• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa hukum Ekonomi untuk PP Pengupaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisa hukum Ekonomi untuk PP Pengupaha"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

M A K A L A H

PENDEKATAN ANALISA EKONOMI ATAS HUKUM DALAM MENGUJI EFIENSI PENERAPAN PP NO. 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN

TERHADAP UPAYA MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN PEKERJA

Disusun Untuk :

Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisa Ekonomi Atas Hukum Semester I

Dosen:

Pro. Hikmahanto J. SH., LLM., Ph. D Firroz Gaffar, SH., MH.

OLEH :

ECI ERNAWATI

MAGISTER ILMU HUKUM

UNIVERSITAS TRISAKTI

(2)

2

Daftar Isi

Lampiran Berita……… 3

A. Latar Belakang………..5

B. Pokok Permasalahan……….. 7

C. Analisa………7

D. Kesimpulan………..13

(3)

3 Jokowi Teken PP, UMP 2016 Sudah Pakai Formula Upah Baru1

Lani Pujiastuti - detikfinance Senin, 26/10/2015 12:07 WIB

Jakarta -Pemerintah merilis formula baru penentuan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang tertuang dalam paket kebijakan ekonomi jilid IV. Rumus perhitungan kenaikan

UMP buruh tiap tahunnya yaitu berdasarkan tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri mengatakan, Peraturan Pemerintah (PP)

Pengupahan terkait formula tersebut sudah final dan mulai berlaku untuk kenaikan UMP

2016. Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menandatangani PP tentang pengupahan.

"Intinya PP (pengupahan) sudah selesai. PP itu langsung berlaku terkait peningkatan upah

minimum tahun 2016," kata Menaker Hanif Dhakiri, di kantornya usai membuka Rapat

Koordinasi Pengawasan dan Pendendalian Keuangan di Ruang Tri Darma Kemenaker,

Jakarta, Senin (26/10/2015).

Pihaknya sudah melakukan sosialisasi kepada para kepala dinas tingkat kabupaten/kota

maupun provinsi terkait mulai berlakunya PP Pengupahan pada 2016.

1

(4)

4 "Langsung tidak lama setelah diumumkan paketnya, kita sosialisasi ke daerah. Kita sudah

sosialisasikan ke seluruh kepala daerah kemarin kita sudah kumpulkan mereka di sini," ujar

Menaker. Terkait soal komponen-komponen dalam Kebutuhan Hidup Layak (KHL), menurut

Menaker evaluasinya akan berlaku lima tahun. Artinya tidak mengikuti evaluasi kenaikan

upah tiap tahun. Jumlah komponen KHL saat ini mencapai 60 item, meskipun buruh

mendesak komponennya ditambah hingga 84 item.

"Evaluasi KHL tetap per lima tahun, evaluasi mengenai jenis dan komponen KHL. Kalau

kenaikan upah pekerja setiap tahun. Evaluasi KHL tiap satu tahun, siapa yang usul? saya

nggak tahu," jelasnya.

Formula kenaikan upah, menurut Hanif, cukup diatur dalam Perpres. Aturan turunannya

yaitu Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) akan mengatur selain formula

kenaikan.

"Permenaker, aturan soal upah itu ada 7 misalnya pendapatan non upah, bonus, dan THR.

Kalau soal upah minimum pakai PP. Formulanya pakai UMP, inflasi dan pertumbuhan

ekonomi nasional," ujarnya. Rumusan baru pengupahan dalam Peraturan Pemerintah (PP)

yaitu UMP tahun depan = UMP tahun berjalan + (UMP tahun berjalan x (inflasi +

pertumbuhan ekonomi)).

Sebagai contoh, kondisi UMP di DKI Jakarta dengan inflasi dan pertumbuhan ekonomi

masing-masing 5%. Maka UMP sekarang Rp 2,7 juta, ditambah Rp 2,7 juta dikali 10%.

