• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi Aset tak dan Liabilities

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Definisi Aset tak dan Liabilities"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Definisi Aset dan Liabilities

Aset : Sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas.

Liabilitas : merupakan kewajiban entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi. (Akuntansi keuangan berdasarkan SAK berbasis IFRS, Hans kartikahadi, Rosita Uli sinaga, dkk, Salemba empat: 2012)

Dalam penilaian apakah suatu pos memenuhi definisi asset, liabilitas maupun ekuitas entitas, perlu diperhatikan substansi yang mendasari realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Misalkan dalam transaksi sewa (leasing), untuk menentukan apakah suatu asset atau liabilitas telah timbul dan harus dilaporkan dalam neraca lesse, maka perlu dikaji substansi ekonominya. Bila resiko dan manfaat yang melekat pada kepemilikan diserahkan kepada lesee, menurut standard akuntansi sewa, transaksi tersebut tergolong sebagai sewa pembiayaan (financial lease), dan dalam neraca lesse harus dilaporkan adanya asset dan liabilitas yang timbul dari transaksi sewa pembiayaan tersebut.

Aset

Kriteria utama suatu asset adalah manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam asset tersebut, yaitu potensi untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak

langsungarus kas atau setara kas kepada entitas. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang produktif, dan dapat menghasilkan kas atau setara kas, atau mampu mengurangi pengeluarankas atau menurunkan biaya.

Manfaat ekonomi suatu asset dapat terwujud dalam beberapa cara:

a. Sebagai alat produksi penghasil barang atau jasa b. Dipertukarkan dengan asset lain

c. Untuk menyelesaikan liabilitas d. Dibagikan kepada pemilik entitas

Aset dapatdiperoleh berdasarkan produkdi, pembelian, pertukaran, atau sumbangan. Aset dapat pula berwujud maupun tidak berwujud. Ditinjau dari segi hokum, hak ataa suatu asset tidak semata-mata berupa hak milik, tapi dapat juga berupa hak sewa, hak pakai, hak tagih, dan lain-lain. Perbedaan hak tersebut akan mempengaruhi jenis dan penggolongan

asetdalam laporan keuangan.

Liabilitas

(2)

peraturan perburuhan dapat menimbulkan kewajiban di bidang kesejahteraan pegawai. Namun liabilitas juga dapat ditimbulkan karena praktik bisnis yang lazim, misalnya kesediaan entitas untuk menarik kembali produk yang cacat.

Penyelesaian suatu kewajiban dapat dilakukan dalam berbagai cara, antara lain: pembayaran kas, penyerahan asset lain, pemberian jasa, penggantian dengan liabilitas lainmaupun konversi liabilitas menjadi ekuitas.

Liabilitas tertentu, ketika dibukukan dan dilaporkan belum dapat diketahui dengan pasti jumlahnya dan hanya dapat diukur berdasarkan estimasi dalam derajaat substansial, misalnya liabilitas garansi atas kerusakan produk yang terjual atau liabilitas manfaat pension.

Liabilitas kontinjensi (contigent liability) adalah:

a) Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu, dan kepastiannya

tergantung pada satu atau lebih peristiwa di masa depan yang di luar kendali entitas, atau

b) Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena tidak ada kemungkinan entitas mengeluarkan sumber daya untuk

melunaskannya, atau jumlah kewajiban tidak dapat diukur secara andal.

Liabilitas kontinjensi harus dibedakan dengan provisi, yaitu liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti.

Pengakuan asset

Asset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan asset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

Bila suatu entitas textile mengeluarkan kas Rp 100 juta untuk membeli sebuah mesin tenun, manfaat ekonomi di masa depan yang akan diperoleh entitas dari mesin tenun tersebut adalah jelas, dan harga perolehannya juga jelas Rp 100 juta. Bila entitas textile tersebut kemudian membayar premi asuransi kebakaran di muka untuk bangunan dan peralatan pabrik untuk satu tahun usaha sebesar Rp 10 juta, manfaat ekonomi selama masa

tanggungan dan biaya premi asuransi yang dibayar dimuka dapat dilaporkan dalam neraca sebagai asset.

