• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan - Pengaruh Kepemimpinan dan Sanksi Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), Persero, Tbk Cabang Sisingamangaraja Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan - Pengaruh Kepemimpinan dan Sanksi Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), Persero, Tbk Cabang Sisingamangaraja Medan"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepemimpinan

2.1.1 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan tulang punggung pengembangan organisasi

karena tanpa kepemimpinan yang baik akan sulit mencapai tujuan organisasi. Jika

seorang pemimpin berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain, maka orang

tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya.

Kepemimpinan dapat didefenisikan sebagai suatu sikap seorang pimpinan

yang memiliki kemampuan dalam mengadakan koordinasi, membuat konsep

sekaligus menjabarkan tujuan-tujuan umum yang jelas, bersikap adil dan tidak berat

sebelah, sanggup membawa kelompok kepada tujuan yang pasti dan menguntungkan,

dan membawa pengikutnya kepada kesejahteraan (Kartono, 2005: 41). Menurut

Matondang (2008:5), Kepemimpinan adalah suatu proses dalam mempengaruhi orang

lain agar mau melakukan sesuatu yang diinginkan, dengan menjalin suatu hubungan

interaksi antara pengikut (follower) dan pemimpin dalam mencapai tujuan bersama.

Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain,

atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok

(Thoha, 2009:9). Kepemimpinan tidak hanya dibatasi oleh aturan - aturan atau

tatakrama birokrasi, tidak harus diikat dalam organisasi tertentu, melainkan dapat

terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi

(2)

Menurut Dharma (2003:136) Kepemimpinan adalah proses kerjasama

diantara manusia untuk mencapai tujuan, sebagai suatu bentuk energi yang

memotorisetiap usaha bersama, yang memberikan model untuk di teladani, yang

memotivasi, yang menimbulkan semangat kerja, dan yang mempercayai bawahan

untuk mengendalikan diri sendiri. Kepemimpinan adalah perilaku dan strategi,

sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering

diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja

bawahannya (Tampubolon, 2007).

Berdasarkan definisi gaya kepemimpinan diatas dapat disimpulkan

bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mengarahkan,

mempengaruhi, mendorong dan mengendalikan orang lain atau bawahan

untuk bisa melakukan sesuatu pekerjaan atas kesadarannya dan sukarela

dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan

Pemimpin memiliki tugas menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan

keinginan kelompok. Dari keinginan itu dapat dipetik keinginan realistis yang

dapat dicapai. Selanjutnya, pemimpin harus meyakinkan kelompok mengenai apa

yang menjadi keinginan realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.

Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap

pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanakannya. Oleh sebab itu

kepemimpinan akan tampak dalam proses dimana seseorang mengarahkan,

(3)

perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain. Untuk keberhasilan dalam pencapaian sutu

tujuan diperlukan seorang pemimpin yang profesional, dimana ia memahami akan

tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan

peranannya sebagai seorang pemimpin.

Disamping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik

dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan

merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan

gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

Menurut Hadari (2003;70) menjelaskan bahwa unsur-unsur dalam kepemimpinan

adalah :

1. Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin

(leader)

2. Adanya orang lain yang dipimpin

3. Adanya kegiatan yang menggerakkan orang lain yang dilakukan dengan

mempengaruhi dan pengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya

4. Adanya tujuan yang hendak dicapai dan berlangsung dalam suatu proses di

dalam organisasi, baik organisasi besar maupun kecil.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan menyimpulkan ada

empat faktor yang mempengaruhi kepemimpinan dalam organisasi, yaitu :

1. Pemimpin

Dalam kaitannya dengan Kepemimpinan, Pemimpin memang merupakan

(4)

memang harus mengerti apa yang harus dia tahu dan apa yang harus dia

perbuat, atau istilah lainnya The Right Man on The Right Place.

2. Pengikut (Followers)

Adalah salah satu faktor kepemimpinan yang membuat Faktor pertama itu ada.

Karena tanpa adanya Pengikut, otomatis Pemimpin pun tak ada. Oleh karena

itu Faktor Kepemimpinan dalam Pengikut ini lebih cenderung pengertian akan

apa saja yang Followers inginkan sehingga sebuah satuan fungsi manajemen

bisa berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Serta ada pula yang

mengatakan kalau berbeda Pemimpin maka berbeda pula gaya

kepemimpinannya. Oleh karena itu Pengikut disini memang harus

menyesuaikannya dengan cepat.

3. Komunikasi

Salah satu hal yang menjembatani antara Pemimpin dan Pengikut adalah proses

Komunikasi itu sendiri. Dengan adanya komunikasi. Hubungan kerja antara

dua belah pihak baik atasan maupun bawahan dapat sinergis dan berjalan

sesuai dengan apa yang telah dirancangkan sebelumnya.

4. Situasi

Dalam sebuah situasi tertentu, terkadang kita diharusnkan untuk bertindak

secara cepat dan refleks untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu kondusifitas

situasi antara Atasan dan Bawahan memang harus saling dikuatkan agara selalu

(5)

2.1.3Tipe Kepemimpinan

Terdapat lima tipe kepemimpinan yang disesuaikan dengan situasi

menurut Siagian (2002), yaitu:

1. Tipe pemimpin yang otokratik

Seorang pemimpin yang otokratik ialah seorang pemimpin yang:

a. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi

b. Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi

c. Menganggap bahwa sebagai alat semata-mata

d. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat

e. Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya

f. Dalam tindaknya penggeraknya sering mempergunakan

approach yangmengandung unsur paksaan dan bersifat

menghukum

2. Tipe pemimpin yang militeristik

Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud seorang

pemimpin tipe militeristik berbeda dengan seorang pemimpin modern.

Seorang pemimpin yang bertipe militeristik ialah seorang pemimpin

yang memiliki sifat-sifat:

a. Dalam menggerakan bawahannya sistem perintah yang

seringdipergunakan

b. Dalam menggerakan bawahannya senang bergantung

pada pangkat dan jabatan

(6)

d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya

3. Tipe pemimpin yang paternalistik

a. Menganggap bahwa sebagai manusia yang tidak dewasa

b. Bersikap terlalu melindungi

c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk

mengambil keputusan

d. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil

inisiatif

e. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

mengembangkan daya kreasi dan fantasi

f. Sering bersikap mau tahu

4. Tipe pemimpin yang kharismatik

Harus diakui bahwa untuk keadaan tentang seorang pemimpin yang

demikian sangat diperlukan, akn tetapi sifatnya yang negatif

mengalahkan sifatnya yang positif.

