STRUKTUR
SOSIAL
STRATIFIKASI, DIFRENSIASI
DAN MOBILITAS SOSIAL
KELOMPOK SOSIAL
LEMBAGA SOSIAL
A. Struktur Sosial
Secara harfiah, struktur bisa diartikan sebagai susunan atau
bentuk.
Struktur tidak harus dalam bentuk fisik, tetapi ada juga struktur yang berkaitan dengan kehidupan sosial.
Di dalam Sosiologi, struktur sosial diartikan sebagai susunan
yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam
masyarakat.
Susunan tsb bisa vertikal atau horizontal.
Agar lebih mudah memahami konsep struktur sosial, perhatikan bagan berikut:
Dari bagan di atas dapat dilihat bhw struktur
sosial merupakan susunan atau konfigurasi
dari unsur-unsur sosial pokok yg ada dalam
masyarakat yaitu:
> kelas (strata) sosial
> kelompok (group) sosial,
> nilai dan norma sosial, dan
> lembaga sosial.
Dalam ruang “imaginer“ struktur sosial setiap orang punya tempat (posisi). Mirip dengan alamat di dalam ruang geografis, tempat/posisi sosial tadi dapat berubah-ubah.
Bila seseorang atau sekelompok orang dapat bermigrasi dalam ruang geografis - misalnya dari Jawa ke Sumatra atau sebaliknya - maka dalam ruang sosial orang atau sekelompok orang juga dapat mengalami
mobilitas sosial.
Misalnya dari orang kaya menjadi orang miskin atau sebaliknya; dari pemimpin menjadi orang biasa; dari orang baik menjadi orang jahat atau sebaliknya dari orang jahat menjadi orang baik.
Definisi Struktur Sosial menurut para ahli
George Simmel: struktur sosial adalah kumpulan individu
serta pola perilakunya.
George C. Homans: struktur sosial memiliki hubungan erat
dengan perilaku sosial dasar dalam kehidupan sehari-hari.
William Kornblum: struktur sosial adalah susunan yang
dapat terjadi karena adanya pengulangan pola perilaku individu.
Soerjono Soekanto: struktur sosial adalah hubungan
timbal balik antara posisi-posisi dan peranan-peranan sosial.
Ciri-ciri Struktur Sosial
a) Muncul pd kelompok masyarakat. Status/posisi dan peranan setiap individu hanya bisa terbaca ketika
mereka berada dlm kelompok atau masyarakatnya.
b) Berkaitan erat dgn kebudayaan. Setiap masyarakat memiliki kebudayaan dan setiap kebudayaan memiliki struktur sosialnya sendiri.
Indonesia mempunyai banyak daerah dgn kebudayaan yg berbeda-beda. Hal ini menyebabkan beraneka ragam struktur sosial tumbuh dan berkembang di Indonesia.
Keadaan geografis. Kondisi geografis yg terpisah-pisah
maka masyarakat mengembangkan bahasa, perilaku, dan ikatan-ikatan kebudayaan yg berbeda satu sama lain.
Mata pencaharian. Anggota-anggota suatu asyarakat
umumnya memiliki mata pencaharian yg beragam, antara lain sebagai petani, nelayan, ataupun sektor industri.
Pembangunan. Pembangunan dapat memengaruhi
struktur sosial suatu masyarakat. Pembangunan yg tidak merata antara daerah/wilayah dapat menciptakan kelompok masyarakat kaya dan miskin.
Fungsi Struktur Sosial
Fungsi Identitas yaitu sebagai penegas identitas sebuah kelompok. Kelompok yg anggotanya memiliki kesamaan latar belakang ras, sosial dan budaya akan mengembangkan struktur sosialnya sendiri sebagai pembeda dari kelompok lain.
Fungsi Kontrol. Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul
kecenderungan individu untuk melanggar norma, nilai, atau peraturan lain yg berlaku dalam masyarakat. Bila individu tadi mengingat peranan dan status yg dimilikinya dalam struktur sosial, maka dia akan mengurungkan niatnya melanggar aturan.
Fungsi Pembelajaran. Individu belajar dari struktur sosial yg ada
dalam masyarakatnya. Banyak hal yg bisa dipelajari dari sebuah struktur sosial masyarakat, mulai dari sikap, kebiasaan, kepercayaan, kedisplinan dsb.
B. Stratifikasi Sosial
Dalam kehidupan sosial masyarakat terdapat diferensiasi sosial dlm arti, terjadi pembagian dan pembedaan atas pelbagai peranan dan fungsi berdasarkan perbedaan-perbedaan perorangan.
Dalam sosiologi pembedaan ini dinamakan stratifikasi atau
pelapisan sosial.
Pelapisan sosial terjadi baik pd masyarakat yg masih bersahaja maupun yg sudah kompleks.
> Pd masyarakat bersahaja, pembedaan kedudukan dan peranan ini bersifat minim karena warganya sedikit dan orang-orang yg memiliki kedudukan tinggi jumlahnya kecil.
> Pd masyarakat yg telah kompleks, pembedaan kedudukan dan
peranan ini bersifat kompleks karena jumlah orangnya lebih banyak serta ukuran pembedaanpun semakin banyak jumlahnya.
B.1. Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat
kedalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkhis). Dasar dari
adanya pelapisan ini adalah akibat adanya ketidak-seimbangan
pembagian hak, kewajiban dan tanggung jawab serta nilai-nilai sosial dan pengaruhnya diantara para anggota masyarakat
(Sorokoin dalam Soerjono,2003).
Menurut Sanderson (2000) klasifikasi sosial berkenaan dengan adanya dua atau lebih kelompok-kelompok bertingkat (ranked group) dalam suatu masyarakat yg anggota-anggotanya mempunyai
kekuasaan, hak-hak istimewa dan prestasi yang tidak sama.
Perbedaan dlm hak-hak istimewa merupakan bagian dari sistem stratifikasi dan biasanya dlm masyarakat terstratifikasi ketidaksamaan prestise berasal dari ketidaksamaan kekuasaan dan hak-hak istimewa.
