• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIFAT SIFAT WAJIB DAN MUSTAHIL BAGI ALLA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SIFAT SIFAT WAJIB DAN MUSTAHIL BAGI ALLA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

SIFAT-SIFAT WAJIB DAN MUSTAHIL BAGI ALLAH

(

SAMA’

, BASHAR, SHUMMUN,

DAN ’UMYUN

)

DOSEN PEMBIMBING: Dr. M. SUKRI ALBANI, MA

D I S U S U N Oleh :

SAMSUL BAHRI

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR









Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan

Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “SIFAT

-SIFAT ALLAH (Sama’ dan Bashar) dan Sifat Mustahilnya”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami

harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Medan, 26 September 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

A. Pengertian Tauhid ... 3

B. Pengertian Sifat Wajib dan Sifat Mustahil Bagi Allah SWT ... 3

C. Sama’ dan Shummun ... 5

D. Bashar dan ’Umyun... 6

E. Uraian Sifat Sama’ Dan Bashar ... 10

1. Sifat Sama’ ... 10

2. Sifat Bashar ... 11

F. Pendapat ulama atas sifat-sifat Allah Swt ... 12

BAB III PENUTUP ... 14

Kesimpulan ... 14

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengenal Allah itu hukumnya fardhu 'ain bagi tiap-tiap mukmin. Apabila

seseorang itu tidak mengenal Allah, segala amal baktinya tidak akan sampai

kepada Allah Swt. Mengenal Allah dapat kita lakukan dengan cara memahami

sifat-sifat-Nya. Kita tidak dapat mengenal Allah melalui zat-Nya, karena

membayangkan zat Allah itu adalah suatu perkara yang sudah di luar batas

kesanggupan akal kita sebagai makhluk Allah. Kita hanya dapat mengenal Allah

melalui sifat-sifat-Nya. Tahukah kamu tentang sifat-sifat Allah Swt.? Sifat-sifat

Allah terdiri atas tiga sifat, yaitu sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz.1

Allah adalah tuhan yang wajib diimani oleh makhluk-nya.Untuk

menumbuhkan keimanan tentunya kita perlu mengenal Allah.Dalam ayat-ayat

Al-qur’an, Allah tidak diperkenalkan sebagai sesuatu yang bersifat materi. Jika

dijelaskan dengan sifat materi berarti Ia berbentuk dan dibatasi oleh tempat.

Padahal, Allah adalah Tuhan yang tidak memerlukan sesuatu.Allah adalah Tuhan

yang memiliki keagungan tidak terbatas.

AL-Qur’an juga tidak memperkenalkan Allah sebagai zat nonmaterial yang

tidak dapat diberi sifat atau digambarkan dalam kenyataan sehingga sulit untuk

dijangkau oleh akal manusia. Jika Allah diperkenalkan dengan cara ini tentu hati

manusia tidak akan tenteram dan yakin karena akalnya tidak dapat memahami

hakikat-Nya.

1

(5)

Al-Qur’an ternyata menempuh cara pertengahan yaitu memperkenalkan sifat

-sifat Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, Allah antara lain dikenal

dengan sifat dan asma Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Hidup, Maha

Berkehendak, Maha Menghidupkan, dan Mematikan, serta Yang bersemayam di

atas Arsy. Seluruh penjelasan tersebut akanmengantarkan kita pada pengenalan

yang dapat terjangkau oleh akal. Namun demikian AL-Qur’an juga tetap

menyatakan bahwa tidak ada yang serupa dengan Allah.2

B. Rumusan Masalah

a. Apa itu sifat wajib dan mustahil bagi Allah?

b. Apa itu sifat Sama’, Bashar dan lawannya Summum ‘Umyun?

c. Dalil-dalil tentang sifat Bashar dan Sama’?

C. Tujuan

a. Untuk menambah pengetahuan (ilmu) dan wawasan kita

b. Supaya lebih mengenal Allah dan Sifat-sifat-Nya

c. Untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Tauhid

2

(6)

BAB II

PEMBAHASAN A. Pengertian Tauhid

Tauhid adalah hal paling penting yang harus dipelajari setiap muslim.

Bahkan harus dipelajari lebih dulu sebelum kita mempelajarinya/melakukan

ibadah seperti shalat, zakat, haji, dan sebagainya.

