• Tidak ada hasil yang ditemukan

Artikel Ilmiah Populer Makna Sastra untu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Artikel Ilmiah Populer Makna Sastra untu"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA SASTRA UNTUK KITA Oleh: Aji Septiaji

Bangsa Indonesia kaya akan berbagai hasil karya sastra, seperti puisi, prosa dan drama. Kata sastra terbentuk dari bahasa sansekerta = susastra, yaitu su yang artinya indah, baik. Sas artinya aturan atau nasihat, atau agama, dan tra artinya alat. Jadi sastra berarti alat untuk menyampaikan aturan, ajaran, nasihat, atau agama dengan menggunakan bahasa atau hal-hal yang indah dan baik. Keindahan hasil karya sastra itu ditentukan oleh isi yang terkandung dalam karangan atau bahasa yang dipergunakan oleh sang penyair (dalam puisi) atau sang penulis (dalam prosa dan drama).

Hasil-hasil karya sastra adalah puisi, prosa, dan drama. Puisi adalah hasil karya sastra berupa karangan terikat. Sebuah puisi diikat oleh bait-bait yang tersusun dari baris-baris berupa kalimat yang mampu membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama, dan makna khusus. Dengan banyak membaca dan mempelajari puisi, kita dapat menikmati keindahan bahasa yang tertuang dalam puisi sehingga akan melatih kepekaan nilai rasa. Sedangkan prosa adalah karangan bebas. Dengan membaca karya sastra prosa seperti cerpen, novel atau esai, akan melatih daya pemahaman kita terhadap isi cerita karena bahasa prosa dekat dengan bahasa sehari-hari. Sedangkan drama adalah karangan yang dipentaskan. Penggambaran kehidupan dalam drama melalui peran dan dialog (cakapan) para tokoh. Dengan menyaksikan pementasan sebuah drama, dapat melatih kita dalam berakting atau bermain peran seperti gambaran situasi dalam cerita yang dipentaskan.

Menurut Rahmanto (1998:16) ada empat manfaat belajar sastra, yaitu: 1. Membantu Keterampilan Berbahasa

Meliputi: kemampuan menyimak pembacaan karya sastra, kemampuan berbicara dengan bermain peran atau menanggapi isi cerita, kemampuan membaca melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen, dan kemampuan menulis puisi dan cerpen serta karya sastra lainnya.

2. Meningkatkan Pengetahuan Budaya

Sastra adalah bagian dari kebudayaan. Sebuah karya sastra memuat unsur-unsur kebudayaan, sehingga dapat mengetahui budaya suatu masyarakat.

3. Mengembangkan Cipta dan Rasa

Mengembangkan cipta dan rasa yang berkaitan dengan kecakapan yang bersifat indra, penalaran, afektif , sosial dan religius. Sekaligus mengembangkan kepekaan rasa dan emosi.

4. Menunjang Pembentukan Watak atau Karakter

(2)

Keempat manfaat yang diuraikan di atas merupakan dasar dalam memperoleh karakter yang memiliki kecerdasan melalui keindahan berbagai karya sastra.

Karya sastra jika dibandingkan dengan karya tulis yang lain, memiliki berbagai ciri keunggulan yaitu keorisinalan (keaslian), keartistikan (nilai seni), serta keindahan alam, isi dan ungkapannya. Selain itu juga, dalam memahami karya sastra akan menemukan tiga aspek, yaitu keindahan, kejujuran, dan kebenaran. Keindahan dalam bentuk yang ditampilkan dalam sastra, kejujuran dalam ungkapan yang ditunjukkan dalam sastra, dan kebenaran terhadap isi yang dipahami dalam sastra.

Meskipun sastra dekat dengan keindahan, namun sastra memiliki manfaat. Penyair kuno, Horatius merumuskan manfaat sastra dengan ungkapan yang padat, yaitu dulce dan et utile yang artinya “menyenangkan dan bermanfaat”. Menyenangkan dapat diartikan dengan aspek hiburan yang diberikan sastra, sedangkan bermanfaat dapat dihubungkan dengan pengalaman hidup yang ditawarkan sastra. Dari ungkapan tersebut akan timbul pertanyaan yaitu „Hiburan apakah yang ditawarkan sastra?‟ Jawabannya, sastra antara lain menawarkan humor. Seperti pada penggalan puisi berikut ini.

