• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

25 BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1 Keadaan Umum Wilayah Kelurahan Simpang Baru

Kelurahan Simpang Baru termasuk dalam wilayah Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, Propinsi Riau. Wilayah Kelurahan Simpang Baru berbatasan dengan kelurahan-kelurahan lain yang ada disekitarnya, yaitu:

Sebelah Utara : Kelurahan Simpang Tiga Sebelah Selatan : Kelurahan Tuah Karya Sebelah Barat : Kelurahan Sidomulyo Sebelah Timur : Kelurahan Delima

Luas wilayah Kelurahan Simpang Baru secara keseluruhan adalah 23.788 ha. Sebagian besar wilayah digunakan untuk pemukiman dan industri. Kondisi geografis Kelurahan Simpang Baru merupakan daerah dataran rendah dan keadaan suhu maksimum 32,6 sampai 36,5 derajat Celcius.

4.2 Karakteristik Penduduk Kelurahan Simpang Baru

Berdasarkan data potensi Kelurahan Simpang Baru tahun 2009, jumlah penduduk seluruhnya adalah 18.165 jiwa dengan 4.265 kepala keluarga (KK). Berdasarkan pembagian jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki adalah sebesar 9.255 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 8.910 jiwa. Penduduk ini tersebar di 14 RW dan 59 RT.

Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penduduk Kelurahan Simpang Baru beragam, penduduk yang belum sekolah sebanyak 1.715 jiwa, tidak tamat SD 950 jiwa, tamat SD 6.238 jiwa, tamat SLTP 4.245 jiwa, tamat SLTA 2.382 jiwa, tamat Diploma I dan II 985 jiwa, sarjana sebanyak 825 jiwa untuk S1, 330 jiwa untuk S2, dan 45 jiwa untuk S3.

(2)

26 4.3 Gambaran Umum RW 13 Kelurahan Simpang Baru

RW 13 merupakan salah satu dari 14 RW yang terdapat di Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru. RW ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa wilayah ini strategis, terletak di sekitar jalan utama, dekat dengan sarana pembelanjaan, serta sarana sekolah, sehingga dinilai memiliki akses yang besar terhadap informasi dan media massa.

Terdapat 179 kepala keluarga yang terdaftar sebagai penduduk di RW 13 ini. Penduduk mempunyai jenis pekerjaan yang beragam, mulai dari Pegawai Negeri Sipil, pegawai swasta, pedagang, dan lainnya. Sebagian besar penduduk merupakan masyarakat asli (melayu), sisanya merupakan masyarakat pendatang seperti dari Jawa , Minang, dan Batak.

Melalui full enumeration survey yang dilakukan pada awal penelitian, dari 179 kepala keluarga yang dijadikan populasi penelitian, terdapat 121 orang yang bersedia dijadikan responden dalam penelitian ini. Dari 121 orang diambil 40 responden yang diambil secara acak, rata-rata dari 40 orang responden memiliki televisi lebih dari satu buah dan seluruhnya dapat menangkap siaran Riau Televisi (RTV). Selain itu mereka pada umumnya mempunyai radio dan berlangganan majalah atau surat kabar.

(3)

27 4.4 Profil Responden

Profil responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Jumlah Responden Menurut Faktor Intrinsik di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Berdasarkan Faktor Intrinsik Tahun 2009

Faktor Intrinsik Jumlah (n=40 dalam orang) Usia

(a) Kurang dari 25 tahun

(b) Antara 25 tahun sampai 45 tahun (c) 45 tahun keatas 12 20 8 Jenis kelamin (a) Laki-laki (b) Perempuan 16 24 Jenis pekerjaan (a) Bekerja

(b) Ibu rumah tangga, pensiunan, belum dan tidak bekerja (c) Pelajar/mahasiswa 13 15 12 Tingkat pendapatan (a) Kurang dari 1 juta

(b) Antara 1 juta sampai 2,5 juta (c) Lebih dari 2,5 juta

19 13 8 Tingkat pendidikan

(a) Sekolah Dasar (SD) (b) SLTP dan SLTA (SL) (c) Perguruan Tinggi (PT) 8 14 18 Asal etnis (a) Melayu (b) Minang (c) Jawa (d) Batak 20 5 9 6

(4)

28 4.5 Profil Riau Televisi

4.5.1 Latar Belakang Lahirnya Riau Televisi

Kota Pekanbaru sebagai ibukota Propinsi Riau, merupakan wilayah dengan posisi strategis, berada di kawasan Pulau Sumatera. Kota Pekanbaru merupakan wilayah terbuka lintas timur dan barat Sumatera. Tidak heran jika perkembangan kota ini dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Ini dapat dilihat dari angka perkembangan penduduk, sosial ekonomi, dan budaya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Riau tahun 2002, jumlah penduduk di Kota Pekanbaru mencapai 585.440 jiwa. Namun demikian berdasarkan data BPS Riau yang diambil dari pendapatan penduduk Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden tahun 2004, jumlah penduduk mencapai angka 700.000 jiwa.

Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi terjadi sangat pesat. Di Kota Pekanbaru tumbuh dan berkembang sejumlah perusahaan raksasa, misalnya perusahaan minyak bumi PT Caltex Pasific Indonesia (Pekanbaru, Kabupaten Siak, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Rokan Hilir), perusahaan pulp dan kertas, seperti PT Indah Kiat Pulp & Paper (Perawang, Kabupaten siak) dan PT Riau Andalan Pulp & Paper (Kabupaten Pelalawan), perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Perkebunan Nusantara V (kantor pusat Pekanbaru, Perkebunan di Kabupaten Kampar, Kabupaten Rokanhulu), serta pabrik mie instan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Pekanbaru), dan lain-lain.

Perkembangan pesat inilah yang menjadi dasar Pemerintah Kota Pekanbaru menetapkan Visi Kota Pekanbaru 2020: Pekanbaru sebagai pusat pemerintahan Propinsi Riau, Pekanbaru sebagai pusat perdagangan dan jasa, serta Pekanbaru menjadi pusat pengembangan budaya Melayu. Industri televisi diyakini sebagai media yang mampu menampilkan informasi, berita, dan hiburan serta audio visual, industri televisi juga menjadi agent of change yang berperan penting di era informatika serta globalisasi saat ini.

Guna mendukung program Pemerintah Kota Pekanbaru dengan masyarakatnya yang sangat heterogen dengan tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 4,2 persen setahun (melebihi angka pertumbuhan ekonomi nasional),

(5)

29 dipandang perlu dan penting adanya keberadaan media massa khususnya televisi swasta yang berbasis stasiun televisi lokal. Selain itu, tanpa adanya stasiun televisi dengan basis stasiun lokal yang mengusung semangat melestarikan budaya Melayu di Pekanbaru, maka tidak dapat dihindari cepat atau lambat, sebuah kepastian bahwa masyarakat Pekanbaru akan semakin mengalami keterasingan terhadap budaya mereka sendiri. Kehadiran televisi lokal dengan muatan lokal, akan menguatkan ketahanan budaya melayu masyarakat. Oleh karena itu, PT Riau Media Televisi (RIAU TV) hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Pekanbaru dan sekitarnya untuk menampilkan program-program yang mempunyai khas Melayu sesuai dengan budaya masyarakat Pekanbaru, dimana masyarakat Pekanbaru dapat menonton “dirinya” sendiri.

Jangkauan siaran RIAU TV tidak hanya Kota Pekanbaru, tetapi manjangkau beberapa kabupaten dan kota lain, seperti Kota Dumai yang bependuduk 173.188 jiwa, Kabupaten Kampar yang berpenduduk 447.157 jiwa, Kabupaten Siak yang berpenduduk 238.786 jiwa, Kabupaten Rokanhulu yang berpenduduk 265.686 jiwa, Kabupaten Kuantan Singingi yang berpenduduk 216.730 jiwa, Kabupaten Pelalawan yang berpenduduk 152.949 jiwa.

