• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP REAKSI METANOLISIS MINYAK JELANTAH MENJADI BIODIESEL (DITINJAU SEBAGAI REAKSI HETEROGEN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP REAKSI METANOLISIS MINYAK JELANTAH MENJADI BIODIESEL (DITINJAU SEBAGAI REAKSI HETEROGEN)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BIODIESEL (DITINJAU SEBAGAI REAKSI HETEROGEN)

Endang Kwartiningsih1

Dwi Ardiana Setyawardhani 1

PENDAHULUAN Abstract

Key words :

: Over the last decades, biodiesel from vegetable oil is potential as an alternative diesel fuel. The main advantages are its biod adability, renewable and improved exhaust emissions quality. This research prod biodiesel from waste oil with methanol in the presence of KOH as catalyst. The methanolysis reactions were performed in a batch reactor. The equivalent ratio of methanol-waste oil was fixed at 2 times theoretically. The temperature effect was studied at 303 to 343 K. The analytical method that was used to define the biodiese content was glycerol analysis using acetin method. The defined biodiesel concentration was used calculate the conversion of the reaction. The higher temperature, th higher biodiesel concentration result. The reaction rate constant and the value of ma s transfer coefficient were determined using Sum of Square of Errors minimization methods of triglycerid concentration. The reaction rate constant equation was influenced by temperature and the equation was k = 17400 exp ( 4476.6 (-1/T)). The value of mass transfer coefficient was almost constant.

biodiesel, methanolysis, waste oil

biodegradability

green technology

fast food

Isu penggunaan energi alternatif menjadi semakin marak sejak diketahui cadangan minyak bumi dunia makin menipis. Bahkan diperkirakan dalam jangka 10 tahun ke depan, cadangan minyak bumi di Indonesia pun akan habis. Di lain pihak, permintaan pasar akan minyak diesel terus meningkat, baik untuk transportasi, pembangkit tenaga, industri, maupun pertambangan. Dengan demikian penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar mesin diesel dari fraksi minyak bumi makin diminati. Biodiesel dihasilkan dari proses alkoholisis minyak nabati, misalnya minyak kelapa sawit, minyak kelapa, minyak jarak dll. Biodiesel merupakan bahan bakar yang potensial sebagai sumber energi karena berasal dari minyak nabati yang mudah diperbaharui, dapat dihasilkan secara periodik dan mudah diperoleh. Selain itu harganya juga relatif stabil dan produksinya mudah disesuaikan dengan kebutuhan. Dari segi lingkungan juga merupakan bahan yang dan

emisi polutannya relatif kecil, karena kadar hidrokarbon yang tidak terbakar dan NOx-nya

lebih rendah, serta bebas emisi SO2 bila

dibakar. Negara-negara maju yang menerapkan mulai menggalakkan penggunaan biodiesel untuk alasan tersebut.

Peningkatan jumlah penduduk, baik di Indonesia maupun di dunia, berdampak pada meningkatnya kebutuhan pangan. Penganekaragaman bahan makanan, termasuk jenis makanan gorengan semakin meningkat pula. Warung-warung sederhana cenderung menggunakan minyak goreng untuk pemasakan yang berulang-ulang. Sementara untuk menjaga kualitas hidangan restoran-restoran siap saji ( ), minyak goreng hanya digunakan sekali pakai, sehingga setiap hari selalu saja ada minyak yang terbuang. Biasanya minyak tersebut masih dibeli lagi dengan harga murah untuk digunakan ulang. Minyak jelantah ini sebenarnya sudah tak layak makan, karena dapat merusak kesehatan. Menurut penelitian di Jurusan Kimia

(2)

Lingkungan Universitas Stockholm, Swedia, minyak goreng bekas ditengarai mengandung senyawa akrilamida, yang bersifat karsinogenik sehingga dapat menyebabkan kanker.

Biaya produksi dan bahan baku pembuatan biodiesel relatif tinggi. Pemanfaatan minyak jelantah sebagai pengganti minyak nabati diharapkan dapat menurunkan biaya bahan baku pembuatan biodiesel sehingga harga jualnya dapat ditekan. Minyak nabati bisa langsung dimanfaatkan untuk bahan bakar karena memiliki nilai kalor yang tinggi. Namun demikian minyak nabati memiliki kekentalan yang relatif tinggi dibanding minyak dari fraksi minyak bumi, karena adanya percabangan pada rantai karbonnya yang cenderung panjang. Kekentalan ini dapat dikurangi dengan memutus percabangan rantai karbon tersebut melalui proses esterifikasi (alkoholisis terhadap asam lemak dari minyak nabati) menggunakan alkohol fraksi ringan, misalnya metanol atau etanol.

