• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemerolehan Bahasa Minangkabau Anak Usia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemerolehan Bahasa Minangkabau Anak Usia"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang menggunakan bahasa sebagai media dalam berkomunikasi. Selain sebagai media berkomunikasi, bahasa juga menjadi

media untuk menggungkapkan emosi dan pikiran. Emosi tersebut hanya dimiliki oleh manusia. Manusia memiliki dua macam emosi yaitu emosi positif berupa luapan

rasa bahagia, senang, dan gembira dan emosi negatif berupa rasa marah, sedih, dan murung. Jadi, bahasa merupakan media yang berperan penting dalam kehidupan manusia untuk mengungkapkan segala macam luapan rasa yang dimilikinya.

Chaer (2003:33) mengemukakan fungsi bahasa sebagai alat interaksi sosial. Artinya bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep dan juga

perasaan. Sementara itu, Wardhough (dalam Chaer 2003:33) menyatakan bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi, baik lisan maupun tulisan. Fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar, yaitu fungsi ekspresi, fungsi informasi, fungsi

eksplorasi, fungsi persuasi dan fungsi entertainmen. Manusia sebagai pemakai bahasa dalam berkomunikasi lebih cenderung menggunakan bahasa lisan. Bahasa

lisan yang digunakan bisa bahasa Indonesia atau bahasa daerah.

Salah satu bahasa daerah yang hidup dan berkembang di kawasan Indonesia adalah bahasa Minangkabau. Perkembangan bahasa Minangkabau juga seirama

dengan bahasa daerah lainnya di Indonesia. Saat ini jika dilihat dan diamati, bahasa Minangkabau telah banyak ditinggalkan penuturnya terutama generasi muda.

Padahal, pada zaman dahulu bahasa Minangkabau merupakan bahasa kebanggaan

(2)

penutur aslinya yang mencirikan kekhasan daerah serta sebagai alat pemersatu

penuturnya.

Pemerolehan bahasa anak terdiri atas dua macam, yaitu bahasa pertama dan

bahasa kedua. Bahasa pertama yang dikuasai oleh anak merupakan bahasa ibu. Sementara itu, bahasa kedua yang dikuasai oleh anak adalah bahasa lingkungan sekitar. Oleh karena itu, jika orang tua sang anak adalah orang Minagkabau dan

pengguna aktif bahasa tersebut maka anak akan memiliki bahasa pertama yaitu bahasa Minangkabau. Selanjutnya, jika anak tersebut tinggal di lingkungan yang

tidak memakai bahasa Minangkabau maka bahasa kedua anak adalah bahasa lingkungan tersebut. Fenomena sepert inilah yang menyebabkan bahasa Minagkabau akhir-akhir ini diabaikan. Anak muda lebih senang menggunakan bahasa campuran,

yaitu Minagkabau Indonesia dan membuat bahasa ibu ditinggalkan. Padahal, sewaktu masih kecil bahasa yang biasa didengar dari orang tuanya adalah bahasa

Minangkabau.

Sewaktu kecil anak mengalami suatu proses pemerolehan bahasa. Anak dapat menguasai bahasa pertama melalui proses pemerolehan. Proses pemerolehan bahasa

tersebut berlangsung secara alamiah, melalui komunikasi sehari-hari bukan melalui pembelajaran yang membutuhkan guru, tempat dan waktu yang khusus. Bahasa

pertama anak cenderung mengacu kepada bahasa daerah atau bahasa lingkungan tempat anak dibesarkan.

Pada awal pemerolehan bahasa, seorang anak akan lebih banyak

memperhatikan dan menyimak, kemudian akan berusaha menirukan kata-kata yang pernah didengarnya. Berdasarkan kemampuan tersebut, anak dapat membentuk

(3)

dan kalimat imperatif. Dengan demikian, anak mampu berkomunikasi dengan orang

di sekelilingnya.

Pemerolehan bahasa pada anak mempunyai ciri yang sistematis, yakni

memiliki suatu rangkaian kesatuan. Berawal dari ujaran tanpa makna, ujaran satu kata, kemudian menjadi gabungan kata yang lebih rumit, yaitu sintaksis. Hal ini menandakan bahwa pemerolehan bahasa anak berada pada grafik naik. Maksudnya,

pada tahap awal anak mengujarkan bentuk-bentuk bahasa terkecil terlebih dahulu, kemudian meningkat menjadi ujaran-ujaran yang lebih besar seperti kata, frase,

klausa, dan kalimat.

Pemerolehan kalimat merupakan suatu proses yang sistematis dan terpola dalam menguasai suatu bahasa. Seseorang ingin menguasai suatu bahasa harus

mengerti terlebih dahulu apa yang dikatakan sebelum berucap. Bardasarkan hal tersebut, anak akan lebih banyak diam dan memperhatikan masalah yang sedang

dibicarakan. Anak usia dua tahun sepuluh bulan cenderung bertanya kepada orang tuanya ketika mendengar satu kata. Dengan cara itulah anak belajar menguasai kalimat dan berbicara dengan orang di sekelilingnya.

Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap anak usia dua tahun sepuluh bulan yang tinggal di Padang Sintuk Malai Tangah Kecamatan Batang Gasan Padang

Pariaman, anak pada usia tersebut sudah mampu mengucapkan kalimat-kalimat pendek (sederhana). Walaupun fonem-fonem yang diucapkan masih kurang jelas. Jika anak mendengar kalimat yang diucapkan oleh orang tuanya, anak akan bertanya

dengan kalimat sederhana. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti pemerolehan kalimat bahasa Minangkabau anak usia dua tahun sepuluh bulan

(4)

B. Fokus Masalah

Secara umum pemerolehan bahasa anak mencakup tiga aspek, yaitu aspek pemerolehan semantik, aspek pemerolehan fonologi, dan aspek pemerolehan

sintaksis. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, masalah penelitian ini akan difokuskan pada aspek pemerolehan sintaksis yaitu pada tahap kalimat dengan rangkaian kata yang berlangsung dalam usia 2;0―3;0. Penelitian ini lebih

difokuskan lagi pada pemerolehan kalimat bahasa Minangkabau oleh anak usia 2;10 khususnya tentang jenis-jenis kalimat, pola kalimat, dan bentuk ujaran.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) apa saja jenis-jenis kalimat yang diujarkan

anak usia 2;10?, (2) apa sajakah pola kalimat yang diujarkan oleh anak usia 2;10?, dan (3) apa sajakah bentuk ujaran anak usia 2;10?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Mendeskripsikan jenis-jenis kalimat yang diujarkan oleh anak usia 2;10. (2) Mendeskripsikan pola-pola kalimat

yang diujarkan oleh anak usia 2;10. (3) Mendeskripsikan bentuk ujaran anak usia 2;10.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: (1) orang tua atau lingkungan keluarga dan masyarakat sebagai masukan untuk mengetahui dan mengerti maksud

(5)

terhadap bahasa anak; dan (3) peneliti lain untuk menambah wawasan sehingga bisa

(6)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Kajian teori dalam tulisan ini adalah: (1) pemerolehan bahasa, (2) pemerolehan sintaksis, (3) bahasa Minagkabau, (4) anak, (5) jenis kalimat, dan (6) pola kalimat.

1. Pemerolehan Bahasa

Menurut Maksan (1993:20), pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh seseorang secara tidak sadar, implisit, dan informal.

Pemerolehan bahasa berlangsung di tempat-tempat informal seperti di rumah dan di tempat bermain. Menurut Chaer (2009:167), pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seseorang kanak-kanak ketika

dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.

Kiparsky menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa merupakan proses yang

dipakai oleh kanak-kanak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit atau teori-teori yang masih terpendam yang mungkin terjadi dengan ucapan orang tuanya sampai dia memilih ukuran penilaian tata bahasa yang terbaik

dan sederhana dari bahasanya. Saat itu anak-anak lebih banyak mendengar dan menyimak bahasa-bahasa yang didengarnya untuk direkam dan dipilih. Selanjutnya,

Simanjuntak (1987:157) menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa merupakan proses yang terjadi dalam otak kanak-kanak (bayi) sewaktu memperoleh bahasa ibunya. Jadi, pemerolehan bahasa melibatkan bahasa pertama, yang berbeda dengan

pembelajaran bahasa yang melibatkan bahasa kedua atau bahasa asing.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulan bahwa pemerolehan

(7)

secara alami tanpa guru dan tanpa aturan. Ketika itu anak-anak mendengar,

merekam, dan menirukan bahasa-bahasa yang didengarnya.

2. Pemerolehan Sintaksis

Menurut Jufrizal (2007: 10) sintaksis (syntax) adalah bidang kajian linguistik yang membahas tentang bagaimana kata bergabung bersama untuk membangun unit yang lebih besar yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Di sisi lain, sintaksis juga diartikan

sebagai ilmu yang mempelajari sifat-perilaku sintaksis bahasa.

Dalam pemerolehan sintaksis, sebenarnya pemerolehan seorang anak dalam

berbahasa bukanlah menggabungkan kata-kata dengan sewenang-wenang melainkan mengikuti aturan-aturan tertentu yakni konteks. Anak secara beransur-ansur telah mengetahui konteks, dengan konteks itulah anak mulai menyusun kalimat-kalimat,

mulai dari kalimat satu kata, kalimat dua kata dan menjadi kalimat kompleks seperti kalimat orang dewasa. Menurut Bambang Kaswati Purwo (dalam Maksan, 1993: 46)

penggabungan kata-kata dilakukan oleh anak-anak bukan secara sembarangan, tetapi berurutan.

Menurut Maksan (1993:48), tahapan pemerolehan sintaksis pada anak-anak

dibagi menjadi empat tahap.

Pertama, masa pra-lingual yang berlangsung pada waktu anak berusia 0;0

samapi 1;0. Masa pra-lingual seperti halnya dengan pemerolehan fonologi yang pasif. Anak baru mendengarkan ujaran atau kalimat orang-orang dewasa di sekitarnya. Sama sekali belum mengucapkan kalimat-kalimat itu.

Kedua, masa kalimat satu kata yang berlangsung pada usia 1;0 sampai 2;0.

(8)

maksud yang terkandung dalam pikiran atau hatinya dengan menggunakan sebuah

kata. Hal itu disebabkan oleh kemampuannya masih terbatas secara fisik.

Ketiga, masa kalimat dengan rangkaian kata yang berlangsung dalam usia 2;0

sampai 3;0. Masa ini lazimnya disebut dengan ”kalimat terelgram” (telegraphic sentence). Anak tidak hanya sekedar memendekkan kata-katamenjadi ringkas tetapi

menurut aturan tertentu seperti penggabungan kalimat dua kata menjadi kalimat tiga

kata mengikuti pola-pola tertentu.

Keempat, masa konstruksi sederhana dan kompleks yang berlangsung waktu

anak berusia 3;0 dan 5;0. Pada usia ini, anak sudah mulai dengan kalimat-kalimat sederhana dan berangsur-angsur menjadi kalimat kompleks.

3. Bahasa Minangkabau

Secara geografis, suku bangsa Minangkabau mendiami kawasan Provinsi Sumatera Barat kecuali Kepulauan Mentawai. Bahasa asli orang Minangkabau

adalah bahasa Minangkabau (BM). Bahasa Minangkabau memiliki kekerabatan dengan bahasa Melayu. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan orang Minangkabau yang suka merantau dan berdagang ke berbagai daerah di Nusantara, termasuk ke luar

negeri seperti Brunei Darussalam, Malaysia dan Singapura.

