• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA BERBASIS CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) PADA MATERI HIMPUNAN DI SMP N 1 TANJUNG EMAS SKRIPSI OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA BERBASIS CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) PADA MATERI HIMPUNAN DI SMP N 1 TANJUNG EMAS SKRIPSI OLEH"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA BERBASIS

CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) PADA MATERI

HIMPUNAN DI SMP N 1 TANJUNG EMAS

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Tadris Matematika

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

OLEH

AFNIDA YANTI

1630105001

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )

BATUSANGKAR

2021

(2)
(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing skripsi atas nama : AFNIDA YANTI, Nim : 1630105001 Dengan Judul, “PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA BERBASIS CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) PADA MATERI HIMPUNAN DI

SMP N 1 TANJUNG EMAS”. Memandang bahwa skripsi yang bersangkutan telah

memenuhi persyaratan ilmiah dan dapat disetujui untuk dilanjutkan keujian munaqasah.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Batusangkar, Januari 2021

Pembimbing

LELY KURNIA, S.Pd.M.Si NIP. 19830313 200604 2 024

(4)
(5)
(6)

i

Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar 2020.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bahwa hasil belajar siawa belum maksimal atau masih rendah, yaitu belum mencapai ketuntasan belajar,hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh siswa dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. Faktor penyebabnya yaitu kurangnya sumber belajar dalam pembelajaran, dan ditambah lagi dengan kondisi pada saat sekarang ini yaitu adanya wabah covid-19 yang menyebabkan proses pembelajaran tidak dapat secara langsung dan diganti dengan pembelajaran secara daring (dalam jaringan) atau secara online. Dalam pembelajarang daring ini guru melakukan proses pembelajaran dengan cara mengirim vidio atau foto tentang materi yang sedang berlangsung melalui grup whatssap, dan setelah itu guru langsung memberikan soal-soal latihan kepada siswa tersebut. Dengan permasalahan tersebut peneliti disini mengembangkan sebuah modul untuk membantu proses pembelajaran, dengan adanya modul bisa membantu guru dalam proses pembelajaran. Adapun Tujuan penelitian ini secara umum adalah menghasilkan produk berupa modul himpunan berbasis Creative Problem Solving yang valid dan praktis serta dapat membantu siswa dalam memahami materi himpunan.

Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan. Rancangan penelitian pengembangan ini terdiri dua tahap yaitu: (1)analisis mukabelakang, tahap ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran kondisi di lapangan melalui wawancara dengan guru, analisis dan silabus, sumber belajar, karakteristik siswa,dan mereview literatur tentang modul, (2) tahap prototipe, hasil dari analisis mukabelakang digunakan untuk merancang prototipe modul. Adapun teknik pengumpulan data adalah validasi dan angket respon siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar validasi dan angket. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa modul matematika berbasis

Creative Problem Solving valid dan praktis. Berdasarkan penilaian validator, modul

pembelajaran matematika berbasis Creative Problem Solving dikategorikan valid, dengan rata-rata kevalidannya 76,14%. Berdasarkan penilaian siswa modul pembelajaran matematika berbasis Creative Problem Solving dikategorikan sangat praktis dengan memproleh rata-rata nila 80.9%. Modul pembelajaran matematika berbasis Creative Problem Solving yang peneliti kembangkan layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

(7)

ii KATA PENGANTAR     Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirrabil’alamin, segala puji dan syukur peneliti ucapkan

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Modul Matematika Berbasis Creative Problem Solving (CPS) Pada Materi Himpunan Di SMP N 1 Tanjung Emas”. Tak lupa peneliti mengucapkan shalawat beserta salam kepada Baginda Rasulullah yakni Nabi Muhammad SAW yang begitu sangat mencintai umatnya. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar sarjana satu Tadris Matematika Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.

Dalam penelitian skripsi ini peneliti telah banyak mendapat bantuan, dorongan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibunda Lely Kunia, S.Pd.M.Si selaku Pembimbing yang tekah meluangkan waktu untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Kurnia Rahmi Yuberta M.Sc selaku penguji dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Nola Nari, S.Si., m.pd selaku validator dalam penelitian ini yang telah

memberikan kritik dan saran untuk perbaikan dalam penelitian yang dikembangkan ini.

4. Ika Metiza Maris M,Si selaku validator dalam penelitian ini yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan dalam penelitian yang dikembangkan ini.

5. Bapak Dr. Marjoni Imamora, M.Sc selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Batusangkar yang telah memberi kesempatan menggunakan fasilitas yang ada di lingkungan kampus.

6. Bapak Dr. Adripen, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Batusangkar yang telah memberi izin melakukan penelitian.

(8)

iii

IAIN Batusangkar dan sekaligus penguji, yang telah membimbing dan memberikan masukan-masukan yang berharga.

8. Seluruh dosen-dosen Jurusan Tadris Matematika yang telah memberikan motivasi dan saran yang mendukung.

9. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Doa dan harapan mudah-mudahan Allah SWT membalas semua kerendahan hati, bantuan, motivasi dan bimbingan yang diberikan dengan pahala yang menjadi amal ibadah di sisi-Nya. Aamiin

Dengan keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki, mungkin terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penelitian skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritikan dan saran yang akan membangun dan memperbaiki skripsi ini dikemudian hari.

Batusangkar, Februari 2021 Peneliti

Afnida Yanti NIM. 1630105001

(9)

iv

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN KEASLIAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI BIODATA PERSEMBAHAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 6 C. Tujuan Penelitian... 6 D. Spesifikasi Produk... 6 E. Pentingnya Pengembangan... 8

F. Asumsi dan Fokus Pengembangan... 8

G. Defenisi Operasional... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika... 11

2. Modul... 13

3. Model Pembelajaran Creative Problem Solving... 22

4. Modul Berbasis CPS ………. 27

5. Validitas dan Praktikalitas... 29

(10)

v

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Waktu dan Tempat Penelitian... 36

C. Rancangan Penelitian... 36

D. Prosedur Pengembang... 36

E. Instrumen Pengumpulan Data... 46

F. Teknik Analisis Data... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian... 49

B. Pembahasan... 67

C. Kendala dan Solusi ... 73

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 74

B. Saran... 74

(11)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Validasi Modul Matematika Berbasis CPS 31

Tabel 3.1 Daftar Nama Validator... 44

Tabel 3.2 Validasi Modul Matematika Berbasis Cps... 41

Tabel 3.3 Validasi Angket Respon Siswa ……….. 42

Table 3.4 Praktikalitas Modul……….. 44

Tabel 3.5 Kategori Validasi Modul... 47

Tabel 3.6 Kategori Praktikalitas Modul... 48

Tabel 4.1 Hasil Validasi Modul Matematika Berbasis CPS... 60

Tabel 4.2 Revisi dari Validator... .. 62

(12)

vii

Gambar 1.1 Jawaban Siswa... 3

Gambar 3.1 Bagan Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran... 39

Gambar 4.1 Cover Modul... 53

Gambar 4.2 Pendahuluan………. 53

Gambar 4.3 Petunjuk Penggunaan Modul... 54

Gambar 4.4 Peta Konsep... 55

Gambar 4.5 Langkah-langkah CPS………. 56

Gambar 4.6 Sejarah dan Materi... 57

Gambar 4.7 Rangkuman Materi………. 57

Gambar 4.8 Latihan tes ... 58

Gambar 4.9 Daftra pustaka……… 58

Gambar 4.10 Kunci Jawaban... 59

(13)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kisi-kisi validasi Modul... 81

Lampiran II Lembar Validasi Modul... 82

Lampiran III Hasil Validasi Modul... 100

Lampiran IV Kisi-kisi Praktikalitas……… 106

Lampiran V Hasil Validasi Angket Respon Siswa ………. 107

Lampiran VI Lembar Praktikalitas Modul... 108

Lampiran VII Hasil Praktikalitas Modul ... 117

Lampiran VIII Surat Penelitian………... 118

Lampiran 1X Surat Kesbangpol ……… 119

(14)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi seorang anak, juga menjadi salah satu faktor yang penting dalam perkembangannya. Masa depan anak salah satunya dipengaruhi oleh pendidikan yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu dibutuhkan pendidikan yang berkualitas. Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh proses pembelajaran. Kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan guru bersama murid harus dilaksanaka secara sistematis, terarah dan terencana guna tercapai tujuan pendidikan tersebut. Pembelajaran yang inovatif sangat diperlukan untuk menumbuhkan perhatian sisiwa dalam proses pembelajaran yang kemudian dapat mempengaruhi pengetahuan belajar siswa tersebut. Dalam hal ini matematika juga diperlukan dalam pendidikan seorang anak.

