• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA ILMIAH UNJA DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KARYA ILMIAH UNJA DI INDONESIA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENCIPTAKAN GENERASI KIMIA

BERKARAKTER YANG BERLANDASKAN PANCASILA

DISUSUN OLEH :

1. LINA WAHYUNI

2. TARIDATIN NUGRAHENI

SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Telah diterima dan disahkan untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Siswa Se-Provinsi Jambi, dengan:

Judul : Upaya Menciptakan Generasi Kimia Berkarakter Yang Berlandaskan Pancasila

Bidang karya tulis : Pendidikan Nama penulis : 1. Lina Wahyuni

2. Taridatin Nugraheni Alamat rumah : JL. Widuri II

No. HP : 0898 4719 864

Jurusan : IPA

Nama sekolah : SMA Negeri 8 Kota Jambi Pembina : Linda Reflita,S.Pd,M.Pd.I

No. Hp : 0813 6639 4842

Jambi, 17 Maret 2013

Mengetahui

Ketua Tim Pembina

Lina Wahyuni Linda Reflita,S.Pd,M.Pd.I

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang selalu melimpahkan petunjuk rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Upaya Menciptakan Generasi Kimia Berkarakter Yang Berlandaskan Pancasila”.

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dalam rangka memenuhi persyaratan lomba karya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Kimia (IMKI) Universitas Jambi. Selama proses penulisan karya ilmiah ini hingga selesai banyak sekali kesulitan – kesulitan yang penulis temui baik dalam proses mencari sumber maupun dalam mencari kata demi kata. Namun berkat usaha yang gigih dan tidak pernah menyerah serta adanya bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan karya tuli ilmiah ini.

Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Yth, Drs. H Wirman, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 8 KOTA JAMBI.

2. Yth, Ibu Linda Reflita, S.Pd, M.Pd. I, selaku Pembina. 3. Yth, Mr. Yazid Salman,S.pd selaku Wali Kelas XI IPA 2.

4. IKATAN MAHASISWA KIMIA (IMKI) UNIVERSITAS JAMBI yang telah berkenan menyelenggarakan lomba sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan Karya Tulis Imiah ini.

5. Orang tua dan keluarga tercinta. 6. Teman-teman sekolah.

Mudah-mudahan amal dan jasa baik mereka semua diterima oleh Allah SWT, dan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda, Aamiin. Dan semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

(4)

iii sumbangan pemikiran berupa kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun yang akan penulis terima dengan senang hati demi penyempurnaan karya tulis ini di masa yang akan datang.

Jambi, 17 Maret 2013 Penulis,

(5)

iv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

LEMBAR PENGESAHAN...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maasalah...1

B. Rumusan Masalah...3

C. Tujuan...3

D. Manfaat Penulisan...3

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Karakter...5

B. Cara Menciptakan Generasi Kimia Berkarakter Yang Berlandas kan Pancasila...7

C. Peran Generasi Muda Dalam Membentuk Generasi Kimia Berkarakter Yang Berlandaskan Pancasila...9

D. Peran Pemerintah Dalam Membentuk Generasi Kimia Berkarakter Yang Berlandaskan pancasila...10

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan...13

B. Saran...13 DAFTAR PUSTAKA

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada era globalisasi kualitas pendidikan di Indonesia kian hari kian merosot, berdasarkan data dalam Education For All (EFA) pada 2010 lalu Indonesia berada diperingkat 65, sedangkan di tahun 2011 Indonesia merosot ke peringkat 69 dari 127 negara di dunia 1 .

Menurut Joseph hal tersebut terjadi bukan dikarenakan oleh tingkat kecerdasan otak yang menurun melainkan karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi2.

Indonesia belum terlalu serius menerapkan pendidikan karakter, mungkin dikarenakan pada saat ini Indonesia belum siap. Karena pendidikan berkarakter bukan hanya dilakukan di sekolah, melainkan juga di lingkungan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian lingkungan keluarga merupakan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan harus lebih diberdayakan yang kemudian didukung oleh lingkungan dan kondisi pembelajaran di sekolah yang memperkuat siklus pembentukan tersebut.Sebagaimana diungkapkan Philips bahwa keluarga hendaklah kembali menjadi school of love, sekolah untuk kasih sayang3.

