• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 4| 1

RENCANA PROGRAM

INVESTASI INFRASTRUKTUR

4.1. RENCANA PENGEMBANGAN PERMUKIMAN 4.1.1. Profil Pembangunan Permukiman

Kawasan permukiman merupakan kawasan yang diperuntukan bagi lokasi-lokasi permukiman dan pusat–pusat kegiatan serta pengembangan di masa mendatang yang meliputi kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan yang diarahkan secara struktural dengan memperhatikan aspek tata lingkungan. Perkembangan permukiman hendaknya dapat mempertimbangkan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola dan struktur, serta bahan material yang digunakan.

Tempat hunian merupakan salah satu kebutuhan dasar yang bersifat primer, sampai dengan saat ini sebagian besar kemampuan penyediaan dilakukan oleh masyarakat secara mandiri maupun ditunjang dengan sistem menyewa/ kontrak. Permasalahan utama yang dihadapi masyarakat pada umumnya adalah pendanaan yang dibutuhkan masyarakat untuk mendirikan permukiman, walaupun sudah tersedia kredit-kredit yang ditawarkan oleh pihak pengembang maupun pihak perbankan.

Kawasan permukiman merupakan kawasan yang diperuntukan bagi lokasi-lokasi permukiman dan pusat–pusat kegiatan serta pengembangan di masa mendatang yang meliputi kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan yang diarahkan secara struktural dengan memperhatikan aspek tata lingkungan.

Berdasarkan RTRW Kabupaten Purbalingga Kecenderungan perkembangan fisik di Kabupaten Purbalingga, pada hakekatnya tercermin dari bentuk struktur keruangan wilayah yang terbentuk karena posisinya secara geografis dan karakteristik tempatnya. Kabupaten Purbalingga secara umum dan garis besar, pola kecenderungan perkembangan fisik perumahan dan permukimannya mengikuti kondisi

BAB

(2)

Bab 4| 2 prasarana khususnya kondisi jalur jalan dan kondisi fisik alam yang ada. Pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman Kabupaten Purbalingga terdiri dari pembangunan rumah baru dan pembangunan wilayah yang bercirikan perdesaan serta peningkatan kualitas perumahan dan permukiman yang telah ada. Pemenuhan kebutuhan jumlah rumah ini dapat dilaksanakan dengan cara swadaya masyarakat (infomal) dan penyediaan secara formal yang disediakan oleh pemerintah. Untuk pengembangan permukiman di wilayah yang bercirikan perdesaan konsep pengembangannya dengan mempertimbangkan karakteristik perdesaaan dan skala pelayanan ke kawasan tersebut. Sasaran bagi pengembangan permukiman adalah:

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur dasar untuk mendukung perkembangan kawasan permukiman, terutama diprioritaskan kawasan perumahan sederhana ataupun kawasan permukiman yang kurang layak huni di perkotaan

2. Meningkatkan penyediaan kualitas dan kuantitas saranan prasarana permukiman bagi penduduk yang tinggal di pedesaan mengingat ketersediaan infrastruktur yang memadai sangat terbatas.

Masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan permukiman dan perumahan salah satunya adalah keluarga tidak mampu/masyarakat berpenghasil rendah. Masyarakat berpenghasilan rendah memiliki kemampuan yang rendah dalam memperoleh kebutuhan tempat tinggal.

4.1.1.1. Kondisi Umum

1. Gambaran Umum Permukiman

Perkembangan kawasan permukiman di Kabupaten Purbalingga terus mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan kawasan dan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Purbalingga. Persebaran kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Purbalingga diantaranya adalah Kawasan Perkotaan Purbalingga, Kawasan Perkotaan Bobotsari, Kawasan Perkotaan Bukateja, Kawasan Perkotaan Rembang dan IKK di sekitar Kawasan Perkotaan Purbalingga (IKK Kaliondang, IKK Kalimanah, IKK Padamara dan IKK Bojongsari). Lingkup kawasan perkotaan Purbalingga meliputi seluruh wilayah Kecamatan Purbalingga, sebagian Kecamatan Kalimanah, sebagian Kecamatan Kaligondang, sebagian Kecamatan Bojongsari dan sebagian Kecamatan Padamara. Sedangkan kawasan permukiman perkotaan lingkup IKK meliputi permukiman yang termasuk dalam delineasi IKK. Total seluruh kawasan

(3)

Bab 4| 3 permukiman perkotaan adalah seluas 4.969,28 hektar. Untuk kawsan permukiman perdesaan meliputi batas fisik permukiman di luar Kawasan Perkotaan Purbalingga, Kawasan Perkotaan Bobotsari, Kawasan Perkotaan Rembang, Kawasan Perkotaan Bukateja dan 4 (empat) IKK di sekitar Kawasan Perkotaan Purbalingga (IKK Kalimanah, IKK Padamara, IKK Bojongsari, dan IKK Kaligondang) serta permukiman di luar masing-masing IKK di Kabupaten Purbalingga dengan luas mencapai 10.350,4 Ha.

Untuk kawasan permukiman perdesaan terdapat kawasan yang menjadi pusat pengembangan desa (KTP2D), KTP2D merupakan salah satu pendekatan pembangunan kawasan perdesaan melalui penyediaan prasarana dan sarana yang dapat menunjang tumbuh dan berkembangnya usaha ekonomi perdesaan. Dari pengertian tersebut, maka dalam satu wilayah kabupaten akan terbentuk satuan-satuan KTP2D dengan satu Desa Pusat Pertumbuhan (DPP). DPP adalah desa yang mempunyai potensi/ kemampuan cepat berkembang yang dipilih berdasarkan adanya keterkaitan dengan beberapa desa

(4)

Bab 4| 4 yang ada di sekitarnya dan mempunyai pelayanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan desa-desa sekitarnya. Dengan adanya kemampuan pelayanan yang tinggi tersebut, DPP yang bersangkutan layak disebut dengan “Desa Pusat”, dan desa-desa sekitarnya disebut dengan “Daerah Belakangnya (Hinterland)”.

Tabel 4.1

Rencana Kawasan Terpadu Pusat Pengembangan Desa

No. Kecamatan Jml Desa Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) Desa Hinterland 1 KTP2D Kutawis

Kecamatan Bukateja 5 Desa Kutawis

Desa Karanggedang, Kebutuh, Karangcengis dan Desa Karangnangka

2 KTP2D Makam

Kecamatan Rembang 5 Desa Makam

Desa Panusupan,

Bodaskarangjati, Wanogara Wetan dan Wanogara Kulon 3 KTP2D Kutabawa

Kecamatan Karangreja 4 Desa Kutabawa

Desa Serang, Siwarak, dan Karangreja

4 KTP2D Purbayasa

Kecamatan Padamara 5 Desa Purbayasa

Desa Padamara, Prigi, Kalitinggar Kidul, dan Karanggambas

Sumber : RTRW Purbalingga,2012

Pengembangan permukiman di Purbalingga memiliki beberapa permasalahan seperti timbulnya permukiman kumuh, dimana kebutuhan yang tinggi yang tidak diikuti dengan kemampuan masyarakat tertentu untuk memperoleh tempat tinggal. berdasarkan RPJMD persentase masayarakat miskin di Kabupaten Purbalingga tahun 2009 sebesar 26 % lebih tinggi dari persentase penduduk miskin Jawa Tengah yang mencapai 17,72 %. Hal ini menandakan bahwa masih banyak masyarakat yang membutuhkan tempat tinggal murah yang bisa mereka akses dengan ketersediaan prasarana dasar yang memadai seperti RSH dan rusunawa.

Kabupaten Purbalingga memiliki potensi dalam pengembangan kegiatan agropolitan dan minapolitan. Kawasan Agropolitan terdiri dari Kota Pertanian dan Desa-Desa sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administrasi pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada. Di Kabupaten Purbalingga yang termasuk dalam lingkup kawasan agropolitan adalah:

a. Kawasan Agropolitan Bungakondang meliputi Kecamatan Bukateja, Kecamatan Pengadegan, Kecamatan Kejobong, dan Kecamatan Kaligondang;

(5)

Bab 4| 5 b. Kawasan Agropolitan di lereng Gunung Slamet meliputi Kecamatan Karangreja, Kecamatan

Mrebet, Kecamatan Bojongsari dan Kecamatan Kutasari.

Pengembangan kawasan agropolitan adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian di kawasan agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah.

Kawasan minapolitan adalah pengembangan kawasan berbasis potensi perikanan yang dikembangkan dalam konteks perwilayahan Kabupaten Purbalingga. Kawasan minapolitan ditujukan untuk membentuk jaringan ruang yang secara fungsional mendorong terbentuknya kegiatan usaha yang berbasis pada agribisnis perikanan. Kawasan ini mempunyai kegiatan utama pada sub sektor perikanan dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Di Kabupaten Purbalingga yang termasuk dalam lingkup kawasan minapolitan adalah:

- Kecamatan Purbalingga (Kelurahan Kembaran Kulon); - Kecamatan Kalimanah (Desa Manduraga);

- Kecamatan Padamara (Desa Kalitinggar Kidul, Gemuruh); - Kecamatan Kutasari (Desa Kutasari);

- Kecamatan Bojongsari (Desa Kajonan); dan - Kecamatan Mrebet (Desa Mangunegara).