Matematika merupakan pengetahuan universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu. Dengan demikian diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini, sehingga mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar, hal ini untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Matematika di anggap penting karena matematika dapat melatih dan meningkatkan pola pikir siswa menjadi lebih logis, cermat, kreatif, rasional serta kritis. Tuntutan dalam pembelajaran matematika menurut National Council of

Teachers of Mathematics (NCTM) yang mengatakan bahwa kemampuan

matematika standar yang harus dimiliki oleh siswa dalam belajar matematika adalah problem solving (pemecahan masalah), reasoning and proof (penalaran

(15)

2

dan pembuktian), commmunication (komunikasi), connections (mengaitkan) dan

representation (representasi). Dari ke lima standar tersebut yang termasuk

penting dalam pembelajaran matematika adalah problem solving (pemecahan masalah). Karena dalam pemecahan masalah anak di tuntut untuk berpikir kreatif. Menurut Feri Irawan, pembelajaran dengan pendekatan problem solving dapat mendorong kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, karena pendekatan ini dapat memaksimalkan kekreatifan siswa dalam memunculkan ide-ide untuk memunculkan soal dari situasi yang ada (Feri Irawan,2013:16).

Pendidik atau guru menilai bahwa muatan pembelajaran dalam buku pegangan terlalu banyak dan cukup berat untuk diselesaikaan dalam kurun waktu yang telah ditetapkan. Sehingga dalam mengajarkan materi pun pendidik terlihat terburu-buru karena dikejar oleh tuntutan ketuntasan materi. Akibatnya pemahaman materi siswa kurang optimal. Dari aspek pemanfaatan bahan ajar, pendidik dan siswa hanya menggunakan buku pegangan sebagai bahan satu-satunya. Tidak tersedianya penunjang bahan ajar untuk siswa menyebabkan wawasan dan pengetahuan siswa tentang materi hanya sebatas pengetahuan yang terdapat dibuku pegangan. Belum adanya bahan ajar lain yang digunakan oleh pendidik dalam pembelajaran.

Peneliti melakukan wawancara dengan guru matematika terkait dengan kemampuan berpikir siswa, guru matematika tersebut memberikan beberapa contoh soal dari materi pelajaran sebelumnya, dan guru tersebut memaparkan bahwa hanya beberapa siswa saja yang dapat menyelesaikan dengan benar dan penyelesaian dari soal yang diberikan sama dengan jawaban yang dicontohkan oleh guru pada soal sebelumnya. Hal ini terlihat ketika siswa diberikan soal maematika, yang mana soalnya adalah:

1. Seekor ikan lumba-lumba meloncat sampai 4m di atas permukaaan laut. Kemudian ikan tersebut kembali ke laut menyelam sampai 9m di bawah permukaaan laut. Tentukan selisih ketinggian meloncat dan kedalaman ikan lumba-lumba tersebut?

(16)

Gambar 1.1: jawaban siswa

Berdasarkan jawaban siswa pada gambar diatas terlihat bahwa siswa tidak mampu mengemukakan penyelesaian dari soal yang diberikan. Siswa tidak mampu menemukan cara untuk menemukan penyelesaian dari soal yang diberikan, dan terlihat juga bahwa siswa tidak mampu mengemukakan satu cara penyelesaian dari soal yang diberikan. Siswa tidak mampu menemukan cara yang lain untuk menemukan penyelesaian dari soal yang diberikan. Cara yang digunakan pada jawaban siswa diatas hanya langsung menggunkan tanda tambah sedangkan yang ditanyakan yaitu selisih ketinggian, seharusnya yang dilakuakan adalah menguranginya. Cara lain yang juga bisa dilakuakan pada soal diatas yaitu menggunakan garis bilangan, mereka bisa menggunakan garis bilangan pada soal yang di sajikan diatas, jika lumba-lumba meloncat berarti garis bilangan nya ke kanan yaitu positif sedangkan jika ikan menyelam maka garis bilangan nya ke kiri yaitu negatif Bahkan setelah diberikan beberapa petunjuk agar siswa bisa menemukakan ide yang lain dalam menemukan penyelesaian siswa tetap saja tidak dapat mengemukakan cara penyelesaian yang lain. Hasil belajar sangat penting dalam suatu proses belajar dan mengajar karena dapat mengukur perubahan kemampuan aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik yang di capai atau dikuasai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Menurut purwanto (209:44) hasil belajar seringkali digunakan untuk mengetahui seberapa jauh

(17)

4

seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan sesuai dengan tujuan pendidikan.

Begitupun dengan hasil belajar matematika, hal tersebut disebabkan karena matematika memiliki banyak manfaat dalam diri manusia, sebab cara berpikir matematika itu sistmatis, melalui urutan-urutan yang teratur dan tertentu. Dengan belajar matematika, otak kita bsa terbasa untk memecahkan masalah secara sistematis. Sehingga bila diterapkan dalam kehidupan nyata, kita bisa menelesaikan setiap masalah dengan lebih teliti, cermat, serta bisa melaih cara berpikir ang lebih keras.

Dan pada kondisi saat ini yaitunya wabah virus corona yang menyerang negara kita ini, menyebabkan ada keterbatasan siswa dalam proses belajar secara langsung dan pemerintah mengambil keputusan bahwa sekolah dilakukan dengan cara belajar dirumah yaitu online atau bisa disebut dengan pembelajaran daring. Pembelajaran secara daring diimplementasikan dengan berbagai cara oleh pendidik di tengah penutupan sekolah selama waktu yang tidak ditentukan untuk mengantisipasi virus corona. Namun implementasi itu dinilai kurang maksimal dan menunjukkan masih ada ketidakpastian di kalangan pendidik untuk beradaptasi di iklim digital.

Dalam pembelajaran daring yang dilaksanakan oleh sekolah, pada umumnya guru hanya memberikan tugas kepada siswanya. Padahal suatu pembelajaran dikatakan akan berhasil jika guru memberikan materi pembelajarannya atau dapat menjelaskannya kepada siswa. Hal inilah akan menjadikan siswa kurang bersemangat karena mereka hanya dihadapkan dengan soal-soal. Dengan permasalahan tersebut peneliti disini membuat modul untuk membantu proses pembelajaran, dengan adanya modul bisa membantu pendidik dalam proses pembelajaran. Karena dalam modul ini ada beberapa motivasi-motivasi sebelum mengerjakan soal-soal yang diberikan dan juga soal-soal akan diberikan dengan semenarik mungkin sehingga siswa tertarik dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru tersebut.

(18)

dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Menurut (Pepkin, 2014), model CPS adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan kreatifitas. Model CPS menekankan pada ketrampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Salah satu sumber belajar yang bisa dimanfaatkan oleh siswa adalah modul.

Modul merupakan salah satu bahan ajar cetak yang disusun sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar secara individual. Dan modul adalah sebuah perangkat pembelajaran yang dikembangkan dari setiap kompetensi dan pokok bahasan yang akan disampaikan. Modul berisikan materi, lembar kerja, lembar kegiatan siswa dan juga lembar jawaban siswa. Modul merupakan satuan program belajar-mengajar bagi siswa, yang dipelajari oleh siswa sendiri (self-instructional) (Kuswono & Khaeroni, 2017: 33).

