• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNAIR Akselerasi Penelitian di bidang Ilmu Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNAIR Akselerasi Penelitian di bidang Ilmu Sosial"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

UNAIR Akselerasi Penelitian

di bidang Ilmu Sosial

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga kedatangan dua tamu dari lembaga pemeringkatan perguruan tinggi dunia Quacquarelli Symonds (QS), Senin (6/3). Mereka adalah CEO QS Asia’s University Ranking (AUR) Mandy Mok, dan senior konsultan QS AUR Samuel Wong.

Kedatangan mereka sejalan dengan target yang ditetapkan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi kepada UNAIR untuk menjadi 500 top perguruan tinggi dunia pada tahun 2020. Untuk menunjang sinergi, pertemuan ini juga mengundang pimpinan seluruh fakultas, unit, badan, dan lembaga di lingkungan UNAIR.

Tahun 2016 lalu, ada indikator penilaian yang bertambah dari tahun-tahun sebelumnya, yakni persentase dosen bergelar doktor sebanyak lima persen. “Untuk itu, kita coba tingkatkan proporsi jumlah dosen yang S-3, termasuk sitasi,” ujar Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) sekaligus koordinator program WCU UNAIR Badri Munir Sukoco, Ph.D.

Dalam presentasinya, Samuel Wong mengatakan, UNAIR memiliki nilai plus di bidang ilmu kedokteran dan ilmu hayati. Wong berpendapat, UNAIR perlu mengakselerasi publikasi dan penelitian di bidang ilmu sosial.

Melihat kondisi tersebut, Badri mengatakan bahwa BPP sudah menjalani kontrak kinerja dengan masing-masing dekan di fakultas. “Kita juga sudah standarisasi. Jadi kalau semua dosen S-3, minimal 50 persen sudah ada publikasi. Sebelumnya gak ada aturan begitu. Sehingga para dekan juga akan mencoba mendorong teman-teman masing-masing fakultas, khususnya sosial

sciences,” tambahnya.

(2)

agar sivitas akademika UNAIR lebih banyak muncul di kancah internasional. Caranya, adalah memperbanyak publikasi di j u r n a l b e r e p u t a s i d a n a k t i f m e n g i k u t i k o n f e r e n s i internasional.

“Untuk menuju WCU, harus berusaha untuk muncul dan didengar di kancah internasional, memperbanyak publikasi, menyelenggarakan l e b i h b a n y a k k e g i a t a n t e n t a n g r i s e t d a n p u b l i k a s i internasional, lebih kreatif, dan mengikuti perkembangan,” ujarnya. (*)

Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S

Wakil Rektor III: Riset

Penting, Namun Dampaknya juga

Penting

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga menargetkan kenaikan jumlah publikasi jurnal yang terindeks Scopus di tahun 2017. Ini adalah bentuk upaya serius Universitas Airlangga demi tercapainya predikat perguruan tinggi kelas dunia.

Hal ini disampaikan Wakil Rektor III Universitas Airlangga Prof. Ir. Moch. Amin Alamsjah, M.Si., Ph.D dalam acara

roadshow Bidang III, di Aula Fakultas Kedokteran Airlangga,

Senin (23/1). Kegiatan roadshow ini bertujuan untuk mensosialisasikan program pencapaian bidang III kepada staf, dosen, guru besar, dan lektor kepala yang akan direalisasikan sepanjang tahun 2017.

(3)

2016 sudah tercapai dengan baik. Dan memasuki tahun 2017, salah satu target yang akan dicapai oleh Bidang III adalah penambahan jumlah publikasi jurnal penelitian terindeks Scopus.

Amin berpendapat, UNAIR sebenarnya sudah cukup banyak menghasilkan produk penelitian, sayangnya belum banyak penelitian yang terpublikasi secara internasional dan terindeks Scopus.

“Yang kita tahu, FK UNAIR cukup unggul di bidang stemcell, namun apakah penelitian-penelitian terkait stemcell sudah banyak yang terekam dalam indeks Scopus?,” ungkapnya.

Menyikapi hal tersebut, Amin mengimbau kepada para profesor dan lektor kepala untuk lebih getol lagi mempublikasikan penelitiannya ke dalam jurnal internasional terindeks Scopus. “Profesor wajib publikasi sebanyak satu jurnal internasional setiap tahun. Sementara, lektor kepala wajib publikasi sebanyak satu jurnal internasional setiap 2 tahun sekali,” ungkapnya.

Amin berkeyakinan, kemungkinan besar FK UNAIR mampu menyumbang jurnal cukup banyak mengingat fakultas kedokteran tertua kedua di Indonesia ini memiliki 29 program studi. Dalam proses publikasi, para peneliti nantinya akan dibantu oleh pihak Lembaga Penelitian dan Inovasi (LPI).

