• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELIGI DAN BUDAYA SUKU DANI DI PAPUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RELIGI DAN BUDAYA SUKU DANI DI PAPUA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

RELIGI DAN BUDAYA SUKU DANI DI PAPUA

Purnomo*

Abstract

Suku Dani adalah sebuah suku yang terdapat di pedalaman pegunungan Jayawijaya, Wamena. Sebagai masyarakat Suku, Dani memiliki keunikannya sendiri, yaitu menempatkan babi sebagai sesuatu yang sangat sakral dalam setiap kegiatan sehari-hari mereka seperti, dalam proses inisiasi, perkawinan, perkabungan,dan perang. Babi juga digunakan sebagai kurban sesembahan untuk matahari yang dianggap sebagai ibu asal dan juga dipersembahkan untuk para leluhur. Budaya dan religi suku dani cukup kompleks, dan memenuhi standar lima komponen yang ditawarkan oleh Koentjaraningrat, yaitu: emosi keagamaan, sistem keyakinan, sistem ritus dan upacara, peralatan ritus dan upacara, serta umat agama.

Keywords: Religi, Budaya, Suku Dani

A. Pendahuluan

(2)

Pegunungan Jayawijaya bagian tengah. Secara administratif daerah pemukiman masyarakat Dani yang terletak di lembah Baliem termasuk kedalam wilayah Kabupaten Jayawijaya, dengan ibukota Wamena. Adapun desa- desa yang penting di kawasan Sungai Baliem ini adalah Kwiyawangi, Tiom, Pit, Makki, dan Pyramid. Kediaman orang Dani ini dapat ditemukan pada ketinggian 800-3.000 kaki.1

Pemukiman mereka berada disekitar hulu sungai-sungai besar seperti Sungai Memberamo yang mempunyai dua anak cabang yaitu sungai Hublifoeri yang dihuni oleh beberapa desa dari suku Dani seperti Bokondini dan Kalila dengan jumlah sekitar 15.000 jiwa, dan sungai Rauffaer yang juga memiliki tiga anak cabang yaitu Sungai Toli yang dihuni oleh beberapa desa seperti Karubanga, Mamit, Kanggime dll dengan jumlah penduduk sekitar 40.000 jiwa. Sungai Ilaga yang disekitarnya hidup sekitar 4.000 jiwa, dan cabang yang ketiga adalah Sungai Nogolo yang di huni oleh sekitar 25.000 jiwa dari beberapa desa seperti Ilu, Mulia dan Sinak.2

Layaknya sebuah suku, Dani juga memiliki kekhasannya sendiri sebagai sebuah suku, masyarakat Dani memiliki sistem budaya dan religi yang masih alami berdasarkan pemahaman mereka terhadap alam sekitar mereka. Diantara Religi dan Budaya suku Dani yang unik adalah ritual Inisiasi, Pernikahan, pemakaman, perang dan persepsi mereka tentang Tuhan dan alam. Pembahasan dalam artikel ini akan sedikit menyajikan tetang makna religi dan budaya orang Dani. Pisau analisis yang digunakan dalam mengungkap gejala religi orang Dani tersebut adalah komponen- komponen terpisah tapi saling berkaitan yang 1 Zulyani Hidayah (ed), Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia, (Jakarta:LP3ES, 1997), 77.

(3)

ditawarkan Koentjaranigrat yaitu, emosi keagamaan, sistem keyakinan, sistem ritus dan upacara, peralatan ritus dan upacara serta umat agama.3