Pada reaksi metanolisis diperlukan adanya katalis karena cenderung berjalan lambat. Katalis berfungsi untuk menurunkan energi aktifasi. Katalis yang digunakan dapat berupa asam, basa maupun penukar ion. Dengan katalis basa reaksi dapat berlangsung pada suhu kamar atau lebih rendah, sementara dengan katalis asam reaksi berlangsung dengan baik pada suhu sekitar 100 C atau lebih. Tanpa katalis, reaksi esterifikasi baru dapat berlangsung pada suhu minimal 250 C (Kirk-Othmer, 1980).

Persamaan reaksi esterifikasi total yang terjadi adalah :

R’ adalah gugus metil, dan R1– R3 merupakan

gugus asam lemak jenuh dan tak jenuh rantai panjang.

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi heterogen adalah pengadukan, suhu, katalis, perbandingan pereaksi dan konsentrasi.

Minyak dan alkohol merupakan dua senyawa yang tidak saling larut ( ), sehingga reaksi yang terjadi merupakan dua proses yang

terjadi secara seri, yaitu perpindahan massa dan reaksi kimia, yang dalam penelitian ini ditinjau secara heterogen. Dalam reaksi heterogen ini ada 2 fase yang terlibat, yakni fase minyak dan fase metanol.

Profil konsentrasi proses ini dapat dilihat pada gambar 1.

Kecepatan perpindahan metanol dari fase metanol ke interfase (gek M / waktu / volum campuran): ) C a(C K NM CM1 MII MIIi ………..1) Kesetimbangan terjadi di interfase :

M Ii M IIi H.C

C ...2) Kecepatan perpindahan metanol dari interfase ke fase minyak : ) C C ( a K NM CM2 MIi MI ...3) Persamaan-persamaan matematis dari model yang diajukan adalah sbb.

MI MII C H C dt dC C C k a KCM TGI M I M I ....4) dt dCTGI = k CTGICMI ...5) dt dCEI =k CTGICMI ...6) dt dCGI =k CTGICMI ...7) Profil konsentrasi pada lapisan

film LANDASAN TEORI Gambar 1.

°

°

=

=

=

=

immissible

(3)

Persamaan 4), 5), 6) dan 7) merupakan persamaan diferensial ordiner jenis

, yang diselesaikan secara simultan dengan minimasi SSE. Nilai H tertentu (diperoleh dari percobaan) dan keadaan batas yang digunakan :

t = 0; CTG I = CTGIo ; CMI = 0;

CGI = 0 ; CEI = 0

t = t ;CTGI = CT G ;CMI =CMI

;CG I =CGI ;CEI = CEI

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh temperatur / suhu terhadap kecepatan reaksi metanolisis minyak jelantah dengan katalis KOH pada kondisi tekanan atmosferik dan suhu relatif rendah. Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan masukan yang cukup berarti bagi pembangunan negara dan bangsa, khususnya di bidang industri untuk perancangan alat proses. Dalam bidang energi diharapkan dapat bermanfaat untuk pemberdayaan sumber energi yang terbarukan dan penghematan sumber energi yang berasal dari mineral. Dari segi lingkungan diharapkan mampu mengurangi pencemaran dengan cara pemanfaatan limbah, dan di bidang kesehatan dapat menurunkan resiko penyakit kanker. Bagi dunia ilmu pengetahuan, diharapkan dapat memberikan masukan berupa data-data kinetika reaksi alkoholisis minyak nabati.

Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

- minyak jelantah - metanol teknis - KOH sebagai katalis

Bahan-bahan pembantu yang digunakan untuk analisis adalah :

- Natrium asetat - Asam asetat anhidrid

- HCl - indikator pp

- KOH - boraks - Asam oksalat - Aquadest

Gambar rangkaian alat utama yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.

Bahan baku berupa minyak jelantah dianalisa untuk mengetahui rapat massa, kadar air, kadar asam lemak total dan asam lemak bebasnya. Metanol dianalisa untuk mengetahui rapat massa dan kadarnya. Data yang diperoleh digunakan untuk membuat perbandingan minyak dan metanol serta jumlah katalis. Minyak dengan jumlah tertentu direaksikan dengan metanol dan katalis (KOH) di dalam labu leher tiga pada temperatur operasi tertentu dalam waktu tertentu. Biodiesel yang diperoleh dipisahkan dari gliserol sebagai hasil samping dan sisa reaktan (minyak dan methanol) serta katalis. Produk biodiesel dari berbagai suhu operasi dianalisa untuk mengetahui konversinya.

