• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Tinjauan tentang Perpustakaan a. Konsep Perpustakaan

Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka yang berarti kitab atau buku, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Basuki dalam bukunya Suwarno (2016: 1) mengatakan bahwa perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasa disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Suatu unit kerja yang substansinya merupakan sumber informasi yang setiap saat dapat digunakan oleh pengguna jasa layannya. Selain buku, di dalamnya juga terdapat bahan cetak lainnya seperti majalah, laporan, pamflet, prosiding, manuskrip atau naskah, lembaran musik, dan berbagai karya media audiovisual seperti film, slide, kaset, piringan hitam, serta bentuk mikro seperti mikrofilm, mikrofis, dan mikroburam (micro-opaque)”.

Terdapat beberapa poin penting dari pengertian tersebut bahwa perpustakaan merupakan suatu unit kerja yang menjadi tempat pengumpul, penyimpan dan pemelihara berbagai koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu atau dapat dikatakan bahwa perpustakaan merupakan sumber informasi yang didapatkan melalui buku-buku dan berbagai bentuk penyedia informasi yang berada di dalamnya.

(2)

Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 1 Angka 1, disebutkan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Menurut Blasius Sudarsono dalam bukunya Perpustakaan Untuk Rakyat Dialog Anak dan Bapak mengatakan bahwa pernyataan tersebut memandang perpustakaan dari pendekatan organisasi dengan menyebutnya sebagai “institusi pengelola”, berarti bahwa perpustakaan adalah sebuah lembaga yang didalamnya terdapat aktivitas mengelola yang dilakukan oleh anggota dalam lembaga tersebut.

Lasa HS (2008: 49) mengutip pernyataan dari Ensiklopedi Nasional Indonesia yang menyebutkan bahwa perpustakaan diartikan dengan kumpulan buku yang tersimpan di suatu tempat tertentu milik suatu instansi tertentu. Perpustakaan modern masa kini juga menyediakan video, film, kaset, piringan hitam, dan sebagainya. Menurut pernyataan tersebut, pengertian perpustakaan dibatasi pada sejumlah koleksi bahan pustaka baik berupa buku ataupun yang berupa bukan buku yang dimiliki oleh sebuah instansi pemerintah atau swasta dan belum mencakup perpustakaan yang dimiliki oleh perorangan.

Secara lebih spesifik Lasa HS (1998: 48) mengartikan perpustakaan sebagai sistem informasi yang didalamnya terdapat aktivitas pengumpulan, pengolahan, pengawetan, pelestarian, dan penyajian serta penyebaran informasi meliputi produk intelektual dan artistik manusia. Dalam pelaksanaan tersebut

(3)

diperlukan ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan formal atau nonformal dibidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi.

Milburga (1986: 17) menyebutkan bahwa perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan secara berkesinambungan oleh pemakainya sebagai sumber informasi. Pengertian tersebut secara umum menyangkut mengenai buku sebagai sumber informasi dan ruangan perpustakaan atau gedung yang pada pengelolaannya harus diorganisir dan disusun secara teratur dan sistematis menggunakan cara tertentu agar ketika informasi tersebut dibutuhkan dapat dengan mudah ditemukan. Sumber informasi dalam perpustakaan yang dimaksud tidak hanya berupa buku, seiring dengan perkembangan zaman perpustakaan juga menyediakan film, slide, mikro-film dan sebagainya.

Sutarno (2006: 11) mengatakan bahwa

“Pengertian yang lebih umum dan luas dari perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian dari gedung/bangunan, atau gedung itu sendiri, yang berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur demikian rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca. Perpustakaan dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana, seperti ruang baca, rak buku, rak majalah, meja-kursi baca, kartu-kartu katalog, sistem pengelolaan tertentu, dan ditempatkan petugas yang menjalankan perpustakaan agar dapat berjalan sebagaimana mestinya”.

Mengacu pada pengertian perpustakaan menurut Sutarno dapat diperoleh kesimpulan mengenai perpustakaan secara lebih luas yaitu perpustakaan selain merupakan sebuah gedung/bangunan yang berisi koleksi bahan bacaan juga

(4)

mencakup tersedianya sarana dan prasarana seperti rak buku, ruang baca yang nyaman, kartu katalog, sistem pengelolaan tertentu serta penempatan pegawai pengelola perpustakaan yang ditugaskan untuk melayani pengunjung perpustakaan, mengelola sirkulasi buku serta melakukan perawatan baik buku maupun ruang perpustakaan secara umum.

Bafadal (1992: 2) menyebutkan ciri perpustakaan sebagai berikut :

1) Perpustakaan merupakan suatu unit kerja, artinya bahwa adanya perpustakaan pada suatu instansi tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu. 2) Perpustakaan mengelola sejumlah bahan pustaka seperti buku, majalah,

surat kabar, brosur, micro film, peta, globe, dan gambar-gambar.

3) Perpustakaan harus digunakan oleh pemakai dan dapat meningkatkan minat pemakai untuk mengunjunginya.

4) Perpustakaan sebagai sumber informasi. Buku-buku dan sumber informasi yang tersedia di perpustakaan harus dapat memberikan informasi bagi setiap orang yang membutuhkannya.

b. Fungsi Perpustakaan

Fungsi sebuah perpustakaan merupakan penjabaran lebih lanjut dari semua tugas perpustakaan, menghimpun informasi, mengelola serta memberdayakan dan memberikan layanan secara optimal (Suwarno, 2009: 42). Basuki dalam bukunya Suwarno (2010: 32) menyebutkan fungsi kepustakawanan yaitu :

1) Penyimpanan

Perpustakaan bertugas menyimpan buku atau bahan pustaka yang diterimanya.

2) Penelitian

Perpustakaan bertugas menyediakan buku untuk keperluan penelitian, misalnya menyediakan daftar buku mengenai suatu subjek, membuat sari karangan artikel majalah maupun pustaka lainnya, dan menyajikan laporan penelitian dalam bidang berkaitan.

(5)

3) Informasi

Perpustakaan menyediakan informasi yang diperlukan pengguna jasa layanan perpustakaan baik atas permintaan maupun tidak.

4) Pendidikan

Perpustakaan merupakan tempat belajar publik seumur hidup, terutama bagi masyarakat yang tidak menduduki bangku sekolah. 5) Kultural

Perpustakaan menyimpan khasanah budaya bangsa atau masyarakat tempat perpustakaan berada dan juga meningkatkan nilai dan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya melalui proses penyediaan bahan bacaan.

Darmono (2001: 3) mendukung pernyataan Suwarno dengan menyebutkan fungsi perpustakaan yaitu:

1) fungsi informasi yaitu perpustakaan menyediakan berbagai informasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi; 2) fungsi pendidikan yaitu perpustakaan menyediakan berbagai informasi sebagai sarana untuk menerapkan tujuan pendidikan; 3) fungsi kebudayaan yaitu perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna untuk menumbuhkan budaya baca di kalangan pengguna sebagai bekal penguasaan alih teknologi; 4) fungsi rekreasi yaitu perpustakaan menyediakan berbagai informasi agar dapat menunjang berbagai kegiatan kreatif serta hiburan yang positif kepada pengunjung; 5) fungsi penelitian yaitu perpustakaan menyediakan berbagai informasi untuk menunjang kegiatan penelitian; dan 6) fungsi deposit yaitu perpustakaan berkewajiban menyimpan dan melestarikan semua karya cetak dan karya rekam yang diterbitkan di wilayah Indonesia.