“Kedepan, hasil penelitian di bidang apapun akan didorong agar dapat terpublikasi. Harapannya, agar aset ilmiah dari dosen, guru besar dan mahasiswa dapat ditingkatkan. Riset penting, Namun impact-nya ke luar juga penting,” ungkapnya.

Sementara itu, merujuk pada peraturan Kemenristekdikti tahun 2017, UNAIR akan memberlakukan penelitian berbasis output. Ketua LPI Prof. Drs. Hery Purnobasuki, M.Si., Ph.D, mengatakan para peneliti baru akan menerima dana penelitian setelah melaporkan hasil penelitiannya.

(4)

“Jadi sudah tidak ada lagi model laporan yang menyebutkan untuk biaya beli mencit, untuk transportasi, dan sebagainya. Ke depan, bunyi laporan akan lebih padat. Pemberian dana sekian untuk penelitian apa,” jelasnya.

Untuk menunjang pencapaian kinerja publikasi pada tahun ini, Ketua Pusat Pengembangan Jurnal dan Publikasi Ilmiah (PPJPI) Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes, mengatakan bahwa pihaknya akan membantu mendata publikasi jurnal internasional yang terindeks Scopus. Selain itu, PPJPI juga memberikan pendampingan bagi fakultas manapun yang akan menggelar seminar internasional yang luarannya berpotensi terindeks Scopus.

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris International Office and Partnership (IOP) Margaretha, S.Psi., G.Dip. Psych., M.Sc mengungkapkan, selain memperkuat publikasi jurnal penelitian, hal terpenting lainnya adalah memperkuat kurikulum yang ada atau setidaknya setara dengan kurikulum universitas di luar negeri.

Badan Perencanaan dan Pembangunan (BPP) Universitas Airlangga pun telah menyusun target program internasionalisasi yang akan dikembangkan tahun ini. Antara lain, menambah jumlah program studi yang terakreditasi internasional, penambahan jumlah

double degree, dan penambahan jumlah joint research.

Penulis: Sefya H. Istighfarica Editor: Defrina Sukma S

(5)

Website Kampus

DI era digital, upaya branding atau penguatan citra perguruan tinggi, dimensinya menjadi luas. Baik offline maupun online. Baik turun langsung untuk berkiprah di masyarakat, maupun melalui kegencaran “berkampanye” di dunia maya. Semua porsinya sama. Sama-sama mesti diperhatikan sekuat tenaga. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sudah membuat disparitas interaksi masyarakat di dunia nyata dan maya begitu tipis.

Mungkin tidak semua masyarakat melek internet. Namun semua kampus tetap mesti bermain lihai di ranah ini. Pasar mereka tidak hanya yang “buta” internet. Perguruan tinggi bukan sekadar mesin pembabat kebutaan macam itu. Sebaliknya, pendidikan tinggi harus menjadi garda terdepan untuk segala kemajuan teknologi.

Terlebih, upaya branding melalui dunia maya menjadi salah satu ujung tombak pemeringkatan di level dunia. Sebut saja salah satunya webometrics. Dari namanya saja, sudah jelas kalau pemeringkatan ini bersandar pada elemen website.

Setidaknya ada empat parameter website yang diukur oleh sentra perankingan ini. Yaitu, excellence atau jumlah artikel-artikel ilmiah publikasi perguruan tinggi. Presence atau jumlah halaman website (html) dan halaman dinamik yang tertangkap mesin pencari. Impact atau jumlah eksternal link unik yang diterima oleh domain web universitas yang tertangkap mesin pencari. Openness atau jumlah file yang online di bawah

website universitas.

Tentu, penjelasan secara rinci dan detail tentang parameter di atas butuh space yang tidak sebatas satu artikel koran. Tetapi paling tidak, dapat tergambar secara umum kalau terobosan pengelolaan website merupakan keniscayaan bagi kampus. Khususnya yang ingin mengejar ranking webometrics.

(6)

Informasi dan Humas (PIH), kampus yang berdiri sejak 1954 ini tampak ingin membenahi official website. Apa yang jadi sasaran utama? Rubrik news.

Perubahannya cukup radikal. PIH membuat struktur informal bernama newsroom. Pekerjaannya mirip dengan kantor berita professional pada umumnya. Ada tiga platform: website, edisi cetak (majalah), dan radio. Namun, yang dirombak secara habis-habisan di sini adalah lini online. Memang tidak se-euforia dan “sekapitalis” industri portal pada berita komersial. Minimal, ada kultur yang dipegang: harus ada berita baru setiap hari.

