“PENGARUH
METODE MENGAJAR GURU
TERHADAP MINAT
SISWA”
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar mengajardi sekolah, siswa dituntut untuk selalu konsentrasi
dalammenerima materi pembelajaran. Namun banyak faktor yang mempengaruhi
tingkat konsentrasi siswa saat proses pembelajaran. Salah satunya adalah metode
mengajar guru saat menyampaikan materi.Sering kita temui beberapa anak sulit
memahami materi pembelajaran yang sedang
diajarkan.Maka
dari itu, guru dituntut
untuk selalu kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran agar dapat
membangun minat belajar siswa.
Setiap siswa memiliki ketertarikan pada mata pelajaran tertentu yang biasanya
akan berpengaruh terhadap pemahaman siswa dalam mata pelajaran tersebut.
Semakin tinggi ketertarikan dan minat siswa, maka ia cenderung semakin
termotivasi untuk memperhatikan dan akan mudah memahami materi. Sebaliknya,
jika siswa tidak menaruh minat pada mata pelajaran tersebut, maka perhatian siswa
kepada materi yang disampaikan akan sangat berkurang. Jika hal ini terjadi secara
terus menerus tanpa adanya upaya dari pendidik untuk membangkitkan minat
belajar siswa, bisa jadi kebiasaan ini berdampak buruk pada prestasi siswa di
sekolah.
Tiap-tiap guru mempunyai metode mengajar yang berbeda, tergantung pada
karakter dan kreatifitas guru
tersebut.Hal
ini dapat dijumpai di setiap sekolah,
termasuk SMA Negeri 1
Temanggung.Dari
sekitar 50 guru yang ada di SMA Negeri
1 Temanggung, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda
dalam
mengajar.Namun
, tidak semua guru memiliki metode mengajar yang
diharapkan oleh sebagian besar siswa. Apalagi di zaman yang semakin modern
ini,pola pikir siswa sudah semakin maju sehingga mereka menginginkan proses
belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan. Maka dari itu, penulis
memilih tema pengaruh metode mengajar guru terhadap minat belajar siswa ini
agar dapat menginspirasi guru-guru untuk memperbaiki metode mengajar mereka
sehingga dapat meningkatkan semangat belajar siswa.
1.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengaruh metode mengajar guru terhadap minat belajar siswa?
2.
Bagaimana metode mengajar guru yang diharapkan oleh siswa?
3.
Bagaimana cara membangkitkan minat belajar siswa?
1.
Tujuan Penelitian
1.
Mengetahui pengaruh metode mengajar guru terhadap minat belajar siswa.
3.
Mengetahui cara membangkitkan minat belajar siswa.
1.
Manfaat Penelitian
Segi teori
Bagi guru : Memberikan wawasan kepada guru tentang cara mengajar
yangidealdankreatif sehingga dapat membangun minat
belajar siswa.
Bagi siswa : Mengetahui psikologis siswa saat di sekolah terutama saat
proseskegiatan pembelajaran.
Segi praktik
Bagi guru : Mendorong guru untuk mengajar secara kreatif dan efektif agar
dapatmempermudah pemahaman siswa dalam menerima
materi pelajaran.
Bagi siswa :Membantu siswa meningkatkan minat belajar di sekolah.
BAB II
KAJIAN TEORI
1.
Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang
dipergunakan oleh guru atau instruktur. Dalam pengertian lain, metode mengajar
adalah teknik penyajian yang digunakan oleh guru untuk mengajar atau
menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut
dapat ditangkap dan dipahami oleh siswa dengan baik.
Siswa sebagai sasaran pembelajaran dituntut untuk meningkatkan kemampuan
belajarnya sehingga dapat memiliki hasil belajar yang baik agar tujuan pendidikan
dapat
tercapai.Dalam
upaya meningkatkan hasil belajar siswa, maka salah satu
komponen yang perlu mendapat perhatian adalah penggunaan metode mengajar
yang tepat agar siswa dapat menguasai dan memahami konsep-konsep materi
pembelajaran dan keterampilan.
Metode mengajar merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi guru dalam
proses belajar mengajar di sekolah. Menurut Winarno yang dikutip oleh
pelajaran yang diajarkan oleh guru.Djayadisastra (1985:13) mengemukakan bahwa
“berhasil
tidaknya siswa dalam pembelajaran sangat tergantung pada tepat atau
tidaknya metode mengajar yang dipergunakan oleh
guru”.
Beberapa jenis metode mengajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran
antara lain metode ceramah, resitasi, tanya jawab, diskusi, dan sebagainya. Namun,
metode ceramah lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada siswa, sehingga
guru tidak mampu untuk mengontrol sejauhmana siswa telah memahami uraian
pelajaran yang telah diberikan, karena ketenangan atau kediaman siswa dalam
mendengarkan pelajaran belum pasti bahwa siswa telah memahami uraian dari
pelajaran yang diberikan oleh guru. Selain itu metode ceramah yang selalu
digunakan dan terlalu lama dapat menimbulkan kejenuhan dan kebosanan bagi
siswa, sehingga proses pembelajaran tidak berlangsung secara efisien dan tujuan
pembelajaran tidak tercapai sebagaimana yang diharapkan.
2.
Guru
Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan
rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri, dapat
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai
makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri.( Noor Jamaluddin 1978:
1)sedangkan Menurut pepatah jawa, Guru adalah digugu lan ditiru yang berarti
bahwa guru merupakan sosok yang menjadi panutan dan teladan bagi siswanya
agar dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan. Saat ini
sosok guru sudah ikut
“ter
-
reformasi”.
Guru dituntut untuk memiliki ilmu
pengetahuan yang selalu berkembang dan mengikuti kemajuan jaman. Sudah
bukan zamannya lagi guru dengan metode yang kaku, memiliki pengetahuan
terbatas, dan tidak mau terbuka dengan kemajuan teknologi.
3.
Siswa
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, siswa berarti orang atau anak yang
sedang berguru (belajar, bersekolah).Sedangkan menurut Prof. Dr. Shafique Ali
Khan, pengertian siswa adalah orang yang datang ke suatu lembaga untuk
memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan.Seorang pelajar adalah
orang yang mempelajari ilmu pengetahuan untuk meningkatkan intelek dan
moralnya dalam rangka mengembangkan jiwanya dan mengikuti jalan kebaikan.
Siswa atau murid adalah salah satu komponen utama dalam proses
belajar-mengajar. Di dalam proses belajar-mengajar, murid sebagai pihak yang ingin
meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal.
Murid akan menjadi faktor penentu sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu
yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Murid secara kodrati telah
memiliki potensi dan kemampuan-kemampuan
tertentu.Hanya
saja murid itu belum
mencapai tingkat optimal dalam mengembangkan
kemampuannya.Oleh
karena itu,
murid memerlukan bimbingan dari sosok yang dianggap dewasa yang dapat
membantu mengasah dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya secara
optimal.
Dalam proses belajar komunikasi antara guru dengan siswa sangatlah penting,
sebab tanpa adanya komunikasi yang baik proses belajar mengajar tidak akan
berjalan dengan baik pula. Komunikasi merupakan proses penyampaian
informasi-informasi, pesan-pesan, gagasan-gagsan dan pengertian-pengertian, dengan
menggunakan lambing-lambang yang mengandung arti atau makna, baik secara
verbal maupun nonverbal dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang
atau sekelompok orang lainnya dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian
dan atau kesepakatan. (komunikasi dan hubungan masyarakat internasional,
2005:10)
5.
Minat Belajar
Dalam memudahkan pemahaman tentang pengertian minat belajar, maka terlebih
dahulu akan diuraikan pengertian kata minat dan belajar itu sendiri.
1.
Pengertian Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2010:180).The Liang Gie
menyatakan minat berarti sibuk, tertarik, atau terlihat sepenuhnya dengan sesuatu
kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan
itu.Dalam
hal ini, besar kecilnya
minat sangat tergantung pada penerimaan akan suatu hubungan antara diri
seseorang dengan sesuatu di luar dirinya. Seseorang yang berminat terhadap
sesuatu tentu akan lebih memperhatikan dengan perasaan senang tanpa ada
tekanan. Untuk mencapai prestasi yang baik minat menjadi sangat penting, sebab
tanpa adanya minat segala kegiatan akan dilakukan kurang efektif dan efesien.