Hujan Air

Hujan turunnya ke cucuran atap Kalau banjir atapnya yang turun ke air

Penderitaan

Berakit-rakit ke hulu Berenang-renang ke tepian Bersakit-sakit dahulu

Bersakit-sakit berkepanjangan

Taufik Ismail (Petatah Petitih Baru, 1972)

Penggalan puisi bernada humor di atas merupakan contoh bahwa sastra mampu memberikan hiburan.

Pertanyaan selanjutnya yang akan muncul ialah „Pengalaman apakah yang ditawarkan sastra?‟ Jawabannya, sastra menawarkan pengalaman hidup yang dapat memperluas wawasan pembacanya, seperti pada puisi berikut.

TUHAN, BEGITU DEKAT

Tuhan

Kita begitu dekat

(3)

Aku panas dalam apimu

Tuhan

Kita begitu dekat

Seperti kain dengan kapas Aku kapas dalam kainmu

Tuhan

Kita begitu dekat

Seperti angin dan arahnya

Kita begitu dekat

Dalam gelap Kini aku nyala

Pada lampu padammu

(Abdul Hadi W.M.)

Pada puisi di atas, penyair Abdul Hadi ingin berbagi pengalaman religiusnya dengan pembaca. Pada suatu saat ia begitu dekat dengan Tuhan. Pada saat yang lain ia merasa tidak berarti di hadapan Tuhan, seperti nyala lampu ketika padam, musnah, hilang , ke dalam yang Maha Gaib.

Dari kedua puisi di atas menunjukkan bahwa manfaat sastra begitu dekat dan nyata. Manfaat tersebut yaitu mampu memberikan hiburan yang dapat menjadikan sastra begitu menyenangkan, dan mampu memberikan pengalaman hidup yang dapat menjadikan sastra begitu bermanfaat.

Sastra dan Kecerdasan Emosional

Bahasa dan sastra merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sastra merupakan satu bentuk karya seni yang menggunakan bahasa sebagai sarana (media) penyampaiannya. Bahasa digunakan sastrawan sebagai media untuk menyampaikan ide atau gagasannya kepada masyarakat luas. Bahasa menjadi ”jembatan” yang menghubungkan sastrawan dengan khalayak. Melalui sastra, penulis (pengarang) mengeluarkan potensi-potensi bahasa untuk menyampaikan gagasannya untuk tujuan tertentu. Dengan demikian, bahasa merupakan unsur penting bagi sastra atau bisa dikatakan sebagai bahan pokok karya sastra.

(4)

sebagainya. Untuk memahami bahasa yang digunakan pengarang tersebut tentu harus memiliki pengetahuan mengenai gaya bahasa.

Demikian pula ketika akan menulis karya sastra. Untuk menulis sastra, seseorang harus memiliki penguasaan bahasa yang baik. Mulai dari penguasaan kosa kata (diksi), pemakaian gaya bahasa, penyusunan kalimat, pengembangan paragraf, dan sebagainya. Bisa dipastikan, seseorang yang tidak memiliki penguasaan bahasa yang bagus, tentu tidak dapat menghasilkan karya sastra yang berkualitas. Bagaimana seseorang akan mampu mendeskripsikan seorang tokoh dalam prosa dengan baik sementara ia tidak memiliki pengetahuan mengenai karakteristik paragraf deskripsi?

Di sisi lain, bahasa juga memanfaatkan sastra untuk mengembangkan dirinya. Hal ini lantaran bahasa dalam karya sastra seringkali memiliki makna tersirat di balik makna yang sesungguhnya. Dalam sastra, bahasa sering kali menjadi lebih kaya. Oleh karena itu, seseorang yang sering membaca karya sastra akan memiliki kekayaan bahasa bahkan juga kekayaan berbahasa. Melihat kekayaan bahasa dalam sastra, seseorang dapat memanfaatkan sastra untuk belajar bahasa. Misalnya, melalui prosa seseorang dapat belajar tentang paragraf deskripsi karena dalam sastra pengarang sering menggunakan deskripsi untuk menggambarkan tokoh atau pun latar. Melalui puisi, seseorang juga dapat belajar beragam majas, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa dalam mempelajari sastra tidak akan terlepas dari bahasa, dan sastra pun dapat digunakan sebagai sarana belajar bahasa.

