• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakekat KemampuanMenyelesaikan pengurangan Pecahan Biasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakekat KemampuanMenyelesaikan pengurangan Pecahan Biasa"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis

2.1.1 Hakekat KemampuanMenyelesaikan pengurangan Pecahan Biasa 2.1.1.1 Pengertian Kemampuan

Robbin (dalam Yusdi, 2011:1) kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Dia juga melanjutkan, kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek.

Menurut Chaplin (dalam widiastuti, 2009:1) ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Hal ini sejalan dengan Hasan yang menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah kesanggupan, kecakapan, pengetahuan, keahlian atau kepandaian yang dapat dinyatakan melalui pengukuran-pengukuran tertentu.

Menurut Zain (dalam Yusdi, 2011:1) mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (dalam Yusdi, 2011:1) mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.

(2)

Ada pula pendapat lain menurut Sudrajat (2008:1) menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki.

2.1.1.2 Pengertian Pecahan Biasa

Menurut Untoro (2008:95) pecahan adalah suatu bilangan yang merupakan hasil bagi antara bilangan bulat dan bilangan asli dimana bilangan yang dibagi (pembilang) nilainya lebih kecil dari bilangan pembaginya (penyebut).Bilangan pecahan adalah bilangan yang disajikan/ditampilkan dalam bentuk ;

; a , b bilangan asli dan b ≠ 0

Pecahan adalah bilangan yang lambangnya dapat ditulis dengan bentuk b a

, a

disebut pembilang, b disebut penyebut dari pecahan tersebut. Cara membaca pecahan ini adalah dengan menggunakan “per”. Jadi, pecahan

b a

dibaca a per b. (Untoro,

2008:95)

Pecahan adalah sebagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan dan dinamakan penyebut, (Rachmawati, 2012:1)

(3)

Gambar 2.1 Contoh Pecahan

5/8

Berdasarkan pendapat dari para ahli dapat disimpulakan kemampuan menyelesaikan pecahan biasa adalah tingkat kemampuan atau kecakapan siswa dalam menyelesaikan pecahan biasa diukur berdasarkan aturan-aturan matematis.

2.1.1.3 Menyelesaikan Pengurangan Pecahan Biasa 1) Pengurangan Pecahan Berpenyebut Sama

Operasi hitung pengurangan dalam pecahan mempunyai aturan serupa dengan penjumlahan dalam pecahan. Mari kita perhatikan contoh berikut ini.

Contoh :

Tentukan hasil pengurangan pecahan berikut ini. - =

5/6 - 1/6 = 4/6

Dari contoh di atas, dapat kita tuliskan aturan pengurangan pecahan yang berpenyebut sama yaitu pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan mengurangkan pembilang-pembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak dikurangkan.

(4)

2) Pengurangan Pecahan Biasa Berpenyebut Tidak Sama

Mengurangkan pecahan yang tidak sama penyebutnya, operasi penguranganya terlebih dahulu harus menyamakan penyebutnya, karena pecahan tidak bisa dijumlahkan apabila penyebutnya tidak sama. Perhatikan contoh berikut ini!

.... 7 2 3 2  

Untuk menyelesaikan pengurangan diatas harus mencari KPK. Kelipatan suatu bilangan adalah himpunan-himpunan bilangan asli yang habis oleh bilangan tersebut. Jika A dan B merupakan dua himpunan kelipatan dari dua bilangan yang berbeda, maka irisan antara A dan B ditulis A ∩ B merupakan himpunan kelipatan persekutuan dari A dan B. Misalnya himpunan 2 adalah {2, 4, 6, 8, 10} himpunan kelipatan dari 4 adalah {4, 8, 12, 16,……} kelipatan persekutuan adalah himpunan irisan dari himpunan-himpunan kelipatan. Misalnya dari himpunan kelipatan persekutuan 2 dan 4 adalah {4, 8, 12,……} dari himpunan itu anggota terkecilnya adalah 4, yang merupakan anggota terkecil dari anggota himpunan kelipatan persekutuan. Jadi, Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) adalah hasil perkalian dari sebuah faktor-faktor (prima) yang berbeda dengan mengambil pangkat tertinggi, (Marini, 2011:148).

Melihat contoh soal tadi maka KPK dari 3 dan 7adalah: Kelipatan 3: 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, ...

(5)

Kelipatan dari 3 dan 7 yang sama diatas adalah 21, Jadi KPK dari 3 dan 7 adalah 21. 21 8 21 6 21 14 7 2 3 2

1. Ubahlah menjadi pecahan yang penyebutnya sama dengan mencari KPK dari bilangan penyebut. KPK penyebut dari pecahan di samping adalah (21)

2. Apabila penyebut dikalikan pada suatu bilangan, maka pembilang pun dikalikan pada bilangan yang sama.

2.1.2 Hakekat Media Dakon Bilangan 2.1.2.1 Pengertian Media

Menurut Association of Education and CommunicationTechnologi (dalam Widyanto, 2009:1) Secara etimologi, kata “media” merupakan bentuk jaman dari “medium” yang berasal dari bahasa latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, kata “medium” dapat diartikan sebagai “antara” atau sedang, sehingga pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media dapat diartikan sebagai suatu bentuk dan saluran yang sapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi.