Pelapisan sosial dlm masyarakat merupakan ciri yg umum dan tetap dlm setiap masyarakat yg hidup teratur. Hal ini terjadi karena adanya sesuatu yg dihargai dlm kehidupan masyarakat tsb. Sesuatu yg dihargai ini dapat berupa kekayaan seperti uang atau benda yg punya nilai ekonomis, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan beragama, keturunan dari keluarga yg dihormati dsb.
Seseorang yg memiliki sesuatu yg berharga dalam jumlah yg cukup banyak akan mempunyai kedudukan pd lapisan atas, mereka yg memiliki sedikit dimasukan pd lapisan menengah, sedangkan mereka yg sama sekali tidak memiliki sesuatu yg berharga akan berada pd lapisan bawah.
Menurut
Sayogjo
(1987)
gejala
stratifikasi sosial akan ditemukan pd
masyarakat yg menunjukkan ciri-ciri
: Masyarakat itu cukup besar, dengan banyak warga dan organisasi yang kompleks.
Masyarakat itu mengenal posisi yg membawa kepada kekuasaan atau penguasaan atas orang-orang yg diwujudkan dalam beragam lembaga.
Masyarakat itu mempunyai surplus ekonomi dengan pembagian yg tidak merata, melainkan mengikuti penilaian berdasarkan tingkatan jasa-jasa atau kecakapan masing-masing pemangku posisi.
B.2. Proses Stratifikasi Sosial
Sistem stratifikasi sosial ada yg terjadi dgn
sendirinya dlm proses pertumbuhan masyarakat
tsb, akan tetapi ada juga yg dengan disengaja
disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama.
Stratifikasi sosial yg terjadi dengan sendirinya
adalah kepandaian, tingkatan umur, sifat keaslian
keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat,
dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu
(umumnya
terjadi
dalam
kehidupan
sosial
Pelapisan sosial yg sengaja disusun berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang yg resmi dlm organisasi-organisasi formal seperti dlm pemerintahan,
partai politik dan sebagainya.
Dalam suatu organisasi yang formal, kekuasaan dan wewenang yg ada harus dibagi-bagi dengan teratur, sehingga jelas bagi setiap orang di mana letak kekuasan dan wewenangnya dalam suatu organisasi.
Pembagian kekuasaan dan wewenang dimaksudkan guna menghindari terjadinya pertentangan yg dapat membahayakan keutuhan masyarakat. Stratifikasi sosial yg sengaja disusun terjadi dlm kehidupan masyarakat yg telah kompleks.
Ukuran atau kriteria yg
paling
sering
digunakan
sbg
dasar
pembentukan pelapisan sosial adalah
: Ukuran kekayaan. Ukuran kekuasaan Ukuran kehormatan.
B.3. Sifat Stratifikasi Sosial
Bersifat tertutup yaitu tidak memungkinkan pindahnya seseorang dari lapisan sosial yg satu ke lapisan sosial lainnya. Lapisan sosial tertutup
seperti ini didasarkan pd kelahiran sehingga gerak sosialnya dinamakan
gerak horizontal, contohnya pada masyarakat berkasta atau menerapkan
diskriminasi ras.
Bersifat terbuka yaitu memungkinkan terjadinya perubahan atau perpindahan dari satu lapisan ke lapisan sosial lainnya. Seseorang yg berada dalam suatu lapisan mempunyai kesempatan, dengan cara berusaha melalui kecakapan sendiri, untuk naik ke lapisan atas namun apabila tidak beruntung akan jatuh ke lapisan bawah. Gerak sosialnya dinamakan gerak
vertikal.
Umumnya sistem lapisan sosial terbuka memberi perangsang besar kepada setiap anggotanya untuk mengembangkan kecakapan atau prestasinya. Sistem terbuka ini cocok dgn masyarakat yg demokratis.
B.4. Status sosial, Kelas Sosial & Social Gap Salah satu unsur penting dalam stratifikasi sosial
adalah status yaitu posisi atau kedudukan atau tempat seseorang atau kelompok dalam struktur sosial masyarakat.
Status seseorang dapat diperoleh sejak kelahirannya (ascribed status), diberikan karena jasa-jasanya (assigned status), atau karena prestasi dan perjuangannya (achieved status).
Masyarakat modern lebih menghargai status-status yang diperoleh melalui prestasi atau perjuangan, masyarakat feudal lebih menghargai status yang diperoleh sejak lahir.
Terkait dgn status sosial dikenal istilah simbol
status yaitu “sesuatu yang oleh penggunanya
diberi makna tertentu”.
Simbol status ini menjadi ciri-ciri/tanda-tanda yang
melekat pada diri seseorang atau kelompok yg
secara relatif dapat menunjukkan statusnya.
Contoh: cara berpakaian, cara berbicara, cara
belanja, desain rumah, cara mengisi waktu luang,
keikutsertaan dalam organisasi, tempat tinggal,
cara
berbicara,
perlengkapan
hidup,
akses
Kelas sosial adalah segolongan orang yg
menyandang status relatif sama di mana
mereka:
Memiliki cara hidup (cara berfikir, berperasaan,
dan bertindak) yg tertentu;
Sadar akan privelege (hak istimewa) tertentu, baik
yg bersifat ekonomi, sosial maupun budaya,
Adanya perbedaan status sosial dlm masyarakat dapat menimbulkan berbagai
konsekuensi seperti:
Cara hidup (cara berfikir, berperasaan dan bertindak) yg berbeda: sikap politik, kepedulian sosial, keterlibatan dalam kelompok sosial dst).
Prestige (gengsi/kehormatan sosial) yang berbeda.
Privilege (hak istimewa) yang berbeda.
Peluang hidup yang berbeda.
Sikap politik.
Reaksi terhadap perubahan sosial.
C. Social gap (kesenjangan sosial)
Social gap merupakan gabungan dari dua kata yaitu social dan gap. Menurut arti harafiah American Heritage Dictionary, social
diartikan sebagai “of or relating to human society and its modes
of organization” sedangkan gap diartikan sebagai ”a
problematic situation resulting from such a disparity”.
Dari kedua definisi ini dapat disimpulkan bahwa social gap adalah situasi bermasalah yg disebabkan adanya suatu perbedaan yg berhubungan dgn lingkungan manusia dan mode-mode organisasinya. Secara lebih sederhana, suatu keadaan dimana terdapat atau terjadi perbedaan mencolok dalam lingkungan sosial.
