• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi penyesuaian sosial siswa SMP BOPKRI 3 Yogyakarta kelas VII tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Deskripsi penyesuaian sosial siswa SMP BOPKRI 3 Yogyakarta kelas VII tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

i

ABSTRAK

DESKRIPSI PENYESUAIAN SOSIAL SISWA SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA KELAS VII TAHUN AJARAN 2013/2014 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

PRIBADI-SOSIAL

Laurentius Bagus Tri Hananto

Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei yang bertujuan untuk mengetahui gambaran penyesuaian sosial siswa SMP BOPKRI 3 Yogyakarta kelas VII tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

Subyek penelitian adalah seluruh siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 53 orang. Instrument penelitian berbentuk kuesioner penyesuaian sosial. Kuesioner yang disusun terdiri dari 50 item berdasarkan aspek-aspek penyesuaian sosial dan uji empiris dengan teknik korelasi item-total, sedangkan uji reliabilitas dengan nilai reliabilitas sebesar .896 dan bantuan program SPSS (Statistic Programe for Social Science)

versi 15.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tingkat penyesuaian sosial siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 yang memiliki tingkat penyesuaian kategori sangat tinggi berjumlah 50 siswa (94,3%) dan siswa yang memiliki tingkat penyesuaian yang tinggi berjumlah 3 siswa (5,6%) (2). Berdasarkan analisis terhadap skor item terdapat 18 item (45%) masuk

dalam kategori sangat baik, 16 item (40%) masuk dalam kategori “baik”, 6 item (15%) yang masuk dalam kategori “cukup baik. Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan, peneliti mengusulkan 4 topik bimbingan yang berpedoman dari item-item yang terendah untuk meningkatkan penyesuaian sosial siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.

(2)

ii

ABSTRACT

A DESCRIPTIVE STUDY ON STUDENTS SOCIAL ADJUSTMENT OF THE SEVENTH GRADE JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS AT SMP

BOPKRI 3 YOGYAKARTA IN 2013/2014 SCHOOL YEAR AND ITS

IMPLICATIONS TO THE SUGGESTED TOPICS OF PERSONAL-SOCIAL GUIDANCE

Laurentius Bagus Tri Hananto

Sanata Dharma University

2014

This study is a descriptive research with survey method that aims to reveal the students social adjustment of the seventh grade junior high school students at

SMP BOPKRI 3 Yogyakarta in 2013/2014 school year and its implications to the suggested topics of personal-social guidance.

The subjects are all students of seventh grade students at SMP BOPKRI 3

Yogyakarta in 2013/2014 school year, consisting of 53 people. The research instrument is in the form of social adjustment questionnaire. The questionnaire consists of 50 items compiled based on the aspects of social adjustment and empirical test with item-total correlation technique, while the reliability test has the value of .896 and SPSS (Statistics Programme for Social Science) version 15.0.

The results show that: (1) The level of social adjustment of the seventh grade students at SMP BOPKRI 3 Yogyakarta in 2013/2014 school year which has a very high level of adjustment is 50 students (94.3%) and the students who have a high level of adjustment amounts to 3 students (5.6%) (2). Based on the analysis

of the scores of items contained 18 items (45%) in the category “very good”, 16

items (40%) belong to the category of "good", 6 items (15%) belong to the

category of "good enough”. Based on the research that has been done, the writer

(3)

i

DESKRIPSI PENYESUAIAN SOSIAL SISWA SMP BOPKRI 3

YOGYAKARTA KELAS VII TAHUN AJARAN 2013/2014 DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Laurentius Bagus Tri Hananto NIM: 081114024

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh kasih skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang setia membimbing dan mamberikan

rahmat serta berkat yang melimpah pada saat saya berkarya di

(7)

v

MOTTO

Hidup penuh rintangan

(8)
(9)
(10)

viii

ABSTRAK

DESKRIPSI PENYESUAIAN SOSIAL SISWA SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA KELAS VII TAHUN AJARAN 2013/2014 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

PRIBADI-SOSIAL

Laurentius Bagus Tri Hananto

Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei yang bertujuan untuk mengetahui gambaran penyesuaian sosial siswa SMP BOPKRI 3 Yogyakarta kelas VII tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

Subyek penelitian adalah seluruh siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 53 orang. Instrument penelitian berbentuk kuesioner penyesuaian sosial. Kuesioner yang disusun terdiri dari 50 item berdasarkan aspek-aspek penyesuaian sosial dan uji empiris dengan teknik korelasi item-total, sedangkan uji reliabilitas dengan nilai reliabilitas sebesar .896 dan bantuan program SPSS (Statistic Programe for Social Science)

versi 15.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tingkat penyesuaian sosial siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 yang memiliki tingkat penyesuaian kategori sangat tinggi berjumlah 50 siswa (94,3%) dan siswa yang memiliki tingkat penyesuaian yang tinggi berjumlah 3 siswa (5,6%) (2). Berdasarkan analisis terhadap skor item terdapat 18 item (45%) masuk

dalam kategori sangat baik, 16 item (40%) masuk dalam kategori “baik”, 6 item (15%) yang masuk dalam kategori “cukup baik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengusulkan 4 topik bimbingan yang berpedoman dari item-item yang terendah untuk meningkatkan penyesuaian sosial siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.

(11)

ix

ABSTRACT

A DESCRIPTIVE STUDY ON STUDENTS SOCIAL ADJUSTMENT OF THE SEVENTH GRADE JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS AT SMP

BOPKRI 3 YOGYAKARTA IN 2013/2014 SCHOOL YEAR AND ITS

IMPLICATIONS TO THE SUGGESTED TOPICS OF PERSONAL-SOCIAL GUIDANCE

Laurentius Bagus Tri Hananto

Sanata Dharma University

2014

This study is a descriptive research with survey method that aims to reveal the students social adjustment of the seventh grade junior high school students at

SMP BOPKRI 3 Yogyakarta in 2013/2014 school year and its implications to the suggested topics of personal-social guidance.

The subjects are all students of seventh grade students at SMP BOPKRI 3

Yogyakarta in 2013/2014 school year, consisting of 53 people. The research instrument is in the form of social adjustment questionnaire. The questionnaire consists of 50 items compiled based on the aspects of social adjustment and empirical test with item-total correlation technique, while the reliability test has the value of .896 and SPSS (Statistics Programme for Social Science) version 15.0.

The results show that: (1) The level of social adjustment of the seventh grade students at SMP BOPKRI 3 Yogyakarta in 2013/2014 school year which has a very high level of adjustment is 50 students (94.3%) and the students who have a high level of adjustment amounts to 3 students (5.6%) (2). Based on the analysis

of the scores of items contained 18 items (45%) in the category “very good”, 16

items (40%) belong to the category of "good", 6 items (15%) belong to the

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kemurahan kasih,

karunia dan penyertaanNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Penyusunan skripsi ini sebagai wujud dari seluruh pengetahuan dan

pengalaman peneliti selama menjadi mahasiswa program studi Bimbingan dan

Konseling di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian skripsi ini tidak lepas

dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan

terimakasih yang tulus kepada:

1. Rohandi, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ijin

penelitian.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A. selaku dosen pembimbing yang

dengan kesabaran mengarahkan dan membimbing serta senantiasa memberi

semangat dan dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

4. Seluruh dosen Program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma yang telah membekali peneliti dengan berbagai ilmu pengetahuan

selama ini sehingga berguna bagi peneliti.

5. Mas St.Priyatmoko, yang selalu setia dan sabar membantu peneliti dalam hal

surat-menyurat dan administrasi lainnya.

6. Paryadi, S.Pd., selaku Kepala sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang

telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.

