• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya dan implikasinya pada usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial pada siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Deskripsi tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya dan implikasinya pada usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial pada siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN AJARAN 2006/2007

S k r i p s i

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Alphonsina Susihandayani NIM : 011114013

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

“Hidup Dengan Sepenuhnya” Setiap hari adalah saat yang berharga dan penuh dengan kemungkinan terjadinya keajaiban.

Jangan habiskan hariku dengan menguatirkan segala masalahku. Tinggalkan segala kekuatiranku.

Lebih baik isilah hidupku dengan kedamaian dan ketentraman. Nikmatilah kesenangan yang sederhana dalam dunia yang kompleks ini.

Maka kebahagiaan akan menjadi milikku!

Karya kecil ini kupersembahkan untuk: Yesus Kristus Penolongku, Bapak dan Ibu sebagai rasa hormat dan baktiku, Kakakku Retno dan Andre, Heru, Sari,

(5)

v

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 April 2007 Penulis

(6)

vi

KELAS XI SMA SANTO BERNARDUS PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2006/2007

Alphonsina Susihandayani 011114013

Penelitian ini bertujuan untuk memperolah gambaran tentang (1) Tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran 2006/2007 (2) dapat menyusun suatu usulan topik-topik bimbingan yang sesuai bagi siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan Tahun ajaran 2006/2007.

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan yang berjumlah 139 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Sampel penelitian berjumlah 81 siswa yang terdiri dari siswa kelas XI Ia 2, XI Is 1, dan XI Is 3. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yaitu kuesioner penerimaan sosial yang telah dimodifikasi oleh peneliti dari kuesioner yang disusun oleh Donna. Kuesioner ini menggunakan skala Likert yang memiliki alternatif jawaban, yaitu: “Sangat sering”, “Sering”, “Jarang”, “Tidak pernah”. Analisis data yang dipakai menggunakan Penilaian Acuan Patokan Tipe I (PAP Tipe I).

(7)

vii

COUNSELING TOPICS

FOR XI CLASS STUDENTS OF SAINT BERNARD PEKALONGAN SENIOR HIGH SCHOOL ACADEMIC YEAR 2006/2007

Alphonsina Susihandayani 011114013

This observation was for acquiring the description of (1) The social acceptance in peer group of XI class students of St. Bernard Pekalongan Senior High School Academic Year 2006/2007 and (2) The composition of a suitable proposal of counseling topics for them.

The population of this observation was the XI class students of St. Bernard Pekalongan Senior High School that consisted of 139 students. The sampling technique of this observation used the cluster random sampling technique. There were 81 students who became the sample of this observation that consisted of XI Ia, XI Is 1 and XI Is 3 students. Data collecting used questinaire i.e. the social acceptance questionaire that has been modified by author from which had Donna compiled. This questionaire was based on Likert scale that has some alternative answers namely : “very frequent”, “frequently”, “rarely” and “never”. Data analyzing used Reference Standard Judging Tipe I (PAP Tipe I).

(8)

viii

perlindungan dan penyertaan-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. M. M. Sri Hastuti, M. Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

2. Drs. J. Sumedi, selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia dengan sabar meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. Ign. Masidjo, selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia dengan penuh perhatian membimbing dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Th. Mieke Wardani, BA, selaku Kepala Sekolah SMA Santo Bernardus Pekalongan, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.

(9)

ix

keponakanku Nandya, yang telah memberikan dukungan, bantuan baik material maupun spiritual.

8. Sahabatku yang sejati Fr Beny, yang selalu memberikan dukungan, bantuan dan kebersamaanmu selama ini yang takkan pernah kulupakan.

9. Ririn, Reni, dan Oca, terima kasih untuk kebersamaannya.

10.Fr Relly MSF dan Adi, yang telah memberikan dukungan dan bantuannya. 11.Charli, Betty, Sandri, Okta, Kiki, Deni, Faulina, Anas, Sipri, Arni terima kasih

atas suka maupun duka dan kebersamaan kita selama di Yogya.

12.Teman-teman BK’2001, dan semua yang tidak kesebut….kamulah yang paling spesial….terima kasih untuk kalian.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati, saran, dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat.

Yogyakarta, 16 April 2007

(10)

x

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Batasan Istilah... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 6

A. Masa Remaja... 6

(11)

xi

B. Penerimaan Sosial Remaja... 14

1. Penerimaan Sosial... 14

2. Penerimaan Sosial Remaja... 15

3. Faktor-Faktor Penerimaan Sosial... 16

4. Tanda-Tanda Penerimaan Sosial... 23

5. Penerimaan Sosial dalam Kelompok Teman Sebaya pada Remaja ... 25

C. Bimbingan... 26

1. Pengertian Bimbingan... 26

2. Tujuan Bimbingan... 27

3. Ragam Bimbingan... 27

4. Pelayanan Bimbingan Kelompok ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 30

A. Jenis Penelitian... 30

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 30

C. Instrumen Penelitian ... 32

D. Validitas dan Reliabiitas ... 34

1. Validitas ... 34

2. Reliabilitas ... 37

(12)

xii

G. Penyusunan Usulan Topik Bimbingan Pribadi-Sosial... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian... 41

B. Pembahasan Hasil Penelitian... 44

BAB V IMPLIKASI PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP USULAN TOPIK BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL ... 49

BAB VI PENUTUP... 59

A. Ringkasan... 59

B. Kesimpulan ... 60

C. Keterbatasan Penelitian ... 61

D. Saran... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(13)

xiii

Tabel 1 : Jumlah Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2006/2007 SMA Santo

Bernardus Pekalongan... 31

Tabel 2 : Kisi-Kisi Kuesioner Uji Coba... 33

Tabel 3 : Hasil Analisis Uji Validitas Item... 35

Tabel 4 : Sebaran Item Kuesioner Penelitian... 36

Tabel 5 : Koefisiensi Reliabilitas... 38

Tabel 6 : Penggolongan Tingkat penerimaan Sosial... 40

Tabel 7 : Penggolongan Berdasarkan PAP Tipe I ... 41

Tabel 8 : Hasil Penggolongan Tingkat Penerimaan Sosial ... 42

Tabel 9 : Hasil Persentase Aspek-Aspek Penerimaan Sosial... 43

Tabel 10 : Usulan Topik-Topik Bimbingan Bidang Pribadi Sosial untuk Kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran 2006/2007... 50

(14)

xiv

Lampiran 1 : Kuesioner Penerimaan Sosial... 65

Lampiran 2 : Tabulasi Data Uji Coba ... 70

Lampiran 3 : Hasil Olah Data ... 73

Lampiran 4 : Uji Validitas Kuesioner... 101

Lampiran 5 : Hasil Perhitungan Reliabilitas ... 104

Lampiran 6 : Tabulasi Data Penelitian... 113

Lampiran 7 : Perhitungan Tingkat Penerimaan Sosial ... 115

Lampiran 8 : Kategori Tingkat Penerimaan Sosial... 116

Lampiran 9 : Persentase Tingkat Penerimaan Sosial ... 118

Lampiran 10 : Total Skor yang didapat per aspek ... 119

Lampiran 11: Perhitungan Persentase Aspek-Aspek Tingkat Penerimaan Sosial ... 123

Lampiran 12: Perhitungan Persentase Aspek Tingkat Penerimaan Sosial Berdasarkan Kategori Rendah ... 127

Lampiran 13 : Surat Ijin Penelitian ... 131

(15)

1

Dalam bab ini diuraikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang

Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian dan saling membutuhkan. Manusia juga dipandang sebagai mahluk yang mencari kasih sayang dan penerimaan orang lain. Oleh karena itu, individu perlu bergaul dan berhubungan dengan orang lain sejak masa kecil sehingga individu berhasil menjadi manusia yang mampu hidup dalam masyarakat. Apabila individu tidak berhasil dalam bergaul dan berhubungan dengan orang lain, maka dapat menimbulkan masalah- masalah baik yang bersifat pribadi maupun sosial yaitu masalah yang berkaitan dengan “salah suai” atau “maladjusted”. Oleh karena itu, individu harus mampu menyesuaikan diri dan menyesuaikan keadaan sosial masyarakat sekitar.

(16)

Individu yang dapat melakukan penyesuaian sosial secara baik dapat mengembangkan sikap sosialnya dalam membantu orang lain.

