• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Organisasi 2.1.1 Pengertian Budaya Organisasi - Pengaruh Budaya Organisasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Cv. Grand Keude Kupie Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Organisasi 2.1.1 Pengertian Budaya Organisasi - Pengaruh Budaya Organisasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Cv. Grand Keude Kupie Medan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Organisasi

2.1.1 Pengertian Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan cara berpikir dan melakukan sesuatu yang

mentradisi, yang dianut bersama oleh semua anggota organisasi dan para anggota

baru harus mempelajari atau paling sedikit menerima sebagian dari budaya

tersebut agar diterima sebagai bagian dari organisasi. Menurut Collin & Porras

(2001:135) budaya yang telah menjadi suatu karakter darisuatu organisasi

memiliki dan memainkan peranan yang begitu besar bagi kemajuan dan kesehatan

organisasi tidak hanya dalam kurun waktu yang pendek namun juga dalam kurun

waktu yang relatif panjang.

Menurut Robert dalam Wirawan (2008:10), Budaya organisasi adalah

norma yang menginformasikan anggota organisasi mengenai apa yang dapat

diterima dan apa yang tidak dapat diterima, nilai-nilai dominant yang dihargai

diatas yang lainnya, asumsi dasar dan kepercayaan yang dianut bersama oleh

anggota organisasi, peraturan main yang harus dipelajari jika orang ingin dapat

sejalan dan diterima sebagai anggota organisasi, dan filsafat yang mengarahkan

(2)

Menurut Edward dalam Munandar (2004:30) unsur- unsur yang terdapat

dalam budaya terdiri dari:

a. Ilmu pengetahuan

b. Kepercayaan

c. Seni

d. Moral

e. Hukum

f. Adat istiadat

g. Perilaku/kebiasaan (norma) masyarakat

h. Asumsi-asumsi dasar

i. Sistem nilai

j. Pembelajaran/pewarisan

k. Masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal serta cara

mengatasinya.

Menurut MCKenna dan Beech (2000:18),Budaya organisasi merupakan

nilai, kepercayaan, sikap dan perilaku yang dipegang anggota dalam suatu

organisasi. Dengan kata lain Budaya organisasi adalah norma-norma dan

kebiasaan yang diterima sebagai suatu kebenaran oleh semua orang dalam

organisasi. Budaya orgnisasi menjadi acuan bersama diantara manusia dalam

melakukan interaksi dan organisasi.

Pendapat lain dikemukakan Koesmono (2005:139) yang menyatakan

(3)

bermula dari adat istiadat, agama, norma dan kaidah yang menjadi keyakinan pada

diri pelaku kerja atau organisasi.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, Budaya organisasi dapat

dikatakan sebagai aturan main yang ada di dalam organisasi yang akan menjadi

pegangan dari sumber daya manusia dalam menjalankan kewajibannya dan

nilai-nilai untuk berperilaku dan sikap mereka sehari-hari selama mereka berada dalam

organisasi tersebut dan sewaktu mewakili organisasi berhadapan dengan pihak

luar.

2.1.2 Karakteristik Budaya Organisasi

Menurut Robbins (2008:10) ada 10 (sepuluh) karakteristik budaya

organisasi, yaitu:

1. Inisiatif individual

Yang dimaksud inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab, kebebasan

atau independensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan

pendapat. Inisiatif individu tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau

pimpinan suatu organisasi sepanjang menyangkut ide untuk memajukan dan

daya organisasi.

2. Toleransi Terhadap Tindakan Beresiko.

Dalam budaya organisasi perlu ditekankan sejauh mana para karyawan

dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, inovatif danmengambil resiko.

Suatu budaya organisasi dikatakan baik apabila dapat memberikan toleransi

(4)

untuk memajukan organisasi serta berani mengambil resiko terhadap apa

yang dilakukannya.

3. Pengarahan

Pengarahan dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi dapat menciptakan

dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan

tersebut jelass tercantum dalam visi, misi dan tujuan organisasi. Kondisi ini

dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi.

4. Integrasi

Integrasi dimaksudkan sejauh mana organisasi dapat mendorong unit-unit

organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Kekompakan

unit-unit organisasi dalam bekerja dapat mendorong kualitas dan kuantitas

pekerjaan yang dihasilkan.