Potensi tersebut perlu didukung dengan penyediaan sarana dasar agar pengembangan ekonomi kawasan dapat terlaksana.

Mahalnya nilai lahan dan rumah sebagai tempat tinggal saat ini membuat sebagian masyarakat harus mencari lahan yang dapat mereka tinggali dengan nilai lahan terjangkau. Akan tetapi sebagian tanah yang bisa dimiliki oleh masyarakat berpenghasilan rendah-sedang berlokasi pada kawasan-kawasan rawan bencana seperti bencana longsor dan banjir/genangan.

Daerah-daerah yang teridentifikasi sering dan berpotensi mengalami bencana banjir naik adalah di daerah cekungan maupun daerah sekitar sungai seperti di daerah-daerah rawan banjir kawasan sekitar Sungai Pekacangan, Serayu Klawing, Sungai Ponggawa, Sungai Gemuruh, Sungai Kajar, Sungai Lebak, Sungai Laban, Sungai Karang, Sungai Wotan, Sungai Tambra, dan Sungai Gringsing. Kawasan ini

(6)

Bab 4| 6 meliputi wilayah Kecamatan Kemangkon (Desa Kalialang, Muntang, Sumilir, Jetis, Gambarsari, Toyareka), Kecamatan Purbalingga (Desa Toyareja, Jatisaba, Kelurahan Bancar), Kecamatan Kaligondang (Desa Lamongan, Penaruban, Tejasari, Cilapar), Kecamatan Kalimanah (Desa Sidakangen, dan Blater), Kecamatan Bojongsari (Desa Galuh, dan Banjaran), Kecamatan Bobotsari (Desa Banjarsari), Kecamatan Karanganyar (Desa Kaliori, Margasana, Kalijaran, Ponjen), Kecamatan Mrebet (Desa Sindang, dan Tangkisan), Kecamatan Bukateja (Desa Bajong, dan Kedungjati), Kecamatan Kejobong (Desa Lamuk), Kecamatan Rembang (Desa Makam, Sumampir, Bodaskarangjati, Bantarbarang, Wanogara Wetan). Kecamatan Karangmoncol (Desa Tajug, Pekiringan, Pepedan, Grantung), dan Kecamatan Kertanegara (Desa Kertanegara), dengan luas kurang lebih 12.245 ha.

Sedangkan untuk daerah-daerah yang berpotensi longsor Wilayah rawan longsor di Kabupaten Purbalingga terdapat di kawasan lereng perbukitan terjal dan di tepian sungai. Lokasi kawasan bencana tanah longsor meliputi sebagian kecil wilayah Kecamatan Kemangkon (Desa Jetis, Kedungbenda,

(7)

Bab 4| 7 Pengadekan), sebagian kecil wilayah Kecamatan Kaligondang (Desa Sidareja, Cilapar), sebagian wilayah Kecamatan Karangjambu (Desa Karangjambu, Sirandu, Sanguwatang, Purbasari, Jingkang, Danasari), sebagian kecil wilayah Kecamatan Karanganyar, sebagian kecil wilayah Kecamatan Kertanegara, sebagian kecil wilayah Kecamatan Bojongsari (Desa Banjaran), sebagian kecil wilayah Kecamatan Bobotsari (Desa Banjarsari, Karangmalang), sebagian kecil wilayah Kecamatan Karanganyar (Desa Kalijaran, Brakas, Kaliori), dan sebagian kecil wilayah Kecamatan Mrebet (Desa Sindang, Tangkisan), sebagian wilayah Kecamatan Rembang (Desa Wlahar, Tanalum, Bodaskarangjati, Bantarbarang, Wanogara Wetan, Panusupan, Gunungwuled, Karangbawang), dan sebagian wilayah Kecamatan Karangmoncol (Desa Sirau, Tajug, Pepedan).

Kebutuhan permukiman di Kabuapten Purbalingga tahun 2013-2017 berdasarkan hasil proyeksi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Proyeksi kebutuhan Rumah di Kabupaten Purbalingga Proyeksi Kebutuhan Rumah

2013 2014 2015 2016 2017

866873 871901 876958 882045 887160 216718.3 217975.3 219239.5 220511.3 221790

Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2012

2. Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman

Pada umumnya dalam pengembangan permukiman harus terdapat sarana dan prasarana dasar, antara lain Air Minum, Air Limbah, Persampahan, dan Drainase. Kebutuhan Air minum dan Penyehatan Lingkungan memberikan nilai kehidupan masyarakat menjadi lebih baik, terutama dalam pola hidup menjadi sehat dan peningkatan derajat kesejahteraan. Kondisi sarana dan prasarana air bersih yang mendukung kegiatan permukiman di Kabupaten Purbalingga, meliputi sambungan ledeng, sumur pompa, sumur gali dan sungai/ waduk. Sedangkan pelayanan sarana dan prasarana air limbah saat ini sudah tersedia jamban keluarga, namun dalam pengelolaannya tidak semua menggunakan sistem komunal, sehingga ada yang menggunakan saluran drainase sebagai saluran air limbah. Pelayanan persampahan untuk permukiman saat ini masih melayani daerah perkotaan, sedangkan daerah perdesaan untuk pengelolaan sampah dapat dilakukan secara mandiri.

(8)

Bab 4| 8 Kondisi prasana lingkungan permukiman masih belum sepenuhnya terpenuhi, masih terdapat beberapa kawasan permukiman yang memiliki prasarana permukiman terbatas terutama di daerah-daerah padat penduduk dan kawasan kumuh di Kabupaten Purbalingga seperti di kawasan IKK Purbalingga tepatnya di kawasan sekitar Kali Kabong, Kandanggampang, dan purbalingga Kulon. Permukiman kumuh di kawasan perkotaan ini tumbuh karena salah satu akibat dari pertumbuhan kawasan industri yang pesat di Kabupaten Purbalingga. Para pekerja industri ini memiliki kemampuan yang rendah dalam mengakses kebutuhan permukiman, sehingga mereka pada umumnya menempati kawasan yang dekat dengan tempat kerjanya dan mendirikan tempat tinggal seadanya, sehingga kawasan tersebut berkembang secara alami, tidak teratur dan menjadi kawasan padat penduduk. Dampaknya permukiman yang tumbuh tanpa perencanaan ini memiliki akses yang minim seperti jalan lingkungan permukiman yang sempit, tidak tersedianya drainase kawasan permukiman, bahkan terdapat permukiman yang menempati kawasan sempadan sungai dengan tanpa adanya jarak sempadan sungai.

salah satu kondisi jalan lingkungan di kawasan permukiman Purbalingga Lor

(9)

Bab 4| 9 3. Aspek Pendanaan

Pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman masyarakat sebagian besar masih menggantungkan pendanaannya dari Pemerintah karena pendanaannya yang cukup besar. Sedangkan kegiatan pembangunan yang membutuhkan dana yang relatif kecil, masyarakat melakukannya secara swadaya.Bantuan stimulan sebagai pendorong dalam perbaikan prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman juga telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Purbalingga, yang diberikan kepada warga/masyarakat yang benar-benar membutuhkan untuk meningkatkan kualitas perumahan maupun lingkungannya. Seperti pada bantuan pemerintah melalui program PNPM mandiri dimana sebagian besar kawasan baik pedesaan maupun perkotaan dilakukan program peningkatan lingkungan.

4. Aspek Kelembagaan

Selama ini dinas yang bertanggung jawab terhadap pengembangan maupun penataan permukiman di Kabupaten Purbalingga menjadi tanggungjawab Dinas Pekerjaan Umum. Penyediaan dan pengembangan permukiman dilakukan DPU yang dengan bekerja sama dengan pihak pengembang (developer) maupun dengan lembaga keuangan setempat, seperti perbankan dan koperasi.

4.1.1.2. Permasalahan Pembangunan Permukiman

Permasalahan yang urgent untuk segera diatasi adalah penyediaan kawasan permukiman bagi penduduk yang tinggal di Ibukota Kabupaten Purbalingga. Semakin meningkat perkembangan permukiman yang tidak terkendali (kepadatan rumah dan jumlah penduduk) sehingga berdampak pada timbulnya lingkungan kumuh di perkotaan.

Hambatan pengembangan permukiman di pedesaan lebih disebabkan oleh tidak tersedianya infrastruktur pendukung kegiatan masyarakat, seperti prasarana jalan poros desa dan jalan desa maupun jalan lingkungan yang berfungsi sebagai akses maupun kebutuhan saluran untuk menunjang fungsi jalan. Pengembangan permukiman perdesaan lebih diprioritaskan kepada kawasan-kawasan perdesaan yang memiliki nilai strategis seperti KTP2D Makam Kecamatan Rembang dan Agropolitan Bungakondang (Bukateja, Pengadegan, Kejobobong dan Kaligondang).