D. KELOMPOK
SOSIAL
D.1. PENGANTAR
Walau umumnya dilahirkan seorang diri, akan tetapi manusia adalah makhluk yg telah mempunyai naluri untuk hidup dengan manusia lain, membentuk kelompok sosial. Manusia menjadi manusia karena dia tinggal dan hidup di dalam masyarakat. Sejak lahir sampai kematiannya, dia tidak pernah hidup "sendiri" tetapi selalu berada dalam suatu lingkungan sosial.
Lingkungan sosial adalah bagian dari suatu lingkungan yg terdiri atas hubungan antar individu dan kelompok dan pola-pola organisasi serta segala aspek yg ada dalam masyarakat di mana lingkungan sosial tersebut merupakan bagian daripadanya.
D.2. Pengertian Kelompok Sosial
•
Kelompok sosial
(Social Group) adalah:
himpunan atau kesatuan manusia yg hidup
bersama oleh karena adanya hubungan di
antara mereka. Hubungan tersebut antara
lain menyangkut hubungan timbal-balik yg
saling mempengaruhi dan kesadaran untuk
saling menolong.
D.3. Persyaratan Kelompok Sosial
• setiap anggota kelompok sadar bahwa dia merupakan bagian dari kelompok ybs.
• ada hubungan timbal-balik antara orang yg satu dengan yg lain
• terdapat suatu faktor yg dimiliki bersama: nasib yg sama, kepentingan yg sama, tujuan yg sama, idiologi yg sama dsb
D.4. Klasifikasi kelompok
Durkheim : Solidaritas mekanik - solidaritas organik
F. Tonnies : Gemeinschaft – Gesselschaft
Colley : Primary group - Sekundary group
Summers : In Group - Out group
TIPE-TIPE KELOMPOK SOSIAL
Kelompok sosial yg ada dlm masyarakat dapat diklasifikasikan berdasarkan:
besar-kecilnya jumlah anggota derajat interaksi sosial
kepentingan dan wilayah
berlangsungnya suatu kepentingan
derajat organisasi
kesadaran akan jenis yg sama, hubungan sosial
a) In-group dan Out-group
• In-Group adalah kelompok sosial dimana seorang individu mengidentifikasikan dirinya sebagai “kita” atau “kami”. Sedangkan Out-Group adalah kelompok sosial di luar in group, atau di luar kita, di luar kami. Kelompok di luar itu adalah mereka. Misalnya kami adalah mahasiswa Fapet UHN, sedangkan mereka adalah mahasiswa FE UHN. Kami adalah mahasiswa UHN, mereka adalah mahasiswa USU.
• Anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu sedikit
banyak memiliki kecenderungan untuk menganggap bahwa segala sesuatu yg termasuk kebiasaan kelompoknya merupakan yg terbaik dibanding kebiasaan kelompok lainnya. Kecenderungan ini disebut dengan etnosentrisme.
Etnosentrisme adalah suatu sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri. Etnosentrisme disosialisasikan atau diajarkan kepada setiap anggota kelompok sosial, sadar maupun tidak sadar, serentak dengan nilai-nilai kebudayaan lain.
Sikap in-group pada umumnya didasarkan pada factor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat dengan anggota kelompok. Sedangkan sikap out-group ditandai dengan suatu kelainan yg berwujud antagonisme atau antipati. Perasaan in-group dan out-group dapat merupakan dasar sikap etnosentisme.
In-group dan out-group dapat dijumpai di semua masyarakat, walaupun kepentingannyatidak selalu sama.
b) Kelompok Primer dan Sekunder
• Kelompok primer (primary group) atau face to face
group merupakan kelompok paling sederhana di mana
anggota kelompok saling mengenal dan ada kerja sama yg erat.
Dalam kelompok ini orang melakukan aktivitas dan memiliki waktu secara bersama, sehingga saling mengenal satu sama lain secara personal dan akrab serta saling memperhatikan kesejahteraan.
Kelompok sosial primer merupakan tempat dimana seorang individu berjumpa dengan pengalaman-pengalaman sosial yg pertama. Kekuatan dari hubungan utama ini memberikan individu-individu rasa aman dan damai.
Anggota-anggota kelompok utama ini menyediakan pendapatan pribadi bagi yg lainnya, termasuk keuangan dan dukungan emosional
.
Kelompok sekunder (secondary group) adalah kelompok yg terdiri dari banyak orang antara siapa hubungannya tidak perlu didasarkan kepada pengenalan secara pribadi dan sifatnya tidak begitu langgeng.
Kelompok Sosial Sekunder didasarkan atas minat, kepentingan atau aktivitas-aktivitas khusus; termasuk kepentingan politik. Dalam Kelompok Sosial Sekunder ini setiap anggota tidak saling
mengenal secara lebih baik dan hubungan diantara mereka sangat longgar.
Kelompok Sosial Sekunder sering dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan khusus.
Kelompok Sosial Sekunder biasanya bersifat formal dan tidak emosional dan memiliki orientasi cita-cita (goal oreintation) bukan personal
c) Paguyuban (Gemeinschaft) dan Patembayan (Gesellschaft)
Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggotanya diikat oleh hubungan batin yg murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar utamanya adalah rasa cinta dan kesatuan batin yg memang telah dikodratkan, seperti bisa dijumpai dalam keluarga, kelompok kekerabatan, RT/RK dsb.
Ciri pokok paguyuban 1) intimate: hubungan menyeluruh yg mesra; 2)
private: hubungan yg bersifat pribadi untuk beberapa orang saja; dan 3)
exclusive: hubungn tsb hanya untuk “kita” saja dan tidak untuk orang lain di luar “kita”. Tipe paguyuban ada 3 yaitu paguyupan karena ikatan darah, paguyuban karena tempat/wilayah yg sama dan paguyuban karena jiwa-pikiran yg sama.
