EKONOMI PUBLIK
Anggara Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN)
dan
Asumsi Ekonomi Makro APBN
DOSEN PEMBIMBING : R. HERA PURNAMI, SE. MSI
DISUSUN OLEH :
YUMI FEBRIA (02414092)
SINTA APRILIANI (02414100)
RIZQI NUR EKA PRATIWI (02414102)
Universitas Trisakti
Fakultas Ekonomi
Program Studi DIII Perpajakan
Daftar Isi
Cover
Daftar Isi ... i
Kata Pengantar ... ii
BAB. I Pendahuluan
A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 2 C. Tujuan ... 2
BAB.II Pembahasan
A. Pengertian, Fungsi dan Dasar Hukum APBN ... 3
B. Format APBN ... 5
C. Asumsi Ekonomi Makro ... 10
BAB. III Penutup
A. Kesimpulan ... 13 B. Saran ... 13
Daftar Pustaka ... 15
Puji kami syukur panjatkan ke hadirat Allah AWT, yang atas limpahan rahmatNya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul ‘Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)’ dengan lancar. Makalah ini disusun penulis sebagai tugas mata kuliah Hukum Keuangan Negara. Tak ada gading yang tak retak. Demikian pula dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kealpaan. Karena itu, kritik dan saran yang membangun akan selalu saya sambut dengan baik. Makalah ini tidak akan berarti tanpa keterlibatan pihak-pihak yang membantu penyelesaiannya. Atas segala bentuk dukungan yang diberikan, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT.
2. Bapak Ibnu Ikhwanusshofa selaku dosen mata kuliah Ekonomi Publik. 3. Teman-teman DIII Perpajakan Universitas Trisakti.
4. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Jakarta, 11 April 2015
Penulis
BAB I
A. Latar Belakang
Pemerintah sebagai entitas pengemban amanat rakyat, dalam melaksanakan kewajiban dalam memenuhi kebutuhan rakyat menjalankan peran sebagai regulator. Pelaksanaan kewajiban tersebut diwujudkan dalam berbagai program dan kegiatan. Dalam melaksanakan program dan kegiatan tersebut, Pemerintah berhak mendapatkan sumber dana dari masyarakat yang dapat berupa penarikan pajak, retribusi dan lain-lain tanpa bertujuan mengambil keuntungan.
Dalam melaksanaan berbagai program dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pemerintah membentuk segenap perangkatnya yang terdiri atas Kementerian/Lembaga yang melingkupi seluruh aspek kebutuhan yang ada di dalam masyarakat sehingga tidak ada lagi kebutuhan masyarakat yang tidak terpenuhi oleh pemerintah.
Program dan kegiatan pemerintah dihimpun dalam sebuah rencana kerja yang matang dengan durasi panjang (25 tahun), menengah (5 tahun) dan tahunan, dengan persetujuan DPR sebagai perwakilan rakyat yang berperan sebagai lembaga koordinasi sekaligus pengawas pelaksanaan berbagai program dan kegiatan pemerintah agar sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pemerintah menghimpun dan membelanjakan dana melalui APBN. Sesuai UUD 45, APBN harus diwujudkan dalam bentuk Undang-undang, dalam hal ini Presiden berkewajiban menyusun dan mengajukan Rancangan APBN (RAPBN) kepada DPR. RAPBN memuat asumsi umum yang mendasari penyusunan APBN, perkiraan penerimaan, pengeluaran, transfer, defisit/surplus, pembiayaan defisit dan kebijakan pemerintah.
APBN mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran negara dalam 1 tahun yang ditampung dalam satu rekening yang disebut rekening Bendaharawan Umum Negara (BUN) di bank sentral (Bank Indonesia). Pada dasarnya semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus dimasukkan dalam rekening tersebut.
telah dimasukkan dalam rekening BUN adalah merupakan penerimaan dan pengeluaran “on budget”.
Sejak tahun 1969 APBN Indonesia dimulai pada tanggal 1 April dan berakhir pada tanggal 31 Maret tahun berikutnya. Setelah bergulirnya reformasi APBN disusun berdasarkan atas tahun kalender yaitu mulai tanggal 1 Januari dan diakhiri pada tanggal 31 Desember pada tahun yang bersangkutan. Hal ini dilaksanakan salah satunya untuk menyesuaikan dengan pelaksanaan anggaran di beberapa negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian APBN? 2. Dasar hukum APBN 3. Bagaimana format APBN?
4. Apa saja asumsi ekonomi makro APBN ?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan paper ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Publik, selain itu dengan penulisan paper ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan kita terutama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
BAB II
A. Pengertian, Fungsi dan Dasar Hukum APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar hukum yang paling tinggi dalam struktur perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu pengaturan mengenai keuangan negara selalu didasarkan pada undang-undang ini, khususnya dalam bab VIII Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen IV pasal 23 mengatur tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Bunyi pasal 23:
ayat (1): Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
ayat (2): Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.
1. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
2. Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar.
3. Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan atau tidak. 4. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
B. Format APBN
PENJELASAN
utang/ pembayaran cicilan pokok termasuk dalam pembiayaan anggaran. Akibatnya untuk tahun yang sama jumlah penerimaan maupun pengeluaran pada APBN format T-account berbeda dengan APBN format I-account, namun secara kumulatif jumlahnya sama.
FORMAT I-Account
1. Pendapatan Negara
Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro ekonomi;
kebijakan pendapatan negara;
kebijakan pembangunan ekonomi;
perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum;
kondisi dan kebijakan lainnya.
Contohnya, target penerimaan negara dari SDA migas turut dipengaruhi oleh besaran asumsi lifting minyak bumi, lifting gas, ICP, dan asumsi nilai tukar. Target penerimaan perpajakan ditentukan oleh target inflasi serta kebijakan pemerintah terkait perpajakan seperti perubahan besaran pendapatan tidak kena pajak (PTKP), upaya ekstensifikasi peningkatan jumlah wajib pajak dan lainnya.
2. Penerimaan Perpajakan
2. pendapatan pajak pertambahan nilai dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah
3. pendapatan pajak bumi dan bangunan 4. pendapatan cukai
5. pendapatan pajak lainnya
Pendapatan Pajak Internasional 1. pendapatan bea masuk
2. pendapatan bea keluar
3. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Penerimaan sumber daya alam
1. penerimaan sumber daya alam minyak bumi dan gas bumi (SDA migas)
2. penerimaan sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi (SDA nonmigas)
Pendapatan bagian laba BUMN 1. pendapatan laba BUMN perbankan 2. pendapatan laba BUMN non perbankan
PNBP lainnya
3. pendapatan bunga
4. pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil tindak pidana korupsi 5. pendapatan pendidikan
6. pendapatan gratifikasi dan uang sitaan hasil korupsi 7. pendapatan iuran dan denda
pendapatan BLU
1. pendapatan jasa layanan umum
2. pendapatan hibah badan layanan umum 3. pendapatan hasil kerja sama BLU 4. pendapatan BLU lainnya
4. Hibah
Hibah adalah pemberian oleh negara lain kepada negara yang tidak perlu dikembalikan lagi, dapat berupa uang maupun barang.
5. Belanja Negara
Besaran belanja negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
kebutuhan penyelenggaraan negara;
kebijakan pembangunan;
resiko (bencana alam, dampak kirisi global)
kondisi dan kebijakan lainnya.
Contohnya, besaran belanja subsidi energi dipengaruhi oleh asumsi ICP, nilai tukar, serta target volume BBM bersubsidi.
6. Belanja Pemerintah Pusat
Belanja pemerintah pusat menurut fungsi adalah : 1. fungsi pelayanan umum
2. fungsi pertahanan
3. fungsi ketertiban dan keamanan 4. fungsi ekonomi
5. fungsi lingkungan hidup
6. fungsi perumahan dan fasilitas umum 7. fungsi kesehatan
8. fungsi pariwisata 9. fungsi agama 10. fungsi pendidikan
Belanja Pemerintah Pusat menurut jenis adalah 1. belanja pegawai
2. belanja barang 3. belanja modal
4. pembayaran bunga utang 5. subsidi
6. belanja hibah 7. bantuan sosial 8. belanja lain-lain
7. Transfer ke Daerah
Rincian anggaran transfer ke daerah adalah :
Dana Perimbangan 1. Dana Bagi Hasil 2. Dana Alokasi Umum 3. Dana Alokasi Khusus 4. Dana Otonomi Khusus
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
Besaran pembiayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
asumsi dasar makro ekonomi;
kebijakan pembiayaan;
kondisi dan kebijakan lainnya.
9. Pembiayaan Dalam Negeri
Pembiayaan Dalam Negeri meliputi :
Pembiayaan perbankan dalam negeri
Pembiayaan nonperbankan dalam negeri 1. Hasil pengelolaan aset
2. Surat berharga negara neto 3. Pinjaman dalam negeri neto 4. Dana investasi pemerintah 5. Kewajiban penjaminan
10. Pembiayaan Luar Negeri
Pembiayaan Luar Negeri meliputi :
1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek
3. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan Moratorium.
C. Asumsi Ekonomi Makro
1. Pertumbuhan ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang merupakan hasil output yang dibentuk oleh berbagai sektor ekonomi ini memengaruhi proses penyusunan APBN dengan dasar dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang telah dicapai oleh sektor ekonomi tersebut pada suatu waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat menunjukkan sejauhmana aktivitas perekonomian yang akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Dengan melihat kondisi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, akan dapat dilihat gambaran terkait dengan komponen-komponen kegiatan yang dimasukkan ke dalam APBN.
2. Inflasi
faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi merupakan salah satu penyakit ekonomi yang tidak bisa diabaikan, karena dapat menimbulkan dampak yang sangat luas. Oleh karena itu inflasi sering menjadi target kebijakan pemerintah. Inflasi yang tinggi bisa menimbulkan pertumbuhan ekonomi yang lambat dan pengangguran yang meningkat. Dengan keadaan yang demikian, stabilitas APBN juga dipertimbangkan dengan tinggi atau rendahnya inflasi yang terjadi. Maka dari itu, inflasi menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam menyusun APBN.