(10)

Bab 4| 10 4.1.1.3. Analisa Permasalahan, Alternatif Pemecahan dan Rekomendasi

A. Analisa Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi di Kabupaten Purbalingga saat ini adalah adanya perumahan dan permukiman yang terletak di atas lahan yang tidak difungsikan sebagai kawasan perumahan dan permukiman. Atau apabila dibangun rumah atau bangunan lain di atasnya harus memenuhi ketentuan atau standar-standar teknis tertentu. Kawasan-kawasan tersebut antara lain adalah kawasan di sepanjang sungai atau sempadan sungai, kawasan di daerah konservasi atau kawasan lindung serta daerah rawan bencana. Selain itu, permasalahan lain adalah adanya permukiman yang tidak memiliki sarana dan prasarana dasar permukiman yang memadai khususnya sarana dan prasarana lingkungan khususnya drainase, sanitasi dan persampahan. Selain itu kondisi fisik bangunan yang meliputi bahan bangunan dan tingkat permanensi bangunan juga mengindikasikan suatu rumah dikatakan kumuh atau tidak.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dan setelah dilakukan analisis dengan menggunakan parameter-parameter penilaian yang telah ditentukan sebelumnya, perumahan dan permukiman yang memerlukan peningkatan kualitas lingkungan dan prasarana dasar permukiman antara lain adalah:

1. Desa Babakan Kecamatan Kalimanah dimana terdapat permukiman masyarakat berpenghasilan rendah

2. Perumahan dan permukiman yang terletak di kawasan sempadan sungai, seperti wilayah Kecamatan Kemangkon (Desa Kalialang, Muntang, Sumilir, Jetis, Gambarsari, Toyareka), Kecamatan Purbalingga (Desa Toyareja, Jatisaba, Kelurahan Bancar), Kecamatan Kaligondang (Desa Lamongan, Penaruban, Tejasari, Cilapar), Kecamatan Kalimanah (Desa Sidakangen, dan Blater), Kecamatan Bojongsari (Desa Galuh, dan Banjaran), Kecamatan Bobotsari (Desa Banjarsari), Kecamatan Karanganyar (Desa Kaliori, Margasana, Kalijaran, Ponjen), Kecamatan Mrebet (Desa Sindang, dan Tangkisan), Kecamatan Bukateja (Desa Bajong, dan Kedungjati), Kecamatan Kejobong (Desa Lamuk), Kecamatan Rembang (Desa Makam, Sumampir, Bodaskarangjati, Bantarbarang, Wanogara Wetan). Kecamatan Karangmoncol (Desa Tajug, Pekiringan, Pepedan, Grantung), dan Kecamatan Kertanegara (Desa Kertanegara).

(11)

Bab 4| 11 4. Kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa (KTP2D/DPP), kawasan potensial agropolitan dan

minapolitan di Kecamatan Karangreja, dan Kecamatan Kutasari sebagai pendorong dan terwujudnya ekonomi yang maju

5. Penyediaan tempat tinggal bagi masayarakat berpenghasilan rendah terutama bagi para buruh industri untuk mencegah berkembang luasnya kawasan kumuh jika tidak segera di tangani.

B. Alternatif pemecahan masalah

Penanganan yang segera untuk dilakukan untuk mengantisipasi permasalahan pengembangan permukiman oleh Kabupaten Purbalingga adalah penyediaan kawasan permukiman yang terpadu yang didukung dengan infrastruktur yang memadai, baik permukiman di daerah perkotaan maupun permukiman di daerah perdesaan. Kondisi perumahan atau permukiman yang dianggap perlu untuk ditingkatkan kualitasnya adalah permukiman – permukiman yang memiliki keterbatasan prasarana, kawasan permukiman disekitar sempadan sungai, kawasan kumuh, kawasan permukiman di daerah rawan bencana/longsor, dan permukiman di kawasan bercirikan perdesaan yang ada di Kabupaten Purbalingga. Peningkatan kualitas perumahan dan permukiman di Kabupaten Purbalingga antara lain: a) Kawasan permukiman sempadan sungai

Permukiman yang ada di kawasan sempadan sungai di Kabupaten Purbalingga sebaiknya dikendalikan sejak awal. Hal ini dapat membahayakan masyarakat yang menempati permukiman tersebut. Jika volume air sungai secara mendadak naik akan terjadi banjir. Selain itu, kegiatan manusia dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, serta kondisi fisik pinggir dan dasar sungai.

Perlu adanya suatu pencegahan dan pengendalian pembangunan perumahan baru di sepanjang bantaran sungai yang ada di Kabupaten Purbalingga. Salah satunya dengan pembuatan peraturan daerah tentang larangan pembangunan diatas bantaran sungai dan perlu adanya sempadan yang dapat diwujudkan dalam bentuk jalan inspeksi.

b) Kawasan permukiman kumuh

Permukiman kumuh di Kabupaten Purbalingga terdapat di pusat – pusat kota. Upaya penataan dan peremajaan kawasan lingkungan perumahan dan permukiman dengan kepadatan tinggi, selain itu dapat dilakukan dengan pembangunan rumah susun untuk kawasan pusat kota dengan kepadatan tinggi/kumuh berat, serta adanya pengendalian terhadap permukiman kumuh, pemberian status

(12)

Bab 4| 12 kepemilikan lahan bagi para pemukim yang menempati lahan yang sesuai dengan peruntuknya dan pembuatan ruang terbuka hijau, melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan dan penataan (participatory planning) sejak awal, selain itu dengan penyediaan sarana dan prasarana (P3KT dan PKL).

c) Kawasan permukiman di rawan bencana/longsor

Kawasan permukiman rawan bencana/longsor identik dengan kawasan yang teridentifikasi sering terjadi bencana alam seperti tanah longsor, letusan gunung berapi, banjir, dan kekeringan. Untuk Kabupaten Purbalinga, kawasan permukiman yang berada di kawasan rawan bencana/longsor dan banjir. Kawasan rawan longsor terdapat di Kecamatan Kemangkon (Desa Jetis, kedungbenda, Pegandekan), Kecamatan Kaligondang (Desa Sidareja, Cilapar), Kecamatan Karangjambu (Desa Karangjambu, Sirandu, Sanguwatang, Purbasari, Jingkang, Danasari), Kecamatan Karanganyar (Desa Kalijaran,Brakas,Kaliori), Kecamatan Kartanegara, Kecamatan Bojongsari (Desa Banjaran), Kecamatan Bobotsari ( Desa Banjarsari, Karangmalang), Kecamatan Mrebet (Desa Sindang,Tangkisan), Kecamatan Rembang (Desa Wlahar, Tanalum, Bodaskarangjati, Bantarabarang, Wanogara Wetan, Panusukan, Gunugwuled, karangbawang) dan Kecamatan Karangmoncom (Desa Sirau, Tajug, Pepedan). Sedangkan kawasan rawan banjir terdapat Kecamatan Kemangkon (Desa Kalialang, Muntang, Sumilir, Jetis, Gambarsari, Toyareka), Kecamatan Purbalingga (Desa Toyareja, Jatisaba, Kelurahan Bancar), Kecamatan Kaligondang (Desa Lamongan, Penaruban, Tejasari, Cilapar), Kecamatan Kalimanah (Desa Sidakangen, Blater), Kecamatan Bojongsari (Desa Galuh, Banjaran), Kecamatan Bobotsari (Desa Banjarsari), Kecamatan Karanganyar (Desa Kaliori, Margasana, Kalijaran, Ponjen), Kecamatan Mrebet (Desa Sindang, Tangkisan), Kecamatan Bukateja (Desa Bajong, Kedungjati), Kecamatan Kejobong (Desa Lamuk), Kecamatan Rembang (Desa Makam, Sumampir, Bodaskarangjati, Bantarbarang, Wanogara Wetan). Kecamatan Karangmoncol (Desa Tajug, Pekiringan, Pepedan, Grantung), dan Kecamatan Kertanegara (Desa Kertanegara),

Hal yang perlu dilakukan antara lain: pengawasan dan pengendalian pembangunan perumahan baru di kawasan rawan longsor, kepadatan bangunan diarahkan dengan kepadatan rendah, harus ada pembatasan kepadatan dan pertumbuhan fisik – aktivitas kawasan, kepadatan diarahkan < 30 unit/Ha dengan luas lanati bangunan < 100 m2, kawasan rawan bencana banjir sedapat mungkin tidak dipergunakan untuk permukiman, demikian pula kegiatan lain yang dapat merusak atau mempengaruhi

(13)

Bab 4| 13 kelancaran sistem drainase, pada daerah rawan banjir ini perlu adanya pemantapan kawasan lindung diantaranya dengan langkah reboisasi jenis tanaman khusus (tanaman tahunan),

d) Kawasan permukiman di wilayah yang bercirikan perdesaan

Banyaknya kelompok keluarga miskin dan rawan miskin serta keluarga berpenghasilan rendah yang masih membutuhkan rumah dalam jumlah yang besar mengindikasikan bahwa permasalahan rumah sangat terkait dengan tingkat pendapatan penduduk. Tingkat pendapatan penduduk yang relatif rendah mengakibatkan kemampuan penduduk dalam melakukan perbaikan rumah juga semakin terbatas. Akibatnya banyak penduduk pada kelompok ini menempati rumah yang tidak layak huni, dengan kondisi bangunan semipermanen dan temporer. Hal ini mendorong timbulnya daerah kumuh.

Hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi kondisi ini antara lain memaksimumkan pertumbuhan ekonomi sesuai dengan potensi yang dimiliki yang bertumpu pada kemampuan dasar masyarakat, mengupayakan pengembangan pertanian dengan peningakatan-peningkatan produktifitas dan penerapan program-program yang dapat menjangkau masyarakat miskin, mempertahankan kawasan resepan air serta peningkatan kualitas hidup yang sehat.

C. Rekomendasi

Penyusunan program prasarana dasar permukiman merupakan program pembangunan yang terdiri dari tiga program antara lain perlu adanya upaya pengembangan kawasan permukiman dan perkotaan, perlu adanya upaya peningkatan kualitas lingkungan perumahan penyehatan lingkungan permukiman, dan pembangunan permukiman, penyediaan prasarana dasar dalam upaya mendorong kawasan perdesaan cepat tumbuh.

4.1.2. Usulan Rencana Program Pembangunan Permukiman

Permasalahan pengembangan permukiman yang ada di Kabupaten Purbalingga adalah pada pemenuhan kebutuhan tempat tinggal bagi masyarakat khususnya Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sehingga kebutuhan dasar papan bagi setiap orang atapun keluarga dapat terpenuhi. Dengan mengingat kebutuhan akan perumahan yang semakin meningkat tiap tahunnya, sedangkan ketersediaan lahan tetap, maka salah satu pengembangan kebutuhan penyediaan permukiman di Kabupaten Purbalingga dengan pembangunan Rusunawa.

(14)

Bab 4| 14 Selain permasalahan penyediaan akan perumahan dan permukiman, permasalahan yang ada di Kabupaten Purbalingga adalah pada prasarana sarana pendukung perumahan dan permukiman yang memerlukan pembangunan, pengembangan dan perbaikan untuk mendukung kawasan dan memberikan kemudahan akses masyarakat serta peningkatan kualitas lingkungan.

A. Skenario Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Pendukung

Rencana skenario program pengembangan pembangunan permukiman dan infrastruktur di Kabupaten Purbalingga direncanakan untuk dapat memenuhi kebutuhan perumahan dan permukiman masyarakat Kabupaten Purbalingga serta pemenuhan terhadap sarana prasarana (infrastruktur) pendukung kawasan permukiman. Skenario program pengembangan pembangunan permukiman dan infrastruktur yang direncanakan di Kabupaten Purbalingga secara garis besar adalah:

a. Perencanaan studi-studi tentang perumahan dan permukiman yang mendukung pelaksanaan program pengembangan kawasan permukiman yang direncanakan.

b. Program pengembangan kawasan permukiman perkotaan, seperti pembangunan Rusunawa. c. Program peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kawasan kumuh di Kabupaten

Purbalingga.

B. Kelayakan Program/Proyek Pembangunan PSD Permukiman

Kelayakan program atau proyek yang diusulkan dapat dilihat dari kelengkapan hasil-hasil perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga dapat diketahui permasalahan dan dapat diusulkan solusi penanganan dari permasalahan yang ada. Dalam merencanakan pembangunan PSD permukiman beberapa dokumen yang diperlukan untuk menjadi dasar merencanakan suatu program antara lain:

- RTRW - RP4D

- Identifikasi kawasan permukiman kumuh - Studi pengembangan pembangunan Rusun

Dari dokumen-dokumen tersebut dapat menjadi dasar dalam membuat suatu program usulan pembangunan dan pengembangan PSD permukiman.

(15)

Bab 4| 15 C. Program Pengembangan Permukiman Perkotaan

Program pengembangan permukiman yang direncanakan oleh Kabupaten Purbalingga ditujukan untuk perbaikan prasarana sarana dasar lingkungan permukiman, terutama di kawasan kumuh, masyarakat berpenghasilan rendah, permukiman PNS serta Rusunawa. Program pengembangan permukiman yang direncanakan meliputi studi perencanaan (non fisik) dan pembangunan atau pengembangan PSD permukiman (fisik). Program yang diusulkan tersebut adalah:

a. Penyediaan PS kawasan kumuh di perkotaan

b. Penyusunan inventarisasi kawasan kumuh Kabupaten Purbalingga c. Penyusunan RP4D Kabupaten Purbalingga

d. Penyediaan PS perumahan bagi MBR

e. Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan permukiman f. Rencana tindak penanganan kawasan kumuh perkotaan

D. Program Pengembangan Permukiman Perdesaan

Program pengembangan permukiman perdesaan dilakukan pada beberapa kawasan KTP2D yang ada. Kegiatan dan rincian dalam pengembangan KTP2D meliputi :

a.

Penyusunan RPJM KTP2D Kutawis Kecamatan Bukateja, KTP2D Makam Kecamatan Rembang, KTP2D Kutabawa Kecamatan Karangreja dan KTP2D Purbayasa Kecamatan Padamara

b.

Pembangunan jalan poros desa pada KTP2D Kutawis Kecamatan Bukateja

c.

Pembangunan jalan poros desa pada KTP2D Makam Kecamatan Rembang

d.

Pembangunan jalan poros desa pada KTP2D Kutabawa Kecamatan Karangreja

e.

Pembangunan jalan poros desa pada KTP2D Purbayasa Kecamatan Padamarag

(16)

Bab 4| 16 Tabel 4.3

Program Prioritas dan Pembiayaan Pengembangan Permukiman

NO. TUJUAN

PROGRAM PRIORITAS LOKASI BESARAN

Rp (x Rp 1OOO,-) Volume /Satuan SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA TARGET WAKTU PELAKSANAAN 1 2 3 4 5 (1) (2) (4) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) 1. Tersusunnya sistem informasi kawasan kumuh di Kabupaten Purbalingga Inventarisasi kawasan kumuh Penyusunan database kawasan kumuh Kabupaten Purbalingga Purbalingga 70.000 30.000 1 paket APBN APBD Dinas PU Bappeda v 2. Peningkatan Prasarana dan Sarana permukiman Penyediaan PS kawasan permukiman RSH, Rusunawa bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (fisik) Kawasan Perumahan Desa Babakan Kec. Kalimanah Purbalingga 1.925.000 75.000 1 kawasan APBN APBD Dinas PU Kabupaten v Penyediaan PS di kws perumahan bagi MBR Purbalingga 4.525.000 175.000 1 paket APBN APBD Dinas PU Kabupaten v Penanganan Prasarana dan Sarana (PS) permukiman di kawasan rawan bencana (fisik) Pembangunan Drainase dan Talud Jalan di Permukiman Rawan Bencana Erosi Purbalingga 1.475.000 100.000 3500m3 @450 APBN APBD Dinas PU Kabupaten ,PDAM v Pembangunan Drainase dan Talud Jalan di Permukiman Rawan Bencana Erosi Purbalingga 7.350.000 150.000 10.000m3 @750 APBN APBD Dinas PU Kabupaten v Pembangunan Drainase dan Talud Jalan di Purbalingga 4.400.000 100.000 6000m3 @750 Dinas PU Kabupaten ,PDAM v

(17)

Bab 4| 17

NO. TUJUAN

PROGRAM PRIORITAS LOKASI BESARAN

Rp (x Rp 1OOO,-) Volume /Satuan SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA TARGET WAKTU PELAKSANAAN 1 2 3 4 5 (1) (2) (4) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) Permukiman Rawan Bencana Erosi Peningkatan Kualitas PS Permukiman di Desa Tertinggal, desa kumuh nelayan, Pembangunan Prasarana Infrastruktur Perdesaan (PPIP)/ PNPM Mandiri.(fisik) - P - P A Bantuan Stimulan Pemugaran Rumah Keluarga Miskin (Tahap I) Purbalingga 2.525.000 100.000 750 rumah @3500 APBN APBD Dinas PU Kabupaten v Bantuan Stimulan Pemugaran Rumah Keluarga Miskin (Tahap II)

Purbalingga 325.000 25.000 100 rumah @3500 APBN APBD v Bantuan Stimulan Pemugaran Rumah Keluarga Miskin (Tahap III)

Purbalingga 300.000 100.000 100 rumah @4000 APBN APBD v Bantuan Stimulan Pembangunan Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Tahap I) Purbalingga 1.760.000 40.000 600 rumah @3000 APBN APBD , Dinas PU Kabupaten v Bantuan Stimulan Pembangunan Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Tahap II) Purbalingga 260.000 40.00 100 rumah @3000 APBN APBD Dinas PU Kabupaten ,PDAM v

(18)

