• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE READ ALOUD UNTUK MENING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN METODE READ ALOUD UNTUK MENING"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE READ ALOUD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI PADA ANAK KELOMPOK A

TAMAN KANAK-KANAK NUR RAHIMAH BANJARBARU TAHUN AJARAN 2013/2014

PROPOSAL PENELITIAN Oleh :

FEBRI YURIDNIR RAHIMAH NIM. K8110017

KELAS 6A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2013

(2)

Kemampuan berkomunikasi 2. Cara mengatasi masalah (x)

Penerapan metode read aloud

PENERAPAN METODE READ ALOUD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI PADA ANAK KELOMPOK A TAMAN KANAK-KANAK

NUR RAHIMAH BANJARBARU TAHUN AJARAN 2013/2014

(3)
(4)

Gambar Halaman

1. Skema Kerangka berpikir...11

2. Skema Triangulasi Sumber...17

3. Skema Triangulasi Teknik...17

4. Skema Analisis Data Model Interaktif...18

5. Skema Prosedur Penelitian...20

(5)

DAFTAR TABEL

Gambar Halaman

1. Jadwal Penelitian...14 2. Indikator Kinerja...19

(6)

Lampiran Halaman

1. Indokator Ketercapaian Tujuan...24

2. Deskripsi Pedoman Penilaian kemampuan berkomunikasi...25

3. Format Penilaian Kemampuan Berkomunikasi...27

4. Daftar Penilaian Anak...28

5. Lembar Observasi Kinerja Guru...29

6. Lembar Observasi Aktivitas Anak...32

7. Pedoman Wawancara Semiterstruktur Untuk Guru Setelah Diterapkan Kegiatan Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi Melalui Metode Read Aloud...34

8. Pedoman Wawancara Semiterstruktur Untuk Guru Sebelum Diterapkan Kegiatan Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi Melalui Metode Read Aloud...35

9. Kualitas Proses Pembelajaran...36

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi setiap orang. Melalui berbahasa, seorang anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain. Seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain tanpa adanya bahasa. Anak dapat mengekspresikan hal yang dipikirkannya menggunakan bahasa, sehingga orang lain dapat memahami jalan pikiran dan mengerti perasaan yang dialami anak. Komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik dengan bahasa. Maka dari itu tidak mengherankan jika bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak bicara kadang merupakan cerminan anak yang cerdas.

Menurut Ramli (2005 : 50) Anak prasekolah mengembangkan strategi menjadi melek literasi melalui pengembangan bahasa oral dengan buku-buku dan bahan cetakan yang ada di lingkungannya. Melaui interaksi percakapan dengan orang tua, pengasuh, dan guru, anak berhadapan dengan pengalaman dan informasi baru yang dapat membantu anak membangun landasan konseptual dan bahasa yang kemudian digunakan dalam kegiatan membaca dan menulis.

Jim Trelease dalam bukunya “The Handbook of Read Aloud” menjelaskan hanya ada dua cara membuat kata-kata masuk ke dalam otak, yakni melalui penglihatan atau pendengaran. Read aloud mengaitkan aktvitas dongeng yang menyenangkan dengan buku, sebab dari sanalah berbagai cerita yang menarik itu berasal. Layaknya mendongeng, dalam read aloud juga diperlukan komunikasi antara pendongeng dan audiens.

Metode Read Aloud terdiri dari dua kata yaitu "read" dan "aloud". Read adalah membaca atau melihat catatan dan aloud adalah suara keras atau suka membaca dengan keras. Read Aloud merupakan bentuk strategi membacakan teks di buku dengan keras yang dapat membantu memfokuskan perhatian secara

(8)

mental menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan merancang diskusi. Strategi ini mempunyai efek pada memusatkan perhatian dan membuat suatu kelompok yang kohesif. Jadi metode Read Aloud adalah teknik pembelajaran yang mengarahkan pada pemahaman materi dengan menggunakan kekuatan membaca dengan keras.

