• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN RADIASI ALAM AKIBAT PEMANFAA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN RADIASI ALAM AKIBAT PEMANFAA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN RADIASI ALAM AKIBAT

PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM

YANG BERASAL DARI DALAM BUMI

Sutarman

Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir – BATAN

• Jalan Cinere Pasar Jumat, Jakarta – 12440

• PO Box 7043 JKSKL, Jakarta – 12070

PENDAHULUAN

Pemanfaatan sumber daya alam dari dalam tanah akan memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di samping dampak positif karena memberikan peningkatan kesejahteraan hidup manusia, di sisi lain dapat pula memberikan dampak negatif karena dapat mengakibatkan perubahan ekosistem yang cenderung mengakibatkan kerusakan lingkungan.

Masalah lingkungan menjadi serius karena beberapa kegiatan industri kurang memperhatikan pembuangan limbah ke lingkungan, sehingga mengakibatkan terjadinya cemaran lingkungan dalam bentuk padat, cair dan gas. Beberapa kegiatan industri di Indonesia yang memanfaatkan sumber daya alam kini semakin berkembang. yang mungkin dapat menimbulkan dampak radiasi alam, sehingga harus ditangani secara serius. Hal tersebut tidak lepas dari pembangunan yang berwawasan lingkungan, yang mengutamakan prinsip kesehatan dan keselamatan lingkungan.

Berkaitan dengan radiasi yang mungkin ditimbulkan oleh kegiatan industri, maka perhatian yang paling utama ditujukan kepada keselamatan manusia. Hal ini merupakan prinsip keselamatan radiasi secara umum dalam bidang proteksi radiasi. Pengertian radiasi dalam hal ini adalah radiasi pengion, yaitu suatu radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan yang karena energinya, apabila

menembus bahan atau jaringan biologi (tubuh manusia) dapat menyebabkan terjadinya proses ionisasi pada bahan atau jaringan tersebut. Ini mencakup sinar-X dan sinar-γ, partikel elektron berenergi tinggi (β- dan β+), partikel α, neutron, dan ion berat lain termasuk sinar kosmik. Oleh karena itu setiap kegiatan yang berkaitan dengan radiasi perlu diketahui tempat di mana seseorang itu menerima radiasi atau kegiatan apa saja yang memungkinkan seseorang menerima radiasi. Dengan demikian seseorang dapat menghindari/ mengurangi radiasi yang diterimanya. Sehubungan dengan hal tersebut, besar-kecilnya radiasi yang diterima seseorang bergantung pada jarak dari datangnya radiasi, lamanya waktu di mana kegiatan dilaksanakan, dan besarnya sumber radiasi.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai proses dan data tingkat radioaktvitas/radiasi lingkungan dari beberapa negara sebagai akibat kegiatan manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam. Data tersebut dapat dipakai untuk studi banding cemaran radiasi lingkungan pemanfaatan sumber daya alam di Indonesia, baik yang sudah beroperasi maupun yang sedang dalam perencanaan.

PRODUKSI ENERGI NON-NUKLIR

Produksi energi dengan menggunakan bahan bakar non-nuklir yang banyak digunakan

Peningkatan radiasi alam akibat pemanfaatan 79

(2)

antara lain pembangkit energi panas bumi (geothermal), gas alam, minyak bumi, batubara dan peat. Semua bahan bakar tersebut dapat memberikan emisi gas ke atmosfer yang berarti, karena hasil pembakaran berupa limbah yang terlepas ke lingkungan. Hasil samping yang dihasilkan tersebut dapat berbentuk gas, cair dan padat yang mengandung radionuklida alam seperti gas radon (222Rn), radium (226Ra), thorium (228Th), dan uranium (238U), seperti diperlihatkan pada Tabel 1.

1. Panas bumi

Sumber energi panas bumi biasanya dipakai untuk pembangkit energi listrik. Pengoperasian pusat listrik tenaga panas bumi (PLTP) telah banyak dibangun di beberapa negara, seperti di Islandia, Italia, Rusia, Amerika Serikat, Jepang, dan Selandia Baru. Indonesia mempunyai PLTP di beberapa lokasi di P. Jawa (Kamojang, Darajat, Gunung Salak, dan Dieng). Panas bumi sebagai sumber panas dipakai untuk menguapkan tandon air dalam tanah. Limbah yang dilepaskan ke atmosfer berupa uap air mengandung campuran gas yang bersifat racun dan radioaktif. Gas yang bersifat radioaktif tersebut adalah gas radon. Kadar gas radon yang terkandung dalam uap air dapat mencapai beberapa puluh kBq/l.

