• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja terhadap kelompok sebaya Panti Asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Deskripsi tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja terhadap kelompok sebaya Panti Asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial - USD Repository"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Dewi Wahyuningsih

NIM 021114064

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v

Life is Beautiful

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

฀ Hati Kudus Yesus yang setia menemaniku saat kesulitan ฀ ฀ BundaSuci Maria yang slalu mengajariku untuk sabar฀

฀ Suamiku dan anakku, trima kasih cinta untuk sgalanya. Aku sayang kalian ฀ ฀ Orang tuaku yang sayang dan slalu mendoakanku ฀

(7)

vi

TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL DEWI WAHYUNINGSIH

2008

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo terhadap kelompok sebaya di panti asuhan tahun 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) Sejauh mana tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama tahun 2007/2008 terhadap kelompok sebaya? (2) Topik-topik bimbingan apa saja yang dapat diusulkan sebagai usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial untuk para remaja panti asuhan Wira Karya Tama tahun 2007/2008?

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Subyek penelitiannya adalah para remaja panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008 yang berjumlah 30 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah “Kuesioner Tingkat Kemampuan Penyesuaian Sosial Remaja Terhadap Kelompok Sebaya” yang disusun oleh peneliti dengan memodifikasi kuesioner yang dibuat oleh Anita Widia Ariati tahun 2004. Dalam instrumen ini dikemukakan ada lima aspek penyesuaian sosial yang dijabarkan dalam item-item instrumen penelitian.

(8)

vii

PERSONAL-SOCIAL GUIDANCE TOPICS DEWI WAHYUNINGSIH

2008

The research aimed to provide a description about the level adolescent social adjustment at Wira Karya Tama Orphanage Purworejo in 2007/2008 to peers group and its implication in the social personal guidance topics idea. The problems that are discussed in the research are (1) What is the adolescent social adjustment ability level at Wira Karya Tama Orphanage Purworejo 2007/2008 to the peer group? (2)What guidance topics that could be suggested as a personal-social guidance topic at Wira Karya Tama Orphanage Purworejo in 2007/2008.

The type of research used in the research was descriptive analysis. The respondent was 30 adolescents. The instrument of the research was the questionnaire of adolescent social adjustment ability level to the peers group. This questionnaire was arranged by Anita Widia Ariati 2004 with some modifications by the writer. This instrument had 5 social adjustment aspect which divided into some items of research instruments.

(9)

viii

penulis dengan kasih dan cinta-Nya dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan kekuatan dan semangat sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Kelancaran dan keberhasilan dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari penerimaan, dukungan, bantuan dan kerjasama dari semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs.Y.B. Adimassana, MA, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, kritik, saran dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Para Dosen Program Studi Bimbingan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah banyak memberikan bekal, bantuan kepada penulis selama menjalani masa studi.

3. Ibu Sri Tanmiati, S.Pd, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo, serta dukungan beliau yang selalu memberikan semangat kepada penulis agar cepat menyelesaikan studinya.

(10)

ix

5. Suamiku Valentinus Prima Dhani A, S.S dan Ananda Fransiskus Xaverius Raka Putra Adrianto yang Tercinta, yang selalu setia dan sabar menunggu bundanya lulus kuliah.

6. Bapak/Ibu Santoso dan Bpk/Ibu Ishadi K, mereka yang selalu memberikan doa dan semangatnya.

7. Teman-teman Bimbingan Konseling angkatan 2002 & 2003 (Mb.Surmi, Litha, Om gugun yang setia dan sabar membantu penulis bila mengalami kesulitan).

8. Saudaraku dan semua pihak tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penulisan skripi ini.

Penulis menyadari bahwa karya penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima sumbangan baik berupa pemikiran, kritik, maupun saran yang bersifat membangun. Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi dunia bimbingan di panti asuhan dan bagi para pembaca.

(11)

x

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ....………. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... v

ABSTRAK ...………vi

ABSTRACT ...………vii

KATA PENGANTAR...………viii

DAFTAR ISI ……….………... x

DAFTAR TABEL……… xiii

DAFTAR LAMPIRAN………... xiv

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Perumusan Masalah ……… 4

C. Tujuan Penelitian ……… 5

D. Manfaat penelitian ……….. 5

(12)

xi

2. Tujuan Panti Asuhan ……...………. 9

3. Fungsi Panti Asuhan ………. 10

B. Remaja ……….. 11

1. Pengertian Remaja ……… 11

2. Batasan Usia Remaja ……… 12

3. Tugas Perkembangan Remaja…..……….. 12

C. Kelompok Sebaya ……….……… 13

D. Penyesuaian Sosial ……….……….. 17

1. Pengertian Penyesuaian Sosial ……… 17

2. Penyesuaian Sosial Remaja Panti Asuhan ………….. 18

3. Aspek-aspek Penyesuaian Sosial ………19

4. Kebutuhan Sosial Remaja Panti Asuhan ……… 25

E. Bimbingan ……….. 27

1. Pengertian Bimbingan ……… 27

2. Bimbingan Pribadi-Sosial ………... 27

3. Tujuan Pokok Bimbingan ……… 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………..……….…31

A. Jenis Penelitian …..………... 31

(13)

xii

3. Perhitungan Mean ………. 36

4. Koefisien Reliabilitas dan Validitas Kuesioner …… 37

D. Prosedur Pengumpulan Data ………. 38

E. Teknik Pengolahan Data ………40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...………. 42

A. Hasil Penelitian ………. 42

B. Pembahasan ……….. 45

BAB V USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN …..…. ………. 51

BAB VI RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN ...……… 57

A. Ringkasan ... ………. 57

B. Kesimpulan ….……….. 60

C. Saran ……… 60

DAFTAR PUSTAKA ……… 62

(14)

xiii

TABEL 2 Koefisien Relibilitas & Validitas Uji Coba dan Penelitian ………... 37 TABEL 3 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas & Validitas alat tes ……….. 38 TABEL 4 Jumlah Remaja Panti Asuhan dan Tingkat Kemampuan

Penyesuaian Sosial Per-Aspek ...………... 43 TABEL 5 Jumlah Remaja Panti Asuhan dan Tingkat Kemampuan

(15)

xiv LAMPIRAN 2 Distribusi Skor Gasal-Genap

Uji Coba Penelitian Panti Asuhan Wiloso ………. 67 LAMPIRAN 3 Distribusi Skor Gasal-Genap Penelitian ……… 68 LAMPIRAN 4 Distribusi Skor-skor Kuesioner Tiap Anak

dan Penggolongannya………. 69 LAMPIRAN 5 Perhitungan Skor-skor Per-Aspek Kemampuan

Penyesuaian Sosial ………. 70 LAMPIRAN 6 Skor-skor Per-Aspek Kemampuan Penyesuaian

Sosial & Penggolongannya ……… 71 LAMPIRAN 7 Urutan Tingkat Kemampuan Penyesuaian Sosial ………….. 72 LAMPIRAN 8 Perhitungan Mean Per-Aspek

Kemampuan Penyesuaian Sosial……….... 73 LAMPIRAN 9 Perhitungan Koefisien Reliabilitas & Validitas

Uji Coba Penelitian .…………...……… 75 LAMPIRAN 10 Perhitungan Koefisien Reliabilitas & Validitas dan

Perhitungan Mean Penelitian …...….………. 77 LAMPIRAN 11 Surat Ket Penelitian Dari Kampus dan Panti Asuhan...79 LAMPIRAN 12 Contoh Satuan Pelayanan Bimbingan ………81 LAMPIRAN 13 Kuesioner Penyesuaian Sosial Remaja

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Panti asuhan adalah suatu lingkungan atau tempat tinggal bagi seorang yang tidak dapat hidup bersama-sama keluarganya, baik dengan ayah, ibu dan juga saudara-saudaranya. Seorang tersebut hidup dan tinggal bersama orang lain dalam suatu lingkungan yang memberikan situasi berbeda dengan apa yang didapatkan seperti anak-anak yang hidup dan tinggal dalam keluarga yang utuh dan harmonis. Hal ini bisa mungkin terjadi karena keadaan orang tua yang tidak mampu menjalankan tugasnya secara maksimal. Ketidakbersamaan yang dialami seorang yang tinggal di panti asuhan tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti: orangtua meninggal, keluarga broken home, atau juga disebabkan karena tidak mampu menanggung biaya hidup karena himpitan beban ekonomi yang terasa berat. Ketidakbersamaan dengan orangtua ini akan membuat seseorang tidak mendapatkan kasih sayang dan pendampingan secara langsung dari orangtuanya, sehingga fungsi atau peranan orangtua harus digantikan oleh para pengasuh di panti asuhan.

(17)

dan lain-lain. Kesulitan lainnya adalah perubahan orang-orang yang berada di sekitarnya, karena mereka yang sebelumnya hidup bersama keluarga dan saudara-saudaranya, kini mereka harus hidup bersama orang lain yang belum pernah mereka kenal yaitu para pengasuh panti asuhan dan teman sebayanya.