(3)

Pembayaran gaji seorang pegawai administrasi akan memberikan manfaat ekonomi untuk bulan atau tahun usaha yang bersangkutan, tapi sangat diragukan akan memberikan manfaat ekonomi di masa depan, oleh karena itu pembayaran gaji pegawai tidak dapat dibukukan sebagai asset, melainkan sebagai beban periode usaha yang bersangkutan.

Pengakuan Liabilitas

Liabilitas diakui dalam neraca apabila besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban

sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.

Lazimnya pengakuan liabilitas berkaitan dengan pengakuan suatu asset atau beban. Dalam suatu transaksi pembelian kredit atau impor barang, perlu diperhatikan syarat perikatan jual beli untuk dapat menentukan kapan pengakuan atas hak milik barang telah pindah, dan kapan utang usaha yang terkait harus diakui sebagai liabilitas. Pengetahuan dasar hokum perdata dan hokum dagang khususnya tentang perikatan dan berbagai jenis transaksi jual beli atas barang atau benda dan jasa perlu dipahami dengan baik. Pengakuan timbulnya suatu asset dan liabilitas dari sudut akuntansi tentunya harus berdasarkan pada hokum dan peraturan perundangan yang berlaku, dan tidak mungkin terlepas berdiri sendiri.

Pengklasifikasian Aset dan Liabilitas

Aset:

a) Aset lancar b) Aset tidak lancar

Liabilitas:

a) Liabilitas Jangka pendek b) Liabilitas jangka panjang

PSAK 1 mewajibkan entitas menyajikan asset lancar dan asset tidak lancar, serta liabilitas jangka pendek dan jangka panjang sebagai klasifikasi yang terpisah dalam laporan posisi keuangan. Hal ini agar dapat memberikan informasi mengenai asset bersih yang digunakan secara terus-menerus sebagai modal kerja dibandingkan dengan asset dan liabilitas lainnya yang umurnya lebih panjang. Jika manajemen menganggap bahwa penyajian asset dan liabilitas berdasarkan likuiditas akan memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat diandalkan, misalnya untuk entitas lembaga keuangan, maka entitas dapat menyajikan seluruh asset dan liabilitas berdasarkan likuiditas. Penyajian berdasarkan likuiditas bias berdasarkan urutan yang paling likuid hingga yang paling tidak likuid atau sebaliknya, sepanjang diurutkan berdasarkan likuiditasnya.

Kriteria Aset lancar menurut PSAK 1

a) Entitas mengharapkan akan merealisasikan asset, atau bermaksud untuk menjual atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal;

Misalkan piutang usaha, yang diharapkan oleh manajemen dapat diterima

(4)

untuk perusahaan manufaktur, mobil dikelompokkan dalam asset tetap karena digunakan untuk mendukung kegiatan produksi dan tidak imasukkan untuk dijual dalam siklus operasi normal entitas.

b) Entitas memiliki asset untuk tujuan diperdagangkan

c) Entitas mengharapkan akan merealisasikan asset dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode laporan

Contohnya adalan iutang karyawan atau piutang pemegang saham yang diharapkan akan diterima pembayarannya dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan.

d) Kas atau setara kas, kecuali yang dibatasi sehingga tidak dapat dipertukarkan atau digunakan untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode laporan

Setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, jangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan.

Menggunakan ketentuan di atas, maka yang bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok aset lancar adalah item-item berikut ini:

1. Kas dan Setara Kas

Kunci pemahamannya sederhana: apapun yang BISA DITABUNG DI BANK dan BISA DITARIK DALAM WUJUD KAS SEWAKTU-WAKTU, dianggap “KAS“. Misalnya: uang kertas, koin, check yang belum diuangkan, termasuk kas yang sudah tersimpan di bank. Sedangkan sertifikat deposito, BUKAN KAS, sebab ada pembatasan jangka waktu penarikan.

Untuk bisa diklasifikasikan sebagai “aset lancar” kas harus tersedia untuk digunakan. Menurut IAS 1, kas yang disimpan tidak untuk digunakan dalam periode ini atau

penggunaannya dibatasi dan belum akan boleh digunakan dalam siklus operasional normal, TIDAK diklasifikasikan sebagai aset lancar.