Penerimaan sosial menurut Chaplin (2000) adalah tingkat sejauh mana seseorang merasa diterima oleh orang lain atau kelompok. Remaja yang diterima oleh kelompok teman sebaya akan menimbulkan rasa senang, gembira, puas, konsep diri yang positif, bahkan rasa bahagia sehingga memberi rasa percaya diri yang besar. Rasa percaya diri menimbulkan keberanian dan kesukaan-kesukaan berinisiatif memberi sumbangan pikiran atau membantu teman-teman sekelompoknya, semakin aktif dalam pergaulan di lingkungan sekolah yang kemudian dapat membuatnya lebih populer. Keadaan ini membawa pengaruh positif bagi perkembangan penyesuaian pribadi dan sosial yang dibawanya sampai masa dewasa.

Siswa dapat juga mengalami penolakan dalam hubungan dan pergaulan dengan kelompok teman sebaya di sekolah. Penolakan ini dapat mengakibatkan siswa merasa kesepian, tidak bahagia, tidak percaya diri, minder, sedih dan mempunyai konsep diri yang negatif, sehingga remaja mengalami kesulitan dalam berhubungan dan bergaul dengan teman di sekolahnya. Penyebab utama kegagalan dalam pergaulan mereka bukanlah situasi atau ketidaktahuan mereka tentang cara bergaul, tetapi rasa ketidakberhargaan mereka (Paul, 1993).

(17)

teman sebayanya. Oleh karena itu dalam penelitian ini, difokuskan pada penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya.

B. Perumusan Masalah

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran 2006/2007?

2. Topik bimbingan pribadi-sosial yang bagaimana yang sesuai bagi siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran 2006/2007?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Mendeskripsikan tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran 2006/2007. 2. Dapat menyusun suatu usulan topik-topik bimbingan yang sesuai bagi siswa

kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran 2006/2007.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Kepala sekolah

(18)

Bernardus Pekalongan yang dapat digunakan sebagai bahan pembicaraan dalam pertemuan tahunan orang tua siswa.

2. Guru pembimbing

Guru pembimbing di SMA Santo Bernardus Pekalongan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dalam rangka mengembangkan program bimbingan di sekolah, khususnya dalam merancang topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

3. Peneliti

Peneliti dapat menggunakan hasil penelitian sebagai bagian dari proses belajar dan berlatih menulis khususnya dalam penulisan ilmiah dan dapat mengembangkan pengetahuan peneliti baik teoritis maupun aplikasinya dalam bidang pelayanan Bimbingan dan Konseling.

4. Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi atau bahan pembanding apabila peneliti lain ingin mengembangkan penelitian ini.

E. Batasan Istilah

Untuk memperoleh pemahaman tentang penelitian ini disajikan beberapa istilah berikut ini:

1. Penerimaan sosial adalah sejauh mana seseorang diterima oleh orang lain atau kelompoknya.

(19)

3. Kelompok teman sebaya adalah individu yang memiliki usia dan tugas perkembangan yang relatif sama, di sekolah yang sama, dan tingkat kelas yang sama.

4. Bimbingan pribadi-sosial adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu atau kelompok agar mereka dapat memahami, menilai, dan mengembangkan potensi, bakat, minat, serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.

(20)

6

Dalam bab ini diuraikan masa remaja, penerimaan sosial remaja, dan bimbingan.

A. Masa Remaja 1. Pengertian

Remaja merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menyebutkan orang yang berusia anatara 12 tahun sampai dengan 21 tahun. Menurut Hurlock (1992:206) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya adolescentia atau remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Piaget (Hurlock, 1992:206) mengatakan bahwa istilah adolescence yang digunakan saat ini memiliki arti yang lebih luas yaitu individu yang sedang tumbuh menjadi dewasa baik secara mental, emosional, sosial, dan fisik.

2. Ciri-Ciri Masa Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya (Hurlock, 1992:207) sebagai berikut:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting.

(21)

Perubahan fisik pada remaja berpengaruh pada perkembangan organ-organ seksual.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan.

Seorang remaja akan memasuki tahap transisi dimana masa anak-anak ditinggalkan dan masa dewasa akan dimasuki. Namun dalam peralihan ini, identitas diri tidaklah begitu jelas. Hal ini menimbulkan keraguan dalam bertindak dan bereksplorasi. Lebih tepat dikatakan, masa ini menjadi masa coba-coba dan mencari pola yang cocok.

c. Masa remaja sebagai masa perubahan.

Perubahan-perubahan yang ditujukan pada masa ini antara lain semakin tingginya emosi, perubahan bentuk tubuh, perubahan minat dan pola tingkah laku, perubahan pemaknaan nilai dan munculnya keraguan dalam setiap perubahan

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah.

Remaja akan selalu mencoba dan mencari pola yang cocok bagi dirinya. Namun ketika semua itu tidak tercapai muncullah masalah yang terkadang penyelesaiannya tidak sesuai dengan yang diharapkan. e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri.

(22)

masih kanak-kanak, misalnya cara berpakaian, penampilan, cara berjalan, dan sebagainya.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.

Seperti yang ditujukan oleh Majeres, “Banyak anggapan populer tentang remaja yang mempunyai arti yang bernilai, dan sayangnya, banyak yang diantaranya bersifat negatif”. Stereotip popular dapat mempengaruhikonsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri. Anthony (Hurlock, 1992:208) menjelaskan stereotip juga berfungsi sebagai cermin yang ditegakkan masyarakat bagi remaja, yang menggambarkan citra diri remaja sendiri yang lambat laun dianggap sebagai gambaran yang asli dan remaja membentuk perilakunya sesuai dengan gambaran ini.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.

Remaja memiliki cita-cita yang begitu indah namun terkadang kurang realistik. Mereka mulai terlihat melamun, atau berkhayal. Ketika lamunan dan khayalan mereka tidak terealisir, mereka menjadi putus asa dan kecewa. Maka, wajar apabila emosi mereka semakin tak terkendali.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

(23)

3. Tugas-Tugas Perkembangan

Setiap individu mempunyai tugas-tugas perkembanga n yang harus di jalani dan diselesaikan. Ali dan Asrori (2004) menyatakan bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada periode tertentu yang harus diselesaikan sebaik-baiknya. Menurut Havighurst (Hurlock, 1992:9) mengatakan bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang timbul pada periode tertentu dari kehidupan individu, apabila berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Sebaliknya, terhambatnya pelaksanaan tugas-tugas perkembangan suatu masa kehidupan dapat menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas perkembangan pada masa berikutnya.

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan merupakan tugas yang dilakukan oleh individu dalam masa hidup tertentu dan tugas itu harus sesuai dengan harapan masyarakat atau norma tertentu. Apabila individu tidak berhasil menyelesaikan tugas perkembangannya, maka individu akan mengalami masalah dan dapat berakibat negatif pada aspek psikologisnya, misal afeksinya (merasa takut, malu, minder, kecewa, sedih, rendah diri), kognisi (konsep diri negatif).

(24)

a. Mampu menerima keadaan fisiknya.

Remaja diharapkan dapat menerima keadaan fisik dirinya apa adanya dan menggunakannya secara tepat.

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

Remaja dapat menerima dan belajar perannya sebagai pria atau wanita dalam masyarakat sesuai dengan jenis kelaminnya.

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.

Remaja belajar bekerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.

d. Mencapai kemandirian emosional.

Remaja diharapkan sudah mulai mandiri dan tidak tergant ung terhadap orang tuanya.

e. Mencapai kemandirian ekonomi.

Remaja sudah mulai mampu berpenghasilan sendiri (mata pencaharian) dan setidaknya sudah dapat mengatur keuangannya. f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarkat.

(25)

g. Memahami dan menginternalisasikan nilai- nilai orang dewasa dan orang tua.

Remaja diharapkan memiliki seperangkat nilai- nilai sebagai pegangan hidup dalam hubungannya dengan orang lain.

h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.

Remaja belajar berperan sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab dalam masyarakat dan memperhitungkan nilai-nilai sosial dalam tingkah lakunya, perbuatan serta tindakannya sesuai dengan harapan masyarakat.

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan. Remaja sudah mulai memikirkan pasangan hidupnya.

j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.