Belum diterapkannya pendidikan karakter tentunya memberikan dampak yang negatif terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. Faktanya, telah sering terjadi tawuran antar pelajar, meningkatnya kebiasaan menyontek, kekerasan terhadap sesama teman. Dalam Education Development Index yang dikeluarkan UNESCO tahun 2011, Indonesia mengalami penurunan pada tingkat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar -0,066. Tercatat 720.000 (18,4 %)

1 http://edukasi.kompas.com/2013/03/17

(7)

lulusan SD yang tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah pertama tiap tahunnya4.

Selain itu, dampak negatif yang ditimbulkan akibat belum diterapkannya pendidikan berkarakter ialah rendahnya prestasi siswa. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat. Selain itu, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-755.

Jika ada permasalahan, tentunya ada solusi. Dari masalah yang telah di jabarkan di atas, maka solusinya ialah meningkatkan minat baca pelajar di Indonesia, ada ungkapan yang menyatakan Reading is the key to success in school6.Hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St.

Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasiakademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter7.

Dengan melihat fenomena-fenomena di atas maka penulis tertarik untuk menuliskanya ke dalam karya ilmiah yang berjudul “Upaya Menciptakan Generasi Kimia Berkarakter Yang Berlandaskan Pancasila”.

4 http://armiakadir.blogspot.com/2013/03/17

5 http://Van88.wordpress.com/2013/03/17 6 http://www.pnri.go.id /2013/03/17

7 http://mustafatope.wordpress.com

(8)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas , maka rumusan masalah dalam penulisan ini “Upaya Menciptakan Generasi Kimia Berkarakter Yang Berlandaskan Pancasila” adalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan karakter?

2. Bagaimanakah cara menciptakan generasi kimia berkarakter yang

Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah untuk: 1. Mengungkapkan pengertian pendidikan karakter

2. Mengungkapkan cara menciptakan generasi kimia berkarakter yang berlandaskan Pancasila

3. Mengungkapkan peran generasi muda dalam membentuk generasi kimia berkarakter yang berlandaskan pancasila

4. Mengungkapkan peran pemerintah dalam membentuk generasi kimia berkarakter yang berlandaskan pancasila

D. MANFAAT PENULISAN

1. Mengikuti lomba karya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Kimia (IMKI) Universitas Jambi tahun 2013

2. Bagi Mahasiswa IMKI Universitas Jambi

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa IMKI Universitas Jambi yaitu, sebagai bahan masukan serta mendapatkan ide-ide baru dan dapat menemukan generasi muda yang kreatif dengan gagasan pengetahuan mereka tentang kualitas pendidikan negaranya sendiri.

(9)

3. Bagi Generasi Muda

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi generasi muda dalam rangka mengetahui tingkat kualitas pendidikan di Indonesia serta melaksanakan solusi yang di berikan oleh pemerintah untuk menciptakan generasi kimia yang berkarakter.

4. Bagi Orang Tua, Guru dan Masyarakat

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi orang tua, guru dan masyarakat sebagai bahan masukan untuk mendukung program pemerintah dalam rangka menciptakan generasi kimia yang berkarakter.

(10)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pendidikan Karakter

Secara umum istilah “karakter” yang sering disamakan dengan istilah “temperamen” ,”tabiat”, “watak” atau “akhlak” yang memberinya sebuah definisi sesuatu yang menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Secara harfiah menurut beberapa bahasa, karakter memiliki berbagai arti seperti : “kharacter” (latin) berarti instrument of marking, “charessein” (Prancis) berarti to engrove (mengukir), “watek” (Jawa) berarti ciri wanci; “watak” (Indonesia) berarti sifat pembawaan yang mempengaruhi tingkah laku, budi pekerti, tabiat, dan peringai. Dari sudut pandang behavioral yang menekankan unsur somatopsikis yang dimiliki sejak lahir8

The core of any army is its soldiers, no matter how sophisticated its equipment, its performance is solely dependent on its soldiers9

Sehingga Doni Kusuma (2007:80) istilah karakter dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan10.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1995:445), istilah “karakter” berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain: tabiat, watak11.

