• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi Kedisiplinan saat Kegiatan outbound

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Optimalisasi Kedisiplinan saat Kegiatan outbound "

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Optimalisasi Kedisiplinan saat Kegiatan Belajar Mengajar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik di Kelas XI IPS 1 SMAN 24 Bandung

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Disiplin merupakan sikap mental yang tecermin dalam perbuatan tingkah laku seseorang atau kelompok yang berupa ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku. Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar, tetapi juga untuk menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap peserta didik.

Kata disiplin diartikan dengan (1) Latihan bathin dan watak dengan maksud supaya perbuatan selalu mentaati tata tertib; (2) Ketaatan pada aturan dan tata tertib (W.J.S. Purwadarminta, 1985: 254).

Sementara itu Hadlari Nawawi (1996: 128) mengungkapkan bawa disiplin adalah usaha untuk mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap suatu ketentuan yang disetujui bersama agar pemberian hukuman terhadap seseorang dapat dihindari.

Menurut Hasan Langgulung (1989: 401) bahwa disiplin mengandung makna melatih, mendidik dan mengatur. Artinya, dalam kata disiplin mengandung arti banyak dan dapat diterapkan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan.

(2)

Purwanto (2011:46) hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspekkognitif, afektif dan psikomotorik.

Sudjana (2003:3) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar.

Hamalik (2003:155) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan ada 3 diantaranya : diri sendiri, keluarga, pergaulan lingkungan. Manfaat kedisiplinan adalah membuat peserta didik menjadi lebih tertib dan teratur dalam menjalankan kehidupannya, juga dapat mengerti bahwa kedisiplinan itu sangat penting bagi masa depannya kelak, karena dapat membangun kepribadian peserta didik yang kokoh dan bisa diharapkan berguna bagi masyarakat. Rendahnya kedisiplinan di kelas XI IPS 1 SMAN 24 Bandung terhadap Mata Pelajaran Geografi menandakan ada kekurangan dalam proses kegiatan belajar mengajar yang berlangsung.

Proses penelitian didalam kelas sebagai berikut; Observasi kelas XI IPS 1 SMAN 24 Bandung dimulai dengan pembekalan motivasi oleh Guru Mata Pelajaran Geografi bernama Ibu Restu. Setelah itu peserta didik diabsen terlebih dahulu dan langsung dilanjutkan dengan pemanasan, berupa pengulangan materi yang sudah diajarkan.

(3)

yang tidur. Namun Ibu Restu tidak begitu tegas dalam mengontrol suasana didalam kelas, karena sangat terlihat bahwa peserta didik tidak tampak takut atau waspada terhadap Gurunya.

Pembelajaran yang dilakukan menggunakan media yaitu proyektor, untuk mempermudah pemahaman peserta didik mengenai fenomena yang terjadi. Bila hanya cerita atau ceramah didepan saja, peserta didik mungkin sulit untuk membayangkan fenomena tersebut, selain itu pembelajarannya menggunakan metode diskusi. Dimana setiap kelompok dari peserta didik dipersilahkan membagi pengetahuan umum mengenai Mata Pelajaran Geografi pada kelompok yang lain dengan cara mempresentasikan hasil analisis suatu materi dengan Power Point yang didalamnya ada gambar, animasi, audio, dan ilustrasi.

Jika presentasi sudah selesai, peserta didik yang lain dipersilahkan untuk bertanya bila ada penyampaian yang tidak dipahami. Lalu setelah proses tanya jawab Ibu Imas menyampaikan kesimpulan atas materi yang baru saja dipresentasikan, dan menambahkan beberapa pengetahuan mengenai materi barusan. Di akhir pembelajaran Ibu Restu memberikan tugas individu pada peserta didik bila perlu dan memberikan informasi tentang pertemuan yang akan datang. Setelah itu peneliti mencatat hasil wawancara dengan guru dan peserta didik. Antara lain :

Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Geografi :

(4)

Hasil wawancara dengan peserta didik :

Gurunya membosankan bila menerangkan sehingga mereka lebih suka mengobrol dan bermain hp masing masing, selain itu bahasa yang digunakan ibu guru tersebut bagus tidak terlihat kaku. Pemberian tugas pun selalu diberitahu dan diingatkan sebelum batas pengumpulan, penilaiannya pun objektif tidak pandang bulu. Soal yang diberikan kadang ada yang belum dijelaskan sehingga sukar untuk dijawab, dan aka nada sanksi atau tugas tambahan bagi peserta didik yang tidak mengumpulkan pada batas waktu yang ditentukan

Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kedisiplinan serta prestasi belajar peserta didik yaitu penegasan dari aturan yang dibuat oleh Guru Mata Pelajaran Geografi dengan peserta didiknya. Penyebab peserta didik kurang disiplin terlihat dari rendahnya kesadaran peserta didik akan pentingnya belajar, metode penjelasan materi yang disampaikan Guru bersangkutan, peserta didik tidak belajar materi di rumahnya, ketergantungan pada handphone.

Permasalahan utama yang menarik perhatian penyusun yaitu rendahnya kesadaran peserta didik akan pentingnya belajar. Kebanyakan dari peserta didik memang tidak terbiasa untuk belajar dirumah dan juga tidak bisa memaksimalkan pembelajaran dikelas, sehingga wajar saja jika mereka menganggap soal test tergolong sulit. Usaha yang dapat meningkatkan kedisiplinan peserta didik paling utama yaitu adanya sanksi sesuai porsi kesalahan yang dilakukannya, sehingga mereka menjadi waspada dan takut akan melanggar aturan yang dibuat saat awal pertemuan pembelajaran. Selain itu metode mengajar Guru bersangkutan harus bervariasi sehingga tidak dapat akan membuat peserta didik merasa bosan ketika proses kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian penyusun berharap optimalisasi kedisiplinan saat kegiatan belajar mengajar mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.

1.2 Rumusan Masalah

(5)

1. Apakah dengan menerapkan metode diskusi yang bervariasi mampu meningkatkan konsentrasi peserta didik saat proses kegiatan belajar mengajar di kelas?

2. Apakah dengan adanya sanksi terhadap peserta didik mampu meningkatkan kedisiplinan saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung?

3. Bagaimanakah agar mampu membiasakan peserta didik patuh akan aturan dan beranggapan bahwa proses kegiatan belajar mengajar di kelas sangatlah penting

4. Bagaimanakah cara mengurangi nomophobia peserta didik saat proses kegiatan belajar mengajar?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk meningkatkan kesadaran peserta didik akan pentingnya proses kegiatan belajar mengajar di kelas

2. Untuk meningkatkan disiplin peserta didik akan aturan yang ada 3. Untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas

4. Untuk mengurangi budaya nomophobia yang diderita remaja zaman sekarang agar tidak menular pada generasi selanjutnya

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu mengoptimalkan kedisiplinan saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung demi kondusifnya suasana didalam kelas dan berkembangnya metode pembelajarang yang variatif agar tidak monoton.

2. Manfaat Praktis

a) Pengembangan Keilmuan

(6)

terciptanya orang-orang yang bertanggung jawab dan sadar akan aturan dimanapun ia berada.

b) Bagi Peserta Didik

Meningkatkan kedisiplinan dan sadar akan pentingnya pembelajaran dikelas. Juga terbiasanya peserta didik belajar di rumah agar memiliki motivasi belajar yang tinggi.

c) Bagi Guru

Meningkatkan kreatifitas Guru bersangkutan untuk merancang variasi metode penjelasan didalam kelas. Sehingga pembelajaran akan lebih kondusif, efisien, dan efektif.

d) Bagi Orangtua Peserta Didik

Meningkatkan kepercayaan anaknya pada sekolah yang dipercayainya, sehingga harapan orangtua pada anaknya akan jauh lebih tinggi.

e) Bagi Sekolah

Meningkatkan akreditasi dan kualitas sekolah tersebut, sehingga sekolah tersebut akan menjadi favorit di kalangan peserta didik yang akan daftar. Selain itu juga sekolah tersebut akan sangat berkontribusi pada masa depan bangsa.

1.5 Kajian Pustaka

1. Pengertian kedisiplinan

Suratman memberikan pengertian disiplin sebagai suatu ketaatan yang sungguh-sungguh dan didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban serta sikap dan perilaku sesuai dengan aturan atau tata kelakuan yang semestinya di dalam suatu lingkungan tertentu (Suratman, 1999: 32). Perilaku disiplin seperti tepat waktu, tertib, jujur, tepat janji dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari (Muhamad, 2003: 13)

(7)

untuk menepati apa yang telah dijanjikan, apa yang telah direncanakan. Kemudian dijelaskan pula, bahwa: disiplin mengandung makna keteguhan hati, kekuatan jiwa, tidak mudah tergoda oleh hal-hal yang dapat mencelakakan dirinya. Keberhasilan dalam suatu usaha atau dalam mencapai cita-cita akan tergantung kepada dimiliki tidaknya sikap disiplin. Orang yang berdisiplin akan berperilaku apa yang seharusnya diperbuat, tidak mengada-ada, tidak dilebih-lebihkan tetapi juga tidak dikurangi dari keadaan yang sebenarnya. Diam tepat pada pijakannya, melangkah tepat gerakannya, melaju sesuai arahnya. Sikap disiplin dapat dilakukan untuk setiap perilaku, seperti disiplindalam belajar, disiplin dalam bekerja, disiplin dalam beraktivitas lainnya.

Westra (1977: 96), mengemukakan pengertian kedisiplinan sebagai “Suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung di dalam organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan rasa senang hati”. Pendapat itu menunjukkan bahwa disiplin merupakan ketaatan dan kepatuhan pada peraturan yang dilakukan dengan rasa senang hati, bukan karena dipaksa atau terpaksa.

Sedangkan menurut Widodo DS (1984:57) bahwa, "Kedisiplinan adalah kesetiaan dan ketaatan seseorang, norma-norma, instruksi-instruksi yang dinyatakan berlaku untuk orang atau orang tersebut”. Dari pendapat tersebut terlihat jelas bahwa pengertian kedisiplinan mengandung beberapa unsur yakni ketaatan, pengetahuan, kesadaran, ketertiban dan perasaan senang di dalam menjalankan tugas dan mematuhi atau mentaati segala peraturan-peraturan perundangan yang dinyatakan berlaku.

2. Manfaat kedisiplinan

Disiplin bermanfaat bagi anak-anak utnuk perkembangan karena dengan disiplin beberpa kebutuhan akan terpenuhi. Seperti dikatakan oleh Dirk Meyer, Gutkin dan Redh (Oteng Sutisna,) bahwa manfaat dari disiplin adalah:

(8)

2) Dengan membantu anak menghindari perasaan bersalah, rasa malu akibat perilaku yang salah, perasaan yang pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang baik terhadap disiplin memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui oleh lingkungan sosialnya dan dengan demikian memperoleh prsetujuan sosial.

3) Dengan disiplin anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditampilkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan hal ini esensial bagi penyesuaian yang berhasil dan berakhir dengan kebahagiaan.

4) Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan dirinya.

Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani, suara dari dalam, pembimbing dan pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku. Menurut Oemar Hamalik belajar adalah: Kegiatan-kegiatan fisik badaniah. Hasil belajar yang dicapai yang dicapai adalah berupa perbedaan dalam fisik itu, misalnya mencapai kecakapan motoris, seperti berlari, mengendari mobil, memukul secara baik dan sebagainya. Pendapat lain menitikberatkan pendapatnya bahwa belajar adalah kegiatan rohani atau psikis. Hasil belajar yang dicapai perubahan-perubahan dalam psikis. Misalnya memperoleh pengertian tentang bahasa, mengapresiasikan seni budaya, bersikap susila dan lain-lain .