Artinya Rp 2,7 juta ditambah Rp 270.000 yang berarti Rp 2,97 juta.

Dengan terbitnya PP Pengupahan, akan diikuti dengan 7 Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan, yakni:

 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang Formula UM

 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang Penetapan UMP/UMK

 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang Penetapan UMS

 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang Struktur Skala Upah

 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang THR

 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang Uang Service

(5)

5 Pendekatan Analisa Ekonomi atas Hukum dalam Menguji Efiensi Penerapan PP no. 78

tahun 2015 Terhadap Upaya Mewujudkan Kesejahteraan Pekerja

Yang menjadi fokus perhatian adalah berkenaan dengan kemungkinan munculnya ketidakefisienan

(inefficiency) dari pembentukan, penerapan maupun enforcement dari peraturan perundang-undangan.

A. Latar Belakang

Massa aksi buruh terus menolak penerapan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 78 tahun

2015 tentang Pengupahan. “PP 78 terbukti menyensarakan kesejahteraan buruh karena kenaikan upah dipatok 11 persen dari UMK sebelumnya’ ucap salah satu perwakilan

pekerja.2 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan juga mengatur agak rinci mengenai masalah upah minimum. Menurut PP ini, Gubernur

menetapkan Upah minimum sebagai jaring pengaman.“Upah minimum sebagaimana

dimaksud merupakan Upah bulanan terendah yang terdiri atas: a. Upah tanpa

tunjangan; atau b. Upah pokok termasuk tunjangan tetap,” bunyi Pasal 41 ayat (2) PP tersebut. PP ini menegaskan, bahwa Upah minimum sebagaimana dimaksud hanya

berlaku bagi Pekerja/Buruh dengan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun pada

Perusahaan yang bersangkutan.3

Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk

tunjangan tetap.4 Upah ini berlaku bagi mereka yang lajang dan memiliki pengalaman kerja 0-1 tahun, berfungsi sebagai jaring pengaman, ditetapkan melalui Keputusan

Gubernur berdasarkan rekomendasi dari Dewan Pengupahan dan berlaku selama 1

tahun berjalan.5 Upah Minimum juga sebagai suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di

dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Karena pemenuhan kebutuhan yang layak di

setiap propinsi berbeda-beda, maka disebut Upah Minimum Propinsi.6

2

http://www.beritalima.com/2015/11/19/ribuan-buruh-tolak-pp-78-tahun-2015/, akses: 1 februari 2016

3

(6)

6 Pada tahun 2015 pemerintah merilis formula baru penentuan kenaikan Upah Minimum

Provinsi (UMP) yang tertuang dalam paket kebijakan ekonomi jilid IV. Rumus

perhitungan kenaikan UMP buruh tiap tahunnya yaitu berdasarkan tingkat inflasi dan

pertumbuhan ekonomi.7 Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri mengatakan, Peraturan Pemerintah (PP) Pengupahan terkait formula tersebut sudah final dan mulai

berlaku untuk kenaikan UMP 2016 (seperti yang tertulis pada artikel yang terlampir

pada makalah ini). Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menandatangani PP tentang

pengupahan. Ia menegaskan, bahwa sistem pengupahan baru yang didasarkan pada

Upah Minimum Provinsi (UMP) ditambah perhitungan inflasi dan pertumbuhan

ekonomi sudah ada dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) yang akan segera

diberlakukan pada tahun ini, yang artinya diterapkan pada tahun yang akan datang.8 Menurutnya, konsep penghitungan upah itu memberi kepastian betul pada pekerja

bahwa upah naik tiap tahun, kedua memberikan kepastian bagi dunia usaha karena

masalah pengupahan ini bisa diprediksi.9

Namun kita perlu melihat beberapa persoalan yang justru akan timbul dari

implementasi peraturan tersebut. Hal tersebut akan muncul dari pihak-pihak yang

terlibat langsung, yaitu pengusaha dan buruh. Menurut analisa salah satu perwakilan

buruh mengatakan bahwa PP No. 78 tahun 2015 bertentangan dengan UU No. 13

tahun 2003. Dalam UU No. 13 tahun 2003, penetapan upah minimum dilakukan oleh

kepala daerah berdasarkan rekomendasi dewan pengupahan yang terdiri atas

perwakilan pengusaha, buruh, dan pemerintah. Faktor inflasi dan pertumbuhan

ekonomi hanya merupakan salah satu bahan pertimbangan. Sementara dalam PP No.