Remaja sudah mulai mengembangkan keterampilan, memperoleh pengetahuan yang tepat tentang pengelolaan keluarga dan pemeliharaan anak.

4. Kebutuhan Remaja

(26)

a. Kebutuha n fisiologis.

Kebutuhan ini mencakup kebutuhan akan makanan, air, udara, tidur dan seks. Pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan tersebut sangat penting untuk kelangsungan hidup.

b. Kebutuhan akan rasa aman.

Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi kebutuhan-kebutuhan akan jaminan, stabilitas, perlindungan, ketertiban, bebas dari rasa takut dan kecemasan.

c. Kebutuhan akan memiliki dan cinta.

Pemuasan kebutuhan ini dilakukan dengan menjalin hubungan akrab dan penuh perhatian dengan orang lain.

d. Kebutuhan akan penghargaan baik penghargaan yang berasal dari orang lain maupun penghargaan terhadap diri sendiri.

e. Kebutuhan akan aktualisasi diri.

Kebutuhan akan aktualisasi diri merupakan kebutuhan seseorang untuk mengungkapkan keberadaannya. Kebutuhan ini yang paling tinggi tingkatannya.

Menurut Rifai (1984) ada empat jenis kebutuhan remaja yakni: a. Kebutuhan untuk menerima afeksi dari kelompok atau individu.

(27)

b. Kebutuhan untuk memberikan sumbangan kepada kelompoknya. Kebutuhan itu antara lain: menyatakan afeksi dan kegembiraan kepada keluarga dan teman-temannya, turut serta memikul tanggung jawab kelompok, menyatakan kesediaan dan kemenangan baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota kelompok.

c. Kebutuhan untuk memahami.

Remaja mempunyai kebutuhan untuk mengerti dan memahami persoalan-persoalan tertentu. Rasa bebas dari persoalan-persoalan tertentu akan memberikan rasa tenang dan aman pada remaja.

d. Kebutuhan untuk mempelajari dan menyelidiki sesuatu.

Remaja mempunya i kebutuhan untuk bebas melakukan percobaan-percobaan serta penyelidikan tentang kehidupan.

Kebutuhan remaja menurut Winkel (1997:167) yaitu mendapat perhatian dan dukungan; mendapat pengakuan dari orang dewasa dan kelompok teman sebaya; menerima kebebasan yang wajar untuk mengatur kehidupannya sendiri; memperoleh prestasi yang patut dibanggakan; membina persahabatan dengan teman sebaya; dan sebagainya. Kebutuhan untuk membina persahabatan dengan teman sebaya serta kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok merupakan kebutuhan yang berkaitan sangat erat dengan minat sosial remaja untuk berkumpul dan membentuk kelompok dengan teman sebaya.

(28)

saja bersifat fisiologis yakni untuk memenuhi fisik-biologis tetapi juga kebutuhan yang bersifat psikologis yakni untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya. Oleh karena itu, banyak orang dalam hidupnya mencari cinta dan ketergolongan dalam kelompo, harga diri dan penghargaan dari orang lain, dan kebutuhan mewujudkan potensi atau bakat yang dimiliki.

B. Penerimaan Sosial Remaja 1. Penerimaan Sosial

Hurlock (1955) penerimaan sosial adalah suatu tanggapan positif dari orang lain terhadap seluruh kepribadian seseorang yang merasa diterima. Menurut Chaplin (2000) penerimaan sosial adalah tingkat sejauh mana seseorang merasa diterima oleh orang lain. Penerimaan sosial merupakan sikap yang melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut dihargai (Rakhmat, 2004).

Individu yang dapat diterima dengan baik dapat berperilaku sesuai dengan cara dan patokan tertentu yang berlaku dalam masyarakat. Norma masyarakat akan di teruskan lewat orang tua, sekolah, teman sebaya. Oleh karena itu, norma menjadi bagian dari cita-cita diri individu. Semakin individu mampu memenuhi norma dan dapat diterima oleh masyarakat, maka harga dirinya dapat berkembang.

(29)

senang, gembira, puas, bahkan rasa bahagia sehingga memberi rasa percaya diri yang besar dan memiliki konsep diri yang positif.

a. Penerimaan Sosial Remaja

Penerimaan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan remaja dalam penyesuaian sosial. Oleh karena itu, penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya merupakan pengalaman yang menyenangkan karena remaja merasa diterima dalam kelompok. Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama di mana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya. Menurut Zulkifli (2003), remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik kepada kelompok teman sebayanya sehingga tidak jarang orang tua dinomorduakan sedangkan kelompoknya dinomorsatukan. Hal ini dilakukan oleh remaja dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok teman sebaya sehingga tercipta rasa aman. Penerimaan dari kelompok teman sebaya ini merupakan hal yang sangat penting, karena remaja membutuhkan adanya penerimaan dan keyakinan untuk dapat diterima oleh kelompoknya.

(30)

(Gunarsa & Gunarsa, 1984:95), kelompok remaja sulit ditiadakan karena para remaja membutuhkan rasa aman dan terlindung yang diperolehnya dalam lingkungan kelompoknya.

Remaja rentan terhadap pengaruh lingkungan khususnya dari teman sebaya. Hurlock (1992), menyatakan bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Bagi remaja kelompok atau teman-teman adalah sumber kekuatan, inspirasi, dan identitas diri. Ada kecenderungan pada remaja untuk menjadi apa yang diharapkan atau dikatakan oleh orang lain tentang dirinya karena mereka membutuhkan kelompoknya lebih dari apapun. Mereka beranggapan bahwa diterima di lingkungan sosialnya, remaja merasa berharga dan berarti serta dibutuhkan bagi atau oleh kelompoknya. Dengan demikian remaja dapat merasakan adanya kepuasan dalam interaksi sosialnya. Sedangkan remaja yang tidak diterima di lingkungan sosialnya akan mengalami penolakan dan itu merupakan suatu bencana, misalnya kesulitan menjalin hubungan dengan teman dalam pergaulan, sehingga individu sulit untuk berinteraksi, dan itu akan menimbulkan dampak negatif bagi remaja. Oleh karena itu, demi penerimaan kelompok mereka mengidentifikasikan diri dengan kelompok.

b. Faktor-Faktor Penerimaan Sosial

(31)

a. Kesan pertama

Kesan pertama cenderung mempengaruhi seseorang dalam penerimaan sosialnya, baik dengan individu yang sudah dikenal maupun yang belum dikenalnya. Setiap individu cenderung menilai baik buruknya seseorang berdasarkan kesan pertama. Menurut Hurlock (1992:217) menyatakan bahwa kesan pertama yang menyenangkan sebagai akibat dari penampilan yang menarik perhatian, sikap yang tenang, dan gembira. Sedangkan kesan pertama yang kurang baik karena penampilan diri yang kurang menarik atau sikap menjauhkan diri yang mementingkan diri sendiri.

b. Reputasi

(32)

i. Penampilan diri

Individu yang berpenampilan diri yang sesuai dengan penampilan teman-teman sebaya cenderung akan diterima dengan senang hati dan mengarah pada sikap yang menyenangkan. Sedangkan penampilan yang kurang menarik atau berbeda dengan teman sebaya, maka cenderung akan ditolak dan membuat remaja merasa rendah diri sehingga segala cara akan diusahakan untuk menutupinya agar dapat diterimadalam kelompok.

Minat terhadap penampilan diri pada remaja sangat penting. Cross dan Cross (Hurlock, 1996:219) menyebutkan pentingnya penampilan bagi remaja sebagai berikut: “kecantikan dan daya tarik fisik sangat penting bagi umat manusia”. Mathew (1996:136) menjelaskan bahwa “jika anda ingin mendapatkan banyak teman, pandai-pandailah mengatur cara berpakaian”. Menurut Mathew (1996) terdapat tiga aturan dalam berpakaian yaitu berpakaian rapi, sederhana, dan sesuai dengan kondisi. Hal ini merupakan tanda bahwa remaja yang berpenampilan sesuai dengan teman sebayanya akan mendaptkan penerimaan.

c. Perilaku sosial

(33)

bekerjasama, kreatif, mampu bertanggung jawab, bersikap bijaksana, dan sopan. Individu yang dapat berpartisipasi sosial mempunyai keterampilan dalam hal sosial misalnya dapat berperilaku apa adanya, bersedia mendengarkan, dapat menciptakan pembicaraan yang menarik dalam kelompok dan berbagai situasi sosial.