Dalam percakapan sehari-hari pengertian perhatian dikacaukan dengan minat
dalam pelaksanaan perhatian seolah-olah kita menonjolkan fungsi pikiran,
sedangkan dalam minat seolah-olah menonjolkan fungsi rasa, tetapi kenyataanya
apa yang menarik minat menyebabkan pula kita kita berperhatian, dan apa yang
menyebabkan perhatian kita tertarik minatpun menyertai
kita.”
(Dakir. 1971 : 81)
2.
Pengertian Belajar
Belajar menurut bahasa adalah usaha (berlatih) dan sebagai upaya mendapatkan
kepandaian. Sedangkan menurut istilah belajar adalah sebuah proses perubahan di
dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan
kemampuan-kemampuan yang lain. Berikut ini merupakan pengertian belajar
menurut para ahli:
1.
Ernest H. Hilgard
2.
Nototadmodjo
Belajar adalah usaha untuk menguasai segala sesuatu yang
berguna untuk hidup.
3.
Ahmadi A.
Belajar adalah proses perubahan dalam diri manusia.
4.
Oemar H.
Belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam
diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara berperilaku
yang baru berkat pengalaman dan latihan
5.
Cronbach
Belajar sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam
mengalami itu menggunakan panca indranya
6.
Winkel
Belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilakn perubahan
–
perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, dan sikap-sikap.
Dari penjelasan tentang pengertian minat dan belajar yang telah diuaraikan diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu keinginan atau
ketertarikan yang disertai perhatian dan keaktifan yang akhirnya melahirkan rasa
senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
BAB III
METODE PENELITIAN
1.
MetodePenelitian
1.
Pendekatan Penelitian
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2005: 4). Jenis penelitian ini
peneliti gunakan dengan alasan jenis penelitian ini dirasa mampu memberikan data
atau informasi tentang pengaruh metode mengajar terhadap minat belajar siswa
SMA N 1 Temanggung. Data yang telah diperoleh nantinya akan diolah sehingga
mampu memberikan suatu solusi dan sumbangan pemikiran tentang pengaruh
metode mengajar terhadap minat belajar siswa dikalangan SMA N 1 Temanggung.
2.
Studi Pustaka
Metode studi pustaka adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
denganmencari data dari media cetak atau media elektronik. Metode studi pustaka
ini dilaksanakan oleh penyusun dengan mempelajari secara cermat berbagai buku,
artikel di internet dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan metode
mengajar guru, kemudian penyusun mengambil data yang bersangkutan dengan
tema pengaruh metode mengajar guru terhadap minat siswa, setelah itu penyusun
memasukan data-data tersebut ke dalam laporan penelitian ini.
3.
Angket
Metode angket adalah metode pengumpulan data untuk memperoleh data nyata
dari sample yang akan diteliti dengan membuat pertanyaan seputar tema yang
bersangkutan. Penyusun menggunakan metode angket ini dengan cara membuat
beberapa pertanyaan seputar metode mengajar guru, setelah itu penulis
menyebarkan angket ke siswa-siswi SMA N 1 Temanggung. Kemudian hasil dari
angket tersebut penyusun rekap dan dibuat berupa gambar diagram, dengan
menampilkan presentase pada setiap jawaban yang telah dijawab oleh para
siswa-siswi SMA N 1 Temanggung.
3.1.4. Wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mewawancarai narasumber yang dapat memberi informasi yang berkaitan dengan
tema. Metode ini dilakukan penulis dengan cara membuat beberapa pertanyaan
yang menyangkut tentangmetode mengajar guru, kemudian penyusun mengajukan
pertanyaan yang telah dibuat kepada narasumber. Dalam mengajukan pertanyaan
ini, penyusun melakukannya secara langsung, artinya penyusun berbicara langsung
dengan
narasumber.Dalam
wawancara ini penyusun melakukan wawancara dengan
salah satu guru SMA Negeri 1 Temanggung. Selama wawancara berlangsung
penulis juga menulis jawaban dari narasumber yang kemudian jawaban tersebut
akan dilampirkan dalam laporan penelitian dan juga dijadikan bahan untuk
menyusun pembahasan laporan penelitian ini.
3.2. Penentuan Objek
3.2.1. Populasi
Penelitian mengenai pengaruh gaya mengajar guru terhadap minat
siswadilaksanakan dengan sasaran pupulasi siswa dan siswi SMA N 1
Temanggung.
Ruang sampel pada penelitian ini terbatas pada beberapa siswa dan siswi SMA N 1
Temanggung. Rinciannya adalah kelas X sebanyak 20 murid, kelas XI sebanyak 20
murid, serta Ibu Asih selaku guru mata pelajaran biologi SMA N 1 Temanggung
sebagai narasumber.
3.3.Waktu dan Tempat
3.3.1. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan mulai minggu keempat bulan Januari sampai
minggupertama bulan Maret tahun 2013. Berikut jadwal pembuatan laporan
penelitian
NO
KEGIATAN
JANUARI
FEBRUAR
1
2
3
4
1
2
1
Persiapan
2
Pengumpulan
Data
3
Pengorganisasian
4
Penyuntingan
5
Penyusunan
Laporan
6
Penyajian
3.3.2. Tempat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil Penelitian
1.
Penelitian Berdasarkan Angket
1.
Persentase mengenai pengaruh metode mengajar guru
terhadap minat belajar siswa.
Dari 40 sampel yang telah diteliti, 95% beranggapan bahwa metode mengajar guru
berpengaruh terhadap minat belajar siswa, 2,5% beranggapan bahwa metode
mengajar guru tidak berpengaruh terhadap minat belajar siswa, 2,5% beranggapan
bahwa metode mengajar guru sedikit memengaruhi minat belajar, dan 0% yang
beranggapan kadang-kadang. Jadi lebih dari sebagian sampel beranggapan bahwa
metode mengajar guru berpengaruh terhadap minat belajar siswa.
2.
Persentase mengenai ada tidaknya guru yang tidak disukai
oleh siswa.
3.
Persentase mengenai alasan mengapa siswa tidak menyukai
guru tersebut.
Dari 40 sampel yang diteliti, 25% beralasan guru tersebut membosankan, 25%
beralasan guru tersebut terlalu banyak membahas diluar materi pelajaran, 20%
beralasan tidak sesuai dengan yang diharapkan siswa, 17% beralasan guru tersebut
pilih kasih terhadap siswanya, dan sisanya 13% tidak diiisi. Jadi sebagian besar
siswa beralasan tidak menyukai seorang guru karena membosankan dan terlalu
banyak menjelaskan diluar materi.
4.
Persentase mengenai pengaruh metode mengajar guru
terhadap nilai yang diperoleh siswa.
Dari 40 sampel yang diteliti, 80% siswa beranggapan bahwa metode mengajar
memengaruhi nilai, 10% siswa beranggapan kadang-kadang, 5% siswa
beranggapan tidak, dan 5% siswa lain beranggapan sedikit. Jadi dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar siswa beranggapan bahwa metode mengajar guru
memengaruhi terhadap nilai yang diperoleh.
5.
Persentase mengenai metode guru yang dianggap sesuai
dengan kondisi siswa saat ini.
metode yang sesuai, 7% memilih metode tanya jawab, dan sisanya 3% memilih
metode berdiskusi.
6.
Persentase mengenai tanggapan siswa terhadap metode
bercerita yang digunakan guru.
Dari 40 sampel yang ada, 50% siswa menganggap bahwa metode bercerita dalam
penyampaian materi menarik, 28% menganggap bahwa metode tersebut membuat
paham, 15% siswa menganggap metode tersebut sangat membantu, dan sisanya
7% siswa menganggap metode tersebut tidak sesuai dengan harapan siswa.
2.
Penelitian Berdasarkan Wawancara
Berdasarkan wawancara dengan narasumber, kami peroleh data sebagai berikut:
1.