Patembayan merupakan ikatan lahir yg bersifat pokok untuk jangka waktu yg pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka serta strukturnya bersifat mekanis, biasanya terdapat di dalam hubungan perjanjian yg berdasarkan ikatan timbal-balik seperti ikatan pedagang, organisasi yg luas atau industri dll.
d) Kelompok Formal dan Informal
Kelompok formal adalah kelompok yg mempunyai
peraturan yg tegas dan sengaja diciptakan guna mengatur hubungan antara anggota-anggotanya. Contohnya adalah organisasi.
Kelompok informal tidak mempunyai struktur dan
organisasi tertentu dan pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yg berulang dan itu menjadi dasar bagi
bertemunya kepentingan-kepentingan dan
e) Membership dan Reference Group
• Membership group merupakan suatu kelompok di mana
setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Sedangkan reference group adalah kelompok sosial yg menjadi acuan bagi seseorang dalam membentuk pribadi dan perilakunya.
Antara ke duanya ini agak sulit dipisahkan. Misalnya seorang anggota partai politik yg kebetulan menjadi anggota DPR, DPR merupakan membership group baginya akan tetapi jiwa dan jalan pikirannya tetap terikat pada reference groupnya yaitu partainya.
Ada dua tipe umum reference group yaitu ; (1) tipe normative yang merupakan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang dan (2) tipe perbandingan yg merupakan pegangan bagi individu di dalam menilai kepribadiannya..
f) Kelompok Okupasional dan Volunter
• Kelompok okupasional adalah kelompok yg terdiri dari orang-orang yg
melakukan pekerjaan sejenis, misalnya kelompok profesi.
Sedangkan kelompok volunter mencakup orang-orang yg mempunyai
kepentingan sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat yg semakin luas daya jangkauannya tadi. Dengan demikian, maka kelompok volunter akan berusaha memenuhi kepentingan anggotanya secara individu tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara umum.
Kelompok volunter itu mungkin dilandaskan pada kepentingan primer
seperti kebutuhan akan sandang pangan dan papan, kebutuhan akan keselamatan jiwa dan harta benda, kebutuhan akan harga diri, kebutuhan untuk dapat mengembangkan potensi diri dan kebutuhan akan kasih sayang.
g) Kelompok sosial yang tidak teratur
Kerumunan (crowd) adalah individu-individu yg berkumpul secara kebetulan di suatu tempat dan waktu yg bersamaan di mana Identitas/kedudukan individu larut.
1. Kerumunan yg berartikulasi dengan struktur sosial:
– Khalayak penonton atau pendengar yg formal (formal audiences) : pengajian – Kelompok ekspresif yg telah direncanakan (planned expressive group) : pesta 2. Kerumunan yg bersifat sementara (casual crowds):
– Kumpulan yg kurang menyenangkan (inconvenient aggregations) : antre karcis – Kerumunan orang-orang yg sedang dalam keadaan panik (panic crowds)
3. Kerumunan yg berlawanan dengan norma-norma hukum (lawless crowds): – Kerumunan yg bertindak emosional (Acting mobs) : demontrasi dll
– Kerumunan yg bersifat immoral (immoral crowds) : kumpulan pemabok,
gangster, geng motor dll.
4. Publik (kalayak ramai atau umum): kelompok yg tidak memiliki kesatuan, interaksi
secara tidak langsung, tingkah laku publik didasarkan tingkah laku individu. Untuk mengumpulkan publik, dilakukan dengan menggandeng nilai-nilai sosial atau tradisi masyarakat bersangkutan atau dengan menyiarkan pemberitaan-pemberitaan.
KOMUNITAS (COMMUNITY)
Istilah komunitas atau “community” lebih jarang
dipergunakan
oleh
manusia
dibandingkan
dengan istilah masyarakat. Komunitas adalah
bagian kelompok dari masyarakat (society)
dalam lingkup yang lebih kecil, serta mereka
lebih terikat oleh tempat (teritorial).
Soerjono (1990) memaknai istilah community
sebagai “masyarakat setempat”, istilah mana
menunjuk pada warga-warga sebuah desa,
sebuah kota, suku atau suatu bangsa.
Dasar-dasar dari masyarakat setempat adalah
lokalitas dan perasaan semasyarakat setempat.
Jadi unsur komunitas adalah: wilayah atau
lokalitas dan perasaan saling ketergantungan
atau saling membutuhkan.
Perasaan bersama antara anggota masyarakat
setempat tersebut disebut community sentiment.
Setiap community sentiment memiliki unsur: (1)
seperasaan; (2) sepenanggungan; dan (3) saling
memerlukan.
PENGERTIAN “
Nilai
”
Nilai memiliki beberapa arti, antara lain :
Nilai merupakan pertimbangan suatu tindakan, benda, cara untuk mengambil keputusan.
Nilai adalah suatu ukuran, patokan, angapan dan keyakinan.
Nilai merupakan sesuatu yang baik, yang diinginkan oleh warga masyarakat.
Nilai adalah kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui perilaku.
Pengertian Nilai Sosial menurut
Para Ahli
Young:
Nilai sosial adalah
asumsi-asumsi yg abstrak, dan sering tidak
disadari, tentang apa yg benar dan
apa yg penting.
KOENTJARANINGRAT:
Nilai sosial adalahkonsepsi yg hidup di dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yg harus mereka anggap penting dalam hidup.
SOERJONO SOEKANTO:
Nilai adalah konsepsi abstrak dalam diri manusia mengenai apa ygSUMBER-SUMBER NILAI
1. Sumber instrinsik (objektif)
adl sumber nilai yg terletak di dalam orang atau benda g bernila.
2. Sumber ekstrinsik (subjektif)
adl sumber nilai yg terletak di luar orang atau benda yang bernilai.
1. NILAI THEONOM adl nilai sosial yg bersumber dari Tuhan yaitu
melalui ajaran yg disampaikan oleh Tuhan melalui agama. Agama berisi nilai-nilai sosial yg memberikan pedoman bagaimana cara bersikap dan bertindak bagi manusia.
2. NILAI HETERONOM adl nilai sosial yg dirumuskan dari
kesepakatan banyak anggota masyarakat. Berisi nilai yg harus dipedomani oleh seluruh warga masyarakat.