Perilaku sosial yang menyebabkan individu kurang diterima antara lain individu tidak dapat diajak bekerjasama, kurang sopan, malas bergaul dengan temannya. Menurut Hurlock (1992:217) “perilaku sosial yang mengakibatkan penolakan sosial adalah perilaku yang menonjolkan diri, mengganggu dan menggertak orang lain, senang memerintah, tidak dapat bekerjasama dan kurang bijaksana.

d. Kematangan

(34)

e. Sifat pribadi

Setiap individu mempunyai sifat kepribadian yang berbeda-beda dan dapat berubah mengingat adanya proses pendidikan dan pengaruh lingkungan. Sifat kepribadian dapat berubah seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman bergaul remaja itu sendiri.

Remaja menyadari bahwa ada sifat-sifat pribadi yang mendukung penerimaan maupun penolakan. Hurlock (1996) menyebutkan adanya beberapa karakter pribadi yang disukai dan yang mendukung penerimaan yaitu jujur, setia, memperhatikan kepentingan orang lain, dan terbuka. Sifat kepribadian menjadi hal yang penting terutama sifat seperti periang, murah hati, ramah, mau bekerjasama, jujur, tena ng, suka humor, dan sportif (Hurlock, 1996:290).

(35)

f. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi sangat mempengaruhi penerimaan dan penolakan pada masa remaja. Tingginya status sosial ekonomi di dalam kelompok remaja biasanya menjamin seorang anak remaja akan menjadi pusat perhatian dan juga terkadang membuat cemburu kelompok. Remaja dinilai tidak hanya dengan apa yang dia miliki tetapi juga dengan siapakah dia dan anggota keluarganya dalam lingkungannya. Luft (Hurlock, 1955:98) menjelaskan bahwa status sosial ekonomi adalah “suatu ukuran yang penting untuk menentukan bagaimana seseorang memandang orang lain”. Orang cenderung menghargai kepada mereka yang berpenghasilan tinggi dan kurang menghargai kepada orang yang berpenghasilan rendah.

Remaja yang kurang diterima di dalam kelompok biasanya dari status sosial ekonomi yang lebih rendah, sehingga mereka cenderung bersikap menutup diri, merasa minder, kurang merasa percaya diri, kurang disenangi, dan lain- lain terhadap teman-teman yang berasal dari status ekonomi yang lebih tinggi. Remaja yang memiliki status sosial ekonomi tinggi memilih teman yang status sosial ekonominya tinggi. Mereka merasa bahwa dirinya lebih hebat secara ekonomi. g. Tempat tinggal

(36)

sehingga mereka mudah untuk menyesuaikan diri dan mudah untuk bergaul dengan siapa saja. Apabia tempat tinggal individu yang terlalu jauh dari kelompok, maka kemampuan untuk berparisipasi bersama kelompok berkurang, sehingga mereka kurang dapat diterima dan kurang bisa menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar.

Remaja yang diterima denga n baik akan memiliki peluang lebih besar untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan kelompok teman sebaya dan dapat membuat individu menjadi populer, dibandingkan dengan anak yang tidak diterima dengan baik, maka individu akan memperoleh kesempatan untuk mempelajari keterampilan sosial. Akibat langsung adanya penerimaan teman sebaya bagi remaja adalah adanya rasa berharga dan berarti serta dibutuhkan oleh kelompoknya, sehingga menimbulkan rasa senang, puas, dan bahagia. Selain itu, secara sosial remaja lebih cakap dibandingkan dengan individu yang kurang aktif. Gottman (Hurlock,1996) menyatakan bahwa “anak yang populer lebih mengetahui cara menjalin persahabatan”. Hal ini akan menyebabkan peningkatan penerimaan sosial remaja dan dapat menimbulkan dampak yang baik pada konsep diri mereka. Individu yang tidak diterima dengan baik dalam kelompoknya dapat berdampak negatif bagi dirinya, misalnya tidak puas terhadap dirinya dan memiliki konsep diri negatif.

(37)

a. Individu akan merasa senang dan aman.

b. Individu dapat mengembangkan konsep diri yang menyenangkan karena orang lain mengakuinya.

c. Individu mempunyai kesempatan untuk mempelajari pola perilaku yang diterima secara sosial.

d. Individu secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian mereka keluar dan untuk menaruh minat pada orang di luar dari mereka. e. Individu dapat menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan

tidak mencemooh tradisi sosial.

4. Tanda-Tanda Penerimaan Sosial

Hurlock (1996) menyebutkan ada beberapa ciri yang menimbulkan penerimaan sosial yaitu:

a. Individu lebih berorientasi pada kelompok dan tidak egosentris.

b. Individu lebih mengutamakan orang lain serta membangun ego mereka dan tidak menghancurkannya.

c. Individu bersikap sebagaimana adanya, tidak menyesuaikan diri secara berlebihan, tetapi menyesuaikan dengan pola kelompok yang luas dengan mematuhi peraturan, kebiasaan dan adat istiadat.

(38)

Hurlock (1996:296), menyebutkan tanda-tanda yang menunjukkan individu diterima ole h orang lain adalah sebagai berikut:

a. Ekspresi wajah atau nada suara seseorang.

Individu memperoleh isyarat tentang bagaimana perasaan orang itu terhadap individu.

b. Perlakuan yang diterima dari orang lain.

Perlakuan yang diterima dari orang lain mengungkapkan dengan cukup akurat apakah mereka disukai atau tidak.

c. Konformitas.

Bila orang lain bersedia melakukan apa yang diinginkan oleh individu atau bila dengan sukarela mereka meniru cara bicara, perilaku, atau pakaiannya, individu akan memperoleh kepastian bahwa dia disukai. d. Jumlah teman.

Individu yang memiliki banyak teman bermain atau sahabat mengetahui bahwa mereka diterima dengan lebih baik daripada individu yang hanya memiliki sedikit teman bermain atau sahabat. e. Umpan balik dari teman.

Individu dapat mengetahui dengan mudah bagaimana perasaan orang lain terhadap dirinya yaitu berdasarkan ungkapan-ungkapan orang lain terhadap dirinya.

f. Sebutan.

(39)

5. Penerimaan Sosial dalam Kelompok Teman Sebaya pada Remaja Penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya pada remaja sangat dibutuhkan karena dalam kelompok itu remaja dapat memenuhi

kebutuhannya, misalnya kebutuhan dimengerti, kebutuhan dianggap, kebutuhan diperhatikan, kebutuhan mencari pengalaman baru, kebutuhan berprestasi, kebutuhan diterima statusnya, kebutuhan harga diri, rasa aman, yang belum tentu dapat diperoleh di rumah maupun di sekolah.

Remaja SMA yang duduk di bangku kelas II adalah remaja yang berusia 15-17 tahun. Untuk mencapai aspek perkembangan ini, remaja harus dapat menyesuaikan tugas-tugas perkembangan yang telah dijelaskan sebelumnya.

Dilihat dari tugas-tugas perkembangan remaja, nampak bahwa penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh setiap remaja. Menurut Hurlock (1992:209) “tugas perkembangan remaja lebih dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang ke kanak-kanakan dan memasuki masa dewasa”. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok teman sebaya mempunyai peran yang sangat penting pada masa remaja.

(40)

kebutuhan remaja di samping kelompok kebutuhan yang berhubungan dengan orang tua mereka (Mappiare, 1982:169).

Dengan demikian penerimaan sosial yang dilakukan remaja merupakan upaya mempersiapkan diri remaja dalam memasuki masa dewasa. Penerimaan dalam kelompok teman sebaya dapat meningkatkan konsep diri yang positif, karena individu merasa diterima dan individu semakin aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.

C. Bimbingan 1. Pengertian

(41)

dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan suatu proses membantu individu yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah agar dapat menemukan dan mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin sehingga dapat menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar.

2. Tujuan Bimbingan

Tujuan pelayanan bimbingan di sekolah menurut Djumhur dan Surya (1975:30) adalah mencapai tingkat perkembangan yang optimal bagi setiap individu sesuai dengan kemampuannya, agar dapat menyesuaikan dirinya kepada lingkungan. Winkel (1997:103) menyebutkan bahwa tujuan pelayanan bimbingan yaitu supaya siswa dan mahasiswa berkembang seoptimal mungk in dan mengambil manfaat sebanyak mungkin dari pengalamannya selama bersekolah dengan mengindahkan ciri-ciri kepribadiannya dan tuntutan kehidupan masyarakat di masa sekarang dan di masa yang akan datang.