Sejak akhir Desember 2015, saat domain news.unair.ac.id diluncurkan, minimal ada update berita tiga kali sehari. Bahkan, bisa sampai enam update. Data terakhir hingga 31 Desember 2016, setidaknya ada lebih dari 1.560 update berita per tahun, dengan rata-rata sekitar 130 berita per bulan. Kabarnya, sudah ada dua kampus swasta besar dan dua perguruan tinggi negeri yang ingin studi banding ke UNAIR, sang pemilik 14 fakultas dan satu sekolah pasca sarjana ini.

Berita dari kampus tidak akan habis. Apalagi sekelas UNAIR. Kalau ditanya, apa manfaat update banyak berita saban hari? Tentu bisa dijawab dengan mengaitkannya pada parameter

webometrics di atas. Memang tidak semua poin berhubungan

dengan rubrik news, namun update yang dimaksud setidaknya bisa mendongkrak pada parameter presence dan impact.

Baiklah, webometrics tidak selalu menarik untuk dijadikan perspektif bagus tidaknya suatu kampus. Orang bisa saja mengklaim, perankingan tidak selamanya objektif dan bisa luput menjajaki semua elemen. Tapi paling tidak, dari segi branding, penguatan rubric news cukup representatif. Syaratnya, mesti tersinergi dengan jejaring sosial official kampus yang lain, misalnya facebook, twitter, instagram, dan lain sebagainya. Yang terpenting, semua jejaring sosial juga harus dikelola

(7)

dengan baik. Upaya share, tagging, mention, dan “penjangkauan” yang tepat sasaran menjadi kunci. Penjangkauan yang dimaksud, termasuk di dalamnya, koneksifitas pada akun para alumni dan pemangku kepentingan: akademisi kampus lain, dunia bisnis, dan pemerintah.

Pada aspek tersebut, strategi media sosial amat diperlukan. Kapabilitas tentang optimalisasi interaksi berperan sentral. Percuma bila produksi berita lancar, tapi sosialisasi, promosi dan gembar-gembor di media sosial (yang mewakili dunia maya) dibiarkan minim.

Kalau sejumlah langkah maksimalisasi tadi sudah bergerak,

branding kampus di dunia maya boleh dikata sudah berjalan.

Tinggal menjaga konsistensi. Berbicara soal branding, tolok ukurnya bukan lagi perankingan, melainkan kepuasaan karena telah mempopulerkan atau menjaga popularitas kampus. Paling tidak, netizen menilai, kampus tersebut selalu membuat berita dan tersebar di dunia maya. Kepuasan tersebut sudah berada jauh dari aspek ukuran ranking.

Analoginya mungkin sama seperti yang dilakukan Sufyan Ats-Tsauri, ulama zuhud kelahiran Kufah, yang selalu konsisten beribadah pada Tuhan. Apa yang dilakukannya hanya untuk kepuasaan dan kebahagiaan batin. Sama sekali bukan untuk diukur atau diranking oleh orang lain. Dia selalu bercengkerama dengan sesama. Tetapi, itu dianggapnya ibadah tanpa mengharap pujian, dan tak peduli hujatan.

Branding yang brilian dan sukses akan membuat kampus menjadi puas dan bahagia. Bisa berinteraksi secara maksimal dengan dunia luar merupakan pencapaian yang abstrak di atas kertas. Meskipun dinamika dan fluktuasi website selalu bisa diukur dengan statistik, hal itu tidak selalu menjadi yang utama. (*) Editor: Bambang Bes

(8)

Tingkatkan Reputasi Akademik

UNAIR Melalui Daring

UNAIR NEWS – Menurut lembaga perankingan Quacquarelli Symonds (QS), kriteria penilaian reputasi akademik mengambil persentase sebesar 30 persen. Di Universitas Airlangga, peningkatan reputasi akademik bisa dimulai dari akses dalam jaringan (daring).

Menurut Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) UNAIR Badri Munir Sukoco, Ph.D., perkembangan era digital harus diikuti dengan penguatan citra UNAIR melalui laman resmi baik laman http://unair.ac.id maupun laman masing-masing program studi. Sebab, publik UNAIR yang sebagian besar merupakan pengguna internet, akan terlebih dulu mengakses keunggulan UNAIR melalui laman-laman yang tersedia.

“Karena kita sekarang kan masuk di era digital, orang akan mengecek performance universitas itu melalui website. Prestasinya apa. Kalau masuk ke level prodi, kurikulumnya bagaimana, berapa tahun bisa lulus, kalau mahasiswa baru selama ini yang mengajar siapa. Harapan kami, ketika website prodi itu sudah mulai terisi secara terus menerus sehingga persepsi orang mulai berubah,” terang Badri.

Setelah adanya pembenahan laman, salah satu hal yang berubah dalam laman UNAIR adalah setiap dosen diminta untuk melampirkan dan memperbarui daftar riwayat hidup yang terdiri dari latar belakang pendidikan, riwayat mengajar, penelitian, publikasi, dan pengabdian masyarakat. Sampai saat ini, sebanyak 432 dari lebih dari 1.500 dosen, yang telah memublikasikan daftar riwayat hidup di laman resmi UNAIR.