5. Dukungan Manajemen

Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat

memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas

terhadap bawahan.Perhatian manajemen terhadap karyawan sangat membantu

kelancaran kinerja suatu organisasi.

6. Kontrol

Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-norma

yang berlaku dalam suatu organisai. Untuk itu diperlukan sejumlah peraturan

dan tenaga pengawas (atasan langsung) yang dapat digunakan untuk

(5)

7. Identitas

Yang dimaksudkan sejauh mana para karyawan dalam suatu organisasi dapat

mengidentifikasikan dirinya sebagai satu kesatuan dan bukan sebagai

kelompok kerja tertentu. Identitas diri sangat membantu manajemen dalam

mencapai tujuan dan sasaran organisasi.

8. Sistem Imbalan

Sistem imbalan dimaksudkan sejauh mana alokasi imbalan (seperti kenaikan

gaji, promosi dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja karyawan, bukan

senioritas atau pilih kasih.

9. Toleransi terhadap konflik

Sejauh mana para karyawan disorong untuk mengemukakan konflik dan

kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat atau kritik merupakan fenomena

yang sering terjadi namun bisa dijadikan sebagai media untukmelakukan

perbaikan atau perubahan strategi untuk mencapai tujuan suatu organisasi.

10.Pola Komunikasi

Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.

Kadang-kadang hierarki kewenangan dapat menghambat terjadinya pola

komunikasi antara atasan dan bawahan atau antar karyawan itu sendiri.

2.1.3 Proses Terbentuknya Budaya Organisasi

McKenna dan Beech (2000:60) membagi budaya organisasi organisasi

(6)

1. Filosofi, yang menjadi panduan penetapan kebijakan organisasi baik yang

berkenaan dengan karyawan atupun klien.

2. Nilai-nilai dominan yang dipegang oleh organisasi.

3. Norma-norma yang diterapkan dalam bekeja.

4. Aturan main untuk berelasi dengan baik dalm organisasi yang harus dipelajari

oleh anggota baru agar dapat diterima oleh organissi.

5. Tingkah laku khas tertentu alam berinteraksi yang rutin dilakukan. Perasaan

atau suasana yang diciptakan dalam organisasi.

Dengan menggali komponen-komponen pembentukini, diharapkan akan

memperoleh gambaran global dari budaya organisasi tertentu. Gambaran ini

menjadi dasar organisasi tersebut, bagaimana masalah diselesaikan didalamnya,

dan cara para anggota diharapkan berperilaku.

2.1.4 Fungsi Budaya Organisasi

Menurut Rivai (2004:30) fungsi budaya organisasi adalah:

1. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, artinya budaya

menciptakan perbedaan yang jelas antara suatu organisasi dengan organisasi

yang lain.

2. Budaya memberikan identitas bagi anggota organisasi.

3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas pada

kepentingan individu.

(7)

5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu serta

membentuk sikap dan perilaku karyawan.

2.1.5 Hubungan Budaya Organisasi dan Kinerja Karyawan

Menurut Djokosusanto(2003:42) adanya keterkaitan hubungan antara

budaya organisasi dengan kinerja karyawan yang dapat dijelaskan dalam model

diagnosis budaya organisasi yang menyatakan bahwa semakin baik kualitas faktor

– faktor budaya organisasi, maka semakin baik pula kinerja karyawan.

Menurut Robbins (2008:99), Budaya organisasi yang disosialisasikan

dengan komunikasi yang baik akan dapat menemukan kekuatan menyeluruh

organisasi, kinerja dan daya saing dalam jangka panjang.

Kinerja karyawan ditentukan oleh persepsi subyektifkaryawan mengenai

organisasi, dan persepsi keseluruhan inilah yang menjadi dasar terbentuknya

budaya organisasi. Persepsi yang mendukung atau tidak mendukung ini kemudian

mempengaruhi kinerja individu karyawan, dan kepuasan karyawan, dengan

dampak yang lebih besar pada budaya yang lebih kuat Budaya yang kuat

memperlihatkan kesepakatan yang tinggi di kalangan anggota organisasi

mengenai apa yang dipertahankan oleh organisasi itu.

Dengan budaya organisasi akan memudahkan karyawan untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan organisasi, dan membantu karyawan untuk

mengetahui tindakan apa yang seharusnya dilakukan sesuai dengan nilai-nilai

yang ada di dalam organisasi dan menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut sebagai

(8)

tugas dan pekerjaannya. Untuk menentukan sejauh mana organisasi perlu

melakukan perubahan, langkah pertamanya adalah menganalisis budaya yang

hidup didalam organisasi untuk memutuskan apa saja yang perlu dirubah dan

selanjutnya dilakukan pengembangan dan pengimplementasian strategi

perubahan.