3. Ragam Bimbingan

Winkel (1997:137) menyebutkan jenis bimbingan dengan menggunakan istilah ragam bimbingan, yang menunjuk pada bidang kehidupan tertentu dan aspek perkembangan tertentu yang menjadi fokus perhatian dalam pelayanan bimbingan. Winkel (1997:139) menyebutkan tiga macam ragam bimbingan yaitu:

(42)

jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan dan dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.

b. Bimbingan Akademik adalah bimbingan dalam hal menentukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.

c. Bimbingan Pribadi-Sosial adalah bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri, serta bimbingan dalam membina hubungan kemandirian dengan sesama diberbagai lingkungan (pergaulan sosial).

4. Pelayanan Bimbingan Pribadi-Sosial (Depdiknas, 2003:13-12) sebagai berikut:

Isi pokok bimbingan pribadi ini menyangkut:

a. Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa.

b. Pemantapan pemahaman tentang potensi diri dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari- hari maupun peranannya di masa depan.

(43)

d. Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya.

e. Pemantapan kemampuan mengambil keputusan dan mengarahkan diri secara mandiri sesuai dengan sistem etika, nilai kehidupan dan moral, serta apresiasi seni.

f. Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik secara rohaniah maupun jasmaniah, termasuk perencanaan hidup berkeluarga.

Isi pokok bimbingan sosial ini menyangkut:

a. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan secara efektif, efisien dan produktif.

b. Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta berargumentasi secara dinamis dan kreatif.

c. Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik di rumah, di sekolah, di tempat latihan/kerja/unit produksi maupun masyarakat luas dengan menjujung tinggi tata krama, sopan santun, serta nilai- nilai agama, adat istiadat, hukum, ilmu, dan kebiasaan yang berlaku. d. Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis dan produktif dengan

teman sebaya, baik di sekolah yang sama, di sekolah lain, di luar sekolah, maupun di masyarakat pada umumnya.

e. Pemantapan pemahaman tentang peraturan, kondisi rumah, sekolah, dan lingkungan, serta upaya pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung jawab.

(44)

30

Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan metodologi penelitian, yaitu jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data, penyusunan usulan topik bimbingan pribadi-sosial.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survai. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya (Arikunto, 2003:309). Tujuan penelitian ini adalah untuk melukiskan variabel atau kondisi “apa yang ada” dalam suatu situasi (Furchan 1982:415). Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

(45)

penelitian ini disebut penelitian sampel (Arikunto, 1997:109). Sampel penelitian diambil dari jumlah populasi penelitian yang ada di SMA Santo Bernardus Pekalongan. Sampel penelitian berjumlah 84 siswa yang terdiri dari siswa kelas XI Ia 2, XI Is 1, dan XI Is 3 yang diambil cluster random sampling. Pada saat itu ada 3 siswa yang tidak masuk sekolah, sehingga yang menjadi sampel penelitian berjumlah 81 siswa. Sedangkan sisanya siswa kelas XI Ia 1 dan XI Is 2 sebagai uji coba yang berjumlah 55 siswa, namun pada saat itu ada siswa yang tidak hadir yang berjumlah 3 siswa, sehingga yang mengikuti uji coba berjumlah 52 siswa. Jumlah siswa masing- masing kelas dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2006/2007

Kelas L P Jumlah Siswa

XI Ia 1 12 14 26

XI Ia 2 13 14 27

XI Is 1 14 14 28

XI Is 2 14 15 29

XI Is 3 14 15 29

Total 67 72 139 Siswa

Alasan peneliti memilih siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007 sebagai subyek penelitian adalah siswa kelas XI masih

(46)

pengenalan lingkungan sekitar, siswa kelas XII konsentrasi untuk menghadapi ujian.

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Kuesioner adalah sekumpulan daftar pernyataan tertulis yang diberikan kepada subjek penelitian (Furchan, 1982:249). Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian adalah Kuesioner Tingkat Penerimaan Sosial yang di susun oleh Dona (2005) yang sudah di modifikasi oleh peneliti.

(47)

Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Uji Coba

Aspek-Aspek Item Positif Item Negatif No item Total

1. Kesan pertama

a. Menarik perhatian

b. Sikap yang tenang

1

3. Penampilan diri

a. Penampilan yang

sesuai dengan teman b. Wajah yang menarik c. Penampilan yang rapi d. Mode pakaian

19, 24

4. Perilaku sosial

a. Bekerjasama

b. Tanggung jawab c. Kreatif

a. Pengendalian emosi b. Mengikuti peraturan

43, 44, 49, 46, 51

45, 47, 48, 52, 50

43-52 10

6. Sifat kepribadian

a. Jujur

7. Status sosial ekonomi

a. Perbedaan status

sosial ekonomi b. Hubungan orang tua

69, 73, 70,

75

74, 71, 76, 72

69-76 8

8. Tempat tinggal

a. Keadaan atau situasi tempat tinggal

b. Partisipasi dalam

(48)

D. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas adalah taraf sampai dimana suatu alat ukur mampu menguk ur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995:242). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk atau konsep, yaitu suatu validitas yang menunjukkan sampai di mana isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan suatu konsep ya ng seharusnya menjadi isi tes atau alat pengukur tersebut (Masidjo, 1995:244). Perhitungan validitas item dengan menjumlahkan skor setiap item dikorelasikan dengan skor total item peraspek (Arikunto, 2002:153).

( )

r : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

X : Jumlah skor tiap butir item Y : Jumlah skor peraspek N : Jumlah siswa

(49)

Tabel 3. Hasil Analisis Uji Validitas Item No Aspek Jumlah

item uji

coba

Jumlah Item yang

valid

Jml Item yang tidak valid

Revisi Jumlah item penelitian

1. Kesan pertama 4 4 - - 4

2. Reputasi 8 7 1 1 8

3. Penampilan diri

12 6 6 3 9

4. Perilaku sosial 18 10 8 3 13

5. Kematangan 10 5 5 2 7

6. Sifat kepribadian

16 12 4 - 12

7. Status sosial ekonomi

8 6 2 1 7

8. Tempat tinggal 4 4 - - 4

Jumlah 80 54 26 10 64

(50)

Tabel 4. Sebaran Item Kuesioner Penelitian

Aspek

Item Positif Item Negatif Total No Item

1. Kesan pertama

3. Penampilan diri

a Penampilan yang sesuai

dengan teman

b Wajah yang menarik

c Penampilan yang rapi

d Mode pakaian

21

4. Perilaku sosial

a. Bekerjasama

b. Tanggung jawab

c. Kreatif

a. Pengendalian emosi

b. Mengikuti Peraturan

35, 36, 37,

39

38, 40, 41

7 35-41

6. Sifat kepribadian

a. Jujur

b. Setia

c. Terbuka

d. Memperhatikan kepentingan

orang lain

7. Status sosial ekonomi

a. Perbedaan status sosial

ekonomi

b. Hubungan orang tua

54, 55, 58

60

56, 57, 59

7 54-60

8. Tempat tinggal

a. Keadaan atau situasi tempat

tinggal

b. Partisipasi dalam kelompok

(51)

2. Reliabilitas

Reliabilitas instrumen adalah tingkat keajegan atau ketetapan suatu alat ukur dalam mengukur apa yang seharusnya diukur (Furchan, 1982:295). Sedangkan menurut Masidjo (1995:209), reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil.