78 tahun 2015, besaran upah minimum pada tahun tertentu dihitung berdasarkan

formula: Upah minimum tahun sebelumnya + {upah minimum tahun sebelumnya x

(inflasi tahun sebelumnya + pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya)}, 10 Sehingga muncul prediksi bahwa dengan formula perhitungan UMP di PP No. 78 tahun 2015,

7

http://finance.detik.com/read/2015/10/26/120711/3053241/4/jokowi-teken-pp-ump-2016-sudah-pakai-formula-upah-baru

8

(7)

rakyat.com/ekonomi/2015/10/15/346161/sistem-baru-pengupahan-berdasarkan-ump-dan-inflasi-diterapkan-7 besaran kenaikan upah tahunan yang diterima buruh berpotensi berkurang. Dimana hal

ini justru akan merugikan buruh itu sendiri. Lalu bagaimana dengan pengusaha, apakah

pp tersebut merupakan efisiensi perusahaan yang nantinya justru akan menguntungkan

perusahaan? Melalui tulisan ini , penulis akan menganalisa terkait sebab akibat dan

pemecahan masalah terhadap masalah yang timbul akibat penerapan pp no. 78 tentang

penetapan upah minimum.

B. Pokok Permasalahan

Apakah PP no. 78 tahun 2015 tetang penetapan Upah Minimum merupakan aturan

hukum ekonomi yang efisien bagi kesejahteraan pekerja , ditinjau dari teori analisa

ekonomi atas hukum?

C. Analisa

Pembangunan Hukum Ekonomi dalam arti penataan hukum di bidang ekonomi yang

dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan merupakan kebutuhan dasar yang

mendesak untuk dilakukan. Ekonomi bangsa Indonesia semakin lama semakin lemah

terhadap bangsa-bangsa luar. Fondamen dasar ekonomi Indonesia mulai dipertanyakan

karena terbukti tidak tahan terhadap gempuran asing sebagai akibat globalisasi

ekonomi. Bahkan krisis ekonomi yang telah dimulai di tahun 1997/1998 terus berlanjut

hingga sekarang bahkan menjalar menjadi krisis multi-dimensi.11

Analisa ekonomi atas hukum merupakan suatu aliran pemikiran hukum yang tidak

hanya mendukung bahwa hukum harus memperhatikan efisiensi ekonomi, tetapi juga

mengemukakan suatu teori deskriptif tentang efisiensi ekonomi dan perlindungan

kekayaan sebagai suatu nilai (the economic efficienscuy and the protection of wealth as

a value).12 Tokoh utama yang dianggap memberikan inspirasi munculnya pemikiran

Analisis ekonomi atas hukum tersebut adalah si utilitarian Jeremy Bentham (1789). Ia

berpendapat bahwa terdapat kecenderungan orang berperilaku dengan tujuan

mendapatkan sebesar mungkin kenikmatan dan meminimalisir sekecil mungkin

11

http://isrok-isrok.blogspot.co.id/2008/05/analisis-ekonomi-atas-hukum.html#_ftn9, akses: 31 Januari 2016

12

(8)

