• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan praktikum m k a.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "laporan praktikum m k a.docx"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

Pengukuran Parameter Kualitas Air Diperairan Tanah Merah Kabupaten Bintan

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Kuaitas Air

Disusun oleh :

Risma Ariska 140254243010

Rusna Benedikta. H 140254243024 Ahmad Hendriansyah 140254243012

Azuar 140254243014

Irwansyah 140254243016

Lukman Nil Hakim 140254243020

M. Hasan 140254243013

Putri Sartika. G 140254243018

Safrizal 140254243008

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya sehingga penulisan laporan praktikum tentang Pengukuran Parameter Kualitas Air di Tanah Merah Kabupaten Bintan bisa terselesaikan. Laporan praktikum ini berisi tentang pengukuran parameter kimia yaitu oksigen terlarut dan pH, pengukuran parameter fisika yaitu suhu dan kecepatan arus, serta pengukuran parameter biologi yaitu jenis-jenis plankton yang terdapat di Tanah Merah. Adapun dalam penyusunan laporan praktikum ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi penulis berusaha sebisa mungkin menyelesaikan laporan praktikum meskipun tersusun sangat sederhana.

Laporan praktikum ini dapat diselesaikan berkat kerjasama dan dorongan serta perhatian dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Tri Julianto, S.Pi., MPSDA yang telah membimbing, mengarahkan penulisan laporan praktikum ini.

Akhirnya penulis berharap agar laporan praktikum ini dapat bermanfaat khususnya dalam dunia pendidikan. Kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun. Atas kritik dan saran yang telah diberikan, penulis mengucapkan terimah kasih.

Tanjung Pinang, 23 April 2017

(3)

DAFTAR ISI

hal

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A.Latar Belakang 1

B.Tujuan 2

C.Manfaat 2

BAB II ISI 3

A. Waktu dan Tempat 3

B. Alat dan Bahan 3

C. Metode Praktikum 3

D. Hasil 4

E. Pembahasan 4

BAB III PENUTUP 15

A.Kesimpulan 15

B.Saran 15

DAFTAR PUSTAKA

16

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan budidaya laut merupakan usaha meningkatkan produksi dan sekaligus merupakan langkah pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang dalam rangka mengimbangi pemanfaatan dengan cara penangkapan. Usaha budidaya merupakan salah satu bentuk pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perairan yang berwawasan lingkungan. Pengembangan usaha perikanan di Indonesia memiliki peluang yang masih sangat besar, hal itu dikarenakan pemanfaatan perairannya yang sampai saat ini masih relatif rendah. Ditjen Perikanan (2008) menyatakan bahwa pemanfaatan potensi sumberdaya ikan di laut baru mencapai 65 %, atau baru 4,8 juta ton per tahun dari potensi sumberdaya ikan yang mencapai 6,4 juta ton per tahun. Usaha pemanfaatan sumberdaya perairan umum bagi usaha budidaya ikan, yang kini digiatkan adalah usaha budidaya dalam keramba jaring apung (floating net).

(5)

Menurut Nastiti dkk (2001), perkembangan unit karamba jaring apung dan jaring tancap pada areal budidaya yang kurang terkendali telah menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan perairan. Dalam suatu usaha budidaya perikanan, sangat penting untuk dipelajari kondisi kualitas suatu perairan untuk dijadikan indikasi kelayakan suatu perairan untuk budidaya perikanan. Untuk mengelola sumberdaya perikanan yang baik maka salah satu persyaratan yang harus diperhatikan adalah kualitas perairan. Akib et al 2015 menyatakan bahwa faktor penentu keberhasilan budidaya adalah kondisi lingkungan baik itu parameter fisik yang meliputi kedalaman, kecerahan, kecepatan arus, muatan padatan tersuspensi. Kimia yang meliputi salinitas, pH, oksigen terlarut, nitrat, fosfat. maupun biologi yang meliputi kelimpahan plankton dan klorofil a. Maka dari itu, diperlukannya praktikum mengenai manjemen kuliatas air yang baik untuk lingkungan budidaya dengan cara melakukan pengukuran setiap parameter fisika, kimia maupun biologi pada perairan budidaya.

B. Tujuan

Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui parameter kualitas air keramba jaring apung yang terdapat di Tanah Merah, Kabupaten Bintan.

C. Manfaat

(6)

BAB II

1. DO meter Untuk mengukur oksigen terlarut

2. pH meter Untuk mengukur pH

3. Current meter Untuk mengukur arus 4. Plankton net Untuk menyaring plankton

5. Botol aqua Untuk meletakkan sampel air dari plankton net

6. Kamera Untuk dokumentasi

7. Alat tulis Untuk mencatat data

- Bahan

No Bahan Kegunaan

1. Air laut Untuk diukur kualitas airnya 2. Etanol Untuk mengawetkan plankton

C. Metode Praktikum

- Kalibrasi pH meter agar pH nya stabil.

- Melakukan pengukuran DO, pH, suhu, dan kecepatan arus pada pukul 08.00, 13.00, dan 17.00 WIB.

- Pertama, lakukan pengukuran pH dengan cara mencelupkan pH meter kedalam perairan, setelah angka yang terdapat pada layar berhenti, lakukan pencatatan data.

- Kalibrasi kembali pH meter yang sudah digunakan.

(7)

- Tutup kembali DO meter.

- Setelah itu, melakukan penyaringan plankton dengan menggunakan plankton net sebanyak 30 kali, dan letakkan sampel hasil penyaringan kedalam botol aqua, tetesi etanol sebanyak 3 tetes.

- Beri nama pada botol aqua, agar tiap sampel tidak tertukar.

D. Hasil

No Parameter yang di ukur Waktu pengukuran

Pagi Siang Sore

Baku mutu air laut untuk biota laut menurut KEPMEN LH No.51 Tahun 2004

a. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam dan musim).

b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 0,2 satuan pH.

(8)

Berdasarkan hasil pengukuran, nilai pH tertinggi terjadi pada siang hari yaitu 7,94, sedangkan yang nilai pH yang terendah terjadi pada sore hari yaitu 6,31. Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat

membahayakan kehidupan biota laut. pH air laut permukaan di Indonesia umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6.0 – 8,5. Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, baik secara langsung maupun tidak langsung (Odum, 1993). Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2 maupun CO2. Tidak semua mahluk

bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. Tingkat pH lebih kecil dari 4,8 dan lebih besar dari 9,2 sudah dapat dianggap tercemar (Sary, 2006).

Hubungan keasaman air dengan kehidupan ikan sangat besar.Titik kematian ikan pada pH asam adalah 4 dan pada pH basa adalah 11. Ikan air tawar kebanyakan bakan hidup baik pada kisaran pH sedikit asam sampai netral, yaitu 6,5 - 7,5. Sementara keasaman air untuk reproduksi atau perkembangbiakan biasanya akan baik pada pH 6,4-7,0 sesuai jenis ikan' Kondisi pH optimal untuk ikan ada pada kisaran 6.5- 8.5. Nilai pH di atas 9.2 atau kurang dari 4.8 bisa membunuh ikan dan pH di atas 10.8 dan kurang dari 5.0 akan berakibat fatal bagi ikan-ikan jenis tilapia. Nilai pH juga mempunyai pengaruh yang signifikan pada kandungan ammonia, H2S,

HCN, dan logam berat pada ikan. Pada pH rendah akan meningkatkan potensi untuk kelarutan logam berat, Peningkatan nilai pH hingga 1 angka akan meningkatkan nilai konsentrasi ammonia di dalam air hingga 10 kali lipat dari semula. Secara umum air laut relatif lebih alkalin (basa) sekitar 8.0 dan air payau relatif kurang dari 8.0. Akan tetapi organisme air laut relatif mampu beradaptasi dengan rang pH yang lebar.

(9)

Berdasarkan data hasil pengamatan, suhu perairan tertinggi terjadi pada sore hari yaitu sebesar 29,9oC, dan suhu terendah terjadi pada pagi hari,

yaitu sebesar 25oC. Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting

bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu sangat mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun perkembangan dari organisme organisme laut. Komoditaas perikanan, misalnya ikan akan makan pada waktu pagi dan sore saat suhu air berkisar 27 - 28oC (Kordi, 2005). Suhu sangat

mempengaruhi kehidupan dan perkembangan biota laut, peningkatan suhu dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut dalam perairan serta peningkatan konsentrasi karbon dioksida. Keadaan tersebut akan mempengaruhi proses metabolism dalam tubuh biota laut, misalnya laju pernafasan dan konsumsi oksigen terlarut (Affan, 2012).

Ikan merupakan hewan berdarah dingin (poikilothermal) sehingga metabolisme dalam tubuh tergantung pada suhu lingkungannya termasuk kekebalan tubuhnya (Effendi, 2003). Suhu luar atau eksternal yang berfluktuasi besar akan berpengaruh pada sistem metabolisme. Konsumsi oksigen dan fisiologi tubuh ikan akan rnengalami kerusakan sehingga ikan akan sakit. Suhu yang terlalu rendah akan mengurangi imunitas (kekebalan tubuh) ikan, sedangkan suhu yang terlalu tinggi akan mempercepat ikan terkena infeksi bakteri. Suhu yang optimal untuk usaha budidaya ikan adalah 22oC - 27oC. Setiap kenaikan suhu 10oC akan mempercepat laju

reaksi kimia sebesar 2 kali. Racun Amoniak (NH3) berbanding lurus dengan

kenaikan suhu, semakin tinggi suhu maka semakin tinggi kadar amoniaknya.

Menurut Sumawidjadja (1974), bahwa variasi suhu harian maupun tahunan merupakan hasil dari radiasi matahari dan penguapan. Selain itu pula dengan kondisi suhu pada pH 8 yang didapatkan tersebut tergolong optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan alga, dimana hal ini sesuai dengan pernyataan Luning (1990), bahwa suhu optimal untuk pertumbuhan alga di daerah tropis berkisar antara 15°C - 30°C.

(10)

Kandungan DO tertinggi berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan yaitu pada pagi dan siang hari yaitu sebesar 38 mg/l, dan DO terendah terjadi pada sore hari yaitu 36,6 mg/l. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen) maka kualitas air semakin baik. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Kecepatan difusi oksigen dari udara tergantung dari beberapa faktor seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut.

Oksigen terlarut (DO) merupakan faktor pembatas, sehingga jika ketersediannya tidak mencukupi kebutuhan ikan budidaya maka segala aktivitas ikan akan terhambat (Kordi, 2005). Jika oksigen terlarut tidak seimbang akan menyebabkan stress pada ikan karena otak tidak mendapat suplai oksigen yang cukup, serta kematian akibat kekurangan oksigen (anoxia) yang disebabkan jaringan tubuh ikan tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut dalam darah. Pada siang hari, oksigen dihasilkan melalui proses fotosintesa sedangkan pada malam hari, oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali oleh alga untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kadar oksigen maksimum terjadi pada sore hari dan minimum menjelang pagi hari.

- Kecepatan Arus

(11)

arus sangat berperran dalam sirkulasi air, membawa bahan terlarut dan tersuspensi serta mempengaruhi kelarutan oksigen dalam air (Affan, 2011). Apabila arus air terlalu kuat dapat menyebabkan stres pada ikan dan merusak posisi KJA. Kecepatan arus yang sesuai untuk penempatan KJA adalah 0,2-0,5 m/dt (Kordi, 2005). Kecepatan arus perlu diketahui untuk menentukan desain dan konstruksi keramba yang sesuai.

Arus sangat berperan dalam sirkulasi air, selain pembawa bahan terlarut dan tersuspensi, arus juga mempengaruhi jumlah kelarutan oksigen dalam air. Di samping itu berhubungan dengan KJA, kekuatan arus dapat mengurangi organisme penempel (fouling) pada jaring sehingga desain dan konstruksi keramba harus disesuaikan dengan kecepatan arus serta kondisi dasar perairan (lumpur, pasir, karang). Mayunar et al (1995) menyebutkan organisme penempel akan lebih banyak menempel pada jaring bila kecepatan arus dibawah 25 cm/dt sehingga akan mengurangi sirkulasi air dan oksigen. Namun demikian, Ahmad et al. (1991) mengemukakan kecepatan arus yang masih baik untuk budidaya dalam KJA berkisar 5 – 15 cm/dt.

- Keragaman Jenis Plankton yang ditemukan a. Pagi hari

No Gambar Nama

1. Fritillaria haplosoma

(12)

3. Chaetoceros coerclatus lauder

4. Tricodesmium erythraeum

5. Bacteriastrum elongatum

6. Pleurosigma normanni ralfs

7. Rhizosolenia alataforma gracillma

8. Thalassionema nitzschioides

9. Ceratium makroseros

10. Thalassidtrhix frauenfeldii

(13)

12. Thalassionema sp

13. Chilomydomonas

14. Fragilaria oceanica

15. Trichodesmium thiebautii

16. Nitzschia pungens

17. Copepod

18. Coscinodiseus spp.

b. Siang hari

(14)

1 Synedra

2 Planktoniela

3 Moina

c. Sore hari

No Gambar Nama

1. Ceratium macroseros

2. Chaetoceros currisatus

3. Cyclops

(15)

5. Ceratium fusus

6. Chaetoceros leres

7. Kutu air

8. Thalassionema nilzachioides

9. Noctiluca miliaris

10. Tinlinnopsis kofoidi

11. Chaetoceros holsaticus

(16)

13. Peraclis reticulata

14. Pleurosigma normanni

15. Coelastrum

16. Chaetoceros holsaticus

17. Cyprifarm larca

18. Pedlastrum

(17)

Selain disukai oleh ikan-ikan pemakan plankton, fitoplankton diperlukan juga oleh ikan-ikan dewasa, seperti tambakan, mola dan bandeng. Pada ekosistem perairan Fitoplankton berperan sebagai produsen primer yaitu menyediakan makanan untuk zooplankton, narnun juga dapat dimakan langsung oleh ikan dan Mollusca serta Bivalvia lainnya. Fitoplankton juga merupakan makanan pada fase benih dari berbagai organisme perairan.

Organisme dapat digunakan sebagai pakan alami ikan harus memenuhi persyaratan ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek fisik pakan, aspek biologi, aspek kimiawi dan segi pengelolaan benih itu sendiri Isnansetyo & Kumiastuty (1995). Suatu organisme dapat digunakan sebagai pakan alami harus tidak membahayakan bagi kehidupan larva yang dipelihara tidak mencemari lingkungan, tidak mengandung racun maupun logam berat, dan tidak berperan sebagai inang suatu organisme patogen maupun parasit. Organisme yang digunakan sebagai pakan alami juga harus dapat dimakan oleh larva yang dipelihara, mudah dilihat oleh larva karena gerakan atau warnanya, gerakannya sinambung tetapi lambat agar rnudah ditangkap oleh larva dan mempunyai daya apung. Ukuran jasad sebagai pakan alami harus disesuaikan dengan bukaan mulut larva yang dipelihara.

(18)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pratikum lapang yang telah dilakukan, pengamatan dan pengukuran setiap parameter kualitas air di wilayah Tanah Merah Kabupaten Bintan menunjukkan bahwa kondisi perairan di wilayah tersebut layak untuk dilakukan usaha budidaya, karena wilayah perairannya jauh dari pencemaran. Nilai rata-rata pH setelah pengukuran yaitu 7.33, suhu perairan 27.3oC, DO

perairan 37.5 mg/l, dan kecepatan arus pada pagi hari 0.3 m/s, siang hari 0.3 m/s, dan sore hari 0.98 m/s. Adapun hasil dari pengukuran setiap parameter fisika, kimia dan biologi yang telah dilakukan kondisi kualitas air diperairan Tanah Merah Kabupaten Bintan masih memenuhi standar baku mutu bagi biota yang dibudidaya dan diperairan tersebut banyak terdapat jenis zooplankton dan fitoplankton sebagai sumber makanan bagi organisme diperairan.

B. Saran

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Affan, J.M. 2011. Seleksi Lokasi Pengembangan Budidaya dalam Keramba Jaring Apung (KJA) Berdasarkan Faktor Lingkungan dan Kualitas Air di Perairan Pantai Timur Kabupaten Bangka Tengah. J. Sains MIPA, 17(3): 99-106.

Affan, J.M. 2011. Seleksi Lokasi Pengembangan Budidaya dalam Keramba Jaring Apung (KJA) Berdasarkan Faktor Lingkungan dan Kualitas Air di Perairan Pantai Timur Kabupaten Bangka Tengah. J. Sains MIPA, 17(3) : 99-106.

Affan, J.M. 2012. Identifikasi Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) Berdasarkan Faktor Lingkungan dan Kualitas Air di Perairan Pantai Timur Bangka Tengah. Universitas Syiah Kuala. Aceh.

Affan, J.M. 2012. Identifikasi Lokasi untuk Pengembangan Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) Berdasarkan Faktor Lingungan dan Kualitas Air di Perairan Pantai Timur Bangka Tengah. Depik, 1(1) : 78-85.

Ahmad, T., P.T. Imanto, Muchari, A. Basyarie, P. Sunyoto, B. Slamet, Mayunar, R. Purba, S. Diana, S. Redjeki, A.S. Pranowo, S. Murtiningsih. 1991. Operasional Pembesaran Kerapu Dalam Keramba Jaring Apung. Dalam Mansur, A. (Ed.). Prosiding temu karya ilmiah potensi sumberdaya kekerangan di Sulawesi Selatan dan Tenggara. Watampone, (7): 8 – 10.

Boyd, C.E., 1982. Water Quality Management For Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Publishing Company Amsterdam New York.

Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Effendy, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi P ngelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. 259 hal.

Ernawati, N.M., Dewi, A.P.W.K. 2016. Kajian Kesesuaian Kualitas Air Untuk Pengembangan Keramba Jaring Apung di Pulau Serangan, Bali. Universitas Udayana. Bali.

(20)

Kordi, K.M.G.H. 2005. Budidaya Ikan Laut di Keramba Jaring Apung. Rineka Cipta. Jakarta

Mayunar, R. Purba, P.T. Imanto. 1995. Pemilihan Lokasi Budidaya Ikan Laut. Prosiding Temu Usaha Pemasyarakatan Teknologi Keramba Jaring Apung Bagi Budidaya Laut, Puslitbang Perikanan. Badan Litbang Pertanian: 179 – 189.

Nastiti A.S., Nuroriah,S., Purnamaningtyas, S.E., Kartamihardja, E.S. 2001. Dampak Budidaya Ikan Dalam Jaring Apung Terhadap Peningkatan Unsur N dan P di Perairan Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 7 (2) : hal 22 – 30.

Tatangidanu, F., Kalesaran, O., Rompas, R., 2013. Studi Parameter Fisika Kimia Air pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa. Jurnal Budidaya Perairan.

(21)

LAMPIRAN

posisi Utara

(22)

posisi Timur

Referensi

Dokumen terkait

Di SMK Pertanian pembelajaran kimia termasuk kelompok adaptif dimana setiap minggunya hanya 2 jam pelajaran sehingga tidak cukup untuk melakukan praktikum dan belum

Aplikasi HOPE ini sendiri hasil akhirnya terdiri dari dua bentuk yaitu dalam bentuk fisik (media cetak berupa print out ) yang berisikan marker/QR Code dan Aplikasi augmented

masyarakat luas dalam penegakan hukum untuk memberantas korupsi serta Mempercepat Reformasi Birokrasi untuk meningkatkan pelayanan masyarakat 7. Meningkatkan

Tujuan utama dari pengukuran ini adalah untuk mendapatkan data-data karakteristik rectenna yang telah dibuat dan mengetahui berapa tegangan output hasil konversi

Karena Pikatan tidak segera menjawab, maka prajurit iiu bertanya lagi “Bagaimana Pikatan, apakah kau sudah tidak tertarik lagi untuk menjadi seorang prajurit seperti aku?”..

Pada saat yang bersamaan, buku kecil ini adalah juga ajakan bagi para warga Negara pengguna ganja untuk berani memperjuangkan haknya sebagai warga Negara yang sah

dan tranplantasi paru merupakan opsi bedah yang dapat dipertimbangkan pada pasien dengan PPOK yang sangat berat. 6u#ukan kepada spesialis bedah thora2 diindikasikan untuk