2.2 Kepuasan Kerja

2.2.1 Pengertian Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan seperangkat perasaan karyawan tentang

menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Kepuasan kerja merupakan

respon seseorang terhadap bermacam-macam lingkungan kerja yang dihadapinya.

Respon seseorang meliputi respon terhadap komunikasi organisasi, supervisor,

kompensasi, promosi, teman sekerja, kebijaksanaan organisasi dan hubungan

interpersonal dalam organisasi.

Kepuasan kerja sebagaimana diungkapkan oleh Kreitner dan Kinicki

(2005:271) adalah efektifitas atau respon emosional terhadap aspek pekerjaan.

Definisi ini berarti bahwa kepuasan kerja bukanlah suatu konsep tunggal.

Seseorang dapat relatif puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya dan tidak puas

dengansalah satu atau lebih aspek lainnya.

Luthans (1995:65) menyatakan bahwa kepuasan kerja memiliki 3 (tiga)

dimensi. Pertama bahwa kepuasan kerja tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat

(9)

memenuhi atau melebihi harapan seseorang. Ketiga, kepuasan kerja

mencerminkan hubungan dengan berbagai sikap lainnya dari para individual.

Menurut Koesmono (2005:53) kepuasan kerja merupakan pernyataan

emosional yang positif atau menyenangkan sebagai hasil dari penilaian terhadap

pengalaman kerja atau pekerjaan seseorang. Pernyataan tersebut mengandung

makna bahwa kepuasan kerja merupakan emosi yang positif atau dapat

menyenangkan yang dihasilkan dari suatu penilaan terhadap pekerjaan atau

pengalamankerja seseorang. Gomes (2003:178) menyebutkan kepuasan atau

ketidak-puasan seseorangdengan pekerjaannya merupakan keadaan yang

sifatnya subjektif, merupakan kesimpulan yang didasarkan pada perbandingan

mengenai apa yang secara nyata diterima oleh karyawan dengan apa yang

diharapkan, diinginkan dan dipikirkannya sebagai hal yang pantas atau berhak

baginya.

2.2.2 Faktor-faktor Yang Menentukan Kepuasan Kerja

Smith,Kendall dan Hulin dalam Munandar (2004), menyatakan sejumlah

faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu:

1. Kepuasan kerja terhadap pekerjaan itu sendiri, hal itu terjadi bilapekerjaan

tersebut memberikan kesempatan bagi individu untuk belajar sesuai dengan

minat serta kesempatan untuk bertanggung jawab.

2. Kepuasan terhadap gaji, adanya sejumlah gaji yang diterima sesuai dengan

(10)

3. Kesempatan promosi yaitu kesempatan untuk meningkatkan posisi pada

struktur organisasi.

4. Kepuasan terhadap supervisi, bergantung pada kemampuan atasannya untuk

memberikan bantuan tehnis dalam memotivasi.

5. Kepuasan terhadap rekan kerja, yaitu seberapa besar rekan kerja memberikan

bantuan teknis dan dorongan sosial.

As’ad (2003 : 115) menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kepuasan kerja karyawan yaitu:

1. Faktor psikologi, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan

karyawan yang meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap kerja,

bakat dan ketrampilan.

2. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik

antar sesama karyawan, dengan atasannya, mapun karyawan yang berbeda

jenis pekerjaannya.

3. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik

lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan,

pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan

ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan,

umur dan sebagainya.

4. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta

kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan

(11)

sebagainya, kepuasan kerja karyawan. Pada umumnya kepuasan kerja

meningkat apabila penyelia dapat memahami, memberikan pujian untuk

kinerja yang baik, mendengarkan pendapat karyawan dan menunjukkan minat

pribadi kepada karyawan.

2.2.3 Teori Kepuasan Kerja

Rivai (2004:856) menyebutkan bahwa teori tentang kepuasan kerja ialah

1. Teori Ketidaksesuaian

Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara

yang seharusnya dengan kenyataan. Apabila kepuasannya melebihi dari yang

diinginkan, maka kepuasan akan lebih meningkat. Kepuasan kerja seseorang

tergantung pada selisih antara sesuatu yang dianggap akan didapatkan dengan

apa yang dicapai.