Pola sikap, kebiasaan, perilaku remaja bisa berbeda-beda karena pola pengasuhan orang tua mereka berbeda-beda. Oleh karena itu dalam membina hubungan dengan kelompok sebaya akan membutuhkan penyesuaian sosial. Secara tidak langsung mereka harus menyesuaikan diri dengan lingkungan panti asuhan dan teman sebayanya, karena mereka akan tinggal bersama teman sebaya dalam satu tempat dan berusaha melihat teman sebaya sebagai saudara mereka dan keluarga mereka yang baru. Seperti yang diungkapkan Mu’tadin:

“Kemampuan penyesuaian sosial seharusnya diajarkan lebih awal pada diri individu karena, penyesuaian sosial merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja, individu mulai memasuki dunia pergaulan yang lebih luas di mana penyesuaian diri merupakan salah satu syarat penting bagi individu untuk mencapai kematangan pribadi.” (www.e-psikologi.com)

(18)

orang yang lain. Hal ini mungkin terjadi karena seseorang tidak dapat menerima kekurangan-kekurangan yang ada dalam diri orang lain. Hambatan yang lain adalah adanya perbedaan kondisi lingkungan barunya dengan kondisi lingkungan yang pernah ia alami, yaitu: perbedaan dengan aturan-aturan yang pernah ia lakukan, perbedaan nilai-nilai norma yang ada, serta watak orang-orang baru ia temui, namun hambatan-hambatan ini bisa diatasi dengan melakukan proses penyesuaian sosial. Dalam Mu’tadin diungkapkan:

“Pengalaman keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam melakukan penyesuaian sosial akan memberikan dampak langsung pada diri remaja. Kegagalan remaja dalam menguasai kemampuan penyesuaian sosial dapat menyebabkan ia menjadi anak yang rendah diri, terkucil dari dunia pergaulan teman sebayanya, cenderung bersikap kurang normatif seperti halnya bersikap anti-sosial bahkan dapat mengakibatkan anak menjadi terganggu kejiwaan/psikisnya.” (www.e-psikologi.com)

Demikian pula dengan para remaja yang tinggal di panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo pengalaman berhasil atau gagalnya seseorang dalam melakukan penyesuaian sosial akan menghasilkan bentuk konsekuensi yang harus ia hadapi. Maka dari itu, penyesuaian sosial penting bagi proses perkembangan remaja yang yang tinggal di panti asuhan, sebab mereka tidak akan tinggal selamanya di panti asuhan melainkan harus meninggalkan panti asuhan dan mencari pekerjaan demi kelangsungan hidup mereka.

(19)

ini akan diperlukan dimanapun mereka tinggal di lingkungannya, dimana peraturan-peraturan dan orang-orang didalamnya benar-benar baru dan berbeda dari lingkungan sebelumnya.

Hal ini membuat peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008 terhadap kelompok sebaya dan menyusun usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial yang dilakukan dengan cara-cara mengetahui aspek-aspek penyesuaian yang rendah dari yang telah dicapai oleh para remaja panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008 terhadap kelompok sebaya. Masalah-masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Sejauh mana tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama tahun 2007/2008 terhadap kelompok sebaya?

(20)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama tahun 2007/2008 terhadap kelompok sebaya.

2. Menyusun suatu usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial untuk panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo berdasarkan aspek-aspek kemampuan penyesuaian sosial yang dari aspek kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan yang paling rendah.

D. Manfaat Penelitian:

1. Bagi pengurus panti asuhan Wira Karya Tama Puworejo:

Sebagai bahan informasi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program bimbingan pribadi-sosial bagi anak-anak asuh panti asuhan Wira Karya Tama dan sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan bekal dalam mendampingi dan membantu anak-anak asuh remaja panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo, agar mereka mampu belajar menyesuaikan diri dengan orang lain dalam kehidupannya sehari-hari demi proses perkembangan sosialnya lebih baik lagi.

2. Peneliti

(21)

E. Batasan Istilah dan Batasan Variabel

Beberapa istilah-istilah yang perlu dijelaskan dengan maksud memberi penegasan tentang maknanya dalam penelitian ini, antara lain:

1. Deskripsi adalah pemaparan/penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terinci (Poerwadarminta,1976:32). Dalam penelitian ini deskripsi tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja berarti pemaparan/penggambaran mengenai tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja terhadap teman-temannya dalam kelompok sebaya.

2. Panti asuhan adalah tempat memelihara anak-anak yatim/piatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1976). Maka dalam penelitian ini panti asuhan berarti rumah, tempat untuk memelihara dan menampung anak-anak yang dititipkan di lingkungan panti asuhan.

3. Tingkat kemampuan penyesuaian sosial adalah tinggi-rendahnya kemampuan seseorang dalam melakukan penyesuaian diri pada orang lain dalam kelompok sebayanya. Beberapa aspek kemampuan penyesuaian sosial yang dijelaskan oleh Hurlock (Hurlock,1991:287) yaitu: Penampilan fisik, penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, sikap sosial, kepuasan pribadi, sifat kepribadian. 4. Remaja adalah seseorang yang berusia antara 13 tahun hingga 18 tahun.

(22)

yang kurang lebih sama, minat, nilai-nilai yang diyakini, penampilan diri, sosial ekonomi, jenis kelamin, suku bangsa (ras), letak geografis tempat tinggal.

5. Penyesuaian sosial adalah “Keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan dirinya terhadap orang lain dan terhadap kelompok” (Hurlock,1992:287). 6. Bimbingan pribadi-sosial dalam Winkel, W.S. & Sri Hastuti, adalah :

(23)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Panti Asuhan

1. Pengertian Panti Asuhan

Panti asuhan adalah tempat untuk merawat; mengasuh seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1976). Di dalam Pedoman Panti Asuhan dikatakan bahwa panti asuhan adalah:

“Lembaga kesejahteraan sosial sebagai perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam memelihara anak-anak terlantar, yang bertanggung jawab memberikan pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuhannya, sehingga mereka memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan harapan” (Anita, 2004:11).

(24)

anak-anak yang orang tuanya atau keluarganya tidak mampu lagi untuk merawat, memelihara dan mencukupi kebutuhan anak atau karena masalah dalam keluarga seperti; perceraian orang tua, hubungan dalam keluarga yang tidak harmonis atau terhimpit kehidupan ekonomi yang semakin susah.

2. Tujuan Panti Asuhan

Panti asuhan adalah lembaga kesejahteraan sosial sebagai perwujudan tanggung jawab bersama-sama antara masyarakat dengan pemerintah, pihak pemerintah yang khusus menangani masalah ini yaitu Dinas Kesejahteraan Sosial (Dinkesos). Panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo termasuk dalam Dinas Kesejahteraan Sosial Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan kantor pusat Dinkesos Provinsi Jawa Tengah di Semarang. Panti asuhan Wira Karya Tama bertanggung jawab memberikan pengarahan, memelihara anak-anak terlantar dan bertanggung jawab memberikan pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuhannya.

Panti asuhan bertujuan membantu anak-anak asuhnya mempersiapkan dirinya untuk merencanakan, mewujudkan cita-cita dan memenuhi harapan pribadi dan harapan sosial, agar menjadi pribadi yang dewasa dan menjadi anggota masyarakat yang baik. Menurut Departemen Sosial (dalam Widia, Anita.A, 2004:11) panti asuhan memiliki tujuan sebagai berikut:

(25)

b. Memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak-anak asuh agar terpenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosialnya.

c. Memberikan asuhan dan bimbingan kepada anak-anak asuh mengarah pada pengembangan pribadi untuk menjadi anggota masyarakat yang mampu hidup layak.

d. Mewujudkan kader bangsa yang berkepribadian Pancasila. 3. Fungsi Panti Asuhan

Panti asuhan Wira Karya Tama melakukan kegiatan mengasuh dan mendidik. Kegiatan pengasuhan anak-anak panti yang dilakukan untuk membantu anak-anak asuhnya dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya yaitu kegiatan pemeliharaan dan perawatan diri meliputi kegiatan-kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan fisik: makan, minum, pakaian. Kehidupan sosial meliputi kegiatan: bermain, berorganisasi. Kegiatan belajar dan kegiatan pengembangan cita-cita meliputi: pemenuhan biaya sekolah, biaya mengikuti kursus-kursus, mendatangkan guru untuk memberikan les pelajaran secara khusus dan mengadakan kegiatan ektrakurikuler untuk pengembangan kemampuan anak-anak asuhnya di luar bidang akademik (menjahit, seni musik, seni tari, Iqro).

(26)

selama ini mereka merasa kehilangan figur keluarga dalam hidupnya. Mereka juga menginginkan orang tuanya bisa mendampingi, merawat, mengasuh dan membimbing dirinya seperti anak-anak normal yang lain dan seumuran dengan dirinya. Namun kelemahan dan kondisi ketidakmampuan keluarga membuatnya harus mampu bertahan di lingkungan yang baru dan asing. Anak-anak panti asuhan Wira Karya Tama menciptakan suasana kekeluargaan tersebut dengan cara, saling menghormati, saling menyayangi, saling menghargai dan saling membantu satu sama lain. Seperti yang diungkapkan oleh Ahmadi (dalam Anita, 2004:11-12) bahwa peran keluarga sangat penting dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam pendidikan usia dini yaitu: “Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat.” Wujud nyata dari fungsi panti asuhan adalah menciptakan suasana kekeluargaan yang akhirnya akan menciptakan perasaan sebagai satu keluarga. Suasana kekeluargaan akan terwujud apabila terjalin sikap saling menyayangi, menghargai, menghormati serta bekerja sama antara anggota keluarga.