Modul yang didukung dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat sehingga mampu membuat siswa belajar dengan efektif. Di era perkembangan teknologi digital yang sangat pesat, berkembang pula media pembelajaran yang memanfaatkan berbagai keunggulan era digital. Kelebihan tersebut di antaranya pembelajaran menjadi mudah, menarik, dan menyenangkan. Pembelajaran yang kreatif dapat membuat siswa untuk lebih termotivasi dalam belajar secara mandiri. Salah satu bentuk pembelajaran mandiri dengan memanfaatkan perkembangan ilmu teknologi dan tentunya kreatif yaitu pembelajaran dengan modul matematika berbasis Creative

Problem Solving. Modul matematika berbasis Creative Problem Solving

merupakan modul yang menggunakan tahapan-tahapan Creative Problem

Solving yang merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada

keterampilan pemecahan masalah dengan diikuti penguatan kreatifitas. Modul yang dirancang dengan berbasis Creative Problem Solving dapat memfasilitasi sumber belajar siswa. Modul berbasis Creative Problem Solving

(19)

6

dirancang sedemikian rupa sehingga memuat rankaian kegiatan siswa yang dapat digunakan secara individu. Modul dikembangkan dengan menanamkan kepada siswa untuk menggunakan pemikiran-pemikiran yang kreatif.

Dengan demikian peneliti tertarik untuk mengembangkan bahan ajar, dengan menggunakan model CPS untuk khusus pada materi himpunan. Bahan ajar yang peneliti kembangkan berupa modul yang dibuat sebagai sumber belajar siswa agar dapat memperoleh bahan dan sekaligus arahan serta motivasi dan membuat siswa belajar menjadi aktif dengan menginteraksikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimilki siswa sebelumnya.. Berdasarkan masalah yang telah peneliti uraikan sebelumnya, peneliti melakukan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menfasilitasi siswa dengan mengembangkan modul matematika berbasis Creative Problem

Solving. Oleh karena itu peneiti akan malakukan penelitian dengan judul

“Pengembangan Modul Matematika Berbasis Creative Problem Solving

(CPS) Pada Materi Himpunan Di SMP N 1 Tanjung Emas”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana validitas modul matematika berbasis Creative Problem

Solving pada materi himpunan di SMP N 1 Tanjung Emas?

2. Bagaimana praktikalitas modul matematika berbasis Creative Problem

Solving pada materi himpunan di SMP N 1 Tanjung Emas?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan modul matematika berbasis Creative Problem Solving pada materi himpunan di SMP N 1 Tanjung Emas. Adapun tujuan khususnya adalah:

1. Untuk mengetahui validitas modul matematika berbasis Creative

Problem Solving pada materi himpunan di SMP N 1 Tanjung Emas.

2. Untuk mengetahui praktikalitas modul matematika berbasis Creative

(20)

Produk dalam penelitian ini adalah produk modul matematika berbasis

Creative Problem Solving pada materi himpunan ini dirancang dengan

komponen-komponen modul yang telah ditetapkan dengan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Halaman pertama modul berbasis CPS cover yang dirancang semenarik mungkin dengan memuat gambar-gambar yang membuat minat siswa tertarik.

2. Kata pengantar, yang berisi ulasan singkat tentang pujian kepada Allah S.W.T., sholawat serta salam kepada rasulullah dan ucapan terimakasih peneliti kepada pihak yang sudah membantu dalam penelitian ini serta kata motivasi belajar untuk siswa agar semangat dalam menuntut ilmu. 3. Daftar isi, bertujuan untuk memudahkan siswa dalam menemukan materi

yang dipelajari.

4. Petunjuk penggunaan modul

a. Berisi petunjuk umum dan khusus mengenai pembelajaran dengan menggunakan modul berbasis CPS

b. Penjelasan tentang CPS

5. Kompetensi inti, KD, indikator dan tujuan pembelajaran.

6. Peta konsep berisi yang menggambarkan materi yang akan dibahas di dalam modul.

7. Pada pokok bahasan modul dibuatkan langkah-langkah model pembelajaran CPS yang bertujuan untuk mempermudah siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

1) Klarifikasi masalah

Penjelasan tentang masalah yang akan diberikan, tujuan diberi perjelasan agar mempermudah dalam memahami tentang penyelesaian yang dharapkan.

(21)

8

2) Pengungkapan pendapat

Menggungkapkan pendapat untuk solusi atau menyelesaikan permasalahan yang diberikan dan berusaha menemukan alterfnatif penyelesaian masalah tersebut.

3) Implementasi

Melaksanakan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang telah ditentukan/didiskusikan

4) Evaluasi

Melaksanakan kegiatan yang berkenaan dengan proses untuk menentukan nilai dari hasil pembelajaran.

8. Rangkuman materi 9. Lembar Soal latihan 10. Daftar Pustaka 11. Kunci Jawaban Soal

E. Pentingnya Pengembangan

Berdasarkan uraian di atas, maka pentingnya pengembangan modul ini adalah sebagai berikut:

1. Salah satu sumber belajar yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran matematika.

2. Sebagai salah satu alternatif baru untuk meningkatkan motivasi belajar matematika

3. Pedoman bagi peneliti sebagai calon pendidik dalam pembelajaran matematika

4. Sebagai sumbangan fikiran dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan matematika di masa mendatang.

F. Asumsi dan Fokus Pengembangan

1. Asumsi pengembangan

Beberapa asumsi yang melandasi pengembangan modul matematika berbasis Creative Problem Solving adalah:

(22)

matematika berbasis Creative Problem Solving.

b. Siswa akan lebih aktig dalam pembelajaran dengan menggunakan modul matematika berbasis Creative Problem Solving

c. Membantu memfailitasi pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan modul matematika berbasis Creative

Problem Solving

2. Fokus pengembangan

Bahan ajar yang dikembangkan adalah modul berbasis Creative Problem

Solving pada materi himpunan di SMP N 1 Tanjung Emas.

G. Defenisi Operasional

Untuk lebih memperjelas dan menghindari kesalahan dalam memahami maka perlu dijelaskan istilah-istilah dalam penelitian ini:

1. Pengembangan

Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan yang peneliti maksut adalah pengembangan modul matematika berbasis Creative

Problem Solving pada materi himpunan di SMP N 1 Tanjung Emas.

2. Modul

Modul merupakan salah satu bahan ajar yang disusun secara sistematis sehingga siswa dapat belajar secara individual maupun kelompok. Dan modul adalah sebuah perangkat pembelajaran yang dikembangkan dari setiap kompetensi dan pokok bahasan yang akan disampaikan. Modul berisikan materi, lembar kerja, lembar kegiatan siswa dan juga lembar jawaban siswa.

3. Modul Berbasis Creative Problem Solving

Modul adalah suatu perangkat pembelajaran yang terencana berisikan materi, lembar kerja, lembar kegiatan siswa dan lembar jawban siswa yang berguna untuk membantu siswa mencapai tujuan yang telah dirumuskan secara khusus dan jelas serta berbasis Creative Problem

(23)

10

Solving. Model pembelajaran creative problem solving (CPS) merupakan

variasi dari pembelajaran penyelesaian masalah dengan teknik yang sistematis dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam pembelajaran creative problem solving (CPS), siswa dilatih untuk memikirkan berbagai macam solusi yang mungkin dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah, mengumpulkan, dan akhirnya menemukan fokus solusi yang tepat untuk diimplmentasikan dalam memecahkan suatu masalah.