2. Teori Keadilan(Equity theory)

Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas,

tergantung pada ada atau tidaknya keadilan (equity) dalam suatu situasi,

khususnya situasi kerja. Menurut teori ini komponen utama dalam teori

keadilan adalah input, hasil, keadilan, dan ketidakadilan. Input adalah faktor

bernilai bagi karyawan yang dianggap mendukung pekerjaannya seperti

pendidikan, pengalaman, kecakapan, jumlah tugas dan peralatan atau

perlengkapan yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaannya.

(12)

Teori ini merupakan hal yang berbeda. Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap

pekerjaan itu bukan suatu variabel kontinu. Teori ini merumuskan karakteristik

pekerjaan menjadi dua kelompok yaitu satisfies atau motivator dan dissatisfies.

Satisfies ialah faktor-faktor atau situasi yang dibutuhkan sebagai sumber

kepuasan kerja yang terdiri dari: pekerjaan yang menarik, penuh tantangan, ada

kesempatan untuk berprestasi, kesempatan memperoleh penghargaan dan

promosi. Dissatisfies adalah faktor-faktor yang menjadi sumber ketidakpuasan,

yang terdiri dari: gaji/upah, pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja

dan status.

2.2.4 Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan

Luthans (1995:97) mengemukakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh

terhadap kinerja karyawan yang tingkat kepuasannya tinggi, kinerja akan

meningkat, walaupun hasilnya tidak langsung. Ada beberapa variabel moderating

yang menghubungkan antara kinerja dengan kepuasan kerja, terutama

penghargaan. Jika karyawan menerima penghargaan yang mereka anggap pantas

mendapatkannya, dan puas mungkin ia menghasilkan kinerja yang lebih besar.

Menurut Robbins (2008:85) hubungan antara kepuasan kerja dengan

kinerja dijelaskan bahwa kepuasan kerja menimbulkan kinerja, karena karyawan

yang merasa puas menjadi lebih produktif, karyawan produktif merasa puas dan

prestasinya meningkat. Dapat dijelaskan juga bahwa kepuasan kerja karyawan

juga akan mendorong karyawan mencapai kinerja yang tinggi sebagaimana telah

(13)

diasumsikan bahwa kepuasan kerja menghasilkan prosuktivitas yang tinggi serta

menujukkan kinerja yang baik.

Adapun konsekuensi kepuasan kerja yang diadopsi oleh Panggabean(2004)

adalah sebagai berikut:

1. Perputaran karyawan

Seorang karyawan yang puas dengan organisasi di mana ia bekerja

mempunyai kemungkinan lebih besar untuk bertahan lebih lama pada

organisasitersebut, sehingga tingkat keluar masuknya karyawan rendah.

2. Komitmen organisasi

Dapat dikatakan sebagai suatu kondisi di mana seorang karyawan yang puas

akan lebih memihak kepada suatu organisasi dan berusaha tetap memiliki

loyalitas yang tinggi terhadap organisasi tersebut.

3. Absensi

Karyawan yang kurang puas terhadap pekerjaannya akan sering absen dengan

alasan – alasan yang direncanakan atau dapat juga dengan cara datang

terlambat.

4. Semangat kerja

Karyawan yang puas terhadap pekerjaannya akan bersemangat dalam bekerja,

(14)

Menurut Robbins(2003:44) konsekuensi dari kepuasan kerja ada tiga

yaitu:

1. Kepuasan dan produktivitas

Seorang pekerja yang bahagia adalah seorang pekerja yang produktif. Jika

karyawan melakukan suatu pekerjaan yang baik, secara intrinsik karyawan

merasa senang dengan hal itu. Lagi pula, dengan mengandalkan bahwa

organisasi memberikan ganjaran untuk produktivitas, produktivitas yang lebih

tinggi seharusnya meningkatkan pengakuan verbal, tingkat gaji, dan

probabilitas untuk dipromosikan. Ganjaran – ganjaran ini selanjutnya

menaikkan kepuasan karyawan pada pekerjaannya.

2. Kepuasan dan kemangkiran

Seorang yang puas dengan pekerjaannya akan memiliki tingkat absensi

rendah, namun tidak menutupi kemungkinan bahwa karyawan yang memiliki

kepuasan dalam bekerja juga dapat memiliki absensi yang tinggi. Supaya tidak

terjadi hal yang demikian, sebaiknya organisasi memberikan kompensasi yang

menarik seperti pemberian cuti masa kerja di luar hari besar/hari libur

nasional.

3. Kepuasan dan tingkat keluar-masuknya karyawan

Salah satu cara yang dignakan organisasi untuk mempertahankan

karyawannya yang handal yaitu dengan memberikan kepuasan dalam bekerja

kepada karyawan tersebut. Dengan demikian, karyawan yang mempunyai

(15)

2.3 Kinerja

2.3.1 Pengertian Kinerja

Pengertian Kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui

perencanaan strategis suatu organisasi. Moeheriono (2009:60) mengatakan bahwa

kinerja dapat diketahui dan diukur jika individu atau sekelompok karyawan telah

mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolak ukur yang telah ditetapkan

oleh organisasi. Kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh sesorang

atau sekelompok orang dalam suatu organisasi baik secara kuantitatif maupun

kualitatif, sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab masing-masing, dalam

upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar

hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Jadi kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk

melakukan kegiatan atau menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya

dengan hasil seperti yang diharapkan.

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Mathis dan Jackson (2002:78) kinerja karyawan adalah hal-hal

yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada

organisasi, antara lain:

1. Kualitas kerja yaitu kerapian, ketelitian, keterkaitan hasil dengan tidak

(16)

2. Kuantitas kerja yaitu volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi normal.

3. Kerjasama yaitu kemampuan menangani hubungan kerja antar karyawan

4. Pemanfaatan waktu yaitu penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan

kebijaksanaan organisasi.

Menurut Ishak (2003: 10) kinerja setiap orang dipengaruhi oleh banyak

faktor yang dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu:

1. Kompetensi individu.

Kompetensi individu adalah kemampuan dan keterampilan melakukan

kerja. Kompetensi setiap orang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat

dikelompokkan dalam dua golongan yaitu:

a Kemampuan dan Keterampilan Kerja. Kemampuan dan keterampilan setiap

orang dipengaruhi oleh kebugaran fisik dan kesehatan jiwa individu yang

bersangkutan, pendidikan, akumulasi pelatihan, dan pengalaman kerjanya.

b. Motivasi dan etos kerja. Motivasi dan etos kerja sangat penting mendorong

semangat kerja. Motivasi dan etos kerja dipengaruhi oleh latar belkang

keluarga, lingkungan masyarakat, budaya dan nilai – nilai agama yang

dianutnya. Sseorang yang melihat pekerjaan sebagai beban dan keterpaksaan

untuk memperoleh uang, akan mempunyai kinerja yang rendah. Sebaliknya

seseorang yang memandang pekerjaan sebagai kebutuhan, pengabdian,

(17)

2. Dukungan Organisasi

Kinerja setiap orang juga tergantung dari lingkungan organisasi dalam

bentuk pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana kerja, serta kondisi dan

syarat kerja. Pengorganisasian dimaksudkan untuk memberi kejelasan bagi setiap

unit kerja dan setiap orang tentang sasaran yang harus dicapai dan apa yang harus

dilakukan untuk mencapai sasran tersebut.

3. Dukungan Manajemen

Kinerja organisasi dan kinerja setiap orang sangat tergantung pada

kemampuan manajerial para manajemen atau pimpinan, baik dengan membangun

sistem kerja dan hubungan industrial yang aman dan harmonis, maupun dengan

mengembangkan kompetensi pekerja, demikian juga dengan menumbuhkan

motivasi dan memobilisasi seluruh karyawan untuk bekerja secara optimal. Dalam

rangka pengemban kompetensi pekerja, manajemen dapat melakukan antara lain:

a. Mengidentifikasi dan mengoptimalkan pemanfaatan kekuatan, keunggulan, dan

potensi yang dimilki oleh setiap pekerja.

b. Mendorong pekerja untuk terus belajar meningkatkan wawasan dan

pengetahuannya.

c. Membuka kesempatan yang seluas – luasnya kepada pekerja untuk belajar, baik

secara pribadi maupun melalui pendidikan dan pelatihan yang dirancang dan

(18)

2.3.3 Metode Penilaian Kinerja

MenurutMoeheriono ( 2009 : 108) beberapa metode penilaian kinerja yang

dapat diterapkan adalah :

1. Metode skala peringkat (Rating scale)

Sistem ini terdiri atas dua bagian yaitu (1) bagian suatu daftar karakteristik dan (2)

bidang, ataupun perilaku yang akan dinilai dan bagian skala. Kekuatan sistem

ini adalah dapat diselesaikan dengan cepat dan dengan upaya sesering

mungkin. Kelemahan dari sistem ini adalah subjektif karena kriteria penilaian

yang digunakan amat samar dan kurang tepat, khususnya pada skala yang

digunakan.

2. Metode daftar pertanyaan (Checklist)

Hasil metode ini adalah bobot nilai pada lembar Checklist, tetapi checklist dapat

dijadikan sebagai gambaran hasil kerja pegawai yang akurat. Keuntungannya

adalah biaya yang murah, pengurusannya mudah, penilai hanya membutuhkan

waktu pelatihan yang sederhana dan distandarisasi. Kelemahannya terletak

pada penyimpangan penilai yang lebih mengedepankan kriteria pribadi

pegawai dalam menentukan kriteria hasil kerja, kesalahan menafsir

materi-materi checklist, dan penentuan bobot nilai tidak seharusnya dilakukan oleh

departemen Sumber Daya Manusia.

3. Metode pilihan terarah (Forced Choice Method)

Sistem ini menggunakan evaluasi dalam lima skala yaitu, (1) berkinerja sangat

(19)

rata-rata rendah, (5) berkinerja sangat rendah. Kekuatan sistem ini adalah

dapat mengidentifikasikan pegawai yang memiliki prestasi tinggi dan luar

biasa serta dapat mengurangi penyimpangan penilaian. Kelemahannya adalah

tidak realistis mendorong pimpinan yang memiliki hanya empat atau lima

pegawai untuk mendistribusikannya ke lima level.

4. Metode peristiwa kritis (Critical Incident Method)

Pada sistem ini dilaksanakan dengan membuat catatan-catatan contoh yang luar

biasa baik atau tidak diinginkan dari perilaku yang berhubungan dengan kerja

seorang pegawai dan meninjaunya bersama pegawai lain pada waktu yang

telah ditentukan sebelumnya. Keuntungan metode ini adalah menyajikan

fakta-fakta keras yang spesifik untuk menjelaskan evaluasi dan memastikan bahwa

pimpinan berfikir tentang evaluasi , serta mengidentifikasikan contoh-contoh

khusus tentang kinerja yang baik dan jelek dan merencanakan perbaikan

terhadap kemerosotan. Kelemahannya adalah sulit untuk menilai atau

memeringkatkan pegawai yang berhubungan dengan satu sama lain.

2.3.4 Manfaat Penilaian Kinerja

Hariandja (2002:195) mengemukakan arti pentingnya penilaan kinerja

antara lain sebagai berikut:

1. Perbaikan kinerja memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil

tindakan-tindakan perbaikan untuk meningkatkan kinerjaa nelalui umpan

(20)

2. Penyesuaian gaji yang dapat dipakai sebagai informasi untuk mengkompensasi

kryawan secara layak sehingga daapat memotivasi mereka.

3. Keputusan untuk penempatan, yaitu dapat dilakukannya penempatan karyawan

sesuai dengan keahliannya.

4.Pelatihan dan pengembangan, yaitu melalui penilaian akan diketahui

kelemahan-kelemahan dari karyawan sehingga dapat dilakukan program

pengembangna dan pelatihan secara efektif.

5. Perencanaan karier, yaitu organisasi dapat memberikan bantuan perencanaan

karier bagi karyawan dan menyelaraskannya dengan kepentingan organisasi

6. Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dalam proses penempatan, yaitu

kinerja yang tidak baik menunjukkan adanya kelemahan dalm penempatan

sehingga dapat dilakukan perbaikan.

7. Meningkatkan adanya perlakuan kesempatan yang sama pada karyawan

2.4Penelitian Terdahulu

Raysa (2006) melakukan penelitian yang berjudul :Pengaruh Budaya

Organisasi terhadap Kinerja Karyawan pada Perum Pegadaian Kanwil 1 Medan .

Penelitian ini dilakukan pada 75 karyawan Perum Pegadaian Kanwil 1 Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap

kinerja karyawan. Pengujian data dilakukan dengan kuesioner yang dianalisis

dengan menggunakan analisis statistik seperti: uji validitas dan reabilitas, analisis

regresi linear berganda, pengujian hipotesis dengan uji F hitung, t hitung dan

(21)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan

antara budaya organisasi terhadap kinerja karyawan pada Perum Pegadaian

Kanwil 1 Medan. Hal ini dibuktikan dari hasil uji t menunjukkan bahwa t hitung

sebesar 3.53 lebih besar dari t tabel, artinya variabel independen yang diteliti

secara simultan mempengaruhi variabel dependen.

Esalona Anilena Manik (2009) meneliti dengan judul “Pengaruh Budaya

Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT. Trakindo Utama

Medan”. Penelitian ini dilakukan kepada 53 orang karyawan yang sudah bekerja

lebih dari atau sama dengan satu tahun di PT. Trakindo Utama Medan. Budaya

organisasi organisasi ini sendiri terdiri dari enam nilai inti yang berpegang pada

etika bertaraf internasional, gigih, proaktif, saling menghormati,dan

pengembangan karyawan serta kepuasan kerja adalah variabel yang digunakan

dalam penelitian ini. Pengujian data dilakukan dengan kuesioner yang dianalisis

dengan menggunakan analisis statistik seperti: uji validitas dan reabilitas, analisis

regresi linear berganda, pengujian hipotesis dengan uji F hitung, t hitung dan

pengujian Koefisien Determinan (R2), dengan bantuan SPSS 16,00 for Windows.

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian

menunjukkan secara parsial variabel taraf internasional dan variabel saling

menghormati berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja

karyawan. Dengan nilai t hitung tertinggi pada variabel taraf internasional yaitu

sebesar 4,329. Sedangkan variabel etika, gigih, proaktif, dan pengembangan

(22)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Burhan (2014) dalam jurnalnya yang berjudul “ Pengaruh Budaya

Organisasi Dan Komitmen Organisasi Terdap Kinerja Karyawan Dengan Mediasi

Kepuasan Kerja Pada PT.BPR Setia Karib Abadi Semarang. Hasil penelitian ini

adalah bahwa budaya organisasi , komitmen organisasi , kepuasan kerja memiliki

pengaruh terhadap kinerja karyawan. dimana hasil koefisien determinasi budaya

organisasi memilikipengaruh sebesar 70,1%. Komitmen organisasi sebesar 40,9%,

dan kepuasan kerja sebesar 66,4%, Terhadap kinerja karyawan. Hal ini

menunjukan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh lebih besar dan

mempunyai tingkat keeratan hubungan yang kuat terhadap terhadap kinerja

karyawan.

Peneliti Judul Variabel Hasil penelitian

Terdapat pengaruh posistif dan signifikan antara budaya organisasi terhadap kinerja karyawan, Hasil uji t menunjukan bahwa t hitung sebesar 3.53 lebih besar dari t tabel artinya variabel independent yang di teliti secara simultan mempengaruhi variabel dependen.

Secara parsial variabel taraf internasional dan variabel saling menghormati berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Dengan nilai t hitung tertinggi pada variabel taraf internasional yaitu 4.329, Sedangkan variabel etika, gigih, proaktif, dan pengembangan karyawan tidajkberpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Esalona (2009)

Raysa (2006)

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan pada Perum Pegadaian Kanwil I Medan

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT. Trakindo Utama Medan

(23)

Teman (2005) dalam jurnalnya yang berjudul “ Pengaruh Budaya

Organisasi Terhadap Motivasi Dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada

Sub Sektor Industri Pengolaah Kayu Skala Menengah Di Jawa Timur. Hasil

penelitian ini adalah secara langsung motivasi berpengaruh terhadap kepuasan

kerja sebesar 1.462 dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja sebesar 0.387,

kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja sebesar 0.003 dan budaya organisasi

berpengaruh terhadap kinerja sebesar 0.680 dan budaya organisasi berpengaruh

terhadap kepuasan kerja sebesar 1.183.

2.5 Kerangka Konseptual

Menurut Kennadan Nic (2000:18) budaya organisasi merupakan nilai,

kepercayaan, sikap dan perilaku yang dipegang anggota dalam suatu organisaasi.

