• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI DASAR UNTUK PETUGAS KEAMANAN BAHAN NUKLIR DI INSTALASI NUKLIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI DASAR UNTUK PETUGAS KEAMANAN BAHAN NUKLIR DI INSTALASI NUKLIR"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

24-1

2016

Keselamatan Nuklir

2016

KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI DASAR UNTUK PETUGAS

KEAMANAN BAHAN NUKLIR DI INSTALASI NUKLIR

Imron

1

, Ardiyani Eka Patriasari

2

, Winda Sarmita

3

, Besar Winarto

4

, Supyana

5

1-5Direktorat Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir

i.imron@bapeten.go.id

ABSTRAK

KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI DASAR UNTUK PETUGAS KEAMANAN BAHAN NUKLIR DI INSTALASI NUKLIR. Telah dilakukan kajian tentang kualifikasi dan kompetensi dasar petugas Keamanan Instalasi

Nuklir. Tinjauan ini diperlukan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk memperbaiki dan melengkapi peraturan sistem proteksi fisik yang telah diterbitkan sehingga dapat memberikan pedoman dalam pelaksanaan sertifikasi petugas instalasi dan bahan nuklir. Keterbatasan infrastruktur petugas keamanan berpotensi terjadi kehilangan dan penyalahgunaan instalasi nuklir, khususnya bahan nuklir. Kondisi keterbatasan tersebut harus dihindari karena akan menyebabkan kerugian dan menjadi ancaman terhadap masyarakat yang dapat berakibat fatal. Hal ini terjadi karena pada umumnya instalasi nuklir belum memiliki petugas keamanan nuklir dengan suatu kompetensi yang terstandar. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 1 Tahun 2009 tentang Ketentuan Sistem Proteksi Fisik Instalasi dan Bahan Nuklir, yang bertujuan untuk memastikan pelaksanaan sistem proteksi fisik terhadap instalasi dan bahan nuklir secara efektif dan efisien. Jenis kualifikasi Petugas yang tercantum dalam peraturan tersebut hanya petugas di stasiun alarm. Padahal tuntutan ancaman kemanan sangat kompleks sehingga perlu tambahan kemampuan dan kompetensi bagi petugas yang ada di fasilitas. Oleh karena itu Pemegang izin harus meningkatkan kompetensi petugas keamanan pada instalasi yang berkualifikasi dan memiliki pengetahuan tentang keamanan yang setara dengan petugas kemanan sumber radioaktif sebagai mana tercantum dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kemanan Sumber Radioaktif. BAPETEN sebagai badan pengawas yang mempunyai tugas di antaranya adalah melakukan sertifikasi Petugas lnstalasi dan Bahan Nuklir belum mengatur lebih rinci mengenai kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh Petugas Keamanan bahan nuklir. Oleh karena itu dalam makalah ini dirumuskan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh Petugas Keamanan yang merupakan hasil tinjauan terhadap beberapa dokumen referensi dari badan pengawas tenaga nuklir lainnya yang ada di dunia. Hasil rumusan kompetensi dasar antara lain berjumlah 58 kompetensi. Materi pelatihan terdiri dari 10 materi meliputi ilmu teori nuklir, metoda perhitungan, data dan percobaan keamanan, peraturan, standar dan pedoman, evaluasi keselamatan keamanan analisis dan kontrol keselamatan, sistem deteksi dan alarm, praktik akuntabilitas, materi magang di fasilitas dan pengetahuan keamanan instalasi. Lama waktu pelatihan paling kurang 82 jam untuk permohonan kualifikasi baru dan 40 jam untuk rekualifikasi.