7. Seluruh siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta atas bantuan dan

kerjasamanya sebagai responden yang bersedia mingisi instrument penelitian

(13)
(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

ABSTRAK ... viii

(15)

xiii

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A.Jenis Penelitian ... 30

B.Subjek Penelitian ... 30

C.Instrumen Penelitian ... 32

1.kuesioner ... 32

2.validitas ... 33

3.reliabilitas ... 35

D.Uji Coba Penelitian ... 36

1.Uji Validitas ... 36

2.Uji Reliabilitas ... 37

E.Teknik Pengambilan Data ... 38

1. Persiapan dan Pelaksanaa……… 38 2.Tahap Pengambilan Data………. 39

3.Teknik Analisis Data……… 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

BAB V PENUTUP ... 59

A.Kesimpulan ... 59

B.Saran-saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Subyek Penelitian ... 31

Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Penyesuaian Sosial ... 33

Tabel 3 Konstruk Instrumen Penelitian Penyesuaian Sosial ... 36

Tabel 4 Kualifikasi Reliabilitas ... 37

Tabel 5 Penggolongan Kategorisasi ... 41

Tabel 6 Pengkategorisasian Deskripsi Penyesuaian sosial Siswa... ... 42

Tabel 7 Pengkategorisasian Skor Item Kuesioner Penelitian... .... 44

(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Hasil Olah Data Penyesuaian sosial ... 63

Lampiran 2: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 55

Lampiran 3: Kuesioner Penelitian Penyesuaian sosial... .... 59

Lampiran 4: SPB ... 65

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional

variabel.

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makluk sosial yang tidak pernah lepas dari manusia lain.

Tiap manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berhubungan dengan manusia lain,

karena ia berada dalam suatu komunitas yang beragam seperti keluarga, sekolah, dan

komunitas lain di mana ia menjadi anggota. Winkel (1991) mengungkapkan bahwa

setiap manusia berinteraksi dengan manusia-manusia lain dalam lingkungan hidup,

mulai dari lingkungan keluarga, sebagai unit kehidupan yang paling kecil sampai

pada lingkungan masyarakat luas.

Gerungan (1988) menyatakan bahwa manusia secara hakiki merupakan

makluk sosial yang sejak lahir membutuhkan pergaulan dengan manusia lain untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya seperti: makan, minum, dan lain-lain. Hal

ini juga dikemukakan oleh Mulyadi (1995) yang menyatakan bahwa kebutuhan

(19)

Kebutuhan afeksi merupakan kebutuhan akan persahabatan, kasih sayang dan cinta

kasih. Jika manusia ingin kebutuhan afeksi terpenuhi, maka kebutuhan inklusi yang

merupakan kebutuhan untuk bergabung dengan sesamanya seperti menjadi bagian

dari kelompok tertentu juga harus terpenuhi dulu, sedangkan kebutuhan kontrol

merupakan kebutuhan dalam proses pengambilan keputusan untuk memimpin,

mempengaruhi, dan mengatur manusia disekitarnya. Upaya manusia dalam rangka

memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut melalui suatu proses yang disebut interaksi

sosial. Soekanto (1982) menyatakan interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan

sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara

kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dan kelompok

manusia. Interaksi sosial ini muncul sebagai suatu keharusan, karena kondisi biologis

dan psikologis manusia yang tidak dapat dipenuhi sendiri. Hal ini banyak terjadi di

masyarakat mulai dari lingkungan keluarga sebagai lingkungan yang paling kecil,

sampai pada lingkungan masyarakat luas, salah satunya adalah kelompok usia

pubertas. Pubertas sebagai kelompok yang hidup di lingkungan masyarakat pasti

mempunyai kebutuhan dan tugas perkembangan.

Masa di mana siswa SMP kelas VII merupakan masa peralihan, di masa ini

seseorang berada pada masa transisi, yaitu masa individu-individu untuk berpindah

ke masa individu, masa ini disebut masa pubertas. Seseorang yang berada pada masa

pubertas akan menemui hal-hal yang baru dalam kehidupannya, jika seseorang telah

(20)

hal yang baru. Menurut Monks (2002) pubertas berasal dari kata puber yaitu

pubescere yang artinya mendapat pubes atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual. Menurut Root (dalam

Hurlock, 2004) Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi

kematangan alat–alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Pubertas adalah

masa ketika seorang individu mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan

fungsi seksual. Dipertegas oleh Syamsudin (1990) bahwa “Masa puber adalah masa

yang penuh dengan reaksi dan depresi disertai emosinya masih labil dan belum

terkendali seperti perasaan marah, gembira, sedih dipengaruhi oleh psikologisnya”.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan yang dimaksud masa pubertas adalah masa

transisi atau perubahan dari makhluk aseksual menjadi makluk seksual sehingga

terjadi proses perubahan proporsi tubuh yang ditandai dengan kematangan seksual

dan alat reproduksi. Pada perempuan kematangan seksual ini ditandai dengan

terjadinya menstruasi dan pada laki-laki terjadinya mimpi basah. Masa pubertas

dalam kehidupan masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

dengan cepat. Pada perempuan pubertas ditandai dengan menstruasi pertama,

sedangkan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah pertama.

Individu perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa

sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti

payudara mulai berkembang, dll. Individu lelaki mulai memperlihatkan perubahan

dalam suara, otot, dan fisik lainnya. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat

(21)

memiliki tugas perkembangan yang sulit berkaitan dengan penyesuaian sosial.

Interaksi sosial terjadi di lingkungan sekolah, salah satunya di Sekolah Menengah

Pertama. Peneliti melihat ada masalah tentang penyesuaian sosial pada siswa kelas

VII di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta, yaitu: siswa belum bisa berbaur atau bermain

bersama dengan teman yang lain, ada siswa yang hanya berdiam diri di dalam kelas

ataupun hanya duduk sendiri di depan kelas. Selain itu antara siswa dan siswi masih

bermain berkelompok dan sering juga terjadi saling ejek antara siswa dan siswi

tersebut, serta belum bisa berbaur dengan lawan jenis. Hal ini jika dibiarkan akan

berdampak pada siswa siswi tersebut karena mereka pasti kurang dapat melakukan

penyesuaian sosial dengan baik di lingkungan sekolahnya, serta berdampak pada

masa depan siswa siswi tersebut karena mereka akan menutup diri dan susah

berinteraksi dengan orang lain.

Interaksi sosial pada masa pubertas cenderung meningkat, hal ini terjadi

karena individu memiliki tugas perkembangan yang harus dilakukan, salah satu

tugasnya adalah menjalin hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya. Saat

menjalankan interaksi sosial dengan teman sebaya lainnya di sekolah, individu

dituntut untuk dapat melakukan penyesuaian, baik yang bersifat Penyesuaian diri

maupun penyesuaian sosial. Penyesuaian diri berkaitan dengan keadaan yang terjadi

dalam diri individu, misalnya: keadaan fisik, perasaan dan pikiran individu,

sedangkan penyesuaian sosial berkaitan dengan keadaan yang terjadi di lingkungan,

di mana ada orang-orang serta peraturan-peraturan di dalamnya. Penyesuaian sosial

(22)

sayang, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan untuk diakui dalam kelompoknya, serta

dalam rangka memenuhi kebutuhan sosial ini, individu harus melakukan proses

penyesuaian sosial dengan kelompoknya. Menurut Sers (1991), penyesuaian sosial

merupakan alasan seseorang untuk menyesuaikan dirinya karena ingin diterima di

dalam kelompok dan untuk menghindari celaan.