Anak-anak di taman kanak-kanak Nur Rahimah memiliki kendala dalam berkomunikasi pada pembelajaran di kelas. Hal ini ditandai dengan kurang aktifnya anak dalam merespon pembelajaran di kelas. Selain itu, anak belum bisa mengungkapkan pikirannya saat diberikan pertanyaan tentang hal-hal yang baru. Sekitar 65% anak dalam kondisi berkomunikasi rendah. Kondisi tersebut membuat guru kesulitan untuk menyampaikan pembelajaran secara maksimal dan mengevaluasi secara keseluruhan perkembangan anak.

Berdasarkan uraian di atas, pada kesempatan ini penulis mengambil judul “Penerapan Metode Read Aloud untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Pada Anak Kelompok A Taman Kanak-Kanak Nur Rahimah Banjarbaru Tahun Ajaran 2013/2014” agar tercipta suatu peningkatan kualitas pembelajaran bagi anak, khususnya anak kelompok A. Selain itu, melalui metode read aloud ini diharapkan kemampuan berkomunikasi anak kelompok A dapat berkembang secara optimal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Apakah metode read aloud dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada Anak kelompok A Taman Kanak-kanak Nur Rahimah Banjarbaru tahun ajaran 2013/2014?

(9)

3

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah.

1. Untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi melalui metode read aloud pada anak kelompok A Taman Kanak-kanak Nur Rahimah Banjarbaru tahun ajaran 2013/2014.

2. Untuk mengatasi kendala penerapan metode read aloud dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok A Taman Kanak-kanak Nur Rahimah Banjarbaru tahun ajaran 2013/2014.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan bagi peneliti untuk meneliti hal yang sama dimasa yang akan datang.

b. Hasil penelitian ini sebagai khazanah ilmu pengetahuan yang akan menambah wawasan dalam penelitian yang berkaitan dengan penerapan metode read aloud di Taman Kanak-kanak.

2. Manfaat Praktis a. Bagi anak

1) Meningkatnya kemampuan berkomunikasi melalui metode read aloud pada anak kelompok A Taman Kanak-kanak Nur Rahimah. 2) Memberikan metode pembelajaran baru pada anak kelompok A

Taman Kanak-kanak Nur Rahimah.

3) Meningkatnya kepercayaan diri anak di lingkungan sosial. b. Bagi guru

(10)

2) Memberikan metode pembelajaran yang baru dalam kegiatan belajar-mengajar.

c. Bagi Sekolah

1) Memberikan perbaikan dari proses dan hasil belajar siswa. 2) Meingkatknya mutu lulusan anak pada lembaga.

(11)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori 1. Pengertian Komunikasi

Menurut Hurlock (1978:176) mengatakan bahwa komunikasi dapat diartikan sebagai suatu pertukaran pikiran dan perasaan. Pertukaran tersebut dapat dilaksanakan dengan setiap bentuk bahasa seperti isyarat, ungkapan perasaan, bicara, atau bahasa tulisan, tetapi komunikasi yang paling umum dan paling efektif dilakukan adalah berbicara. Pada masa kanak-kanak, tidak semua kegiatan berbicara merupakan bentuk komunikasi. Anak-anak sering kali berbicara dengan diri sendiri dan mainannya. Meskipun demikian, seiring berjalannya waktu dan perkembangannya, anak akan memiliki minat dalam kelompok sosial untuk berkomunikasi. Seperti hal itu pula semakin berkurangnya intensitas anak-anak untuk berbicara dengan diri sendiri dan mainannya.