Sedangkan yang diklasifikasikan ke dalam pos “Setara Kas” (cash equivalents), menurut IAS 7, adalah investasi jangka-pendek bersifat likuid yang (1) siap diuangkan dengan nilai pasti; dan (2) sudah mendekati masa jatuh tempo pencairan (biasanya memiliki jangka waktu pencairan 3 bulan atau kurang), tidak memiliki risiko perubahan nilai yang signifikan— akibat perubahan suku bunga. Misalnya: treasury bills, commercial paper, dan reksadana pasar uang.

2. Investasi Jangka-Pendek Untuk Diperdagangkan

Insrumen investasi yang dimaksudkan untuk dijual kembali dalam jangka pendek—guna memperoleh keuntungan—masuk kelompok “aset lancar”. Masuk kelompok ini antara lain: efek sekuritas dan sekuritas ekuitas yang dibeli untuk maksud diperjualbelikan. Aset

(5)

3. Piutang Dagang (Piutang)

“Piutang Dagang” atau “Piutang” saja (accounts receivable), adalah sejumlah tagihan kepada pelanggan yang timbul dari operasional normal perusahaan.

Masuk dalam kelompok ini antara lain: piutang pada pelanggan, piutang pada

perusahaan afiliasi, piutang pada karywan (staf, manager, eksekutif). Jika ada cadangan piutang atau penurunan nilai piutang akibat adanya diskon, retur penjualan, dan piutang tak tertagih, harus dirinci dalam “penjelasan laporan keuangan”.

4. Persediaan

“Persediaan” (inventory), menurut IAS 2, adalah aset tersimpan, entah untuk digunakan sendiri (misal: bahan baku, barang dalam proses) atau untuk dijual ke pihak lain (misal: persediaan barang jadi), dalam kurun waktu operasional normal perusahaan.

Dasar penentuan nilai persediaan—yang saat ini dibatasi hanya dalam metode FIFO dan metode biaya rata-rata tertimbang (weighted-average cost)—harus disebutkan dengan jelas dalam “penjelasan laporan keuangan”. Khusus di perusahaan manufaktur, bahan baku, barang dalam proses, dan barang juga harus disclosed secara terpisah, entah itu di catatan kaki atau dalam “penjelasan laporan keuangan”.

5. Uang Muka Biaya (Biaya Dibayar Dimuka)

Sederhananya, “Uang Muka Biaya” (prepaid expenses) adalah aset yang timbul akibat pembayaran muka untuk biaya yang manfaatnya tidak habis terpakai dalam satu periode. Bisa juga disebut “Biaya Dibayar Dimuka.” Misalnya: sewa dibayar dimuka, asuransi dibayar

dimuka, dan aset pajak tangguhan jangka pendek.

Klasifikasi Aset Tak Lancar Sesuai IFRS

Seperti PSAK 1, IAS 1 juga menggunakan istilah “tak lancar” (noncurrent) untuk aset berwujud dan tak berwujud—baik itu aset keuangan dan operasional—yang digunakan dalam jangka panjang. Baik PSAK 1 maupun IAS 1, sama-sama tidak mematok

penggunaan istilah ini secara pasti. Artinya, entitas diperkenaankan untuk menggunakan istilah lain (“aset tetap/fixed asset” misalnya), sepanjang jelas dan lumrah digunakan, sehingga bisa dipahami oleh pengguna laporan keuangan.

Masuk ke dalam klasifikasi “Aset Tak Lancar’ antara lain: 1. Investasi Bersifat “Held-to-maturity”

Masuk dalam kelompok ini adalah instrument investasi yang disimpan hingga jatuh tempo, yang biasanya berjangka waktu panjang. Misalnya: efek hutang (debt securities), efek ekuitas, dan saham istimewa yang wajib ditebus oleh pihak lain (istilahnya “redeemed preferred shares“). Investasi jenis ini diukur pada biaya teramortisasi.