Kemampuan individu dalam melakukan penyesuaian sosial terhadap teman

sebaya berbeda-beda, ada individu yang mampu melakukan penyesuaian sosial secara

baik dan ada yang buruk. Penyesuaian sosial yang baik bahwa individu mampu dan

berhasil dalam menyesuaikan dengan lingkungan serta teman sebayanya. Penyesuaian

sosial yang buruk bahwa individu kurang dapat menyesuaikan dengan lingkungannya

serta kurang mampu bergaul dengan teman sebayanya. Menurut Schneiders (1964)

penyesuaian sosial merupakan kemampuan untuk bereaksi secara efektif dan sehat

terhadap situasi, realitas dan relasi sosial sehingga tuntutan hidup bermasyarakat

dipenuhi dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan. Individu yang

penyesuaiannya baik akan mengalami kebahagiaan sedangkan individu yang

penyesuaiannya buruk akan sedih. Sebagai contoh, individu yang melakukan

penyesuaian dengan baik: mudah bergaul dengan orang yang baru kenal, serta sopan.

Maka individu tersebut akan diterima di lingkungan/kelompok, maka individu akan

merasa bahagia, dan jika penyesuaiannya buruk, seperti: pendiam, cuek, arogan,

maka individu tersebut tidak dapat diterima di lingkungan, kelompok serta dalam

dirinya akan terjadi pergulatan batin. Hurlock (1992) menegaskan, bahwa “individu

(23)

seperti teman-teman lainnya, sehingga individu tersebut tidak berminat pada kegiatan

di sekolah, dengan demikian penyesuaian sosial yang dilakukan oleh individu

tersebut juga mempunyai pengaruh terhadap kegiatan belajar di sekolah.

Manusia merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi

dengan manusia lain untuk memanusiakan dirinya. Setiap manusia ingin dicintai,

ingin diakui dan dihargai, ingin pula mendapatkan tempat dalam kelompoknya, hanya

dengan relasi dan komunikasi dengan manusia lain, manusia dapat menuju pada

kedewasaan. Upaya untuk menuju pada kedewasaan tergantung pada cara

penyesuaian sosial yang dilakukannya. Individu diharapkan mampu melakukan

penyesuaian sosial dengan bantuan dan dukungan dari manusia lain maupun dirinya

sendiri, sehingga manusia dapat berkembang dengan baik dalam berinteraksi dengan

manusia lain. Individu memerlukan penerimaan yang baik dari orang lain, hal ini

akan berdampak jika individu mampu melakukan tuntutan yang ada di lingkungan

masyarakat agar individu bisa diterima dengan baik oleh lingkungannya. Hal ini

ditegaskan oleh Hurlock (1991), yang menyatakan bahwa:

Individu yang diterima dengan baik memiliki peluang yang lebih banyak untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok teman sebaya, dibandingkan dengan individu yang tidak diterima dengan baik, mereka yang diterima dengan baik oleh kelompoknya akan memperoleh kesempatan untuk mempelajari keterampilan sosial, akibatnya secara sosial mereka lebih cakap dibandingkan dengan individu yang kurang aktif.

Melalui berbagai pengalaman dalam berinteraksi dengan kelompok sebaya

(24)

melakukan interaksi sosial dengan baik akan menambah kepercayaan diri sehingga

individu tidak merasa rendah diri dan menutup diri terhadap lingkungan

pergaulannya. Keberhasilan individu dalam berinteraksi dengan teman sebayanya

menunjukkan bahwa individu mampu menyesuaikan dengan tuntutan dan harapan

lingkungannya. Interaksi dengan kelompok sebaya yang baru sering mengalami

hambatan, misalnya timbul ketidakcocokan antara individu satu dengan teman yang

lain.

Pada masa perpindahan dari Sekolah Dasar ke Sekolah Menengah Pertama

biasanya individu sangat sulit untuk melakukan penyesuaian sosial, hal ini

disebabkan pergaulan untuk penyesuaian sosial siswa lebih sulit dikarenakan

lingkungan yang baru serta kelompok sosial yang baru dan biasanya individu tidak

dapat menerima kekurangan-kekurangan yang ada dalam diri teman sebayanya.

Winkel (2006) menegaskan bahwa perpindahan dari Sekolah Dasar kesatuan

pendidikan lanjutan ini merupakan langkah yang cukup berarti dalam kehidupan

individu, baik karena tambahan tuntutan belajar bagi siswa lebih berat, maupun

karena siswa akan mengalami banyak perubahan dalam diri sendiri selama

tahun-tahun ini.

Hambatan yang lain adalah adanya perbedaan lingkungan yang dimiliki

seseorang dengan lingkungan baru yang ditemui, misalnya seseorang yang hidup di

lingkungan baru sebagai penghuni baru. Individu akan menemui aturan-aturan baru,

(25)

dengan cara beradaptasi serta menyesuaikan sosial dengan lingkungan dan

orang-orang disekitar, bersikap ramah, mudah berbaur dengan lingkungan sosial, serta

mampu menaati peraturan yang berlaku. Oleh sebab itu manusia perlu memiliki

kemampuan penyesuaian sosial, termasuk pubertas. Hal ini sesuai dengan tugas

perkembangan yang dimiliki oleh individu pada masa pubertas, yaitu: menjalankan

peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masing-masing, artinya mempelajari

dan menerima peranan masing-masing sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau

norma-norma masyarakat, selain itu Syamsudin (1990) mengemukakan bahwa masa

puber adalah masa yang penuh dengan reaksi dan depresi disertai emosinya masih

labil dan belum terkendali seperti perasaan marah, gembira, sedih dipengaruhi oleh

psikologisnya, jadi individu harus mampu mengendalikan emosinya yang masih labil

dan belum terkendali seperti perasaan marah, gembira, sedih dipengaruhi oleh

psikologisnya.

. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa individu harus

memiliki penyesuaian sosial yang baik dalam hidupnya, baik di luar lingkungan

keluaga dan lingkungan sekolah. Penjelasan di atas mendorong peneliti untuk

meneliti penyesuaian sosial siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA tahun

ajaran 2013/2014 terhadap teman sebaya dan implikasinya terhadap usulan

(26)

B.Rumusan Masalah

Permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.:

1. Seberapa baik penyesuaian sosial siswa kelas VII SMP BOPKRI 3

YOGYAKARTA tahun ajaran 2013/2014?

2. Berdasarkan hasil analisis uji butir penyesuaian sosial yang teridentifikasi rendah

topik-topik bimbingan klasikal apakah yang sesuai untuk membantu siswa kelas

VII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA tahun ajaran 2013/2014 dalam

meningkatkan penyesuaian sosial?

C.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kemampuan penyesuaian sosial siswa kelas VII SMP BOPKRI 3

YOGYAKARTA tahun ajaran 2013/2014.

2. Mengidentifikasi butir penyesuaian sosial yang skornya rendah untuk dijadikan

topik-topik bimbingan pribadi sosial yang dapat meningkatkan penyesuaian sosial

siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA tahun ajaran 2013/2014

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan baru

(27)

2. Manfaat praktis

a. Peneliti

Penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi peneliti sebagai bekal calon

konselor sehingga diharapkan penelitian ini dapat menambah bahan kajian

untuk pengembangan yang lebih mendalam dan lebih luas dimasa yang akan

datang.

b. Pembimbing

Mendapatkan pengetahuan dari topik bimbingan yang dapat digunakan untuk

mendampingi siswa.

c. Sekolah

Memberikan bahan pertimbangan bagi sekolah bahwa selain mencetak peserta

didik yang berprestasi baik namun peserta didik juga harus dibekali dengan

bekal moral yang baik, agar kelak ketika terjun dimasyarakat memiliki moral

yang baik.

E. Definisi Operasional

Berikut ini dirumuskan definisi operasional agar diperoleh pengertian yang

jelas mengenai variable penelitian ini.