Kata kunci : penyalahgunaan, petugas keamanan, kompetensi, kualifikasi, pelatihan

ABSTRACT

QUALIFICATION AND BASIC COMPETENCE FOR THE SECURITY OFFICERS OF NUCLEAR MATERIAL AT NUCLEAR INSTALLATIONS. Had carried out a review about qualificaton and competencies of security officers

at Nuclear Installation. This review is needed as a part of consideration material to improve and complete the regulation about physical protecton system therefore this regulation will provide guidelinesfo certification the officer of installation and nuclear material. Lack of infrastructure security officer potential loss and misuse of nuclear installations, particularly nuclear materials. Conditions such limitations should be avoided because it will cause harm and be a threat to society which can be fatal. This happens because in general nuclear installations do not yet have a nuclear security officer with a standardized competency. Based on BAPETEN Chairman Regulation No. 1 Year 2009 on Provision of Physical Protection Systems Installation and Nuclear Material, which aims to ensure the implementation of the system of physical protection of nuclear installations and materials effectively and efficiently. Officers qualification types listed in the regulation only officer in the station alarm. These claims are very complex security threats that need additional capacity and competence for officers in the facility. Therefore the permit holder must improve the competence of security personnel on the installation of qualified and have knowledge of safety that is equivalent to the security officer where the radioactive source as listed in BAPETEN Chairman Regulation No. 7 of 2007 on Security of Radioactive Sources. BAPETEN as a regulatory body that has the task of which is to certify Instalation Officers and Nuclear Material has not been set up in more detail about the basic competencies that must be owned by the security guards of nuclear material. Therefore in this paper formulated the basic competencies that must be owned by the Security Officer is the result of a review of several reference documents from other nuclear power regulatory agency in the world. The formulation of basic competencies include 58 competencies. The training material consists of 10 materials include science nuclear theory, calculation methods, data and trial safety, regulations, standards and guidelines, safety evaluation of security analysis and safety controls, detection systems and alarm,

(2)

24-2

accountability practices, materials internships at the facility and the knowledge of security installation , Long training time at least 82 hours to request a new qualification and 40 hours for requalification.

Keywords: abuse, security officers, the competence, qualifications, training

I. PENDAHULUAN

Fasilitas/Instalasi Nuklir mempunyai potensi terjadinya kehilangan dan penyalahgunaan penggunaan bahan nuklir. Kejadian tersebut disebabkan terutama akibat kesalahan manusia yang mengabaikan prinsip-prinsip keamanan sehingga terjadi kehilangan dan penyalahgunaan penggunaan bahan nuklir. Kejadian ini dapat mengakibatkan isu sensitif akan pembuatan bahan baku bom baik yang bersifat dirty bomb maupun bom atom. Selain itu bahan nuklir juga memiliki potensi paparan berlebih bagi masyarakat jika karena ketidaktahuannya,orang dapat melakukan pencurian bahan nuklir.

Fasilitas/Instalasi Nuklir memiliki sistem Proteksi Fisik dari fasilitas untuk mencegah kejadian kehilangan atau penyalahgunaan bahan nuklir. Hal ini wajar karena pada fasilitas bahan nuklir berinteraksi antara pekerja dan masyarakat dan mempunyai probabilitas akan terjadinya kejadian kehilangan juga sangat ditentukan oleh faktor kualitas peralatan keamanan, prosedur dan sumber daya manusia. Dengan kenyataan ini maka aspek kepatuhan pekerja terhadap prosedur serta keefektifan prosedur sangat menentukan tingkat keamanan fasilitas.

Amanah Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 1 Tahun 2009 tentang Ketentuan Sistem Proteksi Fisik Instalasi dan Bahan Nuklir, yang bertujuan untuk memastikan pelaksanaan sistem proteksi fisik terhadap instalasi dan bahan nuklir secara efektif dan efisien. Dalam peraturan tersebut Pemegang Izin harus menunjuk seorang petugas di stasiun alarm. Namun belum dijelaskan kompetensi yang harus di miliki oleh petugas tersebut. Padahal jika membandingkan dengan penanganan sumber radioaktif terdapat petugas keamanan sumber radioaktif yang memiliki tingkat kompetensi yang jelas dan tercantum dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 7 tahun 2007.

Dari alasan itu perlu ditunjuk suatu petugas keamanan bahan nuklir yang mungkin bukan sekedar hanya sebagai petugas di sistem alarm tapi petugas keamanan bahan nuklir yang kompeten pada fasilitas tersebut. BAPETEN perlu menetapkan standar kompetensi petugas tersebut. Masalah kompetensi itu menjadi penting, karena kompetensi menawarkan suatu kerangka kerja organisasi yang efektif dan efisien.