(9)

hendaknya memiliki akun penelitian di lima media sosial terkait seperti Academia.edu, ResearchGate, Mendeley, ORCID, dan Google Scholar. Usai memublikasikan makalah penelitian, peneliti bisa memanfaatkan akun-akun tersebut untuk berbagi penelitiannya ke publik yang lebih luas.

“Harapan kami, pada tahun ini (2017, red), semua dosen UNAIR punya lima akun tadi. Seiring dengan publikasi yang mereka lakukan, persepsi tentang personal branding itu ada dan menunjang personal branding universitas,” tutur pengajar Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, itu.

Terkait dengan aktivasi akun media sosial akademis, akhir tahun lalu, tim BPP menjalankan program #StartsOnTheInside. Dalam program itu, tim BPP memfasilitasi para dosen untuk mengaktivasi akun media sosial penelitian.

“Alhamdulillah akhir tahun kemarin ada 900 akun peneliti UNAIR yang sudah diaktivasi di Google Scholar. Sisanya, tengah kita pelajari,” imbuh Badri.

Ketua BPP itu menambahkan, pihaknya akan menyampaikan kepada setiap dekan terkait untuk ditindaklanjuti bila memang masih ada sejumlah pengajar yang belum memiliki akun media sosial akademis. (*)

Penulis: Defrina Sukma S Editor: Nuri Hermawan

UNAIR Siapkan Prodi Menuju

Akreditasi Internasional

(10)

memiliki rencana untuk meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan lembaga akreditasi internasional. Bila penilaian oleh para asesor AUN-QA bisa menjangkau seluruh prodi, maka akreditasi di tingkat internasional dilakukan oleh lembaga-lembaga tertentu yang memiliki ruang lingkup yang sama dengan prodi terkait.

“Seperti ASIIN (Accreditation Agency for Degree Programs in

Engineering, Informatics/Computer Science, the Natural Sciences and Mathematics). ASIIN itu untuk worldwide, walaupun

dia berposisi di Jerman, dia lebih pada teknik, tapi juga bisa

natural sciences, seperti matematika. Ada juga yang AACSB (The

Association to Advance Collegiate Schools of Business)

accreditation yang lebih kepada bisnis. Jadi, tergantung

program studi karena tidak semuanya bisa diakreditasi oleh satu badan,” terang Ketua Badan Penjaminan Mutu Universitas Airlangga Prof. Bambang Sektiari Lukiswanto, drh., DEA.

Nantinya, BPM bekerjasama dengan prodi-prodi untuk mencari badan akreditasi yang tepat dan sesuai untuk melakukan penilaian.

Terkait dengan visitasi, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan itu belum bisa memberikan kepastian waktu. Menurutnya, setiap badan akreditasi memiliki proses yang bervariasi antara satu sama lain.

“Jadi, ada yang kita harus menjadi member dulu, mengikuti

workshop mereka. Setelah mengikuti workshop ada pendampingan,

menyusun self-assessment report, setelah itu Self Assessment Report (SAR) kita komunikasikan. Setelah komunikasi, apakah mereka memandang layak untuk diteruskan ke komite, kita ikuti proses itu. Tapi intinya, yang kita tekankan pada tahun 2017 a d a p r o d i y a n g b i s a d i v i s i t o l e h b a d a n a k r e d i t a s i internasional,” tegas Ketua BPM.

Selain itu, soal prodi mana saja yang akan dinilai oleh badan akreditasi internasional juga masih dalam pertimbangan. Namun,

(11)

ia mendorong prodi-prodi yang sudah terakreditasi A oleh Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi dan tersertifikasi internasional oleh AUN-QA untuk segera mencari badan akreditasi internasional yang sesuai dan bisa menilai prodi yang bersangkutan.

Terkait dengan standar penilaian, Ketua BPM mengatakan, standar yang ditetapkan antara AUN-QA dengan badan akreditasi internasional tak jauh berbeda. Pada prinsipnya, mereka akan menilai tujuan dan proses pembelajaran seperti hasil pembelajaran yang diharapkan (expected learning outcomes).

“Sebetulnya yang penting adalah kita melaksanakan sebaik mungkin proses pendidikan kita. Kemudian kita mencari badan akreditasi internasional yang bisa meng-assess prodi tersebut. Kalau sudah seperti itu, kita menyesuaikan standar yang mereka tetapkan. Kita sesuaikan apakah kita bisa memenuhi standar mereka atau tidak,” tuturnya.