8 penderitaan.13 Tokoh pemikir utilitarianisme ini melakukan pengujian secara sistemik bagaimana orang bertindak berhadapan dengan insentif-insentif hukum dan

mengevaluasi hasil-hasilnya menurut ukuran-ukuran kesejahteraan sosial (social

welfare). Pemikirannya ini dituangkan dalam karya-karya tulisnya berupa analisis hukum

pidana dan penegakannya, analisis mengenai hak milik dan subtantial treatment atas

proses-proses hukum.14

Menurut Robert Cooter dan Thomas Ulen pendekatan ekonomi untuk mengevaluasi

hukum dan kebijakan, bahwa hukum hendaknya tidak hanya dipandang sebagai suatu

teknik berargumen, hukum adalah instrumen untuk mendorong tujuan kepentingan

sosial. Agar dapat diketahui bahwa hukum mempunyai tujuan ini, hakim dan para

pembentuk hukum lainnya harus mempunyai metode mengevaluasi hukum yang

berdampak pada nilai kepentingan sosial. Ilmu ekonomi memprediksi dampak kebijakan

pada efisiensi. Efisiensi selalu relevan untuk membuat kebijakan, karena itu selalu lebih

baik mendorong setiap kebijakan yang mempunyai biaya rendah daripada biaya tinggi.15 Jadi yang dimaksud dengan pendekatan dari aspek efisiensi (ekonomi) dalam

memandang hukum adalah dalam upaya meminimalisasi cost terhadap beroperasinya

(aturan) hukum yang telah disusun oleh para ahli hukum agar tidak menimbulkan biaya

ekonomi tinggi, tidak efisien dan tidak rasional16 dan itu merupakan tuntutan perkembangan berbagai jenis peraturan (hukum) yang berkaitan dengan bidang

ekonomi.

Menurut Posner berperannya hukum harus dilihat dari segi nilai (value), kegunaan

(utility) dan efisiensi (efficiency). Posner mendefinisikan efisiensi dengan mengatakan: “

13 Prinsip ini sederhana karena secara alamiah orang akan cenderung menyetujui sesuai dengan

pengalamannya. Namun prinsip itu dapat diteruskan dengan mengatakan bahwa kalau kita memaksimalkan kemampuan kita untuk menerima penderitaan maka kenikmatan yang akan kita dapatkan pun akan semakin maksimal.

14

Peri Umar Faruk, Analisis Ekonomi Atas Perkembangan Hukum Bisnis Indonesia,

http://mhugm.wikidot.com/artikel:004

15

Robert Cooter dan Thomas Ulen, Law and Economic, Scott, Foresman and Company, Glenview, Illionis,1998, hlm. 3

16

(9)

9 . . . that allocation of resources in which value is maximized”.17 Selanjutnya Posner mengemukakan pandangannya tentang penggunaan teori ekonomi dalam hukum

dengan mengatakan, “many of the doctrines an institution of the legal system are best

understood and explained as efforts to promote the efficient of resources’ and that “the

common law is best . . . explained as a system for maximizing the wealth of society”. 18

Menurut Richard Posner dikatakan bahwa undang – undang dapat mempengaruhi

kebijakan yang dibuat perusahaan. Selain itu, undang – undang juga dapat digunakan

untuk mengatur persaingan bisnis serta tingkah laku pasar. Analisis ekonomi atas

hukum adalah suatu pendekatan teori hukum yang menggunakan metode ekonomi dan

hukum. Ini termasuk penggunaan konsep-konsep ekonomi untuk menjelaskan efek

hukum, untuk menilai mana aturan-aturan hukum ekonomi yang efisien.19 Pemilihan prinsip efisiensi ini berdasarkan pada kemudahannya untuk dipahami, karena tidak

memerlukan rumusan-rumusan teknis ilmu ekonomi atau rumus berupa angka-angka.

Yang menjadi fokus perhatian adalah berkenaan dengan kemungkinan munculnya

ketidakefisienan (inefficiency) dari pembentukan, penerapan maupun enforcement dari

peraturan perundang-undangan.20

Dengan pertimbangan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Undang-Undang Nomor

13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Presiden Joko Widodo pada tanggal 23

Oktober 2015 telah menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015

tentang Pengupahan. Adapun kebijakan pengupahan itu meliputi: a. Upah minimum; b.

