KOMPETENSI DASAR UNTUK PETUGAS PERAWATAN INSTALASI NUKLIR
NON REAKTOR (INNR)
Imron
1, Ardiyani Eka Patriasari
2, Supyana
3Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Jl. Gadjah Mada No. 8 Jakarta 10120
Email: [email protected], [email protected] dan [email protected]
ABSTRAKTelah dilakukan kajian tentang kualifikasi dan kompetensi dasar petugas Perawatan Instalasi Nuklir Non Reaktor. Tinjauan ini diperlukan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk memperbaiki dan melengkapi peraturan perawatan instalasi nuklir non reaktor yang telah diterbitkan, sehingga dapat memberikan pedoman dalam pelaksanaan sertifikasi petugas instalasi dan bahan nuklir. Keterbatasan infrastruktur petugas perawatan (meliputi kompetensi dan fasilitas pelatihan) berpotensi terjadi kerusakan fasilitas nuklir, khususnya fasilitas nuklir non reaktor. Kondisi keterbatasan tersebut harus dihindari karena akan menyebabkan kerugian dan menjadi ancaman keselamatan terhadap pekerja dan masyarakat. Hal ini terjadi karena pada umumnya instalasi nuklir non reaktor belum memiliki petugas perawatan instalasi nuklir non reaktor dengan suatu kompetensi yang terstandar. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 9 Tahun 2015 tentang Ketentuan Perawatan Instalasi Nuklir Nonreaktor, bertujuan untuk memberikan ketentuan keselamatan yang harus dipenuhi Pemegang Izin dalam menyusun, menetapkan dan melaksanakan program Perawatan INNR dalam rangka menjamin INNR beroperasi dengan selamat. Persyaratan kompetensi petugas perawatan seperti yang tercantum dalam perka tersebut yaitu harus memiliki surat izin bekerja sebagai supervisor atau operator INNR dan lulus pelatihan mengenai Perawatan INNR. Dalam menetapkan kompetensi ini tidak melalui pengujian kualifikasi seperti halnya yang dilakukan oleh supervisor dan operator. Adapun kekurangan dalam perka tersebut yaitu belum mencantumkan kompetensi dasar dan materi pelatihan yang harus dimiliki petugas perawatan. Sedangkan dalam Peraturan kepala nomor 6 tahun 2013 tentang Izin Bekerja Petugas Instalasi dan Bahan Nuklir belum mengatur tentang ketentuan kompetensi petugas perawatan Instalasi nuklir non reaktor. Hasil kajian dapat dirumuskan bahwa, materi pelatihan untuk petugas perawatan INNR terdiri dari 12 materi pelatihan yang meliputi peraturan perundang-undangan terkait perawatan INNR; proteksi dan keselamatan radiasi; budaya keselamatan; dan lain-lain. Sedangkan, hasil rumusan kompetensi dasar petugas perawatan INNR antara lain berjumlah 5 (lima) materi dasar mencakup 21 Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) dan 9 materi utama yang mencakup 34 indikator keberhasilan Kinerja (IKK). Jangka waktu pelatihan tersebut paling kurang 82 jam.
Kata kunci: Petugas Perawatan, Kompetensi Dasar, Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) ABSTRACT
Had carried out a review about qualification and standard competencies the maintenance officer for non-reactor nuclear installations. This review is needed as a part of consideration material to improve and complete the regulation about maintenance for INNR therefore this regulation will provide guidelines fo certification the officer of installation and nuclear material. Lack of infrastructure maintenance officer (including competence and training facilities) has potential to damage of nuclear facility, particularly INNR. Conditions such limitations should be avoided because it will cause harm and be a threat to officer and society. This happens because a maintenance officer for INNR do not yet have a standardized competency. Based on BAPETEN Chairman Regulation No. 9 Year 2015 on terms of maintenance for INNR, which aims to provide the safety requirements to be met by the License Holder in drafting, setting and implementation maintenance program and to ensure the operating safely. The competence requirement for maintennace officer such has stated in it, officers have work permit as supervisor or operator of INNR and have pass the training. In determining this competency is not through qualification testing. Lack of regulation has not included basic competence and training material that must be have for maintenace officer. While, on the BAPETEN Chairman Regulation No. 6 Year 2013 on work permit for installation and nuclear material officers, has not seting about terms of competence the maintenance officer for INNR.Therefore in this paper formulated, the training material for it consists of 12 materials include regulation about maintenance of INNR; safety and radiation protection; etc. While, The formulation of basic competencies for the maintenance officer include five basic theory consist of 21 key performance indicator (KPI) and. 9 main topic with 34 key performance indicator (IKK). The duration of training is at least 82 hours.