Perpustakaan mampu mengabadikan karya-karya penulis terutama penulis yang telah wafat meninggalkan karya-karyanya, dengan begitu fungsi utama perpustakaan yang diberlakukan secara universal adalah fungsi pelestarian atau preservasi. Disebutkan demikian karena fungsi tersebut berlandaskan prinsip bahwa sebuah buku atau dalam hal ini koleksi lainnya yang merupakan jenis bahan bacaan atau bahan pustaka harus dapat terus menerus dimanfaatkan oleh

(6)

masyarakat, bahkan ketika bentuk fisiknya sudah tidak lagi layak untuk digunakan (Putu dalam Labibah, 2011: 7).

c. Jenis-jenis Perpustakaan

Setiap perpustakaan didirikan dengan tujuan dan dilandasi oleh visi misi tertentu, oleh karena itu setiap perpustakaan memiliki anggota yang berbeda dan melakukan kegiatan yang berbeda pula. Hal tersebut menyebabkan timbulnya berbagai jenis perpustakaan dengan fungsinya masing-masing (Rahayuningsih, 2007: 3). Menurut Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007, jenis perpustakaan terdiri atas Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Umum, Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Perguruan Tinggi, dan Perpustakaan Khusus.

1) Perpustakaan Nasional

Perpustakaan nasional di Indonesia dikenal dengan nama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) yang merupakan satu-satunya perpustakaan nasional di Indonesia. Perpustakaan Nasional di Indonesia berada di Ibukota Jakarta. Dalam pelaksanaan tugasnya, perpustakaan nasional juga memberikan layanan kepada masyarakat berupa layanan referensi (rujukan) dan tidak memberikan layanan peminjaman koleksi untuk dibawa ke luar perpustakaan (Sutarno, 2006: 38).

2) Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum didirikan untuk melayani semua anggota masyarakat yang membutuhkan jasa informasi dan perpustakaan, sehingga bersifat terbuka untuk umum, dibiayai dengan dana dari masyarakat umum, dan memberikan jasa pelayanan yang bersifat cuma-cuma. Perpustakaan umum

(7)

memegang peranan penting dalam usaha pembinaan kecerdasan bangsa karena berada di tengah-tengah masyarakat dan melayani masyarakat yang bersifat universal serta menjadi salah satu lembaga pendidikan sepanjang hayat (Rahayuningsih, 2007: 5). Perpustakaan Asmaina merupakan salah satu bentuk perpustakaan desa yang termasuk ke dalam jenis perpustakaan umum.

3) Perpustakaan Sekolah/Madrasah

Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai sarana kegiatan belajar mengajar, penelitian sederhana, serta menyediakan bahan bacaan guna menambah ilmu pengetahuan dan tempat rekreasi yang sehat di sela-sela kegiatan rutin siswa di sekolah (Sutarno, 2006: 47).

4) Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang melayani para mahasiswa, dosen, dan karyawan suatu perguruan tinggi tertentu (akademi, universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik) yang bertujuan untuk menunjang pencapaian tujuan perguruan tinggi yang bersangkutan dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, pengajaran, dan pengabdian masyarakat (Rahayuningsih, 2007: 7).

5) Perpustakaan Khusus

Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang mengkhususkan diri dalam subjek koleksi bidang tertentu saja, misalnya bidang hukum, bidang musik, bidang teologi, dan sebagainya. Perpustakaan khusus memiliki ciri-ciri yaitu : a) memiliki koleksi yang terbatas pada satu atau beberapa subjek; b) memiliki informasi yang luas dan mendalam dalam bidang kekhususannya itu, c)

(8)

keanggotaan perpustakaan khusus biasanya terbatas, yaitu orang-orang yang berminat atau berkarya dalam bidang subjek koleksi perpustakaan itu; d) ukuran perpustakaan khusus relatif kecil dan jumlah koleksinya relatif sedikit (Rahayuningsih, 2007: 5).

Dalam bukunya yang berjudul Pengelolaan Perpustakaan (Rahayuningsih, 2007: 8) menambakan jenis perpustakaan yaitu perpustakaan kelembagaan dan perpustakaan pribadi. Perpustakaan kelembagaan adalah perpustakaan yang dimiliki dan dikelola oleh lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi tertentu, misalnya perpustakaan masjid, perpustakaan gereja, perpustakaan bank, dan sebagainya. Perpustakaan pribadi adalah perpustakaan yang dimiliki dan dikelola oleh perorangan atau keluarga, yang pada umunya koleksi perpustakaan pribadi dikembangkan sesuai dengan minat, latar belakang pendidikan, hobi, selera, dan kebutuhan pemiliknya.

d. Standar Nasional Perpustakaan

Standar nasional perpustakaan digunakan sebagai acuan penyelenggaraan, pengelolaan, dan pengembangan perpustakaan. Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007, standar nasional perpustakaan terdiri dari standar koleksi perpustakaan, standar sarana dan prasarana perpustakaan, standar pelayanan perpustakaan, standar tenaga perpustakaan, standar penyelenggaraaan perpustakaan, dan standar pengelolaan perpustakaan. Beberapa standar nasional perpustakaan dijelaskan sebagai berikut :

(9)

1) Standar koleksi perpustakaan

Koleksi perpustakaan atau library collection diartikan sebagai keseluruhan bahan-bahan pustaka yang dibina dan dikumpulkan oleh suatu perpustakaan melalui upaya pembelian, sumbangan, pertukaran, atau membuat sendiri dengan tujuan untuk disajikan dan didayagunakan oleh seluruh pemakai perpustakaan. Koleksi perpustakaan harus memberikan kontribusi yang jelas dan dapat mencerminkan kebutuhan dan tuntutan para pemakai perpustakaan (Sinaga, 2011: 37).

Magrill and Corbin dalam bukunya Qalyubi dkk (2007: 77) mengatakan bahwa pengembangan koleksi perpustakaan merupakan proses untuk memastikan bahwa kebutuhan informasi dari para pemakai dapat terpenuhi secara tepat waktu dan tepat guna dengan memanfaatkan sumber-sumber informasi yang terdapat di perpustakaan dan telah dikembangkan sebaik-baiknya sesuai dengan kondisi perpustakaan dan masyarakat yang dilayaninya. Berbagai jenis koleksi perpustakaan menurut Darmono (2007: 67) adalah sebagai berikut:

a) Buku

Buku merupakan terbitan yang membahas informasi tertentu dan disajikan secara tertulis sedikitnya 64 halaman tidak termasuk halaman sampul, diterbitkan oleh penerbit atau lembaga tertentu, serta ada yang bertanggung jawab terhadap isi yang dikandungnya (pengarang). Buku dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu : 1) buku teks, yaitu buku wajib yang telah digariskan oleh pemerintah misalnya buku pelajaran; 2) buku penunjang, yaitu buku pengayaan yang telah mendapat rekomendasi dari pemerintah untuk digunakan di sekolah, serta buku penunjang

(10)

untuk kalangan siswa tentang bidang tertentu; 3) buku-buku jenis fiksi serta buku bergambar yang dapat merangsang rasa ingin tahu dan mengembangkan imajinasi seperti novel, cerpen dan sebagainya; 4) buku populer yaitu buku yang berisi ilmu pengetahuan secara umum dan populer misalnya buku tentang cara memasak, cara merawat komputer, buku tips mendidik anak dan sebagainya.

b) Koleksi referensi

Isi buku koleksi referensi tidak mendalam dan hanya memuat informasi tertentu, sehingga cara penyusunannya berbeda dengan buku teks. Misalnya kamus, ensiklopedi, almanak, direktori, dan buku tahunan.

c) Sumber geografi

Sumber geografi berisi tentang daerah, iklim, cuaca, ketinggian tempat, bahan tambang, hutan, hasil pertanian daerah tertentu, laut, hasil laut, gunung, gurun, curah hujan untuk daerah tertentu dan sebagainya. Koleksi sumber geografi dapat berbentuk atlas, globe, peta serta gazetter.

d) Jenis serial (terbitan berkala)

Yang termasuk jenis koleksi terbitan berkala adalah majalah dan koran, pada umumnya berisi berita aktual yang meliputi berbagai aspek kehidupan manusia. e) Bahan mikro

Bahan mikro adalah koleksi perpustakaan yang merupakan alih media dari buku ke dalam bentuk mikro seperti mikro film dan mikro fice. Mikro film pada umumnya berbentuk rol dan carik mikro berbentuk lembaran.