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

(27)

2. Batasan Usia Remaja

Remaja adalah seseorang yang berusia antara 13 tahun hingga 18 tahun. Rentangan usia tersebut adalah merupakan usia remaja awal hingga remaja akhir (Hurlock 1992:185).

3. Tugas Perkembangan Remaja

Para remaja yang tinggal di panti asuhan juga mempunyai tugas perkembangan yang harus dicapai pada saat usia mereka remaja. Dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi tugas perkembangan remaja yang harus mereka capai adalah melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial khususnya yaitu lingkungan panti asuhan.

Robert Y. Havigurst (dalam Anita.A, 2004:14) menjelaskan tugas-tugas perkembangan remaja dalam hal sosial, yaitu:

a. Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman sebayanya baik dengan teman-teman-teman-teman sejenis maupun dengan teman lawan jenis.

b. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial mereka sesuai dengan jenis kelamin mereka, artinya mereka mempelajari dan menerima peranan masing-masing sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau norma-norma masyarakat.

c. Mampu bertanggung jawab terhadap semua tingkah lakunya dalam kehidupan sosial.

d. Mempunyai norma-norma atau nilai-nilai kehidupan yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan tindakan-tindakan dalam kehidupannya.

(28)

harus ada keseimbangan, sehingga semua tugas perkembangannya dapat tercapai seoptimal mungkin. Remaja di harapkan mampu menjalankan tugas-tugas perkembangan tersebut agar ia mudah melewati proses menjadi seorang pribadi dewasa dan bertanggungjawab, ia belajar untuk menyesuaikan diri, memenuhi harapan-harapan sosial sehingga ia dapat diterima dan merasa puas mendapat pengakuan dari masyarakat. Untuk melakukan tugas perkembangan tersebut, remaja membutuhkan interaksi dengan lingkungan sosial, namun dalam melakukan proses interaksi ini tidak selalu berjalan lancar, terkadang mereka menemui kesulitan. Agar remaja mudah dalam menyelesaikan tugas perkembangannya tersebut, ia melakukan proses penyesuaian.

C. Kelompok Sebaya

(29)

1. Kesamaan yang pertama yaitu kesamaan mengenai usia, terutama dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu, remaja lebih menyukai bekerja dengan anak-anak yang seumuran dengan dirinya/teman sebayanya daripada dengan anak-anak dewasa yang umurnya lebih tua dari dirinya. Steinberg (dalam Anita, A, 2004:17) menjelaskan:“Even when adolesence work in part-time jobs, they are more likely to work

with people their own age than with adults.” Ini dapat di artikan bahwa remaja tidak mau diatur oleh orang-orang dewasa, mereka ingin mandiri, menunjukkan siapa dirinya-ego involvement bahwa dirinya harus dihargai seperti halnya orang yang dewasa yang selalu di hormati.

2. Kesamaan yang kedua yaitu kesamaan dalam hal minat. Remaja mengalami perubahan-perubahan hal minat dari minat yang di bawa pada masa kanak-kanak berkurang dan di gantikan oleh minat-minat yang lebih matang, hal ini mungkin di sebabkan karena pada usia remaja mulai di tuntut untuk belajar mempunyai rasa tanggung jawab. Perubahan minat ini juga di pengaruhi karena perbedaan minat antara anak laki-laki dan anak perempuan. Seperti yang diungkapkan oleh Hurlock bahwa:

(30)

3. Kesamaan yang ketiga yaitu kesamaan mengenai perubahan nilai-nilai yang sama dalam kelompok sebaya yaitu kesamaan nilai dalam memilih teman dan cara bergaul dengan teman. Hal ini berkaitan dengan pendapat Zulkifli mengatakan bahwa: “Seorang remaja bergabung dengan kelompok sebaya yang mau menganggap, mau mengerti, dan mempunyai kesamaan dalam hal pengalaman.” (Anita. A, 2004:17)

4. Kesamaan yang keempat yaitu kesamaan mengenai penampilan diri, pakaian dan aksesoris yang dipakai serta bagaimana cara berpenampilan. Kelompok sebaya memberikan pengaruh yang kuat pada penampilan diri, ini disebakan karena remaja ingin diakui keberadaannya. Seperti yang dikatakan Ryan bahwa: “Salah satu persyaratan utama dalam hal berpakaian bagi kawula muda adalah bahwa pakaian yang dikenakan harus disetujui oleh kelompoknya (Hurlock,1996:220).” Pengaruh yang besar ini dikarenakan remaja selalu ingin menyamakan dirinya dengan kondisi kelompoknya, termasuk dalam hal berpenampilan. Biasanya penampilan yang disukai adalah penampilan yang rapi dan bersih.

(31)

6. Kesamaan yang keenam yaitu kesamaan jenis kelamin, remaja perempuan akan bergabung dengan remaja perempuan dan remaja laki-laki juga akan bergabung dengan remaja laki-laki pula, kelompok yang anggota kelompoknya mempunyai jenis kelamin yang sama terbentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang disebut klik(cliques). Namun karena terdapat kegiatan-kegiatan yang membutuhkan peran dari lawan jenis, maka remaja mulai menyadari bahwa mereka saling membutuhkan, kemudian mereka akan bergabung dan membentuk kelompok besar yang di sebut dengancrowdsyang jumlah anggotanya lebih dari enam orang. Kesamaan minat pada lawan jenis remaja akan di pengaruhi oleh pola minat teman-teman sebayanya seperti yang di katakan Hurlock bahwa : “ Minat pada lawan jenis juga sangat dipengaruhi oleh pola minat diantara teman-teman remaja.” (Hurlock, 1996:227)

7. Kesamaan yang ketujuh adalah kesamaan suku bangsa (ras). Kesamaan ras ini akan sangat berpengaruh terhadap kelompok-kelompok kecil dalam memilih anggota-anggotanya.

(32)

dan partisipasinya dalam berbagai kegiatan-kegiatan kelompok.” (Anita. A, 2004:18-19)

D. Penyesuaian Sosial

1. Pengertian Penyesuaian Sosial

“Penyesuaian sosial adalah keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan dirinya terhadap orang lain dan terhadap kelompok” (Hurlock, 1992:287). Hal ini berarti bagaimana usaha seseorang tersebut untuk hidup bergaul dengan orang lain serta hidup di dalam kelompok masyarakat, dimana dalam kelompok tersebut terdapat norma. Penyesuaian sosial itu merupakan bagian dari proses perkembangan seseorang.

(33)

2. Penyesuaian Sosial Remaja Panti Asuhan

Suatu kondisi dimana seseorang diterima menjadi anggota kelompok disebut dengan sindrom penerimaan. Dalam penerimaan seorang anggota kelompok akan bergantung pada sekumpulan sifat dan pola perilaku yang disenangi oleh kelompok remaja tersebut dan dapat menambah gengsi dari klik dan kelompok besar yang di idolakannya. Hurlock berpendapat bahwa:

“Penyesuaian sosial sangat dipengaruhi oleh kelompok sebaya yaitu yang terpenting dan tersulit karena penyesuaian diri yang harus menyesuaikan dengan kebutuhan kelompok sebaya sehingga akan menimbulkan perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai dalam menyeleksi pemimpin kelompok mereka.” (Hurlock, 1996:213)

Setiap remaja mempunyai kemampuan penyesuaian yang berbeda-beda. Ada orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik yang disebut good-adjusment, ada orang yang tidak begitu baik dalam melakukan penyesuaian sosial

(34)

“Penyesuaian dapat dikatakan baik apabila seseorang merasa puas dan masyarakat menerimanya. Sebaliknya remaja yang tidak dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik akan mengalami tidak bahagia, dan tidak menyukai diri sendiri, akibatnya remaja akan mengembangkan sikap egois, tertutup dan bahkan bersikap anti-sosial.” (Hurlock 1991:287)

3. Aspek-aspek Penyesuaian Sosial

Ada beberapa aspek-aspek penyesuaian sosial yang mempengaruhi kemampuan penyesuaian sosial seseorang seperti yang disebutkan oleh Hurlock (1991:287) antara lain:

a. Penampilan Fisik

Penampilan fisik disini berarti penampilan remaja yang dapat dilihat secara kasat mata, yaitu bagaimana bentuk tubuh dan wajah seseorang dan penampilan diri. Remaja lebih dinilai pada bagaimana ia berpenampilan Penampilan fisik sangat mempengaruhi konsep diri seseorang, misalnya: seseorang yang berpostur tubuh pendek akan menanamkan pada dirinya sendiri bahwa dia tidak menarik dan ia akan mempunyai konsep diri yang negatif mengenai bentuk tubuhnya, hal ini bisa membuat ia merasa kurang percaya diri. Hurlock menyebutkan bahwa: “Bentuk tubuh yang tidak patut, seperti anak perempuan yang terlampau tinggi atau anak laki-laki yang terlalu kurus, menimbulkan penilaian sosial yang kurang baik.” (Hurlock,1992:174)

(35)

dalam berperilaku. Hal ini akan menghambat proses penyesuaian sosial dirinya terhadap teman-teman dan lingkungannya. Penampilan fisik lainnya adalah tentang cara berpakaian di kalangan remaja. Dalam hal berpakaian, remaja yang memiliki minat pada pakaian ia akan berusaha keras untuk menyesuaikan dirinya dengan pakaian dikehendaki teman-temannya.