Bab 4| 18

NO. TUJUAN

PROGRAM PRIORITAS LOKASI BESARAN

Rp (x Rp 1OOO,-) Volume /Satuan SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA TARGET WAKTU PELAKSANAAN 1 2 3 4 5 (1) (2) (4) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) Bantuan Stimulan Pembangunan Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Tahap III) Purbalingga 310.000 40.00 100 rumah @3.500 APBN APBD Dinas PU Kabupaten v Bantuan Stimulan Rehabilitasi Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Tahap I) Purbalingga 590.000 10.000 300 rumah @2000 APBN APBD Dinas PU Kabupaten v Bantuan Stimulan Rehabilitasi Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Tahap II) Purbalingga 190.000 10.000 100 rumah @2000 APBN APBD Dinas PU Kabupaten v Bantuan Stimulan Rehabilitasi Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Tahap III) Purbalingga 240.000 10.000 100 rumah @2500 APBN APBD Dinas PU Kabupaten ,PDAM v Penyediaan PS di kws Perdesaan, Kawasan Agropolitan Purbalingga 2.300.000 200.000 1 kawasan APBN APBD Dinas PU Kabupaten v

(19)

Bab 4| 19

NO. TUJUAN

PROGRAM PRIORITAS LOKASI BESARAN

Rp (x Rp 1OOO,-) Volume /Satuan SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA TARGET WAKTU PELAKSANAAN 1 2 3 4 5 (1) (2) (4) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) Kegiatan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D/DPP), Potensial/Agropoli tan/Minapolitan (fisik) Serang Kec. Karangreja Kawasan Minapolitan Kutasari Kec. Kutasari Purbalingga 2.300.000 200.000 1 kawasan APBN APBD Dinas PU Kabupaten v Pembangunan Tempat Wisata Jajan Desa Potensial (Tahap I) Purbalingga 900.000 100.000 1 kawasan APBN APBD Dinas PU Kabupaten v Pembangunan Tempat Wisata Jajan Desa Potensial (Tahap II) Purbalingga 975.000 25.000 1000m2 @1000 APBN APBD Dinas PU Kabupaten v Pembangunan Tempat Wisata Jajan Desa Potensial (Tahap III) Purbalingga 502.500 50.000 650m2 @850 APBN APBD Dinas PU Kabupaten v Peningkatan jaringan jalan usaha tani Kerdapan-Kejobong (Tahap I) Purbalingga 3.450.000 300.000 15.000m2 @250 APBN APBD Dinas PU Kabupaten v Peningkatan jaringan jalan usaha tani Kerdapan-Kejobong (Tahap II) Purbalingga 4.260.000 300.000 11.400 m2 @400 APBN APBD Dinas PU Kabupaten v

(20)

Bab 4| 20

NO. TUJUAN

PROGRAM PRIORITAS LOKASI BESARAN

Rp (x Rp 1OOO,-) Volume /Satuan SUMBER DANA INSTANSI PELAKSANA TARGET WAKTU PELAKSANAAN 1 2 3 4 5 (1) (2) (4) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) Peningkatan jaringan jalan usaha tani Kerdapan-Kejobong (Tahap III) Purbalingga 1.880.000 40.000 4800m2 @400 APBN APBD Dinas PU Kabupaten v

(21)

Bab 4| 21 4.2. RENCANA INVESTASI PENATAAN BANGUNAN LINGKUNGAN

4.2.1. Petunjuk Umum

4.2.1.1. Penataan Bangunan dan Lingkungan

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun dipedesaan. Khususnya wujud fisik gedung dan lingkungan.

Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri. Sedangkan misi untuk mendukung visi tersebut adalah

1. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras

2. Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan

1. Permasalahan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan antara lain ;

1) Permasalahan dan tantangan di bidang bangunan gedung

 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan gedung terutama pada daerah rawan bencana

 Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian

 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan

2) Permasalahan dan tantangan di Bidang Gedung dan Rumah Negara

 Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan

 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien

 Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik 3) Permasalahan dan tantangan di bidang penataan lingkungan

(22)

Bab 4| 22

 Masih adanya kantong kantong permukiman kumuh dengan kondisi lingkungan yang kurang baik dan layak di perkotaan maupun pedesaan

 Kurang diperhatikannya permukiman – permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah yang memiliki potensi pariwisata

 Terjadinya degradasi kawasan strategis yang memiliki potensi ekonomi yang dapat mendorong pertumbuhan kota

 Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olahraga, dan lain lain kurang diperhatikan hampir di semua kota

4) Permasalahan dan tantangan di bidang Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan

 Jumlah penduduk miskin yang masih tersebar di beberapa kota dengan jumlah yang cukup banyak

 Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat

 Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan penetapan pembangunan di wilayahnya

2. Landasan Hukum

Penataan bangunan dan lingkungan tertuang dalam UU No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2006 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No 28 Tahun 2002. Landasan hukum yang terkait adalah Permen PU 6/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang secara garis besar berisi Program Bangunan dan Lingkungan, Rencana Umum dan Panduan Rancangan, Rencana Investasi, Ketentuan Pengendalian Rencana, Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

4.2.1.2. Pencapaian Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Pencapaian penataan bangunan gedung dan lingkungan yang harus dicapai telah dirumuskan dan tertuang dalam strategi buku panduan penataan bangunan dan lingkungan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum antara lain

1. Menyelenggarakan Penataan Bangunan Gedung agar tertib, Fungsional, andal dan efisien. 2. Menyelenggarakan Penataan Lingkungan Permukiman Agar Produktif dan berjati diri

(23)

Bab 4| 23 3. Menyelenggrakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan

nilai tambah fisik, sosial, dan ekonomi

4. Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal

5. Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung untuk menunjang pembangunan regional / internasional yang berkelanjutan

4.2.1.3. Kebijakan, Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Kebijakan penataan bangunan gedung dan lingkungan di lingkup Kabupaten/Kota mengacu pada grand strategi yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya. Adapun kebijakan yang terkait dalam penataan bangunan gedung dan lingkungan, yaitu

1. Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung termasuk bangunan gedung dan Rumah Negara

2. Meningkatkan pemahaman, kesadaran, dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman

3. Meningkatkan kapasitas penyelenggara dalam penataan lingkungan permukiman

4. Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jatidiri dan produktivitas masyarakat

5. Mengembangkan kawasan – kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi pertumbuhan kota

6. Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta, dan lembaga-lembaga nasional maupun internasional lainnya di bidang Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman

7. Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan dan mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional

8. Menjaga kelestarian nilai nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya)

(24)

Bab 4| 24 9. Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur Bangunan

Gedung melalui kerjasama dengan pihak pihak yang kompeten

4.2.2. Profil Lingkungan Bangunan Gedung dan Lingkungan

4.2.2.1. Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan lingkungan

Kabupaten Purbalingga secara umum merupakan wilayah yang sebagian besar masih memiliki ciri pedesaan. Sebagian kawasan permukiman pedesaan memiliki potensi kawasan cepat tumbuh seperti kawasan permukiman agropolitan dan minapolitan. Untuk itu penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan suatu kawasan. Kemajuan pembangunan Kabupaten Purbalingga lebih ditujukan keberadaan dan kelengkapan infrastruktur yang tersedia. Kondisi bangunan gedung seperti gedung pemerintah dan bangunan gedung bersejarah di Kabupaten Purbalingga relatif mendapatkan perhatian dari pihak Pemerintah Daerah.

Secara umum kondisi bangunan gedung di Kabupaten Purbalingga dalam kondisi baik, namun ada beberapa bangunan gedung yang membutuhkan rehabilitasi ringan dan sedang. Pengawasan dan monitoring bangunan gedung ppemerintah dan bangunan gedung bersejarah dilakukan secara berkala untuk memudahkan perawatan dan rehabilitasi terhadap kondisi bangunan.

4.2.2.2. Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Keberadaan bangunan yang berfungsi sebagai sarana perdagangan di Purbalingga kebanyakn masih belum menyediakan sarana ruang terbuka hijau dan fasilitas public space. Secara keseluruhan bangunan gedung di Kabupaten Purbalingga belum tersedia fasilitas hidran, keberadaan hidran bermanfaat bagi keamanan bangunan dari potensi bencana kebakaran. Kebakaran permukiman yang tumbuh padat secara sporadis tanpa adanya penataan bangunan yang teratur yang diakibatkan pertambahan jumlah penduduk tanpa diiringi dengan penyediaan sarana prasarana dasar yang memungkinkan terjadinya permasalahan baru.

Kawasan dan bagian kota spesifik memiliki nilai–nilai kultural, historis, serta secara visual estetis memiliki karakter sebagai heritage kota perlu dilakukan upaya dan strategi, arahan pengembangan kawasan yang terkendali, terpadu dan berkelanjutan. Pemanfaatan ruang bagian

(25)

Bab 4| 25 kota dan kawasan spesifik yang berkembang cepat harus diikuti pengaturan dan pengendalian bangunan, baik mengenai tata bangunan dan tata lingkungan sebagai bagian kesatuan manajemen pembangunan perkotaan.

Kemajuan pembangunan Kabupaten Purbalingga lebih ditunjukan keberadaan dan kelengkapan infrastruktur yang tersedia. Pertumbuhan dan perkembangan kawasan di perkotaan dapat dilihat dari banyaknya bangunan-bangunan baru yang terus tumbuh dan berkembang terutama pada kawasan di sepanjang jalan utama.