5. Tipe pemimpin yang demokratik

Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe

pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi

modern karena:

a. Ia senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritikan dari

bawahan

b. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama teamwork mencapai

(7)

c. Selalu berusaha menjadikan lebih sukses dari sebelumnya

d. Selalu berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya

sebagai pemimpin

2.1.4 Ciri-Ciri Kepemimpinan

Menurut Davis dalam Reksohadiprojo dan Handoko

(2003:290-291)ciri-ciri utama yang harus dimilki oleh seorang pemimpin adalah :

1. Kecerdasan (intelligence)

Penelitian-penelitian pada umumnya menunjukan bahwa seorang

pemimpin yang mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada

pengikutnya, tetapi tidak sangat berbeda.

2. Kedewasaan, Sosial dan Hubungan Sosial yang luas (social maturity and

breadth)

Pemimpin cendrung mempunyai emosi yang stabil dan dewasa atau

matang, serta mempunyai kegiatan dan perhatian yang luas.

3. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi

Pemimpin secara relative mempunyai motivasi dan dorongan berprestasi

yang tinggi, mereka bekerja keras lebih untuk nilai intrinsik.

4. Sikap-Sikap Hubungan Manusiawi

Seorang pemimpin yang sukses akan mengakui harga diri dan martabat

pengikut-pengikutnya, mempunyai perhatian yang tinggi dan berorientasi

(8)

2.1.5 Indikator-Indikator Kepemimpinan

Menurut Haris dalam Kartono (2005:16), indikator-indikator

kepemimpinan dapat dilihat sebagai berikut :

a. Pengambilan keputusan

Suatu proses penentuan keputusan yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk

melakukan aktifitas pada masa yang akan datang.

b. Hubungan antara atasan dan bahwan

Hubungan yang bersifat mendidik dan memberikan pengarahan kepada

bawahannya, sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan dan sikap

kerja merupakan tanggung jawab atasan.

c. Penetapan tujuan

Pemusatan kegiatan organisasi mengenai apa yang harus dilakukan dan apa

yang tidak harus dilakukan.

d. Pemecahan masalah

Proses penghilangan perbedaan yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan

hasil yang diinginkan danmemilih solusi yang terbaik dari sejumlah

alternative yang tersedia.

2.1.6 Tanggung Jawab dan Wewenang Kepemimpinan

Tanggung jawab dan kewenangan kepemimpinan menurut Ranupandojo

dalam Miljus (2001:218) adalah sebagai berikut :

1. Menentukan tujuan pelaksanaan realitas (dalam arti kuantitas, kualitas,

(9)

2. Melengkapi para kayawan dengan sumberdaya yang diperlukan untuk

menjalankan tugasnya.

3. Mengkomunikasikan pada karyawan tentang apa yang diharapkan dari

mereka.

4. Memberikan susunan imbalan atau hadiah yang sepadan untuk mendorong

prestasi.

5. Mendelegasikan wewenang apabila diperlukan dan mengundang

partisipasi apabila diperlukan.

6. Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan pekerjaan efektif.

7. Menilai pelaksanaan pekerja dan mengkomunikasikan hasilnya.

8. Menunjukan perhatian kepeda bawahan, yang penting dalam hal ini adalah

tanggung jawab dalam memadukan seluruh kegitan dan mencapai tujuan

organisasi tersebut secara harmonis, sehinggga tercapai tujuan organisasi

yang efektif dan efisien.

2.1.7 Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan memegang peran yang signifikan terhadap kesuksesan

dan kegagalan sebuah organisasi. Sedangkan Robinss (2006)

mengidentifikasi empat jenis gaya kepemimpinan antara lain:

1. Gaya kepemimpinan kharismatik

Para pengikut terpacu kemampuan kepemimpinan yang heroik atau

yang luar biasa ketika mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu

(10)

kharismatik:

a. Visi dan artikulasi. Dia memiliki visi ditujukan dengan sasaran ideal

yang berharap masa depan lebih baik daripada status quo, dan

mampu mengklarifikasi pentingnya visi yang dapat dipahami orang

lain.

b. Rasio personal. Pemimpin kharismatik bersedia menempuh risiko

personal tinggi, menanggung biaya besar, dan terlibat ke dalam

pengorbanan diri untuk meraih visi.

c. Peka terhadap lingkungan. Mereka mampu menilai secara realistis

kendala lingkungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk

membuat perubahan.

d. Kepekaan terhadap kebutuhan pengikut. Pemimpin kharismatik

perseptif (sangat pengertian) terhadap kemampuan orang lain dan

responsif terhadap kebutuhan dan perasaan mereka.

e. Perilaku tidak konvensional. Pemimpin kharismatik terlibat dalam

perilaku yang dianggap baru dan berlawanan dengan norma.

2. Gaya kepemimpinan transaksional

Pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang memandu

atau memotivasi para pengikut mereka menuju sasaran yang ditetapkan

dengan memperjelas persyaratan peran dan tugas. Gaya kepemimpinan

transaksionallebih berfokus pada hubungan pemimpin-bawahan tanpa

adanya usaha untuk menciptakan perubahan bagi bawahannya. Terdapat

(11)

a. Imbalan kontingen: kontrak pertukaran imbalan atas upaya

yang dilakukan, menjanjikan imbalan atas kinerja baik, mengakui

pencapaian.

b. Manajemen berdasar pengecualian (aktif): melihat dean

mencari penyimpangan dari aturan dan standar, menempuh

tindakan perbaikan.

c. Manajemen berdasar pengecualian (pasif): mengintervensi

hanya jika standar tidak dipenuhi.

d. Laissez-Faire: melepas tanggung jawab, menghindari

pembuatan keputusan.