Sejumlah besar gas radon terlepas dari menara pendingin ke lingkungan dalam orde ratusan GBq/hari, seperti dilaporkan oleh UNSCEAR (1993). Besarnya kadar gas radon di

udara di Italia dan Amerika Serikat dapat dilihat pada Tabel 2.

Dari hasil pengukuran kadar gas radon di sekitar PLTP di Italia dan Amerika Serikat tersebut diperkirakan bahwa lepasan rata-rata gas radon per unit energi pembangkit 150 TBq/GW tahun akan setara dengan dosis efektif kolektif 2 man Sv/GW tahun, sehingga diperkirakan produksi tahuan energi listrik oleh panas bumi sekitar 1,5 GW tahun, sedangkan dosis efektif

tahunan produksi energi panas bumi dunia mendekati 3 man Sv dan dosis efektif tahunan per orang sekitar 1 nSv.

Tabel 1 Kadar radionuklida yang terlepas ke lingkungan akibat kegiatan produksi energi non-nuklir [1].

Jenis produksi

energi Radionuklida Kadar

Panas bumi 222Rn 1961-6031 Bq/l (gas)

Gas alam 226Ra 7,6-286 Bq/l (efluen) dan 202-1.000 kBq/kg (padat) Minyak bumi 238U, 226Ra, dan

222

Rn

238

U : 3,7-366 Bq/kg (padat) dan 0,3-42 Bq/l (efluen)

226

Ra : 30-54 Bq/kg (padat)

222

Rn : 17,1 Bq/l (gas) Batubara

(termasuk abu terbang)

238

U, 226Ra, dan

228

Th

238

U : 220 Bq/kg (padat)

226

Ra : 20-220 Bq/kg (padat)

228

Th : 8,1-110 Bq/kg(padat)

Tabel 2. Hasil pemantauan aktivitas gas radon di sekitar lokasi PLTP di Italia dan Amerika

Serikat[2].

Lokasi/ Negara

Daya Listrik (MW)

Aktivitas (TBq)

Ket.

Larderello

(Italia) 400 110 1 unit Plancastagnalo

(Italia) 15 7,0 1 unit Bagnore

(Italia) 3 1,5 1 unit

(3)

Kebocoran pada sistem pipa penyalur uap kemungkinan dapat memberikan kontribusi gas radon cukup tinggi ke lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan gas radon secara rutin di sekitar PLTP.

2. Gas alam

Gas alam yang berasal dari dalam bumi berupa gas methan, LNG (liquefied natural gas), dan LPG (liquefied petroleum gas), banyak digunakan sebagai bahan bakar. Gas alam selain digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik untuk industri dan transportasi, juga banyak dimanfaatkan untuk keperluan domestik (rumah tangga), misalnya untuk memasak dan penghangat ruangan. Produksi gas alam dunia per tahun sekitar 1012 m3.

Gas alam mengandung gas radon dalam jumlah yang besar dan kadarnya bervariasi bergantung pada laju konsumsi yang dibutuhkan, misalnya di Jerman berdasarkan gas alam yang dikonsumsi per tahun dapat melepaskan gas radon ke lingkungan sekitar 10 TBq. Sedangkan di Amerika Serikat kadar gas radon rata-rata dalam berbagai kondisi dapat dilihat pada Gambar 1.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Pusat sumber daerah distribusi LPG

Dalam gas methan

Sumber radiasi

Kadar

22

2 Rn (

B

q

/l

)

Gambar 1. Kadar gas radon rata-rata dalam gas alam di Amerika Serikat [1].

Menurut laporan UNSCEAR (1993), pemakaian gas alam 2×109 m3 dibakar untuk menghasilkan energi listrik sebesar 1 GW tahun yang dapat menyebarkan gas radon ke lingkungan sebesar 2 TBq yang setara dengan dosis efektif kolektif 0,03 man Sv/GW tahun. Jika dianggap 15% dari produksi gas alam dunia, maka akan memberikan dosis efektif kolektif per tahun sekitar 3 man Sv [2].

Anak luruh gas radon (210Pb dan 210Po) juga akan terendapkan pada pipa-pipa gas dan hal ini merupakan kontaminasi permukaan yang kadarnya dapat mencapai lebih dari 85 Bq/g. Pemeriksaan kontaminasi permukaan pada peralatan yang digunakan menunjukkan adanya laju dosis radiasi gamma lebih dari 80 µSv/jam. Kontaminasi radionuklida alam umumnya terjadi di dalam pipa dan klep saluran uapyang menuju turbin. Laju dosis radiasi gamma dapat mencapai 50 µSv/jam, dan terjadi terutama pada permukaan tangki penyimpanan air [1].