3. Tujuan kedisiplinan

Setiap manusia mempunyai tujuan tertentu dalam melaksanakan sikap dan perbuatannya. Sedangkan tujuan dari disiplin menurut Ellen G White adalah:

1) Pemerintahan atas diri;

(9)

4) Hancurkan benteng syetan;

5) Ajar menghormati orang tua dan ilahi; dan

Sementara Emile Durkheim mengatakan bahwa disiplin mempunyai tujuan ganda yaitu mengembangkan suatu keteraturan dalam tindak tanduk manusia dan memberinya suatu sasaran tertentu yang sekaligus membatasi cakrawalanya. Kalau dilihat dari sisi tujuan, pelaksanaan pembinaan kedisiplinan mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan jangka dekat dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka dekat pembinaan kedisiplinan adalah untuk membuat anak- anak terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas atau yang masih asing bagi mereka. Sedangkan tujuan jangka panjang pembinaan kedisiplinan adalah perkembangan dari pengendalian diri (self control) dan pengarahan diri sendiri (self direction), dimana anak dapat mengarahkan diri sendiri.

Pengendalian diri berarti menguasai tingkah laku diri sendiri dengan berpedoman norma-norma yang jelas, standar-standar, dan aturan-aturan yang sudah menjadi milik diri sendiri. Dengan demikian, tujuan pembinaan secara umum adalah untuk menanamkan kesadaran pada anak supaya bertingkah laku berdasarkan nilai- nilai agama, nilai budaya, aturan-aturan pergaulan, pandangan hidup, dan sikap hidup yang bermakna bagi anak sehingga memiliki kepribadian baik dan disiplin diri.

4. Faktor yang memengaruhi kedisplinan belajar

Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Siswa dalam Belajar atau Disiplin Belajar. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi sikap Disiplin siswa dalam belajar atau Disiplin belajar siswa, yaitu:

1) Keteladanan

(10)

kebutuhan anak secara materi, tapi orang tua juga adalah sebagai pemberi ilmu pengetahuan dan dituntut untuk menjadi suri tauladan bagi anaknya.

2) Kewibawaan

Orang tua yang berwibawa dapat memberi pengaruh yang positif bagi anak, hal ini sebagaimana yang tertulis dalam sebuah buku yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1983:3) bahwa kewibawaan adalah pancaran kepribadian yang menimbulkan pengaruh positif sehingga orang lain mematuhi perintah dan larangannya. Orang yang berwibawa menampakkan sikap dan nilai yang lebih unggul untuk diteladani.

Pendapat tersebut menyebutkan, bahwa kewibawaan sangat mempengaruhi sikap seseorang. Kewibawaan yang dimiliki oleh orang tua sangat menentukan kepada pembentukan kepribadian anak. Anak yang terbiasa melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk orang tua, maka dalam dirinya itu sudah tertanam sikap disiplin, dan sebaliknya apabila orang tua sudah tidak memiliki kewibawaan, akan sulit bagi orang tua tersebut untuk mengarahkan dan membimbing anak dan yang akan terjadi adalah tindakan-tindakan indisipliner, dengan demikian kewibawaan sangat mempengaruhi perilaku anak.

3) Anak

Agar disiplin di lingkungan keluarga dapat berjalan dengan baik, maka sangat diharapkan kerjasama antar semua yang ada di rumah tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka sangat diharapkan adanya kesadaran anak itu sendiri dalam membina kedisiplinan. Anak harus menyadari kedudukannya sebagai anak yang memerlukan orang tua.

4) Hukuman dan ganjaran

(11)

5) Lingkungan

Faktor yang tidak kalah pentingnya dan berpengaruh terhadap disiplin adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Pada umumnya apabila lingkungan baik, maka akan berpengaruh terhadap perbuatan yang positif dan begitu pula sebaliknya.

Agar dapat terlaksana sikap disiplin siswa yang diharapkan, maka ketiga lingkungan tersebut harus saling membantu, saling menolong, kerjasama, karena masalah pendidikan itu sudah sewajarnya menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, dalam hal ini guru/sekolah, orang tua/keluarga dan begitu juga masyarakat yang berada di lingkungannya.

Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara, bahwa keluarga mendidik anak dengan memberikan kebiasaan-kebiasaan yang baik sebagai pembentukan watak yang terpuji. Sekolah mendidik anak memberikan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan si anak dengan pengajaran, dan dari masyarakat mendidik anak-anak dengan latihan-latihan praktis, berwujud keterampilan, ketabahan, keberanian, dan sebagainya yang semuanya akan dipergunakan sebagai bekal dalam kehidupannya.

Sedangkan belajar dapat dibatasi sebagai kegiatan pisik dan mental dalam proses perubahan perilaku, maka dilihat dari ruang lingkupnya aktivitas belajar menyangkut aktivitas belajar di sekolah maupun di rumah. Dengan demikian, maka dapat diidentifikasi bahwa disiplin belajar adalah keadaan sikap mental anak yang dengan senang hati tunduk pada aturan-aturan ketertiban kegiatan pisik dan mental dalam merubah perilaku melalui kegiatan belajar di sekolah maupun di rumah.

(12)

kedisiplinan tersebut telah tertanam dalam diri anak, maka ia akan berusaha untuk belajar secara teratur, kontinue, dan ajeg sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada, sehingga akan tercapai sebuah prestasi dalam belajar.

5. Cara menumbuhkan disiplin siswa dalam belajar atau disiplin belajar

Untuk menumbuhkan disiplin siswa dalam belajar atau disiplin belajar, maka siswa harus membiasakan hal-hal sebagai berikut:

1) Mengikuti pedoman umum untuk belajar - Keteraturan dalam belajar

Keteraturan merupakan unsur pokok dalam pelaksanaan disiplin belajar, karena dengan belajar yang teratur siswa akan menemukan sendiri cara belajar yang baik dan tentunya akan berpengaruh terhadap efektivitas belajar siswa. Hal ini sebagaimana pendapat The Liang Gie, bahwa keteraturan dalam belajar merupakan salah satu unsur disiplin yang ikut menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

- Konsentrasi

Konsentrasi merupakan pemusatan pikiran terhadap susuatu dengan mengesampingkan semua masalah yang tidak berhubungan. Untuk itu, jika seorang siswa akan mengkonsentrasikan dirinya dalam kegiatan belajar, maka ia harus berusaha memusatkan pikirannya terhadap satu pelajaran yang sedang dihadapinya, dan ia harus berusaha mengesampingkan semua hal yang tidak berhubungan dengan proses belajar yang akan dihadapi.

- Tertib dalam belajar

Tertib dalam belajar adalah apabila seorang siswa menyusun tata tertib dalam belajar sehingga siswa dapat belajar dengan tertib, kontinue, dan konsisten sesuai dengan tata tertib yang telah dibuatnya.

- Tertib dalam menggunakan perpustakaan

(13)

menganggap buku sebagai sahabat. Seseorang dapat mencintai buku-buku dan mereka senantiasa merupakan sahabat yang abadi.

2) Cara mengatur waktu - Pengelompokkan waktu

Salah satu yang dihadapi anak adalah penggunaan waktu dalam belajar. Banyak anak yang mengeluh kekurangan waktu untuk belajar, tetapi sebenarnya anak kurang memiliki keteraturan dan disiplin untuk menggunakan waktu secara efektif dan efisien.

- Penjatahan waktu.

Untuk belajar secara teratur setiap hari harus mempunyai rencana kegiatan. Banyak anak yang membuang waktu untuk memikirkan mata pelajaran, karena kebingungan apa yang sebaiknya dipelajari. Sehingga hal ini akan membuang waktu secara sia-sia.

6. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.

Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1980:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.

(14)

suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.

Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk memberikan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran khusus dari bahan tersebut.

7. Indikator hasil belajar siswa

Yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah sebagai berikut: 1) Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik secara individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM)

2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

Namun demikian, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (dalam buku Strategi Belajar Mengajar 2002:120) indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap.