I. PENDAHULUAN
Fasilitas/Instalasi Nuklir mempunyai potensi terjadinya kecelakaan pada fasilitas instalasi Nuklir non Reaktor. Kejadian tersebut disebabkan terutama akibat kesalahan manusia yang mengabaikan prinsip-prinsip keselamatan sehingga terjadi kecelakaan. Kejadian ini dapat mengakibatkan adanya korban baik untuk operator maupun masyarakat. Selain itu aspek keselamatan non radiasi juga memiliki potensi yang cukup besar karena terkait minimnya perawatan Struktur, Sistem dan Komponen karena gagalnya fungsi sistem keselamatan.
Fasilitas/Instalasi Nuklir memiliki sistem keselamatan dari fasilitas untuk mencegah kejadian kecelakaan. Hal ini wajar karena pada fasilitas instalasi nuklir non reaktor terdapat berinteraksi antara pekerja dan masyarakat dan mempunyai probabilitas akan terjadinya kejadian kecelakaan juga sangat ditentukan oleh faktor kualitas peralatan keselamatan, prosedur dan sumber daya manusia. Dengan kenyataan ini maka aspek kepatuhan pekerja terhadap prosedur serta keefektifan prosedur sangat menentukan tingkat keselamatan fasilitas.
Amanah Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 9 Tahun 2015 tentang Ketentuan Perawatan Instalasi Nuklir Nonreaktor, yang bertujuan memberikan ketentuan keselamatan yang harus dipenuhi Pemegang Izin dalam menyusun, menetapkan dan melaksanakan program Perawatan INNR dalam rangka menjamin INNR beroperasi dengan selamat. Dalam peraturan tersebut Pemegang Izin harus menunjuk seorang petugas perawatan Instalasi nuklir non Reaktor. Dalam perka tersebit petugas haruslah seorang operator Instalasi nuklir non Reaktor dengan tambahan pelatihan perawatan. Namun belum dijelaskan kompetensi dan silabus pelatihan yang harus di miliki oleh petugas tersebut. Padahal jika membandingkan dengan penanganan Sistem struktur komponen di reaktor non daya, tingkat kompetensi yang jelas dan tercantum dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 6 tahun 2013.
Dari alasan itu perlu ditunjuk suatu petugas perawatan instalasi nuklir bahan nuklir yang kompeten pada fasilitas tersebut. BAPETEN perlu menetapkan standar kompetensi petugas dan silabus pelatihan tersebut. Masalah kompetensi itu menjadi penting, karena kompetensi menawarkan suatu kerangka kerja organisasi yang efektif dan efisien.
Dengan dibuatnya standar kompetensi petugas perawatan maka diharapkan dihasilkan petugas yang berkualifikasi dan memiliki pengetahuan tentang perawatan, standar keselamatan, pedoman dan peraturan yang terkait, dan mengenal operasi instalasi. Petugas tersebut bertanggung jawab dalam pengembangan prosedur operasi yang terkait dengan perawatan instalasi nuklir non reaktor dan memeriksa dan mengesahkan semua aktivitas perawatan instalasi. Sampai saat ini BAPETEN belum menetapkan peraturan yang mengatur lebih rinci mengenai pelatihan petugas perawatan instalasi nuklir non reaktor. Oleh karena itu dalam makalah ini dirumuskan usulan silabus pelatihan beserta ketentuan kelulusan pelatihan, dan kompetensi
dasar yang harus dimiliki oleh petugas perawatan instalasi nuklir non reaktor.
II. POKOK-POKOK BAHASAN
Metode yang dilakukan dalam penulisan ini adalah tinjauan terhadap beberapa dokumen yang terdiri dari peraturan, standar internasional, dan dokumen izin. Dokumen-dokumen tersebut antara lain: IAEA Safety Standar NS-R-5 (Rev.1) Safety Of Nuclear Fuel Cycle Facilities [1], Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 9 Tahun 2015 [2], Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 6 Tahun 2013 [3], dan Laporan Analisis Keselamatan Fasilitas Instalasi Radiometalurgi [4].