Berikut pengertian pendidikan karakter menurut beberapa ahli:

1. Menurut DR. Achmad Husen, M.Pd dkk, pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa,

8http://blog.dianmas.com/2013/03/29

9Douglas MacArthur, General, US Army, 1945

10 Doni Kusuma, 2007:80

(11)

diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap perasan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hokum, tata karma, budaya dan adat istiadat12.

2. Menurut Thomas Lickone, pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya13.

3. Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004), pendidikan karakter adalah: “the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”14.

4. Menurut Prof. Suyanto Ph.D pendidikan karakter ialah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun Negara15

Dari berbagai pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter ialah suatu sistem yang dirancang dan dilaksanakan untuk membentuk kepribadian seseorang agar sesuai dengan norma-norma agama,hokum,tata karma, budaya dan adat istiadat.

12http://blog.dianmas.com/2013/03/29

13 Thomas Lickone, 1991

14 David Elkind & Freddy Sweet Ph.D, 2004 15 Prof. Suyanto Ph.D, 2009

(12)

B. Cara Menciptakan Generasi Kimia Berkarakter Yang Berlandaskan Pancasila Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan pendidikan karakter di sekolah. Konsep karakter jangan hanya diterapkan sebagai suatu poin dalam silabus dan rencana pembelajaran di sekolah, melainkan harus benar-benar diterapkan. Dengan cara tenaga pendidik yang lebih awal menerapkan konsep tersebut yang kemudian akan dicontoh oleh peserta didik. Doni dalam artikelnya pendidikan karakter integral menyatakan bahwa pendidikan karakter jika ingin efektif mesti menyertakan tiga basis desain dalam pemrogramannya. Pertama, desain pendidikan karakter berbasis kelas. Desain ini berbasis pada relasi guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pembelajar di dalam kelas. Relasi guru-pembelajar bukan monolog, melainkan dialog dengan banyak arah sebab komunitas kelas terdiri dari guru dan siswa yang sama-sama berinteraksi dengan materi.16.

Kedua, desain pendidikan karakter berbasis kultur sekolah. Desain ini mencoba membangun kultur sekolah yang mampu membentuk karakter anak didik dengan bantuan pranata sosial sekolah agar nilai tertentu terbentuk dan terbatinkan dalam diri siswa. Untuk menanamkan nilai kejujuran tidak cukup hanya dengan memberikan pesan-pesan moral kepada anak didik. Pesan moral ini mesti diperkuat dengan penciptaan kultur kejujuran melalui pembuatan tata peraturan sekolah yang tegas dan konsisten terhadap setiap perilaku ketidakjujuran.

Ketiga, desain pendidikan karakter berbasis komunitas. Dalam mendidik, komunitas sekolah tidak berjuang sendirian. Masyarakat di luar lembaga pendidikan, seperti keluarga, masyarakat umum, dan negara, juga memiliki tanggung jawab moral untuk mengintegrasikan pembentukan karakter dalam konteks kehidupan mereka. Ketika lembaga negara lemah dalam penegakan hukum, ketika mereka yang bersalah tidak pernah mendapatkan sanksi yang setimpal, negara telah mendidik masyarakatnya untuk menjadi manusia yang tidak menghargai makna tatanan sosial bersama.

Hal lain mengenai hal ini diungkapkan oleh Nurokhim (dalam artikelnya mengenai membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan mutlak

(13)

diperlukan) pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan semata, tetapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur dan lain sebagainya. Ada beberapa panduan tindakan yang dapat dilakukan, berupa17.

1. Pemberian penghargaan kepada yang berprestasi 2. Hukuman kepada yang melanggar

3. Menumbuhsuburkan nilai-nilai baik

4. Mengecam dan mencegah berlakunya nilai-nilai yang buruk

5. Menerapkan ke dalam setiap pelajaran yangada di samping nata pelajaran khusus untuk mendidik karakter, seperti: pekajaran Agama, Sejarah, Moral Pancasila dan sebagainya.