1. Penyesuaian sosial merupakan kemampuan untuk bereaksi secara efektif dan

(28)

bermasyarakat dipenuhi dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan.

Penyesuaian sosial merupakan keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri

terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya.

Setiap orang hidup di dalam masyarakat yang terdapat proses saling

mempengaruhi satu sama, dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan

tingkah laku sesuai dengan jumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang

mereka patuhi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup

sehari-hari.

2. Bimbingan pribadi sosial adalah bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya

sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri untuk

mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian

waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan membina hubungan kemanusian

dengan sesama di berbagai lingkungan/melakukan pergaulan sosial dalam

menghadapi dan memecahkan masalah pribadi-sosial, seperti Penyesuaian sosial,

(29)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakekat Penyesuaian Sosial

1. Pengertian Penyesuaian Sosial

Menurut Sers (1991), penyesuaian sosial merupakan alasan seseorang

untuk menyesuaikan dirinya karena ingin diterima di dalam kelompok dan untuk

menghindari celaan. Hurlock (1997), menjelaskan penyesuaian sosial adalah

keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada

umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya. Setiap orang hidup di

dalam masyarakat yang terdapat proses saling mempengaruhi satu sama, dari

proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan

jumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi untuk mencapai

penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Penyesuaian sosial

terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat orang hidup dan berinteraksi

dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan

masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, masyarakat luas

secara umum. Hal ini membuat individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama

(30)

istiadat yang ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi

atau karya yang diberikan oleh sang individu (Enung, 2008: 208).

Apa yang dipelajari seseorang dalam proses interaksi dengan masyarakat

masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang

memungkinkan orang untuk mencapai penyesuian sosial dengan cukup baik.

Menurut Schneiders (1964) penyesuaian sosial merupakan kemampuan untuk

bereaksi secara efektif dan sehat terhadap situasi, realitas dan relasi sosial

sehingga tuntutan hidup bermasyarakat dipenuhi dengan cara yang dapat diterima

dan memuaskan. Proses selanjutnya yang dilakukan seseorang dalam penyesuaian

sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial

kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun

dengan jumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur

hubungan individu dengan kelompok. Individu mulai berkenalan dengan

kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi

perbaikan dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah

laku kelompok (Sarwono Sarlito, 2008).

Hal ini berarti bagaimana usaha seseorang tersebut untuk hidup bergaul

dengan orang lain serta hidup di dalam kelompok masyarakat, dimana dalam

kelompok tersebut terdapat norma. Seseorang yang mampu melakukan

penyesuaian sosial dengan baik dapat berperilaku sesuai dengan norma-norma

yang berlaku dan dia juga memiliki kemampuan dalam menjalin relasi dengan

(31)

tidak dikenalnya serta bersedia membantu orang lain. Penyesuaian sosial itu

merupakan bagian dari proses perkembangan seseorang. Seseorang dikatakan

berhasil melakukan penyesuaian sosial apabila ia sudah dapat hidup bergaul

dalam satu kelompok sesuai norma-norma yang diterapkan. Selain itu

penyesuaian sosial bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sosial manusia. Jadi

dapat disimpulkan penyesuaian sosial adalah penyesuaian terhadap orang lain

serta lingkungannya untuk memenuhi harapan sosial dan untuk memenuhi

kebutuhan sosial.

2. Ciri Penyesuaian Sosial yang Baik

Yusuf (2000) menyatakan penyesuaian sosial yang baik sebagai

berikut:

a. Mampu menilai diri secara realistik, yaitu mampu menilai diri

sebagaimana adanya, baik kelebihan maupun kelemahan.

b. Mampu menilai situasi secara realistik, yaitu mampu menghadapi situasi

atau kondisi kehidupan secara realistik dan mampu menerimanya secara

wajar.

c. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik, yaitu beraksi

secara rasional.

d. Menerima tanggung jawab, yaitu memiliki keyakinan terhadap

(32)

dihadapi.

e. Kemandirian, yaitu memiliki sikap mandiri dalam cara berpikir dan

bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan

mengembangkan diri serta menyesuaikan diri secara konstruktif dengan

norma yang berlaku di lingkungannya.

f. Dapat mengontrol emosi, yaitu merasa aman dengan emosinya, dapat

menghadapi situasi frustasi, depresi atau stress secara positif atau

konstruktif.

g. Berorientasi tujuan, yaitu mampu merumuskan tujuan berdasarkan

pertimbangan secara matang, tidak atas paksaan dari orang lain.

h. Berorientasi keluar, yaitu bersifat respek, empati terhadap orang lain,

mempunyai kepedulian terhadap situasi, masalah-masalah lingkungan.

i. Penerimaan sosial, dinilai positif oleh orang lain, berpartisipasi aktif

dalam kegiatan sosial dan memiliki sifat bersahabat.

Schneiders (1964) mengemukakan ciri penyesuaian sosial yang baik

sebagai berikut:

a. Memiliki pengendalian diri yang tinggi dalam menghadapi situasi atau

persoalan, dengan kata lain tidak menunjukan ketegangan emosi yang

berlebihan.

b. Tidak menunjukan mekanisme psikologis yang berlebihan, bertindak

(33)

dihadapi. mampu mengolah pikiran dan perasaan dengan baik, sehingga

menemukan cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan masalahnya.

c. Memiliki pertimbangan rasional dan pengendalian diri, memiliki

kemampuan dasar berfikir serta dapat memberikan pertimbangan terhadap

tingkah laku yang diperbuat untuk mengatasi masalah yag dihadapinya.

d. Mampu belajar sehingga dapat mengembangkan kualitas dirinya terutama

dalam bersedia belajar dari pengalaman dan memanfaatkan pengalaman

tersebut dengan baik.

e. Mempunyai sikap realistik, objektif, dapat menilai situasi, masalah dan

kekurangan dirinya secara objektif.

Dapat disimpulkan penyesuaian sosial yang baik yaitu sikap manusia

yang mampu berpartisipasi secara produktif dalam kegiatan sosial di

masyarakat dan untuk mengenal, memahami dan menerima orang lain.

3. Aspek penyesuaian sosial

Menurut Schneiders (1964), penyesuaian sosial memiliki beberapa

aspek-aspek sebagai berikut:

a. Pengakuan/Penghargaan (Recognition)

Menghormati dan menerima hak-hak orang lain. Hal ini individu tidak

melanggar hak-hak orang lain yang berbeda dengan dirinya untuk

(34)

menghormati hak-hak orang lain, maka orang lain akan menghormati dan

menghargai hak-hak kita sehingga hubungan sosial antar individu dapat

terjalin dengan sehat dan harmonis.

Contoh : mau mendengarkan dan menerima pendapat atau masukan dari orang

lain.

B. Pengikutsertaan (Participation)

Setiap individu harus dapat mengembangkan dan melihara persahabatan.

Seseorang yang tidak mampu membangun relasi dengan orang lain dan lebih

menutup diri dari relasi sosial akan menghasilkan penyesuain social yang

buruk. Individu ini tidak memiliki ketertarikan untuk berpartisipasi dengan

aktivitas di lingkungannya serta tidak mampu untuk mengekspresikan diri

mereka sendiri, sedangkan bentuk penyesuaian akan dikatakan baik apabila

individu tersebut mampu menciptakan relasi yang sehat dengan orang lain,

mengembangkan persahabatan, berperan aktif dalam kegiatan sosial, serta

menghargai nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Contoh : aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan di lingkungan

masyarakat, seperti kerja bakti, kumpul acara kepemudaan, dll.