B. Sejarah Suku Dani

Untuk mencari asal usul suku Dani sangatlah sulit, meskipun ada beberapa asumsi yang mengatakan bahwa suku Dani adalah manusia yang berpindah dari daratan Asia pada ribuan tahun yang lalu sebagai masyarakat preagriculture, akan tetapi saat ini suku dani telah menerapkan sistem bercocok tanam di ladang dengan ubi jalar sebagai tanaman utamanya.4 Sedangkan jika ditelusur dari linguistik, Suku Dani tergolong Non- Austronesia, dan lebih dekat kerumpun bahasa Melanesia dan Pasifik Barat. Bahasa Dani ini juga terbagi dalam dua dialek yaitu dialek Dani Barat yang dikenal dengan Laany atau Lani dengan penuturnya sekitar 134.000 jiwa, yang kedua adalah dialek Dani Lembah Besar atau Dani Baliem dengan penuturnya sekitar 50.000 jiwa.5

Suku Dani menganut eksogamisme, dimana Suku Dani terbagi akan dua kelompok besar yang mereka yakini sebagai nenek moyang mereka yang telah melahirkan suku Dani yaitu Waya dan Wita, kemudian dari waya dan wita inilah lahir beberapa klen, dan tiap klen terbagi lagi dalam keturunan- keturunan yang kemudian menjadi rumah tangga- rumah tangga. Dalam budaya orang Dani laki-laki tinggal bersama saudara laki-laki-laki-laki atau anak laki-laki- laki-laki dengan ayah mereka beserta kerabat laki- laki mereka yang lainnya dalam satu tempat tempat yang disebut rumah kaum pria, didalamnya terdapat dapur besar dengan kandang babi, dan biasanya disetiap belakang rumah kaum pria ini terdapat lemari kecil yang di 3 Koentjaraningrat, Asas-Asas Ritus, Upacara dan Religi, dalam ... , 43.

4 Zulyani Hidayah (ed), Ensiklopedi Suku Bangsa, 77.

(4)

kunci berisi benda- benda sakral kelompok tersebut berupa batu-batu, kayu pemukul, jala- jala gendong (kaneke). sedangkan untuk istri- istri mereka disediakan pondok- pondok rumah tangga yang berpisah dari rumah kaum pria.6

Dalam memelihara rumah tangga, orang Dani biasanya dalam satu klen memiliki sebidang tanah yang kepemilikan tanah tersebut dipimpin oleh seorang tetua yang disebut Kain¸ setelah tanah tersebut dibagi oleh Kain , mulailah kaum pria secara bersama-sama memagari tanah tersebut dengan membuat selokan-selokan agar tanaman mereka terhindar dari babi, sedangkan istri-istri dan saudara saudara perempuan mereka bertugas meninggikan pematang-pematang, menanam benih, dan memetik hasil dari apa yang mereka tanam.7

Kehidupan suku Dani tidak jauh berbeda dari kehidupan suku pada umumnya, yaitu masih tertinggal dari modernitas atau sengaja menghindari modernitas, berkelompok dan mengasingkan diri dari dunia luar, meski beberapa suku di Indonesia saat ini telah berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, bahkan ada dari segelintir mereka yang telah meninggalkan kebiasaan kesukuannya. Akan tetapi biasanya masyarakat suku masih sangat kental dengan adat istiadat, budaya leluhur dan semacamnya, seperti ritual inisiasi, pernikahan, pemakaman dan perang. Inilah yang kemudian menjadi ciri umum bagi masyarakat suku.

Ciri- ciri tersebut juga dapat ditemukan pada orang Dani, yang paling mencolok adalah minimnya orang dani mengenal pakaian, laki-laki hanya mengenakan koteka (sejenis penutup kemaluan dari labu), sedangkan perempuannya hanya mengenakan serat tumbuhan, rumah mereka juga tergolong

(5)

sederhana sekali, bentuknya melingkar dengan diameter 4-5 meter, ditutup dengan atap kerucut dari rumput-rumput kering, dindingnya dari kulit kayu dan hanya diikat menggunakan rotan, sedangkan lantainya hanya berupa galian yang ditutupi rumput kering yang tebal serta ditengahnya ditaruh tungku api sebagai penghangat ruangan. Dan yang paling penting dari setiap rumah adalah pagar untuk menampung babi ternak mereka. Mata pencarian orang Dani selain berburu adalah bertani ubi jalar. Ada 43 jenis ubi jalar yang ditanam orang dani selain keladi, ketimun, labu-labuan, tebu, kacang-kacangan, pisang dan tembakau. Sementara sumber garam mereka diambil dari pegunungan dan di proses secara tradisional. alat penting yang selalu dibawa orang dani adalah tombak, panah, dan kayu penggali.8

C. Religi dan Budaya Suku Dani

Bagi suku Dani, babi memiliki tempat penting dalam kehidupan mereka, selain itu jumlah babi yang dimiliki seseorang dijadikan sebagai alat untuk mengukur kedudukan seseorang tersebut dalam suku Dani. Babi- babi ini tidak disebelih untuk memenuhi kebutuhan makan saja, melainkan hanya untuk acara pesta atau hari- hari khusus seperti hari pernikahan, hari perkabungan dan sebelum perang. Ritual penyembelihan babi ini juga tidak sembarangan, ada beberapa prosedur yang harus dikerjakan secara khitmat seperti larangan dari para tetua untuk menyembelih babi sepuluh hari sebelum dimulainya pesta, kemudian babi diarak dengan mulia kearah para dewan untuk memutuskan babi yang layak disembelih.

(6)

Sehari sebelum pesta dimulai, babi- babi yang sudah dipilih dewan dipanah dan dibaringkan didepan rumah kaum pria yang didalamnya terdapat benda-benda sakral, secara khusus seekor babi akan dipersembahkan di depan benda- benda sakral tersebut beserta ubi-ubi yang besar dari hasil tanaman mereka.9 Setelah itu barulah pesta dapat dimulai, diantara pesta tersebut adalah:

 Inisasi

Proses inisiasi dalam suku Dani berlangsung selama sembilan hari, dimana pada hari pertama anak- anak yang akan di inisiasi akan ditekankan pada mereka moncong anak babi pada perut mereka, dan dipantang untuk makanan serta di haruskan untuk mandi supaya dibebaskan dari dunia ibu- ibu mereka. Setelah itu mereka mendapat koteka pertama mereka dan seuntai tali yang menggantung dibelakang anus, perhiasan perhiasan yang lama diganti dengan yang baru, koteka mereka dilemaki, dan mereka diberi makan babi, kemudian semua yang hadir akan berteriak “Jadilah Besar”.

Pada hari kedua, dan ketiga mereka di beri serangan semu oleh kaum pria, dan mereka akan dimenangkan berkat bantuan pendamping, kemengan mereka akan dirayakan. Pada dua hari berikutnya mereka disuruh mengemis daging kedesa-desa tetangga dengan bernyanyi, pada hari ketujuh mereka harus memanjat pohon yang pada pangkalnya diasapi, setelah itu mereka disuruh mencari kayu untuk ibu- ibu mereka, dan kemudian pada esok paginya para tetua akan memberikan mereka kalung tali yang kecil dileher serta dihembusi oleh

(7)

orang-orang tua dengan harapan “semoga kamu hidup terus”, dengan ini berakhirlah proses inisiasi suku Dani.10

 Pernikahan

Perempuan- perempuan suku Dani menikah pada usia muda (antara 12-18 tahun). Proses lamaran diterima oleh saudara dari gadis, kemudian satu bulan sebelum pesta berlangsung keluarga pemuda akan mengirimkan babi-babi kepada saudara si gadis dan dilanjutkan kepada saudara dari ibu gadis itu. sisanya akan disembelih pada hari- hari pesta. Setelah mendapat doa dari para pemimpin, babi-babi tersebut disembelih, telinga dan ekornya akan dihidangkan kepada para pemimpin. Setelah empat hari, kembali babi- babi di sembelih, dimasak dan dimakan bersama, ini adalah hari- hari penuh tawa bahagia dari semua klen.

Kemudian si gadis akan ditempatkan didepan rumah kaum peria, dan dimulailah pemberian hadiah dari saudara ibu gadis tersebut, sementara para pemimpin akan membacakan ratapan perpisahan. Sebelum malam hari, si gadis akan dikenakan manik-manik yang ketat untuk menutupi auratnya serta di beri penggali yang baru, mulai sekarang sigadis akan di panggil he/himi (wanita yang sudah menikah). Setelah pagi gadis tersebut akan dibawa oleh ibunya kerumah mempelai pria. Sebelum pengantar pulang, tetua akan meminta perhatian dan menggali sebuah lubang dekat pagar dan menaruh sehelai daun didalamnya, kemudian para perempuan-perempuan akan menaruh tunas-tunas ubi kedalam lubang itu dengan maksud hendaknya bersatulah pria dan wanita seperti halnya bersatu daun dengan tunas.11

10 Jaan Boelaars, Manusia Irian: Dahulu..., 118-119.

(8)

 Perkabungan

Jika salah seorang suku Dani meninggal dalam keadaan normal maka mayatnya akan diletakkan dalam honai dan tamu disambut diluar, sedangkan jika meninggalnya karena dibunuh maka jenazahnya akan diletakkan pada takhta di luar honai. Setelah itu disebarkanlah berita keseluruh keluarga. Maka berdatanganlah seluruh kerabat dekat maupun jauh dengan membawa berbagai bawaan untuk meringankan keluarga yang berduka. Setelah itu diadakanlah acara menangis bersama sambil mengucapkan berbagai kenangan baik si mayat semasa hidupnya. Kemudian kaum laki-laki akan mencari kayu untuk mengkremasi jenajah sampai menjadi abu. Biasanya acara perkabungan diadakan sampai beberapa hari, disinilah sengketa keluarga yang belum selesai diselesaikan.12

Acara perkabungan ini akan ditutup dengan pesta “bakar batu” yaitu sebuah pesta untuk menjamu tamu dan tetangga yang telah hadir sekaligus memberi upah kepada orang yang telah menolong dalam proses kremasi jenazah tersebut. Pada acara ini kembali pesta babi digelar, dimulai dengan berkumpulnya orang- orang yang berkabung pada suatu tempat perkabungan dengan membawa daging masing-masing, mereka menunggu di pintu masuk, pemimpin upacara yang di dalam pagar mengumandangkan sebuah lagu perkabungan yang dijawab serentak oleh mereka yang hadir. Kemudian daging- daging tersebut dikumpulkan pada sebuah jala, sementara telinga dan ekornya diletakkan didepan benda-benda sakral. Setelag itu, daging- daging tersebut dibagikan kepada mereka yang telah

(lihat Umar Yalepele dan Moh. Hefni, “Perkawinan adat muslim suku Dani di Papua”, Al-Hikam, vol.7 (2012), 48.

(9)

membantu dalam perkabungan, maupun kepada mereka yang turut berduka dengan memotong telinga atau jari-jari mereka sebagai buktinya.13

Yang unik dari ungkapan rasa duka suku Dani adalah budaya potong jari atau telinga yang dilakukan oleh kerabat yang ditinggalkan. Ini adalah sebuah lambang kesedihan yang teramat dalam atas kehilangan suami, istri, ayah, ibu, anak atau adiknya. Tradisi potong jari ini juga dapat diartikan sebagai upaya untuk mencegah “terulang kembali” malapetaka yang serupa.14

 Peperangan

Ada ungkapan yang menarik bagi suku-suku yang ada di Papua, suku Dani khususnya, yaitu “ digemukkan dengan persahabatan untuk disembelih”. Ungkapan ini bermakna bahwa persahabatan yang baik adalah persahabatan yang berakhir dengan pembunuhan/ penghianatan. Ungkapan ini diwariskan turun temurun dengan berbagai cara, mulai dari dongeng sebelum tidur sampai didikan yang mengharuskan mengambil dengan keras dan paksa sesuatu yang mereka inginkan. Anak- anak mereka dididik untuk melakukan pembalasan setiap kali disakiti atau di hina. Hasil didikan inilah yang kemudian melahirkan seorang pemuda bernaluri perang yang sangat kuat.15

Waktu yang tepat untuk melaksanakan perang adalah saat menanti musim panen tiba. Perang suku ini terbagi dalam dua bentuk yaitu serangan balas dendam dan serangan yang berlangsung di lapangan terbuka antara musuh-musuh tradisional. Jika ketua klan mati terbunuh dalam perang, maka pasukan akan

13 Jaan Boelaars, Manusia Irian: Dahulu, 115. 14 Alex Rumaseb, Mosaik Kehidupan: 37 Tahun, 17.

(10)

segera mundur dan memilih ketua yang baru sembari menyusun strategi baru untuk melanjutkan perang pada esok harinya. Klan yang melarikan diri akan terus dikejar sampai keperkampungan mereka, jika masih ada yang melawan akan dibunuh, dan yang menang akan membawa istri dan anak-anak perempuan klan yang kalah beserta hartanya untuk dimiliki secara pribadi.16

Pesta babi akan kembali digelar pada perang suku melawan musuh tradisional, yaitu pada saat sebelum perang dimulai atau pada saat pemimpin mereka mati terbunuh. Pesta babi sebelum perang dimulai dengan diadakannya acara khusus untuk mengenang leluhur dirumah panglima perang yang menyimpan benda-benda sakral. Setelah para prajurit dan para tamu datang dengan membawa ubi-ubi dan babi-babi maka panglima perang akan mengumandangkan lagu sendih yang ditunjukkan pada leluhur bahwa akhir-akhir ini babi tetap saja kecil dan ubi-ubi tidak banyak didapat. Kemudian babi-babi tersebut dibaringkan diatas daun yang mengarah kemusuh dan dipanah kemudian semua pria menyentuh babi tersebut sambil berteriak “jadilah gemuk” dan dapat juga diartikan sebagai “semoga anggota keluarga mereka yang kami bunuh sekarang juga akan kami bunuh”.17 Setiap orang akan mendapat daging untuk dimakan, dan setiap pemuda akan diberi kalung dengan nasehat,” adik, berhati-hatilah, musuh akan membubuh engkau”. Setelah itu para laki-laki akan mengambil rumput dalam lobang pemasak sambil berdoa semoga roh-roh musuh yang telah mereka bunuh tidak mencekik mereka pada malam hari. Keesokan harinya mereka akan berburu tikus untuk meramalkan kemengan mereka.

Benda-16 Alex Rumaseb, Mosaik Kehidupan: 37 Tahun,13.

(11)

benda pusaka musuh akan diarak kerumah kemenangan, dan pesta akan diadakan selama dua hari berturut-turut dengan tari-tarian. 18

D. Religi Suku Dani

Religi dan upacara religi adalah unsur yang sangat umum dalam kehidupan masyarakat kesukuan, sehingga tidak mengherankan jika banyak penulis etnografi dan beberapa bidang ilmu yang lain rutin dan sangat sering mengadakan kajian tentang asal mula religi sejak abad ke-19 sampai sekarang.19 Religi atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan agama telah menjadi kajian menarik para ilmuan, diantara para ilmuan yang berkutat pada ranah agama-agama adalah R.R Marret yang sempat menawarkan penggantian istilah homo sapiens menjadi homo religius, sebab menurutnya agama ada bersamaan dengan adanya manusia. Senada dengan ini Joachim Wach juga menyatakan bahwasannya religi atau agama adalah bawaan lahiriah manusia (kodrati).20