Di bawah ini pengertian media menurut para ahli, yaitu sebagai berikut: 1. Menurut Hamalik (dalam Faisal, 2013:1) media adalah suatu alat bantu yang

dapat digunakan oleh suatu organisasi untuk mencapai efisensi dan efektivitas kerja dengan hasil yang maksimal. Lebih lanjut dikemukakan Hamalik "media adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih

(6)

mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan murid dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah

2. Sadiman (dalam Faisal, 2013:1) menjelaskan bahwa media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. 3. Heinich, dkk (dalam Sutirman, 2012:1) mengatakan media sebahai perantara yang

mengantar informasi dari sumber kepada penerima. Dengan demikian televise, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah tergolong media. Apabila media tersebut membawa pesan-pesan atau informasi yang mengandung maksud dan tujuan pengajaran maka media itu disebut media.

4. Briggs (dalam Sutirman, 2012:1) media sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran. Sarana fisik tersebut berupa buku, tape rekorder, kaset, kamera video, slide, film, foto, gambar, grafik, televise, dan computer. 5. Noor (2010:3), media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk

menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa.

6. Wilkinson (dalam Anwar, 2012:2) mengartikan media sebagai alat dan bahan selain buku teks yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan informasi dalam suatu situasibelajar mengajar.

(7)

7. Brown (dalam Setyawan, 2011:1) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran.

Sudrajat (2010:1) menyatakan, media memiliki beberapa fungsi, diantaranya : 1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh

para siswa. Pengalaman tiap siswa berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika siswa tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknya lah yang dibawa ke siswa. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.

2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para siswa tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada siswa.

3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya.

(8)

5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. 6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.

7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.

8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak

2.1.2.2 Media Dakon Bilangan

Menurut Sutiyono (2012;18) permainan Dakon merupakan permainan tradisional adat jawa. Menurut sejarah permainan ini pertama kali dibawa oleh pendatang dari arab yang rata-rata datang ke Indonesia untuk berdagang atau berdakwah. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji dakon dan jika tidak ada, kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan, ataupun kerikil.

Permainan tradisional yang dimainkan oleh dua orang ini dikenal dengan berbagai macam nama di penjuru nusantara. Di Jawa, permainan ini lebih dikenal dengan nama dakon atau congklak. Selain itu di Lampung permainan ini lebih dikenal dengan nama dentuman lamban. Sedangkan di Sulawesi permainan ini lebih dikenal dengan nama Awuta, Mokaotan, Maggaleceng, Aggalacang dan Nogarata. Dalam bahasa Inggris, permainan ini disebut Mancala.

Cara bermain dakon menurut Fidelia (2010:1) adalah sebagai berikut: 1. Dakon dimainkan oleh dua orang

(9)

2. Biji-bijian dimasukkan dalam tiap lubang kecuali lubang diujung (lubang paling besar yang disebut rumah bagi masing-masing pemain)

3. Ditentukan pemain yang akan bermain lebih dulu (biasanya dengan cara sut) 4. Pemain yang lebih dulu main memilih biji-bijian di salah satu lubang pada sisi

pemain tersebut

5. Biji-bijian dimasukkan satu persatu dalam lubang searah dengan lubang besar yang menjadi rumahnya sampai habis.

6. Apabila bijian habis pada rumahnya maka pemain memilih kembali biji-bijian pada lubang di sisinya adalah biji-biji-bijian dalam lubang dimana biji terakhir jatuh, begitu seterusnya.

7. Apabila biji terakhir jatuh di lubang kosong maka permainan dilanjutkan oleh lawan.

8. Ketika biji terakhir jatuh di lubang yang kosong maka ada dua cara, yang pertama apabila lubang itu ada disisi pemain yang sedang bermain (melangkah) maka biji-bijian yang berada di lubang pasangannya (disisi lawan) menjadi miliknya dan dimasukkan semua ke lubang besar (rumahnya), yang kedua apabila lubang kosong itu ada disisi lawan maka pemain tidak mendapatkan apa-apa

9. Pemain dilanjutkan seperti it uterus-menerus sampai biji-bijian daam lubang masuk semua dalam rumah masing-masing pemain dan lubang-lubang kecil disisi masing-masing pemain kosong semua. Bila lubang-lubang disisi masing-masing pemain sudah kosong semua maka permainan berakhir dan dilakukan perhitungan untuk menentukan siapa pemenangnya

(10)

10. Untuk menentukan pemenang, dihitung jumlah biji-bijian di masing-masing rumah (lubang besar) pemain. Jumlah biji yang terbanyak adalah pemenangnya

Banyak permainan tradisional Indonesia yang sebenarnya secara tidak langsung memberikan pelajaran.Dakon atau juga biasa disebut congklak adalah salah satu permainan tradisional. Permainan ini memberikan beberapa pelajaran atau melatih anak-anak antara lain strategi, kesabaran, dan ketelitian. (Fidelia, 2010:1). Dakon menuntut permainan memikirkan pemilihan agar bias memenangkan permainan. Pemain khususnya yang tidak sedang bermain/ melangkah harus bersabar menunggu lawannya melakukan kesalahan sehingga tiba gilirannya, pemain yang sedang bermain juga harus bersabar memasukkan satu persatu biji-bijian dalam lubang. Pemain yang sedang bermain harus dalam memasukkan biji dakon satu per satu dalam lubang, sedangkan pemain yang sedang tidak mermain/ melangkah juga harus teliti mengawasi/ memastikan biji-bijian dimasukkan satu persatu dalam lubang jangan sampai lawan melakukan kecurangan. Dengan begitu dakon melatih motorik sekaligus sensorik.

Dakon memerlukan perlengkapan antara lain media dakon yang biasanya terbuat dari kayu berbentuk persegi panjang dengan lubang yang berjajar berpasangan dan diujung kanan dan kiri lubang tersebut terdapat satu lubang yang ukurannya lebih besar sebagai rumah masing-masing pemain, (Fidelia, 2010:1).

Media dakon selain dari kayu yang diukir bisa juga dibuat sendiri dengan membuat lubang seperti pada gambar di tanah, sehingga mudah untuk bermainnya,

(11)

selain tanpa biaya juga akan menambah kreatifitas. Selain media tersebut dibutuhkan juga biji-bijian untuk mengisi lubang-lubang tersebut. Jumlah biji-bijian disesuaikan dengan jumlah lubang, minimal masing-masing lubang berisi 5 biji. Biji-bijian bisa menggunakan kerikil atau biji buah sirsak, sawo atau biji-bijian lain yang ukurannya kecil.

2.1.3 Penerapan Media Dakon Bilangan dalam Menyelesaikan Pengurangan Pecahan Biasa

Langkah-langkah pembelajaran tentang mengurangi pecahan biasa menggunakan media dakon bilangan, yaitu :

Guru mengatur tempat duduk, mengabsen siswa dan meminta ketua kelas memimpin doa untuk memulai pelajaran. Mengadakan apersepsi dengan menanyakan kepada siswa “siapa yang masih ingat cara mengurangi pecahan berpenyebut sama?”, setelah siswa menjawab, guru mengajukan pertanyaan lagi pada siswa “bagaimana cara pengurangan bilangan pecahan berpenyebut sama?”, Setelah siswa menjawab lagi, guru kemudian menjelaskan cara mengurangi bilangan pecahan berpenyebut sama. Guru menjelaskan cara mengurangi bilangan pecahan berpenyebut sama yaitu dengan mengurangkan pembilangnya, sedangkan penyebutnya tidak.

Setelah menjelaskan cara mengurangkan bilangan pecahan berpenyebut sama, guru melanjutkan materi pada pengurangan bilangan pecahan berpenyebut tidak sama. Guru memberikan contoh bilangan pecahan biasa. Dalam materi menyelesaikan pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama, yang harus dikerjakan pertama yaitu dengan menyamakan penyebutnya, yaitu dengan menemukan KPK dari

(12)

bilangan penyebut tersebut. Dalam menentukan KPK ini guru menggunakan media pembelajaran yaitu media dakon bilangan.Kemudian pembilangnya dikurangkan sedangkan penyebutnya tetap.

Gambar. 2.2. Media Dakon Bilangan

Syarat melakukan kegiatan permainan untuk topik Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) adalah anak harus sudah menguasai kelipatan bilangan. Berikut ini merupakan contoh kegiatan untuk menentukan KPK dari bilangan 3 dan 4. Siapkan

(13)

perangkat permainan dakon dengan dua warna manik-manik, misalnya warna merah untuk kelipatan 3, dan hijau untuk kelipatan 4. Anak diminta untuk memasukan manik-manik merah kesetiap lubangan bilangan kelipatan 3 (yaitu 3, 6, 9, 12, dan seterusnya), serta manik-manik hijau ke setiap lubangan bilangan kelipatan 4 (yaitu, 4, 8, 12, 16, dan seterusnya). Akan terlihat ada lubangan bilangan yang terdapat 2 manik-manik (yaitu 12, 24, 36, dan seterusnya).

Dengan tanya jawab beserta informasi bahwa bilangan yang mendapat 2 manik-manik merupakan kelipatan persekutuan dari 3 dan 4, karena merupakan kelipatan 3 sekaligus kelipatan 4. Selanjutnya anak diminta untuk menutup lubang dakon bilangan yang merupakan kelipatan persekutuan tersebut dengan tutup yang sesuai. Akan terlihat bahwa 12 merupakan persekutuan terkecil, sehingga dikatakan bahwa KPK dari 3 dan 4 adalah 12.Pada saat guru memberikan contoh,siswa diminta untuk memperhatikan penjelasan guru.

Setelah memberikan contoh, guru membagi kelompok secara heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan kemampuan yang beragam.Terdapat 24 siswa di dalam kelas, terdapat 4 kelompok yang terdiri dari 6 siswa setiap kelompoknya.

Setelah siswa duduk dengan anggota kelompoknya, guru memberikan soal LKS beserta media dakon bilangan kepada masing-masing kelompok. Setiap kelompok mengerjakan tugas menggunakan media dakon bilangan tersebut agar siswa mudah mengerjakannya.

Selesai mengerjakan tugas masing-masing kelompok selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok

(14)

untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan. Pada saat presentase kelompok, perwakilan masing-masing kelompok akan menjelaskan hasil dengan menggunakan media dakon bilangan.

Setelah presentase, guru menjelaskan materi secara singkat dan bersama-sama dengan siswa memberikan kesimpulan. Adapun kesimpulan yang didapat yaitu dalam pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama, harus menyamakan penyebutnya kemudian pembilangnya dikurangi. Selanjutnya, guru memberikan evaluasi kepada siswa.

Setelah menilai kemampuan siswa, guru memberikan motivasi pada siswa untuk rajin belajar di rumah kemudian menutup pelajaran.

2.1.4 Kajian Yang Relevan

Penelitian tentang kemampuan siswa dengan menggunakan media dakon sebelumnya sudah ada yang meneliti, yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sutiyono (2011) dengan judul peningkatan kemampuan melakukan perkalian dan pembagian melalui permainan tradisional dakonpada siswa kelas IV SD 2 Besito. Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa melalui permainan tradisional “Dakon” pada pembelajaran matematika tentang melakukan perkalian dan pembagian, kemampuan siswa dapat meningkat. Hal ini terbukti sebelum dilakukan pembelajaran melalui permainan tradisional “Dakon”, kemampuan awal siswa rata-rata nilai siswa 80,4 pada siklus I, dan naik menjadi 92,9 pada siklus II. Persentasi kenaikan dari

(15)

kemampuan awal sebelum dilakukan perbaikan siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 33,3%

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sartin Mamu (2009) dengan judul meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan pengurangan pecahan melalui teknik Fading di kelas IV SDN 17 Tilamuta Kabupaten Boalemo. Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan dalam menyelesaikan pengurangan pecahan di kelas IV SDN 17 Tilamuta Kabupaten Boalemo dapat meningkat melalui teknik fading. Hal ini terbukti sebelum dilakukan pembelajaran melalui teknik fading, kemampua awal siswa yaitu 48,6% atau 10 siswa dari 21 siswa naik menjadi 85,7% atau 18 siswa dari 21 siswa.

2.2 Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “jika menggunakan media dakon bilangan, maka kemampuan menyelesaikan pengurangan pecahan biasa pada siswa kelas IV SDN 1 Telaga akan meningkat.”

2.3 Indikator Kinerja

Adapun indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah minimal 75% dari jumlah siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai 65 ke atas.

Referensi

Dokumen terkait

lensi HIV sangat tinggi pada penasun, perilaku seks yang bebas, dan pe- makaian kondom yang masih rendah, risiko terhadap pasangan tetap para penasun terinfeksi HIV/AIDS juga

Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk membantu guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA dalam memilih bahan pengajaran yang terintegrasi dengan

Good governance ini cendrung lebih efektif dan efisien dalam proses dan tujuannya sehingga good governance dikatagorikan sebagai suatu proses pemerintahan yang

 Aluminium adalah logam terbanyak yang terdapat pada mineral batuan kerak bumi tetapi unsur ini tidak terdapat di alam dalam keadaan bebas tetapi dalam bentuk

Setiap user yang terhubung dengan jaringan internet/intranet dapat membuka aplikasi internet maupun intranet yang dimiliki oleh pusdatin. Dari gambar bagan diatas dapat

Bagian ini merupakan pokok utama dari tulisan, yang dapat terdiri dari beberapa Sub Bab sesuai.

Penelitian ini tidak bisa dilakukan secara mendalam karena data mengenai biaya yang digunakan secara rinci tidak bisa ditemukan sehingga Peneliti tidak bisa

Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib hukum) Indonesia. pancasila merupakan asas kerohanian tertib hukum Indonesia yang