3. Minyak bumi

Minyak bumi atau disebut petroleum atau

rock oil atau sering disebut minyak (oil), dalam jumlah besar dapat dipakai sebagai bahan untuk pembangkit listrik yang dapat dimanfaatkan dalam industri. Di samping itu minyak juga digunakan untuk bahan bakar transportasi dan keperluan rumah tangga (masak, penghangat dan penerangan ruangan). Hampir 3×1012 kg minyak mentah (crude oil) per tahun dihasilkan di seluruh dunia. Minyak yang dipakai untuk pembangkit energi listrik sekitar 2×109 kg untuk menghasilkan daya 1 GW. Menurut laporan UNSCEAR (1988), sejumlah radionuklida alam yang terlepas ke lingkungan dari pengoperasian pusat listrik tenaga minyak sama seperti pada pusat listrik tenaga batubara, diperkirakan menghasilkan dosis efektif kolektif sekitar 0,5 man Sv/GW tahun ke lingkungan.

Jika dianggap bahwa 15% dari produksi minyak mentah dunia di bakar untuk pembangkit energi listrik, maka diperkirakan dosis efektif

Peningkatan radiasi alam akibat pemanfaatan 81

(4)

kolektif per tahun adalah 50 man Sv yang setara dengan dosis efektif per orang tahunan sebesar 10 nSv. Hal tersebut terjadi karena pembakaran bahan bakar minyak untuk berbagai keperluan baik untuk pembangkit energi listrik, industri dan rumah tangga akan melepaskan radionuklida alam seperti 238U beserta anak luruhnya ke lingkungan (Tabel 1).

Batuan sedimen yang mengandung kerogen

biasa digunakan untuk menghasilkan oil shale

sintentis. Sejumlah bahan mentah dan partikel

shale oil akan terlepas ke atmosfer selama penambangan dan pengolan dilaksanakan. Kegiatan tersebut akan memberikan dampak radiologi terhadap masyarakat sekitar lokasi kegiatan, karena shale oil mengandung uranium sekitar 2,5 kali lebih besar dari pada batubara. Dampak radiologi terhadap manusia yang kemungkinan terjadi dapat melalui pernafasan dan penelanan. Proses pemurnian radionuklida alam dari serpihan yang dikeluarkan (kadar 226Ra

≤ 42 Bq/l) yang berpotensi mengontaminasi air tanah, dan gas radon yang terlepas ke lingkungan

≤ 18 Bq/l.

4. Batubara

Batubara adalah bahan bakar energi non-nuklir yang dapat memberi kontribusi terbesar pencemaran lingkungan oleh radionuklida alam sehingga akan memberikan dampak radiologi pada manusia dan lingkungan cukup besar. Batubara yang dibakar dalam tungku pemanas pada suhu 1.700°C yang dipakai untuk menguapkan air pada pembangkit listrik akan melepaskan sejumlah radionuklida seperti 238U,

232

Th beserta anak luruhnya dan 40K dalam abu. Sebagai gambaran bahwa pada awal tahun 1980 stasiun pembangkit listrik tenaga uap dengan bahan bakar batubara (PLTUB) di Jerman menghasilkan emisi 226Ra ke lingkungan, dengan rentang aktivitas berkisar dari 200 sampai 2.400 MBq/GWe per tahun. Sekitar 99% radioaktivitas yang dilepas dari PLTUB berupa partikel dengan diameter sekitar 10 µm. Laju

emisi dari cerobong (stack) PLTUB bergantung pada jenis batubara yang digunakan dan karakteristik ketel uap yang menyebabkan faktor pengayakan radionuklida dalam abu terbang berbeda dengan perbandingan faktor pengayakan jenis nuklida (ER) 30 (Gambar 2). ER (comparation of nuclide specific enrichment factor) adalah perbandingan antara kadar radionuklida dalam abu dengan kadar radionuklida dalam batubara.

0

Gambar 2. Perbandingan faktor pengayakan jenis nuklida (ER) untuk dua PLTUB dengan

beda karakteristik ketel uap[1].

Kadar radionuklida dalam abu terbang yang dilepaskan dari PLTUB (kadar 226Ra ≤ 300 Bq/kg) diperlihatkan pada Gambar 3. Kadar radionuklida atmosferik (238U, 230Th, dan 232Th) yang dihasilkan dari PLTUB dari daerah kontinental industri ringan di Braunschweig (Jerman) lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah pantai non-industri di Skibotn (Norwegia).