(11)

Bahan padang dengar memuat informasi yang dapat ditangkap secara bersamaan oleh indera mata dan telinga, oleh sebab itu bahan pandang dengar merupakan media pembawa pesan yang sangat kuat untuk bisa ditangkap oleh manusia. Misalnya video, kaset, piringan hitam, Compact Disc-Read Only Memory (CD-ROM), VCD, DVD, slide, dan film.

Selain buku-buku (printed materials), seperti pendapat Darmono, perpustakaan yang baik harus menyediakan koleksi bahan-bahan elektronik (electronic resources). Koleksi bahan elektronik misalnya dapat berwujud CD-Room atau DVD yang berisi bahan bacaan elektronik yang dapat diakses dengan menggunakan komputer. Selain itu perpustakaan juga hendaknya memiliki koleksi untuk menghibur seperti novel populer, musik, mainan, komputer, VCD, majalah, dan poster (Suherman, 2013: 76).

2) Standar sarana dan prasarana

Dalam memberikan layanan perpustakaan kepada pemustaka diperlukan sarana perpustakaan dengan harapan akan membantu efisiensi dan efektivitas pelayanan perpustakaan secara keseluruhan. Oleh karena itu sarana perpustakaan harus diciptakan sedemikian rupa agar membantu kemudahan para pemakai perpustakaan. Sinaga (2011: 58) menyebutkan sarana perpustakaan terdiri dari : a) Ruang perpustakaan

Suasana perpustakaan yang nyaman dan tenang akan membantu konsentrasi belajar yang mantap, dengan demikian ruangan perpustakaan memberikan andil yang cukup besar kepada para pemakai dalam pendayagunaan perpustakaan secara maksimal. Suryana dalam bukunya Sinaga (2011: 59) menyebutkan

(12)

ruang-ruang yang potensial dan perlu diperhatikan penempatannya adalah ruang-ruang buku, ruang baca, ruang kera pustakawan/petugas lainnya, ruang sirkulasi, dan ruang referensi.

b) Peralatan/ perabot perpustakaan

Kelancaran pelayanan perpustakaan ditunjang oleh peralatan/perabot perpustakaan yang memadai. Perabot perpustakaan adalah alat yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan perpustakaan yang tidak habis pakai seperti meja, kursi, lemari, rak buku, papan pengumuman, dan lain sebagainya. Perabot tersebut perlu dirancang sedemikian rupa agar menciptakan kenyamanan dan keamanan kepada pengguna (Lasa Hs, 2009: 205).

3) Standar pelayanan perpustakaan

Hakikat layanan perpustakaan adalah pemberian informasi kepada pemakai perpustakaan tentang segala bentuk informasi yang dibutuhkan pemakai, baik untuk dimanfaatkan di tempat atau digunakan di luar ruangan perpustakaan dan mengenai manfaat berbagai sarana penelusuran informasi yang tersedia di perpustakaan yangmerujuk pada keberadaan sebuah informasi (Darmono, 2001: 134).

Suherman (2013: 135) menyebutkan beberapa jenis layanan perpustakaan yaitu sebagai berikut :

a) Layanan peminjaman bahan pustaka, yaitu layanan kepada pemakai perpustakaan berupa peminjaman bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan.

b) Layanan referensi yaitu layanan yang diberikan oleh perpustakaan untuk koleksi-koleksi khusus seperti kamus, ensiklopedi, almanak, direktori, dan buku tahunan yang berisi informasi singkat.

c) Layanan ruang baca yaitu layanan yang diberikan oleh perpustakaan berupa tempat untuk melakukan kegiatan membaca di perpustakaan.

(13)

4) Standar tenaga perpustakaan/ sumber daya pustakawan.

Perpustakaan membutuhkan tenaga yang memadai baik dari jumlah maupun kualitas yang dimilikinya dengan tujuan agar perpustakaan tersebut dapat memberikan layanan yang baik sesuai dengan fungsinya, oleh karena hal tersebut tenaga perpustakaan membutuhkan pembinaan, baik pembinaan karir sebagai tenaga perpustakaan maupun pembinaan terhadap semangat kerja. Pembinaan karir pustakawan khususnya pustakawan yang berstatus pegawai negeri dan memangku jabatan fungsional pustakawan telah diatur dalam Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002 tahun 2002 tentang jabatan fungsional pustakawan, cara kenaikan pangkat serta kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan sebagai pemangku jabatan fungsional pustakawan (Darmono, 2007: 258).

Pustakawan dituntut untuk memiliki kompetensi yaitu : a) kompetensi fisik untuk menunjang pelaksanaan tugas-tugas sebagai pustakawan; b) kompetensi pribadi yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri dan pemahaman diri; c) kompetensi sosial yaitu perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar dari pemahaman diri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara efektif; dan; d) kompetensi spiritual yaitu pemahaman, penghayatan, serta pengamalan kaidah-kaidah keagamaan dalam kehidupan sehari-hari sebagai nilai-nilai universal kehidupan untuk penuntun arah kehidupan baik di lingkungan kerja maupun di lingkungan sosialnya.

(14)

5) Standar penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan

Setelah perpustakaan selesai didirikan maka selanjutnya perpustakaan tersebut akan beroperasi melaksanakan tugas dan fungsinya. Setiap perpustakaan dikelola sesuai dengan standar nasional perpustakaan. Penyelenggaraan perpustakaan adalah suatu kegiatan dalam rangka pembangunan atau pembentukan, pengaturan, dan pengurusan perpustakaan agar dapat berjalan dengan baik. Terdapat tiga kegiatan utama dalam penyelenggaraan perpustakaan yaitu menghimpun, mengelola, dan menyajikan layanan informasi. Tugas pengelolaan atau manajemen adalah yang berhubungan dengan hal-hal teknis operasional yang dimulai dari proses perencanaan atas seluruh kegiatan, termasuk peralatan, waktu, sumber daya manusia, biaya, dan lain sebagainya yang keseluruhan kegiatan tersebut harus dikendalikan, diarahkan, diorganisasikan, serta diberdayakan oleh pemimpin (Sutarno, 2006: 89).

2. Tinjauan tentang Perpustakaan Desa a. Konsep Perpustakaan Desa

Sutarno (2006: 43) menyebutkan bahwa perpustakaan desa termasuk dalam kategori jenis perpustakaan umum, yaitu lembaga pendidikan bagi masyarakat umum dengan menyediakan berbagai informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya, sebagai sumber belajar untuk memperoleh dan meningkatkan ilmu pengetahuan bagi seluruh lapisan masyarakat. Dikatakan pula bahwa perpustakaan umum menjadi lembaga pendidikan yang demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat tanpa

(15)

membedakan suku bangsa, agama, jenis kelamin, usia, latar belakang dan tingkat sosial.

Tujuan didirikannya perpustakaan umum menurut Basuki dalam bukunya Rahayuningsih (2007: 5) adalah sebagai berikut :

1) Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka ke arah kehidupan yang lebih baik. 2) Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat, dan murah bagi

masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat.

3) Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. 4) Perpustakaan umum merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi

masyarakat sekitarnya, sehingga perpustakaan umum bertugas menumbuhkan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya dengan cara menyelenggarakan pameran budaya, ceramah, pemutaran film, dan penyediaan informasi yang dapat meningkatkan keikutsertaan, kegemaran, dan apresiasi masyarakat terhadap segala bentuk seni budaya.