4. Validitas

Validitas merupakan aktifitas pengujiannya untuk melihat validasi, sedangkan validasi merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk yang dihasilkan sudah layak atau belumnya digunakan

Kriteria suatu produk dapat dilihat dari beberapa komponen/aspek yaitu: a) Kelayakan Isi b) Kelayakan Bahasa c) Kelayakan Penyajian d. Kelayakan Kegrafikan 5. Praktikalitas

Kepraktisan suatu produk penting untuk diperhatiakan. Kepraktisan mengandung atri kemudahan suat produk, baik dalam mempersiapkan, menggunakan, mengelolah, maupun menafsirkan. Praktis diartikan mudah dilaksanan, menggunakan alat-alat yang sederhana, dan biaya yang murah.

Praktikalitas dapat dilihat dalam kriteria-kriteria berikut: a. Kemudahan penggunaan

b. Efesiensi waktu pembelajara c. Daya tarik modul

(24)
(25)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI

1. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika merupakan gabungan dari dua kata yaitu pembelajaran dan matematika. Berbicara tentang pembelajaran maka ada tiga hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu belajar, mengajar, dan pembelajaran. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu yang karena muncul pengalaman yang telah dilaluinya baik melalui pendidikan formal dan nonformal, maupun melalui interaksi dengan lingkungan disekitarnya. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman (erman suherman, 2003: 7). Menurut wina sanjaya belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dan lingkungan (wina sanjaya, 2009: 211).

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu yang muncul karena pengalaman serta interaksi antara individu dan lingkungannya. Sedangkan mengajar adalah suatu proses kegiatan untuk membantu orang lain mencapai kemajuan seoptimal mungkin sesuai dengan tingkat perkembangan potensi kognitif, afektif, maupun psikomotor (suyono, 2012:18). Mengajar merupakan proses membimbing kegiatan siswa untuk memperoleh informasi dan pengalaman serta mengarahkan perubahan tingkah laku pada diri siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Kegiatan belajar dan mengajar membutuhkan usaha dan proses. Usaha dan proses tersebut disebut dengan pembelajaran. Menurut beberapa ahli pembelajan adalah:

(26)

a. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas) b. Menurut kunandar, pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa

dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan prilaku kearah yang lebih baik (kunandar, 2008:287).

c. Menurut oemar hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun yang meliputi unsus manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang paling mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran (oemar hamalik, 2002:55).

Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik dan siswa, siswa dengan lingkungan, dan hal lain yang dapat menunjang proses belajar dan mengajar untuk mendapatkan pengalaman belajar.

Sedangkan Matematika merupakan pengetahuan universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu. Demikian pula matematika dengan hakikatnya sebagai suatu kegiatan manusia melalui proses yang aktif, dinamis, dan generatif, serta sebagai pengetahuan yang terstruktur, mengembangkan sikap berpikir kritis, objektif, dan terbuka menjadi sangat penting untuk dimiliki siswa dalam menghadapi perkembangan yang terus berkembang. Dengan demikian diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini, sehingga mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar, hal ini untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Pembelajaran matematika merupakan proses interaksi antara pendidik dengan siswa, dan antara siswa dengan lingkungan serta hal-hal yang dapat menunjang proses belajar mengajar berupa bahasa, symbol-simbol, bilangan,

(27)

14

fakta, dan konsep yang mencakup aljabar, analisis, geometri, dan hal-hal byang berkenaan dengan materi matematika.

2. Modul

a. Pengertian Modul

Pemanfaatan media dalam pembelajaran mengakibatkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis kepada siswa, Sudirman yang dikutip oleh Fiska, dkk (2016: 135). Terdapat banyak sekali media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah bahan ajar berupa modul. Pembelajaran dengan menggunakan modul akan lebih efektif, efisien dan relevan. Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator atau guru (Dept. Pend. Nasional, 2008: 20).

Menurut Mudlofir yang dikutip oleh Kuswono & Khaeroni (2017: 33) bahan ajar (modul) adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis, dan menarik yang meliputi materi ajar, metode dan evaluasi yang digunakan secara mandiri. Modul merupakan salah satu bahan ajar cetak yang disusun sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar secara individual. Dan modul adalah sebuah perangkat pembelajaran yang dikembangkan dari setiap kompetensi dan pokok bahasan yang akan disampaikan. Modul berisikan materi, lembar kerja, lembar kegiatan siswa dan juga lembar jawaban siswa. Modul merupakan satuan program belajar-mengajar bagi siswa, yang dipelajari oleh siswa sendiri

(self-instructional) (Kuswono & Khaeroni, 2017: 33). Pendapat lain

diungkapkan Suryosubroto yang menyatakan modul adalah suatu kesatuan yang utuh, teridiri dari serangkaian kegiatan belajar, yang secara nyata telah memberikan hasil belajar yang efektif dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan secara jelas dan spesifik (Kuriniati, 2016: 47).

(28)

Sedangkan menurut Mbulu modul merupakan satu uni program belajar mengajar terkecil yang unsur-unsur modul terdiri dari pedoman guru, lembar kegiatan siswa, lembar kerja, kunci lembar jawaban, lembar tes, kunci lembaran tes (Kurnianti, 2006: 47). Lebih jelasnya Nasution menyatakan modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri dari rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai tujuan yang telah dirumuskan secara khusus dan juga jelas. Modul juga memiliki fungsi yaitu untuk mengatasi kelemahan pembelajaran tradisional, meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan kreatifitas, mewujudkan prinsip maju berkelanjutan dan mewujudkan belajar yang berkonsentrasi (Kuswono & Khaeroni, 2017: 33).

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa modul adalah suatu perangkat pembelajaran yang terencana berisikan materi, lembar kerja, lembar kegiatan siswa dan lembar jawban siswa yang berguna untuk membantu siswa mencapai tujuan yang telah dirumuskan secara khusus dan jelas.

b. Tujuan Modul

Penelitian modul bertujuan:

1) Membuka kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Karena pada dasarnya tidak akan ada siswa mencapai hasil yang sama dan bersedia mempelajari yang sama pada saat yang bersamaan.

2) Memberi kesempatan belajar kepada siswa menurut caranya masing-masing menurut latar belakang dan pengetahuan dan kebiasaan masing-masing.

3) Memberi sejumlah pilihan kepada siswa sejumlah topik besar yang dipecah-pecah menjadi topik-topik kecil dalam rangka suatu mata pelajaran, mata kuliah, bidang studi atau disiplin bila siswa tidak

(29)

16

memiliki pola minat dan pola motivasi yang sama untuk mencapai tujuan yang sama.

4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan memperbaikinya melalui modul remedial, ulangan-ulangan, penyelesaian soal-soal, pemberian tugas-tugas atau variasi dalam cara belajar.

5) Memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk mencapai hasil yang setinggi-tingginya (Syah, 2009:229)..

c. Manfaat Penyusunan Modul

Modul memiliki berbagai manfaat, baik ditinjau dari kepentingan siswa maupun kepentingan guru. Bagi siswa, modul bermanfaat, anatara lain:

1) Siswa memiliki kesempatan malatih diri belajar secara mandiri. 2) Belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari diluar kelas

dan diluar jam pelajaran.

3) Berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

4) Berkesempatan menguji kemampuan diri sendiri dengan mengerjakan latihan yang disajikan dalam modul

5) Mampu membelajarkan diri sendiri.

6) Mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya (Aditia & Muspiroh, 2013: 8).

d. Komponen-Komponen Modul

Untuk membuat modul yang baik, maka satu hal penting yang harus kita lakukan adalah mengenali komponennya. Darwyan Syah (2009: 229) menguraikan komponen modul yang meliputi:

1) Petunjuk guru

(30)

(1) Penjelasan fungsi modul serta kedudukannya dalam kesatuan program pengajaran, silabus dan sistem penilaian serta rencana pelaksanaan pembelajaran.

(2) Kemampuan khusus/ indikator pembelajaran. (3) Penjelasan singkat tentang istilah-istilah. b) Khusus, berisi tentang:

(1) Topik yang dikembangkan dalam modul. (2) Satuan/jenjang kelas yang bersangkutan.

(3) Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan modul. (4) Tujuan pembelajaran.

(5) Pokok-pokok materi yang dibahas.