Beberapa daerah di wilayah Kabupaten Purbalingga telah ditata dan dikelola dari sudut aspek fisik kawasan yang menampakkan karakter khas dan menjadi daya tarik wilayah tersebut. Diantaranya adalah sentra industri knalpot, kawasan wisata air Owabong, Pasar Segamas dan kawasan RTH terpadu yaitu Purbalingga City Park.

Gambar 4.1

Beberapa Tempat Dengan Landmark Kawasan Di Kabupaten Purbalingga

4.2.3. Permasalahan Yang Dihadapi

Sebagai wilayah yang terus tumbuh dan berkembang, kabupaten Purbalingga memiliki permasalahan yang terkait dengan penataan bangunan dan lingkungan khususnya yang berada di kawasan perkotaan. Pengendalian terhadap kantong-kantong permukiman kumuh mutlak

(26)

Bab 4| 26 diperlukan untuk menghindari degradasi daya dukung lingkungan perkotaan. Adapun kondisi bangunan dan lingkungan di kawasan kumuh khususnya di Kecamatan Purbalingga yang tidak sesuai dengan standar lingkungan keamanan dan kenyamanan. Selain pada lingkungan permukiman kumuh, penataan kawasan perkotaan seperti di kawasan dengan nilai strategis dan menjadi pusat kegiatan masyarakat seperti yang ada di koridor Pasar Hewan dan Segamas, dan Terminal Bobotsari perlu dikaji karena kawasan ini termasuk salah satu kawasan yang menjadi landmark di Kawasan Purbalingga dengan arsitektur bangunan modern. Pada kawasan ini kegiatan / aktivitas sangat beragam, upaya penataan di kawasan ini sangat penting sebagai upaya untuk memperindah wajah kota dan mewadahi aktivitas yang ada dengan menyediakan sarana dan prasarana pendukung.

Gambar 4.2

Koridor Pasar Segamas dan Terminal Bobotsari

Penataan kawasan bangunan maupun kawasan bersejarah juga perlu mendapat perhatian. Keberadaan situs Goa dan tempat wisata lainnya memiliki potensi ekonomi untuk dikembangkan dengan penataan bangunan dan lingkungan dengan menampakkan karakter maupun jatidiri suatu kawasan yang dapat menarik minat wisatawan domestik maupun internasional. Dengan adanya point of interest dari kawasan wisata tersebut memberikan dampak pemanfaatan lahan yang memiliki potensi nilai ekonomi dengan merubah lahan non terbangun menjadi lahan terbangun yang dapat mengancam penurunan zona daerah resapan.

(27)

Bab 4| 27

Gambar 4.3

Obyek Wisata Goa Lawa Sebagai Tujuan Wisata Sekaligus Sebagai Ruang Terbuka Hijau

Selain dari aspek fisik, pembangunan lingkungan yang berbasis pada komunitas / masyarakat perlu ditingkatkan untuk mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkungan permukiman yang berkelanjutan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui konsep tridaya.

Gambar 4.4

(28)

Bab 4| 28 4.2.3.1. Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Program dan Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Purbalingga mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Terwujudnya Tatanan Kota yang sehat, Nyaman, bersih dan berkarakter;

2. Memenuhi kebutuhan PBL Perkotaan maupun Perdesaan meliputi Koridor Perkotaan/ Pusat Jasa, Situs Budaya, Kawasan Wisata dan Kawasan terpilih lainnya di Kabupaten Purbalingga; 3. Terwujudnya Penataan Lingkungan yang nyaman, indah dan teratur yang memenuhi daya

seni dan arsitektur modern;

4. Menggerakkan Pertumbuhan Perekonomian Wilayah Kabupaten Purbalingga (Perkotaan dan Perdesaan);

Adapun sasaran dari PBL Kabupaten Purbalingga adalah:

a. Terpenuhinya kebutuhan dasar struktur fisik kota yang baik dan teratur;

b. Terdorongnya kegiatan Perekonomian Wilayah Kabupaten Purbalingga (Perkotaan dan Perdesaan)

4.2.3.2. Rumusan Masalah

Permasalahan dan tantangan bagi Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Purbalingga antara lain:

 Belum tersedia database bangunan gedung di Kabupaten dikarenakan terbatasnya sumber daya yang ada meliputi SDM aparatur dan ketersediaan anggaran

 Belum terkendalinya pengembangan permukiman padat perkotaan

 Belum maksimalnya Sarana dan Prasarana di kawasan koridor utama kegiatan perekonomian perkotaan yang mewadahi aktivitas masyarakat

 Masih lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di Kabupaten Purbalingga

 Belum maksimalnya penataan kawasan yang memiliki potensi ekonomi seperti tempat wisata dan tempat bersejarah.

 Masih kurang diperhatikannya sarana lingkungan hijau/open space / public space pada lingkungan Bangunan Gedung

(29)

Bab 4| 29 4.2.4. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

4.2.4.1. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Dari permasalahan yang telah diidentifikasi, bangunan gedung yang terletak di koridor utama dan sebagai pusat kegiatan yang terus berkembang di Kabupaten Purbalingga perlu direncanakan baik secara detail tampilan bangunan maupun secara aspek keberlanjutan aspek ekologis serta estetika lingkungan. Pada kawasan ini, kelengkapan sarana dan prasarana pendukung mutlak diperlukan. Salah satu koridor perekonomian yang memiliki beragam aktivitas terdapat di kawasan Pasar Segamas dan Terminal Purbalingga. Dengan lokasi yang strategis secara ekonomis, diperlukan penyediaan kelengkapan sarana dan prasarana publik yang dapat mewadahi aktivitas di kawasan tersebut.

Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib,fungsional,andal dan efisien yang bertujuan agar terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan,kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya sehingga sesuai dengan sasaran yang dicapai yakni tersusunnya Perda bangunan, terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi,terselenggaranya pengawasan penyelenggaran bangunan gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan bangunan gedung, terselenggaranya penyediaan aksebilitas bangunan gedung umum, terlaksananya pendataan bangunan gedung,tercapainya standar mutu pelayanan rumah negara sesuai ISO 9000, terlaksananya sosialisasi, fasilitasi, pelatihan, bantuan teknis da n wasdal kegiatan penataan bangunan dan lingkungan,terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkunan yang didukung oleh SDM dan prasarana dan sarana kerja pendukung,terwujudnya pengelolaan aset negara berupa tanah dan bangunan gedung,terlaksananya Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran.

Pada kawasan perkotaan di Kecamatan Purbalingga, masih terdapat beberapa kantong – kantong permukiman dengan ketersedian dengan kondisi keamanan, kenyamanan, dan kelayakan yang belum memenuhi dari standar. Kawasan permukiman kumuh perkotaan di Kabupaten Purbalingga tersebar di Purbalingga Lor, Purbalingga Kulon, Purbalingga Kidul, Purbalingga Wetan, Kadanggampang, Bancar, Bojong, Kembaran Kulon dan Wirasana. Dari beberapa permasalahan yang telah diidentifikasi, kawasan permukiman kumuh yang berada di Kabupaten Purbalingga

(30)

Bab 4| 30 membutuhkan penataan bangunan yang terkait dengan intensitas kepadatan bangunan yang dibangun dalam suatu kawasan terkait dengan kebijakan Ruang Terbuka Hijau di suatu kawasan. Diperlukan arahan mengenai prosentase daerah terbangun dan non terbangun dalam suatu kapling rumah. Dengan kondisi kerapatan bangunan yang tinggi bahkan dengan jarak yang sangat dekat dengan badan jalan. Hal ini memerlukan kajian dan sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di kawasan kumuh tentang standar pengaturan bangunan.

Perbaikan penataan prasarana lingkungan yang memadai sehingga kawasan ini menjadi kawasan yang ramah lingkungan dan memenuhi syarat kesehatan, dengan melengkapi Prasarana lingkungan mencakup: jalan lingkungan, saluran drainase, penanganan limbah, sampah, dan ruang terbuka hijau (RTH).

Menyelenggarakan penataan lingkungan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjatidiri dan bertujuan agar terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada ling kungan yang sehat,serasi,teratur,produktif dan berkelanjutan sehingga sesuai dengan sasaran yang dicapai yakni terwujudnya perbaikan lingkungan permukiman kumuh, terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional bersejarah, terlaksananya pengelolaan RTH,pemberdayaan komunitas.

4.2.4.2. Rekomendasi

Dari analisis di atas, didapat beberapa rekomendasi tentang penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Purbalingga, diantaranya ;

 Kebutuhan dalam penataan bangunan dan lingkungan adalah dengan tetap menjaga konstruksi dan fungsi yang sudah ada.

 Kebutuhan dalam penataan bangunan dan lingkungan di kawasan terpadu desa pusat pengembangan

 Kebutuhan dalam revitalisasi kawasan kumuh di lingkungan perkotaan maupun kawasan pedesaan agar kualitas hidup masyarakat dapat meningkat

 Kebutuhan pengembangan dalam penataan bangunan dan lingkungan adalah dengan membuat perencanaan untuk memperbaiki kualitas lingkungan di gedung dan sekitar gedung.