Mentauhidkan Allah dalam nama dan sifat-Nya merupakan salah satu dari

tiga tauhid yang harus diyakini seorang muslim, yaitu tauhid rububiyah, tauhid

uluhiyah dan tauhid asma’ (nama) dan sifat. Dengan demikian, mengenai nama

dan sifat Allah memiliki kedudukan dan arti penting dalam agama. Seseorang

tidak dapat beribadah kepada Allah secara sempurna dan dengan keyakinan yang

benar sebelum mengetahui nama dan sifat Allah.3

Allah berfirman :

dengan menyebut asmaul husna itu (Qs. Al-A’raf:180)

Sebagaimana yang sudah maklum, semua orang yang berakal sehat sepakat

bahwa dzat ke ILAHI-an tidak mungkin akan kita ketahui hakikatnya, hal ini

disepakati juga oleh para ahli kalam dan filosof. Jadi, kalau dzat Allah SWT tidak

3

(7)

dapat diketahui hakikatnya, bagaimana mungkin kita mengetahui hakikat

sifat-sifat-Nya?. Dalam hal ini Ibnu Tairniyah berkata :

“Pengetahuan tentang bagaimana hakikat sifat, tidak akan dapat kita capai karena

pengetahuan akan hal itu, sama dengan pengetahuan tentang bagaimana (hakikat)

yang disifati, kalau yang disifati tersebut tidak dapat diketahui bagaimana

(hakikatnya), tentu juga halnya dengan bagaimana hakikat sifatnya.”

Oleh karena itu, Allah memerintahkan kita untuk mengetahui dan mengenal

nama-nama-Nya dan sifat-sifat Allah, bukan untuk mencari tahu kayfiyah

(bagaimana bentuk dan hakikat nama dan sifat-Nya), karena hal tersebut tidak

mungkin terjangkau oleh akal manusia yang terbatas.

B. Pengertian Sifat Wajib dan Sifat Mustahil Bagi Allah SWT

Sifat wajib adalah sifat yang harus ada pada zat Allah Swt. Sebagai

kesempurnaan bagi-Nya. Sifat-sifat wajib Allah tidak dapat diserupakan dengan

sifat-sifat makhluk-Nya. Oleh karena itu, sifat Allah wajib diyakini dengan akal

(wajib aqli) dan berdasarkan Al-Qur’an dan hadis Nabi Saw. (wajib naqli).

Sifat mustahil bagi Allah Swt. adalah sifat yang tidak layak dan tidak mungkin

ada pada Allah Swt.. Sifat-sifat mustahil ini merupakan kebalikan dari sifat wajib

bagi Allah sehingga jumlahnya sama.4

Mengimani Allah melalui sifat-sifat-Nya Sebagaimana Esa dalam Dzat-Nya,

Allah juga Esa dalam Sifat-Nya. Esa dalam Sifat-Nya berarti bahwa sifat-sifat itu

hanyalah dimiliki oleh Allah semata. Unsur makhluk atau ciptaan-Nya tidak

4

(8)

memiliki sifat-sifat yang sama sebagaimana yang melekat dalam diri Allah. Oleh

karena itu, maka Allah disebut sebagai Yang Maha Esa.

Sifat-sifat Allah yang wajib diketahui oleh setiap mukallaf berjumlah empat

puluh satu. Jumlah tersebut dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu: (1) sifat-sifat wajib

yang berjumlah dua puluh, (2) sifat-sifat yang muhal (mustahil) berjumlah dua

puluh, dan (3) sifat yang jaiz (mumkin) ada satu.

Macam-macam sifat wajib bagi Allah

Sifat-sifat wajib Allah yang dua puluh seperti di atas dibagi lagi menjadi empat

kelompok, yaitu:

a. Sifat Nafsiyah

yaitu sifat wajib bagi Allah yang adanya tidak di sebabkan oleh sesuatu

sebab apapun. Yang termasuk dalam sifat ini adalah sifat Wujud.

b. Sifat Salbiyah

yaitu sifat yang menafikan semua sifat yang tidak layak bagi Allah. Yang

termasuk dalam sifat ini adalah sifat-sifat Qidam, Baqa, Mukhalafatun

Lilhawadits, Qiyamuhu Binafsih, dan Wahdaniyah.

c. Sifat Ma’ani

yaitu sifat yang ada pada Dzat Allah yang maujud. Yang termasuk dalam

sifat ini adalah sifat-sifat Qudrat, Iradat, ‘Ilmu, Hayat, Sama’, Bashar, dan

(9)

d. Sifat Ma’nawiyah

yaitu sifat yang tetap bagi Dzat Allah. Yang termasuk dalam sifat ini

adalah sifat-sifat Qadiran, Muridan, ‘Aliman, Hayyan, Sami’an, Bashiran,

dan Mutakalliman.