Bahasa Minangkabau dikelilingi oleh sejumlah bahasa daerah yang serumpun

(keluarga bahasa-bahasa Melayu Polinesia Barat rumpun Sumatera). Di daerah utara pemakai BM terdapat pemakaian bahasa Batak-Mandailing; di sebelah timur ada bahasa Melayu-Riau dan Jambi; di sebelah selatan Bm berbatasan dengan daerah

pemakai bahasa Kerinci dan bahasa Rejang-Lebong; dan di sebelah barat ada bahasa Mentawai. Berdasarkan kekerabatan bahasa, BM dikelompokkan ke dalam

(9)

Sebagai bahasa daerah di Nusantara, BM termasuk kelompok bahasa besar.

Dengan jumlah penutur lebih kurang 4 juta orang, baik yang menetap di Sumatera Barat maupun yang bermukim di luar kampung halamannya. Para peneliti

sosio-antropologi berpendapat bahwa 90% penduduk Sumatera Barat adalah orang Minangkabau dan penutut BM.

Bahasa Minangkabau adalah bahasa yang digunaka oleh masyarakat

Minangkabau dalam berkomunikasi sehar-hari di dalam lingkungan mereka sehingga dengan latar belakang orang Minangabau inilah dapat diteliti mengenai pemerolehan

kalimat bahasa Minangkabau anak usia 2;10.

4. Anak

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksudkan dengan anak adalah

manusia yang masih kecil sedangkan manusia sendiri merupakan makhluk yang berakal budi. Menurut Kartini-Kartono, ”Anak adalah keadaan manusia normal yang

masih muda usia dan jiwanya sehingga sangat mudah terpengaruh lingkungannya.” Dapat dikatakan bahwa anak adalah mahkluk berakal budi yang masih akan berkembang menjadi manusia yang utuh.

Anak dalam kajian hukum positif di Indonesia lazim disebut sebagai orang yang belum dewasa (minderjarig/person underage),orang yang di bawah umur atau

dalam keadaan di bawah umur (minderjarig heid / inferiority) atau orang yang belum cakap bertindak sehingga kerap kali disebut sebagai anak yang dibawah pengawasan wali (minderjarige ondervoordij).

(10)

masih sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan sehingga perlu pengawasan dari

orang tuanya terhadap interaksinya dalam lingkungan.

5. Jenis Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa yang terbentuk atau gabungan kata dengan kata, kata dengan frase atau frase yang minimal mengandung fugsi subjek predikat. Didahului oleh kesenyapan awal dan diakhiri oleh kesenyapan akhir berupa intonasi

final dan apabila ditulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, seru, dan tanya.

Menurut Alwi, dkk, (2003:336), jenis-jenis kalimat dapat dilihat dari segi jumlah klausa dan bentuk sintaksisnya. Dari segi jumlah klausanya, alimat dibagi atas dua yaitu kalimat tunggal dan kalimat

Chaer (2009) menyebutkan jenis kalimat berdasarkan kategorinya adalah sebagai berikut.

Berdasarkan kategori klausanya dibedakan menjadi: (1) Kalimat verbal, yakni kalimat yang predikatnya berupa verba atau frasa verbal. (2) Kalimat adjektifa, yakni kalimat yang predikatnya berupa adjektifa atau frasa adjektifal. (3)

Kalimat nominal, yakni kalimat yang predikatnya berupa nomina atau frasa nominal. (4) Kalimat preposisional, yakni kalimat yang predikatnya berupa frasa

preposisional. (5) Kalimat numeral, yakni kalimat yang predikatnya berupa numeralia atau frasa numeral. (6) Kalimat adverbial, yakni kalimat yang predikatnya berupa adverbia atau frasa adverbial.

Berdasarkan jumlah klausanya dibedakan menjadi: (1) Kalimat sederhana, yakni kalimat yang dibangun oleh sebuah klausa. (2) Kalimat ”bersisipan”, yakni

(11)

atau keterangan. (3) Kalimat majemuk rapatan, yakni sebuah kalimat majemuk yang

terdiri dari dua kluasa atau lebih di mana ada fungsi-fungsi klausanya yang dirapatkan karena merupakan substansi yang sama. (4) Kalimat majemuk setara,

yakni kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih dan memiliki kedudukan yang setara. (5) Kalimat majemuk bertingkat, yakni kalimat yang terdiri dari dua buah klausa yang kedudukannya tidak setara. (6) Kalimat majemuk komplek, yakni

kalimat yang terdiri dari tiga klausa atau lebih yang di dalamnya terdapat hubungan koordinatif (setara) dan juga hubungan subordinatif (bertingkat).

Berdasarkan modusnya dibedakan menjadi: (1) Kalimat berita (deklaratif), yakni kalimat yang berisi pernyataan belaka. (2) Kalimat tanya (interogatif), yakni kalimat yang berisi pertanyaan, yang perlu diberi jawaban. (3) Kalimat perintah

(imperatif), yakni kalimat yang berisi perintah, dan perlu diberi reaksi berupa tindakan. (4) Kalimat seruan (interjektif), yakni kalimat yang menyatakan ungkapan

perasaan.(5) Kalimat harapan (optatif), yakni kalimat yang menyatakan harapan atau keinginan.

Secara umum, struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat

(P),objek (O), dan keterangan (K). Menurut Verhaar (dalam Chaer, 2007), fungsi-fungsi sintaksis terdiri dari unsur-unsur S, P, O, dan K merupakan “kotak-kotak

kosong” atau “tempat-tempat kosong” yang tidak mempunyai arti apa-apa karena kekosongannya. Tempat-tempat kosong itu akan diisi oleh sesuatu yang berupa kategori dan memiliki peran tertentu (Chaer, 2007: 207).