2. Property Investasi

(6)

perusahaan secara normal, melainkan untuk mendapat keuntungan tertentu, misalnya: dengan cara disewakan atau dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi.

Property investasi, awalnya, diukur sebesar nilai perolehannya. Selanjutnya, seiring waktu, property investasi diukur entah dengan menggunakan metode fair value atau model

pengukuran berdasarkan biaya perolehan.

3. Tanah, Bangunan, Mesin dan Peralatan

Masuk dalam kelompok ini adalah bangunan, mesin dan peralatan, yang digunakan dalam operasional perusahaan guna menghasilkan barang/jasa, memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun buku.

Masuk dalam kelompok ini, antara lain: tanah, bangunan/gedung, mesin, peralatan, furniture, dan kendaraan.

Akumulasi penyusutan atas kelompok aset tak lancar ini harus disajikan dalam laporan keuangan atau di catatan kaki atau di bagian penjelasannya. Misalnya:

Bangunan = xxx Dikurangi akumulasi penyusutan = (xxx) Nilai buku bangunan = xxx

Atau

Bangunan (net dari akumulasi Rp xxx) = xxx

Metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan, harus disebutkan di bagian “penjelasan laporan keuangan”.

4. Aset Tak Berwujud

Aset Tak Berwujud” (intangible assets) adalah aset tak lancar perusahaan yang tidak memiliki wujud fisik, akan tetapi diharapkan akan mendatangkan manfaat—baik di masa kini maupun di masa yang akan datang.

Masuk dalam klasifikasi ini adalah:

 Aset tak berwujud yang bisa diidentifikasi (misal: goodwill); dan

 Aset tak berwujud yang tidak bisa diidentifikasi (misal: merk dagang, patent, copyrights, dan biaya oragnisasional).

IAS 38 mengharuskan perusahaan untuk mengamortisasi aset tak berwujud. Seperti halnya aset berwujud, akumulasi amortisasi aset tak berwujud-pun harus dinyatakan dengan jelas dalam laporan keuangan atau dicatatan kaki atau di bagian penjelasannya.

5. Aset Dimiliki Untuk Dijual

(7)

Menurut IFRS 5, “aset dimiliki untuk dijual” diukur sebesar nilai buku yang lebih rendah atau nilai wajar dikurangi ongkos penjualan.

6. Aktiva Lain-lain

Segala aset tak lancar yang tidak bisa dimasukan ke dalam 5 klasifikasi di atas, masuk ke kelompok ini. Misalnya: “Uang Muka” yang baru akan habis dibiayakan dalam jangka waktu lama (panjang), “Aset Pajak Tangguhan” yang waktu pemulihannya lama atau tidak pasti.

Kriteria Liabilitas jangka pendek menurut PSAK 1

a) Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi normalnya

Beberapa liabilitas diharapkan oleh manajemen akan diselesaikan dalam siklus operasi normal entitas, yang merupakan bagian dari modal kerja, seperti utang usaha, bebab akrual untuk biaya karyawwan dan biaya operasional lainnya, termasuk dalam kelompok liabilitas jangka pendek, walaupun jatuh tempo liabilitas tersebut lebih dari dua belas bulan.

b) Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan

Sama seperti asset lancar, manajemen mungkin saja memiliki liabilitas dengan tujuan diperdagangkan, misalnya liabilitas keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual.

c) Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan

Bisa saja terdapat liabilitas yang tidak dapat diselesaikan dalam siklus operasi normal entitas, namun jatuh tempo untuk diselesaikan dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan, misalnya utang bank jangka panjang yang akan jatuh tempo kurang dari 12 bulan, cerukan bank, pajak penghasilan terutang dan utang deviden.

d) Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan

Yang perlu ditekankan dari criteria ini adalah hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas. Manajemen perlu menganalisis, apakah pada tanggal laporan, entitas memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.