Untuk mengukur koefisien reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 2005:109) sebagai berikut:



Γ11 reliabilitas yang dicari

2 i

σ

Σ =jumlah varians skor tiap-tiap item

2 t

σ =varians total

Setelah dikoreksi dengan rumus Alpha, di dapat koefisien reliabilitas

11

Γ = 0,8. Atas dasar signifikan 1% untuk N = 52 dituntut

x y

Γ = 0,361. Jadi taraf

(52)

Masidjo (1995:209), menyebutkan koefisiensi reliabilitas sebagai berikut: Tabel 5. Koefisiensi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91 – 1,00 Sangat Tinggi

0,71 – 0,90 Tinggi

0,41 – 0,70 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

Negatif – 0,20 Sangat Rendah

E. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap persiapan

a. Menyusun kusioner . Peneliti membuat kisi-kisi dengan menentukan aspek-aspek penerimaan sosial dan indikator- indikator yang mendukung, setelah kisi-kisi kusioner dibuat kemudian di konsultasikan kepada dosen pembimbing.

b. Peneliti meminta izin untuk uji coba alat penelitian kepada kepala sekolah SMA Santo Bernardus Pekalongan pada tanggal 18 Juli 2006.

c. Peneliti melaksanakan uji coba penelitian yang dilaksanakan di SMA Santo Bernardus Pekalongan pada hari Senin pada tanggal 24 Juli 2006, di kelas XI Is 2 yang berjumlah 29 siswa dan XI Ia 1 yang berjumlah 26 siswa. Pada waktu melaksanakan uji coba alat penelitian ada siswa yang tidak hadir sebanyak 3 orang, sehingga yang mengisi kusioner sebanyak 52 siswa.

(53)

2. Tahap pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 September dan 3 Oktober 2006. Kelas XI Is 1 pada hari Jumat, 29 September 2006 pukul 07.35 - 08.10 WIB. Kelas XI Ia 2 pada hari Jumat, 29 September 2006 pukul 09.35 – 10.10 WIB. Kelas XI Is 3 pada hari Selasa, 3 Oktober 2006 pukul 11.35 – 12.10 WIB.

Jumlah seluruh siswa dari ketiga kelas tersebut adalah 84 siswa. Pada saat itu ada siswa yang tidak masuk sekolah, sehingga kuesioner yang diisi oleh siswa sejumlah 81.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti di sekolah dengan menggunakan jam bimbingan dan konseling sehingga peneliti terlibat langsung mendampingi para siswa untuk mengisi kuesioner. Sebelum pengumpulan data dilaksanakan, peneliti memperkenalkan dan menjelaskan maksud peneliti datang ke setiap kelas yang bersangkutan. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengisi kuesioner dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan item- item yang kurang jelas.

F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan sesuai dengan permasalahan penelitian yang diajukan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Menentukan skor jawaban responden sesuai dengan alternatif jawaban. 2. Mentabulasi skor dan menghitung jumlah skor masing- masing responden. 3. Menggolongkan kualifikasi penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya

(54)

Tabel 6. Penggolongan Tingkat Penerimaan Sosial Tingkat Penerimaan Sosial Kualifikasi

90%-100% Sangat Tinggi

80%-89% Tinggi

65%-79% Cukup Tinggi

55%-64% Rendah

Di bawah 55% Sangat Rendah

G. Penyusunan Usulan Topik Bimbingan Pribadi-Sosial

(55)

41

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian ini menjawab rumusan masalah penelitian, yaitu: Bagaimana tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007.

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengenai tingkat penerimaan siswa kelas XI SMA Santo Bernardus pekalongan tahun ajaran 2006/2007, peneliti menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I. PAP Tipe I merupakan suatu penilaian yang memperbandingkan skor real dengan skor yang seharusnya (Masidjo,1995). Penggolongan berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7 penggolongan berdasarkan PAP Tipe I

Kategori Patokan

Sangat Tinggi 90%-100%

Tinggi 80%-89%

Cukup 65%-79%

Rendah 55%-64%

Sangat Rendah <55%

(56)

Tabulasi data hasil penelitian tingkat penerimaan sosial siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007 dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 113.

Tingkat penerimaan siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007 dapat digolongkan menjadi lima kategori, yaitu: sangat tinggi, tinggi, cukup tinggi, rendah, dan sangat rendah. Dapat di lihat pada tabel 8 sebagai berikut:

Tabel 8

Hasil Penggolongan tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007

Patokan Rentangan Skor Frekuensi Persentase Kategori

90%-100% 230,4 -256 4 4,9 % ST

80%-89% 204,8 - 229,4 40 49,1% T

65%-79% 166,4 - 203,8 34 41,9% CT

55%-64% 140,8 -165,4 3 3,7% R

<55% - 139,8 0 0% SR

N 81

(57)

Hasil penelitian berikutnya yaitu tentang aspek penelitian. Perhitungan ini didapat dari jumlah total skor setiap aspek dibagi dengan skor maksimal yang harus dicapai per aspek, kemudian dikalikan 100%. Hasil persentase penelitian peraspek dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut:

Tabel 9

Hasil Persentase aspek-aspek penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007

No Aspek Jumlah

dicapai tiap aspek

Prosentase Kategori

1 Kesan pertama 4 877 1296 67,6% Cukup

Hasil perhitungan persentase aspek-aspek tingkat penerimaan sosial dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 123.

(58)

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasi- hasil penelitian sesuai dengan pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti. Pembahasan di sini dibagi menjadi dua bagian, yang pertama dibahas mengenai bagaimana penerimaan sosial secara keseluruhan dan yang kedua akan dibahas mengenai penerimaan sosial ditinjau dari tiap aspek penerimaan.

(59)

dalam menjalankan perannya. Hurlock (1992:201) menyatakan bahwa “yang paling penting dalam kebahagiaan adalah penerimaan, baik penerimaan diri sendiri maupun penerimaan/dukungan sosial”. Hasil perhitungan persentase aspek tingkat penerimaan berdasarkan kategori rendah dapat di lihat pada lampiran 12 halaman 127.

2. Deskripsi tingkat penerimaan sosial siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007 dilihat dari tiap aspek.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat kategori siswa mengenai tingkat penerimaan sosial dari tiap aspek sebagai berikut:

a. Kesan pertama. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat penerimaan sosial siswa berdasarkan aspek pertama termasuk dalam kategori cukup tinggi (67,6%). Sesuai dengan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa aspek ini perlu ditingkatkan. Hal ini berarti bahwa siswa belum memenuhi standard yang sesuai dengan harapan teman-teman yang telah ditentukan oleh kelompok. Hurlock (1992:217) menyatakan bahwa kesan pertama yang menyenangkan sebagai akibat dari penampilan yang menarik perhatian, sikap tenang, dan gembira. Penampilan memang menciptakan kesan pertama di mata orang lain (Paul, 1993:44). Sedangkan kesan pertama yang kurang baik karena penampilan diri yang kurang menarik atau sikap menjauhkan diri, yang mementingkandiri sendiri.

(60)

diterima oleh teman kelompoknya, sehingga ia dapat bergaul dengan teman-teman. Apabila individu memiliki reputasi atau nama baik yang kurang baik, maka mereka tidak disukai dan diterima oleh kelompoknya. c. Penampilan diri. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat penerimaan sosial

berdasarkan aspek ketiga termasuk dalam kategori cukup tinggi (76,1%). Hal ini disebabkan karena tidak sesuai dengan harapan kelompok, misalnya penampilan yang tidak sesuaidengan teman, wajah yang kurang menarik, penampilan yang kurang rapi, mode pakaian yang kurang modis. Semua dapat menyebabkan remaja merasa tidak percaya diri, minder, malu, dan sebagainya. Oleh sebab itu, remaja merasa ditolak, menutup diri, mempunyai konsep diri negatif. Gunarsa (2000) menyatakan “kurangnya dalam penampilan bias menimbulkan rasa rendah diri, kurang percaya diri, kalau tidak ada cara kompensasi yang baik”.

(61)

misalnya dengan bekerjasama, mau bertanggung jawab, kreatif, dan lain-lain.

e. Kematangan. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat penerimaan sosial berdasarkan aspek kelima termasuk dalam kategori tinggi (80,9%). Hal ini menunjukan bahwa siswa sudah matang secara sosial dan emosinya, sehingga siswa dapat diterima oleh teman-teman maupun lingkungannya. Hal ini disebabkan karena remaja sudah semakin matang keadaan fisik seseorang, tingkat emosi yang sudah tidak meledak-ledak sehingga seseorang mulai mampu mengendalikan emosinya dan mengungkapkan emosinya dengan cara yang dapat diterima oleh teman-teman dalam kelompoknya. Gesell, dkk (Hurlock, 1992:213) mengatakan bahwa remaja empat belas tahun sering kali mudah marah, mudah dirangsang, dan emosinya cenderung “meledak”, tidak berusaha mengendalikan perasaannya. Sebaliknya, remaja enam belas tahun mengatakan bahwa mereka “tidak punya keprihatinan”. Jadi adanya badai dan tekanan dalam periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja.