Perpustakaan desa pada hakikatnya merupakan bagian dari sistem nasional perpustakaan dalam upaya pencapaian tujuan nasional mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembentukan perpustakaan umum termasuk salah satunya adalah perpustakaan desa di seluruh wilayah Indonesia bertujuan untuk mendukung upaya pemerintah dalam mengembangkan kehidupan masyarakat. Perpustakaan desa berada dalam ruang lingkup pengelolaan dan pembinaan

(16)

pemerintah desa yang dikembangkan dan diharapkan dapat berperan dengan baik dalam rangka upaya mencerdaskan kehidupan bangsa (Sutarno, 2008: 4).

Lebih lanjut Sutarno (2008: 9) mengatakan konsep dasar perpustakaan desa yaitu sebagai berikut :

1) Perpustakaan desa adalah lembaga layanan publik yang berada di desa, yang dikembangkan dari, oleh dan untuk masyarakat. Tujuannya adalah untuk memberikan layanan dan memenuhi kebutuhan warga yang berkaitan dengan informasi, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan rekreasi kepada semua lapisan masyarakat.

2) Masyarakat yang dilayani terdiri atas semua penduduk yang beraneka ragam latar belakangnya, dan bermukim di desa yang bersangkutan. Perpustakaan desa akan ramai dikunjungi masyarakat jika mempunyai daya tarik, misalnya memenuhi kebutuhan, memenuhi selera, memberikan sesuatu yang bermanfaat dan nilai tambah.

3) Perpustakaan desa termasuk jenis perpustakaan umum yang berada di wilayah pedesaan, bersifat universal dan berlaku untuk umum. Perpustakaan tersebut memiliki karakteristik sesuai dengan konsep aslinya dan mengikuti desa yang bersangkutan dan membedakannya dengan perpustakaan lainnya.

4) Perpustakaan desa menyimpan beberapa koleksi pustaka yang memuat ciri khas, adat istiadat, norma, tata nilai dan tatanan sosial desa tempat perpustakaan tersebut berdiri. Masyarakat yang ingin mempelajarinya dapat membaca berbagai informasi yang telah didokumentasikan di dalam koleksi bahan pustaka perpustakaan.

(17)

5) Perpustakaan desa memiliki tugas pokok dan fungsi yaitu menghimpun dari berbagai sumber (to collect), memelihara, merawat, melestarikan (to preserve) dan memberdayakan (to make available) koleksi bahan pustaka (informasi).

6) Pada hakikatnya perpustakaan desa adalah hasil swadaya, swasembada, dan swakelola masyarakat setempat dengan mengembangkan inisiatif, keinginan, dan kemauan bersama dan kesadaran bersama akan pentingnya kemudahan akses informasi merupakan salah satu faktor kemajuan desa.

Berdasarkan pendapat Sutarno mengenai konsep dasar perpustakaan desa, dapat ditarik kesimpulan bahwa perpustakaan desa menjadi salah satu lembaga pendidikan yang mampu menyelenggarakan pendidikan universal yaitu pendidikan yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, status sosial, dan sebagainya serta dapat menyelenggarakan pendidikan sepanjang hayat tidak lain adalah pendidikan yang terus dapat berlangsung sejalan dengan perkembangan zaman, sehingga keberadaannya menjadi sangat strategis dalam rangka menciptakan masyarakat pembelajar dan masyarakat yang memiliki kegemaran membaca yang tinggi.

b. Nilai Dasar Perpustakaan Desa

Pada dasarnya perpustakaan mempunyai peran dan posisi strategis dalam kehidupan masyarakat dan merupakan sumber kekuatan, imajinasi, inspirasi untuk berpikir, belajar, bekerja, berkarya, dan berprestasi. Perpustakaan merupakan refleksi budaya dan cerminan peradaban bangsa seperti pada

(18)

masyarakat yang sudah maju biasanya ditandai oleh kemajuan perpustakaan yang representatif (Sutarno, 2008: 47).

Nilai-nilai dasar Perpustakaan Desa menurut Sutarno (2008: 48) disebutkan antara lain :

1) Sejarah Kehidupan dan Pelestarian Budaya

Perpustakaan desa menyediakan koleksi bahan pustaka yang berisi data, informasi, dan pengetahuan serta karya umat masa lalu yang telah ditemukan dan diciptakan sejak masa lalu. Semuanya direkam, disimpan, dipelihara, dan dilestarikan di perpustakaan dengan tujuan yaitu untuk kepentingan pengembangan budaya lokal dan budaya nusantara melalui pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam kehidupan di masa depan yang lebih baik.

2) Layanan Masyarakat

Perpustakaan desa yang dikelola dengan baik dapat dikembangkan menjadi pusat pelayanan informasi dan ilmu pengetahuan bagi penduduk di wilayah desa tersebut. Keberhasilan perpustakaan dalam mengembangkan sistem layanan tergantung pada beberapa faktor yaitu : a) mutu dan jumah serta jenis koleksi; b) sikap, cara pendekatan, pengetahuan dan pengelaman petugas pelaksana; c) sarana dan prasarana layanan; d) kerja sama dengan pemakai/pemustaka; e) manfaat yang dirasakan oleh masyarakat. Setiap infornasi dan ilmu pengetahuan harus dikemas dengan baik. Informasi yang dapat disajikan dan dilayankan yaitu : a) peta yang memuat kondisi geografi wilayah; b) jumlah penduduk disertai data lengkap tentang jenis kelamin, tingkat pendidikan, mata pencaharian dan

(19)

sebagainya; c) objek-objek tertentu yang dapat dikembangkan, misalnya objek tujuan wisata, industri rumah tangga dan sebagainya; d) aset dan kekayaan pemerintah desa yang dapat dimanfaatkan oleh umum seperti tempat ibadah dan benda sejarah, budaya tradisional, situs-situs unik dan sebagainya; e) upacara adat atau kehidupan adat istiadat, benda pusaka, kesenian dan nilai-nilai kedaerahan yang menjadi ciri khas.

3) Sarana Belajar Masyarakat

Perpustakaan desa menyediakan berbagai bahan koleksi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu sarana belajar untuk menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan juga untuk menambah wawasan dan keterampilan warganya. Perpustakaan desa sebagai pusat kegiatan dan sumber belajar adalah dalam lingkup pendidikan nonformal dan otodidak yaitu belajar sendiri atau berdiskusi dengan teman. Perpustakaan desa juga berperan untuk menambah waktu belajar di sekolah yang sangat terbatas bagi anak-anak yang berada di bangku sekolah, karena pada dasarnya perpustakaan merupakan sumber belajar yang tak pernah kering informasi dan ilmu pengetahuan.

4) Pengembangan Budaya Baca dan Tulis

Minat dan kebiasaan membaca seharusnya dibentuk dan dididik sejak usia dini, karena anak-anak biasanya memiliki jiwa dan pembawaan untuk dan ingin mengetahui segala sesuatu dan banyak hal. Perpustakaan desa dapat dimanfaatkan sebagai tempat mengembangkan minat, hobi dan kebiasaan membaca serta belajar bagi anak-anak, remaja dan mereka yang berminat. Kebiasaan membaca tidak tumbuh dengan sendirinya tetapi perlu dipupuk dan diusahakan. Kebiasaan

(20)

membaca yang berkembang menjadi budaya membaca harus dipelihara agar terus berkembang. Perpustakaan desa merupakan sarana yang penting dalam mempersiapkan generasi muda dan anak-anak calon pemimpin bangsa.