Yang menjadi contoh liabilitas ini adalah:

1) Deposito yang dapat dikembalikan (refundable deposito)

2) Liabilitas keuangan yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah periode pelaporan

(8)

Klasifikasi Liabilitas Jangka Pendek Sesuai IFRS

Suatu liabilitas (=kewajiban), menurut IAS 1, masuk klasifikasi “Jangka Pendek” (atau Lancar) apabila:

 Diharapkan bisa diselesaikan (=dibayar/dilunasi) dalam kurun waktu operasional normal perusahaan; atau

 Jatuh tempo dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan dari tanggal laporan posisi keuangan (=tanggal neraca); atau

 Dimiliki untuk maksud diperdagangkan; atau

 Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian laibilitas selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.

Jika tak satupun diantara keempat kriteria di atas terpenuhi, maka suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai “liabilitas jangka panjang”.

Masuk dalam klasifikasi liabilitas jangka pendek, antara lain:

1. Kewajiban yang timbul dari pembelian barang atau jasa yang digunakan dalam operasional normal perusahaan, diantaranya:

 Utang Dagang

 Utang Tertulis Jangka Pendek

 Utang Upah dan Gaji Pegawai

 Utang Pajak

 Utang Lain-lain

2. Pembayaran diterima dimuka yang mengakibatkan timbulnya kewajiban untuk menyerahkan barang atau jasa di masa yang akan datang, misalnya:

 Pendapatan Diterima Dimuka

 Deposit Dari Pelanggan

 Sewa Diterima Dimuka

3. Kewjiban lain yang akan jatuh tempo di periode berjalan, misalnya: promes yang akan segera jatuh tempo.

Lebih jauh lagi, laibilitas lainnya yang masuk klasifikasi jangka pendek adalah: liabilitas tidak diselesaikan dalam siklus operasi normal tetapi jatuh tempo untuk diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan atau dimiliki untuk tujuan diperdagangkan. Misalnya:

 Liabilitas keuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan;

 Cerukan bank;

 Bagian jangka pendek dari laibilitas keuangan jangka panjang;

 Dividen terutang;

 Pajak penghasilan terutang; dan

 Terutang nonusaha lainnya

(9)

 kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan; dan

 perjanjian untuk pembiayaan kembali atau penjadwalan kembali pembayaran, atas dasar jangka panjang telah diselesaikan setelah periode pelaporan dan sebelum tanggal penyelesaian laporan keuangan.

Klasifikasi Liabilitas Jangka Panjang Sesuai IFRS

Kewajiban-kewajiban yang akan terselesaikan melebihi siklus operasional normal perusahaan masuk klasifikasi “Liabilitas Jangka Panjang”, antara lain:

 Kewajiban yang timbul sebagai bagian dari strukturisasi modal perusahaan berjangka panjang, misalnya: pinjaman bank jangka panjang, promes, kewajiban sewa jangka panjang.

 Kewajiban yang timbul tidak dari opersional normal perusahaan, misalnya: kewajiban premi pensiun, liabiltas pajak tangguhan yang penyelesaiannya belum diketahui secara pasti.

Instrumen Keuangan

Instrumen keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai asset keuangan entitas dan liabilitas keuangan atau instrument ekuitas lain. Instrumen keuangan dapat

diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu:

a) Asset Keuangan b) Liabilitas keuangan c) Instrumen ekuitas

Pada dasarnya, suatu instrument dalat dikategorikan sebagai instrument kauangan apabila instrument tersebutmemiliki hubungan konttraktual antara dua pihak. Dengan demikian, asset atau liabilitas keuangan yang tidak timbul secara kontraktual tidak dapat dikategorikan sebagai instrument keuangan, seperti contoh utang pajak. Liabilitas ini tidak timbul secara kontraktual melainkan secara konstruktif berdasarkan undang-undang.