6. Pola Kalimat

Pada umumnya, kalimat berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan

(12)

lain. Pola kalimat merupakan bangunan terkecil dari sebuah kalimat yang dianggap

lengkap. Tiap kata yang membentuk sebuah kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan kategori sintaksis, fungsi sintaksis, dan peran semantisnya (Alwi, dkk,

2003:35-38).

Dalam bahasa Indonesia, ada empat kategori sinatksis/kelas kata utama, yaitu (1) verba atau kata kerja, (2) nomina atau kata benda, (3) adjektiva atau kata sifat,

dan adverbia atau kata keterangan. Di samping itu, ada satu kelompok lain yang lebih kecil seperti preposisi atau kata depan, konjungtor atau kata sambung, dan partikel.

Tiga kata atau frase dalam kalimat mempengaruhi fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frase lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu betsifat sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frase dalam kalimat. Dalam

sintaksis, yang utama dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.

Struktur kalimat lebih terarah pada fungsi kalimat. Dilihat dari fungsinya kalimat dapat berperan sebagai kalimat aktif dan kalimat pasif, dapat pula sebagai kalimat inversi (perubahan) letak fungsi kalimat. Susunan fungsi sintaksis tidak harus

selalu berurutan S, P, O, dan K. Seperti contoh Keluarlah nenek dari kamarnya.

Struktur kalimat tersebut berurutan S, P, O, dan K. Dari contoh itu pula, dapat diketahui bahwa keempat fungsi itu tidak harus selalu ada dalam setiap struktur sintaksis. Hanya masalahnya, fungsi mana yang bisa tidak muncul dan

(13)

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah pemerolehan bahasa telah dilakukan oleh Nurril Rahmadani Maliq (2012) dengan judul ”Pemerolehan

Kalimat pada Anak Usia Dini.” Penelitian tersebut menyimpulkan tiga hal berikut ini. (1) Jenis kalimat yang diperoleh anak usia dua tahun di Yayasan Nur Amalia, yaitupemerolehan kalimat deklaratif. Struktur kalimat yang diperoleh lebih banyak

menggunakan pola P, dengan bentuk kata V dan S dengan bentuk kata N dalam setiap ujarannya. (2) Jenis kalimat yang diperoleh anak usia tiga tahun di Yayasan

Nur Amalia, yaitu kalimat interogatif . Struktur kalimat yang diperoleh lebih banyak menggunakan pola P dengan bentuk kata V , S dengan bentuk kata N dan pola S dengan bentuk kata N, P dengan bentuk kata V dalam setiap ujarannya. (3) Jenis

kalimat yang diperoleh anak usia empat tahun di Yayasan Nur Amalia, yaitu kalimat interjektif. Struktur kalimat yang diperoleh lebih banyak menggunakan pola S

dengan bentuk kata N, P dengan bentuk V, dan O dengan bentuk kata N dalam setiap ujarannya.

Melza Marta (2013) dengan judul ”Pemerolehan Sintaksis Bahasa

Minangkabau pada Anak Usia 5 Tahun di Kambang.” Penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) Struktur kalimat deklaratif bahasa Minagkabau anak usia 5 tahun adalah

P, S-P, S-K, P-O, S-P-O, S-P-K, K-S-P, K-S-P-O, S-P-O-K, dan S-P-Pel. Kalimat deklaratif anak usia 5 tahun ini terdiri atas ujaran 1—9 kata. (2) Struktur kalimat interogatif bahasa Minagkabau anak usia 5 tahun adalah P, P-O, S-P, P-K, dan

P-O-K. Kalimat interogatif anak usia 5 tahun terdiri atas ujaran 1—6 kata. (3) Struktur kalimat imperatif bahasa Minangkabau anak usia 5 tahun adalah P, P-O, P, K-P,

(14)

C. Kerangka Konseptual

Pemerolehan bahasa pada anak terdiri dari tiga aspek, yaitu pemerolehan semantik, pemerolehan finologi, dan pemerolehan sintaksis. Pemerolehan sintaksis

merupakan kajian terhadap tata bahasa yang diperoleh oleh anak. Kalimat yang diujarkan oleh anak tersebut adalah kalimat berita, tanya, dan perintah. Setelah itu, kalimat-kalimat tersebut dianalisis berdasarkan pola kalimat dan bentuk ujarannya.

Bagan Kerangka Konseptual

Pemerolehan Kalimat Bahasa Minangkabau pada anak Usia 2;10

(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis dokumen/isi. Menurut Arifin (2012:140) penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian yang dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi

objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif. Kajian utama penelitian kualitatif adalah fenomena atau

kejadian yang berlangsung dalam suatu situasi sosial tertentu. Oleh karena itu, peneliti harus terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan data yang natural. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2005:4) adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk mencapai tujuan penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Penelitian deskriptif menurut Arifin (2012:54) adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan

menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini, baik tentang fenomena dalam variabel tuggal maupun korelasi dan atau perbandingan

berbagai variabel. Penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan suatu peristiwa atau kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.

Menurut Arifin (2012:55), penelitian analisis dokumen/isi adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis terhadap catatan-catatan atau dokumen sebagai

(16)

informasi yang didokumentasikan dalam bentuk rekaman, gambar, dan sebagainya,

(2) subjek penelitiannya adalah sesuatu barang, buku, majalah, dan lainnnya, (3) dokumen sebagai sumber data pokok.

Dalam penelitian ini akan dideskripsikan, jenis-jenis kalimat yang diujarkan oleh anak usia 2;10, pola-pola kalimat yang diujarkan oleh anak usia 2;10, dan bentuk ujaran anak usia 2;10.