5) Referensi dan Penelitian Sederhana

Perpustakaan desa sebaiknya memiliki koleksi rujukan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber referensi untuk menambah ilmu pengetahuan dan membantu memecahkan masalah yang dihadapi. Yang dimaksud dengan koleksi referensi adalah : a) publikasi pemerintah yang penting bagi masyarakat seperti peraturan perundang-undangan, kependudukan, serta pengurusan akta kelahiran; b) peta wilayah, direktori, alamat dan nomor telepon rumah sakit, alamat dan instansi tempat pengurusan surat-surat pertanahan, izin usaha, buku pegangan dan sebagainya; c) kalender kegiatan pemerintah yang menyangkut masyarakat banyak seperti projek nasional pembuatan akta kelahiran, bantuan tunai langsung, pembagian beras miskin, kartu keluarga miskin dan sebagainya; d) pranata mangsa sebagai pegangan bagi kaum petani dalam menggarap lahan dan bercocok tanam, buku-buku keagamaan, kitab suci dan ajaran tuntunan agama, kamus umum, dan sebagainya; e) surat kabar, majalah populer, buletin, dan terbitan berkala yang diterbitkan di pusat dan daerah.

6) Pengayaan dan Perluasan Ilmu Pengetahuan

Masyarakat desa yang telah mengerti dan memahami pentingnya perpustakaan diharapkan akan sering berkunjung ke perpustakaan, dengan memanfaatkan koleksi yang tersedia mereka akan memperoleh pengetahuan, pengalaman dan keterampilan tambahan. Orang yang rajin berkunjung ke

(21)

perpustakaan dan membaca buku, menimba ilmu dan pengetahuan serta pengalaman dapat mengikuti perkembangan yang terjadi di sekitarnya dan memanfaatkannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga keberlangsungan hidupnya tetap terjaga.

c. Pengelolaan Perpustakaan Desa

Setelah perpustakaan desa selesai didirikan maka selanjutnya perpustakaan tersebut akan beroperasi melaksanakan tugas dan fungsinya. Pengelolaan perpustakaan desa dilakukan oleh pengurus perpustakaan dengan penanggung jawab kepala desa/lurah dan susunan kepengurusan yang terdiri atas ketua, wakil ketua, sekretaris, dan beberapa seksi menurut kebutuhan dan kondisi setempat. (Sutarno, 2008: 63).

Sutarno (2008: 65) mengatakan bahwa tugas utama perpustakaan desa sebagai sarana belajar untuk masyarakat adalah berperan aktif melaksanakan tugas dan fungsi perpustakaan desa yang dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu : 1) Menyediakan, menyiapkan, mengolah, dan memelihara koleksi bahan

pustaka yang siap pakai dan sarana informasi lainnya sesuai dengan keperluan pemerintahan desa dan masyarakat.

2) Mendayagunakan koleksi, berupa penyediaan sistem layanan, penyiapan tenaga kerja, penyediaan sarana dan prasarana serta menginformasikan/mempromosikan koleksi dan jasa perpustakaan kepada masyarakat.

(22)

4) Bekerja sama dengan perpustakaan lain dalam pemanfaatan koleksi, sarana prasarana perpustakaan secara bersama-sama untuk kepentingan masing-masing.

5) Menjalin hubungan baik dengan pihak pimpinan pembina, mitra kerja dan unit kerja terkait untuk kelancaran pelaksanaan tugas layanan.

6) Melakukan pemasyarakatan atau sosialisasi, publikasi, dan promosi perpustakaan.

7) Melakukan pengkajian dan pengembangan perpustakaan.

8) Melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan profesi.

9) Melaksanakan pendidikan pemakai agar dapat dengan cepat, mudah, dan tepat memanfaatkan perpustakaan.

10) Melaksanakan pengelolaan atau manajemen dan administrasi, tata usaha, termasuk pengembangan staf dan pegawai atau petugas serta peningkatan sarana dan prasarana perpustakaan.

Perpustakaan desa dalam melaksanakan program pengembangan terpadu bagi terbangunnya perpustakaan yang bersahabat dengan masyarakat harus memiliki konsep dan rumusan mengenai program pelayanan prima, karena perpustakaan dalam menjalankan roda kelembagaannya pasti membutuhkan dukungan terutama adalah pemustaka dalam melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan secara baik dan menyenangkan. Selain itu perpustakaan desa juga harus berusaha memperbanyak pendukung (mitra) dan memberi kesempatan yang panjang kepada orang yang akan memberi simpati (Kalida dan Nursyid, 2015: 49).

(23)

3. Tinjauan tentang Minat Baca a. Konsep membaca

Membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis, dalam kegiatan tersebut terdapat proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalu media kata-kata atau bahan tulis (Somadayo, 2011: 4). Lebih lanjut dijelaskan bahwa membaca adalah suatu kegiatan penerjemahan simbol atau huruf ke dalam kata dan kalimat yang memiliki makna bagi seseorang. Aktivitas membaca bagi seseorang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, belajar melakukan sesuatu, hiburan, dan pembentukan budi pekerti (Depdikbud, 1997: 5). Pada saat seseorang membaca terdapat suatu usaha dari pembaca untuk memahami apa yang disampaikan oleh penulis melalui bahan bacaan yang disajikan.

Sareb (2008: 36) menyebutkan terdapat tiga poin penting yang berkaitan dengan aktivitas membaca, yaitu 1) bahwa ketrampilan membaca pada anak penting dikuasai oleh anak sebagai kunci untuk meraih kesuksesan baik di sekolah maupun di lapangan ketika memasuki dunia kerja; 2) Membaca dapat memberikan kesenangan bagi anak, mengasah imajinasi, dan membuka pintu bagi anak untuk memasuki dunia baru yang lebih dari sebelumnya; 3) Dengan membaca seseorang meretas jalan bagi penguasaan bahasa dan komunikasi.

Membaca merupakan salah satu dari empat kemampuan bahasa pokok, yaitu menyimak (mendengarkan), berbicara, membaca dan menulis yang merupakan satu bagian dari komunikasi tulisan. Dalam komunikasi tulisan,

(24)

lambang-lambang bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf, sehingga dapat dipahami bahwa membaca merupakan proses pengenalan huruf-huruf sebagai lambang bunyi-bunyi bahasa yang harus dibina dan dikuasai terutama oleh anak-anak sejak usia dini. Membaca merupakan sebuah proses transfer informasi yang diperoleh melalui buku yang dibaca kemudian diproses sehingga menjadi pengetahuan baru bagi pembaca. Membaca juga dapat meningkatkan daya nalar melalui proses pemahaman informasi yang diperoleh melalui buku kemudian pembaca akan mengetahui cara-cara pengarang dalam menyajikan pikirannya (Tampubolon, 1987: 5).

Membaca merupakan aktivitas yang semakin penting sejalan dengan perkembangan zaman yang terjadi di era global sekarang ini. Setiap aspek melibatkan kegiatan membaca mulai dari transportasi seperti adanya tanda-tanda jalan yang berfungsi mengarahkan orang yang berpergian agar sampai pada tujuannya, tanda pengingat bahaya dan aturan-aturan yang harus dipatuhi, dalam bidang teknologi yang pada semua alat memiliki Standar Operasional Prosedur yang harus diketahui oleh pengguna alat.

b. Pengertian minat baca

Sinambela dalam buku Sudarsana dan Bastiano (2010: 4.27) mengartikan minat membaca yaitu sikap positif dan adanya rasa ketertarikan dalam diri anak terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan. Minat membaca adalah kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri. Keinginan dan perilaku

(25)

seseorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan suatu kebiasaan yang tumbuh dari hari ke hari, bulan ke bulan serta tahun ke tahun, sehingga perilaku senang membaca merupakan hasil dari pembentukan kebiasaan yang hanya dapat terwujud melalui pembinaan yang lama (Sudarsana dan Bastiano: 2010: 4.27).

Minat baca merupakan hasil proses sosial budaya, yang berarti bahwa minat baca tidak akan tumbuh secara alami, melainkan membutuhkan pembinaan yang positif agar dapat tumbuh dalam diri individu. Minat baca akan tumbuh dengan baik apabila didukung dengan bahan-bahan bacaan yang memadai dan diminati oleh pembacanya (Sinaga, 2011: 95).