Pada Fasilitas/Instalasi Nuklir, Pemegang izin wajib menetapkan, menerapkan dan merawat sistem struktur komponen yang menopang keselamatan utama. Dalam dokumen IAEA Safety Standar NS-R-5 (Rev.1) Safety Of Nuclear Fuel Cycle Facilities, menyatakan bahwa sistem struktur dan komponen Instalasi nuklir terdiri atas kumpulan peralatan, instalasi, personil dan program/ prosedur yang bersama sama memberikan pencegahan terhadap kecelakaan instalasi nuklir [1].
Pendekatan grading approach juga diterapkan pada fasilitas instalasi nuklir, sesuai dengan desain dan resiko sehingga perlu fleksibilitas dalam mengkaji aspek keselamatan. Pada fasilitas/instalasi nuklir terdapat potensi signifikan pada keselamatan terutama terkait bahaya terjadinya kecelakaan. Sedangkan untuk mencegah dari sisi pekerja adalah kemampuan pekerja mengenal dan menjalankan prosedur. Keefektifan prosedur dan kendali administrasi juga menjadi faktor yang menetukan dalam pencegahan kecelakaan terhadap instalasi nuklir [1].
Dalam menjaga keselamatan fasilitas nuklir non reaktor selain supervisor atau operator INNR, juga sangat diperlukan petugas perawatan INNR yang penting peranannya. Saat ini supervisor atau operator INNR, dibekali kemampuan dan kompetensi terkait perawatan. Hal ini terlihat dari materi yang ditetapkan menjadi seorang supervisor atau operator INNR [3]. Sehingga seorang petugas perawatan INNR harus memiliki atau sudah terkualifikasi menjadi supervisor atau operator INNR, dan harus memperoleh perawatan INNR [2].
Kemampuan petugas perawatan merupakan bagian dari mekanisme yang diberikan dalam rangka pencegahan kecelakaan. Setelah semua tindakan yang diberikan pada fasilitas, seperti pemeliharaan komponen kritis, sistem instrumentasi, sistem VAC, sistem sarana dukung, maka tindakan dari petugas perawatan merupakan hal yang sangat penting dilakukan [4]. Dalam pengembangan dan mempertahankan kemampuan petugas perawatan tersebut, maka perlu adanya penentuan kompetensi dasar beserta Indikator Kinerja Keberhasilan (IKK) yang menjadi acuan dalam pelatihan petugas tersebut. Analisis kebutuhan terkait kompetensi dasar petugas perawatan ini dapat dilihat dari pemaparan dalam dokumen izin seperti LAK maupun melalui praktik di lapangan [4]. Pengembangan kompetensi dan IKK ini dibutuhkan untuk mendukung kompetensi petugas perawatan di Instalasi Nuklir yang handal. Kompetensi yang handal dari petugas perawatan
tersebut dilakukan melalui pelatihan Petugas perawatan Instalasi dan bahan Nuklir, dimana salah satu persyaratan untuk keselamatan instalasi nuklir non reaktor adalah harus lulus pelatihan petugas perawatan instalasi nuklir non reaktor [2]. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai materi-materi pelatihan untuk petugas perawatan, waktu efektif untuk pelatihan, dan persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengikuti pelatihan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kompetensi Dasar Petugas Perawatan Instalasi nuklir Non Reaktor
Pada fasilitas instalasi nuklir non reaktor, Pemegang izin wajib menetapkan, kompetensi dasar petugas perawatan instalasi nuklir non reaktor. Pendekatan diterapkan pada fasilitas instalasi nuklir non reaktor, sesuai dengan desain dan resiko sehingga perlu fleksibilitas dalam mengkaji aspek keselamatan. Pada fasilitas instalasi nuklir terdapat potensi signifikan pada keelamatan terutama terkait bahaya terjadinya kecelakaan. Sedangkan untuk mencegah dari sisi pekerja adalah kemampuan pekerja mengenal dan menjalankan prosedur. Selain itu keefektifan prosedur dan kendali administrasi juga menjadi faktor yang menetukan dalam pencegahan kecelakaan nuklir.
Kompetensi dasar Petugas Perawatan Instalasi nuklir adalah kemampuan untuk menerapkan keahlian, pengetahuan, dan sikap kerja dalam melaksanakan tugas dalam aspek perawatan instalasi nuklir non reaktor. Kompetensi tersebut tercakup dalam memuat 5 (lima) materi dasar mencakup 21 Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) dan 9 materi utama yang mencakup 34 Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) dan akan menjadi dasar dalam menentukan silabus pelatihan dan jam pelatihan. Materi kompetensi terdiri dari materi dasar dan materi utama. Karena dalam kualifikasi petugas perawatan tersebut tidak terbagi dalam supervisor dan teknisi maka dalam materi utama tidak dibedakan antara supersivor dan teknisi, materi utama hanya untuk satu kualifikasi yaitu petugas perawatan instalasi nuklir non reaktor. Berikut rincian kompetensi untuk petugas perawatan instalasi nuklir non reaktor.