B. Latar, Entri, dan Kehadiran Peneliti

Penelitian ini dilaksanakan di Padang Sintuk Nagari Malai V Suku Kecamatan

Batang Gasan Kabupaten Padang Pariaman. Latar penelitian ini merupakan sebuah perkampugan yang mayoritas warganya adalah penduduk asli. Anak yang menjadi objek penelitian ini tinggal dengan kedua orang tuanya, seorang kakak perempuan,

dan seorang kakak laki-laki.

Aspek atau entri yang diteliti adalah pemerolehan pada seorang anak usia 2;10.

Pada usia ini anak masih berada dalam masa kalimat dengan rangakaian kata. Namun karena usianya sudah hampir mencapai usia 3;0, jadi anak telah mampu mengujarkan kalimat sederhana bahkan kompleks yang berlamgsung dalam masa kalimat

sederhana dan kompleks (Maksan, 1993:48).

Penelitian ini dilaksanakan selama satu hari, yaitu pada tanggal 30 Mei 2014.

(17)

C. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data lisan yang bersumber dari ujaran anak usia 2;10. Sumber data dalam penelitian yaitu data yang diambil dari tuturan

yang dilakukan oleh anak usia 2;10 dengan peneliti, ibunya, dan temannya (Vani).

D. Responden Penelitian

Responden adalah orang yang memberi keterangan atau seseorang yang

menjadi sumber data utama dalam penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah anak yang berusia 2;10.

Data responden dalam penelitian ini:

1. Nama lengkap : Novi Julia

2. Jenis kelamin : Perempuan

3. Tempat tanggal lahir : Padang Sintuk, 10 Juli 2011

4. Kewarganegaraan : Indonesia

5. Agama : Islam

6. Alamat : Padang Sintuk, Malai Tangah Kecamatan Batang Gasan

Identitas Orang tua:

1. Nama Ibu : Novita

2. Tempat tanggal lahir : Padang Sintuk, 1978

3. Kewarganegaraan : Indonesia

4. Agama : Islam

5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

6. Alamat lengkap : Padang Sintuk, Malai Tangah Kecamatan Batang Gasan

(18)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Selanjutnya, untuk mempermudah pengumpulan data, digunakan handphone Samsung Y

GTS6102 dan handphone Nexian NX-G381i. Kedua handphone tersebut digunakan untuk merekam ujaran anak agar didapatkan hasil yang akurat dan valid.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga teknik. Pertama, teknik observasi, melalui teknik ini peneliti dapat melihat

secara langsung kegiatan yang dilakukan anak dalam berkomunikasi dengan orang di lingkungan sekitarnya. Kedua, teknik rekaman yaitu peneliti yang memegang peran sebagai perekam dan pengamat penuh. Alat perekam yang digunakan berupa

handphone Samsung Y GTS6102 dan handphone Nexian NX-G381i. Rekaman

berupa suara yang didapat kemudian dipindah ke dalam notebook Acer Aspire One

melalui kabel data dan kemudian ditranskripsikan ke dalam bentuk tulisan untuk dianalisis. Ketiga, teknik wawancara yaitu peneliti yang berperan langsung dalam proses pengambilan data, sehingga dapat dilakukan teknik wawancara guna

mengetahui secara langsung kalimat yang diperoleh anak. Melalui teknik ini, dapat diketahui pemerolehan anak dalam berkomunikasi dengan orang di sekitarnya.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2005:248), teknik penganalisisan data adalah upaya bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

(19)

dan menemukan pola, menemukan sesuatu yang penting dan sesuatu yang dapat

dipelajari, serta memutuskan sesuatu yang ditanyakan oleh narasumber.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga cara. Pertama, data

lisan yang bersumber dari ujaran anak tersebut direkam dengan handphone kemudian ditranskripsikan menggunakan notebook. Kedua, data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis kalimatnya. Ketiga, data-data tersebut

dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian dan disimpulkan.

H. Teknik Pengabsahan Data

Teknik pengabsahan data penelitian dalam makalah ini adalah dengan menggunakan teknik uraian rinci. Teknik uraian rinci merupakan teknik yang menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitiannya seteliti dan secermat mungkin.

(20)

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam Bab IV ini akan diuaraikan tiga hal, yaitu: (1) data penelitian, (2) analisis data, dan (3) pembahasan. Temuan penelitian ini, merupakan hasil interpretasi penulis yang erat kaitannya dengan Bab II.

A. Data Penelitian

Responden merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara yang dilahirkan secara

normal dalam keadaan sehat. Ketika melakukan penelitian, responden dalam keadaan sehat. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa anak usia 2;10 sudah mampu

mengujarkan beberapa jenis kalimat tunggal yang dilihat dari bentuk sintaksisnya. Bentuk kalimat tersebut adalah kalimat deklaratif, kalimat interogatif, dan kalimat imperatif. Pola kalimat ynag diujarkan anak tersebut di antaranya P, P, P-S, P-O,

S-P-O, S-P-K, K-P, dan P-K. Ujaran anak yang dikaji dalam penelitian mulai dari ujaran satu kata, dua kata, tiga kata, empat kata, dan lima kata.

Jenis Kalimat Pola Kalimat Bentuk Ujaran

Deklaratif P Ujaran satu kata

Interogatif S-P Ujaran dua kata

Imperatif P-S Ujaran tiga kata

P-O Ujaran empat kata S-P-O Ujaran lima kata S-P-K

K-P P-K

B. Analisis Data

Data yang telah diperoleh dikelompokkan berdasarkan jenis kalimat, pola

(21)

sintaksisnya terdiri dari kalimat deklaratif, kalimat interogatif, dan kalimat imperatif.