Nama : Asih Sri Suparni
Pekerjaan : Guru mata pelajaran Biologi SMA N 1 Temanggung
Waktu wawancara : Rabu, 27 Februari 2013 pukul 14.00-14.30 WIB
Metode mengajar yang diterapkan oleh narasumber biasanya sesuai dengan pokok
bahasan atau materi yang sedang diajarkan. Metode-metode itu antara lain adalah
inovasi, diskusi, debat, dan eksperimen. Metode inovasi biasanya diterapkan pada
bab klasifikasi, yaitu dengan mengubah syair sebuah dengan lirik yang
menyangkut materi tersebut. Metode diskusi biasanya diterapkan pada bab
ekosistem. Kemudian, metode debat diterapkan pada bab zat adiktif. Sedangkan
metode eksperimen diterapkan pada bab jamur dan alga. Menurut Ibu Asih, metode
mengajar yang paling diminati siswa tergantung pada kesukaan siswa tersebut
terhadap suatu mata pelajaran. Karena Ibu Asih pernah menemui siswa yang
merasa bosan saat pembelajaran. Beliau berpendapat bahwa kebosanan tersebut
dikarenakan faktor eksternal, contohnya siswa merasa bosan karena sedang sakit
atau sedang mendapatkan masalah di luar sekolah. Namun di sisi lain, apabila
Beliau menemui seorang siswa yang terus menerus bosan saat menerima
pembelajaran, dan hal tersebut mengganggu jalannya proses KBM, maka Beliau
akan berusaha mendekati siswa tersebut dan mencari tahu apa penyebab
kebosanannya dengan cara yang halus. Untuk meningkatkan minat belajar siswa,
Ibu Asih akan memberikan motivasi agar siswa lebih bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran. Ibu Asih mendeteksi minat seorang siswa terhadap mata
pelajaran yang diampu Beliau dari nilai-nilai yang diperoleh siswa. Metode
2.
Pembahasan
1.
Pengaruh metode mengajar guru terhadap minat belajar
siswa
Setiap guru memiliki metode mengajar yang berbeda. Metode yang diterapkan
tersebut akan menimbulkan pengaruh yang berbeda pula bagi minat belajar siswa.
Metode mengajar guru di kelas dapat meningkatkan semangat belajar siswa dan
membantu mereka dalam menangkap materi pelajaran yang disampaikan. Sehingga
pengetahuan mereka akan semakin luas karena dapat memahami materi dengan
baik. Dengan metode mengajar yang ideal dan bervariasi, akan mengurangi
kebosanan dan kemalasan siswa dalam belajar, serta otak akan lebih fresh dalam
proses pembelajaran berlangsung. Di lain sisi, ada pula metode mengajar guru
SMA N 1 Temanggung yang kurang ideal sehingga menimbulkan dampak yang
kurang baik bagi siswa. Dengan metode yang kurang ideal tersebut, siswa
cenderung tidak bersemangat mengikuti pelajaran di kelas. Maka, proses
pemahaman siswa akan terhambat sehingga akan berpengaruh terhadap prestasi
mereka di sekolah. Dengan metode mengajar yang monoton juga akan membuat
siswa bosan dan mengantuk saat proses pembelajaran. Dari pemaparan tersebut,
penulis membenarkan bahwa metode mengajar guru akan berpengaruh terhadap
minat dan prestasi belajar siswa siswi SMA N 1 Temanggung.
2.
Metode mengajar yang diharapkan siswa
Setiap siswa tentunya mengharapkan metode mengajar yang diterapkan guru dalam
proses belajar mengajar sesuai dengan gaya belajar mereka. Namun,
masing-masing siswa memiliki gaya belajar yang berbeda, sehingga guru tidak mungkin
akan menerapkan berbagai macam metode mengajar dalam satu pertemuan
sekaligus. Hal itulah yang mendorong seorang guru untuk mengupayakan metode
mengajar yang tepat bagi siswa dalam pembelajaran di
kelas.Maka
dari itu guru
dituntut untuk selalu kreatif dalam mengajar agar dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang efektif dan
kondusif.Ada
berbagai metode yang dapat
diterapkan. Salah satunya yang paling diminati siswa yaitu metode bercerita.
Berdasarkan survei, metode bercerita sangat diminati siswa karena sangat menarik
dan membuat paham siswa dengan materi yang diajarkan. Namun, guru juga dapat
menerapkan lebih dari satu metode. Dalam proses belajar mengajar di SMA N 1
Temanggung, sebagian guru telah menerapkan beberapa metode mengajar yang
sesuai dengan harapan siswa. Hasil dari penerapan variasi metode mengajar
tersebut dapat meningkatkan minat belajar siswa di kelas sehingga mereka meraih
prestasi yang baik.
4.2.3. Cara meningkatkan minat belajar siswa
Untuk meningkatkan minat belajar siswa, guru dituntut agar kreatif dalam
menerapkan metode mengajar yang menarik. Selain itu, guru juga dapat
memberikan motivasi kepada siswa agar lebih bersemangat dalam menerima
SIMPULAN DAN SARAN
1.
Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa metode
mengajar guru dapat memengaruhi minat siswa terhadap suatu mata pelajaran.
Sedangkan metode mengajar yang tidak sesuai dapat membuat siswa tidak paham
dengan materi yang diajarkan sehingga memengaruhi nilai yang diperoleh siswa.
Setiap guru memiliki metode mengajar yang berbeda. Ada banyak sekali metode
mengajar yang dapat digunakan oleh guru seperti metode ceramah, resitasi, tanya
jawab, diskusi dan lain sebagainya yang bisa disesuaikan dengan kondisi, situasi
maupun tipe siswa yang diajar.
2.
Saran
Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik maka dapat dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
1.
Menggunakan metode mengajar yang sesuai. Salah satunya yang paling
diminati siswa yaitu metode bercerita.
2.
Adanya usaha untuk memahami materi yang diajarakan dan mengikuti
pembelajaran dengan metode yang digunakan (bagi siswa).
3.
Adanya rasa saling pengertian antara guru dan murid.
4.
Adanya sikap saling menghargai antara guru dan murid.
DAFTAR PUSTAKA
Djajadisastra, J.1985. Metode-Metode Mengajar.Bandung:Angkasa
Gie,
Liang.1998.“Introduction
to The Study of Public Administration”. Dalam
http://grahacendikia.wordpress.com/2009/04/23/minat-belajar-siswa. Di unduh 4
januari 2013.
Rudi, T. May .2005.komunikasi dan hubungan masyarakat
internasional.Jakarta:
Refika AditamaSlameto.2010
.Author.Jakarta:Rineka Cipta
Golong an Umur
Perkotaan
Tidak/Belum Pernah Sekolah Masih Sekolah Tidak Sekolah L
2000 2 2001 3 2002 4 2003 2004 20
1 Termasuk pendidikan nonformal
(Paket A, Paket B, atau Paket C)
2 Tidak termasuk D.I.
Aceh dan Maluku
3 Tidak termasuk
D.I. Aceh
4 Tidak termasuk Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD), Maluku, Maluku Utara, dan Papua
[Diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS]
Data dikutip dari publikasi
Statistik Indonesia
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengembangan
sumberdaya manusia
mulailah menggunakan sebuah pertanyaan ketika mulai menulis. Misalnya "Bagaimana cara meningkatkan SDM untuk mencapai prestasi pendidikan?" atau "apa saja faktor yang mempengaruhi SDM dalam
meningkatkan prestasinya?", dll. 2. buat kerangka tulisannya
3. gunakan beberapa refresi yang berkaitan. terima kasih.