A. Materi Dasar
Materi dasar yang diusulkan dalam pelatihan perawatan INNR, meliputi:
1. Peraturan Perundang undangan terkait perawatan Instalasi nuklir non reaktor.
Kompetensi dasar yang harus dimiliki terkait dengan materi ini adalah petugas mampu:
a. Menyebutkan peraturan perundang undangan terkait perawatan Instalasi nuklir non reaktor b. Menjelaskan peraturan perundang undangan
terkait perawatan Instalasi nuklir non reaktor Dalam materi ini Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) adalah:
a. Menyebutkan undang - undang Ketenaganukliran
b. Menyebutkan peraturan pemeintah tentang perawatan Instalasi nuklir non reaktor
c. Menyebutkan peraturan pemeintah kepala BAPETEN tentang perawatan Instalasi nuklir non reaktor
2. Keselamatan Nuklir
Kompetensi dasar yang harus dimiliki terkait dengan materi ini adalah petugas mampu menjelaskan keselamatan nuklir.
Dalam materi ini Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) adalah:
a. Menjelaskan tujuan keselamatan nuklir
b. Menjelaskan prinsip keselamatan instalasi nuklir non reaktor
c. Menjelaskan persyaratan desian sistem keselamatan
d. Menjelaskan sistem struktur dan komponen instalasi nuklir non reaktor
3. Pengetahuan Dasar Teknik Perawatan
Kompetensi dasar yang harus dimiliki terkait dengan materi ini adalah petugas mampu menerapkan pengetahuan dasar teknik perawatan. Dalam materi ini Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) adalah:
a. Menjelaskan dasar dasar teknik perawatan b. Menguraikan metoda dan teknik yang
digunakan didalam melakukan kegiatan perawatan
c. Menjelaskan perencanaan dan penjadwalan perbaikan
4. Proteksi dan keselamatan radiasi
Kompetensi dasar yang harus dimiliki terkait dengan materi ini adalah petugas mampu menerapkan prinsip proteksi dan keselamatan radiasi pada perawatan instalasi nuklir non reaktor. Dalam materi ini Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) adalah:
a. Menyebutkan jenis sumber radiasi
b. Menjelaskan filosofi tujuan keselamatan radiasi khususnya terkait pelaksanaan kegiatan perawatan.
c. Menjelaskan desain keselamatan radiologi instalasi.
d. Menjelaskan dosis pekerja radiasi mencakup NBD dan pembatas dosis
e. Menjelaskan daerah kerja radiasi f. Menguraikan prinsip pekerja radiasi 5. Budaya Keselamatan
Kompetensi dasar yang harus dimiliki terkait dengan materi ini adalah petugas mampu menerapkan budaya keselamatan.
Dalam materi ini Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) adalah:
a. Menjelaskan pengertian budaya dan budaya keselamatan
b. Menjelaskan karakteristik dan ciri ciri budaya keselamatan
c. Menjelaskan penerapan budaya keselamatan dan contohnya
d. Menjelaskan pengembangan penerapan budaya keselamatan
e. Menjelaskan isu isu utama budaya keselamatan.
B. Materi Utama
Materi utama merupakan materi yang menunjukkan bahwa petugas perawatan memiliki pengetahuan dasar dan khusus untuk melaksanakan tugas. Adapun materi utama yang diusulkan dalam pelatihan perawatan INNR, meliputi:
1. Sistem dan Komponen keselamatan Instalasi nuklir non reaktor
Kompetensi dasar yang harus dimiliki terkait dengan materi ini adalah petugas mampu menjelaskan Sistem dan Komponen keselamatan Instalas nuklir non reaktor dan pendukungnya. Dalam materi ini Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) adalah:
a. Menyebutkan klasifikasi instalasi nuklir non reaktor
b. Menjelaskan diagram/ skema/gambar/ komponen keselamatan instalasi nuklir non reaktor.
c. Menjelaskan pengoperasian sistem bantu instalasi nuklir non reaktor.
2. Sistem dan Komponen kelistrikan
Kompetensi dasar yang harus dimiliki terkait dengan materi ini adalah petugas mampu menjelaskan sistem dan komponen kelistrikan. Dalam materi ini Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) adalah menjelaskan sistem dan komponen kelistrikan.