(6) Prosedur pengajaran modul, pengalaman belajar siswa serta alat yang digunakan.

(7) Penilaian. 2) Lembar kegiatan siswa

Berisi tentang:

a) Petunjuk umum kepada siswa mengenai topik yang dibahas, pengarahan umum dan waktu yang tersedia untuk mengerjakannya.

b) Kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran. c) Materi standar/pokok dan uraian materi standar/pokok. d) Alat-alat yang dipergunakan

e) Petunjuk khusus tentang langkah-langkah kegiatan belajar yang ditempuh oeh siswa secara terperinci.

3) Lembar kerja siswa

Berisi tugas-tugas atau persoalan-persoalan yang harus dikerjakan dan diselesaikan setelah mempelajari kegiatan siswa.

(31)

18

4) Kunci lembar kerja siswa

Berisi jawaban yang diharapkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa pada waktu melaksanakan kegiatan belajar dengan

mempergunakan lembar kerja. 5) Lembar soal

Berisi soal-soal untuk menilai keberhasilan siswa dalam mempelajari bahan yang disajikan dalam modul.

6) Lembar jawaban soal

Lembar jawaban yang disediakan secara khusus untuk menjawab soal-soal tes dalam bentuk isian singkat/melengkapi, pilihan ganda atau uraian.

7) Kunci jawaban soal

Berisi jawaban yang benar untuk setiap soalyang ada dalam lembaran penilaian.

Adapun komponen utama dari modul menurut Prastowo (2012: 112) sebagai berikut:

1) Judul

2) Petunjuk belajar (petunjuk siswa atau pendidik) 3) Kompetensi yang akan dicapai

4) Informasi pendukung 5) Latihan-latihan

6) Petunjuk kerja atau lembar kerja (LK) 7) Evaluasi

Sedangkan menurut Munawaroh (2013: 16) komponen-komponen modul meliputi:

1) Cover modul/sampul muka 2) Kata Pengantar

3) Daftar Isi

(32)

5) Modul I: Pendahuluan

Kegiatan belajar 1 (uraian, contoh dan non contoh, latihan dan rambu jawaban latihan, rangkuman, tes formatif, kunci jawaban, daftar pustaka, glosarium)

Kegiatan belajar 2 dst. 6) Modul II dan seterusnya

Modul dikembangkan berdasarkan komponen-komponen modul yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas dengan menggabungkan pendapat dari Darwyan syah, Prastowo dan Munawaroh. Modul dirancang sesuai dengan kondisi dan situasi semua yang terlibat dalam pembelajaran, baik karakteristik siswa, maupun kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi, sehingga modul yang telah dirancang dapat berfungsi dengan baik.

Berdasarkan pendapat Darwyan Shah, Prastowo, dan Munawaroh, komponen-komponen dari modul yang dikembangankan dalam penelitian ini berdasarkan komponen-komponen modul yang diajukan oleh Darwyan Shah. Hal ini dikarenakan komponen-komponen modul yang diajukan Darwyan Syah lebih rinci dan jelas penjelasan setiap komponennya.

Sebuah modul harus memliki komponen-komponen yang telah disebutkan sehingga dapat dikatakan sebuah modul yang baik. Komponen-komponen yang ada pada modul di atas terlihat bahwa modul disusun secara urut dengan tujuan agar tercapainya kompetensi tertentu dalam pembelajaran. Modul dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi, sehingga modul yang telah dirancang dapat berfungsi dengan baik.

Dalam merancang modul, langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menyusun sebuah modul adalah sebagai berikut:

(33)

20

1) Analisis kurikulum 2) Menentukan judul modul 3) Pemberian kode modul

4) Penelitian modul (Prastowo, 2012: 118).

Berdasarkan pendapat Darwyan syah, Prastowo dan Munawaroh, komponen-komponen dari modul yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah gabungan dari ketiga pendapat tersebut dan dibuat berdasarkan langkah-langkah dalam model pembelajaran

Creative Problem Solving . Hal ini bertujuan agar modul yang

dikembangkan lebih sempurna. Komponen modul dalam penelitian ini adalah:

a) Cover modul

b) Kata pengantar, yang berisi ulasan singkat tentang pujian kepada Allah S.W.T., sholawat serta salam kepada rasulullah dan ucapan terimakasih peneliti kepada pihak yang sudah membantu dalam penelitian ini serta kata motivasi belajar untuk siswa agar semangat dalam menuntut ilmu

c) Daftar isi

d) Petunjuk pengunaan modul baik secara umum maupun khusus serta penjelasan tentang CPS

e) Kompetensi inti, KD, indikator dan tujuan pembelajaran

f) Peta konsep, yang menggambarkan materi yang akan dibahas di dalam modul

g) Pada pokok bahasan modul dibuatkan langkah-langkah model pembelajaran CPS yang bertujuan untuk mempermudah siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran meliputi klarifikasi masalah, pengungkapan pendapat, evaluasi dan pemilihan, serta implementasi

(34)

h) Rangkuman materi i) Lembar soal latihan j) Daftar pustaka k) Kunci jawaban soal

e. Karakteristik Modul

Modul dapat digunakan sebagai bahan belajar mandiri karena modul mempunyai beberapa karakteristik. Menurut Suparman yang dikutip oleh Maryani dan Ismaniati (2015: 115), beberapa karakteristik modul adalah:

1) Self-Instruction, yaitu mampu membelajarkan secara mandiri.

2) Self-explanatory power, yaitu mampu menjelaskan kepada pembelajar.

3) Self-paced learning, yaitu kecepatan mempelajari modul yang sesaui dengan kemampuan pembelajar.

4) Self-contained, yaitu seluurh materi pembelajaran yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh.

5) Individualized learning materials, yaitu modul disusun untuk dapaat dipelajari sesuai dengan kemampuan dan karakteristik yang sedang mempelajrinya.

6) Flesxible and mobile learning materials, yaitu dapat dipelajari di mana dan kapan saja.

7) Communicative and interactive learning material, yaitu modul bersifat komunikatif dan interaktif.

8) Multimedia computer-based material, yaitu modul disusun berbasis multimedia, termasuk pendayagunaan komputer apabila pembelajar mempunyai akses terhadapnya.

9) Supported by tutorial, yaitu modul yang disusn masih membutuhkan dukungan tutorial dan kelompok belajar.

(35)

22

f. Kelebihan dan Kekurangan Modul

Menurut Santyasa yang dikutip oleh Wayan, dkk (2013: 4) keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan modul yaitu:

1) meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan 2) setelah dilakukan evaluasi, pendidik dan siswa mengetahui benar,

pada modul yang mana mereka belum berhasil 3) siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya 4) bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester

5) pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang akademik.

Adapun kelebihan pembelajaran dengan modul yaitu sebagai berikut:

1) modul dapat memberikan umpan balik sehingga pebelajar mengetahui kekurangan mereka dan segera melakukan perbaikan

2) dalam modul ditetapkan tujuan pembelajaran yang jelas sehingga kinerja siswa belajar terarah dalam mencapai tujuan pembelajaran 3) modul yang didesain menarik, mudah untuk dipelajari, dan dapat

menjawab kebutuhan tentu akan menimbulkan motivasi siswa untuk belajar

4) modul bersifat fleksibel karena materi modul dapat dipelajari oleh siswa dengan cara dan kecepatan yang berbeda

5) kerjasama dapat terjalin karena dengan modul persaingan dapat diminimalisir dan antara pebelajar dan pembelajaran

6) remidi dapat dilakukan karena modul memberikan kesempatan yang cukup bagi siswa untuk dapat menemukan sendiri kelemahannya berdasarkan evaluasi yang di berikan.

(36)

Selain memiliki kelebihan, menurut Morisson, Ross & Kemp yang dikutip oleh Lasmiyati dan Harta (2014: 164), modul juga memiliki beberapa kekurangan yaitu sebagai berikut:

1) interaksi antarsiswa berkurang sehingga perlu jadwal tatap muka atau kegiatan kelompok.