3. Nilai tukar (kurs) rupiah
ilai tukar merupakan variabel dalam perekonomian terbuka seperti dewasa ini. Dalam penentuan nilai APBN selalu berdasarkan pada asumsi nilai tukar. Karena dalam APBN terdapat komponen belanja pembayaran bunga hutang luar negeri yang harus dibayarkan dalam mata uang asing. Jika suatu ketika nilai tukar terhadap mata uang Indonesia tinggi, maka akan semakin rendah pembayaran hutang negara tersebut. Dan sebaliknya, jika suatu ketika nilai tukar terhadap mata uang Indonesia rendah, maka Indonesia berupaya untuk menyediakan anggaran yang lebih. Selain itu juga ada beberapa jenis penerimaan yang diterima dalam bentuk mata uang asing. Maka dari itu, nilai tukar ini sangat penting diketahui dalam menyusun APBN.
4. Suku bunga SBI/SPN 3 bulan
APBN di Indonesia. Hal ini didasari bahwa suku bunga dapat menggambarkan kondisi perekonomian negara dengan kekayaan-kekayaan yang dimiliki oleh negara.
5. Harga minyak (ICP)
Harga minyak internasional tentunya memberikan dampak terhadap penyusunan anggaran APBN. Jika harga minyak internasional naik, maka dampak terhadap APBN adalah negatif, yaitu beban subsidi BBM dan listrik jauh lebih tinggi dari kenaikan penerimaan negara dari kenaikan harga minyak. Hal ini akan menyebabkan pemerintah harus memotong anggaran-anggaran lainnya, agar APBN tetap dapat sehat dan tidak kolaps, yang akan menyebabkan krisis ekonorni yang lebih besar, karena masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap kemampuan pemerintah dalam mengelola anggaran dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Jika ini terjadi, maka orang akan memindahkan investasi dan uangnya keluar negeri. Arus modal keluar akan mengakibatkan nilai tukar rupiah melemah. Nilai tukar rupiah yang melemah akan mengakibatkan harga-harga komoditas naik lebih tinggi lagi. Harga-harga yang naik akan semakin memberatkan perekonomian
6. Lifting minyak
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
APBN merupakan upaya yang dilakukan pemerintah sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan Negara agar terjadi keseimbangan yang dinamis dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi, peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta pada akhirnya ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untuk mengelola perekonomian negara. Sebagai alat pemerintah, APBN bukan hanya menyangkut keputusan ekonomi, namun juga menyangkut keputusan politik. Dalam hal ini, DPR dengan hak legislasi, penganggaran, dan pengawasan yang dimilikinya perlu lebih berperan dalam mengawal APBN. sehingga APBN benar-benar dapat secara efektif menjadi instrumen untuk mensejahterakan rakyat dan mengelola perekonomian negara dengan baik.
APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Alokasi dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk pembangunan. Dengan adanya pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan ekonomi.
B. Saran
hal tersebut (mungkin di Bappenas, Kemenku, atau juga UKP4), meskipun hasilnya juga masih seperti yang dirilis dalam Laporan Realisasi Semester I dan Proyeksi Semester II Pelaksanaan APBN TA 2014. Institusi yang ada tersebut diyakini telah melakukan pemantauan secara seksama dalam pelaksanaan penyerapan anggaran APBN. Mereka telah bekerja keras menyukseskan pelaksanaan program pemerintah, agar pelaksanaannya sesuai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Namun demikian, bagaimanapun para pelaksana program dan anggaran pembangunan adalah manusia. Sesungguhnya manusia itu berada dalam keadaan merugi. Hal ini bisa diartikan bahwa manusia tidak akan mau mengerjakan apa-apa atau hanya menghabiskan waktunya dengan sia-sia, kecuali mereka orang-orang yang taat (beriman), orang-orang yang mau beramal (saleh), dan orang-orang yang mau saling menasehati supaya saling mentaati kebenaran. Artinya bahwa apabila melaksanakan pekerjaan, sangat perlu untuk saling mengingatkan. Kondisi ini termasuk dalam pelaksanaan penyerapan anggaran. Para pejabat yang terkait perlu lagi memutar otak untuk lebih proaktif dengan memberdayakan seluruh sumberdaya yang ada untuk selalu dan mengingatkan kepada para pelaksana khususnya di tingkat K/L. Tidak ada salahnya setiap bulan memanggil dan mengecek secara langsung bagaimana pelaksanaan dan rencana selanjutnya dalam penyerapan anggaran di K/L dan bahkan bisa sampai ketingkat para Eselon I, Eselon II termasuk seluruh level pelaksana di semua institusi.
Controlling
Daftar Pustaka
http://mitarizkoh.blogspot.com/2014/12/makalah-apbn-apbd-perekonomian-indonesia.html http://chuckyciwie.blogspot.com/2012/05/asumsi-dasar-dalam-penyusunan-apbn.html http://joniiskandar12345.blogspot.com/