4.5.2 Visi dan Misi

PT Riau Media Televisi hadir dengan Visi menjadikan Propinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan pengembangan kebudayaan Melayu dalam masyarakat yang agamis di Asia Tenggara 2020. Untuk mewujudkan visi tersebut, PT Riau Media Televisi menyiapkan langkah-langkah strategis berupa Misi yaitu:

1. Membuat dan menayangkan program-program siaran sebagai barometer tercepat dan terakurat melalui program-program berita yang ditayangkan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

2. Membuat dan menayangkan program-program siaran yang mampu meningkatkan ketahanan budaya melayu dalam menghadapi era globalisasi.

(6)

30 3. Membuat dan menayangkan program-program siaran pemersatu

budaya-budaya daerah di Riau dalam rangka memperkuat budaya-budaya nasional dalam NKRI.

4. Menjadi sarana untuk mendokumentasikan budaya-budaya Melayu yang sudah langka.

5. Membuat dan menayangkan program-program siaran yang mampu memperkuat pelaksanaan otonomi daerah dan masyarakat madani di Riau. 6. Mengembangkan dan menayangkan beragam program siaran sebagai media

informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, dan mempunyai kontrol sosial di masyarakat.

Latar belakang PT Riau Media Televisi telah menggambarkan mengenai alasan didirikannya lembaga penyiaran berbasiskan stasiun lokal di Pekanbaru dihubungkan dengan kondisi dan segmentasi masyarakat setempat yang berbudaya Melayu. Maka jelas terlihat bahwa PT Riau Media Televisi (RIAU TV) memiliki ciri khas masyarakat Pekanbaru yang mempunyai budaya Melayu yang kuat.

Berdasarkan uraian latar belakang, PT Riau Media Televisi juga mempunyai visi ke depan yaitu pada tahun 2020 menjadi pusat kebudayaan Melayu. Visi Riau TV dapat mewujudkan fungsi lembaga penyiaran sebagai media informasi, media pendidikan, media hiburan, dan perekat sosial yang dapat dilihat dari adanya keberagaman program siaran yang disesuaikan dengan segmentasi masyarakat di daerah Riau, khususnya Kota Pekanbaru.

Misi PT Riau Media Televisi pun telah menjawab bagaimana mewujudkan visinya sebagai lembaga penyiaran swasta berbasiskan stasiun televisi lokal dengan adanya langkah-langkah strategis tersebut di atas. Sejak tanggal 20 Mei 2001, PT Riau Media Televisi (RIAU TV) sudah melayani masyarakat Pekanbaru dan sekitarnya dengan program-program acaranya yang memang berpihak pada budaya dan kerifan lokal masyarakat Pekanbaru yaitu budaya Melayu.

(7)

31 4.5.3 Program Acara Riau Televisi

RTV berdiri pada tanggal 20 Mei 2001 dan sekarang sudah masuk 8 tahun (sewindu) RTV berdiri. RTV merupakan anak perusahaan dari Riau Pos grup. Dalam perkembangannya, dapat dilihat bahwa RTV dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dan memperoleh dukungan penuh dari pemerintah Provinsi maupun pemerintah kota Pekanbaru. Penyelenggaraan RTV masih dibantu oleh dana APBD Kota Pekanbaru, tetapi perolehan dana terbesar diperoleh dari iklan.

Sudah banyak program yang ditayangkan oleh RTV selama berdiri. Program tersebut dominan program informasi. Detak Riau, Mozaik Musik, dan Bursa Nada dan Niaga merupakan program unggulan RTV. Detak Riau menjadi program informasi unggulan karena program ini berisikan berita-berita tentang daerah di Riau. Ada beberapa program yang disiarkan RTV yang mencirikan budaya melayu seperti Salam Dendang Melayu, dan Kampong Melayu. Dahulu RTV juga menyiarkan program acara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pendatang, tetapi tidak bertahan beberapa lama karena mendapat protes dari pemerintah dan tokoh budaya. Selain memproduksi siaran sendiri, RTV juga bekerja sama dengan event organizer luar untuk menyediakan program acara. Selain acara on air, RTV juga meliput kegiatan off air. Proporsi siaran on air dan off air adalah sebanyak 60:40. Sedangkan komposisi acara adalah 70persen lokal dan 30persen umum. Jenis acara yang disiarkan berupa acara news (25 persen), religi (15 persen), talkshow (30 persen), sport (7 persen), hiburan (15 persen), dan anak (8 persen).

Jangkauan siaran RTV sudah mencapai beberapa kabupaten/kota di Propinsi Riau yaitu Pekanbaru, Dumai, Pelalawan, Kuantan Singingi, Kampar, Siak, Rokan Hulu dan Rokan Hilir, meskipun kualitas siaran di daerah selain Pekanbaru masih terbatas. Menurut Manager program RTV program yang selama ini disiarkan melihat kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan mengenai informasi daerah Riau. Selain itu, sebuah program ditayangkan juga dari permintaan sponsor ataupun kerjasama dengan pemerintah daerah. Kekuatan RTV saat ini adalah konten lokal yang masih terus terjaga, dan yang menjadi kelemahannya adalah minimnya sumberdaya manusia dan dana.

(8)

32 Berdasarkan jenis program, pilihan acara di RTV dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

No Jenis Program Nama Program

1 Pendidikan 1. Dialog Iqra’ Annisa 2. Mutiara Islam

3. Sanggar Kreasi TK Annamiroh 4. Dialog Islam Bersama IKADI

2 Informasi 1. Gerai 2. Venues 3. Rentak Kota 4. Buka Mata 5. Detak Riau 6. Berita Pilihan 7 7. Kampong Melayu 8. Jendela Metropolis 9. Profil Ustad Haryono 10. Dialog BKMT 11. Dokter Anda 12. Resep Dapur Kita 13. Berita Terkini

14. Berita MK (Relay JTV) 15. Dialog Alternatif ATFG 8 16. Dialog Ali Sadikin 17. Dialog Asnawi M. Alam 18. IBM Service

19. Talkshow Obrolan Politik 20. Jurnal MK

21. Debat Menuju Gedung Rakyat 22. Dunia Kita 23. Info Malam 24. Dialog MK 25. Kriminal Sepekan 26. Kedai UMKM 27. Griya Kita 3 Hiburan 1. Senam

2. Kartun Islami DIVA 3. Jelajah Wisata 4. Selingan Musik

5. Senam Persada Primarada 6. Bursa Nada Dan Niaga 7. VH 1 Pop Indonesia 8. Mozaik Musik 9. Musik Islami

10. Musik Pop Indonesia+Chat RTV 11. Indo Top 12

12. Salam Dendang Melayu 13. Karaoke Ocu

14. Dendang Oncu Kampar 15. Ladang Hati

16. NBA Games 17. NBA Hi Light

(9)

33 BAB V

MOTIVASI MENONTON TELEVISI LOKAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

5.1 Motivasi Menonton Televisi Lokal dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya

McQuail (1991) mengemukakan ada empat jenis motivasi dalam diri individu yaitu motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan. Masing-masing motivasi dikembangkan ke dalam beberapa bagian, sehingga diperoleh 21 submotivasi. Setiap motivasi diukur dengan pernyataan-pernyataan responden tentang apa yang dicari atau diharapkan dari acara-acara televisi. Setiap pernyataan motivasi tersebut diukur melalui skala mulai dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), setuju (3), dan sangat setuju (4). Skor-skor tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan total skor untuk masing-masing motivasi. Kemudian dari hasil skor yang diperoleh, dikelompokkan menjadi motivasi rendah dan tinggi. Motivasi dengan skor tinggi menunjukkan bahwa motivasi tersebut lebih dominan dirasakan responden dalam menonton televisi lokal. Pada tabel berikut disajikan jumlah responden berdasarkan tinggi dan rendahnya motivasi responden. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki motivasi yang tinggi pada setiap motivasi. Dari keempat jenis motivasi tersebut, motivasi yang paling tinggi dirasakan responden adalah motivasi hiburan.