Selain itu juga, makna sastra begitu luas. Bukan hanya yang sudah terurai di atas saja, melainkan belajar sastra pun mampu mengasah ragam kecerdasan. Kecerdasan timbul karena kita mampu memanfaatkan dan memperkaya waktu dan wawasan. Salah satu hal yang mampu membangkitkan kecerdasan kita dalam bersastra ialah dengan membaca, terutama membaca karya-karya sastra orang lain. Seperti yang diungkapkan Taufik Ismail bahwa Kecintaan membaca buku dalam bidang apapun, secara awal ditumbuhkan melalui kecintaan membaca karya sastra. Sastra memang kaya akan ide/gagasan, sastra dekat dengan situasi dan kondisi siapapun dan di mana pun kita berada.

Belajar sastra mampu mengasah ragam kecerdasan. Terdapat tiga kecerdasan yang bermanfaat dan bermakna dalam sastra, yaitu kecerdasan emosional, kecerdasan kreatif, dan kecerdasan intrapersonal & natural. Kecerdasan Emosional yaitu kecerdasan dalam memahami dan mengelola emosi yang ada di dalam diri. Terdapat 5 aspek yang membangun kecerdasan emosi, yaitu (1) memahami emosi-emosi sendiri, (2) mampu mengendalikan emosi-emosi-emosi-emosi sendiri, (3) memotivasi diri sendiri, (4) memahami emosi-emosi orang lain, dan (5) mampu membina hubungan sosial. Kecerdasan emosional akan terasah apabila membaca karya sastra yang mengandung unsur intrinsik dan ekstrinsik, begitu pun dengan mengenali alur cerita, konflik-konflik, dan karakter para tokoh yang ada di dalamnya.

(5)

memiliki keinginan untuk mengalihkannya ke dalam tulisan. Membaca karya fiksi mampu membangkitkan imajinasi karena memerlukan pembacaan yang mendalam dan berulang berbeda dengan karya nonfiksi. Hal tersebut akan mengasah cara berpikir kita semisal memahami puisi atau cerpen yang terdapat kata-kata simbolik, petunjuk-petunjuk yang samar, dan pesan yang tersembunyi. Dengan demikian kecerdasarn kreatif dalam diri kita mampu ditumbuhkembangkan selama memiliki keinginan dalam membaca dan menulis.

Selanjutnya Kecerdasan Intrapersonal & Natural, yaitu kecerdasan yang berasal dari dalam diri dan di luar diri. Karya sastra bisa bersumber dari dalam diri yaitu melalui perenungan. Merenungi kejadian atau peristiwa yang telah berlalu merupakan salah satu cara dalam memperoleh idea tau gagasan. Intrapersonal merupakan kecerdasan yang mampu berkomunikasi dengan diri sendiri. Selain itu, sumber karya sastra bisa dari luar diri yaitu lingkungan sekitar atau alam. Ide-ide yang imajinatif biasanya kita dapatkan dari alam sekitar, bisa dari rumput-rumput hijau, pegunungan, hutan, sungai, laut, dan lain-lain. Semakin dekat dengan alam sekitar, maka semakin meningkat pula kecerdasan intrapersonal & natural yang ada di dalam diri kita. Semoga!

Aji Septiaji

Referensi

Dokumen terkait

Upaya peningkatan monitoring di pelabuhan perikanan dalam kegiatan alih muat pada rawai tuna dapat dilakukan dengan menggabungkan data komposisi hasil tangkapan dan

SKRIPSI STRATEGI PEMULIHAN KRISIS EKONOMI ....

lembaga utama di tingkat Propinsi dan Kabupaten (khususnya Bappeda dan Dinas Perikanan dan Kelautan) bagi program pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir berbasis masyarakat

Hasil penelitian didapatkan bahwa koefisien korelasi pearson antara waktu perawatan neonatus di inkubator dengan umur kehamilan ibu saat melahirkan

Langkah-langkah metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi pendahuluan, studi literatur, pengumpulan data sekunder (mengumpulkan 100 data

[r]

dengan tujuan atau tidak, form maintenance reward dan kategori berita ini dilakukan seperti pada tabel 4.9 dan hasil uji coba dapat dilihat pada tabel 4.10. Tabel 4.9 Data