Menambahkan pernyataan di atas, Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar (2007:5) menyatakan bahwa fungsi bahasa sebagai alat komunikasi antara lain (1) keterampilan berbahasa, (2) keterampilan mendengar, (3) keterampilan berbicara, dan (4) keterampilan membaca. Keterampilan berbahasa dapat dilihat dari perilaku anak yang menunjukkan perilaku menyapa teman, memperkenalkan diri, memberi jawaban menerima atau menolak, dan meminta ijin. Selanjutnya keterampilan menderngar pada anak dapat dilihat dari perilaku yang ditunjukkan dalam mendengarkan orang lain pada saat berbicara, bercerita, dan memberikan perintah terhadapnya. Ketiga, keterampilan berbicara dapat dilihat dari perilaku anak dalam bertanya, menciptakan suasana aktif, dan menyenangkan di kelas. Terakhir, keterampilan membaca merupakan integrasi antara keterampilan auditif (pendengaran) dengan visual (pengamatan).

Menurut Onong Uchjana (2006) kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum

(12)

tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelaslah bahwa percakapan dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya saling mengerti makna dari bahan percakapan.

Pada kompetensi dasar perkembangan berbahasa anak kelompok A dinyatakan bahwa anak mampu mendengarkan berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata dan mengenal simbol-simbol yang melambangkannya. Dari pernyataan-pernyataan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi memiliki peranan penting dalam kehidupan anak. Selain sebagai sarana penyamaan makna dari percakapan sehari-hari, kemampuan komunikasi merupakan sarana anak untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya kepada orang lain yang umumnya tersampaikan secara lisan (berbicara).

2. Komunikasi pada Anak Kelompok A

Anak-anak usia kelompok A adalah rentang usia antara empat sampai dengan lima tahun. Pada usia tersebut anak dapat mengikuti arahan-arahan yang kompleks secara antusias apabila berbicara tentang hal yang sering mereka kerjakan. Umumnya mereka mampu mendengarkan cerita, membuat cerita, bahkan mampu bercerita ulang.

Kosakata yang mereka kuasai mencapai 1.000 sampai dengan 2.000 kata. Pembicaraan sebagian besar anak sudah dapat dimengerti pada usia ini. Meskipun demikian, masih terdapat masalah pada komunikasinya antara lain (1) kesalahan bunyi (cadel), (2) gagap dalam berbicara. Kedua hal tersebut banyak dijumpai pada kasus anak laki-laki.

(13)

7

sederhana dalam struktur lengkap, (5) memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain, dan (6) melanjutkan sebagian cerita atau dongeng yang telah diperdengarkan.

Dari hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa anak usia kelompok A mampu untuk diberikan suatu pembelajaran yang berhubungan dengan komunikasi. Pada umumnya tingkat pencapaian anak kelompok A yang normal mampu menerima pembelajaran dalam suasana komunikatif dan selanjutnya dapat dilakukan secara berkesinambungan. Maka dari itu, hal-hal yang dinilai dari kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok A taman kanak-kanak Nur Rahimah adalah kemampuan mengungkapkan bahasa yang meliputi berkomunikasi secara lisan, perbendaharaan kata, mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, dan memiliki lebih banyak kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain. menggambarkan suasana dan karakter dalam cerita, dan gerak tubuh yang dapat merefleksikan apa yang dilakukan oleh tokoh dalam cerita. Saat menyampaikan dongeng kepada audiens, butuh persiapan dan latihan khusus.

Pertama, pendongeng tentu harus hafal isi cerita. Tidak perlu kata per kata, cukup garis besar cerita berikut tokoh-tokohnya. Kedua, pendongeng tentu harus bisa memainkan intonasi dan nada suara, ekspresi wajah dan gerak tubuh. tidak semua orang mampu terampil mendongeng. Hal ini dikarenakan cukup sulitnya menceritakan cerita tanpa teks bacaan, sehingga tidak semua orang mampu mengaplikasikannya pada pembelajaran.

(14)

Penggunaan metode read aloud adalah dengan buku cerita bergambar, kemudian teks ataupun ceita di dalam buku dibacakan dengan nyaring disertai dengan ekspresi wajah sesuai karakter pada buku. Hal ini akan menarik perhatian akan agar mampu menyimak dengan baik. Setelah anak-anak menyimak, dapat dilakukan sesi tanya jawab dengan anak, sehingga terjadi interaksi dan akhirnya terjalin suatu komunikasi yang baik.