C. Persetujuan sosial (Social approval)

Minat dan simpati terhadap kesejahteraan orang lain. Hal ini dapat merupakan

bentuk penyesuaian sosial di masyarakat, dimana individu dapat peka dengan

masalah dan kesulitan orang lain di sekelilingnya serta bersedia membantu

(35)

terhadap tujuan, harapan dan aspirasi, cara pandang ini juga sesuai dengan

tuntutan dalam penyesuaian keagamaan (religious adjustment).

Contoh : peka terhadap lingkungan dan masyarakat serta memiliki simpati

terhadap orang lain.

D. Mementingkan kepentingan orang lain (Altruisme)

Saling membantu dan mementingkan orang lain merupakan nilai-nilai moral

yang aplikasi dari nilai-nilai tersebut merupakan bagian dari penyesuaian

moral yang baik yang apabila diterapkan dimasyarakat secara wajar dan

bermanfaat maka akan membawa pada penyesuaian sosial yang kuat. Bentuk

dari sifat-sifat tersebut memiliki rasa kemanusian, rendah hati, dan kejujuran

dimana individu yang memiliki sifat ini akan memiliki kestabilan mental,

keadaan emosi yang sehat dan penyesuaian yang baik

Contoh : membantu teman disaat mereka membutuhkan bantuan.

E. Penyesuaian (Conformity)

Menghormati dan mentaati nilai-nilai integritas hukum, tradisi dan kebiasaan.

Adanya kesadaran untuk mematuhi dan menghormati peraturan dan tradisi

yang berlaku di lingkungan maka ia akan dapat diterima dengan baik di

lingkungannya.

(36)

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Sosial yang Baik

Ada beberapa faktor agar individu diterima di dalam kelompok,

apabila individu dapat memenuhinya, maka individu akan diterima di dalam

kelompok tersebut.

Syamsuddin (2000) mengemukakan mengenai masalah-masalah yang

dihadapi individu yang mempengaruhi penyesuaian sosial sebagai berikut.

a. Munculnya kecanggungan-kecanggungan dalam pergaulan akibat adanya

perbedaan dalam perkembangan fisik, seperti pada laki-laki suara yang

“cempreng” dan badan terlihat kurus,. Pada perempuan payudara kecil dan

badan terlampau gemuk.

b. Munculnya sikap penolakan diri akibat body image tidak sesuai dengan

gambaran diri yang sesungguhnya. Seseorang ingin terlihat tampan atau

cantik, akan tetapi hal ini tidak seperti yang mereka inginkan.

c. Timbulnya gejala-gejala emosional tertentu seperti perasaan malu, karena

adanya perubahan suara (laki-laki) dan peristiwa menstruasi (perempuan)

d. Munculnya perilaku-perilaku seksual yang menyimpang pada individu

yang tidak terbimbing oleh norma, seperti pacaran tidak tahu tempat dan

batasan-batasannya.

e. Timbulnya masalah pada diri seseorang yang memiliki prestasi di bawah

kapasitasnya atau rasa rendah diri pada seseorang yang tidak pernah

tuntas. Seseorang akan pesimis dan menyerah jika prestasinya rendah

(37)

f. Mudah sekali digerakkan untuk melakukan kegiatan destruktif yang

spontan untuk melampiaskan ketegangan emosionalnya. Seseorang yang

masih labil dalam mengambil keputusan akan melakukan

tindakan-tindakan diluar batas, seperti mengajak berkelahi, merusak barang, dll.

Menurut Hurlock (1992) hal yang dapat menyebabkan individu

diterima dalam suatu kelompok adalah sebagai berikut:

a. Kesan pertama yang menyenangkan, seperti penampilan yang menarik,

sikap yang tenang dan gembira

b. Penampilan diri yang sesuai dengan penampilan teman-teman sebaya.

Seseorang akan diterima dalam kelompok jika berpenampilan yang sesuai,

seperti gaya rambut, berpakaian, dll.

c. Perilaku sosial yang baik ditandai dengan kerjasama, tanggungjawab,

panjang akal, kesenangan bersama orang lain, bijaksana dan sopan

d. Matang terutama dalam hal pengendalian emosi serta kemauan dalam

mengikuti peraturan-peraturan. Seseorang yang stabil dan dapat

mengontrol emosinya pasti akan diterima dalam kelompok.

e. Sifat kepribadian yang menimbulkan penyesuaian sosial yang baik seperti

jujur, setia, tidak mementingkan diri sendiri. Sikap ramah, jujur dan tidak

(38)

Jadi dapat disimpulkan bahwa bila ingin diterima dalam kelompok

sosial, individu harus memenuhi berbagai berbagai hal yang harus dilakukan

untuk dapat diterima dalam kelompok sosial, serta individu harus dapat

melakukan proses belajar yang baik di dalam lingkungan keluarga maupun di

lingkungan sosial.

F. Hakekat Pubertas dan Penyesuaian Sosial

1. Pengertian Pubertas

Masa pubertas merupakan salah satu periode dari perkembangan

manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

individu-individu ke masa individu yang meliputi perubahan biologis,

perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Menurut Monks (2002) pubertas

berasal dari kata puber yaitu pubescere yang artinya mendapat pubes atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan

perkembangan seksual. Pubertas sering kali didefinisikan sebagai periode

transisi antara masa kindividu-kindividu ke masa individu, atau masa usia

belasan tahun, atau seseorang yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti

susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya.

Pubertas adalah masa ketika seorang individu mengalami perubahan

fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Menurut Root dalam Hurlock

(39)

kematangan alat–alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Pubertas

adalah usia dimana mereka mampu berintegrasi dengan masyarakat dewasa,

usia dimana mereka tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih

tua melainkan berada dalam tingkatan sama sekurang-kurangnya dalam

masalah hak (Hurlock, 1996).

Selain mampu berintegrasi dengan orang yang lebih tua di lingkungan

masyarakat, individu sangat berpengaruh terhadap teman sebaya. Pengaruh

dari teman sebaya meliputi sikap, pembicaraan, minat penampilan dan

perilaku. Kelompok sebaya memberikan tempat untuk individu untuk

bersosialisasi dalam suasana dimana nilai yang berlaku bukanlah

nilai-nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh teman-teman

seusianya. Dipertegas oleh Syamsudin (1990) bahwa masa puber adalah masa

yang penuh dengan reaksi dan depresi disertai emosinya masih labil dan

belum terkendali seperti perasaan marah, gembira, sedih dipengaruhi oleh

psikologisnya. Individu pada masa pubertas yang menjalani kehidupan di

lingkungan sosial diwarnai dengan tugas perkembangan yang harus mereka

capai di usia mereka saat ini.

2. Tugas Perkembangan Sosial Masa Pubertas

Individu pada masa pubertas menjalani kehidupan diwarnai dengan

(40)

Havighurst (dalam Melly, 1984) menjelaskan tugas-tugas perkembangan

dalam hal sosial, yaitu:

a. Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman

sebayanya baik dengan teman-teman sejenis maupun dengan teman jenis

kelamin lain. Seseorang dalam melakukan tindakan sosial tidak hanya

dengan sesama jenis, tapi baiknya dengan lawan jenis agar dapat berelasi

pada semua orang dengan baik.

b. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin

masing, artinya mempelajari dan menerima peranan

masing-masing sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau norma-norma masyarakat

c. Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat

dipertanggungjawabkan. Sikap tanggungjawab menjadikan seseorang

dihargai oleh orang lain.

d. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam

tindakan-tindakannya dan pandangan hidupnya. Seseorang harus mengerti dan

mempelajari tentang aturan-aturan yang belaku agar dalam melakukan

penyesuaian sosial dapat diterima dalam masyarakat.