Pola kalimat antara lain P, S-P, P-S, P-O, S-P-O, S-P-K, K-P, dan P-K. Bentuk-bentuk ujaran anak yang dikaji dalam penelitian ini dimulai dari ujaran satu kata, dua

kata, tiga kata, empat kata, dan lima kata.

1. Jenis-jenis Kalimat

Dalam penelitian ini ditemukan tiga jenis kalimat yang diujarkan oleh anak

usia 2;10. Berikut ini akan diuraikan jenis kalimat yang diujarkan oleh anak tersebut.

a. Kalimat Deklaratif

Kalimat deklaratif merupakan kalimat yang berfungsi untuk memberitahukan informasi kepada orang lain dan mengharapkan tanggapan seperti perhatian yang tercermin melalui pandangan mata. Kalimat deklaratif tersebut bisa berisi

pemberitahuan tentang subjek, predikat, objek, dan keterangan. Contoh kalimat deklaratif anak usia 2;10 adalah sebagai berikut.

Anak: Pani ca ma buk. Vani pasa samo ibuk. Vani-pasar-dengan-ibu

”Vani ke pasar dengan ibunya.”

Dari percakapan tersebut diketahui bahwa anak mampu mengucapkan kalimat

berita meskipun masih sangat sederhana karena tidak memakai kata depan ke- dan kata kepemilikannya yaitu –nya.

Anak : Ayah Pi luma e. Ayah Pi rumah e. Ayah-Novi-rumahnya Ayah Novi di rumahnya.

Dalam percakapan tersebut diketahui bahwa anak sudah mampu menjawab

(22)

yang sederhana namun bisa dimengeti karena anak tidak menggunakan kata depan

di-.

Anak: Jawi Pi makan puik. Jawi Pi makan rumpuik. Sapi-Novi-makan-rumput Sapi Novi makan rumput.

Dalam percakapan tersebut terlihat bahwa anak sudah mampu menjelaskan sesuatu yang diluhatnya dengan sebuah kalimat deklaratif. Meskipun ujaran anak

masih terpotong karena pemerolehan fonologinya masih berlangsung tetapi kalimat anak sudah hampir menyamai kalimat orang dewasa.

b. Kalimat Interogatif

Kalimat interogatif merupakan kalimat yang mendukung suatu permintaan agar kita diberitahu sesuatu atau kalimat yang berfungsi untuk menanyakan sesuatu yang

ditandai dengan adanya intonasi naik. Kalimat interogatif tersebut bisa berisi pertanyaan tentang subjek, predikat, objek, dan keterangan. Contoh kalimat

interogatif anak usia 2;10 dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Anak: Ma ayah Kak?

mana-ayah-kak Ayah kakak mana?

Dalam percakapan tersebut, anak sudah mampu mengungkapkan rasa ingin

tahunya dengan mengujarkan sebuah kalimat interogatif. Anak ingin tahu dimana ayah peneliti berada.

Anak: Mak, ma Pani Mak? Mak rumah Vani Mak? bu-rumah-Vani-bu

(23)

Dalam pecakapan tersebut, anak bertanya apakah dirinya diizinkan bermain ke

rumah Vani. Ternyata dalam usia tersebut anak sudah mampu mengujarkan kalimat interogatif walaupun masih sederhana.

Anak: Kunci ma nyoh? kunci-mana-ya Kuncinya mana?

Dalam percakapan tersebut, peneliti memberitahukan kepada anak bahwa rumah peneliti sedang kosong tidak ada orang. Kemudian anak langsung menjawab

dengan pertanyaan yang berhubungan, yaitu menanyakan kepada peneliti kunci rumah dimana?

c. Kalimat Imperatif

Kalimat imperatif merupakan kalimat yang isinya mengharapkan adanya reaksi berupa tindakan atau perbuatan dari orang yang diajak bicara. Contoh kalimat

imperatif yang duujarkan oleh anak usia 2;10 dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Anak: Lumah Pi nah! Rumah Pi nah! rumah-Novi-yuk Ke rumah Novi yuk!

Pada kalimat tersebut, anak mengujarkan kalimat imperatif yang bermaksud

mengajak. Anak mengajak peneliti untuk ikut ke rumahnya. Jadi, pada usia tersebut anak sudah bisa menggunakan kalimat imperatif sesuai dengan maksud dan tujuan yang dia miliki.

(24)

Pada kalimat tersebut, terlihat bahwa anak menginginkan sesuatu. Anak

mengujarkan kalimat imperatif bernada perintah namun maksudnya adalah meminta. Anak ingin melihat handphone peneliti ketika percakapan itu terjadi.

2. Pola Kalimat

Dalam penelitian ini ditemukan enam pola kalimat yang diujarkan oleh anak usia 2;10.

a. Predikat (P) Contoh:

Pena Mak! P K. Sapaan pena-Bu

Ibu ambilkan pena!

Kalimat tersebut merupakan kalimat imperatif yang berpola predikat (P). Unsur

pengisi predikat berupa nomina (N). Maksud dari kalimat yang diujarkan oleh anak adalah anak meminta ibunya mengambilkan pena untuknya.

Pi yo? Pai lo? P

pergi-juga Pergi juga?

Dalam kalimat di atas, anak mengujarkan kalimat interogatif berpola predikat

P. Unsur pengisi predikat berupa verba (V). Maksud dari kalimat yang diujarkan oleh anak adalah anak bertanya kemana ibu peneliti, apakah pergi juga seperti ibunya Vani?

b. Subjek-Predikat (S-P) Contoh:

(25)

Bu Guru pai . S P Bu guru-pergi Bu Guru pergi.