Thorne – Thomson, tokoh yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan kegiatan mendongeng di perpustakaan, meyakini bahwa latihan berimajinasi dan mendengarkan “cerita yang dibacakan” kelak dapat mempersiapkan anak untuk membaca. Read aloud mengaitkan aktvitas dongeng yang menyenangkan dengan buku, sebab dari sanalah berbagai cerita yang menarik itu berasal. Semakin sering anak diperkenalkan terhadap buku, semakin cepat anak belajar membaca, dan ingin mendapat berbagai pengalaman lewat buku. Pada akhirnya anak juga akan meningkatkan keluwesan anak dalam berkomunikasi sehari-hari.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dan penelitian yang relevan dengan penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Read Aloud Untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Pada Siswa Kelompok A Taman Kanak-kanak (PTK Di TK Nur Rahimah Laweyan Surakarta Tahun 2013/2014)” adalah sebagai berikut:

(15)

9

Penelitian tersebut memiliki letak relevansi dengan variabel bebas atau variabel x bahwa read aloud mampu meningkatkan kemampuan berkomunikasi (communication skill) yang masuk ke dalam ranah bahasa anak. Sehingga anak mampu berkomunikasi secara baik dengan pembelajaran mendengar dan melihat yang terdapat pada metode read aloud.

Penelitian yang relevan berikutnya yaitu Umi Latifah (2012) dengan judul “Implementasi Metode Bercerita untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini TK Kartini 2 Kratonan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini memiliki letak relevansi pada variabel y yaitu keterampilan berbicara yang serupa dengan kemampuan berkomunikasi. Keduanya sama-sama menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan melalui bahasa lisan.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian kajian pustaka dan penelitian yang relevan di atas maka dapat disusun suatu kerangka berpikir. Pada kondisi awal, guru belum pernah memberikan metode read aloud pada situasi pembelajaran. Guru hanya memberikan pembelajaran yang bersifat konvensional. Pembelajaran ini bersifat sekedar tanya jawab tanpa memberikan media yang mendukung.

(16)

kurangnya minat anak terhadap metode pembelajaran yang diberikan oleh guru. Faktor ini pula lah menghambat stimulus berkomunikasi pada anak di kelas.

Dari permasalahan di atas dapat dilakukan tindakan berupa pemberian metode read aloud yakni membacakan buku cerita bergambar dengan suara yang lantang disertai tanya jawab pada anak. Selain penyampaiannya lebih dekat dengan anak, metode read aloud juga mudah untuk dipraktekan oleh guru. Hal ini dikarenakan metode read aloud menyertakan buku cerita bergambar yang mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada anak.

Pada kondisi akhir penerapan metode read aloud dapat diambil kesimpulan bahwa metode ini mampu meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak. Kemampuan berkomunikasi anak yang tadinya rendah akibat penerapan metode pembelajaran yang konvensional melalui metode read aloud akan meningkat secara signifikan.

Dari uraian kerangka berpikir di atas dapat digambarkan dengan bagan dalam penelitian ini sebagai berikut.

Kondisi Awal menggunakan Guru tanpa metode read aloud.

(17)
(18)

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian dari kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan metode read aloud dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok A Taman Kanak-kanak Nur Rahimah Banjarbaru tahun ajaran 2013/2014.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Pelaksanaan kegiatan penelitian ini dilaksanakan di TK Nur Rahimah Kota Banjarbaru. TK Nur Rahimah merupakan TK yang berada dalam naungan yayasan pendidikan Islam Ayah Bunda yang berdiri sejak 1 Juli 2009. Letak TK Nur Rahimah berada di tengah-tengah perkebunan warga sekitar.