(5)

dan batubara yang dipakai mengandung sekitar

Gambar 3. Dampak lingkungan abu terbang di atmosfer akibat pengoperasian PLTUB [1].

5. Peat

Peat berupa tanah gemuk yang dipakai sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi di beberapa negara Eropa seperti Finlandia, Swedia dan Skandinavia. Radionuklida alam dalam peat sama dengan radionuklida alam yang terkandung dalam batubara, tetapi umumnya kadarnya lebih rendah dibandingkan dengan yang terkandung dalam batubara.

Di Skandinavia peat digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit energi. Peat yang kering mengandung 238U lebih dari 10.000 Bq/kg dengan faktor pengkayakan uranium dalam abu per bahan bakar sekitar 20. Laju dosis efektif tahunan yang berasal dari sumber radiasi peat

umumnya relatif rendah dibandingkan dengan sumber radiasi fosil lainnya. Menurut laporan UNSCEAR (1988) diperkirakan dosis efektif kolektif akibat lepasan radionuklida ke lingkungan dari pengoperasian sebuah pembangkit energi listrik dengan bahan bakar

peat adalah 2 man Sv/GW tahun.

PABRIKASI

Radionuklida alam yang berasal dari kegiatan beberapa industri pabrikasi (manufacturing) diidentifikasi dengan terjadinya kontaminasi radionuklida dari deret uranium dan thorium yang menghasilkan penyinaran radiasi eksterna dan/atau interna (Tabel 3). Hasil pabrikasi yang tersebar di seluruh dunia, antara lain lensa foto optik, barang-barang perhiasan, cat, dan sisa barang-barang logam (besi). Berkaitan dengan hal tersebut dampak radiasi terhadap lingkungan dan masyakat tidak dapat dihindari lagi.

Secara umum pada industri manufaktur dibedakan dua hal, yaitu :

a. Industri manufaktur yang berkaitan dengan bahaya radiasi terhadap pekerja oleh zat radionuklida alamiah dengan komponen terpadu. Pada kasus ini program pengendalian terhadap bahaya radiasi tersebut harus dilakukan secara rutin, misalnya pada produksi titanium oksida yang menggunakan ilmenite (226Ra dalam bentuk skala dengan konsentrasi ≤ 105 Bq/kg) atau produksi cat menggunakan pasir sirkonium (tingkat laju dosis radiasi gamma hampir sama dengan radiasi yang dipancarkan oleh pasir sirkon, yaitu ≤ 700 nGy/jam.

b. Industri manufaktur dengan penyinaran potensial pekerja atau pelanggan yang kemungkinan tingkat radiasinya rendah dan kadang-kadang komponen tunggal, pada umumnya kejadiannya eksidental, misalnya kontaminasi daur ulang emas untuk perhiasan. Dalam kasus ini relatif sulit untuk melakukan pengendalian penyinaran apabila pengukurannya dilakukan secara rutin.

EKSTRAKSI DAN PELEBURAN BIJIH TAMBANG

Pengoperasian dan pengeboran bijih tambang dapat menghasilkan lepasan radio-nuklida alam ke lingkungan dalam bentuk :

Peningkatan radiasi alam akibat pemanfaatan 83

(6)

a. Efluen cair dari tambang itu sendiri dan hasil cucian dari tailing

b. Limbah padat dalam bentuk tailing

c. Lepasan atmosferik partikel debu dan gas radon.

Sejumlah limbah tambang (tailing) yang lepas ke lingkungan bervariasi bergantung pada jenis penambangan. Telah dilaporkan bahwa tingkat radiasi akibat pengoperasian tambang, antara lain tambang timah, bauxsite (aluminium),

sphalerite (seng), copper (tembaga), clay (tanah liat bahan keramik) dan galena (timbal atau timah hitam) bervariasi. Tingkat radiasi/radioaktivitas

dan dampaknya terhadap lingkungan akibat pengoperasian dan pengelolaan penambangan dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5 serta Gambar 4.

Dampak radiologi dari kegiatan penambangan bijih uranium terhadap lingkungan relatif tinggi dibandingkan dengan kegiatan penambangan lainnya, misalnya limbah padat dari dua daerah penambangan di Amerika Serikat selama 13 tahun yang menghasilkan 200.000 kg larutan uranium yang terdistribusi ke permukaan tanah. Dari hasil pengukuran ternyata sekitar 74 TBq radionuklida 226Ra, 232Th, dan

238

U masuk ke dalam air tanah, sehingga dapat

Tabel 3. Kontaminasi radioaktif dalam produk dari industri manufaktur [1].