C. Peran Generasi Muda Dalam Membentuk Generasi Kimia Berkarakter Yang Berlandaskan Pancasila

17 Nurokhim: membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan

(14)

Pembentukan karakter generasi muda sebagai penerus bangsa sangat mutlak diperlukan, karena hal ini menyangkut kemajuan Indonesia di masa depan. Apalagi, di zaman era globalisasi seperti saat ini, baik disadari ataupun tidak disadari nilai-nilai asing telah masuk dan mempengaruhi nilai-nilai pancasila.

Sehingga upaya strategis yang harus dilakukan oleh generasi muda Indonesia untuk menghadapi globalisasi adalah dengan melakukan sebuah koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan yang diarahkan terutama pada penguatan ketahanan masyarakat dan bangsa terhadap segenap upaya nihilisasi dari pihak luar terhadap nilai-nilai budaya bangsa. Berikut 3 peran penting generasi muda dalam melaksanakan koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan:18

1. Generasi muda sebagai pembangun kembali karakter bangsa (character builder). Di era globalisasi ini, peran generasi muda adalah membangun kembali karakter positif bengsa seperti misalnya meningkatkan dan dilakukan pemberdayaan secara terus menerus. Sehingga generasi muda juga dituntut untuk mengambil peran sebagai pemberdaya karakter. Misalnya dengan kemauan yang kuat dan semangat juang generasi muda untuk menjadi role model dari pengembangan dan pembangunan karakter bangsa Indonesia yang positif di masa depan agar menjadi bangsa yang mandiri.

3. Generasi muda sebagai perekayasa karakter (character engineer) sejalan dengan dibutuhkannya adaptifitas daya saing generasi muda untuk memperkuat ketahanan bangsa Indonesia. Character engineer menuntut generasi muda untuk terus melakukan pembelajaran. Pengembangan dan

(15)

pembangunan karakter positif generasi muda bangsa juga menuntut adanya modifikasi dan rekayasa yang sesuai dengan perkembangan dunia. Contohnya adalah karakter pejuang dan patriotism yang tidak harus diartikulasikan dalam konteks fisik, tetapi dapat dalam konteks lainnya yang bersifat non-fisik. Esensinya adalah peran genarasi muda dalam pendidikan. Pendidikan sebagai saluran perubahan masyarakat harusnya dijadikan prioritas. Pemerintah sebgai pilar demokrasi harus menjadikan pendidikan sebagai orientasi perubahan .Tentunya prioritas ini tercermin dari usaha pemerintah untuk membuat Undang – Undang atau Instrumen politik, guna mendukung pelaksanaan pendidikan berdasarkan hakikat pendidikan dan amanah UUD.

Secara historis dan sosio-kultural pembangunan bangsa dan pembangunan karakter (nation and character building) merupakan komitmen nasional yang telah lama dan berkembangan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia. Kata-kata mutiara yang tertuang dalam berbagai dokumen sejarah politik dan ketatanegaraan, seperti dalam naskah Sumpah Pemuda, Proklamasi, Pembukaan UUD 1945, serta tercermin dalam lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu-lagu perjuangan lainnya merupakan bukti yang tak terbantahkan bahwa pembangunan bangsa dan pembangunan karakter merupakan komitmen bangsa Indonesia yang harus diwujudkan sepanjang hayat.

Pembangunan karakter bangsa merupakan kebutuhan mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di awal kemerdekaan, para founding

(16)

father negeri ini telah bertekad untuk menjadikan pembangunan karakter bangsa sebagai sesuatu yang urgen dan tidak bisa lepas dari pembangunan nasional. 19

Pembukaan UUD 1945 pada paragraph terakhir telah mengamanatkan bahwa pemerintah diwajibkan untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional bagi seluruh warga Indonesia. System pendidikan nasional dimaksud harus mampu menjamin pemerataan kesempatan dan peningkatan mutu pendidikan, terutama bagi anak-anak, generasi penerus keberlangsungan dan kejayaan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)20.