TK Nur Rahimah merupakan TK yang baru berdiri sejak empat tahun lalu. Kemampuan berkomunikasi anak di TK tersebut rata-rata masih belum baik sebanyak 65 %. Padahal salah satu penentu kesuksesan dalam pembelajaran adalah melalui komunikasi yang baik antara guru dengan anak, sehingga pembelajaran di kelas dapat tersampaikan dan tujuannya dapat tercapai.

Oleh karena kondisi inilah, peneliti melakukan penelitian tentang metode yang tepat dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak kelompok A di TK Nur Rahimah. Metode yang akan peneliti lakukan adalah read aloud yang belum pernah diberikan oleh guru dan masih belum banyak penelitian tentang metode read aloud ini di Indonesia, khususnya di Kota Banjarbaru.

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 yaitu selama 5 bulan mulai dari bulan Januari hingga Mei 2014. Jadwal penelitian langsung ke Taman Kanak-kanak Nur Rahimah akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan April 2014. Setiap satu siklus terdapat tiga kali pertemuan yang terbagi atas satu kali pertemuan tiap pekan. Durasi waktu yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan ini sekitar 60 sampai dengan 90 menit. Adapun rincian jadwal penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan

Jan 2014 Feb 2014 Mar 2014 Apr 2014 Mei 2014

(20)

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1.

Penyusunan dan pengajuan proposal. 2. Mengurus ijin penelitian.

3. Persiapan penelitian. 4. Pelaksanaan

siklus I 5. Pelaksanaan siklus II. 6. Analisis data.

Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok A Taman Kanak-kanak Nur Rahimah. Kelompok A di TK ini hanya memiliki satu kelas yang di dalamnya terdiri dari 10 anak laki-laki dan 10 anak perempuan, sehingga jumlah keseluruhan anak di kelompok ini adalah sebanyak 20 anak. Tanpa ada anak yang terindikasi berkebutuhan khusus.

D. Sumber Data

Sumber data merupakan subjek yang memberikan data penelitian. Data dan informasi yang diperoleh sebagian besar bersifat kualitatif. Data yang digunakan untuk memenuhi penelitian ini antara lain :

1. Sumber primer

a) Kepala Taman Kanak-kanak Nur Rahimah b) Guru kelas A Taman Kanak-kanak Nur Rahimah. c) Anak Kelompok A Taman Kanak-kanak Nur Rahimah 2. Sumber sekunder

a) Arsip : KTSP, RKM, RKH kelompok A.

(21)

15

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara, dan pencatatan dokumen yang diuraikan sebagai berikut:

1. Obervasi

Observasi merupakan proses sistematis dalam pengumpulan data tentang anak dan lingkungannya. Di dalam hal ini mengamati secara seksama untuk memperoleh gambaran umum sekaligus hal detai yang signifikan. Proses observasi yang akan digunakan meliputi observing (mengumpulkan informasi), recording (mendokumentasikan hal yang kita amati dengan berbagai cara), dan interpreting (merefleksikan makna hal yang kita observasi).

Observasi pada kegiatan pembelajaran anak kelompok A Taman Kanak-kanak Nur Rahimah akan dilaksanakan pada situasi sebagai berikut:

a) Tanya jawab

b) Presentasi lisan: penggunaan kosa kata, organisasi kalimat, kontak mata, dan konsentrasi.

c) Posisi fisik anak saat duduk dan memperhatikan penjelasan guru. Pada kegiatan observasi ini, peneliti dan guru akan menilai komunikasi anak secara lisan, perbendaharaan kata yang diperoleh anak, pengenalan anak terhadap simbol-simbol untuk persiapan membaca, dan memiliki lebih banyak kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain. Proses yang berlangsung dan hasil dari tanya jawab dari guru akan menjadi patokan penilaian observasi ini.