3. NILAI OTHONOM adl nilai sosial yg bersumber dari setiap
individu. Contohnya : Sukarno yg merumuskan Pancasila; Dr. Sun Yat Sen dari China yg merumuskan konsep San Min Chu I (nasionalisme, demokrasi dan sosialisme )
CIRI-CIRI NILAI SOSIAL
Nilai tercipta melalui interaksi anggota masy.
Nilai bukan bawaan sejak lahir, melainkan penularan dari orang lain.
Nilai merupakan asumsi-asumsi abstrak dari obyek dalam masyarakat.
Nilai cenderung berkaitan satu dengan yang lain & membentuk pola-pola dan sistem nilai dalam
masyarakat.
Nilai menjadi dasar bagi tindakan dan tingkah laku, baik secara pribadi atau grup dan masyarakat secara keseluruhan.
Lanjutan Ciri-ciri Nilai Sosial
Nilai dapat membantu masyarakat agar dapat berfungsi dengan baik.
Nilai yang menyusun sistem nilai diteruskan dan ditularkan di antara anggota-anggota.
Nilai-nilai dapat mempengaruhi pengembangan pribadi dalam masyarakat secara positif maupun secara negatif.
Nilai-nilai juga dapat mempengaruhi adanya emosi. Sistem-sistem nilai bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan yang lain.
JENIS-JENIS NILAI
1. Menurut Prof. Notonagoro
NILAI MATERIAL adl segala sesuatu yg berguna bagi jasmani manusia. Ex : pangan, papan, sandang, dll
NILAI VITAL adl segala sesuatu yg berguna bagi manusia untuk mengadakan kegiatan atau aktivitas. Ex : udara, api, air, dll
NILAI KEROHANIAN adl segala sesuatu yg berguna bagi rohani manusia.
a. Nilai kebenaran (RATIO): bersumber pada unsur akal manusia
b. Nilai keindahan (ESTETIKA): bersumber pada perasaan manusia
c. Nilai moral (ETIKA): bersumber pada kehendak atau kemauan
2.
Menurut Walter G.
Everett
Nilai-nilai Ekonomi (economic values): berhubungan dengan sistem ekonomi dan mengikuti harga pasar.
Nilai-nilai Kejasmanian (bodily values): meliputi nilai pengetahuan dan pencarian kebenaran.
Nilai-nilai Rekreasi (recreation values): meliputi nilai-nilai permainan pada waktu senggang, sehingga memberi sumbangan untuk mensejahterakan kehidupan maupun memberikan kesegaran jasmani dan rohani.
Nilai-nilai perserikatan (assoociation values) meliputi berbagai bentuk perserikatan manusia dan persahabatan, kehidupan keluarga sampai dengan tingkat internasional
Nilai-nilai watak (caracter values) meliputi seluruh tantangan serta kesalahan pribadi dan sosial, termasuk keadilan, kesediaan menolong, kesukaan pada kebenaran dan kesediaan mengontrol diri.
Alat untuk menentukan harga sosial, kelas sosial
seseorang dalam struktur stratifikasi sosial, misalnya upper class, middle class dan lower class.
Mengarahkan masyarakat untuk berpikir dan bertingkah laku dalam masyarakat.
Sebagai pembatas dan penekan individu untuk selalu berbuat baik.
Sebagai alat solidaritas di kalangan anggota masyarakat.
Nilai-nilai merupakan penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosialnya.
SEBAGAI PENUNJUK ARAH. Cara berpikir dan bertindak
anggota masyarakat umumnya diarahkan oleh nilai-nilai sosial yg berlaku. Pendatang baru pun secara moral diwajibkan mempelajari aturan sosio budaya lingkungannya sehingga dia dapat beradaptasi dengan norma dan dapat menjauhi perilaku yg tidak diinginkan masyaraka.
SEBAGAI PENDORONG. Berkat adanya nilai sosial yg
dijunjung tinggi dan dijadikan sebagai cita-cita manusia yang berbudi luhur dan bangsa yg beradab itulah manusia menjadi manusia yg sungguh-sungguh berbudi luhur dan suatu bangsa menjadi bangsa yg sungguh-sungguh berada. Hal tersebut dapat terwujud berkat keberhasilan manusia merealisasikan nilai sosial yg bermutu tinggi.
SEBAGAI PEMERSATU. Orang berkumpul dan bekerja sama
di sekitar nilai sosial yg disukai bersama karena dengan demikian kepentingan mereka bersama terpenuhi. Berdasarkan fenomena dalam kehidupan dapat disimpulkan bahwa nilai sosial dapat menciptakan dan meningkatkan solidaritas antar manusia.
SEBAGAI BENTENG PERLINDUNGAN. Nilai-nilai sosial yg
dapat dianggap sebagai benteng perlindungan adalah nilai-nilai inti (poros). Dalam sejarah Indonesia, nilai sosial sebagai perlindungan yg ampuh adl “NILAI PANCASILA” yg dapat menyelamatkan bangsa ini dari kehancuran.
TIPE-TIPE NILAI
NILAI-NILAI DOMINAN adalah nilai yg dianggap lebih
penting daripada nilai lainnya. Nilai ini merupakan nilai utama yg unik dalam masyarakat yg membentuk kerangka kerja umum dan norma tingkah laku pribadi dan grup. Nilai ini menyusun inti sistem nilai sosial. Nilai ini sering ditemui dalam institusi sosial, seperti agama dan keluarga.
NILAI-NILAI MENDARAH DAGING (INTERNALIZED
VALUE) adalah nilai yg telah menjadi kepribadian dan
kebiasaan. Ex : seorang kepala keluarga yg belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yg tidak bertanggung jawab.
NILAI-NILAI ANTARA (INTERMEDIETTE ) : nilai ini
ditarik dari yg utama lalu diperbaharui ke dalam bentuk-bentuk yg lebih mudah dicapai. Nilai-nilai ini ada yg beroperasi dalam kerangka kerja nilai-nilai utama dan diimplementasikan melalui norma-norma yg secara sosial diterima dan berfungsi untuk menjamin berjalannya nilai-nilai.
NILAI-NILAI KHUSUS adalah sub bagian dari
nilai-nilai antara. Nilai ini terdiri dari sejumlah petunjuk kepada orang perorangan dan grup dalam kehidupan sehari-hari.