Produk Sumber kontaminasi Efek yang mungkin ditimbulkan

Besi tua Eliminator statik Laju dosis pada permukaan (2 mGy/jam)

Bungkahan emas untuk perhiasan Hasil luruhan 222Rn Kanker kulit

Industri minunan Eliminator 210Po Aktivitas alfa pada lantai dan peralatan

(≤28,7 Bq/cm2

Produksi titanium dioksida Deret 238U/232Th pada pelapis pipa

Kontaminasi permukaan ≤ 16 Bq/cm2

(226Ra), ≤ 35,4 Bq/cm2 (228Ra) Zirkonium dalam produksi cat dan

industri keramik

Deret 238U/232Th dalam pasir ZrO2 210Po dalam udara di daerah kerja ≤ 430

mBq/m3

Produksi lensa kamera Pelapis gelas yang digunakan untuk

lensa fotografik

Laju penyinaran radiasi-gamma pada lensa bagian depan (≤ 2 mR/jam) Fasilitas perbaikan instrumen

pesawat terbang

226

Ra yang dapat memancarkan cahaya (pada tombol skala instrumen)

Laju penyinaran pada berbagai fasilitas (≤ 60 mR/jam)

Tabel 4. Dampak ekstraksi bijih tambang dan pengolahan limbah industri[1].

Prosedur operasional Dampak Kadar radionuklida

Pengolahan tailing menjadi bijih timah

Penyinaran deret uranium dan thorium kepada para pekerja

232

Th (37-327 kBq/kg)

226

Ra (16- 174 kBq/kg)

Pemurnian thorium Masuknya 220Rn dalam tubuh para

pekerja melalui pernafasan

220Rn ≤ 19 Bq dalam saluran pernafasan

Ekstraksi Fe –Nb dari pirokhlorida

Limbah cair dan pajanan oleh 222Rn Efluen 226Ra ( sekitar 1.110 Bq/l )

222Rn (≤ 22 Bq/l ) di daerah kerja

Daur ulang leburan Sn (timah) Penyinaran radiasi gamma 232Th (333-7.696 Bq/kg) dalam bentuk slag Laju dosis (23-226 µR/jam)

Reklamasi open-pit tambang dan pengolahan bijih uranium

Pemasukan 226Ra dalam tubuh ikan 226Ra (≤ 259 Bq/kg) pada tulang

Lepasan radionuklida alam dari air yang digunakan oleh

pengoperasian tambang uranium

(7)

menimbulkan cemaran radionuklida alam di sekitar daerah penambangan tersebut.

Kandungan bijih uranium dalam limbah cukup besar dan lebih tinggi dibandingkan limbah industri tambang fosfat yang dihasilkan oleh industri uranium. Industri tambang fosfat di Amerika Serikat mengekstraksi sekitar 40% lebih U3O8 per tahun dibandingkan dengan tambang

uranium. Hal ini menunjukkan bahwa ekstraksi total bijih dari kedua industri tersebut menghasilkan aktivitas 226Ra sebesar 370 TBq/tahun. Produksi pupuk akan memberikan hasil samping berupa limbah (lumpur dan gipsum) yang mengandung kadar 226Ra cukup tinggi (Gambar 5).

Tabel 5 Kadar radionuklida alam di kawasan tambang timah di Pulau Bangka (Indonesia)[4].

Kadar (Bq/kg)

Sampel 226

Ra 232Th 40K

Pasir mineral 375-1.706 252-4.089 68-374

Pasir tailing 609-1.588 614-2.116 24-50

Pasir zirkon (low grade)

6112 18.078 1.256

Pasir zirkon (high grade)

5.128 15.694 1.101

Pasir ilmenite 7.633 7.144 4.313

Slag 3.535-3.623 5.196-5.305 295-317

Lumpur 2.527 3.882 252-295

Debu pada filter cooler

40 29 80

Berdasarkan data tersebut diperkirakan daur ulang dari bahan berupa gipsum akan menghasilkan kadar radionuklida alam (226Ra) cukup tinggi. Hal ini dapat menyebabkan penyinaran ganda pada radiasi terestrial untuk para pekerja di gudang pabrik penyimpanan fosfat. Industri peleburan bijih tambang dihadapkan dengan pengelolaan limbah padat. Tailing sering dimanfaatkan atau didaur ulang dalam bentuk bahan-bahan untuk kontruksi

bangunan. Walaupun demikian kandungan radionuklida alam dalam beberapa tailing cukup tinggi, misalnya kadar 226Ra dalam niobium-tailing dapat mencapai 46 kBq/kg yang seharusnya tidak dapat diterima untuk didaur ulang karena tingkat aktivitasnya sangat tinggi.