Upah kerja lembur; c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan; d. Upah tidak masuk

kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya; e. Upah karena menjalankan

hak waktu istirahat kerjanya; f. bentuk dan cara pembayaran Upah; g. denda dan

potongan Upah; h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan Upah; i. struktur dan

17 Richard A.Posner, Economic Analysis Of Law, Fourth Edition, Little Brown and Company, Boston, Toronto,

London, 1992,hlm.11-15

18

Ibid., ,hlm. 27

19

David Friedman (1987). “law and economics,” The New Palgrave: A Dictionary of Economics, v. 3, p. 144. Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Law_and_economicsn

20

(10)

10

skala pengupahan yang proporsional; j. Upah untuk pembayaran pesangon; dan k. Upah

untuk perhitungan pajak penghasilan.21

Dalam PP itu disebutkan, bahwa kebijakan pengupahan diarahkan untuk pencapaian

penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi Pekerja/Buruh. Penghasilan

yang layak sebagaimana dimaksud merupakan jumlah penerimaan atau pendapatan

Pekerja/Buruh dari hasil pekerjaannya sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup

Pekerja/Buruh dan keluarganya secara wajar.

Dengan peraturan pemerintah nomor 78 tahun 2015 tentang pengupahan yang baru

ini, formulasi upah kedepannya dihitung hanya sekedar angka inflasi dan pertumbuhan

ekonomi yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah (BPS), dengan mengabaikan

survey harga-harga kebutuhan pokok setiap tahunnya yang menjadi patokan Komponen

Hidup Layak. Selain itu dengan adanya PP ini kewenangan dewan pengupahan dalam

menentukan besaran upah juga diambil alih oleh BPS. Dalam ketentuan Pasal 45 dan

Pasal 47 PP Pengupahan, kewenangan Dewan Pengupahan hanya-lah melakukan

peninjauan kebutuhan hidup layak, dengan tetap berdasarkan Peraturan Menteri

Tenaga Kerja tentang penetapan komponen dan jenisnya. Padahal seharusnya,

Gubernur sebelum menetapkan besaran upah minimum provinsi dan kabupaten/kota,

memperhatikan saran dan pertimbangan Dewan Pengupahan, sebagaimana diatur

dalam Pasal 6 ayat (3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13

Tahun 2012.22

Jika kita melihat teori Richard Posner diatas, PP 78 tahun 2015 tentang penetapan upah

minimum, sangat jelas dapat mempengaruhi kebijakan yang dibuat perusahaan ,

dimana pelaksana dari pemberian upah untuk pekerja adalah perusahaan. Disitulah

kemudian kesejahteraan pekerja dapat dilihat. Selain itu berhubungan dengan teori ini

dikatakan bahwa analisis ekonomi atas hukum adalah suatu pendekatan teori hukum

21

Inilah Ketentuan Tentang Upah Minimum Dalam PP Nomor 78 Tahun 2015 http://setkab.go.id/inilah-peraturan-pemerintah-nomor-78-tahun-2015-tentang-pengupahan/, akses; 1 februari 2016

22

(11)

11 yang menggunakan metode ekonomi dan hukum. Yang mana efek dari penerapan PP 78

tahun 2015 ini akan menyasar pada kesejahteraan pekerja.