Winkel (2006) juga menyebutkan beberapa tugas pekembangan, antara

lain:

a. Membawa diri sesuai dengan peranannya dalam masyarakat sebagai pria

atau wanita. Seseorang dalam bersosial baik jika ikut ronda, pertemuan

(41)

b. Mempersiapkan diri untuk kelak memegang suatu jabatan di masyarakat.

Belajar menjadi ketua pemuda, organisasi di kampung, serta berkelakuan

dan memiliki minat sosial karena kelak menjadi kepala rumah tangga

yang baik.

Dari tugas perkembangan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

tugas perkembangan tersebut, terlihat hubungan yang erat antara lingkungan

kehidupan sosial dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh individu

dalam hidupnya. Individu pada masa pubertas melakukan tugas-tugasnya akan

selalu berinteraksi dengan lingkungan sosial. Individu memiliki banyak

hambatan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya, maka dari itu

mereka harus melakukan penyesuaian sosial .

3. Karakteristik Masa Pubertas

Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik yang dapat

menimbulkan berbagai permasalahan, yaitu:

a. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.

b. Ketidakstabilan emosi.

c. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.

d. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi individu tidak sanggup

(42)

e. Senang bereksperimentasi dan senang bereksplorasi.

f. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.

g. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan

berkelompok.

G. Bimbingan Pribadi-Sosial

1. Definisi Bimbingan Pribadi-Sosial

Bimbingan pribadi sosial merupakan proses untuk membantu

seseorang dalam mengembangkan potensinya, mengenal dirinya sendiri serta

mengenal lingkungan sekitarnya dan membantu mengatasi masalah yang

dihadapi sehingga menjadi manusia yang seimbang antara kehidupan

individual dan kehidupan sosial. Menurut Winkel (1997) bimbingan pribadi

sosial merupakan bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan

mengatasi pergumulan batinnya sendiri, dalam mengatur dirinya sendiri

dibidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran

nafsu seksual dan sebagainyam serta bimbingan dalan membina hubungan

kemanusiaan dengan sesama dan berbagai lingkungan.

Sukardi (1993) mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi-sosial

merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan memecahkan masalah

pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan.

Menurut pendapat Ahmadi (1991) Bimbingan pribadi-sosial adalah

(43)

sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial yang dialaminya, mengadakan

penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial, memilih jenis-jenis

kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta berdaya upaya

sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi dan sosial yang

dialaminya. Hal senada juga diungkapkan oleh Yusuf (2005) yang

mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan untuk

membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi.

Hal yang tergolong dalam masalah-masalah sosial-pribadi adalah

masalah hubungan dengan sesama teman, permasalahan sifat dan kemampuan

diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat

mereka tinggal dan penyelesaian konflik. Dari beberapa pengertian diatas,

dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan suatu

bimbingan yang diberikan oleh seorang ahli kepada individu dalam membantu

individu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial,

seperti penyesuaian diri, sosial dalam menghadapi konflik dan pergaulan.

Bimbingan memerlukan topik bimbingan yang merupakan materi atau

bahan yang digunakan guru pembimbing di sekolah untuk membantu siswa

dalam mengembangkan diri. Topik bimbingan tersebut diperoleh dengan cara

menggunakan alat tes atau tes untuk mengecek masalah siswa. Topik

bimbingan dibuat berdasarkan kebutuhan atau masalah siswa yang kerap

dialami atau sedang dialami, seperti: kiat belajar sebelum ujian, percaya diri,

(44)

SMA, karena tingkat bahasa dan pemikiran siswa berbeda-beda. Topik

bimbingan diberikan agar siswa yang memiliki kebutuhan dapat berkembang

dan lepas dari masalahnya serta selain itu topik bimbingan juga berguna untuk

sumber informasi bagi siswa.

2. Tujuan bimbingan pribadi sosial

Membantu siswa agar mampu mengembangkan kompetensinya, sbb :

a. Memiliki komitmen untuk mengamalkan nilai-nilai keimanan, baik dalam

kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah,

masyarakat.

b. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri..

c. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat, sesuai

dengan nilai agama, etika, dan nilai-nilai budaya.

d. Proses bantuan untuk memfasilitasi siswa agar mampu mengembangkan

pemahaman dan keterampilan berinteraksi sosial, serta memecahkan

masalah-masalah sosial yang dihadapinya

e. Membantu siswa agar mampu mengembangkan kompetensinya

f. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif,

baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik

maupun psikis.

g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang

(45)

h. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen

terhadap tugas atau kewajibannya.

i. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau

silaturahim dengan sesama manusia.

j. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik

bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.

(46)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian mengenai metode penelitian, yaitu mengenai: (A) jenis

penelitian, (B) subjek penelitian, (C) instrumen penelitian, (D) uji coba penelitian, (E)

teknik pengumpulan data

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei.

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun

fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas,

karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena

yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006). Penelitian ini

dimaksudkan untuk menggambarkan penyesuaian sosial siswa kelas VII SMP

BOPKRI 3 YOGYAKARTA tahun ajaran 2013/2014.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP BOPKRI 3

YOGYAKARTA tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini adalah penelitian

(47)

diikutsertakan sebagai sumber data. Populasi adalah “semua anggota sekelompok

orang, kejadian, atau obyek yang telah dirumuskan secara jelas” (Furchan, 1982).

Populasi siswa kelas VII BOPKRI 3 YOGYAKARTA tahun ajaran 2013/2014

berjumlah 53 siswa. Adapun jumlah siswa dari masing-masing kelas adalah

sebagai berikut orang, kejadian, atau obyek yang telah dirumuskan secara jelas”

(Furchan, 1982).

Populasi siswa kelas VII BOPKRI 3 YOGYAKARTA tahun ajaran

2013/2014 berjumlah 53 siswa. Adapun jumlah siswa dari masing-masing kelas

adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Subyek Penelitian

NO Kelas Jumlah siswa setiap kelas

1 VIIC 26 siswa

2 VIID 27 siswa

(48)

C. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner berdasarkan

aspek-aspek penyesuaian sosial yang berisi panduan pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab. Kuesioner cocok digunakan karena jumlah

responden penelitian ini relatif cukup besar. Kuesioner ini berupa daftar

pernyataan/pertanyaan tertutup. Pada penelitian ini peneliti memberikan

kuesioner secara langsung kepada siswa kelas VII SMP BOPKRI 3

YOGYAKARTA. Berikut ini peneliti menjelaskan beberapa hal yang

berkaitan dengan kuesioner:

Responden diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan dalam

kuesioner ini mengenai kegiatan waktu luang yang biasa dilakukan. Kuesioner

ini menggunakan empat alternatif jawaban, yaitu selalu, sering,

kadang-kadang, dan tidak pernah. Skoring untuk item positif bergerak dari 4 – 1 dan untuk item negatif bergerak dari 1 – 4. Pada item positif, alternatif jawaban

“selalu: memperoleh skor 4, “sering” memperoleh skor 3, “kadang-kadang” memperoleh skor 2, dan tidak pernah memperoleh skor 1. Penyusunan

butir-butir kuesioner bertolak dari lima aspek menurut Schneiders (1964), yaitu:

1. Recognition 2. Participation 3. Social approval 4. Altruisme

(49)

Tabel 2

Kisi-kisi kuesioner penyesuaian sosial

No Aspek Indicator Favorable unfavorable

1. Recognition  Menghormati hak-hak orang

3. Social approval  Memiliki kepekaan terhadap lingkungan

5. Conformity  Menghormati nilai-nilai yang ada

9, 29, 49 2, 22

 Mengikuti aturan-aturan yang ada dilingkungan

19, 39 12, 32, 42

2. Validitas

Validitas, dalam pengertian secara umum adalah ketepatan dan

kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya (Azwar, 2005). Masidjo

(1995) menjelaskan, validitas adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu

(50)

isi, karena penyusunan instrumen dibantu dengan menggunakan kisi-kisi

instrumen, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pernyataan

yang telah dijabarkan dari indikator. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas

isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu sejajar dengan materi atau isi

pelajaran yang diberikan (Arikunto, 2005).