3. Gaya kepemimpinan transformasional

Pemimpin transformasional mencurahkan perhatian pada hal-hal

dan kebutuhan pengembangan dari masing-masing pengikut, Pemimpin

transformasional mengubah kesadaran para pengikut akan

persoalan-persoalan dengan membantu mereka memandang masalah lama dengan

cara-cara baru, dan mereka mampu menggairahkan, membangkitkan, dan

mengilhami para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi mencapai

sasaran kelompok. Terdapat empat karakteristik pemimpin transformasional:

a. Kharisma: memberikan visi dan rasa atas misi, menanamkan

kebanggaan, meraih penghormatan dan kepercayaan.

b. Inspirasi: mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan

(12)

penting secara sederhana.

c. Stimulasi intelektual: mendorong intelegensia, rasionalitas, dan

pemecahan masalah secara hati-hati.

d. Pertimbangan individual: memberikan perhatian pribadi,

melayani karyawan secara pribadi, melatih dan menasehati.

4. Gaya kepemimpinan visioner

Kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang

realistis, kredibel, dan menarik mengenai masa depan organisasi atau unit

organisasi yang tengah tumbuh dan membaik dibanding saat ini. Visi ini

jika diseleksi dan diimplementasikan secara tepat, mempunyai kekuatan

besar sehingga bisa mengakibatkan terjadinya lompatan awal ke masa

depan dengan membangkitkan keterampilan, bakat, dan sumber daya untuk

mewujudkannya.

2.2 Sanksi

2.2.1 Pengertian Sanksi

Pada dasarnya pengertian sanksi dapat diartikan sebagai suatu tindakan

yang diberikan kepada seseorang baik secara perorangan, kelompok, maupun

organisasi karena terbukti melakukan pelanggaran terhadap aturan yang berlaku.

Sanksi dikenakan terhadap suatu pelanggaran dengan tujuan untuk memberikan

pengertian mengenai adanya aturan yang harus diikuti serta memberi peringatan

terhadap tindakan yang salah. Sanksi menjadi peringatan untuk mendidik

(13)

Dengan sanksi hukuman, diharapkan tidak terjadi lagi pelanggaran oleh karyawan

yang bersangkutan.

Henle & Blanchard(2008) menyatakanbahwa organisasi merupakan

sebuah sistem peran yang menyediakan berbagaimacam tugas kerja untuk tiap

peran dari karyawan untuk karyawandalam melaksanakan perannya dalam

organisasi. Setiap karyawan dapatmemberikan feedback untuk kesuksesan

organisasi, memberikan masukan atautindakan korektif dalam keputusan yang

diambil dalam hal yang berhubungandengan kinerjanya, dan pemberian sanksi

jika terjadi kesalahan.

Sanksi merupakan tindakan yang diberikan pada karyawan jika

karyawanmenyalahi aturan yang telah diterapkan di perusahaan (Henle &

Blanchard,2008). Sanksi dikenakan jika karyawan melanggar apa yang telah

menjadiperaturan di perusahaan tersebut. Ada beberapa tahap pemberian sanksi

dalam disiplin kerja kepadakaryawan menurut Siagian (2002), yaitu:

1. Peringatan lisan oleh penyelia

2. Peringatan tertulis ketidakpuasan oleh atasan langsung

3. Penundaan kenaikan gaji berkala

4. Penundaan kenaikan pangkat

5. Pembebasan dari jabatan

6. Pemberhentian sementara

7. Pemberhentian atas permintaan sendiri

8. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri

(14)

2.2.2Tingkat Pengenaan Sanksi Pelanggaran Disiplin

Perusahaan berkewajiban menegakkan disiplin dan kewibawaan serta

nama baik perusahaan, sehingga terjalin hubungan yang saling menghormati

antara pimpinan dan karyawan.Untuk menegakkan keadilan serta kewibawaan dan

menciptakan suasana yang diharapkan, perlu dilakukan pembinaan atau

tindakan terhadap pelanggaran disiplin.Tingkat pelanggaran disiplin ditetapkan

sebagai berikut :

a. Pelanggaran Tingkat I, apabila karyawan melakukan tindakan pelanggaran

sebagai berikut :

1. Tidak mematuhi jam kerja dan telah diperingatkan secara lisan oleh

atasannya

2. Mencatatkan kehadiran karyawan lain

3. Tidak dapat melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung

jawabnya walaupun telah dibimbing dan dicoba ditempatkan pada

unit yang dipandang sesuai dengan kemampuannya

4. Tidak menunjukkan sikap bersungguh-sungguh atau malas dalam

bekerja dan kurang tekun melaksanakan tugas dan pekerjaan, tanpa

ada usaha untuk mengatasinya walaupun telah diperingatkan secara

lisan oleh atasannya

5. Melanggar tata tertib kerja, walaupun telah diperingatkan secara

lisan oleh atasannya

6. Sering meninggalkan tempat kerja tidak untuk kepentingan dinas

(15)

7. Mengganggu ketenangan, ketentraman dan kenyamanan pegawai

lainnya diwaktu jam kerja

8. Tidak memakai pakaian seragam, sesuai dengan ketentuan pada

hari yang telah ditetapkan

9. Tingkat kehadiran kurang dari 90% (sembilan puluh perseratus)

untuk karyawan

10.Merokok didalam kantor, walaupun telah diingatkan baik oleh

atasan maupun teman sekerja

b. Pelanggaran Tingkat II, apabila karyawan melakukan tindakan

pelanggaran sebagai berikut :

1. Merupakan pengulangan Pelanggaran Disiplin Tingkat I yaitu

untuk pelanggaran disiplin yang sama atau berbeda jenisnya pada

saat karyawan tersebut sedang menjalani hukuman disiplin

2. Dengan sengaja atau lalai sehingga mengakibatkan dirinya tidak

dapat menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya dan

mengakibatkan kerugian pihak lain dan/atau perusahaan

3. Tingkat kehadiran kurang dari 70% (tujuh puluh perseratus) untuk

karyawan

4. Memberikan keterangan palsu atas ketidakhadirannya

5. Menyalahgunakan peralatan atau merusak barang milik perusahaan

6. Memanfaatkan karyawan lain dan/atau peralatan milik perusahaan,

dalam jam atau waktu kerja untuk kepentingan pribadi tanpa ijin

(16)

c. Pelanggaran Tingkat III, melakukan kesalahan sebagai berikut :