Seperti yang dikatakan oleh Ryan bahwa : “Salah satu persyaratan utama dalam hal berpakaian bagi kawula muda adalah bahwa pakaian yang harus dikenakan harus disetujui oleh kelompok.” (dalam Hurlock 1996:220). Jadi pakaian yang dikenakan kurang lebih hampir sama dengan yang dipakai oleh teman-temannya atau kelompok sebayanya, yaitu cara berpakaian yang bersih dan rapi serta sesuai dengan keperluan.

b. Penyesuaian Diri Terhadap Kelompok

Pada masa ini,remaja akan melakukan penyesuaian diri pada berbagai kelompok, baik kelompok teman sebaya maupun kelompok orang dewasa. Maka secara sosial ia dapat dianggap sebagai orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik. Namun dalam penelitian ini, peneliti ingin membatasi pada penyesuaian terhadap kelompok sebaya yang terdiri dari kelompok kecil atau klik(cliques)dan kelompok besar(crowds).

1) Kelompok kecil atau klik(cliques)

(36)

bergabung dengan anak laki-laki dan anak perempuan bergabung dengan anak perempuan juga. Hubungan emosional anggotanya dalam klik lebih dekat daripada hubungan pada kelomok besar (crowd). Anak-anak panti asuhan Wira Karya Tama cenderung membentuk klik karena kedekatan mereka yang tinggal dalam satu kamar sehingga membuat hubungan emosional mereka semakin dekat, sehingga anak-anak panti asuhan mempunyai kemauan untuk selalu bersama-sama melakukan pekerjaan-pekerjaan diluar jadwal kegiatan piket.

2) Kelompok Besar (Crowds)

Bersatunya kelompok-kelompok kecil membentuk kelompok besar yang disebut dengan Crowds. Kelompok ini anggotanya terdiri dari banyak orang yaitu lebih dari 6 orang dan anggotanya berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kelompok besar yang ada di panti asuhan Wira Karya Tama, hanya terdapat beberapa kelompok saja, kelompok-kelompok karena mempunyai kesamaan minat tertentu yang sama.

(37)

diterima dengan baik dalam kelompok, sehingga dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik pula adalah:

a. Kesan pertama yang menyenangkan sebagai akibat dari penampilan yang menarik perhatian, sikap yang tenang, dan gembira.

b. Reputasi sebagai seseorang yang sportif dan menyenangkan.

c. Penampilan diri yang sesuai dengan penampilan teman-teman sebayanya.

d. Perilaku sosial yang ditandai oleh kerja sama, tanggung jawab, panjang akal, kesenangan bersama orang lain, bijaksana dan sopan.

e. Matang terutama dalam hal pengendalian emosi serta kemauan untuk mengikuti peraturan-peraturan.

f. Sifat kepribadian yang menimbulkan penyesuaian sosial yang baik seperti: jujur, setia, tidak mementingkan diri sendiri dan keterbukaan.

g. Status sosial ekonomi yang sama atau sedikitnya diatas anggota-anggota yang lain dalam kelompoknya dan hubungan yang baik dengan anggota keluarga.

h. Tempat tinggal yang dekat dengan kelompok sehingga mempermudah hubungan dan partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok.

(38)

c. Sikap Sosial

Sikap sosial menurut Ahmadi (dalam Anita. A, 2004:28) adalah “Suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan nyata ataupun yang terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial.” Sikap sosial menunjukkan bagaimana peran anak melakukan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial. Jadi kegiatan-kegiatan sosial ini tidak hanya terfokus pada individual saja, namun pada kegiatan-kegiatan yang bersifat umum atau sosial. Hurlock berpendapat tentang sikap sosial anak bahwa:

“Anak harus menunjukkan sikap menyenangkan terhadap orang lain, terhadap partisipasi sosial, dan terhadap perannya dalam kelompok sosial bila ingin dinilai sebagai orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial.” (Hurlock, 1993:287)

(39)

terhadap teman-temannya, sehingga bila sewaktu-waktu ia sendiri berada dalam kesulitan maka ada teman yang akan membantu.

d. Kepuasan Pribadi

Dalam melakukan hubungan dengan teman sebayanya , baik dengan kelompoknya sendiri maupun dengan kelompok lain remaja akan merasa puas bila ia memiliki banyak teman, diterima dan merasa dikenal orang lain. Selain itu remaja akan merasa puas dalam keberhasilannya menjadi seorang pemimpin kelompok. Seperti yang dijelaskan Hurlock menjelaskan:

“Untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial, anak harus merasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap peran yang dimainkannya dalam situasi sosial, baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota.” (dalam Anita. A, 2004:29)

Remaja akan menemukan kepuasan dalam memimpin kelompoknya bila ia mampu memimpin kelompoknya, mampu memperhitungkan minat serta kehendak anggota-anggota kelompok yang dipimpinnya. Seorang pemimpin juga haruslah mempunyai penyesuaian diri yang baik, seperti yang diungkapkan oleh Hurlock:

(40)

e. Sifat Kepribadian

Sifat kepribadian seseorang turut menentukan taraf keberhasilan remaja dalam melakukan penyesuaian sosial. Sifat kepribadian remaja juga mempunyai pengaruh besar dalam melakukan pemilihan teman. Remaja yang memiliki sifat-sifat kepribadian yang dianggap baik akan mempunyai banyak teman, sedangkan remaja yang tidak memiliki sifat-sifat kepribadian yang tidak baik akan tidak disukai oleh teman dan kelompok. Hurlock menyebutkan bahwa:

“Sifat-sifat kepribadian yang dapat menimbulkan penyesuaian sosial yang baik seperti: jujur, setia, tidak mementingkan diri sendiri dan ekstrovert. Sedangkan sifat-sifat yang tidak disukai antara lain sifat mementingkan diri sendiri, keras kepala, gelisah dan mudah marah.” (Hurlock, 1996:217) 3. Kebutuhan Sosial Remaja Panti Asuhan

(41)

Karya Tama menghormati para pengasuh seperti ia menghormati orang tuanya sendiri, anak-anak panti mau dibimbing dan diarahkan demi masa depan mereka. Karena ikatan keluarga dalam panti asuhan ini yang semakin dekat, membuat mereka merasa nyaman dan aman tinggal di panti asuhan.

Remaja panti asuhan membutuhkan interaksi sosial untuk mengembangkan dirinya melalui partisipasi kegiatan-kegiatan sosial, mereka belajar untuk memahami sikap-sikap sosial yang diharapkan masyarakat dan sikap-sikap sosial yang tidak diharapkan oleh masyarakat, sehingga mereka akan menjadi orang yang mudah bergaul.

(42)

Kebutuhan akan bimbingan juga mereka butuhkan karena mereka masih dalam kondisi emosi yang tidak stabil, sehingga membutuhkan peran orang dewasa atau peran orang tua yang bisa mengontrol emosi dan membimbing untuk lebih baik lagi. Kesempatan mengasuh juga diajarkan oleh para pengasuh panti asuhan untuk mengasuh anak-anak panti yang umurnya lebih muda dari usia remaja. Remaja akan belajar bagaimana memberikan kasih sayang, mengasuh, memberikan perhatian dan membimbing adik-adiknya, ini akan membuat diri remaja semakin matang dalam mengolah dirinya.

E. Bimbingan

1. Pengertian Bimbingan

Menurut Rochman Natawidjaja bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti (dalam W.S. & Sri Hastuti, M.M. 2004:29). 2. Bimbingan Pribadi-Sosial

(43)

seksual dan membina hubungan kemanusian dengan sesama di berbagai lingkungan/ melakukan pergaulan sosial (W.S. & Sri Hastuti, M.M. 2004:118).

3. Tujuan Pokok Bimbingan

Pelayanan bimbingan yang dilakukan mempunyai tujuan agar sesama manusia mengatur kehidupannya sendiri, menjamin perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin, memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri, kebebasannya sebagai manusia secara dewasa dengan berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik, dan menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupannya secara memuaskan. Maka dalam pelayanan bimbingan tersebut di harapkan adanya perkembangan pribadi seseorang seoptimal mungkin, perkembangan pribadi seoptimal mungkin yang meliputi hal-hal sebagai berikut: (W.S. & Sri Hastuti, M.M. 2004:31)

a. Membantu individu untuk mengenal dirinya sendiri. b. Membantu individu untuk mengenal lingkungan

hidupnya.

c. Membantu individu untuk membangun cita-cita yang ingin dicapai.

d. Membantu individu untuk menimbang beraneka dorongan motivasional yang terdapat dalam dirinya. e. Membantu individu untuk mampu menimbang

alternatif-alternatif yang bisa mendukung cita-citanya.