Pengembangan sumber daya manusia dalam suatu organisasi khususnya pendidikan madrasah diniyah, sangat penting dalam rangka mencapai suatu tujuan bersama. Pengembangan sumber daya manusia merupakan bentuk investasi. Oleh karena itu, pelaksanaan pengembangan SDM perlu
memperhatikan faktor-faktor baik dalam diri organisasi itu sendiri maupun di luar organisasi yang bersangkutan yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Diantara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Faktor internal disini mencakup keseluruhan kehidupan
organisasi/lembaga yang dapat dilakukan, baik pimpinan maupun anggota organisasi yang bersangkutan.
a. Misi dan Tujuan Organisasi
Setiap organisasi mempunyai misi dan tujuan yang ingin
dicapainya. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan perencanaan yang baik dan implementasinya secara tepat. Untuk itu diperlukan kemampuan tenaga sumber daya manusia melalui pengembangan sumber daya manusia. b. Strategi Pencapaian Tujuan
Misi dan tujuan organisasi mungkin sama dengan organisasi lain,
tetapi strategi untuk mencapai misi dan tujuan tersebut dapat berbeda. Oleh karenanya, kemampuan karyawan diperlukan dalam memperkirakan dan mengantisipasi keadaan di luar, sehingga strategi yang disusun dapat memperhitungkan dampak yang akan terjadi di dalam organisasinya. Secara tidak langsung hal ini dapat mempengaruhi pengembangan sumber daya menusia dalam organisasi.
c. Sifat dan Jenis Tujuan
Sifat dan jenis kegiatan organisasi sangat penting terhadap
yang kegiatannya memerlukan inovasi dan kreativitas. d. Jenis Teknologi yang digunakan
Pengembangan organisasi diperlukan untuk mempersiapkan tenaga dalam mengoperasikan teknologi atau mungkin terjadinya otomatisasi kegiatan-kegiatan yang semula dilakukan oleh manusia. 2. Faktor Eksternal
Organisasi itu berada di dalam lingkungan dan tidak lepas dari
pengaruh lingkungan di mana organisai itu berada, agar organisasi itu dapat
melaksanakan misi dan tujuannya maka harus memperhitungkan faktor-faktor lingkungan atau faktor-faktor eksternal organisas. Diantara faktor-faktor
tersebut adalah kebijakan pemerintah, sosial budaya masyarakat, perkembanagn ilmu pengetahuan dan teknologi.
a.. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan-kebijakan pemerintah baik yang dikeluarkan melalui
perundang-undangan, peraturan-peraturan pemerintah, surat keputusan menteri maupun pejabat pemerintah merupakan arahan yang harus diperhitungkan oleh organisasi. Kebijakan-kebijakan tersebut akan mempengaruhi program-program pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi yang bersangkutan.
b. Sosio Budaya Masyarakat
Faktor sosio budaya masyarakat tidak dapat diabaikan oleh suatu
organisasi. Hal ini dapat dipahami karena suatu organisasi apapun didirikan untuk kepentingan masyarakat yang mempunyai latar belakang sosio budaya yang berbeda-beda. Oleh sebab itu dalam mengembangkan sumber daya manusia dalam suatu organisasi faktor eksternal perlu dikembangkan. c. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di luar organisasi dewasa ini telah sedemikian pesatnya. Organisasi yang baik harus mengikuti arus tersebut dan harus mampu memilih teknologi yang tepat. Oleh karena itu, kemampuan karyawan organisasi harus diadaptasikan dengan kondisi tersebut.
Selain itu, faktor-faktor tersebut dapat menunjang suatu
keberhasilan yang maksimal apabila suatu diklat atau pelatihan dan pendidikan tersebut anadaya suatu partisipasi yang sangat baik dalam diri peserta, fokus pelatihan yang sangat efektif, proses yang memadai, biaya yang ringan, motivasi, serta hasil atau out came yang sangat bagus bagi peserta setelah pelaksanaan diklat atau pendidikan dan pelatihan.
Pengertian sumber daya manusia dan penerapannya sering kali masih belum
sejalan dengan keinginan organisasi. Sementara keselarasan dalam mengelola
SDM menjadi faktor utama kesuksesan jalannya sebuah organisasi. Lalu sumber
daya yang bagaimana yang perlu dikembangkan agar tujuan organisasi bisa
tercapai dengan baik?
1. Sonny Sumarsono (2003, h 4), Sumber Daya Manusia atau human recources
mengandung dua pengertian. Pertama, adalah usaha kerja atau jasa yang dapat
diberikan dalam proses produksi. Dalam hal lain SDM mencerminkan kualitas usaha
yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang
dan jasa. Pengertian kedua, SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu
melakukan kegiatan yang mempunyai kegiatan ekonomis, yaitu bahwa kegiatan
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau
masyarakat.
2. Mary Parker Follett Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu seni untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk
melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak
melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.
Definisi ini, yang dikemukakan oleh Mary Parker Follett, mengandung arti bahwa
para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang
lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlakukan, atau dengan kata
lain dengan tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.
Manajemen memang dapat mempunyai pengertian lebih luas dari pada itu, tetapi
definisi di atas memberikan kepada kita kenyataan bahwa kita terutama mengelola
sumber daya manusia bukan material atau finansial.
Di lain pihak manajemen mencakup fungsi-fungsi perencanaan (penetapan apa
yang akan dilakukan), pengorganisasian (perencanaan dan penugasan kelompok
kerja), penyusunan personalia (penarikan, seleksi, pengembangan, pemberian
kompensasi, dan penilaian prestasi kerja), pengarahan (motivasi, kepemimpinan,
integrasi, dan pengelolaan konflik) dan pengawasan.
3. M.T.E. Hariandja (2002, h 2) Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor yang lain seperti
modal. Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi organisasi.
4. Mathis dan Jackson (2006, h.3) SDM adalah rancangan sistem-sistem formal
dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara
efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.
kinerja usaha yang optimal termasuk kebijakan pengembangan dan proses untuk
mendukung strategi.
5. Hasibuan (2003, h 244) Pengertian Sumber Daya Manusia adalah kemampuan
terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya
dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya
dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
SDM terdiri dari daya fikir dan daya fisik setiap manusia. Tegasnya kemampuan
setiap manusia ditentukan oleh daya fikir dan daya fisiknya. SDM atau manusia
menjadi unsur utama dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Peralatan yang handal
atau canggih tanpa peran aktif SDM, tidak berarti apa-apa. Daya pikir adalah
kecerdasan yang dibawa sejak lahir (modal dasar) sedangkan kecakapan diperoleh
dari usaha (belajar dan pelatihan). Kecerdasan tolok ukurnya Intelegence Quotient
(IQ) dan Emotion Quality (EQ).
Share this article:
Cara Meningkatkan Prestasi Belajar yang Rendah
Permasalahan utama yang dihadapi dunia pendidikan dewasa ini adalah Rendahnya Prestasi
Belajar siswa. Hal ini merupakan sebuah koreksi bagi kinerja dunia pendidikan, khususnya
para pegiat pendidikan. Kita memang sangat terenyuh melihat kenyataan rendahnya prestasi
belajaar para siswa kita. Ini mencerminkan proses pendidikan dan pembelajaran yang gagal.
Terkait dengan kondisi tersebut, maka setidaknya kita perlu melakukan introspeksi
terhadap segala hal yang telah kita perbuat untuk proses pendidikan anak bangsa. Bahwa
pendidikan dilakukan pada 3 (tiga) tempat yang paling utama, yaitu di rumah, di sekolah,
dan di masyarakat. Oleh karena itulah, jika kita mendapati kenyataan jelek yaitu rendahnya
prestasi belajar siswa, maka sebenarnya merupakan tanggungjawab bersama tiga aspek
tersebut. Tentunya sebagai akibat rendahnya prestasi belajar siswa, maka kualitas sumber
daya manusia (SDM) juga terpengaruh. Hal ini karena adanya keterkaitan nyata antara
prestasi belajar dengan kualitas sumber daya manusia. Siswa yang berprestasi
mencerminkan sumber daya manusia yang berkualitas, sementara siswa yang tidak
berprestasi atau rendah prestasinya menunjukkan sumber daya manusia yang berkualitas
rendah juga.
Terkait dengan hal tersebut, maka perlu kiranya kita secara intens dan bersama -sama
rendahnya prestasi belajar siswa sehingga merasa terpuruk dan enggan beranjak dari kondisi
tersebut. Untuk hal tersebut kita perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
Proses Pembelajaran Harus Efektif
Rendahnya prestasi belajar siswa sebenarnya merupakan satu pukulan telak ya ng diterima
oleh guru dan dunia pendidikan. Ini merupakan satu kondisi yang memalukan dan harus
segera ditindak-lanjuti dengan penanganan efektif. Untuk hal tersebut, maka guru
seharusnya benar-benar memaksimalkan proses pembelajaran sehingga materi dan target
dapat dicapai secara maksimal dan efektif. Dengan demikian, maka kualiats SDM dapat
dipertahankan, bahkan ditingkatkan secara signifikan.