2. Wawancara Semiterstruktur

(22)

Pada kegiatan wawancara semiterstruktur ini peneliti akan mengambil data dari sumber berupa pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan kegiatan pembelajaran. Wawancara semiterstruktur ini diberikan kepada anak tentang responnya terhadap keberlangsungan pembelajaran melalui metode read aloud, bagi guru untuk responnya terhadap kendala dalam menerapkan metode yang dilakukan, dan bagi kepala TK unruk responnya terhadap keberlangsungan metode read aloud menjadi salah satu metode pembelajaran baru yang siap diterapkan di lembaga tersebut. 3. Pencatatan Dokumen

Pencatatan dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah lalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya yang monumental dari seseorang. Menurut Sugiyono (2012) Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Pencatatan dokumen dilakukan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Kegiatan pencatatan dokumen mengumpulkan data dalam menggali data mengenai kemampuaan berkomunikasi sebelum dan sesudah menggunakan metode read aloud. Dokumen yang diperlukan meliputi kurikulum, RKH, foto, video, presensi, dan daftar nilai anak.

F. Validitas Data

1. Triangulasi Sumber

(23)

17

dianalisis oleh peneliti menghasilkan suatu kesimpulan, selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data tersebut. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1. Triangulasi Sumber 2. Triangulasi Teknik

Menurut Sugiyono (2012) Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan mengecek data kepada sumber data yang sama dengan teknik yang berbeda. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

G. Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data dalam penelitian kualitatif model Miles dan Huberman. Analisis data model Miles dan Huberman ini terdiri atas beberapa komponen yang meliputi : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpilan atau verifikasi. Pada kegiatan analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan terus-menerus sampai pada tahap data jenuh. Berikut langkah-langkah yang digunakan :

(24)

Di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang komponen analisis data sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Pada proses mereduksi data berarti bahwa peneliti merangkum dan memilih hal-hal pokok serta memfokuskan data pada hal-hal yang penting. Kegiatan mereduksi ini juga berarti membuang hal-hal yang tidak perlu dari data peneliti. Oleh karena itu data yang direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian Data

Dengan cara menyajikan data, akan memudahkan peneliti untuk memahami situasi yang terjadi dan mudah dalam merencanakan kerja selanjutnya. Penyajian data dalam bentuk kualitatif dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan hubungan antar kategori serta teks yang bersifat naratif.

3. Kesimpulan atau Verifikasi

Setelah data-data yang telah direduksi dan disajikan, maka dalam tahap ini akan diuji dan dibuktikan kebenarannya agar valid dan kredibel. Dari kegiatan penarikan kesimpulan ini akan dicocokkan antara dugaan sementara pada awal penelitian yang berupa hipotesis dengan bukti-bukti yang valid pada tahap analisis. Apabila hipotesis maupun rumusan masalah terjawab positif dengan bukti konkret dari hasil analisis data, maka dapat disimpulkan penelitian ini berhasil membuat peningkatan.

H. Indikator Kerja

Penerapan metode read aloud dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok A Taman kanak-kanak Nur Rahimah. Hal ini ditandai dengan 80% dari 20 anak dapat terampil berkomunikasi. Dari data

Gambar 3.3 Analisis data model interaktif

(25)

19

tersebut, dapat ditargetkan 16 orang anak sudah mampu berkomunikasi dengan baik. Rincian indikator kinerja adalah sebagai berikut :

Aspek yang diukur Persentase ketercapaian keterampilan pemberian cerita dengan menggunakan metode read aloud pada kemampuan merespon pertanyaan dan perintah dari guru saat pemberian pembelajaran

berlangsung.

I. Prosedur Penelitian

(26)

Prosedur penelitian ini dapat diuraikan secara rinci sebagai berikut.