1. Merupakan pengulangan Pelanggaran Disiplin Tingkat II yaitu

untuk pelanggaran disiplin yang sama atau berbeda jenisnya pada

saat karyawan tersebut sedang menjalani hukuman disiplin

2. Terlibat langsung atau tidak langsung dalam tindakan penipuan,

pencurian, dan penggelapan barang dan/atau uang di lingkungan

perusahaan

3. Mabuk dan/atau meminum minuman keras, penyalahgunaan

dan/atau memperdagangkan narkotika dan/atau obat-obat terlarang

(narkoba), dan/atau obat-obatan lainnya yang dilarang oleh

peraturan perundang-undangan yang ada

4. Melakukan perbuatan asusila dan/atau melakukan perjudian di

lingkungan perusahaan

5. Menyerang, mengintimidasi, menganiaya, mengancam secara fisik

dan/atau mental, memfitnah, menghina secara kasar karyawan

dan/atau keluarganya baik dalam lingkungan perusahaan maupun

di luar lingkungan perusahaan

6. Membujuk karyawan untuk melakukan sesuatu perbuatan yang

bertentangan dengan hukum atau kesusilaan serta peraturan

perundangan yang berlaku

7. Dengan ceroboh/melalaikan tugas atau sengaja merusak, sehingga

merugikan atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik

(17)

8. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan diri

sendiri atau karyawan lain dalam keadaan bahaya

9. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan atau nasabah

mencemarkan nama baik karyawan dan keluarganya yang

seharusnya dirahasiakan, kecuali untuk kepentingan negara

10.Melakukan tindak kejahatan dan dinyatakan bersalah oleh

pengadilan

11.Menolak perintah dinas yang diberikan oleh atasannya tanpa alasan

yang dapat diterima walaupun telah diberi peringatan secara lisan

oleh atasan tentang akibat pelanggaran atau penolakan tersebut

serta telah mendapat SP sampai dengan II, tetap tidak

mengindahkan

12.Langsung atau tidak langsung terlibat dalam penyalahgunaan

tugas, jabatan, dan wewenang

13.Membuat kegaduhan dan/atau kekacauan di tempat kerja,

menghalang-halangi karyawan lainnya masuk kerja dan/atau

berkelahi di tempat kerja

2.2.3 Sanksi Pelanggaran Disiplin

Sanksi pelanggaran disiplin dikenakan terhadap pelaku pelanggaran

disiplin berdasarkan berat atau ringannya pelanggaran yang dilakukan sesuai

dengan tingkat pelanggarannya. Jenis sanksi pelanggaran disiplin terdiri dari :

a. Sanksi pelanggaran disiplin ringan

(18)

c. Sanksi pelanggaran disiplin berat

Sanksi untuk pelanggaran disiplin ialah :

1. Pelanggaran disiplin tingkat I, dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin

ringan. Jenis sanksi pelanggaran disiplin ringan terdiri dari :

a. Peringatan lisan

b. Peringatan tertulis I, disertai pembinaan selama 3 (tiga) bulan atau

dimutasikan, dimana masa berlaku Peringatan tertulis I adalah, 2

(dua) tahun terhitung sejak ditanda tangani oleh yang berwenang

menjatuhkan sanksi pelanggaran disiplin.

2. Pelanggaran disiplin tingkat II, dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin

sedang. Jenis sanksi pelanggaran disiplin sedang terdiri dari :

a. Peringatan tertulis II, disertai pembinaan selama 6 (enam)

bulan, dengan masa berlaku 4 (empat) tahun

b. Penundaan kenaikan golongan/penyesuaian gaji berkala untuk

jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun

c. Pembebasan dari jabatannya atau diturunkan jabatannya setingkat

lebih rendah.

3. Pelanggaran disiplin tingkat III, dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin

berat. Jenis sanksi pelanggaran disiplin berat berupa :

a. Pemberhentian sementara sampai dengan proses hukumnya

berkekuatan hukum tetap

(19)

c. Karyawan yang melakukan pelanggaran berat dapat diberi sanksi tambahan berupa berkewajiban mengembalikan dan/atau

mengganti semua kerusakan atau kerugian materiil dan sejenisnya

yang diakibatkan oleh pelanggaran tersebut

2.3 Disiplin Kerja

2.3.1 Pengertian Disiplin Kerja

Disiplin kerja sangat penting bagi pegawai yang bersangkutan maupun

bagi organisasi karena disiplin kerja akan mempengaruhi produktivitas kerja

pegawai. Oleh karena itu, pegawai merupakan motor penggerak utama dalam

organisasi. Disiplin kerja yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab

sesorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Menurut Hasibuan

(2009:193) menyatakan bahwa “Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan

seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang

berlaku”. Sedangkan menurut Sutrisno (2009) menyatakan “Disiplin

menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan

terhadap peraturan dan ketepatan perusahaan”.

Selanjutnya, Disiplin adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan, baik

tertulismaupun tidak tertulis yang telah ditetapkan. Disiplin kerja pada

dasarnyaselalu diharapkan menjadi ciri setiap sumber daya manusia dalam

organisasi, karena dengan kedisplinan organisasi akan berjalan dengan baik dan

bisamencapai tujuannya dengan baik pula (Setiyawan dan Waridin, 2006:189).

Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer

(20)

suatuperilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran

dankesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan

norma-normayang berlaku (Veithzal Rivai dan Ella Jauvani, 2009: 825).Kemudian,

menurut Sinungan (2003) menyatakan “Disiplin adalah sebagai sikap mental yang

tercermin perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat

berupa ketaatan (obedience) terhadap peraturan-peraturan atau ditetapkan

pemerintah atau etika, norma, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat untuk

tujuan tertentu”.

Sedangkan menurut Sastrohadiwiryo (2003) menyatakan bahwa “Disiplin

kerja dapat didefinisikan sabagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh,

dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun

tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima

sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan

kepadanya”.