Jika melihat pada perhitungan upah minimum yang tercantum dalam PP 78 tahun 2015,

formula upah minimum itu memperhitungkan persentase inflasi dan pertumbuhan

produk domestik bruto (PDB). PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang

dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, inilah yang menjadi

ukuran apakah ada pertumbuhan ekonomi atau tidak.23

Tingginya tingkat inflasi di Indonesia menyebabkan tingginya harga kebutuhan pokok

dimasyarakat, hal inilah yang mendorong para pekerja selalu menuntut kenaikan upah

minimum akibat penyesuaian yang harus pekerja lakukan untuk memenuhi kebutuhan

hidup keluarganya. Dalam paket kebijakan ekonomi IV, formulasi besaran kenaikan

upah minimum pekerja sudah dapat diprediksi oleh para pemilik perusahaan untuk

tahun mendatang, para karyawan atau pekerja mendapatkan kepastian kenaikan upah

minimum hingga 5 tahun mendatang sejak diterapkannya upah minimum pertama

dengan acuan tingkat inflasi ditambah nilai pertumbuhan ekonomi.24

Menurut Hanif Dakhiri (Menteri Tenaga Kerja RI), fakta di lapangan menunjukkan

adanya peningkatan upah minimum 11,5 persen bagi daerah yang telah

mengimplementasikan kebijakan ini, sedangkan yang belum mengimplementasikan

kebijakan ini hanya meningkat sekitar enam hingga sembilan persen.25 kalau formula penghitungan tersebut tidak dilaksanakan pemerintah daerah, pemerintah juga bisa

memberikan sanksi kepada pemerintah daerah.26

23

Benarkah PP Pengupahan perbaiki nasib buruh? http://www.antaranews.com/berita/526104/benarkah-pp-pengupahan-perbaiki-nasib-buruh, akses: 31 Januari 2016

Menaker harapkan penerapan PP 78 dilihat faktanya,

http://www.antaranews.com/berita/532647/menaker-harapkan-penerapan-pp-78-dilihat-faktanya, akses: 31 januari 2016

26

(12)

12 Lewis A. Kornhauser27 dalam tulisannya berjudul Legal Foundations of Economic Analysis of Law, mengemukakan tiga pertanyaan, yakni: Pertama, bagaimana hukum

mempengaruhi perilaku orang? Atau apakah hukum memiliki kekuatan normatif yang

mengarahkan perilaku orang baik swasta maupun publik (pegawai negeri)? Kedua,

apakah hukum hanya merupakan suatu alat? Dan yang ketiga adalah bagaimanakah

seharusnya kita mengevaluasi aturan-aturan dan lembaga hukum itu? Kornhauser

mengajukan tiga hal yang melatarbelakangi ketiga pertanyaan tersebut di atas.

Pertama, klaim yang paling mendasar adalah bahwa hukum itu adalah alat, artinya

masyarakat merancang aturan dan lembaga hukum untuk suatu tujuan kedepan. Klaim

ini disebut dengan analisa kebijakan (policy analysis) yang membawahi dua klaim

dibawahnya yakni bahwa setiap orang akan berperilaku merespon suatu aturan hukum

“secara ekonomi” dan bahwa kita harus melakukan evaluasi aturan dan lembaga hukum

itu atas akibatnya terhadap kesejahteraan setiap orang.

Dalam hal ini PP 78 adalah alat, artinya pemerintah merancang aturan dan lembaga

hukum untuk suatu tujuan kesejahteraan pekerja, dan kemampuan perusahaan dalam

memberikan upah kepada pekerjanya. Untuk itu perusahaan akan merespon atau

mentaati pp78 ini melalui perhitungan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan

apabila menerapkannya. Jika itu tidak sesuai dengan kemampuan dan bahkan membuat

perusahaan rugi, akan sangat besar kemungkinan perusahaan tidak menerapkan

kebijakan tersebut kepada pekerjanya, dan ini akan sangat mempengaruhi pendapatan

para pekerja yang berhubungan dengan kesejahteraan. Ini termasuk penggunaan

konsep-konsep ekonomi untuk menjelaskan efek hukum, untuk menilai mana

aturan-aturan hukum ekonomi yang efisien.

Dalam hal PP 78 tahun 2015 ini pemerintah sebagai pembuat kebijakan, namun bukan

pelaksana terhadap penerapan aturan tersebut, melainkan pelaksananya adalah

perusahaan. Permasalahannya adalah upah minimum dapat dirasakan oleh pekerja,

apabila perusahaan bersedia menerapkannya. Dapat kita dilihat disni PP 78 tahun 2015

bukan penjamin terimplementasinya upah minimum bagi para pekerja yang mana

27

(13)

13 melalui upah minimum itu adalah sebagai salah satu bagian terwujudnya kesejahteraan

buruh.

Ketidak efisienan dari PP 78 tahun 2015 tentang pengupahan ini, juga terlihat karena

bertentangan dengan undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

yang prinsipnya seputar pengupahan bahwa setiap buruh atau pekerja berhak

memperoleh penghasilan untuk memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan,

dan juga pengupahan harus melindungi pekerja atau buruh. Namun dalam peraturan

pemerintah tentang pengupahan yang disahkan ini, pemerintah tidak memenuhi prinsip

penghidupan yang layak bagi buruh dan tidak melindungi pekerja. Sehingga PP ini

bertentangan dengan isi UU 13/2003, isi dalam PP tersebut ada ketidaksingkronan

secara hirarkis peraturan perundang-undangan, dan formula rumus kenaikan upah

minimum tidak didasari kondisi ekonomi obyektif di wilayah per wilayah.

Selain itu ketidak efisienan dari fungsi dewan pengupahan meskipun Dewan

Pengupahan masih diberikan kewenangan memberikan usulan terhadap besaran upah

minimum sektoral. Namun dalam hal penetapan besaran upah minimum, Dewan

Pengupahan hanya berwenang memberikan saran dan pertimbangan kepada Gubernur,

Bupati/Walikota, atas peninjauan kebutuhan hidup layak yang ditinjau setiap 5 (lima)

tahun sekali, sesuai Pasal 43 ayat (5) PP Pengupahan.

D. Kesimpulan

Dari analisa diatas maka dapat disimpulkan bahwa tetang penetapan Upah Minimum

bukan merupakan aturan hukum ekonomi yang cukup efisien bagi kesejahteraan

pekerja, hal ini terlihat dari beberapa ketidak efisienan penerapan PP 78 tahun2015

tentang pengupahan, yaitu meliputi bertentangan dengan undang-undang nomor 13

tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang prinsipnya seputar pengupahan bahwa

setiap buruh atau pekerja berhak memperoleh penghasilan untuk memenuhi

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, dan juga pengupahan harus melindungi

pekerja, fungsi dewan pengupahan meskipun Dewan Pengupahan masih diberikan

kewenangan memberikan usulan terhadap besaran upah minimum sektoral. Dan

(14)

14 kebijakan, namun bukan pelaksana terhadap penerapan aturan tersebut, melainkan

pelaksananya adalah perusahaan, sehingga kesejahteraan pekerja tergantung pada

kemauan perusahaan dalam pelaksanaannya. Maka apabila perusahaan tidak bersedia

menerapkannya, nampaknya tidak ada berpengaruh terhadap kesejahteraan pekerja.

E. Daftar Pustaka

Buku

Robert Cooter dan Thomas Ulen, Law and Economic, Scott, Foresman and Company,

Glenview, Illionis,1998,

Muchammad Zaidun, Penerapan Prinsip-prinsip Hukum International Penanaman

Modal Asing di Indonesia, Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga,

Surabaya, 2005,

Richard A.Posner, Economic Analysis Of Law, Fourth Edition, Little Brown and

Company, Boston, Toronto, London, 1992,hlm.11-15

Sumanto, S.H., Analisis Pengembangan Ekonomi atas Hukum di Indonesia, Ragam

Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 8 No. 2, Agustus 2008, hlm. 89

Lewis A. Kornhauser, 31 May 2006

Permen no.1 Th. 1999 Pasal 1 ayat 1

Hart, 1983,

Jurnal

Peri Umar Faruk, Analisis Ekonomi Atas Perkembangan Hukum Bisnis Indonesia,

http://mhugm.wikidot.com/artikel:004

David Friedman (1987). “law and economics,” The New Palgrave: A Dictionary of

Economics, v. 3, p. 144. Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Law_and_economicsn