Dengan dibuatnya standar kompetensi petugas keamanan maka diharapkan dihasilkan petugas yang berkualifikasi dan memiliki pengetahuan tentang keamanan, standar keselamatan, pedoman dan peraturan yang terkait, dan mengenal operasi instalasi. Petugas tersebut bertanggung jawab dalam pengembangan prosedur operasi yang terkait dengan

keamanan bahan nuklir dan memeriksa dan mengesahkan semua aktivitas kendali keamanan. Sampai saat ini BAPETEN belum menetapkan peraturan yang mengatur lebih rinci mengenai petugas keamanan. Oleh karena itu dalam makalah ini dirumuskan usulan kualifikasi beserta persyaratannya, ketentuan pelatihan dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh petugas keamanan bahan nuklir.

II. METODA PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur dari beberapa peraturan ketenaganukliran maupun dokumen standar IAEA yang berkaitan dengan petugas keamanan. Adapun peraturan tersebut meliputi Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 1 Tahun 2009, Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 6 Tahun 2013, dan lain sebagainya.

III. POKOK BAHASAN

Pada Fasilitas/Instalasi Nuklir, Pemegang izin wajib menetapkan, menerapkan dan merawat sistem proteksi fisik. Sistem proteksi fisik tersebut bertujuan mencegah pemindahan secara tidak sah terhadap bahan nuklir, menemukan kembali bahan nuklir yang hilang, mencegah sabotase terhadap instalasi dan bahan nuklir, mencegah sabotase terhadap instalasivdan bahan nuklir dan memitigasi konsekuensi yang di timbulkan sabotase. Sistem proteksi fisik terdiri atas kumpulan peralatan, instalasi, personil dan program/ prosedur yang bersama sama memberikan proteksi terhadap instalasi dan bahan nuklir.

Pendekatan grading approach juga diterapkan pada fasilitas instalasi nuklir, sesuai dengan desain dan resiko sehingga perlu fleksibilitas dalam mengkaji aspek keamanan. Pada fasilitas/instalasi nuklir terdapat potensi signifikan pada keamanan terutama terkait bahaya terjadinya sabotase. Sedangkan untuk mencegah dari sisi pekerja adalah kemampuan pekerja mengenal dan menjalankan prosedur. Selain itu keefektifan prosedur dan kendali administrasi juga menjadi faktor yang menetukan dalam pencegahan pemindahan secara tidak sah terhadap bahan nuklir.

Kemampuan petugas keamanan merupakan bagian dari respon yang diberikan dalam rangka proteksi fisik. Setelah semua respon yang diberikan pada fasilitas, seperti pengahalang (pagar), alarm, maka respon dari petugas keamanan merupakan hal yang sangat penting dilakukan. Selain itu, kemampuan intelegen petugas keamanan dalam mendeteksi pengunjung atau tamu yang masuk ke Instalasi Nuklir harus kuat, sehingga petugas dapat mencegah pengunjung atau tamu yang

(3)

24-3

mempunyai niat ingin mencuri atau sabotase fasilitas. Oleh karena itu dibutuhkan kompetensi petugas keamanan di Instalasi Nuklir yang handal. Kompetensi yang handal dari petugas keamanan tersebut dilakukan melalui sertifikasi Petugas Keamanan Instalasi dan bahan Nuklir, dimana salah satu persyaratan untuk mengikuti sertifikasi adalah harus lulus pelatihan petugas kemanan nuklir. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai materi-materi pelatihan untuk petugas keamanan nuklir, waktu efektif untuk pelatihan, dan persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengikuti sertifikasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Keamanan pada Fasilitas Pemanfaatan

Bahan Nuklir

Pada fasilitas instalasi nuklir, Pemegang izin wajib menetapkan, menerapkan dan merawat sistem proteksi fisik. Sistem proteksi fisik tersebut bertujuan mencegah pemindahan secara tidak sah terhadap bahan nuklir, menemukan kembali bahan nuklir yang hilang , mencegah sabotase terhadap instalasi dan bahan nuklir, mencegah sabotase terhadap instalasi dan bahan nuklir dan memitigasi konsekuensi yang di timbulkan sabotase. Sistem proteksi fisik terdiri atas kumpulan peralatan, instalasi , personil dan program/prosedur yang bersama sama memberikan proteksi terhadap instalasi dan bahan nuklir.