Setelah sampel didiamkan 20 jam, maka ke dalam sampel ditambahkan aquadest 5,5 % volume dan dilakukan pengadukan dengan menggunakan selama 5 menit. Keterangan :

1.Labu leher tiga 8. Termostat 2. Pengaduk mekanik 9. Pemanas celup 3. Pendingin balik 10.Pengaduk 4. Water bath 11.Labu pemanas 5.Pengambil cuplikan methanol 6.Penampung cuplikan 12.Pemanas metanol 7.Powerstat 13. Termometer

Rangkaian Alat Percobaan

initial

value problem

magnetic stirrer

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

METODE PENELITIAN

Cara P enelitian Gambar 2.

(4)

-1/T (1/K) k (mL/mgek.mnt) w a ktu (m e nit) Ca (mgek/mL)

Hal ini dilakukan untuk mengikat semua gliserol sehingga dapat terpisah dan terendapkan sebagai hasil bawah. Gliserol kemudian ditimbang dan dihitung volumenya serta dibiarkan selama satu hari untuk menguapkan metanol yang masih tersisa. Sampel dianalisis dengan cara asetin (Griffin, 1927).

Data yang diperoleh dari percobaan adalah konsentrasi gliserol (CG) tiap perubahan waktu

10 menit. Konsentrasi gliserol (CG) sebanding

secara ekivalen dengan konsentrasi trigliserid (CTG). Dengan memperoleh nilai CG dan

konsentrasi trigliserid mula-mula (CTGo) dari

data maka konversi reaksi (XTG) dapat

dihitung. Konsentrasi gugus aktif trigliserid sisa (CT G) adalah (CTGo) dikurangi jumlah

gliserol yang terbentuk. Data inilah yang digunakan dalam perhitungan selanjutnya. Untuk memperoleh parameter-parameter konstanta kecepatan reaksi dan koefisien transfer massa digunakan persamaan-persamaan 4), 5), 6) dan 7) yang diselesaikan secara simultan. Dengan 4 persamaan dan 4 data (CT G, CM, CE dan CG) di

fasa reaksi yang diketahui, maka nilai (CTG,

CM, CE dan CG) pada waktu-waktu berikutnya

dapat diprediksikan, dengan menentukan terlebih dahulu nilai k dan KCMa dengan cara

menebak. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode Runge-Kutta. Kesesuaian data CTG dengan CTG yang

diperoleh dari perhitungan tiap waktu (sesuai dengan model yang digunakan) dicek dengan minimasi keduanya menggunakan metode

Pada SSE yang terkecil diperoleh nilai k dan KCMa pada

kondisi proses tertentu saat pengambilan data.

Minyak jelantah yang telah dianalisa dengan uji bahan baku diketahui memiliki kadar trigliserida 2,1653 mgek/mL. Metanolisis dilakukan dengan mereaksikan minyak dengan metanol dalam perbandingan mgek 1 : 2. Dalam penelitian ini 200 mL minyak jelantah direaksikan dengan 42 mL methanol. Reaksi dilakukan pada variasi suhu 303-343 K dengan katalis 2,5% berat minyak. Reaksi dilakukan selama 50 menit dengan pengambilan sampel tiap 10 menit.

Dari percobaan diperoleh konsentrasi trigliserida sisa pada berbagai waktu pada variasi konsentrasi katalis tetap. Grafik hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar 3.

Dengan membandingkan konsentrasi trigliserida sisa dari data percobaan dan hasil perhitungan (SSE minimum), dengan cara optimasi diperoleh nilai konstanta kecepatan reaksi dan koefisien perpindahan massa. Nilai konstanta kecepatan reaksi tiap variasi suhu dapat dilihat pada gambar 6.

Sesuai dengan persamaan Arrhenius : k = A exp (-E / RT)

kecenderungan hubungan antara k dengan suhu adalah eksponensial, sehingga persamaan pendekatan yang digunakan adalah hubungan eksponensial. Persamaan pendekatan yang diperoleh adalah : k = 17400 exp (4476,6 (-1/T))

Untuk menghitung nilai faktor pengadukan (A) dan energi aktivasi (E), maka berdasarkan

Hubungan eksponensial k dengan suhu.

Grafik hubungan konsentrasi trigliserida sisa dan waktu pada berbagai suhu.

initial condition

Sum of Square of Error (SSE).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4. Gambar 3. y = 17400e4476.6x R2 = 0.9129 0.00000 0.01000 0.02000 0.03000 0.04000 -0.003 k data Expon. (k data) 0. 0000 0. 5000 1. 0000 1. 5000 2. 0000 2. 5000 0 20 40 60 s uhu 303 K s uhu 313 K s uhu 323 K s uhu 333 K s uhu 343 K

(5)

Suhu (0K) K CMa (cm/menit) persamaan Arrhenius : A = 17400 mL/mgek.menit E/R = 4476,6 sehingga E = 4476,6 x 1,987kal/gmol= 8895,0042 kal/gmol.

Dari penelitian-penelitian terdahulu tentang alkoholisis minyak nabati, kisaran nilai k yang berlaku untuk alkoholisis minyak nabati adalah 10-4– 10-2 mL / mgek. menit, sehingga nilai k yang diperoleh pada percobaan ini relatif sesuai dengan kecenderungan penelitian sebelumnya.

Nilai faktor pengadukan (A) yang diperoleh cukup besar, karena kecepatan pengadukan yang digunakan cukup tinggi (400 rpm). Dengan demikian turbulensi campuran reaktan berjalan baik meskipun reaksi berlangsung pada suhu relatif rendah.

Energi aktifasi yang dihasilkan relatif rendah dibandingkan hasil yang diperoleh dari penelitian-penelitian sebelumnya tentang metanolisis minyak nabati. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh konsentrasi katalis yang digunakan dalam penelitian ini cukup tinggi (2,5 % berat minyak untuk variasi suhu). Katalis berfungsi untuk menurunkan energi aktivasi, sehingga makin besar konsentrasi katalis, energi aktivasi yang diperlukan untuk berlangsungnya reaksi juga makin rendah.

Reaksi metanolisis minyak jelantah merupakan reaksi antara dua zat yang (tidak saling larut), sehingga ada transfer massa antara dua zat tersebut yang harus diperhitungkan. Nilai koefisien perpindahan massa (KCMa) pada berbagai konsentrasi

katalis dapat dilihat pada tabel 1.

Harga koefisien perpindahan massa (KCMa)

pada berbagai suhu cenderung konstan. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan suhu relatif tidak berpengaruh terhadap nilai KC Ma.

Jika ditinjau sebagai reaksi heterogen, pada reaksi metanolisis minyak jelantah dengan konsentrasi katalis (KOH) 2,5 % berat dan perbandingan minyak : metanol sebesar 1 : 2

mgek/mgek, dan variasi suhu 303 – 343 K, diperoleh persamaan hubungan antara konstanta kecepatan reaksi dengan suhu adalah : k = 17400 exp (4476,6(-1/T)), sedangkan nilai koefisien transfer massa volumetris (KCMa) cenderung konstan tidak

dipengaruhi oleh perubahan suhu.

1. Selain suhu reaksi, perlu dipelajari variabel lain yang mempengaruhi konstanta kecepatan reaksi maupun koefisien perpindahan massa pada reaksi metanolisis minyak jelantah ini, misalnya variabel konsentrasi katalis, kecepatan pengadukan ataupun perbandingan minyak jelantah dan metanol.

2. Perlu dilakukan perhitungan ekonomi dengan mempertimbangkan hasil samping gliserol yang dengan melalui proses pemurnian dapat dijadikan produk samping yang komersial.

a : luas transfer massa tiap satuan volum (cm2 / mL)

A : faktor frekuensi tumbukan

Ckat : konsentrasi katalis (% berat minyak)

CMn : konsentrasi metanol di fasa n (mgek M

/ mL)

CMni: konsentrasi metanol di lapisan film

fasa n (mgek M / mL)

CXI : konsentrasi zat X di fasa 1 (mgek X /

mL)

CTG: konsentrasi trigliserida

CM : konsentrasi metanol

CE : konsentrasi ester (biodiesel)

CG : konsentrasi gliserol

d(CX)/dt: kecepatan perubahan konsentrasi

zat X tiap satuan waktu (mgek X / mL / menit)

E : energi aktivasi ( kalori /gmol ) H : konstanta Henry

Nilai KC Ma pada variasi suhu

immisible

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

SARAN

DAFTAR NOTASI / LAMBANG Tabel 1. 303 2,7661 313 2,7501 323 2,7400 333 2,7770 343 2,8290

(6)

k : konstanta kecepatan reaksi Arrhenius (mL / mgek.menit)