2.03

PPBT, area penimbunan bijih timah PPBT, area pemisahan timah Pabrik, area pencetakan timah Pabrik, area filter cooler Laboratorium

Gambar 4. Hasil pengukuran laju dosis efektif total di kawasan tambang timah di Pulau Bangka[4].

0

Gambar 5. Kadar 226Ra dalam produk komersil dan limbah yang berasal dari batuan fosfat di

Florida (Amerika Serikat)[1].

PENYINARAN INDOOR

Penyinaran radiasi indoor berasal dari lepasan gas radon dan laju dosis radiasi gamma

Peningkatan radiasi alam akibat pemanfaatan 85

(8)

dari limbah industri yang didaur ulang dan biasanya berbentuk bahan-bahan berupa seni untuk bangunan rumah, misalnya slag yang diperoleh dari industri tembaga dan gipsum yang diperoleh dari industri fosfat (Tabel 6). Kadar radionuklida 226Ra yang terkandung dalam slag

dan gipsum dapat mencapai 2.100 Bq/kg. Abu terbang yang berasal dari pembakaran batubara (PLTU batubara) banyak digunakan untuk campuran bahan bangunan, misalnya untuk campuran semen (kadar 226Ra dalam semen dapat mencapai 230 Bq/kg). Bahan bangunan yang berasal dari bahan-banan tersebut perlu dipertimbangkan jika akan dipakai sebagai bahan konstruksi bangunan rumah, karena tingkat radiasi yang dihasilkan berupa gas radon dan radiasi gamma memberikan dampak radiologi yang cukup serius.

Pengukuran kadar gas radon di dalam gudang penyimpanan bahan bangunan bawah tanah di Cina mencapai 1.100 Bq/l. Data ini melebihi rekomendasi yang diberikan oleh IAEA, yaitu 1.000 Bq/m3. Bangunan lain yang serupa tetapi menggunakan laju ventilasi sekitar 0,2 liter per jam dapat menurunkan kadar gas radon dalam ruangan (≤ 370 Bq/m3). Penyinaran dari gas radon di dalam ruangan dari mancanegara diperlihatkan pada Tabel 7.

Dalam kegiatan tambang bawah tanah penyinaran gas radon dan thoron memberikan dampak terhadap lingkungan terutama kepada para pekerja. Pengukuran gas radon dan thoron dan hasil luruhannya yang berupa partikel radioaktif dan tambang emas, batubara dan tembaga telah dilakukan di beberapa negara, misalnya di India, Inggris, Sweedia, Polandia, dan Jerman. Hasil pengukuran kadar gas radon dan thoron di beberapa lokasi tambang bawah tanah lebih tinggi dibandingkan dengan di tambang terbuka. Telah diperoleh informasi bahwa hasil pengukuran kadar gas radon di tambang bawah tanah berkisar dari 65 Bq/m3 sampai 5.000 Bq/m3, bergantung pada jenis tambang dan ventilasi udara di dalam terowongan. Hasil pengukuran kadar gas radon dan thoron di tambang emas bawah tanah di

Pongkor, Jawa Barat masing-masing berkisar dari 18 Bq/m3 sampai 5.040 Bq/m3 untuk gas radon dan tidak terdeteksi sampai 11.000 Bq/m3. Perkiraan laju dosis efektif kolektif maksimum 2,4 mSv/tahun untuk gas radon dan 0,03 mSv/tahun untuk gas thoron [5].

Tabel 6. Kadar 226Ra dalam limbah industri yang didaur ulang sebagai bahan bangunan[1].

Bahan bangunan Bahan asli

Kadar

Fosfogipsum Industri pupuk

fosfat

259-1.038

Slag fosfor Industri pupuk fosfat

160-2.000

Boulder flint,grit Batuan dari limbah pertambangan

37-1.870

Slag Industri tembaga 481-2.097

Tabel 7. Penyinaran gas radon di dalam ruangan khusus bukan tempat tinggal[1].