Teknik uji yang digunakan adalah dengan cara mengkorelasikan skor

item terhadap skor totalnya melalui pendekatan analisis korelasi Product Moment. Adapun rumusnya dapat dilihat sebagai berikut:

XY

r = indeks korelasi validitas item

N = jumlah responden

X = skor item yang akan diuji validitasnya

Y = skor total yang memuat item yang diuji validitasnya

Proses penghitungan indeks validitas item pada alat ukur penelitian ini

dilakukan dengan cara memberi skor terlebih dahulu setiap item dan

mentabulasi ke dalam tabulasi data uji coba instrumen penelitian. Perhitungan

indeks validitas intrumen dilakukan dengan menggunakan bantuan program

(51)

memuaskan. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dikatakan bahwa item yang

valid adalah item yang memiliki nilai korelasi ≥ 0,30. Sementara itu, suatu item dikatakan tidak valid jika memiliki nilai korelasi < 0,30.

3. Reliabilitas

Realibilitas suatu tes adalah taraf sampai di mana suatau tes mampu

menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf

ketepatan dan ketelitian hasil (Masidjo, 1995). Perhitungan indeks reliabilitas

kuesioner tingkat penyesuaian sosialsiswa menggunakan program komputer

SPSS, dilakukan dengan menghitung korelasi item ganjil dan item genap

dengan menggunakan teknik product moment dari pearson. Hasil perhitungan product moment kemudian dikoreksi dengan formula Spearman-Brown

sebagai berikut: (Masidjo 1995)

α = 2[1- S 2 2 S + 2 S

x i x

]

Keterangan rumus :

S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2

(52)

D. Uji Coba Penelitian

1. Uji Validitas

Kuesioner ini menggunakan ujicoba terpakai kepada siswa kelas VII

SMP BOPKRI 3 Yogyakarta pada tanggal 30 dan 31 mei 2014 diperoleh hasil

perhitungan konsistensi internal butir item menggunakan rumus Product

Moment dari Pearson dengan jumlah subjek 53.

Tabel 3

Konstruk Instrumen Penelitian Penyesuaian Sosial

No Aspek Indikator Favorable unfavorable

1. Recognition  Menghormati hak-hak orang lain 1, 21*, 41 6*, 36

 Menerima hak-hak orang lain 11, 31* 16, 26, 46

2. Participation  Menciptakan relasi yang baik 3, 33 8, 28, 48*

 Menjalin persahabatan 13, 23, 43 18, 38

3. Social approval  Memiliki kepekaan terhadap lingkungan

5, 35 10*. 30

 Menunjukan rasa simpati pada orang lain

 Mengikuti aturan-aturan yang ada dilingkungan

19*, 39 12, 32, 42*

(53)

Hasil perhitungan tersebut diperiksa dengan menggunakan program

SPSS 15.0, bahwa dari 50 item yang dikembangkan terdapat 10 item yang

koefisien validitasnya < 0,30. Ke 10 item tersebut dieliminasi atau tidak

disertakan dalam pengambilan data penelitian. Selanjutnya tersisa 40 item

yang memiliki koefisien validitas ≥ 0,30, sehingga dinyatakan valid dan digunakan untuk pengambilan data penelitian sesungguhnya.

2. Uji Reliabilitas

Dari hasil uji coba kuisioner yang sudah dikerjakan siswa kelas VII di

SMP BOPKRI III Yogyakarta pada tanggal 30 dan 31 mei 2014, diperoleh

perhitungan reliabilitas dengan menggunakan rumus Spearman Brown, untuk menentukan tinggi atau rendahnya koefisien reliabilitas digunakan patokan

pada tabel kriteria Guilford dalam (Masidjo,1995) dibawah ini:

Tabel 4

Kualifikasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi

(54)

Menguji taraf reliabilitas suatu alat ukur diperoleh dengan

munggunakan Speaman Brown sebagai berikut (Masidjo, 1995):

α = 2[1- S 2

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam mengumpulkan data:

a. Penyusunan kuesioner tingkat penyesuaian sosial siswa kelas VII,

disusun berdasarkan aspek-aspek penyesuaian sosial menurut

Berzonsky (dalam Burns, 1993)

b. Peneliti mengidentifikasi aspek-aspek penyesuaian sosialkemudian

merumuskan indikator-indikator dari setiap aspek.

c. Peneliti merumuskan pernyataan-pernyataan item dari setiap indikator.

d. Peneliti mengkonsultasikan instrumen kepada dosen pembimbing

skripsi untuk menelaah kualitas instrumen dan memeriksa validitas isi

(55)

e. Meminta surat izin untuk melakukan penelitian pada sekretariat

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang kemudian ditanda tangani oleh Ketua Jurusan Ilmu

Pendidikan

f. Meminta tanda tangan ke Wakil Dekan dan cap yang mengesahkan

surat tersebut.

g. Mengirimkan surat izin penelitian kepada Kepala Sekolah SMP

BOPKRI 3 Yogyakarta.

h. Meminta penentuan dan kesepakatan mengenai waktu pelaksanaan uji

terpakai dan penelitian kepada pihak sekolah.

2. Tahap Pengumpulan Data

Uji coba terpakai dilakukan setelah memperoleh ijin dan

kesepakatan waktu pelaksanaan dari pihak sekolah SMP BOPKRI 3

Yogyakarta. Penelitian dilakukan dua hari karena terbatasnya waktu

penelitian. Penelitian ini menggunakan uji coba terpakai yang artinya data

yang digunakan sebagai uji coba akan digunakan kembali sebagai data

penelitian.

Pada penelitian hari pertama tanggal 30 Oktober 2013 Kelas

yang dipergunakan untuk penelitian adalah sebanyak 1 kelas. Kelas VIIC

sebanyak 26 siswa. Hari kedua tanggal 31 mei 2014 kelas VIID sebanyak

(56)

Responden yang digunakan untuk penelitian adalah siswa yang

hadir pada saat pengambilan data, sehingga jumlah siswa yang digunakan

sebagai responden uji coba dan mengisi instrumen berjumlah 50 butir.

Sebelum meminta siswa untuk mengisi kuesioner, peneliti

terlebih dahulu memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan

dalam penelitian ini, dan menjelaskan petunjuk dalam mengisi kuesioner

penyesuaian sosialsiswa. Setelah itu peneliti membagikan kuesioner.

Peneliti juga memberikan kesempatan pada para siswa atau responden

untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas berkaitan dengan kuesioner.

3. Teknik Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan

untuk memperoleh gambaran realita mengenai penyesuaian sosial siswa.

Langkah yang ditempuh untuk analisis data adalah sebagai berikut :

a. Memberi skor pada tiap-tiap item pada setiap kuesioner yang telah

diiisi oleh responden dengan mengacu pada norma skoring dari

tiap-tiap alternatif jawaban sebagaimana telah ditetapkan.

b. Mentabulasikan seluruh data ke dalam komputer dengan bantuan

program Microsoft Excel kemudian menjumlah total skor dari

(57)

c. Mengelompokkan tingkat penyesuaian sosial subjek penelitian ke

dalam lima kategori dengan mengacu pada pedoman Azwar (2007).