(31)

Bab 4| 31

 Kebutuhan untuk mempertahankan dan melindungi aset aset bangunan bersejarah dan tradisional agar cagar budaya tersebut tidak rusak ataupun musnah

 Kebutuhan bangunan gedung yang bebas dari bahaya kebakaran

 Kebutuhan aksesibilitas penyandang cacat agar mudah dalam mencapai bangunan gedung yang berfungsi sebagai sarana umum

 Kebutuhan akan proteksi ruang terbuka hijau yang aktif maupun pasif agar dilestarikan 4.2.5. Program Yang Diusulkan

4.2.5.1. Usulan dan Prioritas Program

Program yang diusulkan merupakan program yang dapat menangani permasalahan dan memperbaiki kekurangan dari Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Purbalingga. Usulan program penataan bangunan dan lingkungan antara lain:

1. Program Pengembangan Informasi Bangunan Gedung

Perlu adanya penyusunan perencanaan teknis terhadap bidang bangunan dan gedung yang memberikan manfaat sebagai pedoman/ standar teknis dalam pendirian bangunan dan gedung agar memberikan rasa aman dan nyaman bagi penghuni bangunan dan gedung, seperti adanya akses untuk penyandang cacat dan mengurangi intensitas bahaya kebakaran. 2. Program Penyusunan RTBL Di Kabupaten Purbalingga

3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Bangunan Bersejarah

Revitalisasi bangunan dan lingkungan yang memiliki nilai sejarah agar dapat aktif kembali sebagai bagian dari fungsi dan historis.

4. Program Penataan Ruang Terbuka Hijau

Program penataan ruang terbuka hijau di Kabupaten Purbalingga lebih mempriortitaskan fungsi ekologis dan keindahan suatu ruang terbuka. Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan realisasi program penataan ruang terbuka hijau di Kabupaten Purbalingga.

(32)

Bab 4| 32

Tabel 4.4

Usulan dan Prioritas Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

PROGRAM PRIORITAS Usulan Kegiatan

Bantuan teknis dan pendampingan penyusunan NSPK Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan kepada Kabupaten/Kota

Kegiatan Penyusunan Sistem Informasi Bangunan dan Gedung

Kegiatan Penyusunan Sistem Informasi Bangunan dan Gedung

Kegiatan Pendataan Bangunan dan Gedung Fasilitasi penyusunan RTBL

kepada Kabupaten/kota (non-fisik)

Kegiatan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Gabungan di Kabupaten Purbalingga

Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Rencana Penanganan Lingkungan di Wilayah Kecamatan Purbalingga.

Dukungan PSD untuk Revitalisasi Kawasan, RTH

dan Permukiman

Tradisional/Gedung Bersejarah.

Kegiatan Pembangunan PSD/Penataan Kawasan RTH, Pasar Hewan dan Terminal Bobotsari

Kegiatan Pembangunan PSD/Penataan Kawasan Obyek Wisata Goa Lawa Kegiatan Pembangunan PSD/Penataan Kawasan RTH, Pasar Hewan dan Segamas

Kegiatan Pembangunan PSD/Penataan Kawasan OW Goa Lawa/Buper-Sanggaluri-BBI

Kegiatan Pembangunan PSD di Kawasan terpilih (sesuai Masterplan) Penyusunan Rencana Tindak

Revitalisasi Kawasan, RTH

dan Permukiman

Tradisional/Bersejarah

Kegiatan Penyusunan DED Penataan Kawasan RTH, Pasar Hewan dan Segamas, dan Terminal Bobotsari

(33)

Bab 4| 33

Tabel 4.5

Pembiayaan Proyek Penyediaan Pengelolaan

NO. TUJUAN SASARAN

PROGRAM PRIORITAS LOKASI BESARAN Rp (x Rp 1OOO,-) Volume /Satuan SUMBER DANA INSTANSI PELAKSAN A TARGET WAKTU PELAKSANAAN 1 2 3 4 5 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) 1. Tersusunnya standar operasional bangunan gedung Penyusunan data base bangunan gedung dan standar operasional di kabupaten Purbalingga Bantuan teknis dan pendampingan penyusunan NSPK Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan kepada Kabupaten/Kota Kegiatan Penyusunan Sistem Informasi Bangunan dan Gedung Purbalingg a 410.000 40.00 1 paket APBN APBD Dinas PU Kabupaten v Kegiatan Penyusunan Sistem Informasi Bangunan dan Gedung Purbalingg a 250.000 50.000 1 paket APBN APBD Dinas PU Kabupaten v Kegiatan Pendataan Bangunan dan Gedung Purbalingg a 350.000 50.000 1 paket APBN APBD Dinas PU Kabupaten v Tersusunnya Rencana Tata Bangunan dan Penyusunan RTBL di Kabupaten Purbalingga Fasilitasi penyusunan RTBL kepada Kabupaten/kota Kegiatan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Purbalingg a 2.000.000 500.000 5 paket @500.000 APBN APBD Dinas PU Kabupaten ,Bappeda Kabupaten v v v v v

(34)

Bab 4| 34

NO. TUJUAN SASARAN

PROGRAM PRIORITAS LOKASI BESARAN Rp (x Rp 1OOO,-) Volume /Satuan SUMBER DANA INSTANSI PELAKSAN A TARGET WAKTU PELAKSANAAN 1 2 3 4 5 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

Lingkungan (non-fisik) Lingkungan

(RTBL) Kawasan Gabungan di Kabupaten Purbalingga .Perencanaan Lingkungan Berbasis komunitas Menyusun perencanaan partisipatif dalam upaya perbaikan lingkungan permukiman Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas Rencana Penanganan Lingkungan di Wilayah Kecamatan Purbalingga. Purbalingg a 12.000.00 0 24 paket @500.000 APBN APBD Dinas PU Kabupaten ,Bappeda Kabupaten v v v v v Penataan detail tata ruang di kawasan yang memiliki potensi ekonomi Peningkatan Kualitas PS Ruang Terbuka Hijau/RTH di lingkungan permukiman (Fisik) dan Permukiman Tradisional/Ged ung Bersejarah Dukungan PSD untuk Revitalisasi Kawasan, RTH dan Permukiman Tradisional/Gedu ng Bersejarah. Kegiatan Pembangunan PSD/Penataan Kawasan RTH, Pasar Hewan dan Terminal Bobotsari Purbalingg a 8.700.000 300.000 3 paket APBN APBD Dinas PU Kabupaten ,PDAM v

(35)

Bab 4| 35

NO. TUJUAN SASARAN

PROGRAM PRIORITAS LOKASI BESARAN Rp (x Rp 1OOO,-) Volume /Satuan SUMBER DANA INSTANSI PELAKSAN A TARGET WAKTU PELAKSANAAN 1 2 3 4 5 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) Pembangunan PSD/Penataan Kawasan Obyek Wisata Goa Lawa a 50.000 APBD Kabupaten ,PDAM Kegiatan Pembangunan PSD/Penataan Kawasan RTH, Pasar Hewan dan Segamas Purbalingg a 950.000 50.000 1 paket APBN APBD Dinas PU Kabupaten ,PDAM v Kegiatan Pembangunan PSD/Penataan Kawasan OW Goa Lawa/Buper-Sanggaluri-BBI Purbalingg a 2.950.000 50.000 1 paket APBN APBD Dinas PU Kabupaten ,PDAM v Kegiatan Pembangunan PSD di Kawasan terpilih (sesuai Masterplan) Purbalingg a 450.000 50.000 1 paket APBN APBD Dinas PU Kabupaten ,PDAM v Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, RTH Kegiatan Penyusunan DED Penataan Kawasan RTH, Purbalingg a 475.000 25.000 1 paket APBN APBD Dinas PU Kabupaten ,PDAM v

(36)

Bab 4| 36

NO. TUJUAN SASARAN

PROGRAM PRIORITAS LOKASI BESARAN Rp (x Rp 1OOO,-) Volume /Satuan SUMBER DANA INSTANSI PELAKSAN A TARGET WAKTU PELAKSANAAN 1 2 3 4 5 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) dan Permukiman Tradisional/Bers ejarah Pasar Hewan dan Segamas, dan Terminal Bobotsari

(37)

Bab 4| 37 Penataan Kawasan dan

Penyediaan Sarana Prasarana di Koridor pusat Kegiatan Masyarakat Penataan RTH di Obyek

(38)

Bab 4| 38 4.3. RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG AIR LIMBAH

4.3.1 Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah 4.3.1.1. Umum

Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat terutama di wilayah perkotaan memberikan dampak yang sangat serius terhadap penurunan daya dukung lingkungan. Dampak tersebut harus disikapi dengan tepat, khususnya dalam pengelolaan air limbah, oleh karena itu kenaikan jumlah penduduk akan meningkatkan konsumsi pemakaian air minum/bersih yang berdampak pada peningkatan jumlah air limbah. Pembuangan air limbah tanpa proses pengolahan akan mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan, khususnya terjadi pencemaran pada sumber-sumber air baku untuk air minum, baik air permukaan maupun air tanah.