Kemudian, menurut Fathoni (2006) menyatakan bahwa “Disiplin adalah

kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan

norma-norma sosial yang berlaku”. Disiplin adalah tindakan manajemen untuk

memberikan semangat kepada pelaksanaan standar organisasi, ini adalah pelatihan

yang mengarah pada upaya membenarkan dan melibatkan

pengetahuan-pengetahuan sikap dan perilaku pegawai sehingga ada kemauan pada diri pegawai

untuk menuju pada kerjasama dan prestasi yang lebih baik (Werther dan Davis,

(21)

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja

adalah suatu keadaan tertib dimana keadaan seseorang atau sekelompok orang

yang tergabung dalam organisasi tersebut berkehendak mematuhi dan

menjalankan peraturan-peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak

tertulis dengan dilandasi kesadaran dan keinsyafan akan tercapainya suatu kondisi

antara keinginan dan kenyataan dan diharapkan agar para pegawai memiliki sikap

disiplin yang tinggi dalam bekerja sehingga produktivitasnya meningkat.

Selanjutnya, Tujuan disiplinkerja adalah untuk meningkatkan efisiensi

kerja semaksimal mungkin dengan cara mencegah pemborosan waktu dan energi.

Disiplin kerja dibutuhkan untuk tujuan organisasi yang lebih jauh, guna menjaga

efisiensi dan mencegah dan mengoreksi tindakan-tindakan individu dalam itikad

tidak baik terhadap kelompok. Sastrohadiwiryo (2003:292) menyatakan bahwa:

Secara khusus tujuan disiplin kerja para pegawai, antara lain : 1) Agar para pegawai menepati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan organisasi yang berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen dengan baik, 2) Pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang berkepentingan dengan organisasi sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya, 3) Pegawai dapat menggunakan, dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan jasa organisasi dengan sebaik-baiknya, 4) Para pegawai dapat bertindak dan berpartisipasi sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada organisasi, 5) Pegawai mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan harapan organisasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Selanjutnya, menurut Sutrisno (2009) menyatakan bahwa:

(22)

yang tinggi dikalangan karyawan, 5) meningkatnya efisiensi dan produktivitas kerja pada karyawan.

Berdasarkan tujuan disiplin kerja maka disiplin kerja pegawai harus

ditegakkan dalam suatu organisasi. Tanpa dukungan organisasi pegawai yang

baik, sulit bagi organisasi untuk mewujudkan tujuannya. Jadi, kedisiplinan adalah

kunci keberhasilan suatu perusahaan/organisasi untuk mencapai tujuannya.

2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Disiplin kerja yang tinggi merupakan harapan bagi setiap pimpinan kepada

bawahan, karena itu sangatlah perlu bila disiplin mendapat penanganan intensif

dari semua pihak yang terlibat dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan dari

suatu organisasi dan juga pemimpin mempunyai pengaruh langsung atas sikap

kebiasaan yang diperoleh pegawai. Kebiasaan itu ditentukan oleh pimpinan, baik

dengan iklim atau suasana kepemimpinan maupun melalui contoh diri pribadi.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan disiplin yang baik, maka pimpinan harus

memberikan kepemimpinan yang baik pula.

Menurut Hasibuan (2009:195) menyatakan bahwa ”Faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai suatu organisasi, di antaranya :

1. Tujuan dan kemampuan,

2. Keteladanan pimpinan,

3. Balas jasa,

4. Keadilan,

5. Waskat,

(23)

7. Ketegasan,

8. Hubungan kemanusiaan.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja dapat

dijelaskan bahwa:

1.Tujuan dan Kemampuan

Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai.

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup

menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan

(pekerjaan) yang dibebankan kepada pegawai harus sesuai dengan kemampuan

pegawai bersangkutan, agar pegawai bekerja dengan sungguh-sungguh dan

disiplin dalam mengerjakannya.

2. Teladanan Pimpinan

Teladanan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan pegawai

karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.

Pimpinan harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil

serta sesuai kata dengan perbuatannya. Dengan keteladanan pimpinan yang

baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik.

3. Balas Jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan pegawai

karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan pegawai terhadap

organisasi atau pekerjaannya. Jika kecintaan pegawai semakin baik terhadap

kedisiplinan pegawai yang baik, organisasi harus memberikan balas jasa yang

(24)

jasa yang pegawai terima kurang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya beserta keluarga. Jadi, balas jasa berperan penting untuk menciptakan

kedisiplinan pegawai.

4. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan pegawai, karena ego dan

sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama

denganmanusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam

memberikan balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang

terciptannya kedisiplinan pegawai yang baik.

5. Waskat

Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam

mewujudkan kedisiplinan pegawai organisasi. Dengan pengawasan melekat

berarti atasan langsung harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral,

sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus

selalu hadir ditempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk,

jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelasaikan

tugasnya. Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja pegawai.

Pegawai merasa mendapat perhatian, bimbingan, pengarahan, petunjuk, dan

pengawasan dari atasannya. Dengan waskat, atasan secara langsung dapat

mengetahui kemampuan dan kedisiplinan setiap individu bawahannya,

sehingga kondute setiap bawahan dinilai objektif. Jadi waskat menuntut adanya

kebersamaan aktif antara pimpinan dan pegawai dalam mencapai tujuan

(25)

6. Sanksi Hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memeihara kedisiplinan pegawai.

Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut

melanggar peraturan-peraturan organisasi, sikap, dan prilaku indisipliner

pegawai akan berkurang. Berat / ringan saksi hukuman yang akan diterapkan

ikut mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan pegawai. Sanksi hukuman

harusditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan

diinformasikan secara jelas kepada semua pegawai.

7. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi

kedisiplinan pegawai. Pimpinan harus berani dan tegas untuk menghukum

setiap pegawai yang indispliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah

ditetapkan. pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi

pegawai indisipliner akan akan disegani dan diakui kepemimpinanya oleh

bawahan.

Selanjutnya, (Singodimedjo dalam Sutrisno, 2009) menyatakan bahwa:

Faktor yang mempengaruhi disiplin pegawai adalah sebagai berikut : 1)

besar kecilnya pemberian kompensasi; 2) Ada tidaknya keteladanan

pimpinan dalam perusahaan; 3) Ada tidaknya aturan pasti yang dapat

dijadikan pegangan; 4) Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan;

5) Ada tidaknya pengawasan pimpinan; 6) Ada tidaknya perhatian

pimpinan; 7) Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya

(26)

Berdasarkan pernyataan Singodimedjo dalam Sutrisno (2009) dapat dijelas

bahwa:

1. Besar kecilnya pemberian kompensasi

Besar kecilnya pemberian kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin.