8. Faktor yang memengaruhi hasil belajar siswa

Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Secara umum Hasil belajar dipengaruhi 3 hal atau faktor Faktor-faktor tersebut akan saya uraikan dibawah ini, yaitu :

1. Faktor internal (factor dalam diri) 2. Faktor eksternal (factor diluar diri) 3. Faktor pendekatan belajar

(15)

Faktor internal yang mempengaruhi Hasil belajar yang pertama adalah Aspek fisiologis. Untuk memperoleh hasil Hasil belajar yang baik, kebugaran tubuh dan kondisi panca indera perlu dijaga dengan cara : makanan/minuman bergizi, istirahat, olah raga. Tentunya banyak kasus anak yang prestasinya turun karena mereka tidak sehat secara fisik.

Faktor internal yang lain adalah aspek psikologis. Aspek psikologis ini meliputi : inteligensi, sikap, bakat, minat, motivasi dan kepribadian. Factor psikologis ini juga merupakan factor kuat dari Hasil belajar, intelegensi memang bisa dikembangkang, tapi sikap, minat, motivasi dan kepribadian sangat dipengaruhi oleh factor psikologi diri kita sendiri. Oleh karena itu, berjuanglah untuk terus mendapat suplai motivasi dari lingkungan sekitar, kuatkan tekad dan mantapkan sikap demi masa depan yang lebih cerah. Berprestasilah.

- Faktor eksternal

Selain faktor internal, Hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor aktor eksternal meliputi beberapa hal, yaitu:

1) Lingkungan sosial, meliputi : teman, guru, keluarga dan masyarakat. Lingkungan sosial, adalah lingkungan dimana seseorang bersosialisasi, bertemu dan berinteraksi dengan manusia disekitarnya. Hal pertama yang menjadi penting dari lingkungan sosial adalah pertemanan, dimana teman adalah sumber motivasi sekaligus bisa menjadi sumber menurunnya prestasi. Posisi teman sangat penting, mereka ada begitu dekat dengan kita, dan tingkah laku yang mereka lakukan akan berpengaruh terhadap diri kita. Kalau kalian sudah terlanjur memiliki lingkungan pertemanan yang lemah akan motivasi belajar, sebisa mungkin arahkan teman-teman kalian untuk belajar. Setidaknya dengan cara itu kaluan bisa memposisikan diri sebagai seorang pelajar.

(16)

yang merasa guru mereka tidak memberi motivasi belajar, atau mungkin suasana pembelajaran yang monoton. Hal ini berpengaruh terhadap proses pembelajaran.

3) Keluarga, juga menjadi faktor yang mempengaruhi Hasil belajar seseorang. Biasanya seseorang yang memiliki keadaan keluarga yang berantakan (broken home) memiliki motivasi terhadap prestasi yang rendah, kehidupannya terlalu difokuskan pada pemecahan konflik kekeluargaan yang tak berkesudahan. Maka dari itu, bagi orang tua, jadikanlah rumah keluarga kalian surga, karena jika tidak, anak kalian yang baru lahir beberapa tahun lamanya, belum memiliki konsep pemecahan konflik batin yang kuat, mereka bisa stress melihat tingkah kalian wahai para orang tua yang suka bertengkar, dan stress itu akan tetap terbawa atau dibawa ke dalam kelas.

4) Masyarakat, sebagai contoh seorang yang hidup dimasyarakat akademik mereka akan mempertahankan gengsinya dalam hal akademik di hadapan masyarakatnya. Jadi lingkungan masyarakat mempengaruhi pola pikir seorang untuk berprestasi. Masyarakat juga, dengan segala aktifitas kemasyarakatannya mepengaruhi tidakan seseorang, begitupun juga berpengaruh terhadap siswa dan mahasiswa.

5) Lingkungan non-sosial, meliputi : kondisi rumah, sekolah, peralatan, alam (cuaca). Non-sosial seperti hal nya kondiri rumah (secara fisik), apakah rapi, bersih, aman, terkendali dari gangguan yang menurunkan Hasil belajar. Sekolah juga mempengaruhi Hasil belajar, dari pengalaman saya, ketika anak pintar masuk sekolah biasa-biasa saja, prestasi mereka bisa mengungguli teman-teman yang lainnya. Tapi, bila disandingkan dengan prestasi temannya yang memiliki kualitas yang sama saat lulus, dan dia masuk sekolah favorit dan berkualitas, prestasinya biasa saja. Artinya lingkungan sekolah berpengaruh. cuala alam, berpengaruh terhadap hasil belajar.