(44)

g. Membantu individu untuk mampu merencanakan langkah-langkah yang diambil dalam mewujudkan tujuan/cita-citanya.

h. Membantu individu untuk mampu menilai kemampuan dirinya dan menentukan arah kehidupannya sendiri.

Maka dapat disimpulkan tujuan bimbingan adalah membantu individu agar dapat mengenal dan memahami lingkungannya, mengambil keputusan untuk melangkah maju seoptimal mungkin, berusaha sendiri memecahkan masalah, menyesuaikan diri secara sehat terhadap lingkugannya dan mencapai kesejahteraan mentalnya.

Dalam proses pemberian bimbingan kepada anak-anak, terkadang terdapat yang membutuhkan pemahaman yang lebih dalam tentang dirinya, proses bimbingan ini kemudian bisa dilanjutkan dengan melakukan layanan konseling individual agar anak yang malu, anak-anak yang takut menceritakan masalahnya dapat di bantu seoptimal mungkin sehingga pelayanan konseling individual dapat diterapkan secara profesional guna membantu anak asuh yang bermasalah. Seperti yang diungkapkan oleh Prayitno bahwa:

(45)
(46)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif survey. “Penelitian survey bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan bukan informasi tentang individu” (Furchan,1982:418). Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh gambaran tentang tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama tahun 2007/2008. Dalam penelitian ini peneliti tidak bermaksud menguji hipotesis. Penelitian ini hanya bermaksud mendeskripsikan tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama tahun 2007/2008 terhadap teman sebaya.

B. Populasi

(47)

asuhan Wira Karya Tama Purworejo namun diandaikan berada dalam kondisi setara (mendapat perlakuan yang sama) sehingga benar-benar membantu dalam mendapatkan kuesioner yang benar-benar valid dan reliabel.

C. Instrumen Penelitian

(48)

pernyataan-pernyataan kuesioner Anita Widia Ariati dalam bentuk pernyataan-pernyataan favorabledan pernyataanunfavorable.

(49)

Tabel 1

Komposisi item-item dalam masing-masing aspek penyesuaian sosial

No Pernyataan No Item Jumlah

1 Penampilan nyata 1-16 16

2 Penyesuaian diri terhadap kelompok

17-36 20

3 Sikap sosial 37-52 16

4 Kepuasan pribadi 53-60 8

5 Sifat kepribadian 61-76 16

Jumlah Total 76

(50)

1

+

r

gg

Setelah tersusun kuesioner tersebut peneliti melakukan usaha untuk menentukan reliabilitas dan validitas instrumen.

1. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas alat ukur adalah “taraf sampai dimana suatu alat tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil” (Masidjo,1995:209). Perhitungan koefisien korelasi skor-skor item gasal-genap dengan rumus perhitungan taraf reliabilitas kuesioner ini dengan metode belah dua (Split-Half Method Spearman and Brown),dengan rumus:

r

gg

=

Keterangan :

r

gg : Koefisien korelasi belahan gasal-genap

X : Skor item belahan gasal Y : Skor item belahan genap

r

tt

= 2

x

r

gg

Keterangan :

r

tt : Koefisien reliabilitas alat ukur

r

gg : Koefisien korelasi item-item gasal-genap

N∑XY- (∑X)( ∑Y)

(51)

N 2. Validitas Instrumen

Menurut Masidjo (1995:242) “Validitas suatu alat tes adalah taraf sampai dimana suatu alat tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.” Seperti halnya yang diungkapkan oleh Furchan (2005:294) yaitu: “Validitas suatu instrumen selalu bergantung pada situasi dan tujuan khusus penggunaan instrumen yang bersangkutan. Suatu instrumen yang valid untuk satu situasi mungkin tidak valid untuk situasi yang lain.” Perhitungan koefisien Validitas dengan rumus Garret dalam (Garret,1967:349) yaitu:

r

t∞=

r

tt

Keterangan :

r

t∞ : Koefisien validitas alat ukur

r

tt : Koefisien reliabilitas alat ukur 3. Perhitungan Mean

Mean atau rata-rata hitung digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata yang diperoleh setiap kelompok subyek. Menurut Donal Ary dkk, mean adalah jumlah semua nilai dalam suatu sebaran dibagi dengan jumlah kasus (Furchan,2005:158). Rumus untuk mencari mean adalah sebagai berikut:

M = ∑ Skor

Keterangan :

M : Rata-rata hitung skor-skor anak

∑ Skor : Jumlah skor-skor

(52)

Para remaja panti asuhan Wira Karya Tama yang tingkat kemampuan penyesuaian sosialnya termasuk kategori rendah adalah remaja panti yang memperoleh skor keseluruhan kuesioner tingkat kemampuan penyesuaian sosial di bawah Mean (skor<M). Sedangkan para remaja panti yang tingkat kemampuan penyesuaian sosialnya termasuk kategori tinggi adalah remaja panti yang memperoleh skor keseluruhan kuesioner tingkat kemampuan penyesuaian sosial di atas atau sama dengan Mean (skor≥M).

4. Koefisien reliabilitas dan Koefisien validitas kuesioner.

Hasil uji coba kuesioner tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wiloso dan hasil penelitian kuesioner tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama lihat dalam tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2

Koefisien reliabilitas & validitas uji coba dan penelitian kuesioner tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja

Koefisien Uji coba Penelitian

Reliabilitas 0,975 0,959

Validitas 0,987 0,979

(53)

Tabel 3

Klasifikasi koefisien reliabilitas & validitas alat tes

Koefisien Korelasi Klasifikasi ±0,70 - ±1,00 Tinggi-Sangat tinggi ±0,40 - ±0,70 Cukup

±0,20 - ±0,40 Rendah

±0,00 - ±0,20 Tidak ada atau Sangat rendah

Berdasarkan tabel kualifikasi tersebut dapat disimpulkan bahwa taraf reliabilitas dan validitas uji coba kuesioner tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wiloso terhadap kelompok sebaya termasuk klasifikasi sangat tinggi. Begitu pula dengan hasil penelitian taraf reliabilitas dan validitas kuesioner tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama terhadap kelompok sebaya termasuk klasifikasi sangat tinggi.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data meliputi tahap-tahap sebagai berikut: 1. Tahap persiapan

Dalam tahap ini peneliti melakukan beberapa usaha sebagai persiapan untuk melakukan penelitian yang sebenarnya. Usaha yang dilakukan peneliti dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut:

(54)

b. Pada masa PLBK berlangsung peneliti mengadakan live-in di panti asuhan, selama 4 minggu peneliti mengamati kondisi lapangan sehari-hari berkaitan dengan judul penelitian.

c. Peneliti menyusun kuesioner penelitian dengan berkonsultasi dengan dosen pemimbing.

d. Peneliti mengadakan uji coba kuesioner untuk menentukan reliabilitas dan validitas kuesioner penelitian.

e. Perhitungan hasil uji coba kuesioner metode perhitungan manual. 2. Tahap Pelaksanaan

a. Tanggal 21 Februari 2008 peneliti mengadakan uji coba di panti asuhan Wiloso. Sedangkan untuk penelitian dilakukan di panti asuhan Wira Karya Tama pada tanggal 2 April 2008. Dalam pengisian kuesioner, peneliti tidak membatasi waktu pengisian. Hal ini dimaksudkan peneliti, agar responden mengisi kuesioner secara hati-hati dan teliti. Hasil pengisian kuesioner langsung dikumpulkan saat itu juga.

b. Populasi yang dapat dicapai dalam penelitian adalah sejumlah 30 orang.

(55)

E. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan sesuai dengan permasalahan penelitian yang diajukan. Proses pengolahan data penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membuat tabulasi analisis item-item.

2. Menghitung skor-skor tiap nomor dengan scoring skala 4-1 yaitu: 4 untuk selalu, 3 untuk sering, 2 untuk kadang-kadang, 1 untuk tidak pernah.

3. Selanjutnya item-item bernomor gasal dijadikan belahan pertama (X) dan item-item bernomor genap dijadikan belahan kedua (Y), ini bertujuan untuk membantu perhitungan reliabilitas dan validitas kuesioner.

4. Perhitungan reliabilitas kuesioner metode belah dua(Split Half-Method). 5. Skor-skor belahan pertama dikorelasikan dengan skor-skor belahan kedua,

karena hasil dari suatu tes dibagi dua bagian maka hasil dari koefisien korelasi dari dua bagian tersebut baru mencerminkan taraf reliabilitas setengah. Untuk mencapai taraf reliabilitas penuh/satu maka koefisien korelasi tersebut dimasukkan dalam formulasi koreksi dari Spearman-Brown (Masidjo,1995:219)

6. Selanjutnya menentukan validitas kuesioner, dengan rumus dari Garret (1967:349).

(56)
(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini dikemukakan jawaban atas permasalahan dalam penelitian yang telah dilakukan. Masalah dalam penelitian ini adalah (1) Sejauh mana tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008 terhadap kelompok sebaya? (2) Usulan topik-topik bimbingan apa saja yang dapat diusulkan sebagai topik-topik bimingan pribadi-sosial untuk para remaja di panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008?