Para pegawai akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, dan mendapat

jaminan balas jasa sesuai dengan jerih payah yang telah dikonstribusikan oleh

organisasi. Bila pegawai menerima konstribusi yang memadai maka pegawai

akan bekerja dengan tenang dan tekun, serta selalu berusaha bekerja dengan

sebaik-baiknya.

2.Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan

Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan

organisasi, semua pegawai akan selalu memperhatikan bagaimana pimpinan

dapat menegakkan disiplin. Pimpinan harus memberikan contoh yang baik,

berdisiplin baik, jujur, adil serta sesuai kata dengan perbuatannya. Dengan

keteladanan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik.

3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan

Pembinaan disiplin tidak dapa terlaksana dalam organisasi jika tidak ada aturan

tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama. Disiplin tidak

dapat ditegakkan bila peraturan yang dibuat hanya berdasarkan instruksi lisan

yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi. Dengan saksi

hukuman yang demakin berat, pegawai akan semakin takut melanggar

peraturan - peraturan organisasi, sikap, dan prilaku indisipliner pegawai akan

(27)

mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan pegawai. Sanksi hukuman harus

ditetapkan berdasarkan pegawai.

4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan

Keberanian pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi

kedisiplinan pegawai. Pimpinan harus berani dan tegas untuk menghukum

setiap pegawai yang indispliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah

ditetapkan. pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi

pegawai indisipliner akan akan disegani dan diakui kepemimpinanya oleh

bawahan.

5.Ada tidaknya pengawasan pimpinan

Dengan pengawasan melekat berarti atasan langsung harus aktif dan langsung

mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya.

Hal ini berarti atasan harus selalu hadir ditempat kerja agar dapat mengawasi

dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan

dalam menyelasaikan tugasnya. Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan

moral kerja pegawai. Pegawai merasa mendapat perhatian, bimbingan,

pengarahan, petunjuk, dan pengawasan dari atasannya. Dengan waskat, atasan

secara langsung dapat pengetahui kemampuan dan kedisiplinan setiap individu

bawahannya, sehingga kondute setiap bawahan dinilai objektif. Jadi waskat

menuntut adanya kebersamaan aktif antara pimpinan dan pegawai dalam

(28)

6. Ada tidaknya perhatian kepada para pegawai

Pimpinan yang berhasil memberikan perhatian yang besar kepada para pegawai

akan dapat menciptakan disiplin kerja yang baik. Pimpinan akan selalu

dihormati dan dihargai oleh pegawai, sehingga akan berpengaruh besar kepada

prestasi, semangat kerja, dan moral kerja pegawai.

7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.

Kebiasaan-kebiasaan positif itu antara lain adalah sebagai berikut:

a.Saling menghormati, bila bertemu di lingkungan pekerjaan,

b. Melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga para

pegawai akan turut merasa bangga akan pujian tersebut,

c.Sering mengikut sertakan pegawai dalam pertemuan-pertemuan, apabila

pertemuan yang berkaitan dengan nasib dan pekerjaan pegawai,

d.Memberi tahu bila ingin meninggalkan tempat kepada rekan kerja, dengan

menginformasikan, ke mana dan untuk urusan apa, walaupun untuk

bawahan sekalipun.

2.3.3. Ukuran Disiplin Kerja

Dengan diterapkan tata tertib diharapkan dapat menegakkan disiplin

pegawai. Namun, untuk mengetahui apakah pegawai telah bersikap disiplin atau

belum perlu diketahui kriteria yang menunjukkannya. Umumnya, disiplin kerja

dapat terlihat apabila pegawai datang ke kantor teratur dan tepat waktu, jika

mereka berpakaian rapi ditempat kerja, jika mereka menggunakan perlengkapan

(29)

yang memuaskan dengan mengikuti cara kerja yang telah ditentukan oleh

organisasi dan jika mereka menyelesaikan pekerjaan dan semangat kerja. Menurut

Singodimedjo (2000) menyatakan bahwa:

Peraturan-peraturan yang akan berkaitan dengan disiplin itu antara lain, 1) peraturan jam masuk, pulang dan jam istirahat, 2) Peraturan dasar tentang berpakaian, dan bertingkah laku dalam pekerjaan, 3) Peraturan cara-cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit kerja lain, 4) Peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh oleh para pegawai selama dalam organisasi dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan disiplin kerja, peraturan dan ketepatan organisasi

hendaknya masuk akal dan bersifat adil bagi seluruh pegawai. Selain itu,

hendaknya peraturantersebut juga dikomunikasikan sehingga para pegawai

mengetahui apa yang menjadi larangan dan apa yang tidak.

2.3.4. Tingkat dan Jenis Sanksi Disiplin Kerja

Tujuan utama pengadaan sanksi disiplin kerja bagi para pegawai yang

melanggar norma-norma organisasi adalah memperbaiki dan mendidik pegawai

yang melakukan pelanggaran disiplin. Pada umumnya sebagai pegangan pimpinan

meskipun tidak mutlak, tingkat dan jenis sanksi disiplin kerja yang dikemukakan

Rivai (2009:831) menyatakan “Sanksi disiplin terdiri atas sanksi disiplin berat,

sanksi disiplin sedang, sanksi disiplin ringan”.

1. Sanksi Disiplin Berat

Sanksi disiplin berat misalnya :

a.Demosi jabatan yang setingkat lebih rendah dari jabatan atau pekerjaan yang

(30)

b.Pembebasan dari jabatan atau pekerjaan untuk dijadikan sebagai pegawai

biasa bagi yang memegang jabatan.

c.Pemutusan hubungan kerja dengan hormat atas permintaan sendiri tenaga

kerja yang bersangkutan.

d.Pemutusan hubungan kerja tidak dengan hormat sebagai tenaga kerja di

organisasi atau perusahaan.