KCMn : koefisien transfer massa methanol di

fasa n (cm / menit) KCM: [jumlah tahanan film]-1

M : perbandingan pereaksi (mgek air / mgek minyak)

NM : kecepatan transfer massa air di

lapisan film (mgek M / mL . menit) R : konstanta gas ideal (kalori / mgek .K) t : waktu (menit)

T : suhu (K)

Vn : volum fasa n (mL)

VT : volum campuran total (mL)

Griffin, R.C., 1927, “Technical Methods of Analysis”, 2 ed., McGraw – Hill Book Company, Inc., New York.

Groggins, P.H., 1958, “Unit Processes in Organic Synthesis”, 5 ed., McGraw – Hill Book Company, New York.

Hardjono, A., 2000, “Teknologi Minyak Bumi”, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Ketaren, S., 1986, “Minyak dan Lemak Pangan”, UI Press, Jakarta.

Kirk, R.E. and Othmer, D.F., 1980, “Encyclopedia of Chemical Technology”,vol. 9, 3 ed., John Wiley and Sons, New York.

Kusmiyati, 1999, “Kinetika Pembuatan Metil Ester Pengganti Minyak Diesel dengan Proses Metanolisis Tekanan Lebih dari Satu Atmosfer”, T esis diajukan kepada Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Kwartiningsih, E dan Setyawardhani, D.A., 1996 “Kinetika Reaksi Metanolisis Minyak Jealantah Menjadi Biodiesel Sebagai Bahan Bakar Alternatif”, Laporan Penelitian Dosen Muda, DIKT I. Lestari, R.A.S., 2001, “Alkoholisis Minyak

Goreng Bekas pada Tekanan Lebih dari Satu Atmosfer dengan Katalisator Zeolitt Alam yang Diaktifkan”, Prosiding Seminar Nasional “Kejuangan” Teknik Kimia, Yogyakarta.

Levenspiel, O., 1999, “Chemical Reaction Engineering”, 3 ed., John Wiley & Sons Inc., New York.

Pasaribu, R., 2002, “Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Variasi Perbandingan Pereaksi dan Waktu”, Laporan Penelitian, Laboratorium Teknologi Minyak Bumi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sediawan, W. B. dan Prasetya, A., 1997, “Pemodelan Matematis dan Penyelesaian Numeris dalam Teknik Kimia”, hl. 11-15, 32-34, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Smith, J.M. and Van Ness, H.C., 1986, “Introduction to Chemical Engineering T hermodynamics”, 3 ed., McGraw-Hill Book Co., Singapore.

Gambar

Gambar  rangkaian  alat utama yang digunakan  dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar  2
Gambar 4. Gambar 3.y = 17400e 4476.6xR2 = 0.9129 0.000000.010000.020000.030000.04000-0.003 k data Expon

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh grafik hubungan antara suhu dan waktu reaksi terhadap viskositas biodiesel dan dapat dilihat pada Gambar 3

SrO merupakan katalis basa yang mempunyai aktivitas katalitik tinggi pada reaksi transesterifikasi membentuk biodiesel Pada proses transesterifikasi minyak kedelai dengan

Kondisi terbaik diperoleh kemurnian metil ester 99,58 % dengan yield metil ester 92,68 % dengan menggunakan perbandingan mol alkohol dan minyak jelantah 12:1, suhu reaksi 65 o

Skripsi ini berjudul “ Pengaruh Molar Metanol Dengan Minyak dan Waktu Reaksi Pada Pembuatan Biodiesel dari Limbah Minyak Jelantah dengan Menggunakan..

Jenis senyawa metil ester yang diperoleh tersebut sesuai dengan jenis trigliserida yang terdapat pada minyak jelantah yang digunakan untuk reaksi transesterifikasi ini,

Nilai rendemen ditentukan dengan cara membandingkan massa hasil akhir biodiesel dengan massa awal minyak jelantah sebelum proses adsorpsi menggunakan adsorben

Pada penelitian ini dilakukan perlakuan variasi jumlah katalis ZnO sebanyak 0,5%, 0,6%, dan 0,7% b/b minyak pada reaksi transesterifikasi untuk menentukan pengaruh

Pada penelitian ini dilakukan perlakuan variasi jumlah katalis ZnO sebanyak 0,5%, 0,6%, dan 0,7% b/b minyak pada reaksi transesterifikasi untuk menentukan pengaruh