Kawasan Kadar

222

tor mineral 400-1.148

Lemari kaca yang ter-tutup (untuk pameran)

Gedung

limbah 174

Berdinding batu

Ruang kontrol

aselerator 64

Ruangan dengan penah-an radiasi dari beton

Hotel (tempat

rekreasi) 511-1.100

Tempat perlindungan bawah tanah

Laboratorium

radon 1.230

Pemrosesan dengan aktivitas 12 GBq/thn

Ruangan

bawah tanah 17-320

(9)

PENINGKATAN DOSIS EFEKTIF KOLEKTIF

Pemanfaatan berbagai sumber daya alam yang berasal dari dalam tanah yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, bersama dengan jumlah orang yang mungkin mendapat penyinaran radiasi alam akan mendapat dampak penyinaran radiasi kolektif pupolasi global. Sumber radiasi alam yang penting dan perkiraan laju dosis efektif total (collective dose equivalent committment atau CEDEC), yang merupakan penjumlahan laju dosis efektif penyinaran eksterna radiasi gamma dan laju dosis efektif penyinaran interna gas radon pada penduduk dunia selama satu tahun disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Perkiraan laju dosis efektif total yang diterima penduduk dunia[1].

Sumber

radaiasi Hasil samping

Laju dosis efektif total

(man Sv/tahun)

Produksi energi 2.000

Pemakai domestik ≤ 40.000

Batubara

Abu terbang 50.000

Minyak bumi Produksi energi 100

Gas alam Produksi energi 3

Pabrik 10.000 Industri

fosfat Daur ulang, limbah 300.000

PENUTUP

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sering melupakan perlunya jaminan keselamatan lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Sesuai dengan realita alamiah dan kenyataan kehidupan bangsa yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup, faktor lingkungan merupakan hal utama untuk dipertimbangkan bagi terciptanya kesejahteraan dan keamanan masyarakat generasi sekarang dan yang akan datang. Pembangunan masyarakat berwawasan lingkungan pada hakekatnya adalah pembangunan yang tetap menjaga keserasian hubungan dinamika antara berbagai kegiatan pembangunan dengan lingkungan hidup.

Berdasarkan hal tersebut di atas Badan Tenaga Nuklir Nasional, khususnya Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir (P3KRBiN-BATAN), sesuai dengan tugasnya telah mampu memberikan jaminan pengendalian lingkungan akibat kegiatan yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan oleh zat radioaktif dengan cara melakukan pengawasan keselamatan lingkungan di tingkat nasional dan pemantauan tingkat kontaminasi radionuklida (Pasal 121, No.3, Keputusan Kepala BATAN, No. 73/KA/IV/1999, Tentang Organisasi dan Tata Kerja BATAN Serta Balai di Lingkungan BATAN)[6]. Informasi data yang penulis sajikan mudah-mudahan dapat memberikan gambaran dan perencanaan yang terpadu antara pengembangan teknologi, pembangunan dan lingkungan, sehingga kegiatan penggalian dan pemrosesan sumber daya alam dari dalam tanah yang mungkin dapat menimbulkan pencemaran dan dampak radiologi kepada para pekerja dan masyarakat dapat ditekan serendah mungkin dan penanganannya harus dilakukan secara sungguh-sungguh jangan sampai menimbulkan risiko radiasi bagi pekerja dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

1. STEINHAUSLER, F., Technolocally Enhanced Natural Radiation and the Significance of Related Risk, Intern.Conf. High Levels of Natural Rad., Ramsar, Islamic Republic of Iran, 3-7 November 1990.

2. UNSCEAR, Exposures from Natural Sources of Radiation (Annex A), United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation, Report to the General Assembly, New York–United Nations, 1993. 3. UNSCEAR, Exposures from Natural Sources

of Radiation (Annex A), UNSCEAR, Report to the General Assembly, New York–United Nations, 2000.

4. HISWARA,E., dkk, Pengukuran Tingkat Radiasi dan Radioaktivitas Lingkungan di Daerah Industri Tambang Timah (Bangka),

Peningkatan radiasi alam akibat pemanfaatan 87

(10)

Prosiding PIKRL P3KRBiN, ISSN 0854-4085, Jakarta, 2-3 September 1998.

5. BATAN, Laporan Survei Keselamatan Radiasi Penyinaran Gas Radon dan Thoron di Tambang Emas Bawah Tanah di Pongkor,

Jawa Barat, P3KRBiN-BATAN, Jakarta, 2002.