Penanganan air limbah di RPIJM ini dikhususkan pada air limbah permukiman, yang terdiri dari air limbah domestik (rumah tangga) dan air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah domestik meliputi air bekas mandi, cuci dan dapur (grey water) dan air limbah manusia/tinja (brown water). Campuran grey water dengan brown water akan menjadi black water. Idealnya grey water dari limbah domestik dilengkapi dengan saluran pengolahan air limbah (SPAL) yang dilengkapi dengan penangkap lemak (grease trap). Air bekas dari kamar mandi dan dapur diolah dulu di SPAL sampai ramah lingkungan sebelum akhirnya dialirkan ke saluran drainase terdekat. Sedangkan limbah industri harus dilengkapi dengan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sebelum masuk ke saluran drainase terdekat.

4.3.1.2. Kebijakan Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Dalam Rencana Kabupaten/Kota Untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman di masa yang akan datang, baik yang berada di daerah perkotaan maupun yang tinggal di daerah perdesaan, memerlukan pengelolaan air limbah permukiman yang memadai, yang dapat melindungi simber-sumber air baku bagi air minum dari pencemaran pembuangan air limbah baik yang berasal dari aktifitas rumah tangga maupun industri rumah tangga yang berada di tengah-tengah lingkungan permukiman.

(39)

Bab 4| 39 Secara umum daerah perkotaan dan perdesaan yang memiliki sistem pengelolaan air limbah secara memadai memiliki indikator. Adapun indikator tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2008 adalah.:

a. Rendahnya angka penyakit yang ditularkan melalui media air seperti disentri, typhus, diare dan lainnya

b. Meningkatnya kualitas lingkungan permukiman

c. Terlindunginya sumber air baik air permukaan maupun air tanah dari pencemaran air limbah permukiman.

Sasaran pembangunan air limbah permukiman mengacu pada Sasaran RPJMN 2010-2014 yaitu peningkatan utilitas IPLT dan IPAL yang telah dibangun minimal mencapai 65% diakhir tahun 2014 serta pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem pembuangan air limbah dan berkurangnya pencemaran sungai akibat pembuangan tinja hingga 45% di akhir tahun 2014 dari kondisi sekarang. Target akses sanitasi sistem setempat (on site) yang aman untuk tahun 2014 yaitu 80% untuk perkotaan dan 50% untuk perdesaan.

4.3.2 Profil Pengelolaan Air Limbah

4.3.2.1. Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah Saat Ini

Seiring berkembangnya Kawasan Kota Purbalingga dan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin pesat, berakibat pada meningkatnya volume pencemar khususnya yang berasal dari buangan domestik, baik air limbah cucian dan kamar mandi (grey water) dan air limbah WC (black water). Sehingga baik dalam jangka pendek atau menengah maupun jangka panjang diperlukan suatu pengelolaan air limbah yang terpadu dalam mendukung pembangunan sanitasi di Kawasan Kota Purbalingga.

Limbah industri Rumah Tangga di Kabupaten Purbalingga sebagian besar berasal dari industri logam pembuatan knalpot, pengrajin rambut palsu, industri makanan dan industri tahu yang tersebar di kawasan Kota Purbalingga. Secara pasti volume limbah yang dihasilkan oleh masing-masing industri belum diketahui, tetapi beberapa industri telah dilengkapi oleh IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang merupakan program bantuan dari KLH Kabupaten Purbalingga, seperti IPAL industri tahu di

(40)

Bab 4| 40 Selanegara Kecamatan Kaligondang dan IPAL industri tahu di Kelurahan Kalikabong yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar Biogas.

Tabel 4.6

Sebaran Industri Kabupaten Purbalingga Tahun 2004-2009

No Peruntukkan Lahan Luas (m2 ) Lokasi

Tahun 2004

1 Pabrik Rambut Palsu / Wig 43.071 Jl. A Yani Kandanggampang, Pbg Tahun 2005

2 Pabrik Air Minum Kemasan

" TIRTA" 3.280 Jl. Raya Karanggambas Kompleks Aquarium 3 Pabrik Kayu / Veneer 14.896 Jl. Raya Bajong depan SPBU Bajong, Bkt 4 Pabrik Teflon "Optima"

(alat2 masak dr alumunium) 22.000

Kel. Penambongan (Sebelah selatan PT. Shung Shim International)

5 Pabrik Kayu/Woodbox 2.300 Ds. Toyareka (Timur Perempatan Toyareka) Tahun 2006

6 Pabrik Penyulingan Minyak

Atsiri 8.975

Jl. Raya Bajong - Bukateja Sebelah Timur Sungai Klawing

7 Pabrik Bulu Mata Palsu 2.100 Cipawon, Bukateja 2007

8 Pabrik Bulu Mata Palsu 3.230 Penolih, Kaligondang 9 Perluasan Pabrik 2.495 Jl. A Yani - Kandanggampang

Tahun 2008

10 Pabrik Bulu Mata Palsu 1.733 Bojanegara - Padamara (Selatan Perempatan Karangsentul

11 Perluasan Pabrik Rokok

"Sampoerna" 6.095 Karangjambe, Padamara

12 Pabrik Daur Ulang Plastik 3.960 Mewek, Kalimanah ( selatan KBS)

13 Pabrik Bulu Mata palsu 3.620 Karangsentul - Padamara (Utara Perempatan Kr.sentul )

14 Pabrik Pupuk Organik 7.060 Jl. Raya kebutuh - Bukateja 15 Perluasan Pabrik 5.511 Jl. Sukarno Hatta - Kalikabong

16 Pabrik Bulu Mata Palsu 5.100 Purbalingga Lor - PBG (Kompleks Ponpes Sambas )

17 Perumahan Polri " GPA " 8.345 Karangsentul, Padamara 18 Pabrik Bulu Mata Palsu 3.206 Purbalingga Lor ( kompleks LIK )

Tahun 2009

19 Pabrik Bio Etanol 36.790 Jl. Raya Cipawon - Bukateja (Bekas Pabrik ACI ) 20 Pabrik Bulu Mata Palsu 4.481 Kel. Karanganyar - Kalimanah (depan Hamni

Hair)

(41)

Bab 4| 41 Dalam kegiatan Rumah Sakit Umum (RSU) menghasilkan limbah berupa limbah cair, limbah padat dan gas.

1. Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan Rumah Sakit Umum berupa :

 Sampah infeksius

Seperti jarum suntik, botol infus, kapas, perban, jaringan tubuh pasien dan lain-lain sebanyak 0,577 m3/hari yang penanganannya dibakar menggunakan incinerator. Incinerator yang dimiliki hanya digunakan untuk mengolah limbah infeksius yang berasal dari RSU saja (tidak menerima limbah dari rumah sakit lain).

 Sampah non infeksius, Sampah/limbah non infeksius yang terdiri dari sisa makanan, kertas, sampah dapur, plastik, daun, sampah pengunjung dan lain-lain.

Penanganan limbah ini dikumpulkan di TPS yang dimiliki oleh RSU dan diambil setiap hari oleh Bidang Kebersihan DPU Purbalingga sebanyak ± 4,6 m3/hari.

Operasional incinerator, Incinerator yang digunakan adalah sebanyak 1 unit dengan kondisi sering mengalami kerusakan.

2. Limbah Gas

Limbah gas dihasilkan dari kegiatan RSU berasal dari kegiatan generator set (genset) jika dioperasikan, dapur dan gas yang dihasilkan incinerator.

Pengelolaan air limbah di kawasan Kota Purbalingga belum sepenuhnya berjalan optimal. Terlihat belum tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan air limbah yang ada di masyarakat berupa Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Beberapa tahun yang lalu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berinisiatif dengan pembangunan IPAL Komunal berbasis masyarakat (Sanimas) di beberapa wilayah padat penduduk sebanyak 2 lokasi( kelurahan Kandanggampang dan Kelurahan Purbalingga Lor)

Jaringan pembuangan air limbah dan drainase di Kabupaten Purbalingga masih menjadi satu. Pola jaringan drainase di Kabupaten Purbalingga masih mengandalkan Sungai Pekacangan, Sungai Serayu dan Sungai Klawing. Pola yang dikembangkan adalah air hujan dan air limbah dari rumah tangga.

Referensi

Dokumen terkait

Wilayah Afrika, Eropa da Asia bagian tengah dan barat tidak bisa menyaksikan momen ini, karena pada saat awal gerhana sampai akhir gerhana, dari wilayah tersebut bulan masih

Pada Februari 2011, jumlah penduduk yang bekerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan untuk semua golongan pendidikan mengalami kenaikan jika dibandingkan keadaan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi berkat rahmat dan hidayah – Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul :

Dengan mengacu pada kebutuhan nurturance khususnya menyayangi anak-anak, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi para pengasuh mengenai pengaruh

Salah satu strategi pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan ranah afektif yang berkaitan dengan sikap dan nilai pada materi indahnya asmaul husna di RA

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir

mengalir pada konduktor jangkar yang ditempatkan dalam suatu medan adalah :. F

Prestasi belajar yang dicapai seorang murid tergantung dari tingkat potensinya (kemampuan) baik yang berupa bakat amaupun kecerdsan. Anak yang mempunyai potensi tinggi