(58)

Berdasarkan analisis data penelitian yang telah dilakukan dapat dikemukakan hasil analisis data dalam tabel berikut ini :

1. Hasil analisis data tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja terhadap teman sebaya di panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo per-aspek penyesuaian sosial.

Tabel 4

Jumlah Remaja Panti Asuhan dan Tingkat Kemampuan Penyesuaian Sosial Per-Aspek

No. Aspek Tingkat Kemampuan Penyesuaian Sosial Remaja

Kategori Tinggi

Kategori Rendah

1 Penampilan Fisik 13 anak 17 anak

2 Penyesuaian Diri Terhadap Berbagai Kelompok

16 anak 14 anak

3 Sikap Sosial 16 anak 14anak

4 Kepuasan Pribadi 15 anak 15anak

5 Sifat Kepribadian 17 anak 13 anak

Berdasarkan data pada tabel di atas di lihat bahwa jumlah remaja panti asuhan yang memiliki tingkat kemampuan penyesuaian sosial pada aspek penampilan fisik dalam kategori tinggi ada 13 anak. Sedangkan jumlah remaja dalam kategori rendah ada 17 anak.

(59)

Remaja panti asuhan yang memiliki tingkat kemampuan penyesuaian sosial pada aspek sikap sosial dalam kategori tinggi ada 16 anak. Sedangkan jumlah remaja dalam kategori rendah ada 14 anak.

Remaja panti asuhan yang memiliki tingkat kemampuan penyesuaian sosial pada aspek kepuasan pribadi dalam kategori tinggi ada 15 anak. Sedangkan jumlah remaja dalam kategori rendah ada 15 anak.

Remaja panti asuhan yang memiliki tingkat kemampuan penyesuaian sosial pada aspek sifat kepribadian dalam kategori tinggi ada 17 anak. Sedangkan jumlah remaja dalam kategori rendah ada 13 anak.

2. Hasil analisis data kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo secara keseluruhan.

Tabel 5

Jumlah Remaja Panti Asuhan dan Tingkat Kemampuan Penyesuaian Sosial Remaja Terhadap Kelompok Sebaya

Tingkat Kemampuan Penyesuaian Sosial Remaja Panti

Asuhan Terhadap Kelompok Sebaya

Jumlah Anak

Tinggi 15

Rendah 15

Total (N) 30

(60)

anak dengan pencapaian Mean ≥ 217, 86. Sedangkan pada kategori rendah ada 15 anak dengan pencapaian Mean < 217,86.

B.Pembahasan

Jumlah remaja panti asuhan yang memiliki tingkat kemampuan penyesuaian sosialnya terhadap kelompoknya secara keseluruhan dalam kategori tinggi ada 15 anak, peneliti melihat bahwa anak-anak yang mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya akan di sukai oleh banyak orang dan ia akan mempunyai sahabat yang banyak, selain itu anak-anak yang mempunyai prestasi yang menonjol akan lebih dihargai dan dihormati dan biasanya ia akan selalu ditunjuk untuk memimpin kelompoknya. Sedangkan jumlah remaja dalam kategori rendah ada 15 anak, peneliti melihat ini merupakan akibat dari anak-anak yang tidak mampu memainkan peran sosialnya baik sebagai anggota maupun sebagai pemimpin kelompok, mereka tidak di benci hanya saja kurang dihargai dan diakui keberadaannya, mereka juga mendapat perlakuan yang lebih rendah (misal, selalu diejek, disuruh-suruh, menjadi kambing hitam,dll). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada banyak remaja panti yang tingkat kemampuan penyesuaian sosialnya terhadap kelompoknya dalam kategori tinggi, namun masih banyak pula remaja panti yang tingkat kemampuan penyesuaian sosialnya dalam kategori rendah.

(61)

dengan anggota kelompoknya dan merasa percaya diri walaupun berpakaian sederhana. Aturan dalam hal berpakaian anak-anak panti asuhan telah diatur untuk pakaian yang sopan, sederhana, dan tidak asesoris yang berlebihan. Pakaian yang digunakan kurang lebih hampir sama dengan teman-teman dalam kelompoknya, yaitu cara berpakaian yang bersih dan sesuai dengan keperluan. Kesamaan inilah yang akan membuat mereka tetap merasa percaya diri walaupun dengan penampilan apa adanya. Seperti yang dijelaskan oleh Hurlock bahwa:

“ Penyesuaian sosial sangat dipengaruhi oleh sikap teman-teman sebaya dalam hal berpakaian. Salah satu persyaratan utama dalam hal berpakaian bagi kawula muda adalah pakaian yang dikenakan harus memenuhi harapan dan disetujui oleh kelompok.” (Hurlock, 1992:220)

Jumlah remaja panti asuhan yang memiliki tingkat kemampuan penyesuaian sosial pada aspek penampilan fisik dalam kategori rendah ada 17 anak, hal ini mungkin disebabkan karena ia belum mampu memahami kekurangan pada penampilan fisiknya misalnya: wajah yang berjerawat, mempunyai postur tubuh yang lebih pendek di antara teman-temannya, dan jenis rambut yang keriting hal ini bisa menimbulkan perasaan malu, minder. Perasaan inilah yang akan membuat anak merasa tidak percaya diri dan menimbulkan rasa rendah diri sehingga ia lebih memilih menarik diri dari pergaulan.

(62)

keluarga, mempunyai ikatan persaudaraan yang kuat dan menganggap temannya seperti saudaranya sendiri yaitu sebagai adik atau kakaknya. Di dalam panti asuhan mereka belajar untuk saling menghargai, saling menghormati, saling membantu. Penyesuaian sosial yang baik dalam keluarga hanya akan terwujd apabila terjalin hubungan keluarga yang baik. Menurut Hurlock (1996:211) “hubungan keluarga yang baik akan nampak dari kualitas hubungan antar saudara.”

Jumlah remaja panti asuhan yang tingkat kemampuan penyesuaian sosialnya pada aspek penyesuaian diri terhadap kelompok dalam kategori rendah ada 14 anak. Peneliti melihat ini mungkin disebabkan adanya perbedaan latar belakang anak-anak panti, beberapa di antara mereka berasal dari keluarga yang bermasalah, misal: himpitan ekonomi yang semakin susah, masalah kedua orang tua yang berujung perpisahan. Masalah himpitan ekonomi jelas akan mempengaruhi anak dalam melakukan penyesuaian diri, yaitu anak-anak akan merasa minder karena tidak mempunyai barang seperti yang dimiliki teman-teman dalam kelompoknya. Masalah perceraian orangtua juga akan berdampak langsung pada kondisi psikis anak. Seorang anak yang berada dalam keluarga yang tidak harmonis mempunyai kemungkinan akan mengembangkan sifat mudah curiga pada orang lain, sifat ini akan mengganggu anak dalam melakukan proses penyesuaian sosial.

(63)

anak sudah mulai merasa bangga diakui keberadaannya dan diterima keikutsertaannya di dalam kelompok tersebut. Peneliti menemukan bahwa anak-anak yang mempunyai sikap bersedia berteman dengan siapa saja tanpa memilih-milih akan disukai banyak orang. Demikian juga anak-anak lebih menyukai teman kelompoknya yang mau rela berkorban dan membantu temannya, meskipun ia sendiri mengalami kesulitan. Hurlock menjelaskan bahwa:

“ Seorang remaja merasa senang apabila bisa bekerja sama dengan semua teman-temannya. Kerja sama ini juga ditunjukkan dengan sikap tepa slira terhadap teman-temannya, sehingga bila sewaktu-waktu ia sendiri dalam kesulitan maka ada teman yang akan membantu.” (Hurlock, 1992:214)

Jumlah remaja panti asuhan yang tingkat penyesuaian sosialnya pada aspek sikap sosial dalam kategori rendah ada 14 anak, ini terjadi mungkin karena perasaan bosan yang kadang-kadang dialami oleh mereka dengan adanya kegiatan-kegiatan yang cenderung bersifat rutinitas membuat mereka merasa jenuh dan malas untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial, seperti: belajar kelompok, kerja bakti, senam pagi. Bahkan mereka terkadang merasa terpaksa melaksanakan piketnya seperti: membantu memasak di dapur, membersihkan halaman setiap pagi dan sore, membersihkan kamar mandi, menyiram tanaman, membersihkan aula.

(64)

menjadi atlet sekolah, anak-anak yang bangga dengan masing-masing bakatnya (berpuisi, menari, bermain alat musik, menyanyi).