Pendekatan diterapkan pada fasilitas instalasi nuklir, sesuai dengan desain dan resiko sehingga perlu fleksibilitas dalam mengkaji aspek keamanan. Pada fasilitas instalasi nuklir terdapat potensi signifikan pada keamanan terutama terkait bahaya terjadinya sabotase. Sedangkan untuk mencegah dari sisi pekerja adalah kemampuan pekerja mengenal dan menjalankan prosedur. Selain itu keefektifan prosedur dan kendali administrasi juga menjadi faktor yang menetukan dalam pencegahan pemindahan secara tidak sah terhadap bahan nuklir.

IV.2. Kompetensi Dasar Petugas Keamanan Bahan Nuklir

Kompetensi dasar Petugas Keamanan Bahan Nuklir adalah kemampuan untuk menerapkan keahlian, pengetahuan, dan sikap kerja dalam melaksanakan tugas dalam aspek keamanan. Kompetensi tersebut tercakup dalam 10 materi dan akan menjadi dasar dalam menentukan jumlah soal, jenis soal, silabus pelatihan dan jam pelatihan. Berikut rincian kompetensi untuk petugas kemanan instalasi dan bahan nuklir.

A. Materi Teori Nuklir

1. Persyaratan Dasar Penerapan Sistem Proteksi Fisik Bahan dan Fasilitas Nuklir, INFCIRC/225/Rev. 4. Petugas harus dapat:

a. Menjelaskan prinsip dasar penerapan sistem proteksi fisik bahan dan fasilitas nuklir b. Menjelaskan instrument international yang

terkait dengan nuclear security regimes, yaitu

convention on the physical protection of nuclear material andfacilities, amended July 2005

c. Menjelaskan publikasi physical protection

requirements untuk bahan nuklir dan fasilitas

nuklir, INFCIRC/225/Rev. 4 (corrected). d. Menjelaskan Konvesi tentang proteksi fisik 2. Elemen–Elemen Sistem Proteksi Fisik

Petugas harus dapat:

a. Menjelaskan penanggungjawab penetapan sistem proteksi fisik bahan dan fasilitas nuklir, implementasi dan pemeliharaan.

b. Menjelaskan Ancaman Dasar Desain (ADD) nasional maupun lokal.

c. Peraturan dan perundang-undangan.

d. Perijinan dan prosedur-prosedur lain untuk otorisasi.

3. Penggolongan Bahan Nuklir Petugas harus dapat:

a. Menjelaskan pertimbangan kemungkinan pencurian plutonium, uranium dengan pengkayaan tinggi.

b. Menjelaskan penggolongan bahan nuklir yang menentukan tindakan proteksi fisik.

4. Persyaratan proteksi fisik bahan nuklir selama penggunaan, penyimpanan dan selama pengangkutan danuntuk fasilitas nuklir

Petugas harus dapat:

a. Menjelaskan persyaratan-persyaratan proteksi fisik harus berdasarkan kepada konsep pertahanan berlapis untuk pencegahan dan ukuran proteksi

b. Menjelaskan rencana kedaruratan untuk melakukan tindakan secara efektif apabila ada gangguan terhadap ancaman dasar desain. 5. Persyaratan-persyaratan proteksi fisik tambahan

untuk bahan nuklir selama pengangkutan Petugas harus dapat:

a. Memahami peraturan pengangkutan internasional

b. Memahami standar pengangkutan internasional

6. Penggunaan dan penyimpanan terhadap pengambilan secara tidak sah

Petugas harus dapat menjelaskan proteksi fisik bahan nuklir Golongan I.

7. Penentuan Persyaratan Sistem Proteksi Fisik Petugas harus dapat menentukan persyaratan sistem proteksi fisik

8. Penentuan Definisi Ancaman Petugas harus dapat:

a. Menjelaskan metodologi untuk definisi ancaman

(4)

24-4

c. Menjelaskan identifikasi target

d. Menjelaskan prinsip-prinsip umum yang 9. Desain Sistem Proteksi Fisik

Petugas harus dapat:

a. Menjelaskan fungsi sistem proteksi fisik b. Menjelaskan pendeteksian (detection) c. Penundaan (delay)

d. Perespon (response) 10. Evaluasi Sistem Proteksi Fisik

Petugas harus dapat melakukan evaluasi sistem proteksi fisik.