1. Permasalahan meliputi kemampuan berkomunikasi pada anak kelompok A TK Nur Rahimah. Permasalahan ini ditemukan saat observasi awal di TK. 2. Perencanaan

a. Menyusun RKH untuk pelaksanaan kegiatan.

b. Mempersiapkan media buku yang digunakan untuk menerapkan metode read aloud.

c. Menyusun skenario pembelajaran.

d. Menyusun lembar penilaian atau evaluasi dan lembar observasi e. Menyusun kriteria penilaian untuk anak.

f. Mempersiapkan lembar kinerja guru. g. Mempersiapkan lembar absensi. 3. Tindakan

a. Mengabsen anak saat akan melaksanakan kegiatan.

b. Memberikan kegiatan apersepsi sebagai pembukaan dan mengkondisikan anak.

c. Melakukan kegiatan tanya jawab

d. memberikan cerita pada anak disertai dengan buku cerita sebagai media yang menarik.

(27)

21

e. Melakukan percakapan maupun tanya jawab terkait dengan buku cerita yang sedang diceritakan.

f. Memberikan reward dalam bentuk pujian pada semua anak. g. Memberikan kegiatan penutup

4. Observasi

Dari kegiatan tadi dilakukan pengamatan antara perlakuan guru terhadap anak, kemahiran anak dalam menjawab pertanyaan guru, dan keseriusan dalam mengikuti pembelajaran.

5. Refleksi

a. Guru memberikan penilaian pada masing-masing anak pada lembar penilaian yang telah tersedia.

b. Observer memberikan penilaian pada masing-masing anak dan memberikan penilaian kinerja guru pada lembar penilaian khusus. c. Peneliti menerima masukan dan saran serta menerima data dari hasil

penilaian guru dan observer. Keterangan tambahan :

1. Pelaksanaan siklus I dan siklus II sama saja, yang membedakan hanya terletak pada jenis buku cerita yang disajikan.

(28)

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta : Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas.

Ernawulan Syaodih, dan Mubiar Agustin. 2008. Bimbingan Konseling untuk Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka.

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Lara Faradani, dkk. 2009. Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta :

Universitas Terbuka.

M. Ramli. 2005. Pendampingan Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas.

Onong Uchjana E. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Rose Mini. 2007. Panduan Mengenal dan Mengasah Kecerdasan Majemuk Anak. Jakarta : Indocamprima.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Tadkiroatun Musfiroh. 2008. Memilih, Menyusun, dan Menyajikan Cerita untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Trelease, Jim. 2009. The Handbook of Read Aloud. Jakarta: Gramedia.

Tanpa nama. http://www.goodreads.com/topic/show/91013-rossie-setiawan-menyebarkan-virus-membaca

Tanpa nama. http://loveburgundy.wordpress.com/2011/04/20/read-aloud-mendongeng-sekaligus-membacakan-cerita/

journal.naeyc.org/btj/200303/readingaloud.pdf

Gambar

Gambar 3.2. Triangulasi TeknikG. Analisis Data

Referensi

Dokumen terkait

Dalam suatu proses produksi, skala usaha ("returns to scale") menggambar- kan respon dari output terhadap perubahan proporsional dari seluruh input. Dengan

Model 2 merupakan pengembangan dari 3 variabel intangible factor yaitu biaya langsung dengan 2 intangible faktor, yaitu jumlah dokter spesialis dan jumlah kamar pada

3. Kewjiban lain yang akan jatuh tempo di periode berjalan, misalnya: promes yang akan segera jatuh tempo. Lebih jauh lagi, laibilitas lainnya yang masuk klasifikasi jangka

Dari analisis yang dilakukan terhadap data dapat diketahui bahwa adanya tingkatan manajemen yang cukup jelas tugas, fungsi, tanggung jawab dan wewenangnya dalam organisasi

[r]

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau

Aqidah Akhlak materi Asmaul Husna melalui penerapan model.. pembelajaran kooperatif tipe Make a Match peserta didik kelas I MI. Nurul Huda Dawuhan Trenggalek

Berdasarkan hasil penelitian yang meliputi hasil aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil belajar matematika siswa, dan kendala-kendala yang muncul saat pembelajaran