2) pendekatan tunggal menyebabkan monoton dan membosankan karena itu perlu permasalahan yang menantang, terbuka dan bervariasi. 3) kemandirian yang bebas menyebabkan siswa tidak disiplin dan

menunda mengerjakan tugas karena itu perlu membangun budaya belajar dan batasan waktu.

4) perencanaan harus matang, memerlukan dukungan fasilitas, media, sumber dan lainnya.

5) persiapan materi memerlukan biaya yang lebih mahal bila dibandingkan dengan metode ceramah.

3. Model Pembelajaran Creative Problem Solving

a. Pengertian Model Pembelajaran Creative Problem Solving

Model Pembelajara CPS dalam matematika adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidakhanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir (Pepkin, 2004:1) Menurut Karen berpendapat bahwa, model Creative

Problem Solving adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

keterampilan pemecahan masalah (Wayan dkk, 2014:3). Ketika dihadapkan dengan situasi pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir,

(37)

24

keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir. Hal itu memungkinkan siswa untuk dapat menyimpan konsep-konsep esensial yang diberikan dalam memori jangka panjang (long term memory) dan memungkinkan mereka untuk menggunakan konsep-konsep saat berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi (higher level thinking).

b. Ciri-ciri Model Pembelajaran Creative Problem Solving

Creative Problem Solving atau pemecahan masalah secara kreatif

memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) terbukti, sudah digunakan lebih dari 50 tahun oleh berbagai macam organisasi di dunia dan didukung oleh penelitian dengan ratusan studi yang telah dipublikasikan terhadap keefektifan dan akibatnya

2) menghubungkan, Creative Problem Solving sangat mudah dipelajari di mana Creative Problem Solving tersebut dapat diaplikasikan oleh individu maupun kelompok

3) bertenaga, Creative Problem Solving dapat di integrasikan di berbagai aktivitas organisasi, dimana menyediakan yang baru atau menambahkan perangkat untuk dapat membuat suatu perubahan yang nyata. Creative Problem Solving dapat menstimulasi / memacu hal yang penting yang bisa dilakukan untuk mengubah kehidupan dan pekerjaan

4) praktek, Creative Problem Solving dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah sehari maupun tantangan jangka panjang dan kesempatan

5) positif, Creative Problem Solving membantu untuk mengeluarkan bakat kreatif dan untuk memfokuskan pemikiran dengan konstruktif, saat diaplikasikan dalam kelompok, Creative Problem Solving dapat menampilkan kerjasama tim, kolaborasi, dan perbedaan konstruktif ketika memecahkan tantangan dan kesempatan yang kompleks.( Mdsakaningsih, 2014:4).

(38)

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Creative Problem Solving

Menurut Wahyudin (2015:65-66) langkah-langkah dari model pembelajaran creative problem solving (CPS) adalah sebagai berikut : 1) Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok heterogen

2) Pembelajaran diawali dari suatu masalah ( problem) yang aktual sesuai dengan materi pelajaran melalui tanya jawab lisan.

3) Siswa dalam kelompok mengidentifikasi permasalahan yang tersedia dalam lembar kerja kelompok dengan fokus yang dipilih.

4) Siswa dalam mengidentifikasi pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi.

5) Presentasi dilakukan oleh seorang siswa wakil dari kelompok.

6) Diskusi kelompok untuk menyimpulkan kajian yang telah disampaikan.

Model pembelajaran creative problem solving (CPS) meruparan variasi dari pembelajaran penyelesaian masalah dengan teknik yang sistematis dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Model pembelajaran creative problem solving (CPS) terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

1) Klarifikasi Masalah.

Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan pada siswa tentang masalah yang diajukan, agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan.

2) Pengungkapan Pendapat.

Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah. 3) Evaluasi dan Pemilihan.

(39)

26

Pada tahap evaluasi dan pemilihan ini, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah.

4) Implementasi.

Pada tahap ini siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut (Pepkin, 2004:2).

Dari beberapa pendapat para ahli diatas jadi peneliti mengambil kesimpulan bahwa langkah-langkah yang akan digunakan dalam pembuatan modul pembelajaran ini yaitu langkah menurut Pepkin.

d. Kelebihan dan Kekurangan Creative Problem Solving

Setiap model maupun metode pembelajaran tetap mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Begitu juga dengan model Creative

Problem Solving. Menurut Kesumah dalam I. Wayan kelebihan dan

kekurangan model Creative Problem Solving adalah sebagai berikut: 1) Kelebihan Model Pembelajaran Creative Problem Solving

Kelebihan Creative Problem Solving adalah sebagai berikut: a) Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan

b) Berpikir dan bertindak kreatif

c) Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis d) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan e) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan

f) Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

e. Kekurangan Model Pembelajaran Creative Problem Solving

Sedangkan kekurangan model pembelajaran CreativeProblem

Solving sebagai berikut:

1) Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode pembelajaran ini.

(40)

2) Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain24

Sedangkan menurut MiftahulHuda dalam Purwati kelebihan dan kekurangan dari model Creative Problem Solving ini adalah sebagai berikut:

1) Kelebihan dari model Creative Problem Solving adalah sebagai berikut:

a) Pendekatan Creative Problem Solving ini lebih memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami konsep-konsep dengan cara menyelesaikan suatu permasalahan.

b) Pendekatan Creative Problem Solving dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran

c) Dapat lebih mengembangkan kemampuan berpikir siswa karena disajikan masalah pada awal pembelajaran dan memberi keleluasaan kepada siswa untuk mencari arah-arah penyelesaiannya sendiri.

d) Dapat lebih mengembangkan kemampuan siswa untuk mendefinisikan masalah, mengumpulkan data, menganalisis data, membangun hipotesis, dan percobaan untuk memecahkan suatu masalah.

e) Pendekatan Creative Problem Solving dapat membuat siswa lebih dapat menerapkan pengetahuan yang dimilikinya kedalam situasi baru.

2) Kelemahan-kelemahan dari Creative Problem Solving adalah sebagai berikut:

a) Adanya perbedaan level pemahaman dan kecerdasan siswa dalam menghadapi masalah merupakan tantangan bagi guru.

b) Siswa mungkin mengalami ketidak siapan untuk menghadapi masalah baru yang dijumpai di lapangan.

(41)

28

c) Pendekatan ini mungkin tidak terlalu cocok diterapkan untuk siswa taman kanak-kanak atau kelas-kelas awal sekolah dasar.

d) Membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mempersiapkan siswa melakukan tahap-tahap dalam Creative Problem Solving

4. Modul matematika Berbasis Creative Problem Solving

Modul adalah suatu perangkat pembelajaran yang terencana berisikan materi, lembar kerja, lembar kegiatan siswa dan lembar jawban siswa yang berguna untuk membantu siswa mencapai tujuan yang telah dirumuskan secara khusus dan jelas serta berbasis Creative Problem Solving.

Model pembelajaran creative problem solving (CPS) merupakan variasi dari pembelajaran penyelesaian masalah dengan teknik yang sistematis dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam pembelajaran creative problem solving (CPS), siswa dilatih untuk memikirkan berbagai macam solusi yang mungkin dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah, mengumpulkan, dan akhirnya menemukan focus solusi yang tepat untuk diimplmentasikan dalam memecahkan suatu masalah.

Pada pokok bahasan modul dibuatkan langkah-langkah model pembelajaran CPS yang bertujuan untuk mempermudah siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

1) Klarifikasi masalah

Penjelasan tentang masalah yang akan diajukan, tujuan diberi perjelasan agar mempermudah dalam memahami tentang penyelesaian yang dharapkan.

2) Pengungkapan pendapat

Menggungkapkan pendapat untuk solusi atau menyelesaikan permasalahan yang diberikan dan berusaha menemukan alterfnatif penyelesaian masalah tersebut.