Pemahanam keagamaan suku dani ini dapat dipahami dari pandangan mereka terhadap alam, bagi orang Dani dunia mereka seperti alam semesta yang hidup sebagai ibu asal khususnya matahari, setiap hasil panen akan disisihkan untuk dipersembahkan matahari sebagai bentuk penghormatan mereka. Di perkampungan Watlaku terdapat “batu- batu matahari” sebagai tempat persembahan anak babi yang secara berkala dipersembahkan oleh para tetua kepada matahari. Bagi orang Dani matahari dipandang sebagai wanita, tetapi ia juga menyandang peralatan perang laki-laki.21 Selain itu sistem religi orang Dani

18 Jaan Boelaars, Manusia Irian: Dahulu, 118.

19 Koentjaraningrat, “Asas- Asas Ritus, Upacara dan Religi”, dalam ,11.

20 Djam’annuri (ed), Agama Kita: Perspektif Sejarah Agama-agama, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2002), cet.II, 1.

(12)

juga mempercayai makhluk halus, baik yang berdiam dilangit maupun yang dibumi dan dibawah tanah.22 Seperti yang mereka yakini bahwa pada dunia yang asli, manusia dan makhluk-makhluk halus berada pada tempat yang sama, kemudian makhluk halus tersebut keluar dan mendapat tempat diangkasa.

Dalam pandangan orang Dani, pada mulanya langit dan bumi itu bersatu seperti dua telapak tangan, didalamnya hiduplah manusia pertama dengan para binatang, sampai pada suatu hari Nakmaturi sebagai manusia pertama menciptakan petir dan memisahkan langit dan bumi. Lalu keluarlah manusia dan binatang tersebut dengan dibimbing oleh matahari menuju pegunungan dekat Apulakma (atau Seinma), untuk beberapa lama mereka hidup secara damai, hingga akhirnya terjadi perselisihan diantara manusia dan membuat binatang berpisah dari mereka, akan tetapi orang Dani tetap memiliki hubungan dengan burung- burung, sehingga setiap klan memiliki pantangan terhadap satu burung tertentu, karena menurut kepercayaan mereka burung- burung tersebut merupakan roh dari leluhur yang telah meninggal.23 Dalam dunia akademis kepercayaan ini juga disebut sebagai totemisme.

E. Analisis

Dari sistem religi diatas, menggunakan pendekatan lima komponen yang ditawarkan Koentjaraningrat, maka komponen- kompenen tersebut adalah:

(13)

pertama, emosi keagamaan yaitu sikap serba religi, yang ini dapat ditemukan pada pemahaman suku Dani terhadap alam semesta yang dianggap sebagai ibu asal dengan matahari sebagai bentuk kongkritnya. Kedua, sistem keyakinan yaitu pikiran dan gagasan manusia menyangkut keyakinan dan konsepsi manusia tentang sifat-sifat Tuhan, tentang wujud dari kosmologi, kosmogoni, dan esyatologi, roh-roh dan juga menyangkut tentang norma, ini dapat ditemukan pada orang Dani dalam memahami proses penciptaan alam, manusia pertama, dan roh nenek moyang, serta etika moral terhadap burung-burung yang disakralkan.24

Ketiga, sistem ritus dan upacara yaitu suatu aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktian kepada Tuhan, dewa-dewa, atau para leluhur dan dalam upaya membangun komunikasi dengan mereka, ritus dan upacara religi ini berlangsung berulang-ulang, setiap hari, setiap musim, atau kadang-kadang saja, dan ini dapat ditemukan dalam suku Dani pada pesta babi dan persembahan babi untuk matahari dan benda-benda sakral. Keempat, peralatan ritus dan upacara, pada Suku Dani peralatan ritus dan upacara dapat berupa altar (batu-batu matahari) untuk menaruh babi yang dipersembahkan pada matahari di perkampungan Watlaku, dan beberapa benda sakral seperti batu-batu, tombak, dll. Kelima, umat agama atau kesatuan sosial yang menganut sistem keyakinan dan yang melaksanakan sistem ritus serta upacara yang serupa, ini dapat ditemukan dalam Suku Dani yang membentuk Klen-klen besar serta rumah-tangga-rumah tangga.25