Jumlah remaja panti asuhan yang tingkat kemampuan penyesuaian sosialnya dalam kategori rendah ada 15 anak, ini terlihat pada kebiasaan doa bersama sebelum makan dikhususkan pada anak yang bertugas memimpin doa, hal ini akan membuat anak-anak yang lain tidak mempunyai kesempatan untuk menjadi pemimpin, dalam hal ini anak akan merasa kurang puas dengan peran yang dimainkannya, karena dia hanya berperan sebagai anggota saja tanpa pernah mencoba berperan sebagai seorang pemimpin. Seperti yang diungkapkan oleh Hurlock bahwa:

“Untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial, anak harus merasa puas terhadap kontak sosialnya dan peran yang dimainkannya dalam situasi sosial, baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota.” (Hurlock, 1993:287)

Jumlah remaja yang tingkat kemampuan penyesuaian sosialnya pada aspek sifat kepribadian dalam kategori tinggi ada 17 anak. Ini terjadi mungkin karena mereka sadar bila mereka ingin disukai teman-temannya, maka mereka harus menjadi pribadi yang menyenangkan dan mau melibatkan dirinya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sosial, seperti: senam pagi, apel pagi, makan bersama, kerja bakti, belajar kelompok, dan kumpul untuk bermain bersama. Seperti yang dijelaskan Hurlock menyebutkan bahwa:

(65)

mementingkan diri sendiri, keras kepala, gelisah dan mudah marah.” (Hurlock, 1996:217)

(66)

BAB V

USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL PANTI ASUHAN WIRA KARYA TAMA PURWOREJO

TAHUN 2007/2008

Dalam bab ini disajikan topik bimbingan pribadi sosial di panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008 sebagai implikasi dari hasil penelitian. Bab ini merupakan jawaban rumusan masalah yang kedua yaitu “Topik-topik bimbingan apa sajakah yang dapat diusulkan sebagai topik-topik bimbingan pribadi-sosial untuk para remaja di panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008?.”

(67)

akan mempengaruhi rasa percaya diri anak, sehingga anak akan menarik diri dari pergaulan, merasa bahwa hanya dirinya yang memiliki kekurangan, dan merasa minder. Maka dalam hal ini sangat dibutuhkan peran orang tua, guru-guru di sekolah atau khususnya para pengasuh panti asuhan untuk membantu membimbing anak-anak panti asuhan agar mereka mampu mengatasi permasalahan yang ada dalam dirinya. Seperti yang diungkapkan oleh Prayito bahwa bimbingan adalah:

“Proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang, baik anak-anak, remaja, dan dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan dalam dirinya sendiri dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.” (Prayitno,2004:99)

(68)

rendah yaitu, item no.58 (saya dipilih untuk menjadi pemimpin/ketua di dalam kegiatan kelompok), item no.57 (saya meraih prestasi tertentu: olah raga, musik, menyanyi, menari, kepemimpinan), item no.60 (saya bisa membangkitkan semangat di dalam kelompok).

Peneliti tidak hanya membuat topik-topik bimbingan dari aspek yang rendah saja, tetapi ada kemungkinan aspek kemampuan penyesuaian sosial yang tingkat tinggi juga perlu mendapat perhatian untuk diberikan bimbingan, dengan tujuan agar anak-anak panti asuhan siap menghadapi tantangan-tantangan dimasa mendatang dan mencegah timbulnya yang serius dikemudian hari, sifat bimbingan ini disebut sifat bimbingan preventif atau pencegahan. Dengan demikian peneliti ingin memberikan usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial yang diharapkan dapat membantu anak-anak asuh panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008. Berikut ini disajikan beberapa usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial:

a. Percaya Diri

(69)

b. Penghargaan Terhadap Diri Sendiri dan Orang lain.

Remaja yang menghargai dirinya sendiri akan menyadari bahwa dirinya memiliki kelemahan dan kekuatan yang dapat dilihat melalui bakat dan minat yang bisa ia kembangkan untuk perkembangan dirinya yang lebih optimal. Bila ia telah mampu mengahargai kelemahan dan kekuatan dirinya sendiri, maka ia akan mampu juga menghargai kelemahan dan kekuatan orang lain.

Seorang remaja yang telah mengakui dan menyadari bahwa setiap orang adalah pribadi yang berbeda-beda dan unik, maka setiap pribadi orang memiliki bakat dan minat yang lain pula. Apabila hal ini telah remaja pahami maka ia akan menjadi seorang yang mudah untuk memberikan penghargaan terhadap orang lain. Penghargaan terhadap orang lain akan menimbulkan perasaan saling menghormati dan akan mempererat ikatan persaudaraan. Seorang remaja yang merasa sungguh diterima, didukung dan dipercaya serta mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari kelompoknya atas jerih payah yang telah ia lakukan akan menumbuhkan rasa kepuasan diri.

c. Kepemimpinan

(70)

d. Kerjasama

Seorang remaja akan merasa senang apabila bisa bekerja sama dengan semua teman-temannya, kerja sama ini juga ditandai dengan sikap tepa slira terhadap teman-temannya, sehingga bila sewaktu-waktu ia sendiri berada dalam kesulitan maka ada teman yang akan membantu. Seperti yang diungkapkan Hurlock disebutkan bahwa:

“Ciri-ciri sikap sosial yang baik yaitu, kesediaan membantu tanpa membeda-bedakan orang, sehingga seorang remaja akan mempunyai teman yang banyak. Sikap sosial melatih perilaku sosial seseorang antara lain, melatih kerja sama, melatih bersikap tanggung jawab, panjang akal, kesenangan bersama-sama orang lain, bijaksana dan sopan.” (Hurlock, 1992:214)

Anak-anak panti asuhan menyadari bahwa kerjasama akan membantu kehidupannya dimasyarakat yang akan datang, sehingga mereka mempersiapkan diri sedini mungkin dengan melatih bekerja sama dengan teman-teman sebayanya, para pengasuh panti, dan juga orang-orang dilingkungan sekolahnya.

e. Cara Mengelola Emosi

(71)

tidak baik akan tidak disukai oleh teman dan kelompok. Hurlock juga menyebutkan bahwa :

“Sifat-sifat kepribadian yang dapat menimbulkan penyesuaian sosial yang baik seperti: jujur, setia, tidak mementingkan diri sendiri dan ekstrovert. Sedangkan sifat-sifat yang tidak disukai antara lain sifat mementingkan diri sendiri, keras kepala, gelisah dan mudah marah.” (Hurlock, 1996:217)

(72)

BAB VI

RINGKASAN KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini disajikan ringkasan, kesimpulan dan saran. Bagian ringkasan memuat rumusan masalah, metodologi, hasil penelitian. Bagian kesimpulan memuat ringkasan atau inti dari penelitian yang telah dilakukan. Bagian saran-saran memuat saran-saran untuk pihak panti panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo.

A. Ringkasan

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama tahun 2007/2008 terhadap kelompok sebaya. (2) Menyusun suatu usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial untuk panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo berdasarkan aspek-aspek kemampuan penyesuaian sosial yang dari aspek kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan yang paling rendah tahun 2007/2008. Tujuan penelitian tersebut dituangkan dalam rumusan masalah sebagai berikut:

1. Sejauh mana tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama tahun 2007/2008 terhadap kelompok sebaya?

(73)

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008. Populasi yang dapat dicapai sejumlah 30 orang. Alat yang digunakan adalah kuesioner “Tingkat Kemampuan Penyesuaian Sosial Terhadap Kelompok Sebaya” dengan memodifikasi alat yang disusun oleh Anita Widia Ariati dalam skripsinya tahun 2004.

Prosedur pengumpulan data meliputi dua tahap, yaitu: (1) Tahap persiapan, mencakup kegiatan menghubungi pihak panti asuhan bahwa peneliti berkeinginan mengadakan penelitian di panti asuhan yang bersangkutan; mengadakan live-in selama 4 minggu untuk mengamati kondisi lapangan sehari-hari; menyusun alat penelitian/kuesioner dan dikonsultasikan pada dosen pembimbing; mengadakan uji coba alat kuesioner untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas alat penelitian. (2) Tahap pelaksanaan Penelitian, peneliti melaksanakan penelitian di panti asuhan.

(74)

Hasil penelitian yang dilakukan di panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008 terhadap kelompok sebaya adalah sebagai berikut:

1. Jumlah remaja panti asuhan yang memiliki tingkat kemampuan penyesuaian sosialnya terhadap kelompoknya secara keseluruhan dalam kategori tinggi ada 15 anak, sedangkan jumlah remaja dalam kategori rendah ada 15 anak. 2. Sedangkan Tingkat kemampuan penyesuaian sosial para remaja panti

asuhan Wira Karya Tama dilihat dari per-aspek kemampuan penyesuaian sosial adalah sebagai berikut:

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa aspek kemampuan penyesuaian sosial para remaja panti asuhan Wira Karya Tama yang paling rendah adalah aspek penampilan fisik (7 anak) dan aspek kepuasan pribadi sejumlah (15 anak).

Tingkat Penyesuaian Sosial Aspek Penyesuaian Sosial

Kategori Rendah Kategori Tinggi a. Aspek penampilan fisik

b. Aspek kepuasan pribadi c. Aspek penyesuaian diri

terhadap kelompok d. Aspek sikap sosial e. Aspek sifat kepribadian

17 anak 15 anak 14 anak 14 anak 13 anak

(75)

B. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal antara lain:

1. Tingkat kemampuan penyesuaian sosial remaja panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo terhadap kelompoknya secara keseluruhan dalam kategori tinggi ada 15 anak, sedangkan jumlah remaja dalam kategori rendah ada 15 anak.

2. Aspek kemampuan penyesuaian sosial paling rendah yang dicapai oleh remaja panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008 terhadap kelompok sebaya adalah aspek penampilan fisik sebanyak 17 anak dan aspek kepuasan pribadi sejumlah 15 anak.