(42)

3) Implementasi

Melaksanakan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang telah ditentukan/didiskusikan

4) Evaluasi

Melaksanakan kegiatan yang berkenaan dengan proses untuk menentukan nilai dari hasil pembelajaran.

Komponen modul berdasarkan pendapat Darwyan syah, Prastowo dan Munawaroh, komponen-komponen dari modul yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah gabungan dari ketiga pendapat tersebut dan dibuat berdasarkan langkah-langkah pembelajaran berbasis CPS berisi beberapa kegiatan belajar siswa, dimana komponen ini meliputi:

1) Halaman pertama modul berbasis CPS cover yang dirancang semenarik mungkin dengan memuat gambar-gambar yang membuat minat siswa tertarik.

2) Kata pengantar, yang berisi ulasan singkat tentang pujian kepada Allah S.W.T., sholawat serta salam kepada rasulullah dan ucapan terimakasih peneliti kepada pihak yang sudah membantu dalam penelitian ini serta kata motivasi belajar untuk siswa agar semangat dalam menuntut ilmu. 3) Daftar isi, bertujuan untuk memudahkan siswa dalam menemukan materi

yang dipelajari.

4) Petunjuk penggunaan modul

a. Berisi petunjuk umum dan khusus mengenai pembelajaran dengan menggunakan modul berbasis CPS

b. Penjelasan tentang CPS

5) Kompetensi inti, KD, indikator dan tujuan pembelajaran.

6) Peta konsep berisi yang menggambarkan materi yang akan dibahas di dalam modul.

(43)

30

7) Pada pokok bahasan modul dibuatkan langkah-langkah model pembelajaran CPS yang bertujuan untuk mempermudah siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

a) Klarifikasi masalah

Penjelasan tentang masalah yang akan diajukan, tujuan diberi perjelasan agar mempermudah dalam memahami tentang penyelesaian yang dharapkan.

b) Pengungkapan pendapat

Menggungkapkan pendapat untuk solusi atau menyelesaikan permasalahan yang diberikan dan berusaha menemukan alterfnatif penyelesaian masalah tersebut.

c) Implementasi

Melaksanakan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang telah ditentukan/didiskusikan

d) Evaluasi

Melaksanakan kegiatan yang berkenaan dengan proses untuk menentukan nilai dari hasil pembelajaran.

8) Rangkuman materi 9) Lembar Soal latihan 10) Daftar Pustaka 11) Kunci Jawaban Soal

5. Validitas Dan Praktikalitas Modul Berbasis Creative Problem Solving a) validitas modul berbasis Creative Problem Solving

Validitas berasal dari kata “valid” yang artinya tepat, benar,shahih, abash. Validitas diartikan dengan ketepatan, kebenaran, keshahihan atau keabsahan (Sudijono anas,2011:93). Validasi merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk yang dihasilkan sudah layak atau belum. Validitas terdiri atas beberapa bagian yaitu:

(44)

a) Valitas isi (content validity)

Validitas isi dari suatu produk adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, penelusuran, atau pengujian terhadap isi yang terkandung daam produk tersebut (sudijono anas, 2011:163).

b) Validitas kontruk (contruct validity)

Validitas kontruk adalah sebuah produk tersebut dapat mengukur aspek-aspek berpikir seperti aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Validitas kontruk adalah kesesuaian komponen-komponen modul dengan indicator-indikator yang telah ditetapkan (Anny, diakes tanggal 26 agustus 2020). Dalam penelitian ini, komponen-komponen modul yang dikembangkan adalah petunjuk penggunaan modul, lembar kegiatan siswa, lembar kerja siswa, kunci lembar siswa, lembar tes, dan kunci lembar tes.

Kriteria mutu kelayakan suatu produk dapat dilihat dari beberapa komponen/aspek yaitu:

a) Kelayakan Isi

(1) Cakupan materi (2) Keakurantan materi (3) relevansi

b) Kelayakan Bahasa

(1) Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

(2) Sesuai dengan perkembangan siswa. c) Kelayakan Penyajian

(1) Kelayakan sajian. (2) Penyajian informasi. (3) Penyajian pembelajaran d) Kelayakan Kegrafikan

(1) Ukuran fisikn bahan ajar.

(2) Desain sampul bahan ajar, terdiri dari tata letak sampul, huruf yang digunakan, dan ilustrasi

(3) Desain isi bahan ajar, terdiri dari kekonsistenan tata letak, penampilan warna, tulisan dan gambar, serta jenis dan ukuran huruf yang mudah dibaca (BSNP, 2013)

(45)

32

Tabel 2.1. Validasi Modul Matematika Berbasis Creative Problem

Solving

Komponen Sub. Komponen Butir Instrumen

A. Kelayakan isi/materi 1. Cakupan materi a. Kelengkapan materi b. Keluasan materi c. Kedalaman materi Lembar validasi 2. Keakuratan a. Keakuratan konsep b. Keakuratan prosedur c. Keakuratan ilustrasi d. Keakuratan fakta 3. Relevansi a. Bagian pendahuluan b. Bagian inti c. Bagian akhir B. Kelayakan Penyajian 1. Kelayakan sajian 2. Penyajian informasi 3. Penyajian pembelajaran a. Keruntunan b. Kekoherenan c. Kekonsistenan d. Keseimbangan C. Kelayakan Bahasa 1. Sesuai dengan bahasa Indonesia a. Ketepatan tata bahasa b. Ketetapan ejaan 2. Sesuai dengan perkembanga n siswa a. Sesuai dengan perkembangan berpikir siswa b. Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan

(46)

konsep D. Kelayakan Kegrafikan 1. Ukuran fisik modul 2. Desain sapul modul a. Tata letak sampul b. Huruf yang digunakan jelas c. Ilustrasi 3. Desain isi modul a. Kekonsistenan tata letak b. Penampilan yang menarik c. Keserasian warna tulisan dan gambar d. Jenis dan ukuran huruf yang mudah dibaca

(Sumber : Badan Standar Nasional Pendidian, 2013)

Validasi ini dilakukan dengan para pakar/ahli untuk melihat kevalitan produk yang dirancanag. Setiap pakar diminta untuk menilai produk tersebut, sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekuatan dari produk yang dibuat (Sugiyono, 2007:414). Pakar atau tenaga alhi adalah orang yang menvalidasi (menilai) kelayakan instrumen dan produk yang dikembangkan. Pakar atau tenaga ahli disebut juga dengan validator. Dalam hal ini validator diminta untuk menilai modul berbasis Creative

Problem Solving (CPS) yang akan dikembangkan.

b) Praktikalitas modul berbasis Creative Problem Solving

Kepraktisan suatu produk penting untuk diperhatiakan. Kepraktisan mengandung atri kemudahan suat produk, baik dalam mempersiapkan, menggunakan, mengelolah, maupun menafsirkan. Praktis diartikan mudah dilaksanan, menggunakan alat-alat yang sederhana, dan biaya yang murah. (Arifin zainal, 2011:264).