(62)

dan berelasi dengan teman-temannya. Meskipun sifat-sifat yang dikagumi berbeda dari kelompok sosial ke kelompok sosial yang lain, namun remaja mengerti apa yang dikagumi oleh kelompoknya (Hurlock, 1992:234).

g. Status sosial ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat penerimaan sosial berdasarkan aspek ketujuh termasuk dalam kategori tinggi (86,6%). Hal ini disebabkan karena siswa mempunyai latar belakang sosial ekonomi yang kurang lebih sama dengan teman-teman, misalnya kebanyakan orang tua dari mereka bermata pencaharian sebagai wiraswasta. Latar belakang status sosial ekonomi sangat mempengaruhi penerimaan dan penolakan pada masa remaja. Mereka cenderung memilih teman yang kurang lebih mempunyai latar belakang status sosial ekonominya sama. Luft (Hurlock, 1955) menjelaskan bahwa status sosial ekonomi adalah “suatu ukuran yang penting untuk menentukan bagaimana seseorang memandang orang lain”.

(63)

49

(64)

50

Materi Bimbingan

No Dasar

Pertimbangan

Tujuan Layanan

Bimbingan Topik Sub Topik

Referensi

1. Aspek 1 Siswa semakin mampu mengenal, menghargai, menerima diri sendiri dan orang lain.

Pentingnya kesan pertama.

Penerimaan kesan-kesan.

-Ann Demarais & Valerie White. 2005. Pentingnya Kesan Pertama. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

(65)

Pertimbangan Bimbingan Topik Sub Topik 2. Aspek 3 Siswa dapat menunjukkan perilaku

yang sopan sesuai dengan jenis kelamin.

Penampilan diri. - Makna kerapian. -Makna kebersihan. -Penampilan sebagai

pria/wanita.

-Kepribadian umum pria/wanita.

-Dale R,Olen. 1987. Kecakapan Hidup Pada Anak. Yogyakarta: Kanisius.

-Pratiwi Knys. 1987. Dunia Muda Mudi. Yogyakarta: Kanisius. -Pratiwi knys. 1989. Problem yang Dihadapi Muda Mudi. Yogyakarta: Kanisius.

3. Aspek 4 Siswa dapat membentuk kelompok kerja sama yang saling membantu merencanakan tujuan bersama.

Kerja sama -Makna kerja sama -Memberi- menerima -keuntungan kerja

sama

-Teknik diskusi

(66)

Pertimbangan Bimbingan Topik Sub Topik

4. Aspek 2 Siswa memakin mengenal

kebaikan diri sendiri dan orang lain.

-Paul. 1989. Retret untuk SLP dan SLA. Yogyakarta: Kanisius

5. Aspek 8 Siswa dapat menjalin hubungan baik dan membantu orang tua atau keluarga -Aku, keluarga dan

teman

- Pratiwi Knys. 1987. Dunia Muda Mudi. Yogyakarta: Kanisius. -Pratiwi knys. 1989.

Problem yang Dihadapi Muda Mudi. Yogyakarta: Kanisius.

6. Aspek 5 Siswa semakin mampu mengenal dan menerima perasaannya sendiri serta mampu mengelola emosi dan mengungkapkan secara positif.

Cara mengenal,

-Rochelle, S. 1986. Bagaimana mengenal, menerima, dan mengarahkannya.

(67)

SILABUS PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING BERBASIS KOMPETENSI

Jenjang Sekolah: SMA Sub Tugas Perkembangan: Mampu mencapai kematangan dalam hubungan teman

Kelas Kegiatan Layanan

Kegiatan Pendukung

Penilaian Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8

sendiri dan orang

lain.

yang mantap tentang

(68)

dan ekonomi. ekonomi

Jenis Layanan Jenis Kegiatan Pendukung Tahap Penilaian

ORIN = Layanan Orientasi APIN = Aplikasi Instrumentasi Laiseg = Penilaian segera

INFO = Layanan Informasi HPDT = Himpunan Data Laijapen = Penilaian jangka pendek PBLJ = Layanan Pembelajaran KFKS = Konferensi Kasus Laijapan = Penilaian jangka penjang PPNL = Layanan Penempatan dan Penyuluhan KJRM = Kunjungan Rumah

KPOR = Layanan Konseling Perorangan ATKS = Alih Tangan Kasus BIKP = Layanan Bimbingan Kelompok

(69)

55

terhadap salah seorang peserta kelompok mereka. 2. Jumlah Peserta:

Besar kelompok bebas. Waktu pelaksanaan kegiatan ini kira-kira 15” 3. Pelaksanaan Kegiatan:

a. Pembimbing menjelaskan bahwa kegiatan ini memberi kesempatan kepada para siswa yang secara sukarela ingin mengetahui kesan-kesan tentang dirinya yang diperoleh dari orang lain.

b. Pembimbing minta satu siswa untuk maju ke depan dalam permainan ini. c. Kemudian siswa tersebut mendengarkan tanggapan dan kesan-kesan

tentang dirinya dari orang lain dan siswa tersebut tidak boleh memberikan komentar apapun.

d. Siswa lain diberi kesempatan untuk mengutarakan kesan pertama mereka secara singkat, tepat, dan juj ur. Jangan memakai istilah-istilah yang terlalu umum dan kurang konkret, misalnya: “Kamu selalu mau menang sendiri”. Kesan-kesan yang jujur dalam mengkritik misalnya: “Kamu berbicara terlalu sering dan lama sehingga menjengkelkan saya” lebih cocok untuk permainan ini.

(70)

tidak mempunyai kesan-kesan yang diutarakan lagi, maka permainan boleh diulang dengan siswa yang lainnya.

Evaluasi dan Refleksi:

1. Apakah saya telah mempunyai kesan terhadap sukarelawan itu atau belum? 2. Apakah sulit bagi saya untuk mengutarakan kesan-kesan saya itu?

Untuk para sukarelawan:

1. Bagaimana perasaan saya ketika berdiri di depan kelompok siswa? 2. Kritik yang mana dapat saya terima dan mana yang baik?

(71)

Hand Out

Kesan pertama itu penting. Kalau tidak percaya, coba perhatikan ilustrasi ini. “Anda bertemu dengan seorang kenalan baru. Dia memonopoli pembicaraan dengan menceritakan hobi memancingnya yang sama sekali tak Anda mengerti dan tak ingin Anda ketahui. Anda mendengarkan sambil bersusa payah menahan diri untuk tidak menguap”. Apa yang Anda pikirkan saat itu?. Kemungkinan besar Anda menganggap orang itu membosankan, egosentris, dan sederet penilaian jelek lain yang membuat Anda enggan berhubungan dengannya. Padahal…siapa tahu kenalan baru Anda gugup dan berusaha mencari topik pembicaraan yang paling nyaman buatnya!. Meski tampaknya sederhana, pertemuan dan kesan pertama yang kita tinggalkan kerap memberi pengaruh besar terhadap kehidupan kita.

Kesan pertama adalah kesempatan pertama, yang terkadang menjadi satu-satunya kesempatan, untuk memberi gambaran mengenai siapa diri kita kepada orang lain dan sesuatu yang melekat selamanya.

(72)

Sumber Pustaka:

Ann Demarais & Valerie White. 2005. Pentingnya Kesan Pertama. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

(73)

59

Dalam bab ini diuraikan tentang ringkasan, kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan saran untuk pihak sekolah.

A. Ringkasan

Penelitian ini berjudul tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya dan implikasinya pada usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial pada siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran 2006/2007. Peneliti memilih judul ini karena unt uk mengetahui seberapa jauh siswa kelas XI dapat diterima oleh siswa yang lain dalam kelompok teman sebayanya selama belajar di sekolah tersebut. Hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun topik-topik bimbingan.

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007. (2) Menyusun suatu usulan topik-topik bimbingan yang sesuai bagi siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007.