Sifat jaiz bagi Allah

Selain sifat dua puluh di atas, baik yang wajib maupun yang mustahil, Allah

juga memiliki sifat jaiz (mumkin). Yang dimaksud dengan sifat jaiz (mumkin)

bagi Allah adalah Allah berwenang untuk menciptakan atau tidak menciptakan

makhluk-Nya. Allah juga berwenang melakukan sesuatu atau meninggalkannya.

Sifat Jaiz Allah ini menunjukkan kebebasan Allah dalam memilih atau

menentukan af’al (perbuatan)-Nya. 5

C. Sama’ dan Shummun

Sama’ adalah sifat wajib bagi Allah yang ke-11, Sama’, yang berarti Allah

Maha Mendengar, dan mustahil Allah tuli (shummun). Allah Swt. berfirman:

Hakikatnya ialah sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri pada Zat

Allah Ta’ala. Yaitu dengan terang dan nyata pada tiap-tiap yang maujud sama ada

5

(10)

yang maujud itu qadim seperti ia mendengar kalamnya atau yang ada itu harus

sama ada atau telah ada atau yang akan diadakan. Tiada terhijab (terdinding )

seperti dengan sebab jauh , bising , bersuara , tidak bersuara dan sebagainya.

Allah Ta’ala Maha Mendengar akan segala yang terang dan yang tersembunyi.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang bermaksud :

” Dan ingatlah Allah sentiasa Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “.( Surah

An-Nisa’a – Ayat 148 )

mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya)

kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua.

Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(QS. Al-Mujadila 1)

Artinya : “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu

(11)

D. Bashar dan ’Umyun

Bashar adalah sifat wajib bagi Allah yang ke-12, Bashar, yang berarti Allah

Maha Melihat, dan mustahil Allah buta (’umyun). Allah Swt. berfirman:

zat Allah Ta’ala. Allah Ta’ala wajib bersifat Maha Melihat sama ada yang dapat

dilihat oleh manusia atau tidak, jauh atau dekat , terang atau gelap , zahir atau

tersembunyi dan sebagainya. Firman Allah Ta’ala:

(12)

Dengan memahami sufat besar Allah SWT hendaknya kita selalu berhati-hati

dalam berbuat . Mungkin kita bias berbohong kepada manusia , seperti orangtua,

guru, atau teman. Akan tetapi kita tidak bias berbohong kepada Allah SWT.

Wajib bagi Allah mempunyai sifat sama’ dan bashor (mendengar dan melihat).

Kedua sifat ini adalah sifat yang dahulu dan menetap pada dzat Allah. Dengan

kedua sifat ini, maka akan menjadi jelas semua yang ada, baik berbentuk zat,

suara, warna dan lainnya.

Ta’alluq sifat sama’ dan bashor ada tiga:

1. Ta’alluq yang bersifat pelaksanaan (yang dahulu) yaitu hubungan sifat

sama’dan bashor dengan dzat dan sifat Allah.

2. Ta’alluq yang bersifat perencanaan (yang dahulu), yaitu hubungan sifat

sama’dan bashor dengan kita sebelum kita ada.

3. Ta’alluq yang bersifat pelaksanaan (yang baru), yaitu hubungan sifat

sama’ dan bashor dengan kita setelah kita ada. Jadi hubungan sifat sama’

dan bashor hanyalah satu, sedangkan sifat adalah banyak dan

hakikat-hakikat sama’ dan bashorpun berbeda-beda.6

6

(13)

E. Uraian Sifat Sama’ Dan Bashar

a. Pengertian sama’ adalah mendengar tanpa perantara, tidak dipengaruhi oleh

jarak yang jauh atau dekat, tidak dipengaruhi oleh keras atau pelan, tidak

dipengaruhi oleh nyaring atau lembut dari sesuatu yang didengar.

b. Mustahil Allah Ta’ala tidak mendengar (tuli). Yang dimaksud dengan tidak

mendengar adalah meliputi :

a) Tidak mendengar sama sekali

b) Mendengar hanya sebahagian saja (sedikit) dari yang didengar

c) Mendengar dengan perantara.

d) Mendengar dengan tanpa perantara, tetapi dipengaruhi oleh jarak dekat

atau jauhnya sesuatu yang didengar.

e) Mendengar tanpa perantara, tetapi dipengaruhi oleh volume atau ukuran

keras, kecil, nyaring dan halusnyasesuatu yang didengar.