MASALAH POKOK NILAI DALAM
KEBUDAYAAN
Menurut C. Kluckhohn, semua nilai dalam setiap kebudayaan pada dasarnya mencakup lima masalah pokok, antara lain :
1) Nilai ttg Hakikat Hidup Manusia. Misalnya : ada yg
memahami bahwa hidup itu buruk, hidup itu baik tetapi manusia wajib berikhtiar supaya hidup itu menjadi baik.
2) Nilai ttg Hakikat Karya Manusia. Misalnya : ada yg
beranggapan bahwa manusia berkarya untuk mendapatkan nafkah, kedudukan dan kehormatan.
3) Nilai ttg hakikat hub. manusia dg alam Misalnya : ada
yg beranggapan bahwa manusia tunduk kepada alam, menjaga keselarasan dengan alam atau berhasrat menguasai alam.
4) Nilai ttg hakikat hubungan manusia dgn sesamanya.
Misalnya : ada yg berorientasi kepada sesama (gotong royong ), ada yg berorientasi kepada atasan dan ada yg menekankan individualisme.
5) Nilai ttg hakikat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu. Misalnya : ada yg berorientasi ke masa lalu,
masa kini dan masa depan.
PENGERTIAN NORMA
Norma adalah patokan perilaku dalam kelompok
masyarakat tertentu, yg disebut juga peaturan sosial yg menyangkut perilaku-perilaku yg pantas dilakukan d a l a m m e n j a l a n i i n t e r a k s i s o s i a l n y a .
Norma adalah petunjuk hidup yg berisi perintah
maupun larangan yg ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama dan bermaksud untuk mengatur setiap perilaku manusia dalam masyarakat g u n a m e n c a p a i k e d a m a i a n .
CIRI-CIRI NORMA SOSIAL
Umumnya tidak tertulis ( lisan )
Hasil dari kesepakatan masyarakat
Warga masyarakat sebagai pendukung sangat menaatinya
Apabila norma dilanggar, ia harus menghadapi sanksi.
Norma sosial kadang-kadang bisa menyesuaikan perubahan sosial sehingga norma sosial bisa
JENIS-JENIS NORMA
Norma dapat digolongkan
menurut
:
1.
Kekuatan sanksinya
2.
Resmi tidaknya
norma tersebut
NORMA MENURUT KEKUATAN SANKSI
Berdasarkan kekuatan sanksinya terhadap masyarakat, norma terbagi menjadi enam yaitu :
NORMA CARA (usage) adalah bentuk perbuatan
tertentu yg dilakukan individu dalam suatu masyarakat tetapi tidak secara terus menerus dan daya ikatnya lemah. Sanksinya ringan, hanya berupa celaan.
Contoh : Cara makan berdecap (bersuara) Sanksinya : Ringan, hanya berupa celaan.
NORMA KEBIASAAN (folkways) adalah suatu bentuk perbuatan yg berulang-ulang yg bentuknya sama dan dilakukan secara sadar serta mempunyai tujuan yg jelas. Kebiasaan merupakan bukti bahwa orang menyukai perbuatan itu. Sanksi bagi pelanggar berupa teguran. Contoh : Makan dengan tangan kanan. Sanksinya : (bila melanggar) berupa teguran.
NORMA TATA KELAKUAN (mores) adalah aturan yg didasarkan pada ajaran agama (akhlak), filsafat atau kebudayaan. Contohnya : Pernikahan dalam satu marga di daerah Sumatera Utara merupakan suatu pelanggaran.
Tata kelakuan bisa bersifat mengharuskan dan bisa juga
bersifat melarang. Contoh pelanggaran terhadap norma tata kelakuan adalah berzina, sanksinya berat. Ada yg harus
berhadapan dengan massa, dan lain sebagainya
Fungsi Mores, antara lain :
1. memberikan batasan pada perilaku individu dalam m a s y a r a k a t t e r t e n t u .
2. mendorong seseorang agar sanggup menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan aturan yang berlaku d i d a l a m k e l o m p o k n y a .
3. membentuk solidaritas antara anggota-anggota kelompok dan sekaligus memberikan perlindungan terhadap keutuhan dan kerja sama antara anggota-anggota yang bergaul dalam masyarakat.
NORMA ADAT ISTIADAT (custom) adalah kumpulan tata kelakuan yg paling tinggi kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yg memilikinya. contoh: upacara adat, tata cara pembagian waris. Sanksinya : Akan mendapat sanksi berat misalnya dikucilkan dari masyarakat.
NORMA HUKUM (laws) adalah suatu rangkaian
aturan yg ditujukan kepada anggota masyarakat yg berisi ketentuan-ketentuan, perintah, kewajiban dan larangan agar dalam masyarakat tercipta suatu
ketertiban dan keadilan. Norma hukum dibagi
menjadi 2, yaitu Norma hukum tertulis dan norma hukum tidak tertulis.
NORMA MODE (fashion) adalah cara dan gaya
dalam melakukan dan membuat sesuatu yg sifatnya berubah-ubah serta diikuti oleh banyak orang. Ciri-ciri norma mode adalah orang yg mengikutinya
bersifat massa. Tindakan yg selalu mengikuti mode disebut modis. Contoh : potongan rambut, model pakaian
NORMA FORMAL
adalah patokan yang dirumuskan dan diwajibkan dengan jelas dan tegas oleh yang berwenang
kepada semua warga masyarakat. Keseluruhan norma formal ini merupakan suatu tubuh hukum yang dimiliki masyarakat modern. Bersumber dari lembaga masyarakat yang formal atau resmi.
Norma ini biasanya tertulis.
Ex : konstitusi, surat keputusan, Peraturan Daerah
NORMA NONFORMAL
adalah patokan yang dirumuskan secara tidak jelas subconscious ) dan pelaksanaanya tidak diwajibkan bagi warga masyarakat yang bersangkutan. Biasanya tidak tertulis dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan norma yang
f o r m a l .