Peran pemerintah sangat dibutuhkan guna meningkatkan kualitas pendidikan anak, utamanya kualitas pendidikan dasar sebagaimana amanat UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) yang berbunyi “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan” dan ayat (2) “setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya” 21.

Pemerintah saat ini telah bekerja dengan baik termasuk dengan membangun infrastruktur sekolah, memberikan bea siswa, pendidikan gratis bagi siswa sekolah dasar, menyediakan buku-buku pelajaran, dan terus meningkatkan kesejahteraan para guru. Meskipun alokasi APBN mencapai 20% untuk dunia pendidikan sesungguhnya belum cukup untuk menyelesaikan berbagai persoalan dana di dunia pendidikan. pemerintah telah mengalokasikan anggaran bea siswa sebesar Rp 2,7 triliun untuk 3,9 juta siswa kurang mampu; dan sekitar Rp 1,1 Triliun untuk 220 ribu mahasiswa kurang mampu. Kenyataan itu menunjukkan komitmen tegas pemerintah memajukan pendidikan bagi seluruh masyarakat Indonesia. 22

Berdasarkan Undang-undang Pendidikan Nasional No. 2/1989. Pemerintah berupaya meningkatkan taraf kehidupan rakyat dengan

19 Dasim Budimansyah, 2009: 2 20 Paragraf 4 UUD 1945

21 Pasal 31 ayat 1 dan 2

(17)

mewajibkan semua warga negara Indonesia yang berusia 7- 12 tahun dan 12-15 tahun untuk menamatkan pendidikan dasar dengan program 6 tahun di SD dan 3 tahun di SLTP secara merata. Tidak relevan bila di zaman modern ini masih ada anak-anak Indonesia yang tidak bersekolah dan ada pula yang masih buta huruf. Oleh karena itu pemerintah berusaha meningkatkan kualitas manusia melalui jenjang pendidikan dasar23

23 Undang-undang Pendidikan Nasional No. 2/1989

(18)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pendidikan karakter ialah suatu sistem yang dirancang dan dilaksanakan untuk membentuk kepribadian seseorang agar sesuai dengan norma-norma agama,hukum,tata karma, budaya dan adat istiadat.

2. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan generasi kimia berkarakter pertama, desain pendidikan karakter berbasis kelas. Kedua, desain pendidikan karakter berbasis kultur sekolah, serta menerapkan pelajaran yang ada di samping mata pelajaran khusus untuk mendidik karakter.

3. Era globalisasi telah membawa perubahan besar pada generasi muda, salah satunya karakter. Generasi muda harus mampu membuat dirinya berkarakter dengan melakukan sebuah koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan yang diarahkan terutama pada penguatan ketahanan masyarakat dan bangsa,

4. Upaya pembangunan karakter sudah ada sejak awal kemerdakaan Indonesia dan hingga saat ini pemerintah masih berusaha untuk membangun karakter anak bangsa.

B. Saran

1. Pendidikan karakter di sekolah sudah sewajarnya direncanakan dengan matang serta didukung semua pihak sekolah dengan menekankan pembentukan kerakter melalui desain pendidikan yang tepat.

2. Konsep pendidikan karakter jangan hanya dijadikan silabus dan rencana pembelajaran sekolah. Melainkan benar-benar diterapkan, terutama oleh tenaga pendidik agar dicontoh oleh peserta didik.

3. Generasi muda harus mendukung dan ikut serta terhadap program pemerintah untuk membangun karakter generasi muda demi kemajuan Indonesia kedepannya.