Pada kalimat di atas, anak telah bisa menggunakan kalimat deklaratif berpola

subjek-predikat (S-P). Unsur pengisi subjek berupa nomina (N) dan unsur pengisi predikat adalah verba (V). Maksud kalimat di atas adalah anak memberitahukan kepada peneliti bahwa ibu gurunya pergi.

Adek Cipa main? S P Adek Cipa-main Adek Cipa main?

Jenis kalimat di atas adalah kalimat interogatif berpola subjek-predikat (S-P). Unsur pengisi subjek berupa nomina (N) dan unsur pengisi predikat berupa verba (V). Maksud kalimat yang diujarkan oleh anak adalah anak bertanya apakah adek

Cipa sedang bermain?

Jenis kalimat di atas adalah kalimat interogatif yang berpola predikat-subjek (P-S). Unsur pengisi predikat berupa adjektiva dan unsur pengisi subjek berupa nomina (N). Maksud ujaran tersebut adalah anak bertanya kepada peneliti apakah

gambar tikar yang kami duduki bagus? Liek Pi lah!

(26)

Jenis kalimat yang diujarkan oleh anak adalah kalimat imperatif berpola

predikat-subjek (P-S). Unsur pengisi predikat berupa verba (V) dan unsur pengisi subjek berupa nomina (N). Maksud kalimat di atas adalah anak meminta untuk

diluhatkan handphone.

d. Predikat-Objek (P-O) /dengan melesapkan subjek/ Contoh:

Li ga? Bali jaga? P O beli-jajan

Beli jajan (ayahnya)?

Jenis kalimat yang diujarkan oleh anak di atas adalah kalimat interogatif

berpola predikat-objek (P-O). Unsur pengisi predikat adalah verba (V) dan unsur pengisi objek adalah nomina (N). Maksud kalimat yang diujarkan oleh anak tersebut

adalah anak bertanya kepada peneliti apakah ayahnya Vani pergi ke sawah membeli jajan?

Bi lumah. Buek rumah. P O buat-rumah

(Novi) Membuat rumah.

Jenis kalimat yang diujarkan oleh anak di atas adalah kalimat deklaratif berpola predikat-objek (P-O). Unsur pengisi predikat adalah verba (V) dan unsur pengisi

objek adalah nomina (N). Maksud kalimat yang diujarkan oleh anak adalah anak mengatakan kepada peneliti bahwa dia sedang membuat gambar rumah.

e. Subjek-Predikat-Objek (S-P-O) Contoh:

(27)

Jawi Novi makan rumpuik. S P O sapi-novi-makan-rumput Sapi Novi makan rumput.

Jenis kalimat di atas adalah kalimat deklaratif berpola subjek-predikat-objek

(S-P-O). Unsur pengisi subjek berupa nomina (N), unsur pengisi predikat berupa verba (V) dan unsur pengisi objek adalah nomina (N). Maksud kalimat yang diujarkan oleh anak adalah anak mengatakan kepada peneliti bahwa sapinya sedang

makan rumput ketika peneliti dan informan (anak) lewat di dekat beberapa ekor sapi.

f. Subjek-Predikat-Keterangan (S-P-K) keterangan (S-P-O). Unsur pengisi subjek berupa nomina (N), unsur pengisi predikat berupa verba (V), dan unsur pengisi keterangan adalah keterangan tempat. Maksud

kalimat yang diujarkan oleh anak adalah anak memberitahukan kepada peneliti

Jenis kalimat yang diujarkan oleh anak di atas adalah kalimat deklaratif berpola subjek-predikat-keterangan (S-P-O). Unsur pengisi subjek berupa nomina (N), unsur

(28)

keteranganwaktu. Maksud ujaran tersebut adalah anak memebritahukan kepada

peneliti abahwa dirinya akan sekolah besok.

g. Keterangan-Predikat (K-P) Contoh:

Mah Kak Pani pe lah! Ka rumah Kak Vani capeklah! Ket. Tempat P ke rumah Kak Vani-cepatlah Cepatlah ke rumah Kak Vani!

Jenis kalimat di atas adalah kalimat imperatif berpola keterangan-predikat (K-P). Unsur pengisi keterangan adalah keterangan tempat dan unsur pengisi predikat

adalah adjektiva. Maksud kalimat yang diujarkan oleh anak di atas adalah anak mengajak peneliti untuk pergi ke rumah Kak Vani.

h. Predikat-Keterangan (P-K) Contoh:

Main lumah Kak! Main ka rumah Kak! P Ket. Tempat main-ke rumah Kak

main ke rumah Kakak yuk!

Jenis kalimat di atas adalah kalimat imperatif berpola predikat-keterangan (P-K). Unsur pengisi predikat adalah verba (V) dan unsur pengisi keterangan berupa

keterangan tempat. Maksud ujaran yang diujarkan oleh anak adalah anak mengajak peneliti untuk bermain ke rumah peneliti, anak ingin bermain ke rumah peneliti.

3. Bentuk Ujaran

Anak usia 2;10 sudah bisa menghasilkan kalimat yang sederhana. Kalimat anak tersebut pada umumnya terdiri dari ujaran satu kata, dua kata, tiga kata, empat kata,

(29)

a. Ujaran Satu kata kalimat biasa bisa lebih panjang dari itu.

(30)

c. Ujaran Tiga Kata

Kalimat yang diujarkan anak di atas adalah kalimat dengan ujaran tiga kata. Dari ujaran tiga kata tersebut terlihat bahwa perkembangan bahasa anak sudah semakin baik. Abak sudah bisa menyampaikan maksudnya dengan jelas sehingga

mudah dimengerti oleh orang yang diajak bicara.

d. Ujaran Empat Kata Cepatlah ke rumah Kak Vani!