Website

http://finance.detik.com/read/2015/10/26/120711/3053241/4/jokowi-teken-pp-ump-2016-sudah-pakai-formula-upah-baru

http://www.beritalima.com/2015/11/19/ribuan-buruh-tolak-pp-78-tahun-2015/,

(15)

15 Inilah Ketentuan Tentang Upah Minimum Dalam PP Nomor 78 Tahun 2015,

http://setkab.go.id/inilah-ketentuan-tentang-upah-minimum-dalam-pp-nomor-78-tahun-2015/, akses 1 februari 2016

Pengertian Upah Minimum,

http://www.gajimu.com/main/pengertian-upah-minimum

http://finance.detik.com/read/2015/10/26/120711/3053241/4/jokowi-teken-pp-ump-2016-sudah-pakai-formula-upah-baru

Sistem Baru Pengupahan Berdasarkan UMP dan Inflasi Diterapkan 2016,

http://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2015/10/15/346161/sistem-baru-pengupahan-berdasarkan-ump-dan-inflasi-diterapkan-2016

http://www.rappler.com/indonesia/111081-buruh-upah-minimum-provinsi-pp-pengupahan

http://isrok-isrok.blogspot.co.id/2008/05/analisis-ekonomi-atas-hukum.html#_ftn9,

akses: 31 Januari 2016

Inilah Ketentuan Tentang Upah Minimum Dalam PP Nomor 78 Tahun

2015http://setkab.go.id/inilah-peraturan-pemerintah-nomor-78-tahun-2015-tentang-pengupahan/, akses; 1 februari 2016

Buruh Tolak PP 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan,

http://www.bantuanhukum.or.id/web/buruh-tolak-pp-78-tahun-2015-tentang-pengupahan/

Benarkah PP Pengupahan perbaiki nasib buruh?

http://www.antaranews.com/berita/526104/benarkah-pp-pengupahan-perbaiki-nasib-buruh, akses: 31 Januari 2016

Evaluasi PP No. 78 Tahun 2015 Soal Pengupahan Yang Nyata Merugikan Buruh Dan

Pengusaha,

http://www.ehijrah.com/2071/evaluasi-pp-no-78-tahun-2015-soal-pengupahan-yang-merugikan-buruh-dan-pengusaha/, akses: 31 januari 2016

Menaker harapkan penerapan PP 78 dilihat faktanya,

http://www.antaranews.com/berita/532647/menaker-harapkan-penerapan-pp-78-dilihat-faktanya, akses: 31 januari 2016

Referensi

Dokumen terkait

Banyak dan beragamnya produk seni dan tradisi budaya yang hidup di masyarakat Banyuwangi tersebut tentu bagi pemimpin pemerintahan dipandang sebagai sesuatu yang

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;

a) Penentuan waktu transaksi yang tepat, yaitu dilakukan dengan mengatur transaksi yang akan dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa.. transaksi dilakukan

Layanan IBM Watson for Drug Discovery Dedicated memiliki fitur yang sama dengan layanan IBM Watson for Drug Discovery yang diuraikan di atas dengan pengecualian bahwa setiap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif tetapi lemah antara kualitas komunikasi dokter-pasien dengan loyalitas pasien dan tidak terdapat hubungan

Keefektifan penggunaan APD terbentur dari para tenaga kerja sendiri.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan APD

123 Berdasarkan diagram diatas, telah terjadi peningkatan prosentase pada tingkat kemampuan penyesuaian diri siswa yang baik, hal ini berarti bahwa siswa yang

Berdasarkan matrik SWOT ada 10 (sepuluh) yaitu: 1) Membangun kerjasama dengan berbagai pihak yang berkepentingan (masyarakat, kelompok pengelola, pokdarwis desa lainnya,