Ex : adat istiadat, aturan dalam keluarga, pantangan-pantangan
NORMA AGAMA
adalah peraturan yang sifatnya mutlak dan tidak dapat ditawar atau diubah ukurannya karena
berasal dari Tuhan. Norma ini berisikan
peraturan hidup yang diterima sebagai perintah-perintah, larangan-larangan dan anjuran-anjuran yang berasal dari Tuhan. Sebagian besar norma agama bersifat umum ( universal ). Sanksinya adalah rasa berdosa.
Ex : tidak berbohong, bersembahyang
NORMA KESOPANAN
adalah sekumpulan peraturan sosial yang timbul dari pergaulan segolongan manusia dan
dianggap sebagai tuntutan pergaulan sehari-hari sekelompok masyarakat yang berkenaan dengan bagaimana seorang bertingkah laku yang wajar dalam masyarakat. Sanksinya berupa celaan, kritik dll.
Ex : tidak meludah di sembarang tempat Lanjutan MACAM NORMA ;daya pengikatnya
NORMA KEBIASAAN
adalah sekumpulan peraturan sosial yang berisi petunjuk atau peraturan yang dibuat secara
sadar atau tidak tentang perilaku yang diulang-ulang sehingga perilaku menjadi kebiasaan
individu. Sanksinya berupa celaan, pengucilan secara batin
Ex : bersalaman
NORMA KESUSILAAN
adalah peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang menghasilkan akhlak sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.
Sanksinya dapat dipenjara, diusir atau dijauhi. Ex : berpelukan di sembarang tempat
NORMA HUKUM
adlah aturan yang dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu, seperti pemerintah sehingga dengan
tegas dapat melarang serta memaksa orang untuk berperilaku sesuai dengan aturan. Norma hukum ada 2, yaitu tertulis dan tak tertulis. Sanksi bagi norma hukum tertulis adl denda, penjara bahkan hukuman mati.
Ex : membayar pajak
Pengertian
• Berasal dari kata : social Institutions • Istilah Indonesia :
– “pranata sosial”, – “bangunan sosial”
– “lembaga kemasyarakatan”
• Menunjuk pada suatu bentuk dan sekaligus mengandung pengertian yang abstrak perihal adanya norma-norma dan
peraturan atau ketentuan tertentu yang menjadi ciri
• Menurut Koentjaraningrat (1964) lembaga kemasyarakatan/ lembaga sosial atau pranata sosial adalah suatu sistim norma khusus yang menata suatu rangkaian tindakan berpola guna memenuhi suatu kebutuhan khusus dari manusia dalam kehidupan masyarakat
• Kesimpulan dari definisi di atas :
– Adanya sistem norma
– Sistem norma yang mengatur tindakan berpola
– Tindakan berpola itu untuk memenuhi kehidupan manusia dalam kehidupan masyarakat
Wujud Lembaga
kemasyarakatan, berupa:
1. Himpunan norma-norma, dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam
masyarakat
– Contoh: Pelayanan Kesehatan, PHBS
2. Wujud konkrit dari lembaga kemasyarakatan adalah asosiasi (association)
– Contoh: Puskesmas, RS, RSIA/khusus adalah asosiasi.
- Contoh lain dari Lembaga Kemasyarakatan adalah universitas, sedangkan USU, UI, UGM, UHN dll
Norma: patokan perilaku dlm suatu kelompok masyarakat yang berisi tata tertib, aturan dan petunjuk standar perilaku yang pantas dan wajar
Biasa disebut:peraturan sosial
Buatan manusia sebagai makhluk sosial
Keberadaannya bersifat memaksa individu dalam masyarakat agar bertindak sesuai norma.
Tujuan diciptakannya norma: agar hubungan antar manusia di dalam masyarakat terlaksana atau berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.
Fungsi lembaga kemasyarakat:
1. Memberi pedoman kpd anggota masyarakat bagaimana harus bersikap dalam menghadapi masalah-masalah yg muncul dalam masyarakat.
2. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan.
3. Sebagai pegangan utk mengadakan pengendalian
sosial (social control) dan pengawasan masyarakat
Tingkatan kekuatan norma:
Norma yang berlaku di masyarakat sangat beragam, dapat dibagi menjadi enam macam sifat, yaitu1. Cara (usage): menunjuk pd suatu bentuk perbuatan tetapi
tidak secara terus menerus (lebih menonjol pada hubungan antar individu). Norma ini memiliki kekuatan yg lemah, sehingga pelanggarannya tdk akan mendapat sangsi, tetapi celaan.
Banyak cara berbuat dan bertindak yg didasarkan pd rasa iseng atau meniru, yg dinamakan mode atau
fashion yg dilakukan dalam pakaian, rambut, cara
berjalan, penampilan, bahasa dan lain-lain tetapi sifatnya tidak langgeng (berubah-ubah).
2
. Kebiasaan (folkways):
Perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama, merupakan bukti bahwa orang banyak
menyukai perbuatan itu atau dianggap baik. Norma ini diikuti tanpa berfikir, karena
berdasarkan tradisi atau kebiasaan (folksway).
Folkways tidak hanya terbatas pada perbuatan-perbuatan lahir saja, melainkan juga sampai
mendalam menjadi kebiasaan-kebiasaan berfikir. Kebiasaan-kebiasan brfikir ini akan
memungkinkan warga masyarakatnya mengetahui apa yang akan dilakukan masing-masing di dalam keadaan tertentu. Sehingga seluruh anggota masyarakat akan merasa aman berada di lingkungan masyarakatnya.
Apabila terdapat anggota masyarakat yang melakukan penyimpangan (dalam berbagai aspek) maka ia akan dianggap aneh, eksentrik dan sulit dimengerti dan ia akan tersisih dari kontak-kontak sosial. Bila ia telah tersisih dari kontak sosial maka ia akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan fisik maupun rohaninya.
Sanksi yang melekat pada folkways tidaklah berat, sifatnya tidak formal, bersifat inormal, seperti berupa sindiran, pergunjingan atau olok-olok. Sanksi-sanksi folkways dijatuhkan juga berdasar pada kelaziman yang berlaku dimasyarakat itu sendiri. Walaupun dipandang sangsi folkways dipandang lunak namun dapat berlaku secara komulatif, artinya bila seseorang telah melenggar folkways secara terus-menerus maka ia akan dikenakan sangsi yang semakin berat, Pada akhirnya ia akan disisihkan dari kontak-kontak sosial di masyarakat.