3. Usulan topik-topik bimbingan di panti asuhan Wira Karya Tama Purworejo tahun 2007/2008 meliputi: Percaya diri, Penghargaan terhadap diri dan orang lain, Kepemimpinan, Kerjasama dan Cara Mengelola emosi.

C. Saran-saran

1. Pimpinan panti asuhan

(76)

dengan maksimal. Hasil yang maksimal ini akan dicapai bila pengasuh dan pengurus panti asuhan melakukan kerjasama yang solid untuk menjalankan program bimbingan yang telah dibuat sehingga bimbingan yang dilakukan bisa dirasakan oleh semua anak asuh panti asuhan.

2. Bagi peneliti lain

Apabila ingin mengadakan penelitian terhadap permasalahan yang sama diharapkan meninjau kembali instrumen penelitian. Peninjauan kembali diharapkan supaya instumen penelitian yang berupa kuesioner penyesuaian sosial mempeoleh pembaharuan yang dinggap perlu dan dapat memenuhi persyaratan sebagai alat penelitian yang lebih bermutu. Jika melakukan modifikasi alat, sebaiknya diberi penjelasan nomor-nomor mana saja yang diubah dan dibuat kisi-kisi kuesionernya, sehingga memudahkan peneliti dalam mengontrol alat yang dibuatnya.

3. Anak-anak Panti Asuhan Wira Karya Tama Purworejo

(77)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1999.Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Furchan, Arief. 1982.Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Garret, Henry. E. 1967. Statistic In Physchology And Education. London: Longmans

Green And Co,Ltd.

Gunarsa, Singgih. 1990.Psikologi Untuk Keluarga.Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hurlock, E.B. 1996.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Rentang Kehidupan.

Bandung : Erlangga.

---,E.B. 1992. Perkembangan Anak, jilid I. Bandung: Erlangga. ---,E.B. 1996.Perkembangan Anak, jilid II. Bandung: Erlangga.

Krisnawati, Yuli. 2004.Deskripsi Penyesuaian Sosial Siswa Kelas II SMA NEGERI 1 Batang Jawa Tengah Tahun Ajaran 2003/2004 dan Implikasinya Bagi

Penyusunan Topik-topik Bimbingan. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hail Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

Melly. 1984. Psikologi Perkembangan Remaja Dari Segi Kehidupan Sosial. Bandung: Bina Aksara.

Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

(78)

Steinberg, Paulina. 1993.Adolesence. Toronto: Temple University

Sukarsih, Kristina. 2007. Laporan PLBK SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Yogyakarta : USD

Widia, Anita.A. 2004. Deskripsi Tingkat Kemampuan Penyesuaian Sosial Remaja Panti Asuhan Santo Thomas, Ngawen-Wonosari-Gunung Kidul Tahun

2004/2005 Terhadap Kelompok Sebaya dan Implikasinya Terhadap Usulan

Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Winkel, W.S & Sri Hastuti, M.M. 2004. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan Edisi Revisi.Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

(79)

LAMPIRAN 2

TABEL DISTRIBUSI SKOR-SKOR GASAL GENAP UNTUK PERHITUNGAN RELIABILITAS DAN VALIDITAS UJI

COBAPENELITIAN

PARA REMAJA PANTI ASUHAN WILOSO PURWOREJO

NO

ANAK (Gasal)X (Genap)Y X

2

Y2 XY

1 105 107 11025 11449 11235 2 109 116 11881 13456 12644 3 111 124 12321 15376 13764 4 107 110 11449 12100 11770 5 93 98 8649 9604 9114 6 95 107 9025 11449 10165 7 90 92 8100 8464 8280 8 112 115 12544 13225 12880 9 100 99 10000 9801 9900 10 86 100 7396 10000 8600 11 87 103 9409 10609 9991 12 105 112 11025 12544 11760 13 120 126 14400 15876 15120 14 110 112 12100 12544 12320 15 114 121 12996 14641 13794 16 107 111 11449 12321 11877 17 96 112 9216 12544 10752 18 92 98 8464 9604 9016 19 84 93 7056 8649 7812 20 106 114 11236 12996 12084 21 117 117 13689 13689 13689 22 109 115 11881 13225 12535 23 127 135 16129 18225 17145 24 101 103 10201 10609 10403 25 103 109 10609 11881 11227 26 50 43 2500 1849 2150 27 99 97 9801 9409 9603 28 110 118 12100 13924 12980 29 103 109 10609 11881 11227 30 87 98 7569 9604 8526

(80)

LAMPIRAN 3

TABEL DISTRIBUSI SKOR-SKOR GASAL GENAP UNTUK PERHITUNGAN RELIABILITAS DAN VALIDITAS PENELITIAN

PARA REMAJA PANTI ASUHAN WIRA KARYA TAMA PURWOREJO NO ANAK X (Gasal) Y (Genap)

X2 Y2 XY

1 91 94 8281 8836 8554

2 112 106 12544 11236 11872

3 90 96 8100 9216 8640

4 113 123 12769 15129 13899

5 104 111 10816 12321 11544

6 106 111 11236 12321 11766

7 129 136 16641 18496 17544

8 119 127 14161 16129 15113

9 121 124 14641 15376 15004

10 92 104 8464 10816 9568

11 84 87 7056 7569 7308

12 99 110 9801 12100 10890

13 97 110 9409 12100 10670

14 85 90 7225 8100 7650

15 86 85 7396 7225 7310

16 119 119 14161 14161 14161

17 88 97 7744 9409 8536

18 106 115 11236 13225 12190

19 115 123 13225 15129 14145

20 115 119 13225 14161 13685

21 111 114 12321 12996 12654

22 110 125 12100 15625 13750

23 93 98 8649 9604 9114

24 97 104 9409 10816 10088

25 100 109 10000 11881 10900

26 99 114 9801 12996 11286

27 132 126 17424 15876 16632

28 122 132 14884 17424 16104

29 123 131 151129 17161 16113

30 121 117 14641 13689 14157

(81)

LAMPIRAN 4

TABEL DISTRIBUSI SKOR-SKOR KUESIONER TINGGI-RENDAH TINGKAT KEMAMPUAN PENYESUAIAN SOSIAL REMAJA

PANTI ASUHAN WIRA KARYA TAMA PURWOREJO

Keterangan :

Skor Rendah : 15 anak, Mean฀ 217,86 Skor Tinggi : 15 anak, Mean≥217,86

NO ANAK

SKOR KATEGORI

1 185 RENDAH

2 218 TINGGI

3 186 RENDAH

4 236 TINGGI

5 215 RENDAH

6 217 RENDAH

7 265 TINGGI

8 246 TINGGI

9 245 TINGGI

10 196 RENDAH

11 171 RENDAH

12 209 RENDAH

13 207 RENDAH

14 175 RENDAH

15 171 RENDAH

16 238 TINGGI

17 185 RENDAH

18 221 TINGGI

19 238 TINGGI

20 234 TINGGI

21 225 TINGGI

22 235 TINGGI

23 191 RENDAH

24 201 RENDAH

25 209 RENDAH

26 213 RENDAH

27 258 TINGGI

28 254 TINGGI

29 254 TINGGI

(82)

LAMPIRAN 5

TABEL PERHITUNGAN SKOR-SKOR PER-ASPEK KEMAMPUAN PENYESUAIAN SOSIAL REMAJA

PANTI ASUHAN WIRA KARYA TAMA PURWOREJO NO PENAMPILAN FISIK PENY.DIRI THD. KELP SIKAP SOSIAL KEPUASAN PRIBADI SIFAT KEPRIBADIAN

1 42 51 36 19 37

2 42 54 47 22 53

3 41 47 33 18 47

4 47 62 54 21 52

5 44 58 41 23 49

6 44 54

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3Klasifikasi koefisien reliabilitas & validitas alat tes
Tabel 4
+4

Referensi

Dokumen terkait

Demikian halnya dengan sunat perem- puan di desa Bodia, bahwa sunat perem- puan adalah praktek budaya turun temurun dari nenek moyang mereka, budaya yang melekat tersebut

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara faktor pupuk NPK DGW Compaction dengan faktor POC Ratu Biogen berpengaruh nyata sampai berbeda sangat nyata

Namun, jagung di Indonesia sebagaimana umumnya komoditas pangan lainnya merupakan hasil produksi petani-petani skala kecil.Komoditas jagung dapat dikonsumsi oleh

Bubur instan merupakan bahan makanan yang mengalami proses pengeringan air sehingga mudah larut dan mudah disajikan hanya dengan menambahkan air panas.Beberapa kriteria

Variabel Opini Audit memiliki probabilitas 0.3962 &gt; 0.05, sesuai dengan ketentuan pengambilan keputusan bahwa H0 diterima yang berarti Opini Audit secara parsial

Pasal 10 ayat (1) tidak lagi memenuhi dan melaksanakan Standar Usaha Jasa Konsultan Pariwisata yang berlaku berdasarkan Sertifikat Usaha Jasa Konsultan Pariwisata yang

Metode yang umumnya digunakan dalam pengamanan situs dari akses klien yang tidak terotentikasi adalah dengan sistem password, yaitu suatu cara dimana klien yang

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks pada 3 (tiga) kelompok komoditi, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 3,10 persen; kelompok