Bafadal (1992: 191) mengatakan bahwa

Minat sering pula oleh orang-orang disebut “interest”. Minat bisa dikelompokkan sebagai sifat atau sikap (traits or attitude) yang memiliki kecenderungan-kecenderungan atau tendensi tertentu. Minat dapat merepresentasikan

tindakan-tindakan (represent motives). Minat tidak bisa dikelompokkan sebagai pembawaan, tetapi sifatnya bisa diusahakan, dipelajari dan dikembangkan.”

Marksheffel dalam Bafadal (1992: 192) menjelaskan mengenai minat baca sebagai berikut

“Summarizing our discussion of interest thus far indicates that : 1) interest are not in born but are learned, acquired, and developed; 2) interest are related to meaning; 3) interest are closely associated with a person’s social and emotional health; and 4) interest are in some manner, capable of initiating and directing human behavior.”

(26)

Berdasarkan pada penjelasan Marksheffel mengenai minat membaca, Bafadal mengartikan bahwa :

1) Minat bukan hasil pembawaan manusia, tetapi dapat dibentuk atau diusahakan, dipelajari dan dikembangkan.

2) Minat itu bisa dihubungkan untuk maksud-maksud tertentu untuk bertindak. 3) Secara sempit, minat itu diasosiasikan dengan keadaan sosial seseorang dan

emosi seseorang.

4) Minat itu biasanya membawa inisiatif dan mengarah kepada kelakukan atau tabiat manusia.

Dalam rangka mengembangkan minat baca seseorang tidak bisa terlepas dari pembinaan kemampuan membacanya, sebab seseorang yang memiliki kegemaran membaca tentu sebelumnya harus memiliki kemampuan membaca. Tanpa memiliki kemampuan membaca tidak mungkin seseorang akan merasa senang terhadap aktivitas membaca mengingat membaca merupakan sebuah aktivitas yang secara umum adalah mengenali simbol-simbol kata atau huruf yang terdapat di dalam bahan bacaan kemudian ditransfer oleh si pembaca sehingga pembaca dapat memahami apa maksud bacaan tersebut.

c. Tujuan dan fungsi pembinaan minat baca

Pembinaan minat baca bertujuan untuk mengembangkan minat baca masyarakat melalui layanan perpustakaan dengan penekanan pada penciptaan lingkungan membaca untuk semua jenis bacaan (Sudarsana dan Bastiano, 2010:

(27)

4.31). Lebih lanjut lagi dalam buku tersebut disebutkan tujuan khusus pembinaan minat baca yaitu sebagai berikut :

1) Mewujudkan suatu sistem penumbuhkembangan minat baca yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan.

2) Menyelenggarakan program penumbuhkembangan minat baca sesuai dengan kebutuhan pembangunan.

3) Menumbuhkembangkan minat baca semua lapisan masyarakat untuk mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4) Menyediakan berbagai jenis koleksi perpustakaan sebagai bahan bacaan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa perpustakaan.

5) Mengembangkan minat dan selera dalam membaca. 6) Terampil dalam menyeleksi dan menggunakan buku.

7) Mampu mengevaluasi materi bacaan dan memiliki kebiasaan efektif dalam membaca informasi.

8) Memiliki kesenangan membaca.

Berdasarkan atas tujuan pembinaan minat baca, maka dapat dirumuskan fungsi utama pembinaan minat baca adalah menolong masyarakat pemakai perpustakaan atau dalam hal ini adalah masyarakat termasuk di dalamnya anak-anak untuk menafsirkan apa yang dibacanya dan bagaimana reaksinya terhadap bacaan tersebut. Masyarakat harus didorong dan dibimbing dalam mengekspresikan reaksi mereka terhadap apa yang dibacanya dan diberi kebebasan untuk memilih pengertian dari ekspresinya sendiri. Selain itu menurut

(28)

Sudarsana dan Bastiano (2010: 4.32) fungsi pembinaan minat baca yang lain adalah :

1) Sumber terhadap pelaksanan kegiatan penumbuhkembangan minat baca. 2) Pedoman atau referensi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan demi

menumbuhkembangkan minat baca.

3) Tolok ukur atau parameter terhadap keberhasilan penumbuhkembangan minat baca.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca

Minat baca seseorang tidak dapat timbul dalam diri seseorang begitu saja, tetapi perlu dipupuk dan dibina agar dapat tumbuh dengan baik. Faktor yang mempengaruhi minat baca seseorang terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Sudarsana dan Bastiano (2010: 5.3) menyebutkan faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam perpustakaan adalah sebagai berikut :

1) Kurangnya tenaga pengelola perpustakaan

Kurangnya tenaga dalam pengelolaan perpustakaan menyebabkan kegiatan pembinaan minat baca masyarakat kurang diperhatikan sementara pembinaan minat baca merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan.

2) Kurangnya dana pembinaan minat baca

Kegiatan pembinaan minat baca membutuhkan dana yang cukup besar, antara lain untuk menambah koleksi bahan pustaka, untuk mencetak brosur-brosur, poster-poster, dan sebagainya yang bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan pengunjung terhadap perpustakaan.

(29)

3) Terbatasnya bahan pustaka

Keterbatasan bahan pustaka yang dimaksud bukan hanya sekedar jumlah dan variasinya yang belum memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan, akan tetapi juga terbatasnya layanan mutu bahan pustaka di dalam perpustakaan. Karena dana yang tersedia terbatas, maka akan sulit bagi perpustakaan untuk menyediakan bahan pustaka yang bermutu yang dibutuhkan oleh masyarakat. 4) Kurangnya variasi jenis layanan perpustakaan

Kurangnya variasi pemberian layanan peminajaman seperti layanan referensi, layanan pemutaran film, layanan bercerita, layanan penelusuran informasi dan sebagainya banyak yang belum disajikan, sehingga layanan perpustakaan menjadi membosankan dan pasif yang berakibat menyebabkan berkurangnya minat masyarakat untuk mengunjungi perpustakaan dan memanfaatkan koleksi yang tersedia.

5) Terbatasnya ruang perpustakaan

Perpustakaan yang belum memiliki ruang penunjang kenyamanan perpustakaan seperti ruang baca, ruang pemutaran film (ruang audio visual), ruang cerita, ruang serba guna dan sebagainya menyebabkan pengunjung tidak merasa nyaman membaca buku di perpustakaan.

6) Terbatasnya perabot dan peralatan perpustakaan

Perpustakaan yang baik seharusnya memiliki peralatan yang dapat mendukung pembinaan minat baca seperti berbagai macam proyektor (proyektor film, proyektor untuk slide film stripe ataupun proyektor untuk transparansi), mesin fotokopi, mesin pembaca bentuk mikro dan sebagainya.

(30)

7) Kurangnya lokasi perpustakaan

Perpustakaan yang letaknya tidak strategis dapat menyebabkan pengunjung kurang berminat untuk mengunjungi perpustakaan.

8) Kurangnya pemasyarakatan perpustakaan

Kurangnya promosi perpustakaan dapat menyebabkan kurangnya anggota masyarakat dalam memanfaatkan jasa layanan perpustakaan, sehingga masyarakat menjadi kurang tertarik pada perpustakaan.

Adapun faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar adalah sebagai berikut :

1) Kurangnya partisipasi pihak-pihak yang terkait dengan pembinaan minat baca

Ada beberapa pihak yang terkait dengan pembinaan minat baca, yang utama adalah keluarga. Banyak orang tua yang kurang memperhatikan pengembangan minat baca anaknya. Selain itu di lingkungan lembaga atau organisasi sosial, pimpinan lembaga atau organisasi tersebut kurang menaruh perhatian terhadap pengembangan minat baca anggotanya.

2) Kurang terbinanya jaringan kerja sama pembinaan minat baca antarperpustakaan

Belum banyak upaya yang dilakukan untuk menggiatkan jaringan kerja sama pembinaan minat baca antarperpustakaan, bahkan banyak perpustakaan yang belum melakukan pembinaan minat baca.

(31)

Sektor swasta seperti industri, perusahaan serta usaha bisnis lainnya belum banyak berpartisipasi dan melibatkan diri dalam pembinaan minat baca, baik bagi pegawainya maupun masyarakat sekitarnya.

4) Belum semua penerbit berpartisipasi dalam pembinaan minat baca

Banyak penerbit yang orientasi penerbitannya berdasarkan perhitungan keuntungan semata dan kurang memenuhi kebutuhan masyarakat. Jumlah karya cetak, khususnya buku, yang diterbitkan sangat terbatas baik jumlah maupun judulnya.

5) Belum semua penulis berpartisipasi dalam pembinaan minat baca

Para penulis seperti pengarang, penyadur, maupun penerjemah belum banyak berpartisipasi dalam pembinaan minat baca, karena yang dipikirkan adalah bagaimana agar buku tersebut laku di pasaran, tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat yang beragam.

e. Upaya menumbuhkan minat membaca

Program pembudayaan kegemaran membaca tercantum dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan yaitu pada pasal 48-51. Rahmawati dan Sudarsono (2012: 103) menyimpulkan 5 poin penting berkaitan dengan pembudayaan kegemaran membaca pada pasal 48-51 Undang-Undang Perpustakaan yaitu sebagai berikut :

1) Ada gerakan nasional gemar membaca yang pelaksanaannya menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

2) Perpustakaan dan Taman Bacaan Masyarakat adalah pemeran utama dalam gerakan tersebut.

(32)

3) Perpustakaan dan Taman Bacaan Masyarakat harus difasilitasi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah seperti :

a) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan sarana perpustakaan di tempat-tempat umum yang mudah dijangkau, murah dan bermutu.

b) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat mendorong tumbuhnya Taman Bacaan Masyarakat dan rumah baca untuk menunjang pembudayaan kegemaran membaca.

4) Salah satu bentuk fasilitasi dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah adalah dengan menyediakan bahan bacaan bermutu, murah, dan terjangkau serta menyediakan sarana dan prasarana perpustakaan yang mudah diakses. 5) Perpustakaan wajib mendukung dan memasyarakatkan gerakan nasional

gemar membaca, melalui kerja sama dengan pemangku kepentingan.

Salah satu tugas pustakawan dalam memfungsikan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar adalah menumbuhkan rasa senang membaca pada murid-murid, sebab apabila pada diri murid-murid tersebut terdapat perasaan senang terhadap aktivitas membaca maka pemanfaatan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar akan dapat terlaksana dengan baik (Bafadal, 2006: 203). Dalam hal ini karena yang dimaksud dengan perpustakaan adalah perpustakaan umum, maka yang menjadi objek sasarannya adalah masyarakat secara umum, terutama pada anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah. Bafadal (2006: 203) menyebutkan bahwa beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan rasa senang membaca yaitu sebagai berikut :

(33)

1) Memperkenalkan buku-buku terutama yang tersedia di perpustakaan melalui cerita-cerita, kisah perjuangan para nabi, isi novel, cerpen atau membacakan puisi yang cukup menarik, dengan begitu anak-anak akan tertarik dengan keseluruhan cerita yang disampaikan.

2) Memperkenalkan riwayat hidup tokoh-tokoh dengan hal-hal yang positif meliputi kegigihan, semangat, dan perjuangan tokoh tersebut dalam rangka belajar untuk menambah pengetahuan sehingga menjadi tokoh yang besar. 3) Memperkenalkan hasil-hasil karya sastrawan dengan menyebutkan hasil

karya sastranya seperti misalnya W.S Rendra dengan sastranya dan sebagainya.

4) Mengadakan “display” atau pameran buku terutama pada buku-buku baru yang sedang diburu masyarakat. Hal tersebut selain bertujuan untuk memperkenalkan buku-buku baru juga dapat memberikan stimulus kepada masyarakat untuk membaca buku tersebut.

Secara lebih umum Aliyatin Nafisah (2014: 75) mengatakan bahwa dalam rangka meningkatkan minat baca masyarakat ada empat elemen penting yang harus diperhatikan yaitu pemerintah, perpustakaan, pustakawan, dan masyarakat. Keberadaan perpustakaan dalam rangka meningkatkan minat baca masyarakat dimulai dari usaha perpustakaan untuk meningkatkan layanannya tidak hanya terbatas pada peminjaman buku, akan tetapi juga mendorong para calon pengunjung untuk secara intens menyerap informasi melalui diskusi-diskusi, bedah buku, pameran dan sebagainya.

(34)

Membiasakan membaca terutama pada anak, tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu minat sebagai perpaduan antara keinginan, kemauan dan motivasi serta ketrampilan membaca yaitu ketrampilan mata dan penguasaan teknik-teknik membaca. Apabila minat membaca seseorang tidak berkembang, maka kebiasaan membaca sudah tentu tidak akan berkembang, dapat pula terjadi suatu keadaan dimana minat membaca seseorang berkembang, akan tetapi ketrampilan membaca yang efisien tidak berkembang (Tampubolon, 1987: 228). Untuk memupuk anak agar memiliki minat membaca atau kegemaran membaca dapat dilakukan dengan menyediakan bahan-bahan bacaan. Penyediaan bahan bacaan yang praktis adalah dengan membuat perpustakaan (Rosidi, 2016: 83).

4. Tinjauan tentang Pendidikan Dasar dan Menengah a. Pengertian Pendidikan Dasar dan Menengah

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan pendidikan yang akan dicapai, dan kemampuan peserta didik yang akan dikembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal yang paling dasar yang mendasari jenjang pendidikan berikutnya. Pendidikan dasar dapat berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.

(35)

Pendidikan menengah adalah pendidikan formal yang merupakan kelanjutan dari pendidikan sebelumnya yaitu pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum yang berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA) atau bentuk lain yang sederajat, dan pendidikan menengah kejuruan yang berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lainnya yang sederajat (Rohman, 2009: 224)

b. Karakteristik Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

Pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan tahun diselengggarakan selama enam tahun di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dan tiga tahun di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs). Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersipkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan tingkat menengah.

Pendidikan menengah merupakan pendidikan formal sebagai kelanjutan dari pendidikan dasar, mengacu kepada tujuan umum pendidikan memiliki tujuan yaitu : 1) tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut; 2) tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

(36)

ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya (BSNP, 2006 dalam jurnal Sa’ud berjudul Pendidikan Dasar dan Menengah)

c. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah

Anak-anak jenjang sekolah dasar yaitu rata-rata usia 6-12 tahun memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak di bawah usia tersebut. Mereka menyukai aktivias bermain, bekerja dalam kelompok dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Desmita (2012: 35) menyebutkan perkembangan anak usia sekolah dasar yaitu diantaranya adalah belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat serta mencapai kemandirian pribadi.

Adapun anak jenjang sekolah menengah pertama yaitu rata-rata usia 10-14 tahun memiliki karakteristik yang menonjol diantaranya adalah memiliki kecenderungan ambivalensi antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan orang tua, mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial. Lebih lanjut karakteristik anak jenjang sekolah menengah atas yaitu usia 12-21 tahun yang disebut dengan usia dewasa diantaranya adalah dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dan mengembangkan ketrampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara (Desmita, 2012: 36-37).