3. Tata kelakuan (mores): kebiasaan yg dianggap sebagai cara
berperilaku dan diterima sebagai norma-norma pengatur sekelompok masyarakat thd anggotanya. Anggota masyaraka hrs menyesuaikan perbuatannya sesuai mores. Norma ini diikuti tidak hanya otomatis dan tanpa berfikir, tetapi dihubungkan dgn sesuatu keyakinan dan perasaan yaitu sesuatu nilai penting yg dimiliki oleh individu dan masyarakat, yg disebut dengan mores
atau aturan kesusilaan (tata kelakuan). Mores bersandar pada
nilai kebudayaan yaitu ukuran umum dan azasi, sering abstrak tentang apa yg baik dan seharusnya dilakukan.
Mores memiliki sanksi yang lebih keras. Warga masyarakat berusaha untuk tidak melanggar mores ini.Sanksi mores dirumuskan di dalam bentuk larangan yang disebut tabu. Seperti incest, hubungan badan yang bukan sebagai suami istri yg sah. Bagi yg melangga mores ini ada yg diberi sanksi diarak di lingkungannya dan masih dikenakan denda tertentu.
4.
Adat (custom): tata kelakuan yg kekal serta kuat
integrasinya dg pola perilaku masyarakat, bila
dilanggar ada sangsi.
Custom (adat istiadat)
merupakan
tata kelakuan yg kuat integrasinya,
setiap pelanggar akan mendapat sanksi adat.
Norma ini oleh masyarakat dikenal, diakui,
dihargai, dan ditaati dalam kehidupan
sehari-hari.
Or
ang
melanggar
hukum
adat
akan
5.
Norma yang disengaja dan ditetapkan secara
formal
, misalnya peraturan-peraturan hukum.
Bagi masyarakat yang masih sederhana, dirasa cukup dengan folkways dan mores, namun bagi masyarakat yang semakin komplek hal tersebut dipandang tidaklah cukup, maka diperlukan norma yang lain yang disebut laws atau norma hukum, yang lebih memiliki kepastian sanksi yang diberikan kepada anggota masyarakatyang telah melakukan pelanggaran norma. Norma hukum ini berlaku secara formal, memiliki prosedur dan memaksakan
untuk ditaati agar
tercipta tertib sosial.
Macam Norma Sosial
• Norma Agama:
– Peraturan sosial yang bersifat mutlak tidak bisa ditawar-tawar – Berasal dari ajaran agama/kepercayaan
– Pelanggaran, dinamakan: dosa
– Contoh: melakukan sembahyang, tdk melakukan perbuatan ……..
• Norma kesusilaan:
– Peraturan sosial yang berasal dari hati nurani
– Menghasilkan akhlak, membedakan mana baik dan buruk – Pelanggaran dikenai sangsi fisik atau batin
Norma Kesopanan: Peraturan sosial yang mengarah bagaimana
harus bertingkah laku wajar dalam bermasyarakat. Pelanggaran: akan mendapat celaan, kritik dll. Contoh: tidak meludah disembarang tempat, menerima/memberi dengan tangan kanan dll.
Norma Kebiasaan: Sekumpulan peraturan sosial yang berisi
petunjuk yang dibuat secara sadar atau tidak, terkait dengan perilaku yang diulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan individu. Pelanggaran berakibat cela, kritik dll. Contoh: pulang bepergian membawa oleh-oleh, bersalaman saat bertemu dll.
Norma Hukum : peraturan yang dibuat oleh lembaga tertentu
agar orang berperilaku sesuai yang dikehendaki pembuat peraturan tersebut. Pelanggaran dikenai sangsi denda, hukuman. Contoh: membayar pajak, tidak melakukan perbuatan ……..
Proses pembentukan norma
dalam lembaga kemasyarakat
Proses pelembagaan (institutionalization): proses suatu norma baru untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga
kemasyarakatan, misalnya: pelembagaan PHBS, KIA, konsep gizi seimbang dll.
Suatu norma dikatakan telah melembaga (institutionalized)
apabila norma tersebut:
• diketahui
• dipahami/dimengerti • ditaati
Proses internalisasi (internalization): proses
yang terjadi sehingga norma mendarah daging
dalam jiwa anggota masyarakat Hasil akhir dari
proses internalisasi: diterimanya norma sebagai
dasar perilaku sehari-hari anggota masyarakat
Kelembagaan yg penting di
Pedesaan:
Keluarga batih dan hubungan kerabat (pertalian darah, hubungan perkawinan).
Lembaga penguasaan tanah (hak persekutuan (hak ulayat), hak perseorangan)
Lembaga keagamaan dan sistem kepercayaan
Lembaga musyawarah adat
Pengendalian sosial (social
control)
• Tujuan: supaya anggota suatu masyarakat mentaati norma-norma yang berlaku.
• Dibedakan berdasarkan sifatnya:
– Preventif/positif: suatu usaha pencegahan
terhadap terjadinya gangguan-gangguan pada keserasian.
Misalnya dengan: proses sosialisasi, pendidikan formal dan in-formal
– Represif/negatif: bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang pernah mengalami gangguan.
Preses Pengendalian Sosial
dilakukan dengan cara:
1. Persuasive: tanpa kekerasan, membuju 2. Coercive: dengan paksaan, kekerasan
3. Compulsion: diciptakan situasi sedemikian rupa sehingga seseorang terpaksa taat atau
mengubah sikap yang menghasilkan kepatuhan secara tidak langsung
4. Pervasion: norma/nilai yang ada diulangulang penyampaiannya sedemikian rupa dengan
harapan bahwa hal tersebut masuk dalam aspek bawah sadar seseorang.
Masalah yang erat hubungannya
dengan pengendalian sosial
• Conformity:
– penyesuaian diri pada norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat, menghasilkan
kepatuhan/ketaatan
– pada orang2 tua dan masy di desa lebih kuat. • Deviation:
– penyimpangan terhadap norma & nilai
– biasanya pada orang muda dan masy di kota lebih besar