Peran budaya organisasi adalah untuk menjaga dan memelihara keberlangsungan

organisasi yang telah disepakati oleh organisasi sehingga dapat merealisasikan

tujuan – tujuannya. Budaya organisasi yang kuat dan budaya yang mempunyai

nilai positif akan mempengaruhi setiap perilaku. Hal itu tidak hanya membawa

dampak pada perkembangan kemampuan dan kinerja karyawan, namun juga akan

berdampak pada keuntungan organisasi yang diterapkan didalam organisasi

diharapkan dapat memberikan dampak yang positif kepada peningkatan kinerja

karyawan. Adapun indikator budaya organisasi menurut Robbins (2008:10) yaitu

(24)

dan kontrol.Budaya organisasi yang baik akan menimbulkan kepuasan kerja yang

positif bagi karyawan.

Menurut Robbins (2008:99) kepuasan kerja merupakan sebuah hasil yang

dirasakan oleh karyawan. Kepuasan kerja menimbulkan kinerja, karena karyawan

yang merasa puas menjadi lebih produktif, karyawan produktif merasa puas dan

prestasinya meningkat. Dapat dijelaskan juga bahwa kepuasan kerja karyawan

juga akan mendorong karyawan mencapai kinerja yang tinggi sebagaimana telah

diuraikan diatas bahwa kepuasan kerja berdampak pada hasil kerja, atau dapat

diasumsikan bahwa kepuasan kerja menghasilkan produktivitas yang tinggi serta

menujukkan kinerja yang baik. Indikator kepuasan kerja karyawan menurut

Smith, Kendall, dan Hulin dalam Munandar(2004:74) yaitu pekerjaan itu sendiri,

gaji, promosi,supervisi dan rekan kerja.

Mangkunegara (2001:9) menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh sesorang karyawan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepada

karyawan tersebut.. Menurut Mathis (2002: 78) indikator kinerja yaitu kualitas

kerja, kuantitas kerja, kerjasama, pemanfaatan waktu.Budaya organisasi yang kuat

dan kepuasan kerja yang tinggi mempunyai pengaruh terhadap kinerja. yang

dihasilkan karyawan.Apabila kinerja karyawan baik, maka secara dinamis akan

memberikan hal yang positif bagi organisasi seperti keuntungan yang diperoleh

Berdasarkan teori-teori dan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya,

(25)

kerja terhadap kinerja karyawan Grand Keude Kupie Ulee Kareng & Gayo

Medan.

Melihat teori dan penjelasan tersebut, maka dibentuklah kerangka

konseptual yang menunjukkan gambaran hubungan antara variabel X1 dan X2

terhadap Y, yaitu sebagai berikut :

Sumber: McKenna dan Beech (2000), Robbins (2008), Mangkunegara (2001) Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2005:30) Hipotesis merupakan jawaban sementara

yang menerangkan fakta-fakta atau kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan

untuk langkah penelitian selanjutnya.

Berdasarkan perumusan masalah, maka dietapkan hipotesis dalam

penelitian ini adalah: “Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Kinerja karyawan pada CV. Grand Keude Kupie

Ulee Kareng & Gayo Medan”

Kinerja (Y) Kepuasan Kerja (X2)

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

purposive sampling , yaitu salah satu teknik pengambilan informan secara sengaja dimana peneliti menentukan sendiri jumlah informan yang diambil karena ada pertimbangan

Mengalami kehilangan orang yang dicintai, individu dengan berduka berkomplikasi mengalami kerinduan yang kronis dan mengganggu terhadap orang yang sudah meninggal

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa tingkat keberhasilan penanganan pasien dengan cedera kepala di IGD RSU PKU Muhammadiyah Bantul adalah sangat baik

Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat dirumuskan saran-saran bagi responden yaitu diharapkan Diharapkan responden dapat menambah pengetahuan serta wawasan tentang

Keluaran urin dan drainase dari selang yang dipasang pada saat.. pembedahan dipantau dalam hal jumlah, warna,

Pada bulan Januari sampai Juni 2015 di Puskesmas Pundong ditemukan jumlah ibu hamil yang berisiko dalam kehamilannya sebanyak 149 orang, Tujuan dari penelitian ini

Selama melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Kementerian Sosial, Praktikan ditempatkan pada Tata Usaha Direktorat Perlindungan dan

Dab diharapkan nanti nya dengan meningkat nya sikap kemandirian siswa SMP terhadap mata pelajaran IPA di kabupaten Muaro Jambi dapat bersaing untuk menjadikan