Selain pelaksanaan proses pendidikan yang optimal, akreditasi internasional juga merupakan salah satu target UNAIR untuk meningkatkan kualitas sesuai standar prodi-prodi di perguruan tinggi terkemuka di dunia. (*)

Penulis : Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masruroh

Bersiap Menuju Denali, Atlet

(12)

‘Jatuhkan Diri’ di Bromo

UNAIR NEWS – Kelima atlet anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (WANALA) Universitas Airlangga (UNAIR) yang tergabung dalam tim Airlangga Indonesia Denali Expedition (AIDEx) semakin intensif mempersiapkan diri untuk pendakian ke Gunung Denali, Alaska, Mei 2017 nanti. Salah satunya, melatih kemampuan pendakian secara fisik dan mental di kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (TNBTS).

Melakukan pendakian ke Gunung Denali, Alaska, Amerika Serikat tentu saja memerlukan persiapan fisik dan mental yang matang. Selama 14 hari, sejak 20 November sampai 4 Desember, mereka digembleng latihan berbagai teknik pendakian di kawasan Bromo. Roby Yahya, Ketua AIDEx menyatakan, pelatihan di pegunungan Bromo ini termasuk agenda kegiatan pra operasional sebelum berangkat ke Denali. Tujuannya, untuk menyiapkan fisik dan mental sekaligus menghadapi berbagai kemungkinan yang dihadapi oleh atlet saat mendaki Denali. Sebelumnya, tim juga melakukan latihan pendakian (tryout) di Gunung Arjuno-Welirang selama 8 hari. Ini merupakan salah satu pendakian terlama yang kami lakukan.

Kawasan Bromo yang memiliki padang pasir luas dan ketebalan yang cukup, membuat atlet AIDEx memilih Bromo sebagai tempat menempa diri. Ditambah tumbuhnya vegetasi alam di kawasan itu, tim memanfaatkan keadaan tersebut untuk melatih berbagai teknik pendakian.

Hal yang menarik dari pendakian di Denali adalah penggunaan

sled (kereta luncur), karena tidak adanya porter di Alaska.

Kondisi ini mengharuskan setiap atlet untuk membawa seluruh beban bawaannya masing-masing.

(13)

Tim sedang istirahat sejenak di kawasan Gunung Bromo (Sumber: Istimewa)

“Untuk mengatasi sled, kami melakukan simulasi mengganti sled dengan ban, yang beratnya sekitar 15-20 kilogram,” terang Roby.

Selain penggunaan sled, mereka juga melatih kemampuan simulasi jatuh (self rescue). Self rescue atau simulasi jatuh dari tempat ketinggian enam sampai sepuluh meter. Ketika atlet sudah menjatuhkan diri, mereka langsung sigap menyelamatkan diri dengan menancapkan alat di permukaan berpasir sebelum jatuh ke dasar dengan menggunakan ice axe (alat pemecah batu dan alat bantu berjalan).

Ada juga simulasi tenik berjalan di permukaan bersalju dengan menggunakan crampon. Ini semacam alat bantu berjalan berbentuk paku-paku tajam yang dipasangkan di telapak sepatu dan berguna untuk mencengkram permukaan salju, sehingga mempermudah untuk berjalan di atas permukaan salju di Denali nantinya.

(14)

gunung es. Sebab, medan yang berpasir mirip dengan permukaan salju. Saya rasa Bromo tempat yang ideal untuk digunakan sebagai latihan para calon atlet tim AIDEx,” tutur Yasak atlet AIDEx.

Selain latihan teknik pendakian gunung es, kelima calon atlet AIDeX WANALA UNAIR juga melakukan latihan fisik dengan berlari

sprint, lari naik turun bukit selama 1 jam. Sprint berawal

dari base camp menuju titik B-29 di Bromo menuju puncak kawah Bromo dengan dihitung waktu.

“Lari di lautan pasir ini terasa sangat berat dibandingkan lari di kota. Mungkin karena permukaan yang berpasir tebal membuat langkah terasa lebih berat. Selain itu, debu yang dihasilkan oleh hentakan langkah kaki dan tiupan angin kencang membuat pasir debu di sekitar beterbangan, sehingga terasa sesak di tenggorokan. Jadi kami juga sedia untuk memakai masker,” terang salah satu atlet AIDeX WANALA UNAIR, Septian Rio. (*)

Penulis : Wahyu Nur Wahid Editor: Defrina Sukma S

Jajaki peluang ASIA, NSYSU

Bahas Kerjasama dengan UNAIR

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga terus berupaya menjalin kerjasama dengan berbagai universitas dari seluruh dunia. Hal ini dilakukan untuk menuju gerbang World Class University dan 500 dunia. Setelah menerima kunjungan kerjasama dari National Cheng Kung University Taiwan (26/10), kini delegasi National Sun Yat-sen University (NSYSU) Taiwan juga hadir ke UNAIR dengan tujuan yang sama, Kamis (27/10).