F. Penutup

(14)

Dari berbagai uraian diatas dapatlah dikenali bahwa Suku Dhani adalah salah satu Suku yang terdapat dipedalaman Jayawijaya atau lebih tepatnya di lembah Baliem yang beribukota Wamena. Asal-usul Suku Dani sendiri masih menjadi misteri, akan tetapi dapat ditelusur sedikit dari linguistiknya yang berasal dari Pasifik Barat. Orang Dani saat ini sudah banyak berinteraksi dengan dunia luar, terbukti dengan adanya orang dani yang beragama Islam maupun Kristen, meski masih sangat jauh dari pemahaman kedua agama tersebut. Penghasilan Suku Dani berasal dari bercocok tanam dan berburu, sementara kebutuhan yang lain didapat dari pertukaran dengan Suku tetangga. Sebagai sebuah suku, Orang Dani memiliki sistem religi dan Budayanya sendiri yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh mereka secara taat.

Diantara budaya yang masih mereka lestarikan adalah proses inisiasi, perkawinan dengan mahar babi, perkabungan, dan perang. Selain itu, Orang Dani juga menempatkan babi sebagai sesuatu yang sangat sakral, hampir semua kegiatan resmi orang Dani berkaitan dengan babi, bahkan untuk mengukur kedudukan seseorang dapat dilihat dari seberapa banyak jumlah babi yang dimiliki seseorang tersebut. Orang Dani memiliki sistem religi yang cukup kompleks dan memenihi standar lima kompenen gejala religi yang ditawarkan Koentjaraningrat, yaitu emosi keagamaan, sistem keyakinan, sistem ritus dan upacara, peralatan ritus dan upacara, serta umat agama.

(15)

Boelaars, Jaan. Manusia Irian: Dahulu, Sekarang, Masa depan. Jakarta: Gramedia, 1986.

Djam’annuri (ed). Agama Kita: Perspektif Sejarah Agama-agama. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2002.

Hidayah, Zulyani (ed). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta:LP3ES, 1997.

Rumaseb, Alex Mosaik Kehidupan: 37 Tahun Mengabdi Sebagai PNS di Papua. Jakarta: Aeroprint, 2014.

Yalepele, Umar dan Hefni, Moh. “Perkawinan adat muslim suku Dani di Papua”, Al-Hikam, vol.7. 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum hipotesis di uji penelitian akan melakukan pengolahan data hasil penelitian dengan menggunakan analisis kecenderungan distribusi data, uji normalitas distribusi

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan sistem tanam dan dosis pupuk kandang sapi serta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata

RPG adalah salah satu genre Game , yang merupakan singkatan dari Role Playing Game. Sesuai namanya, dalam Game ini player berperan sebagai orang lain dan

Lemo atau kilemo (Litsea cubeba Persoon L.) termasuk ke dalam marga Lauraceae dengan nama daerah Kilemo (Jawa Barat), Krangean (Jawa Tengah) dan Antarasa (Sumatera

Penyebab dari beberapa masalah yang dirasakan saat ini adalah masih rendahnya hubungan antar organisasi dalam memacu kerjasama yang sinergis bagi perkembangan yang lebih

Seperti saat teman-teman dari jurusan tari akan mengadakan pertunjukan dalam rangka membantu perpisahan KKN Universitas Muhammadiyah Malang yang pada saat itu juga sedang

Dengan meningkatnya berat jenis pada batuan yang makin dalam letaknya, maka kadar besi  juga akan semakin meningkat, sehingga pada selubung bumi mempunyai kemungkinan

Packet Tracer adalah simulator alat-alat jaringan Cisco yang sering digunakan sebagai media pembelajaran dan pelatihan, dan juga dalam bidang penelitian simulasi jaringan