Efektifitas proses pembelajaran pada jaman sekarang sangat tergantung pada tingkat
kebersamaan siswa dalam melaksanakan tugas dan kewajiban belajarnya. Jika tidak, maka
segala upaya yang kita lakukan sama sekali tidak berguna untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Ini merupakan kewajiban untuk mengangkat rendahnya prestasi
belajar siswa.
ü Siswa Harus Berperan Aktif Dalam Proses Pembelajaran
Konsep pembelajaran beralih secara signifikan pada proses pembelajarannya, dimana pada
jaman dahulu, konsepnya menempatkan guru sebagai pusat belajar, maka sekarang siswa
adalah pusat belajarnya. Artinya untuk meningkatkan rendahnya prestasi belajar siswa,
maka siswa seharusnya memposisikan diri sebagai pusat kegiatan, sehingga setiap kegiatan
belajar adalah bagian kegiatannya. Siswa harus terlibat dan berperan secara aktif dalam
proses pembelajaran. Mereka tidak boleh hanya menunggu perintah atau menjadi
pendengar setia dari proses pembelajaran di kelasnya. Mereka harus mengambil peranan
secara aktif. Jika mereka mengambil peranan aktif dalam proses pembelajaran, maka
rendahnya prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan. Siswalah yang sesungguhnya
menentukan keberhasilan belajarnya. Jika mereka aktif belajar, maka tingkat
keberhasilannya semakin bagus
Peranan Orangtua Pada Belajar Anak-anaknya
Orangtua atau keluarga adalah tempat belajar siswa untuk pertama kalinya. Sejak kecil,
mereka berada di lingkungan keluarga sehingga mereka secara langsung melakukan proses
belajar. Siswa belajar dari orang-orang yang berada di sekitarnya sehingga mempunyai
kemampuan melakukan sesuatu. Dengan demikian, sebenarnya orangtua mempunyai
Seringkali terjadi, orangtua menyerahkan sepenuhnya proses pendidikan dan pembelajaran
anak-anaknya kepada sekolah. Mereka merasa dunia pendidikan mempunyai kemampuan
untuk memberikan proses pendidikan dan pembelajaran yang dibutuhkan anak-anaknya da
tidka perlu ditambah di rumah. Akibatnya adalah rendahnya prestasi belajar anak -anak
sebab tidak ada bimbingan di rumah.
ü Masyarakat Sebagai Tempat Belajar Siswa
Lingkungan terakhir yang menjadi tempat belajar anak-anak adalah lingkunganmasyarakat.
Di lingkungan inilah, banyak waktu yang dihabiskan anak. Mereka bergerak dan
bersosialisasi dengan banyak orang sebagai wujud dirinya m akhluk sosial. Dengan demikian,
maka semakin berkurang waktu yang mereka miliki untuk belajar. Dan, dalam konteks inilah
yang selanjutnya menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa.
Anak-anak kehilangan waktu untuk belajar sebab terlalu asyik dengan interaksi antar
personal di masyarakat. Mereka tidak pernah belajar sebab kegatan di masyarakat jauh lebih
menarik perhatian mereka daripada sekedar belajar di depan meja belajar. Dalam kondisi
inilah, maka seharusnya
masyarakat menerapkan tugas dan kewajibannya terhadap proses belajar anak -anak.[1]
Dunia pendidikan kita ditandai oleh disparatis antara pencapaian academic standard dan
performance standard. Faktanya, banyak peserta didi k menyajikan tingkat hafalan yang baik
terhadap materi ajar yang diterimanya, namun pada kenyataannya mereka tidak
memahaminya. Sebagian besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara apa
yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunkan atau
dimanfaatkan. Peserta didik memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagai
mana mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode
ceramah. Padahal mereka sangat butuh untuk dapat memahami kon sep-konsep yang
berhubungan dengan tempat kerja dan masyarakat umumnya di mana mereka akan hidup
dan bekerja.
Disparitas terjadi karena pembelajaran selama ini hanyalah suatu proses pengondisian
-pengondisian yang tidak menyentuh realitas alami. Pembelajara n berlatar realitas artificial.
Aktivitas kegiatan belajar mengajar selama ini merupakan pseudo pembelajaran. Terdapat
jarak cukup jauh antara materi yang dipelajari dengan peserta didik sebagai insan yang
Sebagai medium pendekat antara materi dan peserta didik pada pembelajaran artificial
adalah aktivitas mental berupa hafalan. Pembelajaran lebih menekankan memorisasi
terhadap materi yang dipelajari daripada struktur ya ng terdapat di dalam materi itu.
Pembelajaran seperti ini melelahkan dan membosankan. Belajar bukan manifestasi
kesadaran dan partisipasi, melainkan keterpaksaan dan mobilisasi. Dampak psikis ini tentu
kontraproduktif dengan hakikat pendidikan itu sendiri yaitu memanusiakan manusia atas
seluruh potensi kemanusiaan yang dimiliki secara kodrati.
Pembelajaran seharusnya menjadi aktivitas bermakna yakni pembebasan untuk
mengaktualisasi seluruh potensi kemanusiaan, bukan sebaliknya. Seiring dengan
pengembangan filsafat kontruktivisme dalam pendidikan selama dekade ini, muncul
pemikiran kritis merenovasi pembelajaran bagi anak bangsa negeri ini menuju pembelajaran
yang berkualitas, humanis, organis, dinamis, dan kontruktif. Salah satu pemikiran kritis itu
dan salah satu upaya yang dapat dikembangkan oleh sekolah adalah pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif,efektif dan menyenangkan atau PAIKEM.
Pembelajaran
menunjuk pada proses belajar yang menempatkan peserta didik sebagai center stage
performance. Pembelajaran lebih menekankan bahwa peserta didik sebagai makhluk
berkesadaran memahami arti penting interaksi dirinya dengan lingkungan yang
menghasilkan pengalaman adalah kebutuhan. Kebutuhan baginya mengembangkan seluruh
potensi kemanusiaan yang dimilikinya.
Aktif
Pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakangagasan. Belajar memang merupakan
proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pas if yang
hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif adalah
proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik. Dinamika untuk
mengartikulasikan dunia idenya dan mengkonfrontir ide itu dengan dunia realitas y ang
dihadapinya.
Inovatif
pembelajaran merupakan proses pemaknaan atas realitas kehidupan yang dipelajari. Makan
itu hanya bisa dicapai jika pembelajaran dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang member
kesempatan kepada peserta didik menemukan sesuatu melalui aktivitas belajar yang
Kreatif
pembelajaran harus menumbuhkan pemikiran kritis, karena dengan pemikiran seperti itulah
kreativitas bisa dikembangkan. Pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif yang
melibatkan evaluasi bukti. Kreativitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan
cara baru dan tak biasa serta menghasilkan solusi unik atas suatu problem.
Efektif
Pembelajaran efektif adalah jantungnya sekolah efektif. Efektivitas pembelajaran merujuk
pada berdaya dan berhasil guna seluruh komponen pembelajaran yang diorganisir untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran efektif mencakup keseluruhan tujuan
pembelajaran baik yang berdimensi mental, fisik, maupun sosial. Pembelajaran efektif
e udahka peserta didik elajar sesuatu ya g er a faat .
Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran dengan suasana socio emotional climate
positif. Peserta didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah de rita
yang didera dirinya, melainkan berkah yang harus disyukurinnya. Belajar bukanlah tekanan
jiwa pada dirinya, namun merupakan panggilan jiwa yang harus ditunaikannya.
Pembelajaran menyenangkan menjadikan peserta didik ikhlas menjalaninya. Pembelajaran
PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu peserta
didik membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman
(pengetahuan lain) yang telah dimiliki dan dikuasai peserta didik. Peserta didik dibelajarka n
bagaimana mereka mempelajari konsep dan bagaimana konsep tersebut dapat dipergunakan
di luar kelas. Praktik PAIKEM membutuhkan kemampuan teoritik dan praktik. Kemampuan
teoritik meliputi arti belajar, dukunagn teoritis, model pembelajaran, dan pembelajar an
kontekstual. Kemampuan praktik adalah mempraktikan metode -metode PAIKEM.