(15)

21 delegasi dari National Sun Yat-sen University hadir di Ruang Sidang Pleno Kantor Manajemen UNAIR. Kedatangan mereka disambut oleh Wakil Rektor III UNAIR Prof. Mochammad Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D, Ketua International Office and Partnership Dian Ekowati, SE., M.Si., M.AppCom(OrgCh)., Ph.D., dan Wakil Dekan III dari beberapa fakultas di lingkungan UNAIR.

Tidak beda jauh dengan National Cheng Kung University, delegasi dari dari National Sun Yat-sen University juga melirik adanya peluang besar kerjasama di bidang pendidikan dengan UNAIR. Dalam kesempatan tersebut, Prof. Chih Wen Kuo s e l a k u V i c e P r e s i d e n t f o r I n t e r n a t i o n a l A f f a i r s mempresentasikan kegiatan hingga lingkungan akademik yang ada di NSYSU dan juga menawarkan beberapa program pendidikan seperti jenjang magister, doctor serta dual degree.

“Kami sudah punya banyak rekanan kerjasama internasional untuk program pendidikan, kami berharap UNAIR juga bisa bergabung dengan kami untuk sebuah kerjasama akademik,” ujat Prof. Chih Wen Kuo

Menanggapi hal tersebut, baik Dian Ekowati maupun Prof. Amin Alamsyah dengan senang hati bila nantinya pembahasan kerjasama antara UNAIR dan NSYSU pasalnya banyak beberapa program studi di NYSYU serupa dengan program studi yang dimiliki UNAIR. Kerjasama akan dilakukan jika sudah ada kesepakatan MoU (Memorandum of Understanding) antara kedua belah pihak. Sama seperti pembahasan – pembahasan MoU Internasional sebelumnya, pihak IOP menunggu endorse atau permintaan dari beberapa fakultas terkait kerjasama yang memungkinkan untuk bisa dilakukan dan bermanfaat bagi kedua belah pihak.

“Untuk kerjasama yang bisa dilakukan dalam waktu dekat antara UNAIR dan NSYSU diantaranya Student Exchange. Selebihnya untuk program master , doktor maupun dual degree kita memerlukan waktu untuk Mapping beberapa subjek yang ada di UNAIR dan NSYSU,” terangb Dian.

(16)

Ditemui di tempat terpisah, Viqi Ardaniah, M.A. Linguistics selaku staf ahli kerjasama luar negeri IOP mengatakan bahwa selain kerjasama pendidikan tidak menutup kemungkinan adanya kerjasama penelitian dan publikasi internasional antara NSYSU dan UNAIR, karena NSYSU juga sedang mengembangkan sayapnya di Asia untuk bidang penelitian dan publikasi.

“Kami berharap jika kerjasama ini sudah ada perjanjian antara UNAIR dan NSYSU bisa meningkatkan jumlah Outbound Student dan juga meningkatkan jumlah riset serta publikasi internasional,” ujar Viqi.

Penulis: Faridah Hari Editor : Nuri Hermawan

Sosialisasikan

Rencana

Strategis

UNAIR

Menuju

Perguruan Tinggi Kelas Dunia

Kepada Ormawa

UNAIR NEWS – Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) bersama Direktur Kemahasiswaan Universitas Airlangga mengadakan rapat sosialisasi rencana strategis (renstra) dan sinergitas program kerja ormawa dalam mencapai Top 500 World University Rankings (WUR). Sosialisasi tersebut bertujuan mensinergiskan program kerja ormawa dalam mendukung cita-cita universitas menuju perguruan tinggi kelas dunia.

Pertemuan dilaksanakan pada Jumat (7/10) bertempat di Ruang Kahuripan 300, Kantor Manajemen, Kampus C UNAIR. Acara dihadiri oleh seluruh ketua ormawa, yang terdiri dari Ketua

(17)

BEM UNAIR, Ketua BEM Fakultas, Ketua BLM Fakultas, Ketua BO, Ketua BSO, serta Ketua UKM.

Rapat sosialisasi dibuka oleh Direktur Kemahasiswaan UNAIR M. Hadi Subhan Dr., SH., MH., C.N. Selanjutnya, pemaparan renstra diberikan oleh Ketua BPP Badri Munir Sukoco, S.E., MBA., Ph.D. Dalam penjelasannya, Badri menekankan pada strategy maps, yakni renstra UNAIR 2016-2020 dalam 4 perspektif. Keempat perspektif tersebut yaitu perspektif keuangan, pemangku kepentingan, proses bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Dari keempat perspektif itu yang lebih banyak dibahas mengenai perspektif proses bisnis internal, sebab menyangkut peranan mahasiswa secara langsung. Perspektif ini menitikberatkan pada pentingnya peranan mahasiswa sebagai agent of change dalam usaha meningkatkan kualitas agenda pengabdian masyarakat. Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan civitas akademika di lingkungan UNAIR sudah banyak. Namun, mesti lebih ditingkatkan lagi karena cakupannya masih tingkat lokal, belum tingkat nasional. Disinilah pentingnya sosialisasi renstra sebagai upaya mensosialisasikan semangat pengmas kepada ormawa.