6. BATAN, Keputusan Kepala BATAN, No. 73/KA/IV/1999 Tentang Organisasi dan Tata Kerja BATAN, Jakarta 1999.

Naskah/makalah dapat ditujukan kepada : Tim Redaksi Buletin ALARA

u.p. Imawan Alfin

P3KRBiN – BATAN

Jalan Cinere Pasar Jumat, Kawasan PPTN Pasar Jumat Jakarta Selatan (12440)

PO. Box 7043 JKSKL, Jakarta 12070 Para Pembaca yang budiman,

Buletin ALARA menerima naskah iptek ilmiah populer yang membahas tentang “Keselamatan Radiasi dan Keselamatan Lingkungan dalam Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir untuk Kesejahteraan Masyarakat”. Naskah yang dikirimkan ke Redaksi Buletin ALARA adalah naskah yang khusus untuk diterbitkan oleh Buletin ALARA dengan melampirkan 1 eksemplar dan disket yang berisi file makalah tersebut. Apabila naskah tersebut telah pernah dibahas atau dipresentasikan dalam suatu pertemuan ilmiah, harus diberi keterangan mengenai nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Redaksi berhak mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isi dan maksud tulisan.

Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia yang baku dan mengikuti tata cara (format) penulisan suatu makalah yang benar. Istilah asing dalam naskah harus ditulis miring dan diberi padanan kata Bahasa Indonesia yang benar. Naskah diketik menggunakan font 11 Times New Romans dengan 1,5 spasi pada kertas ukuran kuarto, satu muka, margin kiri 3 cm; margin atas, bawah, kanan 2,5 cm. Lebih disukai bila panjang tulisan kira-kira 8 – 17 halaman kuarto. Nama (para) penulis ditulis lengkap disertai dengan keterangan lembaga/fakultas/institut tempat bekerja dan bidang keahlian (jika ada) pada catatan kaki. Tabel/skema/grafik/ilustrasi dalam naskah/makalah dibuat sejelas-jelasnya dalam satu file yang sama. Kepustakaan diberi nomor sesuai dengan pemunculannya dalam naskah/makalah. Ketentuan penulisan kepustakaan adalah,

1. HATTORI, T., ICHIJI, T., ISHIDA, K., Behavior of radon and its progeny in Japanese office, Radiat. Prot. Dosim. Vol. 62 (3), pp. 151-155, (1995). (Bila yang diacu jurnal/majalah/prosiding)

2. NEVISSI, A.E., Methods for detection of radon and radon daughters, In : Indoor radon and its hazards, edited by D. Bodansky, M.A. Robkin, D.R. Stadler, University of Washington Press, pp. 30 – 41 (1987) (Bila yang diacu dalam satu buku yang merupakan kumpulan tulisan, seperti Handbook, Ensiklopedi dll).

3. AFFANDI, Pengukuran radionuklida alam pada bahan bangunan plaster board fosfogipsum dengan

menggunakan spektrometer gamma, Skripsi S-1, Jurusan Fisika FMIPA UI, (1996). (Bila yang diacu

skripsi/thesis)

4. MARTINA and HARBISON, S.A., An introduction to radiation protection, Chapman and Hall, London, New

York (1986)

Gambar

Tabel 1 Kadar radionuklida yang terlepas ke lingkungan akibat kegiatan  produksi energi non-nuklir [1]
Gambar 1.   rock oil atau sering disebut minyak (oil), dalam jumlah besar dapat dipakai sebagai bahan untuk
Gambar 2. Perbandingan faktor pengayakan
Gambar 3. Dampak lingkungan abu terbang di atmosfer akibat pengoperasian PLTUB [1].
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan belum adanya standar atau ukuran yang dipergunakan dalam penetapan kuota produksi untuk setiap IUP, maka Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dalam hal

negara-negara lain yang memiliki wilayah dan potensi kelautan yang jauh lebih kecil dari Indonesia.. (seperti Norwegia, Thailand, Philipina, dan Jepang), kegiatan ekonomi

Ketidakhadiran Amerika Serikat dalam upaya denuklirisasi Korea Utara akan menjadi preseden bahwa Amerika Serikat secara tidak langsung menyetujui apa yang sudah

atau wiraswastawan berarti orang yang berjuang dengan gagah, berani, juga luhur dan pantas diteladani dalam bidang usaha, atau dengan kata lain wirausahawan adalah orang-orang yang

Yang ditampilkan dalam grafik ini adalah nilai mean dan standard deviasi 8 gambar training yang memiliki kemiripan terdekat dengan gambar query, sehingga dari

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas IV di SD Negeri 24 Palembang tahun ajaran 2018/2019 yaitu, guru dalam kegiatan proses pembelajaran

Berdasarkan dari kedua pemaparan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa model cooperative learning tipe NHT terdiri dari beberapa langkah, yaitu pembagian

Hasil kajian menunjukkan bahwa selama periode 1995-2005, indeks kepekaan dan daya penyebaran dari sub sektor yang tercakup dalam sektor kelautan dan perikanan