IV.3. Jenis dan Persyaratan Kualifikasi Petugas keamanan

Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, adapun BAPETEN perlu menetapkan jenis petugas kemanan bahan nuklir serta persyaratannya. Adapun jenis petugas keamanan bahan nuklir meliputi Petugas Magang dan Petugas Kemanan Bahan Nuklir. Sedangkan, persyaratan petugas keamanan bahan nuklir untuk permohonan baru dan permohonan perpanjangan berbeda.

1. Petugas Magang

Petugas magang ditetapkan oleh pihak fasilitas. Adapun persyaratan ini untuk memenuhi pengalaman kerja calon petugas keamanan setelah mengikuti pelatihan petugas keamanan pada lembaga yang telah ditetapkan badan pengawas. Lama magang ditentukan paling kurang 1 (satu) tahun.

2. Petugas Keamanan Bahan Nuklir

Dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 6 Tahun 2013 tentang Izin Bekerja Petugas Instalasi Bahan Nuklir Persyaratan, bahwa setiap permohonan sertifikasi petugas instalasi dan bahan nuklir harus memenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus. Hal ini dapat diterapkan pula dalam penetapan untuk memperoleh sertifikat sebagai petugas keamanan. Selain harus memenuhi persyaratan, petugas juga harus lulus ujian kualifikasi.

Persyaratan umum meliputi :

a. Formulir permohonan izin bekerja petugas keselamatan keamanan yang telah diisi;

b. Salinan bukti identitas diri ;

c. Surat hasil pemeriksaan kesehatan umum; d. Salinan sertifikat lulus Pelatihan berdasarkan

Kompetensi; dan

e. Salinan bukti pembayaran biaya permohonan Izin Bekerja.

Persyaratan khusus meliputi :

a. Paling rendah ijazah strata satu bidang nuklir atau fisika

b. Surat pernyataan telah magang sebagai petugas keselamatan keamanandi bawah pengawasan dan bimbingan petugas keamanan paling singkat 1 (satu) tahun yang ditandatangani pemegang izin.

Dalam hal permohonan perpanjangan (rekualifikasi) sertifikasi petugas keamanan bahan nuklir, Pemegang Izin dapat mengajukan permohonan perpanjangan Izin Bekerja Petugas IBN paling lama 4 (empat) bulan sebelum Izin Bekerja Petugas Keamanan IBN berakhir dengan persyaratan sebagai berikut: a. formulir permohonan izin yang telah diisi; b. salinan bukti identitas diri;

c. surat hasil pemeriksaan kesehatan umum; d. salinan sertifikat lulus Pelatihan penyegaran; f. salinan bukti pembayaran biaya permohonan Izin

Bekerja; dan

g. lulus ujian Rekualifikasi.

Pelatihan paling sedikit 1 (satu) kali selama masa berlaku Izin Bekerja. Pelatihan penyegaran dilaksanakan oleh lembaga pelatihan yang telah terakreditasi atau mendapat penunjukkan dari badan pengawas. Jika tidak lulus ujian rekualifikasi, maka Petugas tersebut dapat mengikuti ujian ulang rekualifikasi paling banyak 1 (satu) kali. Jika petugas tersebut tidak lulus ujian rekualifikasi maka harus mengikuti Pelatihan sesuai dengan yang dilakukan pada permohonan baru dan ujian kualifikasi yang dilakukan oleh Tim Penguji.

IV.4. Pelatihan Petugas Keamanan Bahan Nuklir

Adapun usulan dalam pelatihan petugas keamanan bahan nuklir berdasarkan studi literatur yang dilakukan bahwa pelatihan tersebut paling kurang memuat 10 (sepuluh) materi pengujian yang mencakup 50 kompetensi, dapat diberikan materi tambahan jika diperlukan. Selain itu, lama waktu pelatihan untuk permohonan baru paling kurang 82 jam, dan untuk permohonan perpanjangan paling kurang 40 jam. Adapun untuk permohonan baru, pelatihan dapat dilakukan melalui metode coaching untuk petugas magang yang sudah memenuhi kualifikasi.