Selain itu, yang juga menjadi sorotan adalah manajemen alumni. UNAIR memiliki kurang lebih 160.000 alumni, namun data alumni yang sudah dikelola dengan baik belum mencapai jumlah maksimal. Perlu kerjasama semua alumni untuk melengkapi data-data alumni yang dibutuhkan.

Rektor UNAIR Prof. Dr. H. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak mengatakan, dibutuhkan sinergisitas seluruh civitas akademika UNAIR, termasuk mahasiswa, sebagai bagian dari membangun reputasi universitas.

“Reputasi sebuah perguruan tinggi, tentu tidak hanya dibangun oleh para pengelola, dosen, maupun alumni. Tetapi juga semua civitas akademika, termasuk mahasiswa, harus terlibat aktif dalam proses membangun reputasi universitas kita,” ujar Prof

(18)

Nasih.

“Jadi kalau ada satu saja bagian yang tidak ikut bergerak, maka tentu perjalanan universitas ini tidak akan sempurna,” tegasnya.

Sosialisasi ini ditutup dengan penandatanganan janji ormawa untuk sinergisitas program kerja dalam mencapai Top 500 WUR, yang dilakukan oleh seluruh pimpinan dan ormawa yang datang. (*)

Penulis : Lisda Bunga Asih (UKM Penalaran UNAIR) Editor : Binti Q. Masruroh

Menuju

World

Class

University, Mahasiswa UNAIR

Study Visit ke NUS

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) terus berupaya untuk mencapai target menjadi World Class University (WCU) pada tahun 2019. Upaya ini dilakukan oleh semua elemen di UNAIR, termasuk mahasiswa. Salah satu kontribusi mahasiswa dalam mendukung UNAIR menuju WCU ialah melakukan study visit ke beberapa universitas ternama di luar negeri.

Dalam study visit yang diadakan pada tanggal 4-9 September tersebut, enam mahasiswa UNAIR berkunjung ke National

University of Singapore. Keenam mahasiswa tersebut yakni Dwi

Yulian Fahrudin Shah (FST/2013), Denika Liyan Nur Wibowo (FST/2014), Audyla Dwiki Kartikawati (FST/2015), Iflah Aninda Wahdani (FST/2015), Muhammad Vikar Reza (FISIP/2015) dan Agung Tri Putra (FISIP/2015). Mereka kompak menamai study visit ini,

(19)

Asean Youth Global Forum 2016.

“Kami memilih nama Asean Youth Global Forum 2016, karena ini perkumpulan atau forum mahasiswa Asean (NUS dan UNAIR,red). Selain riset dan scholarship, kita juga membahas dan berdiskusi tentang isu – isu global,” ujar Dwi Yulian selaku Ketua kelompok tersebut.

S e l a m a k e g i a t a n , m e r e k a d i b e r i k e s e m p a t a n u n t u k mempresentasikan UNAIR, baik dari kegiatan akademik maupun non akademik. Mereka juga saling sharing dengan pihak mahasiswa NUS mengenai beasiswa, riset, kegiatan akademik dan alumni.

Mahasiswa UNAIR berpose bersama dengan mahasiswa NUS (Foto: Istimewa)

Selain pengalaman, Dwi Yulian mengungkapkan bahwa beragam keuntungan yang bisa didapat dari kegiatan tersebut. Ia mengaku mendapatkan informasi seputar suasana akademik dan non akademik di universitas nomor satu Asia tersebut.

(20)

ini bisa diaplikasikan di UNAIR. “Di NUS itu mahasiswanya punya inisiatif yang besar untuk berkembang, suasana akademiknya lebih terasa. Karena di setiap spot yg saya jumpai selalu ada mahasiswa yang belajar, diskusi, ataupun mengerjakan tugas. Jadi bisa menambah semangat belajar jika berada di lingkungan seperti itu,” pungkasnya. (*)

Penulis : Faridah Hari Editor : Dilan Salsabila

Peningkatan Reputasi Akademik

Tunjang Peringkat Webometrics

UNAIR NEWS – Dalam perankingan institusi perguruan tinggi, UNAIR mengikuti metode yang ditetapkan oleh lembaga Webometrics. Lembaga Webometrics memiliki empat kriteria dalam memberikan penilaian terhadap kemajuan perguruan tinggi melalui laman resmi dan publikasi yang berkaitan dengan sivitas akademika kampus. Keempat kriteria tersebut yaitu

presence, impact, openness, dan excellence.