(19)

4. Sebaiknya, sebelum pemerintah membuat program untuk membangun karakter generasi mud. Pemerintah harus member contoh kepada generasi muda bagaimana karakter yang baik. Jika pemerintah tidak terlebih dahulu memiliki karakter, maka tipis kemungkinan generasi muda Indonesia memiliki karakter yang sesuai norma-norma serta pancasila.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

http://edukasi.kompas.com/indeks pendidikan Indonesia menurun/Ester Lince Napitupulu /2013/03/17

http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/urgensi pendidikan karakter/Prof. Suyanto Ph.D/2013/03/17

http://mustafatope.wordpress.com/pendidikan karakter/Mustafa/2013/03/17

http://armiakadir.blogspot.com/Globalisasi Dampaknya Terhadap Manajemen Pendidikan Pada Otonomi Sekolah/Armiakadir/2013/03/17

http://Van88.wordpress.com/permasalahan pendidikan di indonesia/2013/03/17 http://www.pnri.go.id /perpustakaan dan krisis ekonomi/JNB Tairas/2013/03/17 http://blog.dianmas.com/pengertian pendidikan karakter menurut para ahli/Dian Mas/2013/03/29

http://sosbud.kompasiana.com/Pembangunan Karakter Bangsa/Diah Ayu Intan Sari/2013/03/29

http://budiutomo79.blogspot.com/Peran pemerintah Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Anak Indonesia/Dr. Budi Utomo/2013/03/28

http://demokrat.or.id/Pemerintah Telah Maksimal Majukan Pendidikan/Jefri Riwu/2013/03/29

(21)

BIODATA PENULIS

Nama : Lina Wahyuni

Tampat/tanggal Lahir :Jambi, 16 Juli 1996

Agama : Islam

Nama Sekolah : SMAN 8 KOTA JAMBI

Alamat Sekolah : Jl. Marsda surya dharma Km 9 kenali asam bawah

Kelas : XI IPA 2

NISN : 9968254731

Alamat Rumah : JL.Widuri II, Kecamatan Kota Baru Alamat e-mail : linawahyuni152@gmail.com Nomor Handphone : 08984719864

Cita-Cita : Guru

Nama Ayah : Novriandi

Nama Ibu : Elmayeni

Kata mutiara : if people Can’t give you a motivation so give that motivation from “your self alone”

Prestasi

1. Juara 1 kelas X semester 1 dan 2 2. Juara 1 kelas XI Ipa semester 1 3. Sebagai peserta OPSI se Kota Jambi

4. Sebagai peserta lomba mengarang dalam rangka hari Kartini di Kantor Dinas Pendididkan Kota Jambi

5. Sebagai peserta lomba pidato se Provinsi Jambi 6. Sebagai peserta OSN bidang TIK

(22)

BIODATA PENULIS

Nama

: Taridatin Nugraheni

Tampat/tanggal Lahir :Jambi, 12 September 1997

Agama : Islam

Nama Sekolah : SMAN 8 KOTA JAMBI

Alamat Sekolah : Jl. Marsda surya dharma Km 9 kenali asam bawah

Kelas : X A

NISN : 9978355369

Alamat Rumah : JL.Multatuli kelurahan mayang mangurai Nomor Handphone : 081927571715

Cita-Cita : Guru

Nama Ayah : Saleh,S.pd

Nama Ibu : Tati Amsinar,A.Ma

Kata mutiara : lebih cepat lebih baik

Prestasi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan tentang pemberian ASI dengan cakupan pemberian ASI Ekslusif diketahui dari 37 responden dengan pengetahuan kurang baik

Metode SAW merupakan suatu metode yang menggunakan pembilangan terbobot atau metode yang penentuannya berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang memiliki nilai

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

Untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang hidup dalam bahan pangan dapat dilakukan isolasi mikrobia, dengan cara menggoreskan suspensi campuran sel pada suatu

Hasil uji kesukaan panelis terhadap kerenyahan puff pastry pada berbagai tingkat lama penyimpanan adonan beku pada suhu -20±2ºC menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

Tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur soygurt pada perlakuan garam kalsium karbonat berkisar 3,3725-4,5686 (agak tidak suka-netral) dengan tingkat konsentrasi agar 0,0% yang

Semakin tinggi konsentrasi tepung menjes yang ditambahkan, maka nilai WHC dan tingkat kesukaan terhadap rasa, tekstur dan juiceness nugget ayam menjes akan

Pengaruh Produk Jasa Pendidikan Dan Marketing Public Relation Terhadap Citra Sekolah Menengah.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu