Mobile Learning Sejarah Lokal Kalimantan Selatan Oleh
Muhammad Azmi [email protected]
Program Studi Magister Pendidikan Sejarah FKIP UNS
ABSTRAK
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa kini telah merasuk ke dalam setiap kehidupan manusia. Tak bisa dipungkiri, kehidupan manusia di era modern ini tergantung kepada teknologi, tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Evolusi wajah pembelajaran di dunia, yang dulunya memberikan kuasa penuh kepada guru sebagai sumber informasi berpindah kepada internet yang seakan menjadi sumber ilmu pengetahuan. Pembelajaran sejarah seringkali dianggap pembelajaran yang sulit dan membosankan. Materi yang selalu berhubungan dengan masa lalu membuat siswa merasa jenuh, sehingga tidak mengikuti pelajaran dengan serius. Ditambah lagi jam pelajaran yang berada di waktu yangtidak tepat, sehingga membuat siswa tidak dapat fokus. Hal inilah yang membuat pembelajaran sejarah tidak menarik perhatian siswa.
Pembelajaran sejarah di sekolah hanya mengakomodir materi sejarah yang bersifat nasional. Dapat dikatakan sedikit sekali sejarah lokal yang dibicarakan dalam kurikulum pembelajaran sekolah, terutama sejarah lokal Kalimantan Selatan. Tak bisa dipungkiri, setiap daerah pastinya memiliki sejarahnya masing-masing. Oleh karena itu, terdapat kesenjangan pembelajaran antara sejarah nasional dan sejarah lokal, akibatnya siswa hanya dapat menyerap sejarah nasional, sehingga sangat sedikit sekali pengetahuan tentang sejarah lokal. Berdasarkan urain di atas, tulisan akan dikemukakan ide tentang pengembangan media pembelajaran yang menggabungkan antara sejarah lokal sebagai materinya dan teknologi smartphone sebagai media pembelajaran sebagai sebuah solusi alternatf pembelajaran sejarah lokal yang dapat digunakan oleh siswa untuk belajar dimana saja dan kapan saja.
Kata Kunci: pembelajaran sejarah, sejarah lokal, mobile learning
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era modern memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan terjebaknya kehidupan
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh e-Marketer, sebuah lembaga riset pasar mengatakan bahwa netter di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 83, 7 juta orang yang diproyeksikan akan mencapai 112 juta pada tahun 2017. Angka ini ternyata menjadikan Indonesia menempati peringkat keenam dalam hal jumlan pengguna internet. Pada tahun 2017, pertumbuhan netter Indonesia diperkirakan akan mengalahkan Jepang yang memiliki tingkat pertumbuhan netter yang lebih lamban. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara berkembang yang tentunya akan memiliki peluang lebih besar dalam peningkatan infrastruktur jaringan dibandingkan Jepang sebagai negara maju telah memiliki infrastruktur
memadai. (Yusuf, 2014)
Perkembangan pengguna perangkat smartphone di Indonesia berbanding lurus dengan perkembangan pengguna internet. Menurut analis kawakan Horace H. Dediu melalui blognya asymco.com, pengguna smartphone berbasis sistem operasi android di dunia pada tahun 2013 telah mencapai 1 miliar mengalahkan sistem operasi besutan Apple, iOS yang hanya mencapai 700 juta pengguna. Selain itu, disebutkan pula bahwa pengguna smartphone aktif di Indonesia pada 2013 mencapai 47 juta atau sekitar 14% dari total pengguna ponsel pintar di dunia. Angka ini menempatkan Indonesia pada posisi keenam dalam tangga jumlah populasi pengguna ponsel di dunia di bawah China, Amerika Serikat, India, Brazil dan Jepang (Heriyanto, 2014)
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh majalah online TechinAsia dan perusahaan riset pemasaran Markplus Insight, Indonesia merupakan pasar teknologi paling menjanjikan di Asia. Survei tersebut mengungkapkan bahwa pada tahun 2013 netizen di Indonesia mencapai 31,7 juta orang dari 74,6 juta pengguna internet atau 42,49 persen dari total pengguna. Angka tersebut telah meningkat sebesar 3 persen dari tahun sebelumnya yang hanya 24,2 juta pengguna. Dari segi informasi yang paling sering dicari di internet, masyarakat internet Indonesia kebanyakan mencari berita sebanyak 54,2 persen, hiburan sebanyak 16,3 persen, film sebanyak 10,2 persen, olahraga sebanyak 8,7 persen, dan musik sebanyak 8,5 persen. Adapun sisanya antara lain berita politik sebanyak 7,4 persen, sinetron sebanyak 6 persen, berita selebriti sebanyak 5,5 persen, gosip sebanyak 5,2 persen, dan
konten pendidikan sebanyak 5 persen (Lukman, 2013)
Indonesia”. Hasilnya menyimpulkan bahwa sebagian besar anak-anak dan remaja di Indonesia sekarang sudah mengakses internet secara teratur untuk mencari informasi untuk studi mereka, untuk bertemu dengan teman-teman dan untuk menghibur diri mereka sendiri. Studi ini meliputi kelompok usia 10 sampai 19 tahun, populasi besar dari 43,5 juta anak-anak dan remaja. Sebagian besar informan (80 %) menggunakan internet untuk mencari data dan informasi, khususnya untuk tugas-tugas sekolah, atau untuk bertemu teman online (70 %) melalui platform media sosial. Kelompok besar lain mengklik melalui musik (65 %) atau video (39 %) situs (Razak, 2014)
Trend penggunaan ponsel dalam pembelajaran mulai muncul pada awal abad ke-21 yang ditandai dengan penggunaan SMS (Short Message Services). Pada awalnya, SMS digunakan sebagai komunikasi antar siswa dan guru dalam memberikan informasi tentang materi pelajaran pada pertemuan selanjutnya. Kemudian, pada tahap selanjutnya kemunculan jaringan internet (network) membuka jalan baru dalam pembelajaran. Internet digunakan sebagai salah satu cara untuk mengumpulkan data dari hasil belajar siswa. Penggunaan internet ini hanya terbatas di kalangan pengguna jaringan kabel LAN (Local Area Network) saja. Pada tahapan selanjutnya, berkembangnya teknologi ponsel membawa babak baru dalam kancah pembelajaran. Kemunculan ponsel pintar (smartphone) membuka cakrawala para pengguna dan pengembang aplikasi bahwa belajar tidak hanya dapat dilakukan melalui buku atau dalam pertemuan tatap muka. Belajar juga dapat dilakukan melalui aplikasi pembelajaran yang memuat berbagai konten atau materi pelajaran yang diajarkan di kelas. Hal ini tentunya menjadi hal yang sangat baik dalam upaya mendukung proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang menggunakan ponsel sebagai alat untuk mendukung proses pembelajaran kemudian lebih dikenal dengan mobile learning.
Mobile learning dalam proses pembelajaran secara sederhana dapat diartikan dengan penggunaan perangkat mobile dalam proses pembelajaran. Perangkat ini seringkali dihubungkan dengan penggunaan handphone melalui Short Message Sevice (SMS) dan smartphone yang menggunakan jaringan internet. Mobile learning dapat didefinisikan sebuah tipe e-learning (electronic learning) yang menyampaikan konten pembelajaran dan material pendukung melalui perangkat komunikasi (Brown, 2005). Senada dengan itu, Traxler (dalam Hanafi dan Samsudin, 2012) menggambarkan bahwa mobile learning sebagai pengaturan hubungan dan interaksi menggunakan perangkat komunikasi di kelas, baik pada saat
pembelajaran kolaboratif maupun sebagai panduan pembelajaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mobile learning adalah suatu tipe pembelajaran yang menggunakan perangkat komunikasi sebagai wahana pembelajaran, baik digunakan sebagai media maupun sebagai alat untuk memandu proses pembelajaran.
Survey yang dilakukan oleh CourseSmart sebuah penyedia jasa layanan eTextbooks dan materi latihan digital menemukan bahwa mahasiswa tidak dapat bertahan lama tanpa melakukan pengecekan terhadap perangkat digital yang mereka miliki, baik smartphone, laptop atau yang lainnya. Apalagi jika berhubungan dengan pengecekan email, facebook, twitter dan media sosial lainnya. Pengecekan tersebut tentunya menggunakan jaringan internet yang terhubung dengan perangkat elektronik mereka, terutama smartphone (CourseSmart, 2011)
Menurut studi yang dilakukan oleh Fuxin Andrew Yu dari Universitas Arkansas, menyimpulkan bahwa terdapat perubahan perilaku remaja saat smartphone masuk ke dalam kehidupan remaja, tidak terkecuali dalam kegiatan akademis. Di perguruan tinggi, mahasiswa seakan kecanduan dalam penggunaan teknologi smartphone. Dari segi fungsionalitas dan aksessibilat, smartphone memang lebih unggul daripada laptop. Hal inilah yang membuat mahasiswa tidak bisa lepas dari smartphone yang mereke miliki. Apalagi jika terhubung dengan internet, maka frekuensi penggunaan smartphone akan semakin meningkat. Kegiatan yang seringkali dilakukan adalah pengecekan text message (SMS), email dan media sosial (Yu, 2012)
yang berasal dalam diri sendiri seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki individu, sedangkan potensi yang berada di luar diri sendiri seperti lingkungan, sarana, dan sumber belajar yang diupayakan dalam rangka mencapai tujuan belajar tertentu.
Menurut Herry Porda Nugroho Putro (2009:18), pembelajaran sejarah memiliki berperan mengaktualisasikan dua unsur, yaitu pembelajaran dan pendidikan. Unsur pembelajaran yang diaktualisasikan adalah unsur pembelajaran dan pendidikan intelektual, sedangkan unsur pendidikan yang diaktualisasikan adalah pembelajaran dan pendidikan moral bangsa yang demokratis dan bertanggung jawab kepada masa depan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan bagian studi pendahuluan, yaitu tahapan analisis kebutuhan dari penelitian pengembangan aplikasi mobile learning sejarah lokal Kalimantan Selatan berbasis Andorid dan iOS yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Data penelitian ini diperoleh melalui wawancara, survey dan analisis dokumen. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari informan, yaitu dosen pengampu mata kuliah, mahasiswa dan pengelola program studi. Tulisan ini akan membahas tentang: (1) pembelajaran sejarah lokal, (2) kepemilikan dan tujuan penggunaan smartphone, dan (3) peluang pengembangan aplikasi mobile learning dengan materi sejarah lokal Kalimantan Selatan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan studi dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran mata kuliah sejarah lokal diketahui bahwa materi sejarah lokal Kalimantan Selatan dibagi menjadi enam periode,
Berdasarkan hasil wawancara dengan dosen pengampu mata kuliah, diketahui bahwa hambatan yang sangat besar dalam mempelajari mata kuliah sejarah lokal Kalimantan Selatan adalah ketersediaan sumber belajar yang sangat terbatas. Dalam hal ini, sumber belajar yang membicarakan tentang sejarah lokal adalah hikayat, arsip atau berupa hasil penelitian yang semuanya mempunyai keterbatasan dalam aksesnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola program studi, diketahui bahwa pihak pengelola telah melakukan berbagai cara agar sumber belajar sejarah lokal dapat diakses oleh mahasiswa. Salah satu cara yang pernah dilakukan adalah dengan melakukan kunjungan ke Museum Lambung Mangkurat dan Depo
Arsip Propinsi Kalimantan Selatan di Banjarbaru. Kunjungan ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada mahasiswa tentang sejarah lokal Kalimantan Selatan secara
langsung.
Berdasarkan hasil survei tentang kepemilikan terhadap 35 orang yang merupakan mahasiswa, diperoleh data bahwa 31 orang (89%) informan telah memiliki smartphone pribadi dan 4 orang (11%) tidak memiliki smartphone. Adapun operating system (OS) dari smartphone yang mereka miliki terdiri dari tiga bentuk yang berbeda, yaitu 26 orang (81%) menggunakan Android yang dikembangkan oleh Google, sebanyak 4 orang (13%) menggunakan iOS yang dikembangkan oleh Apple dan 2 orang (6%) mengggunakan Windows Phone yang dikembangkan oleh Microsoft.
Survei tentang penggunaan smartphone secara umum, sebanyak 31 orang informan yang memiliki smartphone menyatakan bahwa mereka selalu dapat terhubung dengan internet. Adapun akses internet tersebut diperoleh dari melalui jaringan data smartphone sebanyak 28 orang (90%) dan melalui jaringan wireless private di rumah sebanyak 3 orang (10%). Adapun dari segi tujuan penggunaan smartphone yang terhubung dengan internet, sebanyak 29% informan menjawab untuk mengakses media sosial, seperti facebook dan twitter dan sebanyak 24% menjawab untuk menggunakan browser, seperti membaca berita atau mencari bahan perkuliahan. Adapun sisanya, sebanyak 17% bertujuan untuk mengakses Youtube dan konten pembelajaran di internet dan terakhir sebanyak 13% menyatakan bahwa
mereka mengggunakan internet untuk mengakses permainan online.
terutama tulisan-tulisan yang telah dibukukan, sebut saja Sejarah Banjar yang diterbtkan oleh Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan dan Hikayat Banjar yang merupakan hasil penelitian dari Johannes Jacobus Rass.
Berdasarkan hasil survei tentang kepemilikan smartphone di kalangan mahasiswa, maka dapat dikatakan bahwa pernagkat yang mereka miliki dapat dijadikan sudah memenuhi syarat utama dalam pengembangan aplikasi mobile learning. Selain itu, tersedianya jaringan internet, baik melalui jaringan data maupun wireless juga menjadi nilai lebih. Hal ini memungkinkan bagi pengembang untuk membuat sebuah aplikasi mobile learning yang
bersifat online. Namun, hal tersebut juga tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkannya dalam bentuk offline mengingat keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh kampus dan mahasiswa di rumah.
Berdasarkan uraian di atas, maka pengembangan aplikasi mobile learning dengan menggunakan materi sejarah lokal Kalimantan Selatan sangat dibutuhkan. Hal ini didasarkan pada keterbatasan akses terhadap sumber belajar. Dengan kata lain, aplikasi ini dapat mendekatkan pengguna dengan sumber belajar yang sangat terbatas aksesnya. Selain itu, aplikasi ini juga dapat mengatasi terbatasnya waktu belajar yang mnejadi hambatan dalam pembelajaran sejarah lokal. Dengan kata lain, pengembangan aplikasi ini dapat dijadikan solusi dalam upaya mempelajari sejarah lokal Kalimantan Selatan dimana saja dan kapan saja.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan aplikasi mobile learning merupakan sebuah kebutuhan dalam pembelajaran sejarah lokal. Materi sejarah lokal Kalimantan Selatan yang cukup banyak menjadi hambatan pada saat waktu yang tersedia sangat terbatas. Lebih lagi, keterbatasan akses terhadap sumber belajar berupa arsip, hikayat, atau hasil penelitian membuat pembelajaran sejarah lokal menjadi sangat sulit. Dengan demikian, pengembangan aplikasi mobile learning dengan menggunakan materi sejarah lokal Kalimantan Selatan merupakan sebuah solusi dalam mengatasi hambatan yang terjadi selama
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Leo & Sri Wahyuni. 2013. Perencanaan Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak
CourseSmart. 2011. Digital dependence of toda'ys college students revealed in new study
from coursesmart™. Diakses dari http://www.reuters.com/article/2011/06/01/
idUS141122 01 -Jun2011 PRN20110601 pada 5 Juni 2015.
Heriyanto, Trisno. 03 Februari 2014. Indonesia Masuk 5 Besar Negara Pengguna Smartphone. Diakses dari http://inet.detik.com/read/2014/02/03/171002/2485920/317/ indonesia-masuk-5-besar-negara-pengguna-smartphone pada 28 April 2015.
Lukman, Enricko. 31 Oktober 2013. Laporan: Inilah yang Dilakukan 74,6 juta Pengguna Internet Indonesia Ketika Online. Diakses dari http://id.techinasia.com/tingkah-laku-pengguna-internet-indonesia/ pada 28 april 2015.
Porda, Herry, N. P. 2009. Pembelajaran Sejarah. Banjarmasin: C.V Batur Raya.
Razak. 18 Februari 2014. Studi Terakhir: Kebanyakan Anak Indonesia Sudah Online, Namun Masih Banyak yang Tidak Menyadari Potensi Resikonya. Diakses dari http://www.unicef. org/indonesia/id/media_22169.html pada 12 November 2015.
Yu, Fuxin Andrew. 2012. Mobile/Smart Phone Use in Higher Education. Arkansas: University of Central Arkansas.
Yusuf, Oik. 24 November 2014. Pengguna Internet Indonesia Nomor Enam Dunia. Diakses dari