2. Sanksi Disiplin Sedang

Sanksi disiplin sedang misalnya :

a.Penundaan pemberian kompensasi yang sebelumnya telah dirancangkan

sebagaimana tenaga kerja lainnya.

b.Penurunan upah atau gaji sebesar satu kali upah atau gaji yang biasanya

diberikan harian, mingguan atau bulanan.

c.Penundaan program promosi bagi tenaga kerja yang bersangkutan pada

jabatan yang lebih tinggi.

3. Sanksi Disiplin Ringan

Sanksi disiplin ringan misalnya :

a.Teguran lisan kepada tenaga kerja yang bersangkutan.

b.Teguran tertulis

c.Pernyataan tidak puas secara tertulis

Selanjutnya, menurut Handoko (2001) menyatakan bahwa ada 3 (tiga)

(31)

1. Disiplin Preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk medorong

para pegawai agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga

penyelewengan- penyelewengan dapat dicegah.

2. Disiplin Korektif adalah kegitan yang diambil untuk menangani

pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari

pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Dan bertujuan untuk

memperbaiki pelanggaran, untuk menghalangipara pegawai yang lain

melakukan kegiatan yang serupa, untuk menjaga berbagai standar

kelompok tetap konsisten dan efektif.

3. Disiplin Progresif adalah suatu kebijakan disiplin yang memberikan

hukuman- hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran

yang berulang. Disiplin progresif ditunjukkan sebagai berikut:

a. Teguran secara lisan kepada penyelia

b. Teguran tertulis, dengan catatan dalam file personalia

c. Skorsing dari pekerjaan satu sampai tiga hari

d. Skorsing satu minggu atau lebih lama

e. Diturunkan pangkatnya

f. Dipecat

Dalam penetapan jenis sanksi disiplin yang akan dijatuhkan kepada

pegawai yang melanggar hendaknya dipertimbangkan dengan cermat, teliti, dan

seksama bahwa sanksi disiplin yang akan dijatuhkan tersebut setimpal dengan

(32)

Dengan demikian, sanksi disiplin tersebut dapat diterima dengan rasa

keadilan. Kepada pegawai yang diberikan sanksi disiplin tersebut dapat diterima

dengan rasa keadilan. Kepada pegawai yang pernah diberikan sanksi disiplin dan

mengulangi lagi pada kasus yang sama, perlu dijatuhi sanksi disiplin yang lebih

berat dengan tetap berpedoman pada kebijakan pemerintah yang berlaku.

2.3.5Tenik– Teknik DisiplinKerja

Menurut Mangkunegara (2011:131), mengemukakan beberapa teknik–

teknikpelaksanaan disiplin kerja sebagai berikut:

a. Teknikpertimbangan sedini mungkin.

b. Teknikmendisiplin sendiri.

c. Teknikkesediaan penyelia disiplin.

d. Teknikmenegurpegawai primadona.

e. Teknikmenimbulkan kesadaran tersendiri.

f. Tekniksandwich.

Budi Setiyawan dan Waridin (2006) dalam Mohammad (2005), ada 5

faktor dalam penilaian disiplin kerja terhadap pemberian layanan pada masyarakat,

yaitu:

a) Kualitas kedisiplinan kerja, meliputi datang dan pulang yang tepat waktu,

pemanfaatan waktu untuk pelaksanaan tugas dan kemampuan

mengembangkan potensi diri berdasarkan motivasi yang positif.

b) Kuantitas pekerjaan meliputi volume keluaran dan kontribusi.

(33)

d) Lokasi tempat kerja atau tempat tinggal.

e) Konservasi meliputi penghormatan terhadapaturan dengan keberanian

untuk selalu melakukan pencegahan terjadinya tindakan yang bertentangan

dengan aturan.

2.3.6 Indikator-IndikatorDisiplinKerja

MenurutMoenir, mengemukakan beberapaindikasi yang berkaitan

dengandisiplin kerja antara lain sebagai berikut:

a. Datang ketempatkerja tepatwaktu.

b. Pulang dari tempatkerja tepatpada waktunya.

c.Tepatwaktu dalammenyampaikan laporan.

d. Mengerjakan waktukerja untukkeperluan dinas.

e. Tepatwaktudalammenyelesaikansuatupekerjaan sesuaidengan

instruksi yang diberikan.

f. Mengisi absensi harian dengan tertib.

Rivai (2004) juga menyebutkan ada tiga konsep dalam pelaksanaan

tindakan disipliner, yaitu:

a. Aturan tungku panas yaitu pendekatan untuk melaksanakan tindakan

disipliner.

b. Tindakan disiplin progresif yaitu untuk memastikan bahwa terdapat

hukum minimal yang tepat terhadap setiap pelanggaran.

c. Tindakan disiplin positif yaitu dalam banyak situasi, hukuman

(34)

Disiplin kerja dapat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu besar

kecilnyapemberian kompensasi, ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam

perusahaan,ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan, ada tidaknya

aturanpasti yang dapat dijadikan pegangan, keberanian pimpinan dalam

mengambiltindakan, ada tidaknya pengawasan pimpinan, ada tidaknya perhatian

kepadakaryawan, diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya

disiplin(Singodemedjo dalam Sutrisno,2009:89-92).

2.4 Penelitian Terdahulu

Kajian pustaka tentang penelitian terdahulu bertujuan untuk

mengetahuihubungan antara penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan

yang akandilakukan. Di bawah ini peneliti akan memberikan kesimpulan hasil

penelitianyang pernah dilakukan :

Tabel 2.1

Jurnal dan Penelitian

No Nama berpengaruh positif dan signifikan terh Karyawan PT. Sinar Santosa Perkasa Banjar

2 Jane (2011) Disiplin Kerja

Berdasarkan Uji-t variabel disiplin kerja d berpengaruh positif dan signifikan ter karyawan pada PT. Selektani Horticulture M

(35)

Kinerja

Berdasarkan Uji-f dapat diketahui bahwa H Manusia dan Disiplin Kerja berpengaru signifikan terhadap Lingkungan Kerja d Karyawan PT. Bank Mandiri (Persero) Kapten Muslim Medan Disiplin Kerja Pegawai di Kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumatera Utara”

Analisis Regresi

Berdasarkan Uji-f dapat diketahui bah Pimpinan berpengaruh positif dan signi Disiplin Kerja pegawai di Kantor Dinas P Kelautan Provinsi Sumatera Utara

2.5 Kerangka Konseptual

Sebuah perusahaan didirikan dengan suatu harapan yang ingin dicapai

dimasa yang akan datang.Seorang pemilik perusahaan menginginkan agar

perusahaannya bisa berkembang dengan pesat dan memiliki kinerja yang tinggi.