3. Sistem dan Komponen Instrumentasi
Kompetensi dasar yang harus dimiliki terkait dengan materi ini adalah petugas mampu menjelaskan sistem dan komponen Instrumentasi. Dalam materi ini Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) adalah menjelaskan sistem dan komponen instrumentasi.
4. Sistem dan komponen mekanik
Kompetensi dasar yang harus dimiliki terkait dengan materi ini adalah petugas mampu menjelaskan sistem dan komponen mekanik. Dalam materi ini Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) adalah menjelaskan sistem dan komponen mekanik.
5. Perawatan Sistem dan Komponen kelistrikan Kompetensi dasar yang harus dimiliki terkait dengan materi ini adalah petugas mampu menjelaskan perawatan sistem dan komponen kelistrikan.
Dalam materi ini Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) adalah:
a. Melaksanakan perawatan sistem dan komponen kelistrikan sesuai prosedur
b. Melaksanakan pengisian rekaman perawatan c. Melaksanakan pemeriksaan kelengkapan
sarana perawatan sesuai prosedur 6. Sistem dan Komponen Instrumentasi
Kompetensi dasar yang harus dimiliki terkait dengan materi ini adalah petugas mampu menjelaskan perawatan sistem dan komponen instrumentasi.
Dalam materi ini Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) adalah:
a. Melaksanakan perawatan sistem dan komponen instrumentasi sesuai prosedur
b. Melaksanakan pengisian rekaman perawatan c. Melaksanakan pemeriksaan kelengkapan
sarana perawatan sesuai prosedur 7. Sistem dan Komponen Mekanik
Kompetensi dasar yang harus dimiliki terkait dengan materi ini adalah petugas mampu menjelaskan perawatan sistem dan komponen mekanik.
Dalam materi ini Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) adalah:
a. Melaksanakan perawatan sistem dan komponen mekanik sesuai prosedur
b. Melaksanakan pengisian rekaman perawatan c. Melaksanakan pemeriksaan kelengkapan
sarana perawatan sesuai prosedur
8. Manajemen perawatan Instalasi nuklir non reaktor Kompetensi dasar yang harus dimiliki terkait dengan materi ini adalah petugas mampu menyusun jadwal perawatan dan program perawatan
Dalam materi ini Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) adalah
a. Menjelaskan struktur organisasi perawatan b. Menjelaskan tugas dan tanggung jawab masing
masing bagian dalam organisasi perawatan c. Menjelaskan rencana program perawatan d. Menjelaskan proses kendali administratif dan
tindakan perbaikan
e. Menjelaskan dokumentasi dan pelaporan f. Menjelaskan sistem pengawasan perawatan g. Menjelaskan proses evaluasi kegiatan
perawatan 9. Manajemen Penuaan
Kompetensi dasar yang harus dimiliki terkait dengan materi ini adalah petugas mampu menjelaskan degradasi material sistem dan komponen akibat kondisi operasi.
Dalam materi ini Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) adalah
a. Menjelaskan definisi terkait penuaan b. Menyebutkan identifikasi SSK kritis c. Menjelaskan tentang proses penuaan
d. Menjelaskan tentang perlakuan terhadap SSK kritis
e. Memahami penuaan pada SSK Insatalsi nuklir non reaktor
10. Modifikasi Sistem Struktur dan Komponen
Kompetensi dasar yang harus dimiliki terkait dengan materi ini adalah petugas mampu melaksanakan modifikasi SSK
Dalam materi ini Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) adalah
a. Menjelaskan definisi modifikasi b. Menjelaskan ketentuan modifikasi c. Menjelaskan prosedur modifikasi d. Menjelaskan pelaksanaan modifikasi
11. Pengawasan terhadap pelaksanaan uji merusak dan tidak merusak
Kompetensi dasar yang harus dimiliki terkait dengan materi ini adalah petugas mampu melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan uji merusak dan tidak merusak
Dalam materi ini Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) adalah
a. Menjelaskan prosedur pengawasan terhadap pelaksanaan uji merusak dan tidak merusak b. Menjelaskan evaluasi sarana dan prasaran c. Menjelaskan penilaian hasil perawatan
B. Jenis dan Persyaratan Kualifikasi Petugas Perawatan
Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, adapun BAPETEN perlu menetapkan jenis petugas perawatan instalasi nuklir non reaktor serta persyaratannya. Adapun jenis petugas hanya terdiri dari petugas perawatan yang telah memiliki surat izin bekerja sebagai operator dan supervisor instalasi nuklir non reaktor dan telah lulus pendidikan dan pelatihan perawatan Insalasi nuklir non reaktor.
Dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 6 Tahun 2013 tentang Izin Bekerja Petugas Instalasi Bahan Nuklir Persyaratan, belum mencantumkan tentang ketentuan petugas perawatan instalasi nuklir non reaktor. Dalam proses perubahan perka tersebut hendaknya memasukan jenis kualifikasi petugas perawatan INNR dengan persyaratan umum meliputi : a. Formulir permohonan izin bekerja petugas
perawatan INNR yang telah diisi; b. Salinan bukti identitas diri ;
c. Surat hasil pemeriksaan kesehatan umum;
d. Salinan sertifikat lulus Pelatihan berdasarkan Kompetensi; dan
e. Salinan bukti pembayaran biaya permohonan Izin Bekerja.
f. Salinan SIB operator atau supervisor INNR
Dalam hal permohonan perpanjangan (rekualifikasi) sertifikasi petugas perawatan, Pemegang Izin dapat mengajukan permohonan perpanjangan Izin Bekerja Petugas IBN paling lama 2 (dua) minggu sebelum Izin Bekerja Petugas perawatan IBN berakhir dengan persyaratan sebagai berikut:
a. formulir permohonan izin yang telah diisi; b. surat hasil pemeriksaan kesehatan umum; c. salinan sertifikat lulus Pelatihan penyegaran; d. salinan bukti pembayaran biaya permohonan Izin
Bekerja; dan
e. salinan SIB operator atau supervisor INNR
Pelatihan paling sedikit 1 (satu) kali selama masa berlaku Izin Bekerja. Pelatihan penyegaran dilaksanakan oleh lembaga pelatihan yang telah terakreditasi atau mendapat penunjukkan dari badan pengawas.
C. Pelatihan Petugas Perawatan Instalasi Nuklir Non Reaktor
Adapun usulan dalam pelatihan petugas Perawatan Instalasi nuklir non reaktor berdasarkan tinjauan yang dilakukan bahwa pelatihan tersebut paling kurang memuat 5 (lima) materi dasar mencakup 21 Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) dan 11 materi utama yang mencakup 34 Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK), dapat diberikan materi tambahan jika diperlukan. Selain itu, lama waktu pelatihan untuk permohonan paling kurang 82 jam..
Pelatihan harus dilaksanakan oleh lembaga Pelatihan yang telah tersertifikasi oleh lembaga yang terakreditasi, atau oleh lembaga Pelatihan yang ditunjuk oleh Badan pengawas. Penunjukan lembaga Pelatihan berdasarkan pedoman teknis yang diterbitkan oleh Kepala BAPETEN yang memuat sistem manajemen; kompetensi pengajar; fasilitas pelatihan; dan kurikulum, silabus dan bahan ajar. Dalam pelaksanan pendidikan dan Pelatihan BAPETEN melalukan pemantauan pendidikan dan pelatihan sebagai bagian dari surveilance dalam klausul penunjukan.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas maka terdapat beberapa usulan yang disimpulkan dalam hal kualifikasi dan kompetensi dasar untuk petugas perawatan instalasi nuklir non reaktor adalah sebagai berikut:
1. Kualifikasi untuk petugas perawatan instalasi nuklir non reaktor yang telah memiliki SIB sebagai operator dan atau supervisor Instalasi nuklir non reaktor dan telah lulus pendidikan dan pelatihan . 2. Kompetensi dasar yang harus dimiliki paling
kurang memuat memuat 5 (lima) materi dasar mencakup 21 Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) dan 9 materi utama yang mencakup 34 Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK).
3. Lama waktu pelatihan untuk permohonan baru paling kurang 82 jam.
DAFTAR PUSTAKA
[1] IAEA, 2014, Safety Of Nuclear Fuel Cycle Facilities, IAEA Safety Standards, Vienna
[2] BAPETEN, 2015, Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 9 Tahun 2015 tentang Ketentuan Perawatan Instalasi Nuklir Nonreaktor.
[3] BAPETEN, 2013, Peraturan Kepala BAPETEN No. 6 Tahun 2013 tentang Izin Bekerja Petugas Instalasi Bahan nuklir.
[4] BATAN, 2012, Laporan Analisis Keselamatan Instalasi Radiometalurgi