Berkaitan dengan hal tersebut, Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) Universitas Airlangga menggelar ‘Workshop Peningkatan Ranking Webometrics’ di Aula Kahuripan 301, Senin (15/8). Lokakarya tersebut dihadiri oleh pimpinan, serta Koordinator Informasi dan Hubungan Masyarakat (KIH) di lingkungan UNAIR.

Dalam lokakarya yang dipimpin oleh Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, dr., Ph.D, Sp.PD., K-GH, FINASIM, dan Ketua BPP Badri Munir Sukoco, Ph.D tersebut, dibahas mengenai langkah-langkah guna meningkatkan peringkat UNAIR di Webometrics.

(21)

Saat ini, posisi UNAIR dalam peringkat Webometrics perguruan tinggi se-Indonesia menduduki peringkat kedelepan. Sedangkan posisi UNAIR pada peringkat Webometrics kampus sedunia, UNAIR menduduki peringkat ke 1.906.

Dalam arahannya, Prof. Djoko menginginkan agar posisi UNAIR di Webometrics, setidaknya setara dengan posisi UNAIR pada lembaga pemeringkatan kampus Quacquarelli Symonds (QS). Untuk mencapai peringkat itu, Wakil Rektor I UNAIR tersebut mengatakan perlu adanya peningkatan reputasi akademik. Upaya peningkatan reputasi akademik yang dimaksud adalah dengan memperbanyak agenda kegiatan akademik berskala internasional, dan peningkatan publikasi penelitian. Dalam rapat tersebut, Prof. Djoko meminta agar sebagian besar program studi di UNAIR mengadakan dua agenda akademik berskala internasional dalam setahun.

“Sekitar 169 prodi di UNAIR, katakanlah kita ambil separuhnya untuk mengadakan dua event internasional per tahun, ada presentasi ilmiah juga. Sehingga, ada komunikasi dengan

international speaker. Kalau agenda itu dilaksanakan secara

rutin minimal lima tahun, mereka akan mengenal UNAIR,” tutur Prof. Djoko.

Prof. Djoko juga mengingatkan, agar para akademisi UNAIR rutin menyelenggarakan forum diskusi dengan pemerintah. Forum diskusi itu dilaksanakan untuk mendiseminasi hasil-hasil riset di berbagai bidang yang dilakukan oleh peneliti UNAIR.

Dalam kesempatan yang sama, Badri mengemukakan alasan pentingnya pemeringkatan Webometrics bagi UNAIR. Badri, mengutip Prof. Hermawan tim evaluasi World Class University yang berkunjung ke UNAIR pekan lalu, mengatakan bahwa sivitas akademika UNAIR memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan. Oleh karena itu, peningkatan reputasi akademik pada era digital begitu penting.

(22)

ke-69 dalam Webometrics, seluruh dosennya terdaftar di Google Cendekia (biasa dikenal dengan Google Scholar). Sebab, Webometrics menggunakan Google Cendekia sebagai indikator penilaian. Ketua BPP itu menyarankan, agar seluruh dosen memiliki aktivitas di Google Cendekia.

Sejauh ini, UNAIR telah melaksanakan berbagai upaya untuk menunjang pemeringkatan Webometrics, diantaranya penyediaan laman http://repository.unair.ac.id, http://news.unair.ac.id, dan berbagai lokakarya yang berkaitan dengan perankingan Webometrics. (*)

Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script pada materi pengertian sistem perekonomian dan macam- macamnya dan kebaikan dan

Hubungan antara Citra Toko dengan Loyalitas Konsumen (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).. Hawkin, Best, &

This study used an experimental method to the independent variable to 1 is a method of repetition training paddle and 2 is a method to rubber repetition resistance training,

In the ASEAN region, due to the significant role of IPR protection, Member Nations introduced ASEAN Framework Agreement on Intellectual Property (IP) Cooperation in 1995, a year

selaku Dekan Fakultas Psikologi UMK sekaligus Pembimbing Akademik yang telah mendidik dan membimbing selama proses studi dan memberikan motivasi untuk

Dari hasil penelitian diketahui bahwa ekstrak gubal daun keladi tikus ( Typhonium flagelliforme (Lodd) BL) mempunyai kemampuan dalam memotong DNA superkoil untai ganda

5 Teori Kerjasama Internasional digunakan dalam penelitian ini karena Indonesia melakukan kerjasama dengan Jepang berdasarkan beberapa kesepakatan yang telah

Instrumen ini dapat digunakan untuk malaria di wilayah Puskesmas Banjarmangu I tahun mengantisipasi meluasnya penularan akibat kasus 2011 sebanyak 121 orang, dengan