PAIKEM sebagai proses learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live
together mendorong terciptanya kebermaknaan belajar bagi peserta didik. Aspek
pengetahuan-pengetahuan tersebut penting sebagai landasan bagi guru maupun calon guru
berpikir logis dan bertindak profesional atas profesinya. Bertolak pada kebutuhan
pendidikan di era global dan tuntutan profesionalisme kependidikan, metode bertajuk
PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan) proses dan hasil belajar
peserta didik diharapkan akan meningkat. Dengan meningkatnya proses dan hasil belajar
maka diharapkan kualitas pendidikan juga akan meningkat martabat bangsa kita.[2]
[2]www.kompasiana.comv
LATAR BELAKANG DAN SEJARAH BERDIRINYA RUMAH PINTAR AL-BAROKAH
Sebagai subsistem pendidikan nasional, pendidikan nonformal dihadapkan pada dua tantangan besar pembangunan pendidikan nonformal, yakni pertama, bagaimana pendidikan nonformal mampu melaksanakan komitmen nasional untuk membenahi dan mengembangkan mutu pendidikan; dan kedua, bagaimana pendidikan nonformal mampu berperan efektif membantu menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat lapisan bawah, yang memiliki berbagai keterbatasan dan ketidakberdayaan secara struktural maupun kultural akibat geologis maupun sosio-demografis. Pendekatan untuk selalu mengintegrasikan aspek mutu dalam merancang dan mengembangkan program-program pendidikan nonformal serta melibatkan seluruh stakeholder pendidikan merupakan strategi untuk menjawab tantangan tersebut, karena bagi pendidikan nonformal, program-program yang tidak mempertimbangkan mutu tidak akan efektif dilaksanakan.
Hingga saat ini, pendidikan nasional di Indonesia masih menghadapi tiga tantangan besar yang kompleks. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua, untuk mengantisipasi era global dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja global. Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan/keadaan daerah dan peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat. Selain itu, pendidikan nasional juga masih dihadapkan pada beberapa permasalahan yang menonjol yaitu: (1) masih rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan; (2) masih rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan; dan (3) masih lemahnya manajemen pendidikan, di samping belum terwujudnya kemandirian dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi di kalangan akademis.
Tentunya hal ini menjadi tantangan dan pekerjaan rumah kita bersama bagi warga masyarakat yang tinggal di Tatar Pasundan ini. Sehingga perlu adanya suatu penggerakan dan pemberdayaan masyarakat agar mau ikut berpartisipasi aktif dalam rangka mencapai indeks IPM yang telah ditargetkan.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Suzanne Kindervatter (1979) yang mengemukakan pendapatnya tentang pemberdayaan adalah setiap upaya dalam pendidikan yang bertujuan membangkitkan kesadaran, pengertian dan kepekaan warga belajar terhadap perkembangan sosial ekonomi dan atau politik sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya di dalam masyarakat. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia karena hanya dengan pendidikan seseorang mampu menghadapi persaingan di segala aspek kehidupannya.
Pendidikan Non Formal sebagaimana yang tercantum di dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yaitu :
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan yang diselenggarakan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstrukur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional (UU. Sisdiknas, 2004 : 23-2)
Dari penjelasan di atas Pendidikan Luar Sekolah memiliki peran yang urgen di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlangsung semakin cepat menimbulkan kebutuhan yang beraneka ragam dalam hal peralihan informasi, pengetahuan serta keterampilan guna pengembangan potensi peserta didik dengan menyeimbangkan antara pengetahuan dan keterampilan fungsional.
Satuan pendidikan Nonformal seperti PKBM, sanggar belajar, pondok pesantren, padepokan,
dan penyelenggara kegiatan pendidikan lainnya seperti Rumah Pintar dan lain
sebagainya mempunyai kapasitas dalam pengembangan pendidikan nonformal yang merupakan bagian penting dari program pembangunan pendidikan dan pembangunan masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan nonformal merupakan usaha sadar yang disengaja untuk membantu masyarakat agar mereka dapat mengubah sikap dan prilaku membangun serta dapat menggunakan sikap dan prilaku tersebut dalam meningkatkan taraf hidupnya.
Spektrum layanan pendidikan secara komprehensif lebih memungkinkan dilakukan melalui pendidikan nonformal. Argumentasi konseptual-teoritik dan faktual-empiriknya adalah karena menurut perspektif pendidikan nonformal, pendidikan tidak berakhir pada saat berakhirnya pendidikan sekolah atau formal, akan tetapi dia merupakan suatu proses sepanjang hayat yang mencakup keseluruhan kurun waktu hidup seorang individu, termasuk melalui pendidikan non formalyang mengarah pada upaya untuk menumbuhkan masyarakat gemar belajar (learning society).
Masyarakat gemar belajar dapat terwujud apabila setiap warga masyarakat selalu mencari dan menemukan sesuatu yang baru dan bermakna, meningkatkan kemampuan, dan mengembangkan dan melalui kegiatan belajar. Kegiatan belajar telah menjadi kebutuhan hidup dan kebiasaan masyarakat. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh setiap warga masyarakat tidak terbatas hanya untuk mengetahui atau belajar sesuatu (learning how to learn), tidak pula belajar hanya untuk, memecahkan masalah yang timbul dalam kehidupan (learning how to solve problems). Kegiatan belajar yang mereka lakukan terarah untuk kepentingan dan kemajuan
kehidupannya (learning how to be), belajar untuk melakukan sesuatu (learning how to do), dan belajar untuk hidup bersama (learning how to live together). Masyarakat gemar belajar akan sekaligus menjadi prasyarat bagi tumbuhnyamasyarakat terdidik (educated society).
1. Meningkatkan minat baca, mengembangkan potensi kecerdasan anak, pengenalan teknologi melalui pembelajaran di 4 sentra.
2. Mengembangkan dan memberdayakan keterampilan masyarakat berbasis potensi lokal melalui sentra kriya.
3. Memacu kreativitas masyarakat guna mempertahankan dan melestarikan budaya lokal.
4. Menumbuhkembangkan kemampuan berwirausaha berbasis potensi lokal.
5. Meningkatkan taraf hidup keluarga.
Pada penyelenggaraan rumah pintar, program pelaksanannya menggunakan sistem sentra yang terdiri dari :
1. Sentra Buku yaitu pusat penyediaan dan pelayanan buku- buku bacaan. Kegiatan di sentra buku bertujuan untuk mengenalkan anak dengan buku, membangun minat baca dan menambah cakrawala pengetahuan anak. Contoh kegiatannya adalah:
a. Persiapan membaca, menulis serta berhitung untuk anak pra sekolah;
b. Menulis surat, membuat puisi dan cerita, menyusun kata serta mencocokkan gambar untuk anak
yang sudah bisa baca tulis;
2. Sentra Komputer, yaitu pusat penyediaan dan pelayanan permainan edukatif bagi tumbuh kembang anak. Kegiatan di sentra ini menyuguhkan fasilitas pembelajaran dengan pendekatan yang menyenangkan, sehingga anak dapat menggali pengetahuan dan mengembangkan semua potensi kreatif yang dimilikinya.
3. Sentra Panggung, yaitu pusat penyediaan dan pelayanan ruang beraktivitas dan berkreasi bagi anak dan masyarakat berupa tempat pentas dan tempat pemutaran tayangan informasi edukatif digital. Kegiatan pembelajaran di sentra ini dirancang untuk merangsang beragam eksplorasi sehingga dapat
e i u kreatifi tas, ke era ia da spo ta itas erekspresi.
4. Sentra Komputer, yaitu pusat penyediaan dan pelayanan teknologi komunikasi dan informasi agar masyarakat melek teknologi. Kegiatan di sentra komputer bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada anak tentang teknologi informasi dan dapat bermain sambil belajar dengan menggunakan komputer.