Pelatihan harus dilaksanakan oleh lembaga Pelatihan yang telah tersertifikasi oleh lembaga yang terakreditasi, atau oleh lembaga Pelatihan yang ditunjuk oleh Badan pengawas. Penunjukan lembaga Pelatihan berdasarkan pedoman teknis yang diterbitkan oleh Kepala BAPETEN yang memuatsistem manajemen; kompetensi pengajar; fasilitas pelatihan; dan kurikulum, silabus dan bahan ajar.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas maka terdapat beberapa usulan yang disimpulkan dalam hal kualifikasi dan kompetensi dasar untuk petugas keamanan bahan nuklir adalah sebagai berikut:

1. Kualifikasi untuk petugas keamanan bahan nuklir meliputi petugas magang dan petugas keamanan bahan nuklir yang telah disertifikasi oleh Badan Pengawas.

(5)

24-5

2. Persyaratan permohonan sertifikasi meliputi

persyaratan umum dan khusus. Salah satu persyaratan sebagai petugas keamanan bahan nuklir adalah sebagai petugas magang paling kurang 1 tahun, lulus pelatihan petugas keamanan dan lulus ujian kualifikasi.

3. Kompetensi dasar yang harus dimiliki paling kurang memuat 10 materi meliputi:

a. Persyaratan Dasar Penerapan Sistem Proteksi Fisik Bahan dan Fasilitas Nuklir;

b. Elemen–Elemen Sistem Proteksi Fisik; c. Penggolongan Bahan Nuklir;

d. Persyaratan proteksi fisik bahan nuklir selama penggunaan, penyimpanan dan selama pengangkutan danuntuk fasilitas nuklir; e. Persyaratan-persyaratan proteksi fisik

tambahan untuk bahan nuklir selama pengangkutan;

f. Penggunaan dan penyimpanan terhadap pengambilan secara tidak sah;

g. Penentuan Persyaratan Sistem Proteksi Fisik; h. Penentuan Definisi Ancaman;

i. Desain Sistem Proteksi Fisik; dan j. Evaluasi Sistem Proteksi Fisik

4. Lama waktu pelatihan untuk permohonan baru paling kurang 82 jam, dan untuk permohonan perpanjangan paling kurang 40 jam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 2014 tentang Perizinan Instalasi Nuklir dan Pemanfaatan Bahan Nuklir.

2. Peraturan Kepala BAPETEN No.1 Tahun 2009 tentang Ketentuan Sistem Proteksi Fisik Instalasi dan Bahan Nuklir.

3. Peraturan Kepala BAPETEN No. 6 Tahun 2013 tentang Izin Bekerja Petugas Instalasi Bahan Nuklir. Diktat proteksi Fisik Pusdiklat BATAN.

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan merupakan suatu usaha dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan sesuai tuntutan pembangunan bangsa, dimana kualitas suatu

Oleh karena itu diperlukan teknologi pascapanen yang tepat guna untuk mencegah kehilangan hasil, memperta- hankan mutu dan mengawetkan ubikayu baik dalam bentuk segar maupun

Pengujian Hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari permainan gerak dan lagu terhadap kecerdasan kinestetik pada anak TK A Di RA PERWANIDA 1 Boyolali pada tahun

[r]

Pemodelan sirkulasi udara pada tanaman kopi berdasarkan kecapatan awal udara pada tanaman pelindung dengan pola tanam graf tangga permata menggunakan metode volume hingga ini

Kesiapan subyek penelitian dalam merancang alat evaluasi pada RPP tampak dari pernyataan dalam dokumen CoRe sebagai berikut: Setiap kelompok yang diwakili oleh seorang

Artinya: Dan dia (Muhammad) mengharamkan bagi mereka segala yang buruk.” (QS.. Namun kriteria binatang yang buruk dan menjijikkan pada setiap orang dan tempat pasti berbeda. Ada

 Penanganan dan pembuangan lumpur yang dihasilkan dari setiap unit pengolahan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) perlu direncanakan secara serius..  Zat padat yang berasal