Penjelasan

a. Mendengar dengan perantara seperti halnya manusia mendengar dengan

telinga, diantarkan oleh udara atau oleh gelombang atau amplitudo, seperti:

radio, televisi, telephone, handphone.

b. Dipengaruhi oleh jarak jauh atau dekatnya sesuatu yang didengar. Seperti

halnya manusia, karena manusia tdak dapat mendengar sesuatu yang jaraknya

jauh atau terhalang oleh dinding atau tembok. Kelaupun terdengar tetapi tidak

jelas. Tidak dibarengi oleh suara hiruk pikuk, seperti gemuruh atau suara

pesawat, dan segala yang membatasi pendengaran. Tidak lenyap dari pendengaran Allah Ta’ala segala yang didengar, walaupun yang didengar itu tersembunyi, karena IA Maha Mendengar. IA mendengar tanpa lubang

(14)

c. Dipengaruhi oleh besar kecilnya sesuatu yang didengar, seperti halnya

pendengaran manusia. Manusia tidak dapat mendengar suara yang sangat kecil

atau sangat halus. Berarti pendengaran manusia dipengaruhi oleh keras, halus,

nyaring atau lembut dari sesuatu yang didengar itu. Ketiga hal ini tidak ada

pada sama’ Allah Ta’ala, karena memang sifat sama’ Allah Ta’ala berbeda

dengan sifat sama’ manusia.

2. Sifat Bashar

Sifat bashar adalah sifat yang berdiri dengan Zat Allah dan nyata bagiNya

dengan sifat itu segala yang maujud. Allah Ta’ala berfirman :

ٌرْيـصـب ْول ـْعـت اـ ـب ه َ إ

Artinya : “ Sesungguhnya Allah Ta’ala Maha Melihat terhadap segala sesuatu

yang kamu kerjakan".

Yang dimaksud dengan bashar adalah melihat tanpa perantara, tidak

dipengaruhi oleh jarak jauh atau dekatnya sesuatu yang dilihat, tidak dipengaruhi

oleh bentuk besar atau kecilnya sesuatu yang dilihat itu dan tidak juga dipengerahi

oleh tempat sesuatu yang dilihat (lahir atau bathin).

Mustahil Allah Ta’ala tidak melihat (buta). Yang dimaksud dengan tidak melihat (buta) adalah meliputi :

a. Tidak melihat sama sekali.

b. Melihat sebahagian saja, berarti ada yang tidak dilihat

c. Melihat dengan perantara

d. Melihat tanpa perantara, tetapi dipengaruhi oleh jarak jauh atau dekatnya

sesuatu yang dilihat itu, atau dibatasi oleh dinding dan tembok

e. Melihat tanpa perantara, tetapi dipengaruhi oleh bentuk dari sesuatu yang

(15)

Penjelasan

a. Melihat dengan perantara adalah melihat dengan alat, seperti melihat dengan

biji mata, kelopak mata, dengan cahaya, dengan kaca mata, teleskop, thedolit

dan teropong.

b. Dipengaruhi oleh jarak jauh atau dekat, terdinding atau lepas, lahir atau

bathin, berserak atau terkumpul, bersebelahan atau berhadapan. Manusia tidak

dapat melihat sesuatu yang sangat dekat atau yang sangat jauh.

c. Dipengaruhi oleh bentuk besar atau kecil, halus atau kasarnya sesuatu yang dilihat. Penglihatan Allah Ta’ala berbeda dengan penglihatan manusia, sebab manusia tidak dapat melihat sesuatu yang sangat kecil atau yang sangat halus

kecuali dengan alat bantu penglihatan.7

F. Pendapat Ulama Atas Sifat-Sifat Allah SWT

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan di dalam Manaqib asy-Syafi’i, dari Yunus bin

Abd al-‘A’la,”Aku telah mendengar asy-Syafi’i berkata ; Allah Swt. memiliki

asma‘ (nama-nama) dan sifat-sifat yang tidak dapat dibantah oleh siapapun, Maka

barang siapa yang menyelisihinya setelah adanya dalil yang menetapkannya,

berarti dia telah terjerumus dalam kekafiran. Jika sebelum adanya dalil, berarti dia

masih terbenam dalam kebodohan. Karena pengetahuan tentang hal itu tidak dapat

dicerna dengan akal, periwayatan dan pemikiran. Oleh karena itu kita menyatakan

ke-tsubut-an sifat-sifat ini dan menafikan pentasybihannya, sebagaimana

Allah Swt. telah menafikan dari Dzat-Nya (tidak ada sesuatupun yang serupa

dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat).