Adapun norma kategori tersebut dapat dilihat pada tabel seperti

berikut:

Tabel 5

Penggolongan Kategorisasi

Perhitungan Skor Kategori

µ+1.5σ < X Sangat Tinggi

µ+0.5σ < X ≤µ+1.5σ Tinggi µ-0.5σ < X ≤µ+0.5σ Cukup Rendah

µ-1.5σ < X ≤ µ-0.5σ Rendah X ≤ µ-1.5σ Sangat Rendah

X maksimum teoritik: Skor tertinggi yang diperoleh subjek

penelitian dalam skala

X minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek

penelitian dalam skala

σ (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran.

µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor maksimum

(58)

Penelitian ini, kategorisasi tersebut dibedakan menjadi dua macam

kategorisasi, antara lain kategorisasi subyek penelitian, dan kategorisasi tiap item

kuesioner. Penghitungan dua macam kategorisasi sebagai berikut:

a. Deskripsi Penyesuaian Sosial Siswa

Kategorisasi skor subjek penelitian dilakukan dengan tujuan untuk

mengklasifikasikan subyek penelitian ke dalam kategori yang telah ditetapkan.

Kategorisasi tersebut menjadi patokan dalam menentukan baik dan buruknya

persepsi subyek penelitian. Kategorisasi subyek penelitian diperoleh melalui

perhitungan (dengan jumlah item 40) sebagai berikut:

X maksimum teoritik : 4 x 40 = 160

X minimum teoritik : 1 x 40 = 40

Luas jarak : 160– 40 = 120

σ (standar deviasi) : 120 : 6 = 20 µ (mean teoritik) : (160+40) : 2 = 100

Penentuan kategorisasi setelah dilakukan penghitungan dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 6

Pengkategorisasian Deskripsi Penyesuaian sosial Siswa Perhitungan Skor Rerata Skor Kategori

µ+1.5σ < X 130<X Sangat Tinggi

(59)

µ-1.5σ < X ≤ µ-0.5σ 70 < X ≤ 90 Rendah X ≤ µ-1.5σ X ≤ 70 Sangat Rendah

Kemudian, jumlah skor data subyek penelitian dikelompokan

berpedoman pada penggolongan kategorisasi yang terdapat pada tabel di atas.

b. Penyesuaian Sosial.

Pengkategorisasian skor item dilakukan guna menemukan setiap item

kuesioner, item yang buruk konsep diri siswa akan dijadikan peneliti sebagai

dasar penyusunan usulan rancanganbimbingan klasikal Kategorisasi item

kuesioner penelitian diperoleh melalui perhitungan (dengan jumlah subjek 53)

sebagai berikut:

X maksimum teoritik : 4 x 53 = 212

X minimum teoritik : 1 x 53 = 53

Luas jarak : 212 –53 = 159

σ (standar deviasi) : 159 : 6 = 26,5 µ (mean teoritik) : (212+53) : 2 = 132,5

Penentuan kategorisasi setelah dilakukan penghitungan dapat dilihat pada Tabel

(60)

Tabel 7

Pengkategorisasian Skor Item Kuesioner Penelitian

Perhitungan Skor Rerata Skor Kategori

µ+1.5σ < X 172,25<X Sangat Tinggi

µ+0.5σ < X ≤µ+1.5σ 145,75 < X ≤ 72,25 Tinggi µ-0.5σ < X ≤µ+0.5σ 119,25 < X ≤ 145,75 Cukup Rendah

µ-1.5σ < X ≤ µ-0.5σ 92,75 < X ≤ 119,25 Rendah X ≤ µ-1.5σ X ≤ 92,75 Sangat Rendah

Kemudian, total skor setiap item penelitian dikelompokkan

berdasarkan pengkategorisasian yang telah dijelaskan pada Tabel 7 Skor item

yang termasuk dalam kategori terendah akan dijadikan sebagai dasar dalam

pembuatan usulan konsep diri siswa yang efektif bagi siswa SMP BOPKRI 3

(61)

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan atas hasil penelitian yang

sudah dilakukan, yaitu tentang penyesuaian sosial siswa kelas VII SMP BOPKRI 3

Yogyakarta. Penelitian ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk

mengetahui tingkat penyesuaian sosial siswa kelas VII SMP BOPKRI 3,

Yogyakarta dan implikasinya dalam pembuatan topik-topik bimbingan pribadi

sosial untuk meningkatkan penyesuaian sosial pada siswa.

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Penyesuaian sosial Siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyesuaian sosial yang

dimiliki oleh siswa kelas VII yang bersekolah di SMP BOPKRI 3,

Yogyakarta dan mengidenfikasi butir-butir penyesuaian sosial yang belum

tercapai pada siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta. Berdasarkan

data yang terkumpul dan diolah dengan menggunakan kriteria Azwar

(2011) dapat diketahui tingkat penyesuaian sosial siswa kelas VII SMP

(62)

Tabel 6

Hasil Kategori Siswa Kelas VII SMP BOPKRI 3

Penghitungan Skor Rerata Skor Frek Persentase (%) Kategori

µ+1.5σ < X 130 < X 50 94,3% Sangat Tinggi

µ+0.5σ < X ≤µ+1.5σ 110 < X ≤ 130 3 5,6% Tinggi

µ-0.5σ < X ≤µ+0.5σ 90 < X ≤ 110 0 0% Cukup Rendah

µ-1.5σ < X ≤ µ-0.5σ 70 < X ≤ 90 0 0% Rendah

X ≤ µ-1.5σ X ≤ 70 0 0% Sangat Rendah

Total 53 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui skor penilaian subyek penelitian

ini adalah 50 siswa (94,3%) termasuk dalam kategori sangat tinggi, 3 siswa (5,6%)

termasuk dalam kategori tinggi, tidak ada siswa yang masuk dalam kategori cukup

rendah, rendah dan sangat rendah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat

ditarik kesimpulan bahwa penyesuaian sosial siswa kelas VII SMP BOPKRI 3

tahun ajaran 2013/2014 adalah termasuk kategori sangat tinggi, yaitu 94,3% yang

menunjukan bahwa sebagian para siswa memiliki penyesuaian sosial yang baik.

Adapun kategori tentang Deskripsi penyesuaian sosial siswa secara jelas

dapat dilihat dalam diagram dihalaman berikutnya:

2. Hasil Penyesuaian sosial.

Berdasarkan data yang terkumpul dan diolah dengan menggunakan kriteria

Azwar (2011), didapatkan skor-skor item yang masuk dalam kategori sangat baik,

baik tidak diperlukanya lagi perbaikan dalam meningkatkan penyesuaian sosial,

Gambar

Tabel 1 Subyek Penelitian ...........................................................................
Tabel 1. Subyek Penelitian
Tabel 2 Kisi-kisi kuesioner penyesuaian sosial
Konstruk InstrumenTabel 3  Penelitian Penyesuaian Sosial
+7

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan interaktif company profile perusahaan jasa konstruksi CV.. Menjadi referensi bagi kalangan desainer 3D maupun animator

membuat aplikasi dalam Android adalah Adobe Flash dengan. bahasa pemrograman Actionscript

Agar dapat mengembangkan watak dapat bertindak dengan kemandirian berpendapat dan bertanggung jawab pribadi yang makin besar. Prosses pendidikan

[r]

Variabel Opini Audit memiliki probabilitas 0.3962 &gt; 0.05, sesuai dengan ketentuan pengambilan keputusan bahwa H0 diterima yang berarti Opini Audit secara parsial

chosen probabilities.. The Battle of the Sexes Wrestling Opera Wrestling Joan 2,1 0,0 • Pure Strategy – Both watch wrestling – Both watch opera • Mixed Strategy – Jim chooses

Karena fitur keamanan yang ada pada standar 802.11 tidak menyediakan integritas pesan yang kuat, bentuk lain dari serangan aktif yang membobol integritas sistem sangat

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk dan validitas empiris. Validitas konstruk sering juga disebut validitas logis yang berkenaan