5. Sentra Kriya, yaitu pusat penyediaan dan pelayanan keterampilan dan kecakapan hidup lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kegiatan di sentra kriya merupakan sarana pemberdayaan masyarakat yang difokuskan untuk memberikan keterampilan hidup dan vokasional peserta dalam berkarya sambil bekerja sehingga dapat menumbuhkan sikap kewirausahaan yang mandiri.
terlayaninya pendidikan bagi anak-anak usia 0-6 tahun, serta belum optimalnya layanan bagi usia remaja dan usia dewasa dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kecakapan hidup masyarakat. Untuk itu maka, setelah melihat dan mengamati kondisi masyarakat di Dusun Batu Karut Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang tersebut sebagai suatu langkah solusi yang nyata adalah kami memberanikan diri untuk mendirikan dan melembagakan Rumah Pintar Al-Barokah. Adapun program rumah pintar melalui sistem sentra yaitu sebagai berikut :
1. Sentra Buku 2. Sentra Bermain 3. Sentra Panggung 4. Sentra Komputer 5. Sentra Kriya
6. Sentra Peningkatan Mutu PAUDNI
B. MEKANISME LAYANAN
Rumah Pintar Al Barokah mempunyai mekanisme layanan sebagai berikut:
1. Rumah Pintar dibuka umum.
2. Pelayanan dibuka setiap hari dengan waktu libur ditentukan oleh masing-masing Rumpin.
3. Memiliki program kegiatan yang terencana untuk masing-masing kelompok sasaran (anak-anak,
remaja, kaum perempuan dan lansia).
4. Waktu layanan berlangsung 2 jam/perhari dan bersifat fleksibel.
5. Kegiatan dilakukan selama 3-4 bulan dalam 1 kali putaran/periode.
6. Dilakukan evaluasi perkembangan peserta didik setiap akhir program.
7. Memperhatikan rasio antara tutor dan peserta didik.
8. Bersifat proaktif ke masyarakat.
C. KUALIFIKASI PENGELOLA
Rumah Pintar Al Barokah mempunyai persyaratan kualifikasi pengelola sebagai berikut:
1. Sehat jasmani dan rohani
2. Berkelakuan baik
3. Minimal berpendidikan S1
4. Memiliki jiwa kepemimpinan
6. Mampu bekerjasama dengan seluruh pengurus Rumah Pintar
7. Mampu mengatur tutor dalam melaksanakan tugas
8. Bersama dengan tutor membuat perencanaan kegiatan pembelajaran di Rumah Pintar
9. Mampu menjalin kerjasama dengan pihak lain untuk peningkatan dan pengembangan Rumah Pintar
10. Bersama dengan penanggung jawab dan tutor, membuat laporan kegiatan di Rumah Pintar untuk
dilaporkan kepada SIKIB setiap 6 bulan sekali.
D. KUALIFIKASI TUTOR
Rumah Pintar Al Barokah mempunyai persyaratan kualifikasi tutor sebagai berikut:
1. Sehat jasmani dan rohani
2. Berkelakuan baik
3. Memiliki kemampuan memberikan bimbingan, pembelajaran atau latihan pada warga belajar
4. Mampu mengoperasikan komputer
5. Mempunyai motivasi atau semangat yang tinggi
6. Memiliki daya kreativitas yang tinggi
7. Mencintai dunia anak
8. Memiliki kemampuan untuk membuat program pembelajaran atau kegiatan
9. Memiliki kemampuan untuk mengevaluasi dan membuat laporan perkembangan peserta didik atau
warga belajar.
10. Dapat bekerja dalam tim.
E. KONSEP PEMBELAJARAN
Rumah Pintar Al Barokah mempunyai konsep pembelajaran sebagai berikut:
1. Joyful Learning dan Meaningful Learning
2. Development Appropriate Practice
3. Pendekatan Tematik
5. Integrated Learning
F. ACUAN OPERASIONAL
Rumah Pintar Al Barokah mempunyai acuan operasional mencakup; (1) panduan teknis pengelola dan tutor rumah pintar dan (2) Berbagai sumber dan literatur yang mendukung sesuai dengan kebutuhan program.
G. LUAS GARAPAN
Rumah Pintar Al Barokah mempunyai luas garapan/sasaran khususnya semua warga Dusun Batu Karut Desa Cibeureum Wetan, Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang sedangkan sasaran umumnya masyarakat luas.
H. VISI DAN MISI RUMAH PINTAR AL BAROKAH
1. Visi RUMAH PINTAR AL BAROKAH.
Terwujudnya masyarakat yang lebih cerdas, agamis, terampil, mandiri, produktif yang pada gilirannya dapat meningkatkan taraf hidup dan hidup harmonis, serta selalu mengembangkan potensi diri.
2. Misi RUMAH PINTAR AL BAROKAH.
Mengembangkan serta memfasilitasi usaha-usaha pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat secara dinamis sesuai dengan kebutuhan setempat, serta memobilisasi sumber daya dan partisipasi masyarakat (baik komunitas tersebut maupun masyarakat luas) dalam upaya mendukung penyelenggaraan program pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat Untuk:
1. Meningkatkan minat baca masyarakat
2. Mengembangkan keterampilan masyarakat berbasis potensi lokal
3. Mengembangkan potensi anak usia dini
4. Mengenalkan teknologi dan informasi
5. Melestarikan budaya setempat
I. PENGELOLAAN RUMAH PINTAR
1. Jenis program.
3. Pembinaan Teknis. a. Perencanaan
Hal-hal yang disiapkan oleh pengelola RUMAH PINTAR dalam penyelenggaraan
programRUMPIN antara lain :
1) Mengidentifikasi kebutuhan belajar masyarakat.
2) Menyusun prioritas program masing-masing bidang
3) Merekrut calon warga belajar dan tutor yang sebagian besar berasal dari masyarakat.
4) Menyusun program pembelajaran/pelatihan.
5) Membentuk kelompok-kelompok belajar
6) Menyiapkan alat dan bahan pembelajaran/pelatihan, seperti :
a) Kurikulum masing-masing program
b) Bahan belajar/modul untuk masing-masing program
c) Kalender pembelajaran/pelatihan.
d) Alat dan bahan pembelajaran/pelatihan
e) Kursi, meja, papan tulis, lemari arsip dan lain-lain
7) Menyusun jadwal kegiatan pembelajaran/pelatihan
b. Pengorganisasian.
1) Menyiapkan dan menggerakan sumber daya yang teridentifikasi
2) Mengkaji dan menata sumber daya yang akan dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan/tuntutan
program
3) Menata pelaksanaan program/kegiatan
4) Menata kependidikan
c. Pelaksanaan dan Pengendalian.
Pelaksanaan dan pengendalian program Rumah Pintar Al Barokah dilaksanakan oleh pengelola dan tutor sesuai dengan bidangnya masing-masing yang terdiri dari :
1) Bidang Pendidikan.
a) Memotivasi warga belajar.
b) Mengadakan dan atau mengembangkan bahan belajar pokok bagi warga belajar dan bahan
c) Melaksanakan proses belajar-mengajar
d) Menilai proses dan hasil kegiatan mengajar secara berkala
2) Bidang Informasi
a) Menyusun atau mengadakan bahan belajar yang merujuk kepada kebutuhan kelompok sasaran (
warga belajar, masyarakat, lembaga mitra potensial )
b) Memberikan layanan informasi, ini dilakukan dalam rangka sosialisasi dan promosiRUMPIN 3) Bidang Kemitraan
Melaksanakan dan mengembangkan jaringan kemitraan/kerja sama fungsional, dilakukan dalam rangka pengembangan program kegiatan, peningkatan kinerja tenaga kependidikan, pendayagunaan hasil program/kegiatan dan berkesinambungan serta pengembangan penyelenggaraan RUMPIN dan juga menerapkan asas saling menguntungkan atau menguatkan.
4) Bidang Pembinaan Teknis dan Kemitraan
Melaksanakan/menyelenggarakan pembinaan teknis secara kependidikan baik secara mandiri maupun atas fasilitasi pembina teknis. Ini dilakukan dalam upaya pemecahan masalah pelaksanaan tugas.
d. Penilaian/Evaluasi.