Untuk mewujudkan harapan tersebut, perusahaan harus mempunyai sumber

daya manusia yang berkualitas, sehingga organisasi mampu mengelola

karyawan secara efektif dan efisien serta mampu mendukung pencapaian tujuan

organisasi. Tujuan perusahaan sangat tergantung dengan karyawan yang akan

menjalankan kegiatan perusahaan.

Karyawan menjadi salah satu faktor penting yang dapat menentukan

keberhasilan tujuan perusahaan. Hal ini terjadi karena karyawan adalah penggerak

utama roda kegiatan sebuah perusahaan. Dengan kata lain, karyawan menjadi

penguat fungsi-fungsi organisasi dalam sebuah perusahaan. Untuk itu karyawan

harus dikelola dengan baik, agar para karyawan bisa memberikan sumbangan

(36)

Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan juga oleh faktor

kepemimpinan, karena Menurut Suwatno dan Priansa(2011:140) kepemimpinan

merupakan kemampuan seorang pemimpin memotivasi bawahannya agar

bawahannya bisa mencapai tujuan. Pemimpin juga harus menentukan gaya

kepemimpinannya agar sesuai dengan situasi dan kondisi. Sebab gaya

kepemimpinan juga berpengaruh terhadap kesuksesan organisasi dalam mencapai

tujuan (Hasan, 2008).

Namun tidak jarang, karyawan tidak dapat memahami atau bahkan

berbenturan dengan aturan kepemimpinan tersebut sehingga disiplin kerja

karyawan menjadi menurun. Hal ini terjadi sebagai akibat dari perbedaan

kepentingan antara karyawan dengan perusahaan dan perusahaan tidak dapat

menyesuaikan aturan tersebut. Dengan demikian, perusahaan harus mampu

membuat sanksi kerja yang dapat membuat kepentingan tersebut bisa disesuaikan

dengan baik tanpa merugikan kedua belah pihak dalam proses pencapaian tujuan

perusahaan. Selain itu, penerapan sanksi pekerjaan tersebut harus dilakukan secara

tegas. Hal tersebut berarti bahwa perusahaan harus mensosialisasikan aturan

dan sanksi yang telah dibuat kepada karyawan sampai karyawan memahami dan

dapat melaksanakan dengan baik untuk mencegah terjadinya penyimpangan kerja

sehingga permasalahan disiplin kerja dapat diatasi.

Dalam melakukan kegiatan, karyawan memerlukan petunjuk kerja atau

pemberitahuan bagaimana melaksanakan suatu pekerjaan dari perusahaan agar

pelaksanaan pekerjaan tersebut sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat

(37)

baik dan sanksi dari pekerjaan yang dilakukan dalam perusahaan agar tercipta

disiplin kerja dan tidak terjadi penyimpangan. Menurut Rivai (2011:825) disiplin

kerja adalah suatu alat untuk merubah sikap seseorang agar bisa mentaati dan

menghormati peraturan-peraturan yang berlaku. Disiplin kerja akan tercipta

dengan baik bila perusahaan mampu menciptakan dan mengimplementasikan

aturan dan sanksi yang dibentuk oleh cara kepemimpinan kerja terhadap

karyawannya. Para karyawan harus membudayakan disiplin kerja agar dapat

mendukung pencapain tujuan organisasi, hal ini akan mencerminkan dari

kepatuhan seorang karyawan terhadap peraturan kerja dan juga sebagai tanggung

jawab terhadap perusahaan.

Berdasarkan teori-teori dan penjelasan yang telah dituliskan sebelumnya,

maka dapat dilihat kerangka konseptual penelitian yang digunakan sebagai

berikut:

Kepemimpinan (X1)

(38)

Sumber : Rivai (2009), Griffin (2004), dan Mangkunegara (2011) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab

akibatdari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya (Abdul

Hamid,2010:16). Berdasarkan kerangka penelitian tersebut, maka dapat

dikemukakan hipotesis sebagaiberikut:

H1 : Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Disiplin Kerja

Karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Persero, Tbk Cabang

Sisingamangaraja Medan.

H2 : Sanksi Pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Disiplin

Kerja Karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Persero, Tbk

Cabang Sisingamangaraja Medan.

H3 : Kepemimpinan dan Sanksi pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Disiplin Kerja Karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia

(BRI) Persero, Tbk Cabang Sisingamangaraja Medan.

BAB III

METODE PENELITIAN

Gambar

Tabel 2.1 Jurnal dan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang mengenai hubungan riwayat menyusui dengan kejadian kanker

Hal ini didasarkan pada alasan bahwa instrumen performance assessment hasil pengembangan sudah memenuhi kriteria aspek konstruksi yang meliputi petunjuk penggunaan

Tujuan dan kegunaan penelitian yaitu (1) untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan perkapita dan tingkat suku bunga terhadap permintaan polis asuransi jiwa

Hasil yang didapatkan adalah citra rahasia yang dikirimkan berhasil sampai disisi penerima dan verfikasi suara telah berhasil dilakukan dan didapatkan rata-rata akurasi verifikasi

Penyakit gagal ginjal kronik terjadi apabila penyakit ginjal yang berjalan lebih dari 3 bulan, dengan tanda- tanda proteinuria serta penurunan laju

34 of 2016 on New Tari s for Income Tax on Transfers of and Conditional Sale and Purchase Agreements for Land and/or Buildings, the Regional Government of DKI Jakarta Province has

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (65%) memiliki tingkat loyalitas yang sangat tinggi terhadap susu cair karena mereka tidak pernah mengganti

Pada proses pembelian barang dagang secara kredit staf pembelian akan menyerahkan faktur pembelian kepada staf akuntansi yang akan di catat ke dalam buku hutang,