(47)

34

Menurut Lestari, dkk praktikalitas dapat dilihat dalam kriteria-kriteria berikut:

1) Kemudahan penggunaan, agar modul yang digunakan dapat dengan mudah dipahami dan digunakan oleh siswa

2) Efesiensi waktu pembelajara, agar dengan modul tersebut waktu pembelajaran lebih efesien dan siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya

3) Daya tarik modul, agar modul yang digunakan memeliki daya tarik bagus digunkan ketika belajar

4) Manfaat, agar modul dapat membantu guru sebagai fasilitator dan membantu siswa memahami konsep dengan mengg7nakan modul tersebut (Lestari, Alberida, dan Rahmi,2018:176)

Dari kriteria-kriteria yang dijelaskan oleh Lestari, dkk diatas didapatkan butir-bitir praktikalitas yang akan diberikan kepada siswa :

1) Modul Matematika Berbasis Creative Problem Solving menarik 2) Desain, penulisan, dan tata bahasa dalam Modul Matematika Berbasis

Creative Problem Solving menarik

3) Modul Matematika Berbasis Creative Problem Solving membuat siswa semangat belajar matematika

4) Modul Matematika Berbasis Creative Problem Solving membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran matematika di kelas

5) Kalimat yang digunakan dalam Modul Matematika Berbasis Creative Problem Solving mudah dipahami

6) Kalimat dalam Modul Matematika Berbasis Creative Problem Solving tersusun sistematis, menarik, dan tidak membingungkan

7) Materi yang disajikan dalam Modul Matematika Berbasis Creative Problem Solving mudah dipahami

8) Modul Matematika Berbasis Creative Problem Solving mendukung untu kmenguasai pelajaran matematika

(48)

9) Penyampaian materi dalam Modul Matematika Berbasis Creative Problem Solving disesuaikan dengan kemampuan siswa

10) Modul Matematika Berbasis Creative Problem Solving mengarahkan siswa untuk membangun pengetahuan sedikit demi sedikit sehingga benar-benar paham dengan materi

11) Penyampaian materi dalam Modul Matematika Berbasis Creative Problem Solving dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari

12) Dalam Modul Matematika Berbasis Creative Problem Solving terdapat gambar yang mendukung penyajian materi

13) Membuat pelajaran natematika lebih bermakna

14) Persoalan yang diberikan dalam Modul Matematika Berbasis Creative Problem Solving mudah dipahami dan menantang untuk dikerjakan 15) Modul Matematika Berbasis Creative Problem Solving untuk cukup

baik untuk digunakan dalam pembelajaran matematika

Praktikalitas dilihat setelah modul diuji cobakan kepada subjek penelitian. Subjek penelitian adalah orang yang terlibat sebagai subjek uji yaitu siswa. Modul ini dinyatakan baik apabila berada pada kriteria praktis atau sangat praktis.

B. Penelitian Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yusi Surya Ningsih Tahun 2014 dengan judul

Validitas LKS Berbasis CPS Materi Perubahan Lingkungan Dan Daur Ulang Limbah Kelas X, Vol.3 No.3. Perbedaan dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah variabel yang digunakan dalam penelitian adalah modul sedangkan yang dilakukan Yusi menggunakan LKS..

2. Penelitian Aliq Fiya Kumalasari tahun 2019 judul “Modul daring berbasis Creative Problem Solving untuk menngkatkan kemampuan berpikir

kreatif siswa”. Perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan adalah

variabel yang digunakan, penelitian saya tidak untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, hanya pada materi himpunan sedangkan

(49)

36

penelitian yang dilakukan Aliq Fiya Kumalasari untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

3. Penelitian Anisa Aprilia Yusra tahun 2016 judul “ pengembangan modul

bangun datar sisi datar berbasis pendekatan matakognitif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di kelas VIII SMP N 3 Batusangkar”. Perbedaan dengan penelitian yang saya

lakukan adalah variabel yang digunakan dalam penelitian saya yaitu modul matematika berbasis Creative Problem Solving sedangkan penelitian yang dilakukan Anisa Aprilia Yusra yaitu modul bangun datar sisi datar berbasis pendekatannmetakognif.

(50)

37

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian pengembangan (Research and Development). Jenis penelitian pengembangan ini digunakan untuk menghasilkan produk tertentu atau untuk menyempurnakan suatu produk yang telah ada dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian ini digunakan untuk mengembangkan modul matematika berbasis Creative

Problem Solving pada materi himpunan di SMP N 1 Tanjung Emas

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu akan melakukan penelitian pada semester ganjil di SMP N 1 Tanjung Emas.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan mengembangkan modul pembelajaran dengan berbasis Cretive Problem Solving.

D. Prosedur Pengembangan.

Prosedur pengembangan dalam penelitian ini mengacu kepada model pengembangan yang disarankan oleh Thiagarajan dan Sammel dalam Trianto yaitu 4-D yang terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu: Define (Pendefinisian),

Design (Perencanaan), Develop (Pengembangan) dan Disseminate (Penyebaran)

(Trianto, 2009: 189). Pendefinisian melingkupi analisis siswa. Berdasarkan analisis ini, akan diperoleh informasi tentang apa yang dibutuhkan siswa ketika dalam pembelajaran sehingga dihasilkan spesifikasi tujuan pembelajaran. Kemudian untuk perencanaan, melingkupi penyusunan perancangan produk.

Pada tahap pengembangan terdiri dari tahap validitas modul matematika Berbasis Creative Problem Solving yang telah dirancang. Penelitian ini hanya dilakukan sampai tahap develop (pengembangan) karena untuk melakukan tahap penyebaran diperlukan waktu yang lama dan dana yang cukup besar. Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan pada setiap tahap:

(51)

38

1. Tahap Define (pendefenisian)

Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang apa yang dibutuhkan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga hal ini dapat membantu peneliti dalam mengembangkan modul matematika menjadi alternatif bahan ajar yang efektif dan efisien. Pada tahapan ini terdapat langkah-langkah yang akan dilakukan sebagai berikut:

a. Melakukan wawancara dengan guru

Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum dan mengetahui masalah apa saja yang dihadapi atau hambatan apa saja yang dihadapi dalam proses pembelajaran matematika siswa.

b. Menganalisis silabus

Tujuan dari analisis silabus ini adalah untuk mengetahui apakah materi yang akan diajarkan sudah sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Selain itu, juga melihat apakah kegiatan pembelajaran bersifat student centered atau teacher centered.

c. Menganalisis sumber belajar matematika yang digunakan

Sebelum merancang modul, harus dilihat dulu isi buku teks yang digunakan oleh guru matematika di kelas, baik dari cara penyajian materi, soal latihan dan tugas-tugas. Hal ini bertujuan untuk melihat isi buku teks, cara penyajian dan kesesuaiannya dengan silabus.

d. Mereview literatur tentang modul

Hal ini bertujuan mengetahui format penlitian modul agar modul dapat dirancang dengan baik dan sesuai dengan format penelitian modul yang baik.

2. Tahap Design (perancangan)

Tahap ini bertujuan untuk menyiapkan prototipe modul. Hasil dari tahap pendefenisian digunakan sebagai acuan dan pertimbangan dalam merancang modul matematika berbasis Creative Problem Solving. Adapun langkah-langkah pada tahap ini adalah:

Gambar

Gambar 1.1: jawaban siswa
Tabel 2.1. Validasi Modul Matematika Berbasis Creative Problem  Solving
Gambar 3.1 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran.
Tabel 3.1 Daftar Nama Validator  No  Nama Validator  Keterangan  1  Nola Nari. S.Si, M.Pd  Dosen Matematika  2  Ika Metiza Maris
+7

Referensi

Dokumen terkait

a. Suara guru kurang jelas. Guru masih menggunakan metode ceramah.. Guru kurang membimbing siswa. Contoh dari guru kurang. Dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa proses

Selama proses pembelajaran berlangsung ditemukan kreativitas belajar siswa yang rendah hal ini dapat terlihat dalam siklus I diantaranya (1) selama penerapan pembelajaran pada

Setelah melakukan analisis data pada penelitian, maka selanjutnya yaitu memaparkan hasil penelitian tersebut dalam bentuk tabel yang menggambarkan perbedaan hasil belajar siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan pada tingkat teoritis kepada pembaca dan guru dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa model pembelajaran CPS berbantuan media CD efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika kelas VIII SMPN 1 Pamotan pada materi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII semester II SMP N 1 Lebaksiu pada materi Bangun Ruang Sisi Datar dengan menggunakan

Berdasarkan hasil dari pengamatan positif peserta didik selama proses belajar berlangsung, maka terlihat : 1) Peserta didik yang memperhatikan guru menjelaskan materi sebanyak 13

Selama proses kegiatan berlangsung siswa diajarkan utuk selalu memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru, dan seorang guru langsung memberikan contoh cara