Evaluasi RUMAH PINTAR dilaksanakan setiap 6 bulan sekali tapi terkadang pula bersifat fleksibel dan insidental. Pada evaluasi pembelajaran di RUMAH PINTAR sama dengan yang dilaksanakan oleh pendidikan sekolah.
Tujuan diadakannya evaluasi di RUMAH PINTAR ini adalah :
1) Mengukur tingkat pencapaian penyelenggaraan
2) Untuk memperoleh data pencapaian tujuan atau keberhasilan dari masing-masing program kegiatan
pada setiap bidang dan penyelenggaran
3) Untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh setiap program
4) Untuk mengetahui kemajuan atau kemunduran setiap program
5) Sebagai bahan masukan untuk penyusunan rencana kerja tahunan
Sumber dana RUMAH PINTAR diperoleh dari swadaya masyarakat dan juga bantuan dari kemitraan dengan lembaga pemerintah, perusahaan dan instansi lainnya. seperti, Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal KEMENDIKBUD.
J.
PENGELOLA RUMAH PINTAR AL-BAROKAH
1. Penanggung jawab : Yayasan Swandragogia
2. Pelindung :
a. Bupati Sumedang
b. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Sumedang
c. Drs. Herman Suryatman, M. Si
d. Camat Kec. Cimalaka
e. UPTD Pendidikan Kec. Cimalaka
f. Kepala Desa Cibeureum Wetan
g. Een Sukaesih (Perintis Rumah Pintar Al-Barokah)
h. H. Dudung Abdullah
i. H. E. Karma Suhamad
3. Pendamping :
a. Laboratorium Jurusan PLS FIP UPI
b. Prodi Pendidikan Arsitektur FPTK UPI
4. Pengelola :
a. Ketua : Mahdi
b. Wakil Ketua I : Hendi Sobari, S. Pd
c. Wakil Ketua II : Atep Nurdin, S. Pd
d. Bendahara : Lilis Sumiati
e. Wakil Bendahara : Tati Haryati
f. Sekretaris : Drs. Maman Budianto
g. Wakil Sekretaris : Ragil Hardi
5. Tim Sentra
1. Penanggung Jawab : Irfan Awaludin
Ramdhan
2. Pengelola : Nano .S
3. Tutor : Novi Eno Zhunia
: Dini Yulia
: Imas
B. Sentra Bermain
1. Penanggung Jawab : Nenah Suhaemi
S.Pd
2. Pengelola : Susi
3. Tutor : Ida Parida
: Teti Elyana
: Reni Haryani
C. Sentra Komputer
1. Penanggung Jawab : Agus Darmawan
S.Pd
2. Pengelola : Endang Sumardi
3. Tutor : Yulyani Ardini
: Vita Suci
: Tim PGSD UPI Sumedang
D. Sentra Buku
1. Penanggung Jawab : Randi Herdiana
S.Kom
2. Pengelola : Rosiana .SE
3. Tutor : Cucu Ayana
Puri Melani
E. Sentra Kriya
1. Penanggung Jawab : Suherman
2. Pengelola : Tatang
3. Tutor : Juju
: Otay Kotayah
: Edis Yoga Utama
Sunarya
F. Peningkatan Mutu PAUDNI
1. Penanggung Jawab : Cucu Sukmana
M.Pd
2. Pengelola : Nenah Suhaemi
.S.Pd
: Drs. Maman Budianto
G. Majelis Ta’li Ru ah Pi tar Al-Barokah
1. Penanggung Jawab : Hj. Puad
2. Pengelola : Tatang Suganda
S.Pd
: Elsah Susanti
H. Sentra Bimbingan Belajar
1. Penanggung Jawab : Een Sukaesih
2. Pengelola : Agus Darmawan
S.Pd
3. Tutor : Drs. Maman
Budianto
: Mahdi
Peranan Permainan Tradisional Dalam Pendidikan
I Wayan Tarna
Dosen Pembimbing: Ni Putu Supartini, S.Pd.H, M.Pd.H
Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara
Jakarta 2015/2016
KATA PENGANTAR
OmSvastyastu
Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Hyang Widi atas Asung Waranugraha yang telah diberikan kepada kita semua. Penyusun sangat bersyukur kepada-Nya karena dalam penulisan makalah ini dapat berjalan lancar dan selesai tepat pada waktunya. Dalam makalah ini sengaja kami
mengangkat judul Peranan permainan tradisional dalam pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses seseorang untuk memperbaiki sikap, atau mengubah tingkah laku melalui ajaran dan latihan secara perlahan-lahan.Teknologi saat ini sangat berperan penting dalam dunia pendidikan, contohnya sebagai penunjang proses pembelajaran di sekolah. Tapi sayangnya teknologi di dunia Pendidikan di Indonesia masih kurang mendapatkan perhatian yang khusus dari pemerintah daerah atau pusat, khususnya pada daerah daerah yang terisolir.
Dengan kerendahan hati kami mengucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang telah membantu. Jika dalam penulisan makalah ini ada kesalahan, kami mohon maaf yang setulus-tulusnya, karena kesalahan ini bukan disengaja, tetapi karena ketidaktahuan dan kekurangan dari kami.
Om Santih, Santih, Santih Om
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar... ii
Daftar Isi... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penulisan ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 4
2.1 Pendidikan karakter... 4
BAB III PEMBAHASAN... 9
3.1 Pengertian Media Pembelajaran... 9
3.2 Pengertian Permainan Tradisional... 10
3.3.1 Permainan Tradisional dan Perkembangannya... 14
3.3.2 Permaianan Tradisional Yang Edukatif... 16
3.3.3 Peranan Permainan Tradisional ... 17
3.3 Jenis-jenis Permainan Tradisional ... 18
3.31 Pengimplementasian Permainan Tradisional ... 20
3.4 Memudarnya Permainan Tradisional ... 21
3.4.1 Dampak Positif dan Negatif Permainan Tradisional ... 25
BAB IV PENUTUP... 27
4.1 Kesimpulan... 27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses belajar yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang yang hidup. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkunganya.oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.salah satu tanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang tersebutyang mungkin terjadi oleh perubahan pada pengetahuan,keterampilan atau sikap. Apabila proses belajar itu di selenggarakan secara formal di sekolah-sekolah. Tidak lai ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa. Baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap.selama proses belajar tersebut di pengaruhi oleh lingkungan yang antar alain yaitu:trdiri atas muted, guru, dan staf sekolah lainnya.serta bahan maeri lainyaperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong pembaharuan dalam proses pembelajaran
Keberhasilan sebuah pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh tingginya pendidikan seorang pendidik. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang berhasilnya pembelajaran. Keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran dapat diatasi dengan memanfaatkan yang ada di lingkungan sekitar. Permainan tradisional daerah juga memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran Pembelajaran di Sekolah diharapkan tidak hanya bersifat teoritik tetapi juga dapat mengenalkan media pembelajaran dengan menggunakan permainan tradisonal, karena dalam permaianan tradisional mempunyai nilai nilai pengetahuan yang seharusnya dilestarikan oleh guru, sekalipun pada kenyataannya permainan tradisional sedikit demi sedikit ditinggalkan, permainan
tradisional merupakan ciri suatu bangsa, dan hasil suatu peradaban. Bangsa mana yang tidak bangga pada permainan budaya. Karenanya, menggali, melestarikan dan mengembangkan permainan tradisional adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Selain telah menjadi ciri suatu bangsa, permaian tradisional adalah salah satu bagian terbesar dalam suatu kerangka yang lebih luas yaitu kebudayaan. Permainan tempo dulu sebenarnya sangat baik untuk melatih fisik dan mental anak. Secara tidak langsung anak-anak akan dirangsang kreatifitas, ketangkasan, jiwa kepemimpinan, kecerdasan, dan keluasan wawasannya melalui permainan tradisional. Namun sayangnya seiring kemajuan jaman, permainan yang bermanfaat bagi anak ini mulai ditinggalkan bahkan dilupakan. Anak-anak terlena oleh televisi dan video game yang ternyata banyak memberi dampak negatif bagi anak-anak, baik dari segi kesehatan, psikologis maupun penurunan konsentrasi dan semangat belajar.