(17)

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (hal 120-121) mengungkapkan, bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi hasil belajar siswa tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkunya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian, sebagai berikut:

- Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dalam waktu tertentu.

- Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar atau hasil belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.

- Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua bahan pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tarap atau tingkat keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.

1.6 Hipotesis Tindakan

Pengoptimalisasian kedisiplinan kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik di kelas XI IPS 1 SMAN 24 Bandung

1.7 Rencana Penelitian 1. Setting Penelitian

(18)

karakteristik kualitatif adalah sebagian besar peserta didik merasa kesulitan dalam memahami materi-materi yang dijelaskan.

2. Aspek yang Diteliti

Secara umum, penelitian ini akan difokuskan pada 2 aspek kajian, yaitu : 1) Faktor Siswa

Aspek yang akan dikaji dari faktor siswa adalah kedisiplinan saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.

2) Faktor Guru

Aspek yang akan dikaji dari faktor Guru adalah metode pembelajaran yang diterapkan belum variatif, yakni metode diskusi dan metode ceramah.

3. Rencana Tindakan

Tindakan untuk meningkatkan kedisiplinan peserta didik terhadap hasil belajar akan dilakukan 1 siklus dengan tiga tindakan. Setiap tindakannya terdiri atas tiga langkah kegiatan, diantaranya : perencanaan, pelaksanaan tindakan, obeservasi, dan refleksi. Pada setiap tahapan kegiatan tersebut menghasilkan produk penelitian yang berbeda, namun saling mendukung dan berfungsi untuk perbaikan yang lebih lanjut.

Tahapan kegiatan PTK, pada setiap tindakan adalah sebagai berikut : 1) Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan awal dari persiapan optimalisasi kedisiplinan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, beberapa hal yang menjadi indikator dari kedisiplinan diantaranya : adanya penegakan aturan serta sanksi sesuai porsi, kesadaran guru serta peserta didik, adanya tauladan yang menjadi contoh untuk ditiru. Indikator diatas tentu akan menjadi penilaian tersendiri bagi peneliti ketika sedang meneliti didalam kelas yang dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 09.00-12.00 WIB.

(19)

Tahap pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari rencana tindakan yang telah dan disiapkan oleh peneliti. Pada tahap ini peneliti akan memperhatikan objek yang ada didalam kelas yaitu guru dan peserta didik. Agar mampu diketahui beberapa indikator dari kedisiplinan mana yang tidak sesuai saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. 3) Observasi

Tahap Observasi dilakukan oleh : Adam Ramadhan, Andri Kurniawan, M. Asyafiqi, Yanuar Firman Ramadhan, dan Zaim Hasan. Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dari mulai dari kegiatan awal hingga akhir pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 09.00 pagi – 12.00 siang di kelas XI IPS 1 SMAN 24 Bandung. Observasi ini akan mengacu pada indikator yang dibuat oleh observer pada tahap perencanaan. Penialaiannya tentu harus objektif sesuai seperti apa yang ada didalam kelas, dan dengan sudut pandang yang berbeda. Dalam observasi ini peneliti tidak diperkenankan mengganggu proses kegiatan belajar mengajar.

4) Refleksi

Tahap refleksi merupakan tahap akhir dari beberapa tahap diatas. Tahap ini dilakukan untuk melihat evaluasi dari terselesaikannya proses kegiatan belaar mengajar. Hasil evaluasi didapatkan dari beberapa langkah diantaranya : ada atau tidaknya teguran guru pada peserta didik yang tidak memperhatikan pembelajaran atau bermain-main saat proses belajar berlangsung dengan kata lain sikap moral yang ditunjukan pada guru, serta sikap moral guru terhadap peserta didik. Hal ini tentu akan menjadi perhatian observer karena dengan itu keberhasilan apa yang telah didapat setelah proses kegiatan belajar selesai, serta kekurangan dan solusi dari permasalahan yang terjadi selama didalam kelas XI IPS 1 SMAN 24 Bandung.

(20)

Untuk memperoleh data penelitian terkait dengan aspek kajian, maka akan digunakan 2 jenis instrumen pengumpulan data yaitu :

1. Tes

Instrumen ini akan digunakan untuk mengumpulkan data tentang kesadaran peserta didik terhadap kedisiplinan didalam kelas. Tes diberikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan seputar kebiasaan didalam kelas untuk mengetahui rutinitas pesertadidik setiap harinya.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi untuk menghimpun data dan informasi tentang langkah-langkah penilaian dalam permasalahan kedisiplinan siswa maupun guru didalam kelas selama proses kegiatan belajar mengajar 5. Analisis Data

Data yang terkumpul dari setiap kegiatan pelaksanaan tindakan terdiri dar 2 jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif didapat dari lembar observasi sedangkan data kuantitatif dari tes (kuesioner).

Analisi dari kedua jenis data tersebut kemudian akan diolah sebagai berikut : 1) Data kuantitatif dianalisi secara statistika sederhana yaitu prosentase

yang nantinya akan dibandingkan dengan kondisi siswa sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan penelitian.

2) Data kualitatif dianalisis secara kualitatif yang akan diperuntukan bagi refleksi selanjutnya

6. Indikator Keberhasilan

(21)

dan akan memudahkannya untuk menjawab soal-soal ketika ujian dilakukan. Sehingga akan sangat tidak mungkin bila masih ada peserta didik yang belum lulus dari KKM mata pelajaran Geografi.

1.8 Daftar Pustaka

Drs. Sriyono,dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA. Jakarta. PT. Melton Putra

Drs. B. Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta. PT. Rineka Cipta

Anonim. 2015. Tersedia: didefinisipengertian.blogspot.co.id/2015/06/definisi-disiplin-pengertian-menurut-ahli.html [diunduh 6 Mei 2016, pukul 14.20]

(22)

Optimalisasi Kedisiplinan saat Kegiatan Belajar Mengajar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik di Kelas XI IPS 1 SMAN 24 Bandung

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Geografi dengan Dosen Pengampu Prof. Dr. Darsiharjo, MS.

Oleh:

Yanuar Firman Ramadhan (1400356)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI

(23)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

Referensi

Dokumen terkait

4.5 Pemanfaatan Lumpur Lapindo dalam prespektif Islam Penelitian dengan judul “sintesis dan karakterisasi zeolit X dari lumpur Lapindo dengan variasi variasi komposisi

Untuk itu dengan adanya kegiatan Festival Layang Layang, yang diadakan oleh bagian pemasaran Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Jawa Barat berharap akan dapat meningkatkan

The book gives a refreshing approach to basic models and algorithms of machine learning, where the focus on constraints nicely leads to dismiss the classic difference

Nakon što se dobiju podaci iz ultrazvučnih senzora i detektira se da li je parkirno mjesto slobodno ili ne, podaci se šalju na Web server. Komunikacija između servera i Raspberry

Selain itu hasil audit juga akanmenggambarkan tingkat kematangan ( Maturity Level ) , tingkat kelengkapan penerapan SNI ISO/IEC 27001:2009 dan peta area tata kelola

Seperti yang telah ditampilkan pada Gambar 2, kerusakan oleh jangkar didefinisikan sebagai faktor terjadinya kerusakan pada pipa bawah laut, dimana akibat

Hal tersebut dikarenakan pada awal-awal komunitas kaskuser ini terbentuk, hanya komunitas kaskuser regional Kalimantan Barat di Yogyakarta lah yang paling aktif dalam mengadakan

Pengertian jaringan optik yang memiliki karakteristik transparan adalah suatu jaringan yang secara lengkap melakukan proses dalam domain optik di seluruh jaringan, dimulai dari