman konsep umum & islami. Bandung : Refika Aditam

Hamalk, Oemar. 2010.Psikologi Belajar & mengajar. Bandung: Snar Baru Algensndo

Komalasar, Gantna, Eka wahyun dan Karsh. 2011.Teori dan Tehnik Konseling.Jakarta: PT. Indeks

Lestar,St Sr.2010.”Penerapan Pendekatan Berpusat Pada Person Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.” Skrps (tdak dterbtkan).Magelang FKIP UMMgl

Sardman, A.M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT. Remaja Posta Karya Offset. Slameto.2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rneka Cpta.

Soemanto. 2006.Psikologi Pendidikan Jakarta: Rneka Cpta

Sukmadnata, N.2007.Bimbingan dan Konseling dalam praktik (Mengembangkan potensi dan kepribadian siswa). Bandung: Maestro

Uno. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bum Aksara. Berdasarkan uraan d atas dapat

dsmpul-kan bahwa penerapan reinforcement postf dapat menngkatkan motvas belajar sswa kelas VIII 3 d MTs Walsongo Sdowang Kajoran. Oleh karena tu penerapan reinforcement postf dapat dgunakan oleh guru pembmbng d MTs Walsongo Sdowang Kajoran untuk menngkatkan motvas belajar pada sswa.

SIMPULAN

Berdasarkan hasl yang telah dsajkan dalam bab IV dapat dsmpulkan bahwa penerapan reinforcement postf dapat menngkatkan motvas belajar sswa kelas VIII 3 d MTs Walsongo Sdowang Kajoran dengan presentase perubahan lebh dar 50%.

Referensi

Dokumen terkait

Jad, hasl dar Independent - sampel uj T untuk posttest dapat dsmpulkan bahwa kepercayaan dr berbcara bahasa Inggrs pada mahasswa S1 Keperawatan dar kelas

001 Persentase (%) dokumen rencana Program, Kegiatan dan anggaran yg disusun dan diselesaikan tepat waktu dan sesuai dengan rencana kerja tahunan. Indikator

Berikut merupakan hambatan yang dialami oleh desa wisata Blue Lagoon semenjak diresmikan menjadi desa wisata dari tahun 2015 oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sleman,

Dengan demikian pendidikan yang merupakan salah satu indikator dari IPM berpengaruh terhadap tingkat pengangguran maka tenaga kerja berpendidikan rendah akan sulit

oni biljni lekoviti proizvodi koji kao aktivne sastojke sadrže: standardizovane ekstrakte lista sa cvetom gloga (primenjuju se kod blažih oblika sr č ane

memberikan penguatan (reinforcement) harus dikuasai oleh guru karena penguatan yang diberikan kepada siswa akan membangkitkan motivasi siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran,

Lebih luas lagi, harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa.. 2.1.9

Ber- dasar perhitungan reliabilitas yang sudah disajikan pada tabel 4 dan 5 diketahui bah- wa pada semua dimensi reliabilitas instru- men tipe Likert lebih tinggi dari