Tabel 2. Jumlah Responden Menurut Jenis dan Kategori Motivasi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Jenis Motivasi Kategori Motivasi Total Rendah (skor 4-9) Tinggi (skor 10-16) Motivasi Informasi

Motivasi Identitas Pribadi

Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Motivasi Hiburan 7 8 9 5 33 32 31 35 40 40 40 40

(10)

34 5.1.1 Pengaruh Faktor Intrinsik terhadap Motivasi Menonton Televisi Lokal Faktor intrinsik yang berhubungan dengan motivasi responden dalam menonton televisi lokal dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan asal etnis.

5.1.1.1 Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal

1. Pengaruh Faktor Usia terhadap Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor usia terhadap motivasi informasi responden dapat dilihat pada Tabel 3. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden pada kelompok usia 25 sampai 45 tahun memiliki motivasi informasi paling tinggi, yakni 17 responden. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai +0.311 artinya antara usia dengan motivasi informasi responden memiliki hubungan yang positif (nyata), semakin tinggi umur seseorang, maka semakin tinggi motivasi informasi yang dimilikinya. Tetapi hubungannya lemah atau rendah.

Tabel 3. Jumlah Responden Menurut Usia dan Kategori Motivasi Informasi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Usia Motivasi Informasi Total (dalam persen) Rendah (skor 4-9) Tinggi (skor 10-16) <25 Tahun 4 8 17 8 33 12 (30,00) 20 (50,00) 8 (20,00) 40 (100,00) 25-45 Tahun 3 >45 Tahun 0 Total 7

2. Pengaruh Faktor Jenis Kelamin Terhadap Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor jenis kelamin terhadap motivasi informasi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 4. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden perempuan lebih banyak menonton acara informasi dibandingkan dengan responden laki-laki. Berdasarkan Uji Chi Square,

(11)

35 didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (0,026 < 2,705) artinya ada hubungan antara jenis kelamin dengan motivasi informasi responden. Responden laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki motivasi informasi yang tinggi berupa mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang beraitan dengan lingkungan terdekat, mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penentuan pilihan, memuaskan rasa ingin tahu dan memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan.

Tabel 4. Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin dan Kategori Motivasi Informasi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Jenis Kelamin Motivasi Informasi Total (dalam persen) Rendah (skor 4-9) Tinggi (skor 10-16) Laki-laki 2 14 19 33 16 (40,00) 24 (60,00) 40 (100,00) Perempuan 5 Total 7

3. Pengaruh Faktor Jenis Pekerjaan Terhadap Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor jenis pekerjaan terhadap motivasi informasi responden dapat dilihat pada Tabel 5. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang bekerja memiliki motivasi informasi yang lebih tinggi dibandingkan responden pada kedua golongan lainnya. Responden yang bekerja lebih banyak membutuhkan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Berbeda dengan responden yang masih menempuh pendidikan lebih banyak menonton acara hiburan. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (3,343 < 4,605) artinya ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan motivasi informasi responden. Setiap golongan pekerjaan mempunyai motivasi informasi yang tinggi, yang membedakannya adalah jumlah acara informasi yang ditonton. Responden

(12)

36 yang bekerja lebih banyak menonton acara informasi dibandingkan kedua golongan responden lainya.

Tabel 5. Jumlah Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Kategori Motivasi Informasi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Jenis Pekerjaan Motivasi Informasi Total (dalam persen) Rendah (skor 4-9) Tinggi (skor 10-16) Bekerja IRT,pensiunan,belum/ tidak bekerja Mahasiswa/pelajar Total 2 1 4 7 14 11 8 33 16 (40,00) 12 (30,00) 12 (30,00) 40 (100,00)

4. Pengaruh Faktor Tingkat Pendapatan Terhadap Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor tingkat pendapatan dengan motivasi informasi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 6. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden pada golongan ekonomi tinggi (lebih dari 2,5 juta) memiliki motivasi informasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden golongan ekonomi menengah dan golongan ekonomi bawah. Semua responden pada golongan ekonomi tersebut memiliki motivasi informasi yang tinggi. Berbeda dengan responden pada golongan ekonomi menengah dan golongan ekonomi bawah. Pada umumnya responden pada golongan ekonomi rendah masih banyak menonton acara hiburan dibandingkan acara informasi. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai +0,355 artinya antara tingkat pendapatan dengan motivasi informasi responden hubungan yang positif (nyata), tetapi hubungannya lemah atau rendah, artinya semakin tinggi tingkat pendapatan semakin tinggi pula kebutuhan informasi.

(13)

37 Tabel 6. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendapatan dan Kategori Motivasi Informasi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Tingkat Pendapatan Motivasi Informasi Total (dalam persen) Rendah (skor 4-9) Tinggi (skor 10-16) < 1 juta 6 8 12 13 33 14 (35,00) 13 (32,50) 13 (32,50) 40 (100,00) 1-2,5 juta 1 > 2,5 juta 0 Total 7

5. Pengaruh Faktor Tingkat Pendidikan Terhadap Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor tingkat pendidikan terhadap motivasi informasi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 7. Responden pada golongan tingkat pendidikan tinggi (perguruan tinggi) memiliki motivasi informasi yang lebih tinggi dibandingkan responden pada tingkat pendidikan sekolah lanjutan dan tingkat pendidikan sekolah dasar. Kebutuhan informasi yang dirasakan pada setiap tingkat pendidikan berbeda-beda, responden dengan golongan tingkat pendidikan sekolah dasar lebih banyak menonton acara hiburan dibandingkan dengan responden pada tingkat pendidikan perguruan tinggi yang lebih banyak menonton acara informasi. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai +0,055 artinya antara tingkat pendidikan dengan motivasi informasi responden memiliki hubungan yang positif (nyata) dan hubungannya kuat atau tinggi, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi motivasi informasi yang dirasakan.

(14)

38 Tabel 7. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Kategori Motivasi Informasi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Tingkat Pendidikan Motivasi Informasi Total (dalam persen) Rendah (skor 4-9) Tinggi (skor 10-16) SD 2 2 3 7 6 12 15 33 8 (20,00) 14 (35,00) 18 (45,00) 40 (100,00) SL PT Total

6. Pengaruh Faktor Asal Etnis Terhadap Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor asal etnis terhadap motivasi informasi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 8. Pada tabel dapat dilihat responden yang berasal dari masyarakat asli (Melayu) memiliki motivasi informasi yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat pendatang (Jawa, Minang, dan Batak). Masyarakat asli lebih banyak membutuhkan informasi mengenai daerah sendiri (informasi lokal), sehingga masyarakat asli lebih banyak menonton acara-acara informasi yang berisi tentang informasi-informasi tentang daerahnya, baik itu berupa informasi ekonomi, politik, sosial, maupun budaya.

Berdasarkan Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (1,982 < 6,521), artinya ada hubungan antara asal etnis dengan motivasi informasi responden. Setiap golongan etnis sama-sama memiliki motivasi informasi yang tinggi, tetapi dilihat dari banyaknya jumlah acara informasi yang ditonton, responden etnis asli (melayu) lebih banyak mononton acara informasi dibandingkan responden etnis pendatang (Jawa, Minang, dan Batak). Selain itu, hal ini berkaitan dengan isi program informasi yang ditayangkan oleh pihak Riau Televisi, sampai saat ini Riau Televisi hanya menayangkan informasi-informasi yang berkaitan dengan daerah Riau, belum ada acara informasi yang berkaitan

(15)

39 dengan informasi-informasi tentang daerah di sekitar Riau. Acara informasi tentang Riau yang paling banyak ditonton oleh responden etnis pendatang antara lain acara Detak Riau dan Kriminal Sepekan.

Tabel 8. Jumlah Responden Menurut Asal Etnis dan Kategori Motivasi Informasi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Asal Etnis Motivasi Informasi Total (dalam persen) Rendah (skor 4-9) Tinggi (skor 10-16) Melayu 2 1 2 2 7 18 4 7 4 33 20 (50,00) 5 (12,50) 9 (22,50) 6 (15,00) 40 (100,00) Minang Jawa Batak Total

5.1.1.2 Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal

1. Pengaruh Faktor Usia Terhadap Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor usia terhadap motivasi identitas pribadi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 9. Pada tabel dapat dilihat responden pada kelompok usia 25 sampai 45 tahun memiliki motivasi identitas pribadi yang tinggi. Hal ini disebabkan karena kelompok usia tersebut sudah dapat menemukan penunjang nilai-nilai pribadi, mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain (dalam media), dan meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri dibandingkan dengan responden pada kelompok usia lainnya.

Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai -0,343 artinya antara usia dengan motivasi identitas pribadi responden memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata). Artinya, semakin tinggi usia maka semakin rendah motivasi identitas pribadi yang dimilikinya. Setiap golongan usia sama-sama memiliki motivasi identitas pribadi yang tinggi. Tetapi perbedaannya dapat dilihat dari jumlah acara identitas pribadi yang ditonton

(16)

40 oleh responden tersebut. Responden pada kelompok usia 25 sampai 45 tahun dan responden kelompok usia lebih dari 45 tahun rata-rata lebih banyak menonton acara yang dapat menambah motivasi identitas pribadi mereka dibandingkan dengan responden pada kelompok usia kurang dari 25 tahun.

Tabel 9. Jumlah Responden Menurut Usia dan Kategori Motivasi Identitas Pribadi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Usia

Motivasi Identitas Pribadi Total (dalam persen) Rendah (skor 5-12) Tinggi (skor 13-20) <25 tahun 0 5 15 12 32 5 (12,50) 20 (50,00) 15 (37,50) 40 (100,00) 25-45 tahun 5 >45 tahun 3 Total 8

2. Pengaruh Faktor Jenis Kelamin Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor jenis kelamin terhadap motivasi identitas pribadi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 10. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden perempuan memiliki motivasi identitas pribadi lebih tinggi dibandingkan responden laki-laki. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih besar dari x2 tabel (3,151 > 2,705), artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan motivasi identitas pribadi responden. Responden laki-laki dan perempuan memiliki motivasi identitas pribadi tinggi yang hampir sama. Tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara jumlah responden pada motivasi identitas pribadi yang tinggi. Tetapi responden perempuan pada umumnya lebih banyak memerlukan penunjang nilai-nilai pribadi, mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain (dalam media), dan meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri dibanding responden laki-laki.

(17)

41 Tabel 10. Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin dan Kategori Motivasi Identitas Pribadi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Jenis Kelamin

Motivasi Identitas Pribadi Total (dalam persen) Rendah (skor 5-12) Tinggi (skor 13-20) Laki-laki 1 7 8 15 17 32 16 (40,00) 24 (60,00) 40 (100,00) Perempuan Total

3. Pengaruh Faktor Jenis Pekerjaan Terhadap Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor jenis pekerjaan terhadap motivasi identitas pribadi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 11. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang bekerja memiliki motivasi identitas pribadi yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden pada golongan jenis pekerjaan lainnya. Hal ini disebabkan karena responden yang bekerja dinilai lebih banyak memerlukan penunjang nilai-nilai pribadi, mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain (dalam media), dan meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri untuk keperluan sosialisasinya di lingkungan pekerjaan dibandingkan dengan responden pada golongan jenis pekerjaan lainnya.

Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih besar dari x2 tabel (4,744 > 4,605), artinya tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan motivasi identitas pribadi responden. Pada tabel dapat dilihat perbedaan jumlah responden yang memiliki motivasi identitas pribadi pada setiap golongan tidak terlalu tinggi. Perbedaan yang signifikan terlihat pada responden yang masih menempuh pendidikan, semua responden memiliki motivasi identitas pribadi yang tinggi. Hal ini disebabkan antara lain karena responden pada golongan tersebut memiliki motivasi untuk membandingkan gaya hidup, perilaku yang ada di televisi sebagai panduan mereka dalam bersosialisasi di lingkungan.

(18)

42 Tabel 11. Jumlah Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Kategori Motivasi Identitas Pribadi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Jenis Pekerjaan

Motivasi Identitas Pribadi

Total (dalam persen) Rendah (skor 5-12) Tinggi (skor 13-20) Bekerja 3 5 0 8 12 10 10 32 15 (37,50) 15 (37,50) 10 (25,00) 40 (100,00) IRT, pensiunan,belum/ tidak bekerja Mahasiswa/pelajar Total

4. Pengaruh Faktor Tingkat Pendapatan Terhadap Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor tingkat pendapatan terhadap motivasi identitas pribadi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 12. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden pada golongan ekonomi tinggi ( lebih dari 2,5 juta) memiliki motivasi identitas pribadi yang lebih tinggi dibandingkan responden pada golongan tingkat pendapatan lainnya. Responden golongan tingkat ekonomi tinggi tersebut banyak menggunakan televisi untuk menemukan penunjang nilai-nilai pribadi, mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain, dan meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri lebih banyak menggunakan media televisi dibandingkan responden pada golongan ekonomi lainnya. Responden pada golongan ekonomi bawah dan menengah lebih banyak mendapatkan motivasi identitas pribadi dari keluarga dan lingkungan sekitar dibandingkan melalui televisi. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai -0.100 artinya antara tingkat pendapatan dengan motivasi identitas pribadi responden memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata), semakin tinggi pendapatan maka semakin rendah motivasi identitas pribadi yang dimilikinya.

(19)

43 Tabel 12. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendapatan dan Kategori Motivasi Identitas Pribadi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Tingkat Pendapatan

Motivasi Identitas Pribadi

Total (dalam persen) Rendah (skor 5-12) Tinggi (skor 13-20) <1 juta 3 3 2 8 6 10 16 32 9 (22,50) 13 (32,50) 18 (45,00) 40 (100,00) 1-2,5 juta >2,5 juta Total

5. Pengaruh Faktor Tingkat Pendidikan Terhadap Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor tingkat pendidikan terhadap motivasi identitas pribadi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 13. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi memiliki motivasi identitas pribadi lebih tinggi dibandingkan responden dengan tingkat pendidikan sekolah dasar dan sekolah lanjutan. Hal ini berhubungan dengan jenis acara yang ditonton oleh responden. Acara-acara yang dapat meningkatkan motivasi identitas pribadi banyak terdapat pada program acara pendidikan yang banyak diminati oleh responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi.

Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai +0.018 artinya antara tingkat pendidikan dengan motivasi identitas pribadi responden memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata). Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi motivasi identitas pribadi yang dimilikinya. Setiap golongan tingkat pendidikan memiliki motivasi identitas pribadi yang sama-sama tinggi. Tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara perbedaan jumlah responden yang memiliki motivasi identitas pribadi tinggi.

(20)

44 Tabel 13. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Kategori Motivasi Identitas Pribadi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Tingkat Pendidikan

Motivasi Identitas Pribadi

Total (dalam persen) Rendah (skor 5-12) Tinggi (skor 13-20) SD 1 4 3 8 7 10 15 32 8 (20,00) 14 (35,00) 18 (45,00) 40 (100,00) SL PT Total

6. Pengaruh Faktor Asal Etnis Terhadap Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor asal etnis terhadap motivasi identitas pribadi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 14. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden etnis Melayu memiliki motivasi identitas pribadi yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden etnis lainnya. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (1,736 < 6,251), artinya ada hubungan antara asal etnis dengan motivasi identitas pribadi responden. Meskipun responden setiap etnis memiliki motivasi identitas pribadi yang tinggi, tetapi motivasi identitas pribadi yang paling tinggi dan sangat signifikan yaitu pada golongan etnis Melayu. Hal ini disebabkan karena Riau Televisi lebih banyak menyiarkan acara yang memiliki nilai-nilai budaya lokal (Melayu) sehingga hal ini menarik minat masyarakat lokal (etnis Melayu) untuk mengembangkan nilai-nilai budaya Melayu yang ada.

(21)

45 Tabel 14. Jumlah Responden Menurut Asal Etnis dan Kategori Motivasi Identitas Pribadi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Asal Etnis

Motivasi Identitas Pribadi

Total (dalam persen) Rendah (skor 5-12) Tinggi (skor 13-20) Melayu 4 2 1 1 8 16 3 8 5 32 20 (50,00) 5 (12,50) 9 (22,50) 6 (15,00) 40 (100,00) Minang Jawa Batak Total

5.1.1.3 Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal 1. Pengaruh Faktor Usia Terhadap Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial

Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor usia terhadap motivasi integrasi dan interaksi sosial responden dapat dilihat pada Tabel 15. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden pada kelompok usia 25 sampai 45 tahun memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kedua kelompok usia lainnya. Tetapi perbedaan jumlah responden itu tidak terlalu signifikan antara responden pada kelompok usia kurang dari 25 tahun dengan responden pada kelompok usia 25 sampai 45 tahun. Hal ini disebabkan karena kedua kelompok usia tersebut dinilai memiliki motivasi yang tinggi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar, memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial, menemukan bahan percakapan dalam kehidupan sehari-hari dan peran lainnya melalui televisi.

Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai -0.091 artinya antara usia dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial responden memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata), semakin tinggi usia responden maka semakin rendah motivasi integrasi dan interaksi sosial yang dimiliki.

(22)

46 Tabel 15. Jumlah Responden Menurut Usia dan Kategori Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Usia

Motivasi Integrasi dan Interaksi

Sosial Total (dalam persen) Rendah (skor 4-9) Tinggi (skor 10-16) < 25 tahun 1 7 1 9 11 13 7 31 12 (30,00) 20 (50,00) 8 (20,00) 40 (100,00) 25-45 tahun >45 tahun Total

2. Pengaruh Faktor Jenis Kelamin Terhadap Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor jenis kelamin terhadap motivasi integrasi dan interaksi sosial responden dalam menoton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 16. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden perempuan memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang lebih tinggi dibandingkan responden laki-laki. Hal ini disebabkan karena responden perempuan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar, empati sosial, dan peran lainnya dibandingkan dengan responden laki-laki. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (0,215 < 2,705), artinya ada hubungan antara jenis kelamin dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial responden memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata). Responden laki-laki dan perempuan memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang sama-sama tinggi.

(23)

47 Tabel 16. Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin dan Kategori Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Jenis Kelamin

Motivasi Integrasi dan Interaksi

Sosial Total (dalam persen) Rendah (skor 4-9) Tinggi (skor 10-16) Laki-laki 3 6 9 13 18 31 16 (40,00) 24 (60,00) 40 (100,00) Perempuan Total

3. Pengaruh Faktor Jenis Pekerjaan Terhadap Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor jenis pekerjaan terhadap motivasi integrasi dan interaksi sosial responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 17. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang masih menempuh pendidikan memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang lebih tinggi daripada kedua golongan responden dengan jenis pekerjaan lainnya.

Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (2,393 < 4,605), artinya ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial responden. Setiap responden dari golongan jenis pekerjaan sama-sama memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang tinggi. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah responden pada setiap jenis pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh jenis pekerjaan terhadap motivasi integrasi dan interaksi sosial tidak terlalu besar. Setiap responden pada jenis pekerjaan tertentu sama-sama membutuhkan interaksi dengan lingkungan sosial, membutuhkan empati sosial, membutuhkan bahan percakapan dengan orang lain, dan peran sosial lainnya.

(24)

48 Tabel 17. Jumlah Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Kategori Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Jenis Pekerjaan

Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Total (dalam persen) Rendah (skor 4-9) Tinggi (skor 10-16) Bekerja 3 10 13 (32,50) IRT,pensiunan,belum/ tidak bekerja 5 10 15 (37,50) Pelajar/mahasiswa 1 11 12 (30,00) Total 9 31 40 (100,00)

4. Pengaruh Faktor Tingkat Pendapatan Terhadap Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor tingkat pendapatan terhadap motivasi integrasi dan interaksi sosial responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 18. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden golongan ekonomi menengah memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua responden pada kedua golongan ekonomi lainnya. Hal ini disebabkan karena golongan ekonomi menengah lebih banyak berinteraksi dan bersosialisasi membentuk peran sosial mereka dibandingkan dengan responden pda golongan ekonomi tinggi.

Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai -0.335 artinya antara tingkat pendapatan dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial responden hubungan yang negatif (tidak nyata), semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin rendah antara tingkat pendapatan dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial yang dimiliki. Setiap golongan pendapatan sama-sama memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh tingkat pendapatan terhadap motivasi integrasi dan interaksi sosial tidak terlalu besar. Setiap responden

(25)

49 pada tingkat pendapatan tertentu sama-sama membutuhkan interaksi dengan lingkungan sosial, membutuhkan empati sosial, membutuhkan bahan percakapan dengan orang lain, dan peran sosial lainnya.

Tabel 18. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendapatan dan Kategori Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Tingkat Pendapatan

Motivasi Integrasi dan

Interaksi Sosial Total (dalam persen) Rendah (skor 4-9) Tinggi (skor 10-16) < 1 juta 2 10 17 4 31 12 (30,00) 20 (50,00) 8 (20,00) 40 (100,00) 1 - 2,5 juta 3 >2,5 juta 4 Total 9

5. Pengaruh Faktor Tingkat Pendidikan Terhadap Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor tingkat pendidikan terhadap motivasi integrasi dan interaksi sosial responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 19. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua responden pada golongan tingkat pendidikan lainnya. Hal ini disebabkan karena responden pada tingkat pendidikan perguruan tinggi lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar, dan lebih banyak membutuhkan bahan percakapan dalam kehidupan sosial sehingga motivasi mereka untuk menonton program acara yang dapat menambah motivasi integrasi dan interaksi sosial seperti pada program informasi terlihat lebih tinggi.

Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai -0.045 artinya antara tingkat pendidikan dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial responden memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata), semakin tinggi

(26)

50 tingkat pendidikan maka semakin rendah motivasi integrasi dan interaksi sosial yang dimiliki.

Setiap golongan responden sama-sama memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang tinggi. Tidak terlihat perbedaan yang signifikan pada jumlah responden yang memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang tinggi, hal ini hanya dapat dilihat dari jumlah acara yang berkaitan dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial yang mereka tonton. Responden pada golongan tingkat pendidikan perguruan tinggi lebih banyak menonton acara yang berkaitan dengan pemenuhan motivasi integrasi dan interaksi sosial mereka dibandingkan dengan responden pada golongan tingkat pendidikan sekolah dasar dan sekolah lanjutan.

Tabel 19. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Kategori Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Tingkat Pendidikan

Motivasi Integrasi Dan Interaksi

Sosial Total (dalam persen) Rendah (skor 4-9) Tinggi (skor 10-16) SD 1 4 4 9 7 10 14 31 8 (20,00) 14 (35,00) 18 (45,00) 40 (100,00) SL PT Total

6. Pengaruh Faktor Asal Etnis Terhadap Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor asal etnis terhadap motivasi integrasi dan interaksi sosial responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 20. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden golongan etnis Melayu memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden pada golongan etnis lainnya. Hal ini disebabkan karena program acara yang ditayangkan oleh Riau Televisi lebih banyak tentang

(27)

51 pengetahuan dan keadaan lokal, sehingga lebih menarik minat responden pada golongan etnis Melayu dibandingkan golongan etnis lainnya.

Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (1,450 < 6,251), artinya ada hubungan antara asal etnis dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial responden. Setiap golongan etnis sama-sama memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang tinggi. Tetapi terlihat perbedaan yang signifikan antara jumlah responden yang memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial pada setiap golongan etnis. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya jumlah acara yang ditonton oleh responden yang berpengaruh terhadap pemenuhan motivasi integrasi dan interaksi sosial mereka.

Tabel 20. Jumlah Responden Menurut Asal Etnis dan Kategori Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Asal Etnis

Motivasi Integrasi Dan Interaksi

Sosial Total (dalam persen) Rendah (skor 4-9) Tinggi (skor 10-16) Melayu 6 14 20 (50,00) Minang 1 4 5 (12,50) Jawa 1 8 9 (22,50) Batak 1 5 6 (15,00) Total 9 31 40 (100,00)

5.1.1.4 Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal

1. Pengaruh Faktor Usia Terhadap Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor usia terhadap motivasi hiburan responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 21. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden pada kelompok umur kurang dari 25 tahun memiliki motivasi hiburan yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden pada kedua kelompok umur lainnya. Responden pada kelompok umur kurang dari

(28)

52 25 tahun tersebut menonton acara hiburan paling banyak dibandingan dengan yang lainnya.

Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai -0.571 artinya antara usia dengan motivasi hiburan responden hubungan yang negatif (tidak nyata). Artinya, semakin tinggi umur seseorang, semakin rendah motivasi hiburan yang dimilikinya dan semakin rendah umur seseorang semakin tinggi motivasi hiburan yang dimilikinya.

Tabel 21. Jumlah Responden Menurut Usia dan Kategori Motivasi Hiburan di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Usia Motivasi Hiburan Total (dalam persen) Rendah (skor 6-14) Tinggi (skor 15-24) < 25 tahun 0 20 12 3 35 20 (50,00) 12 (30,00) 8 (20,00) 40 (100,00) 25-45 tahun 0 >45 tahun 5 Total 5

2. Pengaruh Faktor Jenis Kelamin Terhadap Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor jenis kelamin terhadap motivasi hiburan menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 22. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden perempuan memiliki motivasi hiburan lebih tinggi dibandingkan dengan responden laki-laki. Hal ini disebabkan karena perbedaan kebutuhan, responden perempuan menonton acara hiburan lebih banyak dibandingkan laki-laki.

Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (0,952 < 2,705), artinya antara ada hubungan jenis kelamin dengan motivasi hiburan responden. Hal ini disebabkan karena responden laki-laki dan perempuan memiliki motivasi hiburan yang

(29)

sama-53 sama tinggi, hanya lima responden yang memiliki motivasi hiburan yang rendah.

Tabel 22. Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin dan Kategori Motivasi Hiburan di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Jenis Kelamin Motivasi Hiburan Total (dalam persen) Rendah (skor 6-14) Tinggi (skor 15-24) Laki-laki 1 4 5 15 20 35 16 (40,00) 24 (60,00) 40 (100,00) Perempuan Total

3. Pengaruh Faktor Jenis Pekerjaan Terhadap Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor jenis pekerjaan terhadap motivasi hiburan responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 23. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden pada golongan ibu rumah tangga, pensiunan, belum atau tidak bekerja, dan pelajar atau mahasiswa memiliki motivasi hiburan lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang bekerja. Hal ini disebabkan karena responden pada kedua golongan tersebut memiliki waktu luang yang lebih banyak dibandingkan responden yang bekerja dan pilihan acara yang mereka tonton kebanyakan adalah acara hiburan yang dapat mengisi waktu luang tersebut, seperti acara musik dan olahraga.

Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (3,053 < 4,605), artinya ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan motivasi hiburan responden. Setiap golongan memiliki motivasi informasi yang tinggi, tetapi terdapat perbedaan yang signifikan pada golongan pelajar atau mahasiswa, dibandingkan dengan kedua golongan lainnya, responden golongan ini semuanya memiliki motivasi hiburan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena mereka masih memerlukan

(30)

54 hiburan yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari dan pilihan media massa utama bagi mereka adalah televisi.

Tabel 23. Jumlah Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Kategori Motivasi Hiburan di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Jenis Pekerjaan Motivasi Hiburan Total (dalam persen) Rendah (skor 6-14) Tinggi (skor 15-24) Bekerja 3 2 0 5 10 13 12 35 13 (32,50) 15 (37,50) 12 (30,00) 40 (100,00) IRT,pensiunan,belum/ tidak bekerja Pelajar/mahasiswa Total

4. Pengaruh Faktor Tingkat Pendapatan Terhadap Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor tingkat pendapatan terhadap motivasi hiburan responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 24. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden pada golongan ekonomi bawah (kurang dari 1 juta) memiliki motivasi hiburan lebih tinggi dibandingkan dengan responden pada kedua golongan ekonomi lainnya. Responden golongan ekonomi bawah menonton acara hiburan paling banyak dibandingkan kedua golongan responden lainnya.

Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai -0.446 artinya antara tingkat pendapatan dengan motivasi hiburan responden memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata). Artinya, semakin tinggi tingkat pendapatan, maka semakin rendah motivasi hiburan yang dimiliki. Tetapi perbedaan yang signifikan dapat dilihat pada responden golongan ekonomi bawah (kurang dari 1 juta) yang semuanya memiliki motivasi hiburan yang lebih tinggi.

(31)

55 Tabel 24. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendapatan dan Kategori

Motivasi Hiburan di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Tingkat Pendapatan Motivasi Hiburan Total (dalam persen) Rendah (skor 6-14) Tinggi (skor 15-24) <1 juta 0 2 3 5 19 11 5 35 19 (47,50) 13 (32,50) 8 (20,00) 40 (100,00) 1-2,5 juta >2,5 juta Total

5. Pengaruh Faktor Tingkat Pendidikan Terhadap Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor tingkat pendidikan terhadap motivasi hiburan responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 25. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden dengan tingkat pendidikan sekolah dasar memiliki motivasi hiburan lebih tinggi dibandingkan dengan responden pada kedua golongan tingkat pendidikan lainnya. Perbedaan yang cukup signifikan dapat dilihat pada responden dengan tingkat pendidikan sekolah dasar, tidak satupun responden yang memiliki motivasi hiburan rendah.

Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai +0.064 artinya antara tingkat pendidikan dengan motivasi hiburan responden memiliki hubungan yang positif (nyata) dan hubungan tersebut menunjukkan hubungan yang cukup berarti, artinya semakin rendah tingkat pendidikan responden maka semakin tinggi motivasi hiburan yang dimilikinya, dan semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin rendah motivasi hiburan yang dimilikinya.

(32)

56 Tabel 25. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Kategori

Motivasi Hiburan di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Tingkat Pendidikan Motivasi Hiburan Total (dalam persen) Rendah (skor 6-14) Tinggi (skor 15-24) SD 0 4 1 5 17 10 8 35 17 (42,50) 14 (35,00) 9 (22,50) 40 (100,00) SL PT Total

6. Pengaruh Faktor Asal Etnis Terhadap Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor asal etnis terhadap motivasi hiburan responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 26. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden pada golongan etnis Melayu (asli) memiliki motivasi hiburan lebih tinggi dibandingkan dengan responden pada golongan etnis lainnya (Jawa, Minang, dan Batak). Hal ini beraitan erat dengan jenis program hiburan yang ditayangkan oleh Riau Televisi. Riau Televisi lebih banyak menayangkan program hiburan yang bersifat lokal (daerah Riau) yang lebih banyak diminati oleh responden golongan etnis melayu dibandingkan dengan golongan etnis lainnya.

Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (0,483 < 6,251), artinya ada hubungan antara asal etnis dengan motivasi hiburan responden memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata). Setiap golongan responden memiliki motivasi hiburan yang sama-sama tinggi. Perbedaannya dapat dilihat pada jumlah program hiburan yang ditonton oleh masing-masing etnis.

(33)

57 Tabel 26. Jumlah Responden Menurut Asal Etnis dan Kategori Motivasi

Hiburan di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Asal Etnis Motivasi Hiburan Total (dalam persen) Rendah (skor 6-14) Tinggi (skor 15-24) Melayu 2 18 4 8 5 35 20 (50,00) 5 (12,50) 9 (22,50) 6 (15,00) 40 (100,00) Minang 1 Jawa 1 Batak 1 Total 5

5.1.2 Pengaruh Faktor Ekstrinsik Terhadap Motivasi Menonton Televisi Lokal

Faktor ekstrinsik yang berhubungan dengan motivasi responden dalam montonton televisi lokal dalam penelitian ini adalah informasi acara dan pola pengambilan keputusan.

5.1.2.1 Pengaruh Faktor Informasi Acara

1. Pengaruh Faktor Informasi Acara Terhadap Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor informasi acara terhadap motivasi informasi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 27. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang memiliki motivasi informasi tinggi lebih banyak memperoleh informasi dari iklan televisi. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah media yang digunakan oleh Riau Televisi untuk memberitahukan informasi acara yang ditayangkan oleh pihak Riau Televisi. Riau Televisi hanya menggunakan satu media cetak yaitu surat kabar Riau Pos untuk memberitahukan jadwal informasi acara, sehingga jumlah responden yang mengetahui informasi acara dari surat kabar hanya terbatas pada responden yang membaca atau berlangganan surat kabar tersebut. Tetapi pada tabel dapat dilihat pengaruh informasi acara dari majalah/surat

(34)

58 kabar dan keluarga/teman sangat mempengaruhi responden untuk menonton acara informasi.

Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (0,726 < 4,605), artinya ada hubungan antara informasi acara dengan motivasi informasi responden dan hubungan tersebut menunjukkan hubungan yang cukup berarti, artinya semakin banyak jumlah informasi acara yang diperoleh oleh responden, maka semakin tinggi pula motivasi informasi yang dimiliki responden untuk menonton acara tersebut.

Tabel 27. Jumlah Responden Menurut Informasi Acara dan Kategori Motivasi Informasi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Informasi Acara Motivasi Informasi Total (dalam persen) Rendah (skor 4-9) Tinggi (skor 10-16) Iklan TV 5 1 1 7 18 9 6 33 23 (57,50) 10 (25,00) 7 (17,50) 40 (100,00) Majalah/surat kabar Keluarga/teman Total

2. Pengaruh Faktor Informasi Acara Terhadap Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor informasi acara terhadap motivasi identitas pribadi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 28. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang memiliki motivasi identitas pribadi yang tinggi lebih banyak memperoleh informasi acara dari iklan televisi. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah media yang digunakan oleh Riau Televisi untuk memberitahukan informasi acara yang ditayangkan oleh pihak Riau Televisi. Riau Televisi hanya menggunakan satu media cetak yaitu surat kabar Riau Pos untuk memberitahukan jadwal informasi acara, sehingga jumlah responden yang mengetahui informasi acara dari surat

(35)

59 kabar hanya terbatas pada responden yang membaca atau berlangganan surat kabar tersebut. Tetapi pada tabel dapat dilihat bahwa informasi acara dari majalah/surat kabar dan keluarga/teman sangat mempengaruhi responden untuk menonton acara yang dapat menambah motivasi identitas pribadi responden.

Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (2,283 < 4,605), artinya ada hubungan antara informasi acara dengan motivasi identitas pribadi responden. Artinya, semakin banyak jumlah informasi acara yang diperoleh oleh responden, maka semakin tinggi pula motivasi identitas pribadi yang dimiliki responden untuk menonton acara tersebut.

Tabel 28. Jumlah Responden Menurut Informasi Acara dan Kategori Motivasi Identitas Pribadi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Informasi Acara Motivasi Identitas Pribadi Total (dalam persen) Rendah (skor 5-12) Tinggi (skor 13-20) Iklan TV 6 17 23 (57,50) Majalah/surat kabar 2 8 10 (25,00) Keluarga/teman 0 7 7 (17,50) Total 8 32 40 (100,00)

3. Pengaruh Faktor Informasi Acara Terhadap Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor informasi acara terhadap motivasi identitas pribadi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 29. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang tinggi lebih banyak memperoleh informasi acara dari iklan televisi. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah media yang digunakan oleh Riau Televisi untuk memberitahukan informasi acara yang ditayangkan oleh pihak Riau Televisi. Riau Televisi hanya menggunakan satu media cetak

(36)

60 yaitu surat kabar Riau Pos untuk memberitahukan jadwal informasi acara, sehingga jumlah responden yang mengetahui informasi acara dari surat kabar hanya terbatas pada responden yang membaca atau berlangganan surat kabar tersebut. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (2,567 < 4,605), artinya ada hubungan antara informasi acara dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial responden. Hal ini disebabkan karena setiap golongan informasi acara, responden memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang tinggi.

Tabel 29. Jumlah Responden Menurut Informasi Acara dan Kategori Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Informasi Acara

Motivasi Integrasi dan

Interaksi Sosial Total (dalam persen) Rendah (skor 4-9) Tinggi (skor 10-16) Iklan TV 5 1 3 9 18 9 4 31 23 (57,50) 10 (25,00) 7 (17,50) 40 (100,00) Majalah/surat kabar Keluarga/teman Total

4. Pengaruh Faktor Informasi Acara Terhadap Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor informasi acara terhadap motivasi hiburan responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 30. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang memiliki motivasi hiburan yang tinggi lebih banyak memperoleh informasi acara dari iklan televisi. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah media yang digunakan oleh Riau Televisi untuk memberitahukan informasi acara yang ditayangkan oleh pihak Riau Televisi. Riau Televisi hanya menggunakan satu media cetak yaitu surat kabar Riau Pos untuk memberitahukan jadwal informasi acara, sehingga jumlah responden yang mengetahui informasi acara dari surat kabar hanya terbatas

(37)

61 pada responden yang membaca atau berlangganan surat kabar tersebut. Tetapi pada tabel dapat dilihat bahwa informasi acara dari majalah/surat kabar dan keluarga/teman sangat mempengaruhi responden untuk menonton acara yang dapat menambah motivasi hiburan responden.

Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (1,560 < 4,605), artinya ada hubungan antara informasi acara dengan motivasi hiburan responden. Artinya, semakin banyak jumlah informasi acara yang diperoleh oleh responden, maka semakin tinggi pula motivasi hiburan yang dimiliki responden untuk menonton acara tersebut.

Tabel 30. Jumlah Responden Menurut Informasi Acara dan Kategori Motivasi Hiburan di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Informasi Acara Motivasi Hiburan Total (dalam persen) Rendah (skor 6-14) Tinggi (skor 15-24) Iklan TV 4 1 0 5 19 9 7 35 23 (57,50) 10 (25,00) 7 (17,50) 40 (100,00) Majalah/surat kabar Keluarga/teman Total

5.1.2.2 Pengaruh Pola Pengambilan Keputusan

1. Pengaruh Pola Pengambilan Keputusan Terhadap Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor pola pengambilan keputusan terhadap motivasi informasi responden dapat dilihat pada Tabel 31. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang memiliki motivasi informasi tinggi dipengaruhi oleh pola pengambilan keputusan orang lain untuk menonton televisi lokal, keputusan orang lain ini antara lain keputusan orang tua. Tetapi responden yang menonton televisi lokal yang mengikuti pola menonton berdasarkan keputusan sendiri, bersama, atau orang yang sudah ada sebelumnya juga memiliki motivasi informasi yang tinggi. Rata-rata responden tidak merasa

(38)

62 terpaksa untuk mengikuti keputusan tersebut. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (0,739 < 4,605), artinya ada hubungan antara pola pengambilan keputusan dengan motivasi informasi responden.

Tabel 31. Jumlah Responden Menurut Pola Pengambilan Keputusan dan Kategori Motivasi Informasi di RW13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Pola pengambilan keputusan

Motivasi informasi Total (dalam persen) Rendah (skor 4-9) Tinggi (skor 10-16)

Keputusan orang lain 4 14 18 (45,00)

Keputusan sendiri 1 9 10 (25,00)

Keputusan bersama 1 4 5 (12,50)

Keputusan sendiri atau orang yang sudah ada sebelumnya

1 6 7 (17,50)

Total 7 33 40 (100,00)

2. Pengaruh Pola Pengambilan Keputusan Terhadap Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor pola pengambilan keputusan terhadap motivasi identitas pribadi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 32. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang memiliki motivasi identitas pribadi tinggi dipengaruhi oleh pola pengambilan keputusan orang lain untuk menonton televisi lokal, keputusan orang lain ini antara lain keputusan orang tua. Tetapi responden yang menonton televisi lokal yang mengikuti pola menonton berdasarkan keputusan sendiri, bersama, atau orang yang sudah ada sebelumnya juga memiliki motivasi identitas pribadi yang tinggi. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (2,703 < 4,605), artinya ada hubungan antara pola pengambilan keputusan dengan motivasi identitas

(39)

63 pribadi responden. Responden pada setiap golongan pola pengambilan keputusan memiliki motivasi identitas pribadi yang tinggi.

Tabel 32. Jumlah Responden Menurut Pola Pengambilan Keputusan dan Kategori Motivasi Identitas Pribadi di RW13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Pola Pengambilan Keputusan

Motivasi Identitas Pribadi

Total (dalam persen) Rendah (skor 5-12) Tinggi (skor 13-20)

Keputusan orang lain 4 14 18 (45,00)

Keputusan sendiri 3 7 10 (25,00)

Keputusan bersama 0 5 5 (12,50)

Keputusan sendiri atau orang

yang sudah ada sebelumnya 1 6 7 (17,50)

Total 8 32 40 (100,00)

3. Pengaruh Pola Pengambilan Keputusan Terhadap Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor pola pengambilan keputusan terhadap motivasi integrasi dan interaksi sosial responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 33. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial tinggi dipengaruhi oleh pola pengambilan keputusan orang lain untuk menonton televisi lokal, keputusan orang lain ini antara lain keputusan orang tua. Tetapi responden yang menonton televisi lokal yang mengikuti pola menonton berdasarkan keputusan sendiri, bersama, atau orang yang sudah ada sebelumnya juga memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang tinggi. Hal ini disebabkan karena rata-rata responden tidak merasa terpaksa untuk mengikuti keputusan tersebut. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (2,578 < 4,605), artinya

(40)

64 ada hubungan antara pola pengambilan keputusan dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial responden.

Tabel 33. Jumlah Responden Menurut Pola Pengambilan Keputusan dan Kategori Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial di RW13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Pola Pengambilan Keputusan

Motivasi Integrasi

dan Interaksi Sosial Total (dalam persen) Rendah

(skor 4-9)

Tinggi (skor 10-16)

Keputusan orang lain 4 14 18 (45,00)

Keputusan sendiri 1 9 10 (25,00)

Keputusan bersama 1 4 5 (12,50)

Keputusan sendiri atau orang yang sudah ada sebelumnya

3 4 7 (17,50)

Total 9 31 40 (100,00)

4. Pengaruh Pola Pengambilan Keputusan Terhadap Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal

Pengaruh faktor pola pengambilan keputusan terhadap motivasi hiburan responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 34. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang memiliki motivasi hiburan tinggi dipengaruhi oleh pola pengambilan keputusan orang lain untuk menonton televisi lokal, keputusan orang lain ini antara lain keputusan orang tua dan teman. Tetapi responden yang menonton televisi lokal yang mengikuti pola menonton berdasarkan keputusan sendiri, bersama, atau orang yang sudah ada sebelumnya juga memiliki motivasi hiburan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena rata-rata responden tidak merasa terpaksa untuk mengikuti keputusan tersebut.

Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (3,327 < 4,605), artinya ada hubungan antara pola

(41)

65 pengambilan keputusan dengan motivasi hiburan responden. Setiap golongan pola pengambilan keputusan, responden memiliki motivasi informasi yang tinggi. Tetapi dapat dilihat pada tabel, semua responden yang mengikuti pola menonton televisi lokal berdasarkan keputusan bersama atau keputusan sendiri/orang yang sudah ada sebelumnya memiliki motivasi hiburan yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh program acara yang ditonton. Biasanya program acara hiburan yang menayangkan event tertentu sangat menarik minat responden untuk menonton acara tersebut.

Tabel 34. Jumlah Responden Menurut Pola Pengambilan Keputusan dan Kategori Motivasi Hiburan di RW13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Pola Pengambilan Keputusan

Motivasi Hiburan Total (dalam persen) Rendah (skor 6-14) Tinggi (skor 15-24)

Keputusan orang lain 4 14 18 (45,00)

Keputusan sendiri 1 9 10 (25,00)

Keputusan bersama 0 5 5 (12,50)

Keputusan sendiri atau orang yang sudah ada sebelumnya

0 7 7 (17,50)

Total 5 35 40 (100,00)

5.2 Resume

Berdasarkan hasil pembahasan diatas diperoleh bahwa motivasi menonton televisi lokal dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi-motivasi responden dalam menonton televisi lokal:

1. Motivasi informasi dipengaruhi oleh faktor intrinsik antara lain usia, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan yang memiliki hubungan positif (nyata) terhadap motivasi informasi. Faktor jenis kelamin, jenis

(42)

66 pekerjaan, dan asal etnis memiliki memiliki hubungan dengan motivasi informasi responden. Sedangkan faktor ekstrinsik berupa informasi acara dan pola pengambilan keputusan memiliki hubungan dengan motivasi identitas pribadi responden.

2. Motivasi identitas pribadi dipengaruhi oleh faktor intrinsik antara lain asal etnis yang memiliki hubungan dengan motivasi identitas pribadi responden. Faktor jenis kelamin, jenis pekerjaan tidak memiliki hubungan dengan motivasi identitas pribadi responden. Faktor usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata) dengan motivasi identitas responden. Sedangkan faktor ekstrinsik berupa informasi acara dan pola pengambilan keputusan memiliki hubungan dengan motivasi identitas pribadi responden.

3. Motivasi integrasi dan interaksi sosial dipengaruhi oleh faktor intrinsik antara lain jenis kelamin, jenis pekerjaan dan asal etnis yang memiliki hubungan dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial. Faktor usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata) dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial responden. Sedangkan faktor ekstrinsik berupa informasi acara dan pola pengambilan keputusan memiliki dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial responden.

4. Motivasi hiburan dipengaruhi oleh faktor intrinsik antara lain jenis pekerjaan, jenis kelamin, dan asal etnis memiliki hubungan dengan motivasi hiburan responden. Faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan yang positif (nyata) dengan motivasi hiburan. Faktor usia, tingkat pendapatan, memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata) dengan motivasi hiburan responden. Sedangkan faktor ekstrinsik berupa informasi acara dan pola pengambilan keputusan memiliki hubungan dengan motivasi hiburan responden.

Gambar

Tabel  1.  Jumlah  Responden  Menurut  Faktor  Intrinsik  di  RW  13  Kelurahan  Simpang Baru Berdasarkan Faktor Intrinsik Tahun 2009
Tabel  2.  Jumlah  Responden  Menurut  Jenis  dan  Kategori  Motivasi  di  RW  13  Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009
Tabel  3.  Jumlah  Responden  Menurut  Usia  dan  Kategori  Motivasi  Informasi  di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009
Tabel  4.  Jumlah  Responden  Menurut  Jenis  Kelamin  dan  Kategori  Motivasi  Informasi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

($ Pengelola Pengelolaan Pasar Desa an Pasar Desa sebagaimana sebagaimana dimaksud pad dimaksud pada ayat (1 dilaksa a ayat (1 dilaksanakan secara te nakan secara terpisah

(7) Bentuk dan isi slip setoran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tercantum dalam Lampiran XII yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Makalah ini bertujuan untuk mengkaji proses koreksi terrain dan contoh penerapannya pada citra Landsat TM; Kemudian artikel tentang “Perbandingan Teknik Orthorektifikasi Citra

kelompok kontrol. Kesimpulan dan Saran.. Berdasarkan hasil dari analisa data dan perhitungan uji statistik, dapat diambil kesimpulan bahwa Ada perbedaan pengaruh core

Kepada yang terhormat saudara/saudari mahasiswa Ekonomi Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia perkenalkan saya M Syahdi Yusuf, mahasiswa Ekonomi

Dinas Penanaman Modal dan PTSP Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Kepulauan Anambas melakukan penyusunan Renja untuk Tahun 2018 yang merupakan wujud nyata dari

Sumber Elvinaro 2010:115.. Komunitas merupakan istilah yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari pada berbagai kalangan. Dalam memaknakan komunitas pun berbagai

Berdasarkan Tabel 3 pada nilai R 2 untuk kekuatan hubungan variabel yang digunakan sebesar 0,268 atau 26,8%, sedangkan nilai Adjusted R Square digunakan untuk melihat kemampuan