Kalimat yang diujarkan oleh anak di atas adalah kalimat dengan ujaran empat kata. Empat kata yang diujarkan tersebut telah menunjukkan bahwa anak semakin

(31)

e. Ujaran Lima Kata Contoh:

Anak: Mak, Mak Kak Pani pai. Bu-bu-Kak-Vani-pergi Ibu, Kak Vani pergi, Bu. Anak: Kak, Kak ma lumah Kak?

Kak-kak-dimana-rumah-kakak Rumah Kakak dimana Kak?

Dari kalimat di atas terlihat bahwa anak sudah mulai mengujarkan lima kata, namun hanya pengulangan kata. Anak berusaha mengujarkan kata secara lebih

lengkap untuk mengungkapkan maksudnya kepada orang lain.

C. Pembahasan

Dalam penelitian ini jenis-jenis kalimat yang diucapkan oleh anak usia 2;10 ada tiga yaitu kalimat deklaratif, kalimat interigatif, dan kalimat imperatif. Kalimat yang paling sering diujarkan oleh anak adalah kalimat deklaratif, setelah itu kalimat

interogatif, dan kalimat imperatif. Hal itu juga ditemukan dalam penelitian Dardjowidjojo terhadap cucunya, Echa.

Anak pada usia 2;10 sudah mampu menggunakan subjek, predikat, objek, dan keterangan dalam kalimatnya. Pola kalimat yang dihasilkan adalah P, S-P, P-S, P-O, S-P-O, S-P-K, K-P, dan P-K. Temuan penelitian ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Maksan bahwa tahap pemerolehan sintaksis anak ada empat jenjang. Usia anak 2;10 ini hampir mendekati usia 3;10 yang berada pada masa

(32)

Bentuk ujaran anak pada usia ini terdiri dari lima macam, yaitu ujaran satu

kata, dua kata, tiga kata, empat kata, dan lima kata.

Jadi, dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa pemerolehan kalimat

anak usia 2;10 sudah mendekati masa ketiga yaitu masa kalimat sederhana dan kompleks. Anak sudah mengujarkan beberapa jenis kalimat dengan sederhana yaitu kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Anak sudah menggunakan fungsi

(33)

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Dari deskripsi data dan analisis data, dapat disimpulkan hal-hal berikut. Pertama, jenis-jenis klaimat yang diujarkan oleh anak berusia 2;10 terdiri atas kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Kalimat yang paling sering diujarkan

oleh anak adalah kalimat deklaratif, setelah itu kalimat interogatif, dan kalimat imperatif.

Kedua, pola kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif yang diujarkn oleh anak usia 2;10 adalah P, S-P, P-S, P-O, S-P-O, S-P-K, K-P, dan P-K. Unsur-unsur pengisi subjek (S) terdiri atas nomina (N), unsur-unsur pengisi predikat (P) terdiri

atas (V) dan adjektiva (Adj), unsur-unsur pengisi objek (O) terdiri atas nomina (N), dan unsur-unsur pengisi keterangan (K) terdiri atas keterangan tempat dan waktu.

Katiga, bentuk ujaran anak berusia 2;10 terdiri atas ujaran satu kata, ujaran dua kata, ujaran tiga kata, ujaran empat kata, dan ujaran lima kata yang mash sederhana.

B. Saran

Dalam proses pemerolehan kalimat, pengembangan kalimat anak sangat diharapkan peran serta orangtua dan orang yang ada di sekitarnya. Orang tua harus

sering mengajak anak berdialog dalam ragam kata atau kalimat yang bervariasi untuk membuat kalimat anak menjadi lebih sempurna dan baik. Orang tua dan orang lain yang berada di lingkungan tersebut juga harus sering mengajak anak untuk berbicara,

(34)

KEPUSTAKAAN

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Bahasa. Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2009a. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2009b. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Jufrizal. 2007. Tipologi Gramatikal Bahasa Mnangkabau. Padang: UNP Press. Maksan, Marjusman. 1993. Psikolinguistik. Padang: IKIP Padang Press.

Maliq, Nurril Rahmadani. 2012. ”Pemerolehan Kalimat pada Anak Usia Dini”, Skripsi. Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lambung Mangkurat.

Marta, Melza. 2013. ”Pemerolehan Sintaksis Bahasa Minangkabau pada Anak Usia 5 Tahun di Kambang.” Skripsi. Padang: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbendaharaan kata yang sering diucapkan anak usia 5-6 tahun yang akan diklasifikasikan sesuai dengan jenis kata di TK Panca

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada empat bentuk kalimat yang sudah dikuasai oleh Kinan, yaitu kalimat deklaratif, interogatif, imperatif dan eksklamatif (2) urutan

Berdasarkan data yang diperoleh pada pola kalimat imperatif di atas, dapat diketahui bahwa, anak usia 4;2 tahun dapat memberikan perintah dengan menggunakan pola

Berdasarkan hasil penelitian, frasa yang paling banyak yaitu frasa nominal oleh anak usia 3-4 tahun dalam komunikasi sehari-hari; (2) Pemerolehan bahasa anak usia 3-4 tahun pada

Tujuan dari penelitian ini dilakukan oleh peneliti adalah untuk dapat mengetahui bagaimana pemerolehan bahasa anak usia tiga tahun, dan mendapatkan gambaran mengenai bagaiman

Penelitian mengenai pemerolehan kalimat pada anak usia 4;0-5;0 menarik untuk dikaji, karena pada usia ini penguasaan sintaksis pada anak sudah cukup baik, dimana

Berdasarkan hasil penelitian di dusun Ngaliyan RT 08 dan 09, desa Bendan, kecamatan Banyudono, kabupaten Boyolali yaitu: (1) pemerolehan kalimat deklaratif anak usia 4 tahun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak usia 4-6 tahun di PAUD Darul Huda memperoleh bahasa dari android sebagian besar sudah diucapkan dengan jelas namun masih ada beberapa kata yang