Aset Keuangan

Aset keuangan adalah aset nonwujud yang memiliki nilai dikarenakan klaim kontrak, misalnya deposito bank, obligasi, dan saham.(Wikipedia)

Menurut PSAK No 50 (revisi 2010), asset keuangan adalah setiap asset yang berbentuk:

a) Kas, seperti mata uang lokal dan asing dan deposito di bank;

b) Instrumen ekuitas yang diterbbitkan entitas lain, seperti investasi saham pada perusahaan yang terdaftar di bursa;

c) Hak Kontraktual

1) Untuk menerima kas atau asset keuangan lainnya dari entitas lain, seperti piutang dagang dan wesel tagih; atau

(10)

mengkonversi obligasi tersebut dengan kepemilikan saham pada entitas penerbit obligasi dan sebaliknya menimbulkan kewajiban kontraktual bagi penerbit

obligasi untuk menyerahkan saham kepada pemegang obligasi; atau

d) Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrument ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan:

1) Nonderivatif dimana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima suatu jumlah yang bervariasi dari instrument ekuitas yang diterbitkan entitas, seperti kontrak untuk menerima jumlah yang bervariasi dari instrument ekuitas entitas yang setara dengan 10 kg emas; atau

2) Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan sejumlah tertentu kas atau asset keuangan lain dengan jumlah

asset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrument ekuitas yang

diterbitkan entitas. Untuk tujuan ini, instrument ekuitas yang diterbitkan entitas tersebut tidak termasuk instrument yang merupakan kontrak untuk menerima atau menyerahkan instrument ekuitas yang diterbitkan entitas tersebut di masa depan.

Liabilitas Keuangan

Suatu instrumen keuangan yang berisi suatu liabilitas/liabilitas non-keuangan yang hanya dapat dihindari dengan melakukan transfer tunai atau selain aset keuangan juga

diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan. (IAS 32)

Menurut PSAK No 50 (revisi 2006), liabilitas keuangan adalah setiap liabilitas yang berupa:

a) Liabilitas Kontraktual

1) Untuk menyerahkan kas atau asset keuangan lain kepada entitas lain, seperti utang dagang dan pinjaman yang diterima; atau

2) Untyuk mempertukarkan asset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan entitas tersebut, seperti opasi tertulis

b) Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrument ekuitas yang diterbitkan entitas dan merupakan suatu:

1) Nonderivtif dimana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menyerahkan suatu jumlah ynag bervariasi dari instrument ekuitas yang diterbitkan entitas. Contoh: Sebuah kontrak untuk membeli 1.000 ton emas yang diselesaikan dengan menyerahkan suatu jumlah yang bervariasi dari instrument ekuitas yang diterbitkan entitas yang setara dengan 1.000 ton emas; atau

(11)

Sumber:

1. Akuntansi Keuangan berdasarkan SAK berbasis AFRS: hans Kartikahadi, Rosita Uli Sinaga, Merliyana Syamsul, Sylvia Veronica Siregar. Salemba empat. 2012. Jakarta.

2. http://id.wikipedia.org/wiki/Aset_keuangan

3. http://keuanganlsm.com/pengertian-liabilitas-keuangan-menurut-ias-32/

4.

Referensi

Dokumen terkait

Keadaan ini menunjukkan bahwa alat penukar kalor tipe shell and tube yang dianalisa wajib dibersihkan karena memiliki kualitas yang kurang baik, dimana nilai

runan tekanan uap dan kenaikan titik didih larutan yang dikembangkan telah valid dan layak digunakan dalam pembelajaran di sekolah yang ditunjukkan oleh rata-rata

mendapatkan nilai tertinggi dapat dilihat pada hasil ketersediaan tenaga pelaksana dengan nilai 230 kategori “A”, untuk urutan kedua pada hasil kerja dengan nilai 210 kategori

Magister yang dapat diambil pada tahun ajaran 1985, merupakan pendidikan dalam jangka waktu 3 tahun terbuka bagi mereka yang mempunyai DEUG atau DUT, dengan

P4 • Sistem perpipaan sesuai untuk diterapkan di rumah panggung dengan kepadatan penduduk >200jiwa/Ha namun tidak tersedia lahan di darat sehingga konstruksi harus dibangun di

Menurut Whitney (1960), “Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.” 66 Maka hubungannya dalam penelitian ini, dimana peneliti mencoba

Melaksanakan pekerjaan pasangan bata untuk dinding, menggunakan peralatan dan perlengkapan seperti gambar kerja pekerjaan pasangan bata, sekop bata, sifat datar gelembung udara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) Kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang diajar dengan model pembelajaran Based Learning yaitu sebesar 68% dan berada pada