(37)

Berdasarkan pernyataan mengenai perkembangan karaktersitik anak, dapat disimpulkan bahwa pada jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah, anak memiliki karakteristik pada umumnya yang berkaitan dengan proses belajar. Pada jenjang sekolah dasar, karakteristik anak yang berkaitan dengan aktivitas atau proses belajar berupa karakteristik untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung, sedangkan pada jenjang sekolah menengah ditunjukkan oleh karakteristik berupa mengembangkan ketrampilan intelektualnya. Perpustakaan desa memiliki peran penting untuk dapat mewujudkan karakteristik tersebut dengan menyediakan buku dan sumber informasi lainnya yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak sebagai sarana belajar dan melakukan aktivitas dan proses belajar yang diharapkan.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Latifa Ain, mahasiswa Prodi Studi Manajemen Pendidikan Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta pada Desember 2012 dengan judul Pelayanan Perpustakaan Sekolah dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa di SD Negeri Giwangan, Golo dan Ungaran I.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kondisi koleksi bahan pustaka di perpustakaan SD Giwangan, Golo dan Ungaran diketahui sangat baik. Kondisi ruang baca di perpustakaan tersebut juga diketahui sangat baik, begitupun dengan layanan sirkulasinya tergolong sangat baik menurut guru dan siswa. Pembinaan minat baca yang dilaksanakan oleh pustakawan dan guru di SD tersebut diketahui sangat baik. Pelayanan perpustakaan yang dimaksud meliputi ketersediaan ruang

(38)

baca, layanan sirkulasi, dan pembinaan minat baca. Berbagai pelayanan yang diberikan tergolong dalam kondisi yang sangat baik, dan berpengaruh terhadap peningkatan minat baca siswa di SD Giwangan, Golo dan Ungaran.

2. Penelitian Makhsun Baidlowi, mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga 2016 dengan judul Peranan Perpustakaan Kreatif dalam Meningkatkan Minat Baca Masyarakat di Desa Mudal Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung.

Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa Perpustakaan Kreatif Desa Mudal telah melaksanakan perannya dalam meningkatkan minat baca masyarakat, dilihat dari berbagai upaya yang dilakukan dengan cara mengadakan sosialisasi perpustakaan kepada masyarakat untuk memperkenalkan dan memanfaatkan koleksi yang disediakan, melakukan kerjasama perpustakaan, memberikan motivasi kepada masyarakat, mengadakan kegiatan perlombaan guna menarik kunjungan masyarakat. Adanya apresiasi, tanggapan, kesadaran dan antusiasme warga masyarakat sehingga perpustakaan dapat menjalankan peranannya serta diharapkan dari pihak pemerintah desa setempat dapat mengalokasikan dana pengembangan perpustakaan untuk Perpustakaan Kreatif tersebut..

3. Penelitian Deni Arifin, mahasiswa Program studi Manajemen Pendidikan Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta pada Mei 2014 dengan judul Fungsi Perpustakaan dalam Membina Minat Baca Siswa di SD Negeri Krapyak Wetan, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; 1) pelaksanaan fungsi perpustakaan di SD Negeri Krapyak Wetan (edukatif, informatif, rekreasi, riset,

(39)

dan tanggung jawab administrasi) sudah terlaksana dengan baik; 2) pembinaan minat baca siswa di SD Negeri Krapyak Wetan sudah berjalan dengan baik; 3) terdapat dampak pelaksanaan fungsi perpustakaan dengan minat baca siswa di perpustakaan SD Negeri Krapyak Wetan, Sewon, Bantul yang dapat dibuktikan dengan banyaknya siswa yang berkunjung ke perpustakaan. Mereka mengatakan bahwa mereka merasa nyaman untuk membaca dan belajar di perpustakaan karena didukung oleh koleksi yang banyak serta lingkungan perpustakaan yang nyaman. C. Kerangka Pikir

Perpustakaan, buku, dan ilmu merupakan tiga hal yang sangat berhubungan satu sama lainnya. Perpustakaan menyediakan buku yang menjadi akses informasi dari penulis kepada pembaca. Seseorang dapat dengan mudah menemukan buku yang berisi banyak informasi yang dibutuhkannya dalam perpustakaan, oleh sebab itu keberadaan perpustakaan sangat penting bagi masyarakat untuk kepentingan akses informasi. Perpustakaan khususnya perpustakaan desa melayani masyarakat tanpa memandang status sosial, jenis kelamin, usia, dan tingkat stratifikasi dan diferensiasi sosial, atau disebut perpustakaan universal, karena dalam suatu masyarakat sudah pasti terdapat beberapa golongan yang semuanya memiliki kesamaan yaitu membutuhkan informasi. Peran perpustakaan tidak hanya terbatas pada pelayanan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat, tetapi bagaimana menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membaca. Pengelola perpustakaan berkewajiban untuk mengadakan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk membangun

(40)

kesadaran akan pentingnya membaca dan meningkatkan minat baca masyarakat sebagai tujuan pokoknya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pemanfaatan perpustakaan desa, faktor yang mempengaruhi minat baca, serta berbagai upaya yang dilakukan pengelola Perpustakaan Asmaina di Dusun Plumbon Tengah, Mororejo, Tempel, Sleman.

Gambar1. Bagan Kerangka Pikir

D. Pertanyaan Penelitian

Minat baca masyarakat rendah

Keberadaan Perpustakaan Asmaina

Upaya meningkatkan minat baca

Faktor yang dapat mempengaruhi minat baca

minat baca

Peningkatan minat baca Pengelolaan Perpustakaan

(41)

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka pertanyaan penelitian secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengelolaan koleksi di Perpustakaan Asmaina? 2. Bagaimana pengelolaan layanan di Perpustakaan Asmaina?

3. Bagaimana pengelolaan sarana dan prasarana di Perpustakaan Asmaina? 4. Bagaimana pengelolaan tenaga pengelola perpustakaan di Perpustakaan

Asmaina?

5. Bagaimana pengelolaan penyelenggaraan perpustakaan di Perpustakaan Asmaina?

6. Apa saja faktor yang mendorong minat baca anak-anak di Dusun Plumbon Tengah untuk membaca di Perpustakaan Asmaina?

7. Apa saja faktor yang menghambat minat baca anak-anak Dusun Plumbon Tengah untuk membaca di Perpustakaan Asmaina?

8. Bagaimana upaya pengelola Perpustakaan Asmaina dalam meningkatkan minat baca anak-anak di Dusun Plumbon Tengah?

9. Apa saja rencana program kerja yang akan dilakukan untuk meningkatkan minat baca anak-anak di Dusun Plumbon Tengah?

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan mendasar antara data kependudukan hasil Sensus Penduduk dengan hasil Registrasi adalah bahwa Sensus Penduduk bersifat de facto sedangkan yang dihasilkan

Sedangkan untuk hasil pengukuran dari pernyataan karyawan warnet memberikan layanan yang cepat terhadap para pelanggan (PX2.2) dapat di diskripsikan bahwa menurut pengalamannya

setiap hari, untuk anaknya ketika masih di bangku sekolah dasar suamiselalu menanyakan kabar mereka kepada istri, dan berkomunikasi langsung dengan anak-anak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas, leverage dan profitabilitas terhadap returnsaham padaperusahaan manufaktur yang terdaftar di

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 03/PMK.06/2C11 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara Yang Berasal Dari Barang Rampasan Negara Dan Barang Gratifikasi; 8.. percepatan

Adapun saran-saran yang diajukan untuk perbaikan yaitu: (1) penghematan harus terus dilanjutkan untuk mencapai sasaran Binus sebagai Kampus pelopor hemat energi di Indonesia, karena

Apa persamaan dan perbedaan antara pemenang dan pecundang dalam pasar global Apa persamaan dan perbedaan antara pemenang dan pecundang dalam pasar global ini?

Kesimpulannya induksi DMBA MLD dengan dosis 10 mg/kg secara subcutan pada mammae dan estrogen dengan dosis 20.000 IU/kg BB dapat meningkatkan ekspresi BCL-2 dan IL-2 pada