Di dalam kitab Jami’, at-Tirmidzi menjelaskan pada bab Fadhl

ash-Shadaqah,” riwayat-riwayat mengenai sifat-sifat Allah Swt. semuanya tsabit. Kita

beriman kepadanya dan tidak membuat banyak prasangka dan tidak pula

mempertanyakan bagaimana-nya. ”

Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh imam Malik, lbnu Uyainah dan lbnu

Mubarak, mereka semua menerima sifat-sifat Allah tanpa mempertanyakan

7

(16)

bagaimana Allah menjalankan sifat-sifat-Nya tersebut. Inilah pendapat-pendapat

para ulama dari kalangan ahli sunnah dan jamaah. Sedangkan kelompok

al-Jahmiyah, mereka mengingkari keimanan semacam ini, mereka membuat

berbagai penyerupaan akan sifat-sifat Allah.

Ishaq bin Rahawaihi berkata, “Penyerupaan akan sifat Allah terjadi apabila disebutkan; tangan-Nya seperti tangan ini, pendengaran-Nya seperti pendengaran

ini.”Dia juga menjelaskan di dalam tafsir surat al-Maidah,”Para imam telah

menyatakan bahwa kami beriman dengan hadits-hadits mengenai sifat Allah tanpa

penafsiran. Di antara mereka adalah ats-Tsauri, Malik, lbnu Uyainah dan lbnu al-Mubarak.”

Ibnu Abd al-Barr berkata,”Ahli Sunnah telah sepakat mengimani sifat-sifat

Allah yang terdapat di dalam al-Qur’an dan Sunnah dan mereka tidak

mempertanyakan kayf-nya sifat-sifat tersebut. Sedangkan kelompok Jahmiyah,

Mu’tazilah dan Khawarij mengatakan; barang siapa yang menyetujui sifat-sifat itu

berarti dia telah menyerupakannya.”

Imam al-Haramain berpendapat di dalam ar-Risalah an-Nizhamiyah, “Ulama

berbeda pendapat dalam fenomena ini, sebagian dari mereka membolehkan

pentakwilannya. Sedangkan ulama salaf berkomitmen untuk tidak

mentakwilkannya, menerima sebagaimana ia tertera secara zhahir dari

sumber-sumbernya, dan menyerahkan sepenuhnya makna-makna kepada Allah Swt. Maka

pendapat yang akan kita ambil dengan penuh keridhaan dan akidah yang kita

yakini adalah sebagaimana pandangan ulama salaf. Hal ini berdasarkan dalil

qath’i berupa ijma’umat. Kalau memang sekiranya kajian tentang pentakwilan sifat-sifat Allah ini merupakan suatu hal yang utama, niscaya perhatian mereka

lebih terfokus kepada hal ini daripada terhadap cabang-cabang syariat. Jika

periode generasi sahabat dan tabi’in berakhir menghindari pentakwilan, langkah

(17)
(18)

DAFTAR PUSTAKA

file:///E:/Pendidikan-Agama-Kelas-4-Sepetember.pdf

http://dhikair.blogspot.co.id/2013/10/makalah-sifat-wajib-allah.html

file:///E:/Dr.+Marzuki,+M.Ag_.+Buku+PAI+SMP+-+7+Aqidah-Bab+2.pdf

http://catatanriefdha.blogspot.co.id/2013/11/contoh-makalah-sifat-sifat-allah.html

Referensi

Dokumen terkait

Variabel respon yang akan diteliti adalah kekerasan dari baja karbon rendah hasil pack carburizing dan menggunakan 3 variabel bebas (faktor) yaitu suhu austenisasi,

tingkat kerawanan terhadap tsunami di pesisir Sumatera Barat, antara lain: letak pemukiman yang sangat dekat dengan garis pantai, kepadatan penduduk beserta segala

Hasil pengamatan kondisi kematangan ikan nipi berdasarkan waktu penangkapan menunjukkan ikan nipi yang tertangkap di Teluk Kupang dan Perairan lainnya di NTT

Metode penelitian yang dilakukan yaitu metode proaktif dimana metode tersebut merupakan analisa yang dilakukan sebelum hal tersebut dilaksanakan.Setelah melakukan pengumpulan

Prosedur audit yang kami lakukan adalah prosedur yang disepakati sesuai dengan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 22 Tahun 2009 tanggal 27 Maret 2009 tentang Pedoman

Berikut merupakan data hasil observasi dan wawancara terhadap strategi guru dalam pelaksanaan pembelajaran menulis puisi siswa kelas VIIE SMP Negeri 2 Blahbatuh

(1) Tanah Kas Desa yang diizinkan untuk disewa oleh masyarakat adalah Tanah Kas Desa tersebut tidak atau belum dibutuhkan atau digunakan oleh Pemerintah

Untuk memperoleh data kinerja keuangan yang dihitung berdasarkan laporan laba rugi dapat diperoleh berdasarkan informasi pada laporan keuangan yang sudah