(74)

secara random. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner, yang terdiri dari 8 aspek dengan jumlah 64 item. Alat pengumpul data yang digunakan disusun oleh Dona (2005) yang sudah dimodifikasi oleh peneliti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penerimaan sosial pada siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007 secara keseluruhan termasuk dalam kategori tinggi yaitu dari 81 siswa terdapat 40 siswa (49,1%) yang termasuk kategori tinggi, ada 4 siswa (4,9%) termasuk kategori sangat tinggi, ada 34 siswa (41,9%) termasuk kategori cukup tinggi, dan ada 3 siswa (3,7%) kategori rendah. Berdasarkan persentase tingkat aspek penerimaan sosial terdapat 6 aspek yang temasuk dalam kategori tinggi dan ada 2 aspek termasuk dalam kategori cukup tinggi.

B. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya secara keseluruhan termasuk dalam kategori tinggi, pada siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007 lebih banyak dari pada siswa yang memiliki tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya dalam kategori sangat tinggi, cukup tinggi, dan rendah.

(75)

status sosial ekonomi, tempat tinggal. Selain itu, ada dua aspek yang termasuk dalam kategori cukup tinggi yaitu kesan pertama dan penampilan diri.

3. Berdasarkan hasil penelitian dari penghitungan persentase yang terkecil peraspek ada dua yaitu aspek kesan pertama dan penampilan diri.

4. Dari dua aspek yang memiliki persentase terkecil, maka diusulkan topik-topik bimbingan yang dibuat untuk siswa yang memiliki permasalahan dalam bidang pribadi-sosial, yaitu tentang topik pentingnya kesan pertama, penampilan diri, cara menerima dan mengarahkan emosi, dan kepribadian.

C. Keterbatasan Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Kuesioner ini termasuk kuesioner tertutup karena pernyataan dalam kuesioner ini sudah memiliki alternatif jawaban sehingga siswa tinggal memilih jawaban yang telah disediakan.

Apabila ada peneliti lain yang akan menggunakan alat ukur ini, maka sebaiknya menguji coba kembali atau merevisi kuesioner yang telah digunakan dalam penelitian ini, meskipun reliabilitasnya tinggi.

(76)

D. Saran

Berikut ini ada beberapa saran yang ditujukan kepada berbagai pihak: 1. Bagi staff bimbingan dan konseling SMA Santo Bernardus Pekalongan

a. Guru pembimbing perlu lebih peka memperhatikan pergaulan siswa dengan teman-temannya, apabila ada siswa yang memiliki permasalahan dalam pergaulan dengan teman-temannya ataupun dalam berelasi dengan teman-temannya, maka guru dapat memanggilnya agar dapat diberikan bimbingan secara pribadi, ataupun secara kelompok dalam bimbingan di dalam kelas.

b. Bimbingan kelompok perlu ditingkatkan, khususnya dalam bidang bimbingan pribadi sosial.

c. Guru dapat memberikan kegiatan yang berhubungan dengan banyak siswa sehingga siswa terbiasa dan terlatih dalam bergaul dengan teman-teman sebayanya selain itu, siswa juga lebih mudah dalam memperoleh penerimaan dengan teman sebayanya.

2. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian-penelitian sejenis diharapkan:

a. Melihat kembali kuesioner yang telah dibuat supaya nantinya dapat memenuhi persyaratan sebagai instrumen penelitian yang baik.

(77)

63

Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. _________. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineke Cipta.

_________. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Azwar, S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar Offs et. Bruno, E.J. 1989. Istilah Kunci Psikologi. Yogyakarta: Kanisius.

Chaplin, J.P. 2000. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers. Depdiknas. 2003. Panduan Pelayanan Bimbingan Dan Konseling. Jakarta.

Djumhur, I dan Surya, Moh. 1975. Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah (Guidance & Counseling). Bandung: C.V Ilmu.

Dona. 2005. Deskripsi Tingkat Kemampuan Penyesuaian Diri Terhadap Teman Sebaya Para Siswa Kelas I SMA Tarakanita Magelang Tahun Ajaran 2004/2005 Dan Implikasinya Pada Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial.(Skripsi). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Furchan, A. 1982. Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Garret, H.E. 1967. Statistic in Psychologi and Edudation. London: Longmans

Green and Co.

Gerungan, W.A. 1986. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.

Gunarsa, S.Y. dan Gunarsa, D.S. 1984. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hadi, S. 1990. Analisis Butir Instrumen Angket, Tes Dan Skala Nilai Dengan BASICA. Yogyakarta: Andi Offset.

Hurlock, E. 1955. Adolescent Development. New York: Mc Graw Hill Book Company.

(78)

_____. 1992. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Kelima. Bandung: Erlangga.

_____. 1996. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga. Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

Mathew, A. 1996. Making Friends: Strategi Bergaul Agar Diterima Orang Lain. Jakarta: Gramedia: Widiasarana.

Melly. 1984. Psikologi Perkembangan Remaja Dari Segi Kehidupan Sosial. Bandung: Bina Aksara.

Nawawi, H. 1982. Administrasi dan Organisasi Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: Depdikbud.

Paul, J. 1993. Mengapa Rendah Diri. Yogyakarta: Kanisius.

Rifai, M. 1984. Psikologi Perkembangan Remaja. Bandung: PT Bina Aksara. Schultz, D.1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

Sukardi, D. 1983. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.

Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(79)

L

A

M

(80)

Tujuan Kuesioner

Pada kesempatan ini, kami mengharapkan kesediaan Anda untuk menjawab kuesioner ini. Tujuan kuesioner ini untuk mengetahui sejauh mana Anda diterima oleh teman-teman Anda selama belajar di SMA ini. Informasi yang diperoleh melalui jawaban Anda dalam mengisi kuesioner ini, akan diolah dan hasilnya digunakan untuk mengembangan topik-topik bimbingan pribadi sosial di sekolah ini.

Hasil kuesioner ini akan terjaga kerahasiaannya dan tidak akan mempengaruhi nilai rapor Anda. Oleh karena itu, kami mohon Anda menjawab semua pernyataan ini dengan jujur sesuai pendapat dan pengalaman Anda.

Terima kasih atas kesediaan dan kerjasama Anda.

Jenis Kelamin :

Kelas :

Tanggal Pengisian :

Petunjuk

A. Bacalah masing- masing pernyataan berikut dengan teliti.

Tentukanlah seberapa sering hal- hal yang diungkapkan dalam pernyataan tersebut Anda alami.

Alternatif jawaban yang dapat Anda pilih adalah: 1. Sangat Sering (SS) : Jika 81%-100% Anda alami 2. Sering (SR) : Jika 61%-80% Anda alami 3. Jarang (JR) : Jika 41%-60% Anda alami 4. Tidak Pernah (TP) : Jika 0%-40% Anda alami

B. Berilah tanda cek (√) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan Anda yang sebenarnya. Anda di minta untuk memberikan jawaban pada semua pernyataan, dengan kata lain tidak ada nomor yang dilewati atau tidakdijawab!

Gambar

Tabel 3. Hasil Analisis Uji Validitas Item
Tabel 4. Sebaran Item Kuesioner Penelitian
Tabel 5. Koefisiensi Reliabilitas
Tabel 6. Penggolongan Tingkat Penerimaan Sosial
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tersedia data base Pemakai (jumlah pengunjung, jumlah peminjam koleksi, jumlah koleksi perpustakaan yang dipinjam, jumlah pengguna.

Dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di jenjang pendidikan dasar dan menengah, mengindikasikan adanya upaya pemerintah pusat memberikan kewenangan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul: “ “ Analisis Perilaku Anggota Dewan Dalam Menjalankan Fungsi Legislasi (Studi Empiris Pada

Also you don't want to check out, you could directly shut the book soft documents and also open Student Solutions Manual To Accompany Calculus Multivariable By Howard Anton, Irl

Hasil dari penelitian ini adalah aplikasi terjemahan Bahasa Indonesia ke Bahasa Banjar disertai Analisis sintaksis, yang digunakan untuk membantu para pendatang di Banjar

Hal ini menunjukan bahwa udem yang ditimbulkan karena induksi karagenan pada telapak kaki tikus berkurang dibandingkan dengan kelompok kontrol positif yang sama

chosen probabilities.. The Battle of the Sexes Wrestling Opera Wrestling Joan 2,1 0,0 • Pure Strategy – Both watch wrestling – Both watch opera • Mixed Strategy – Jim chooses

Sasaran reformasi birokrasi pada lima tahun pertama difokuskan pada penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN,