• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNSUR UNSUR DAN IDENTITAS BUDAYA.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UNSUR UNSUR DAN IDENTITAS BUDAYA.docx"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MATA KULIAH

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA TUGAS INDIVIDU

RESUM

Dosen :

Dr, Ir, Ni Wayan Sri Astiti, MP

Oleh:

Nur Aini 1517351027

KONSENTRASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN AGRIBISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

BAB 11.1

UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN MANUSIA 1. Sejarah Kebudayaan

Sejarah kebudayaan suatu masyarakat merupakan batu sendi bagi kepentingan menganalisis dan memahami kebudayaan Pada sebagian besar masyarakat kita, upaya untuk menelusuri keturunan suatu keluarga dapat diketahui melalui "pohon keluarga" susunan perkawinan dari suatu generasi kepada generasi berikut). Yang pasti penelusuran itu pun turut meng- gambarkan nilai-nilai budaya, norma budaya dan perilaku indi vidu, nilai dan norma serta perilaku kelompok budaya tertentu. Misalnya jika anda hendak berkomunikasi dengan orang Indian di AS bagian selatan seperti Texas, Lousiana, New Mexico maka anda harus mengetahui betapa mereka sangat anti pada orang luar, apalagi orang kulit putih, misalnya White American.

Orang Indian umumnya merasa sakit hati karena selama lebih dari 450 tahun dijajah oleh orang Spanyol (kulit putih). Di kota San Antanio, Texas, saya memasuki kompleks swalayan "KK" dan menyaksikan betapa besarnya kebudayaan suku bangsa Aztek Di swalayan itu ditampilkan kejayaan Aztek dalam karya-karya seni mereka mulai dari rumah tangga, pa an dan ukiran, tenunan dan anyaman dll Dalam beberapa kebudayaan, catatan masa lalu tentang sejarah kebudayaan mereka terekam dengan baik dalam buku namun yang lain hanya terekam dalam artefak.

Kebudayaan Jawa sangat beruntung karena dikenal oleh orang Indonesia umumnya mereka mempunyai catatan sejarah misalnya berbentuk prasasti dll. Mereka juga memiliki peninggalan bersejarah seperti, candi- candi, masjid dan gereja tua, perkampungan tradisional yang sejarah kejayaan kebudayaan mereka masa Bahkan sebagai lambang pengikat di antara suku bangsa.

Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa sejarah kebudayaan suatu suku bangsa melalui peninggalan nenek moyang terdahulu dapat menggambarkan kepada kita tentang sikap, pengetahuan dan perilaku, termasuk perilaku komunikasi suku bangsa tersebut dengan suku lain.

2. Identifikasi Sosial

(3)

individu cenderung tampil sebagai identitas kelompok. Secara historis, negara-negara tetangga di Asia, terutama Cina, melihat Korea sebagai salah satu negara-negara dari orang-orang ramah di Timur. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa identitas sosial dapat terlihat pada setiap orang dan kelompok dari suatu rumpun suku bangsa karena dalam komunikasi antarbudaya faktor-faktor tersebut sangat diperhatikan.

3. Budaya Material

Yang dimaksudkan dengan budaya material adalah hasil produksi suatu kebudayaan berupa benda yang dapat,ditangkap indera, misalnya makanan pakaian, metode perjalanan, alat-alat teknologi dll. Budaya material tidak hadir dengan sendirinya tetapi dia dibangun berdasarkan nilai tertentu: Kita dapat membedakan antara material yang merefleksikan benda nyata menjadi simbol kebudayaan. Sedangkan sebaliknya Covert ma- terial merupakan nilai-nilai utama kebudayaan yang bersifat abstrak .

Orang Yin Yoront di Australia menjadikan kapak batu sebagai simbol utama suku. Anggota suku itu begitu yakin atas kapak batu yang dapat menjaga tanaman, mengawal rumah dan menjauhkan pemiliknya dari hawa dingin. Pemilik kapak batu dinilai memiliki keberanian, kejantanan, hingga ke pengakuan atas se-orang yang patut dituakan. Kapak sebagai artefak adalah budaya material yang bersifat covert, sedangkan nilai keberanian dan kekuasaan adalah non material (covert). Status kapak batu bagi orang Yir Yoront mirip dengan badik bagi orang Makasar, keris bagi orang Jawa

Efektivitas komunikasi antarbudaya dimulai dari melihat kemudian memahami makna bentuk utama adat istiadat mereka. Manakah ciri kebudayaan utama mereka (covert material)

4. Peran Relasi

Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam peran adalah satus sosial. Apabila status merupakan gambaran tentang kedudukan seorang dalam suatu masyarakat maka peran menunjukkan aspek dinamis dari kedudukan oran itu. Ditilik dari Komunikasi antarbudaya maka setiap orang vang berada pada suatu status diharapkan oleh masyarakatnya menjalankan peran tertentu berdasarkan status yang disandangnya. Berdasarkan pemikiran itu maka setiap kebudayaan selalu mem- punyai norma-norma tertentu yang membenarkan peran se seorang berdasarkan umur, pekerjaan, asas sopan santun, dan gender.

a. Peran Berdasarkan Umur

(4)

kebudayaan membedakan peran-peran berdasarkan usia, ada peran yang wajib atau tabu bagi orang tua, ada peran yang wajib tabu bagi mereka yang berusia muda. Sejak kecil anak-anak dilatih untuk menghormati orang tua, sang adik dilatih menghormati kakak. Akibat dari itu maka di semua peran kehidupan disosialisasikan norma bahwa orang lebih muda menghormati yang lebih tua. Jadi setiap ke- budayaan memanifestasikan perilaku komunikasi yang berbeda-beda.

a. Peran Berdasarkan Pekerjaan/Profesi

Relasi relasi dalam komunikasi budaya juga dilakukan berdasarkan profesi. Dan fungsi yang sering dihubungkan dengan struktur jabatan. Kebudayaan juga telah menetapkan jenis jenis pekerjaan mulai dari sederhana hingga yang paling modem. Di lingkungan pertanian ditemukan peran berdasarkan hubungan pemilik tanah penggarap-petani upahan, di bidang peternakan ada pemilik ternak dan gembala, hubungan antara dokter dengan perawat. Kita mengenal pula hubungan antara sesama profesi dan fungsional yang bersifat horisontal karena sesama profesi, perhatikan hubungan antardokter, antarpengacara, antardosen.

Ada juga hubungan yang vertikal misalnya hubungan atasan dengan bawahan Perhatikan kebiasaan orang-orang Korea, meskipun orang Korea mengakui bahwa berpakaian formal kurang nyaman, namun dia tidak mempunyai pilihan yang lain karena kebudayaan orang Korea mengajarkan bahwa sejak nenek moyang mereka dituntut berpakaian yang baik berdasarkan hubungan kegiatan. Sebagai orang asing, mungkin anda tidak perlu berpakaian sepenuhnya formal, kecuali jika anda pengusaha. Untuk sesama relasi ditunjukkan dengan pegangan tangan yang serentak dan dengan bungkukan sedikit badan dan anggukan ringan. Praktek komunikasi antarbudaya selalu berhubungan dengan struktur pekeriaan yang mengatur hubungan itu secara vertikal maupun horisontal. Dan hubungan itu dilatarbelakangi oleh perbedaan suku bangsa, agama, ras serta golongan dalam masyarakat. Dan ketika anda berada pada posisi-posisi profesi dan fungsi tersebut, maka seluruh masyarakat berharap agar anda memainkan peran sesuai dengan jabatan itu Dokter berperan sebagai dokter sehingga berbeda dengan dukun, dosen harus berperan beda dengan seorang guru dan lain-lain.

b. Peran Berdasarkan Sopan Santun

(5)

Unsur-unsur Kebudayaan jerman mencerminkan hubungan perusahaan Boeing dengan penumpang, dimana perusahaan sangat menghormati para penumpang dan memperlakukan mereka sebagai tamu terhormat. Mereka disapa dengan 'Sie'. Versi bahasa Inggris tidak demikian. Petunjuk 'no smoking' hanya sekedar pengumuman dengan pernyataan 'tidak dibenarkan merokok'. Dalam versi bahasa Indonesia petunjuk tersebut lebih bermakna larangan, instruksi untuk tidak melakukan sesuatu, "Dilarang Merokok Dengan membandingkan ketiga versi di atas, kita dapat berke- simpulan bahwa perusahaan-perusahaan Jerman lebih sopan tingkah laku bahasanya perusahaan-perusahaan p nerbangan Inggris dan Indonesia. dijumpai dalam cara masyarakat bahasa Jawa berkomunikasi membedakan sopan santun bahasa (honoriftcs) sesuai dengan kata ganti orang, sistem sapaan, penggunaan gelar dan sebagainya. Sehingga dalam struktur bahasa Jawa dikenal madyo, kromo, dan kromo inggil

c. Peran Berdasarkan Gender

Dalam hal berkomunikasi pun demikian, ada perbedaan pola pola perilaku, termasuk perilaku komunikasi yang dibeda kan berdasarkan gender. Malah dalam hal berkomunikasi melalui bahasa verbal dikenal sebuah hipotesis (Sachiko lde, et al 1986 dalam Ohoiwutun, 1996) katanya wanita lebih sopan daripada lelaki dalam berbahasa.

Hipotesis ini kemudian dibuktikan bahwa wanita lebih banyak menggunakan ragam bahasa sopan Kata Lakoff, sebagaimana dikutip Ohoiwutun, bahwa ciri-ciri bahasa kaum wanita bersifat intuitif, penuh pertimbangan. Kata bunyi dan tata kalimat pada "bahasa" kaum wanita memberi sumbangan cukup besar dalam membangun gaya berkomuni kasi yang lebih sopan

Bob kutipan di atas memperlihatkan bahwa ada perbedaan perilaku perilaku tertentu yang harus dan tidak harus diberikan kepada wanita. Sebaliknya, ada perilaku tertentu yang hanya khusus untuk pria. Contoh, di Ende anda tidak boleh menyebut semacam "jargon" tertentu terhadap wanita, misalnya kata "ngaro Tucapan ini disebut kalau anda kaget Kata ngero" terlalu kasar untuk wanita namun baik untuk laki-laki. Berbicara dengan suara keras apalagi menatap langsung wajah wanita merupakan sesuatu yang tidak lazim, namun mencium anita Rote dan Sabu di depan umummerupakan sesuatuwang dianjurkan.

5. Kesenian

(6)

waktu ke waktu lain, dari seorang Antropolog dengan lainnya. Jadi tidak ada standar yang baku dan universal Oaylor 1988)

Menurut Taylor, seni dipandang sebagai sebuah proses yang nelatih ketrampilan, aktivitas manusia untuk menyatakan atau unikasikan perasaan atau nilai yang dia miliki. Sambil mengutip Honigmann, kata Taylor, paling tidak ada beberapa kegiatan yang dikategorikan sebagai seni, misalnya folklor (seni burcuri era mengeriterakan dongeng, upacara ritual, seni bur seni rpantun, dan lain-lain), musik, tarian, drama, sen mengecat, permainan 'olahraga menunggan Ris memahat. domba dan ayam, dan lain-lain. Beberapa suk aspek teknologi tergolong pula s misalnya memahat, menganvam, dan mengukir

a. Foklor

Kebudayaan masyarakat Polinesia menggambarkan bahwa mereka masih mempunyai yang mengandung mitos dengan sarat akan muatan filosofis. Mitos-mitos menunjukkan identitas kelompok, mengandung ceritera pada generasi berikut yang membuktikan perilaku budaya yang sangat tinggi. Juga berisi tentang nilai-nilai pendidikan, hiburan untuk dinikmati serta menggalang solidaritas. Ceritera rakyat memberikan inspirasi bagi para pemeluk suatu kebudayaan untuk memiliki perasaan bangga atas suku bangsanya.

b. Seni Musik

Studi studi kebudayaan maupun antarbudaya yang mempelajari musik disebut etnomusikologi. Studi seperti ini ingin membuktikan bahwa musik merupakan media dan pesan budaya bagi anggotanya maupun anggota masyarakat lain. Musik, apakah itu irama musik atau alat musik, dapat menunjuk kan ciri atau identitas sosial suatu etnik/suku bangsa tertentu.

c. Tarian

Selain seni musik maka dalam kesenian ada tarian. Tarian selalu dikaitkan dengan musik. Dengan dalam beragam kebudayaan di dunia musik diolah untuk mengiringi tarian. Tarian dan musik dapat menggambarkan suasana atau konteks kegembiraan dan kesedihan (pesta panen, perkawinan, kematian, dan lain-lain).

d. Drama

Seringkali dalam berbagai kebudayaan (terutama modern), sulit dibedakan antara Drama dan film. Kata Giannetii (987), meskipun drama dan film diakui sebagai seni untuk menyatakan pesan budaya tertentu namun keduanya tidak bisa dibedakan hanya karena drama bersifat tampilan langsung dan film tampil dalam bentuk "rekaman".

(7)

diulang,kembali dalam suatu alur ceritera Orang dapat menikmati drama sebagai sen yang menceriterakan tentang nilai budaya etnik lain Perhatikan drama modern yang ditampilkan media massa (televisi) seperti Tutur Tinular yang berceritera tentang kerajaan, Siti Nurbaya tentang adat kawin paksa di Minang kabau Angin Rumput Sabana tentang kawin lari dipulau Sumba dan lain-lain

e. Seni permainan

Seni permainan dikategorikan sebagai bagian dari seni yang dimiliki oleh setiap masyarakat yang berbudaya, permainan dianggap sebagai wahana untuk melatih sikap sportif , persaingan sehat/ kompetitif.

f. Teknologi Seni

Ada beberapa aspek teknologi kebudayaan yang dapat digolongkan dalam seni yaitu menurut taylor (1977) misalnya teknologi artefak kerajinan tangan, pakaian, ornament dll, dan teknologi makanan misalnya teknik mengumpulkan makanan, berburu dan meramu, menangkap ikan dll.

6. Bahasa dan Interaksi a. Hakikat Bahasa

Definisi pertama Bahasa berasal dari rumpun maupun berasal dari satu nenek moyang bahasa yang sama. Dalam mempelajari Bahasa, pragmatis dapat diartikan juga sebagai cabang semiotika (ilmu tentang tanda) tentang asal-usul, pemakaian, dan akibat lambang dan tanda, ilmu tentang penuturan, konteks dan maknanya. Dalam kaitannya dengan bahasa maka pragma berhubungan dengan penggunaan bahasa yang bersifat praktis dan berguna bagi umum. Pragmatisme kepercayaan bahwa kebenaran atau nilai suatu ajaran (paham, doktrin, gagasan, pernyataan ucapan termasuk bahasa bergantung pada penerapannya bagi kepentingan manusia.

Jadi penggunaan bahasa dapat dipandang memberikan penjelasan yang bermanfaat tentang suatu permasalahan dengan melihat sebab akibat berdasarkan kenyataan untuk tujuan praktis. Kebanyakan studi tentang bahasa dari segi pragmatis berkaitan erat dengan masalah penggunaan bahasa dari sekelompok orang, suatu komunitas atau masyarakat (segmen tertentu) yang meng- unakan bahasa tertentu. Perhatikan istilah-istilah atau konsep maupun jargon' yang beredar di kalangan kedokteran, kewartawanan, pengacara, dosen, jaksa dan lain-lain

b. Bahasa dan Kebudayaan

(8)

pencaharian, adat istiadat, kesenian, sistem peralatan hidup dan lain-lain. Bahkan bahasa dapat dikategorika sebagai unsur kebudayaan yang berbentuk non material selain nilai, norma, dan kepercayaan.

c. Bahasa dan Cara Berpikir

Semua manusia berpikir. Setelah berpikir dia ingin menyatakan pikirannya dalam bentuk kata-kata. Lalu manusia mengikuti aturan pembentukan suatu kode verbal yang merupa- kan suatu rangkaian aturan tentang bagaimana kita menggunakan kata-kata dalam penciptaan pesan untuk percakapan secara lisan atau tulisan.Sejak itulah manusia menyatakan kebutuhannya bagi sesama. Mengapa kita butuh sesama? Dalam prinsip berbahasa, kebahagiaan dapat dicapai setelah itu, karena ini masalah motivasi kepuasan berbahasa,jadi bagaimana lingkaran kesadaran itu dimulai. Berbahasa adalah pernyataan kepuasan. Bahasa dipelajari secara tidak disadari dan dia acapkali secara kebetulan.

Karena itu benar jika bahasa berkaitan dengan sistem kepercayaan. Sedangkan sebuah kebudayaan sebagai bagian dasar atau komponen pola budaya yang penting adalah: kepercayaan. Sebuah kepercayaan atau keyakinan, meliputi apa yang oleh budaya ditetapkan sebagai baik atau buruk, benar atau salah, adil atau tidak adil, cukup atau tidak cukup, indah atau jelek bersih atau kotor, bernilai atau tak berharga, tepat atau tidak tepat jenis atau campuran, nilai itu acapkali menjelaskan cara-cara kita berkomunikasi dengan orang lain.

d. Pengaruh sikap Budaya Terhadap Pesan Verbal

Perbedaan sikap kebudayaan terhadap pesan verbal ditentu- kan oleh tempat di mana kata-kata itu diucapkan. Ada baiknya kita belajar dari pepatah Cina tentang sikap terhadap pentingnya sebuah percakapan Lao Tsu mengatakan Barang siapa yang tahu, dia jangan bicara. Barang siapa yang bicara artinya dia tidak tahu'. Dalam budaya HCC (High Context Culture), studi tentang Speech tidak sepenuhnya dikembangkan ke dalam disiplin akademik.

Contoh sikap orang Asia terhadap Speechdan retorika cenderung holistik, karena kata-kata hanya merupakan sebagian kecil, dan merupakan inspirasi dari seluruh konteks komunikasi yang ditentukan oleh relasi antarpribadi atau antar peserta komunikasi Penggunaan "kata" dipertimbangkan sebagai alat untuk meng-ekspresikan manusia, kata sekedar menunjukkan bahwa pengguna nya mengakui keterbatasan dan bias yang mereka miliki.

(9)

Dalam berkomunikasi antarbudaya kita mengenal beberapa variasi berbahasa yang bersumber pada

1. Dialek, yakni variasi bahasa di suatu daerah, dengan kosa kata yang khas, seperti coke, soda, pop, cola dan lain-lain.

2. Aksen, yang menunjukkan pemilikan pronounciation, tekanan dalam pengucapan yang kita bisa bedakan atas, Car, New Orleans dan lain-lain. 3. Jargon, adalah sebuah unit kata-kata atau istilah yang di- bagikan atau

dipertukarkan oleh mereka yang sama profesi- nya atau pengalamannya. 4. Argot bahasa-bahasa khusus yang digunakan oleh suatu kelompok yang

luas dalam sebuah kebudayaan untuk mendefinisikan batas-batas kelompok mereka dengan orang lain yang, dan juga untuk menunjukkan posisi mereka yang kuat dalam suatu masyarakat.

7. Stabilitas Kebudayaan

Pembicaraan tentang stabilitas kebudayaan berkaitan erat dengan dinamika kebudayaan, yakni studi yang mempelajari proses dan kondisi yang berkaitan dengan stabilitas kebudayaan dan perubahan kebudayaan. Para antropolog mengemukakan emua kebudayaan selalu mengalami perubahan, juga mem punyai kemampuan untuk mempertahankan diri dari ancaman perubahan baik dari dalam maupun dari luar. (Taylor, 1988).

Dalam kaitannya dengan komunikasi antarbudaya maka perubahan-perubahan yang datang dari dalam maupun dari luar sangat berpengaruh terhadap perubahan relasi antar budaya.

8. Kepercayaan atas Kebudayaan dan Nilai Nilai

Komunikasi sangat tergantung dari eksistensi daripada persepsi. Persepsi yang kita miliki dapat dikatakan merupakan frame of reference, dia ibarat layar tempat di mana informasi lewat Sejak kerangka pandangan itu menjadi saringan untuk menyaring pesan yang dikirim dan disandi balik maka kita dapat meng hitung seberapa banyak perbedaan antara kenyataan dengan apa yang diucapkan. Persepsi itu ibarat jendela ke arah mana akan anda akan melihat sesuatu

Namun yang patut diperhatikan adalah bahwa setiap kebudayaan harus memiliki nilai-nilai dasar yang merupakan pandangan hidup dan sistem kepercayaan di mana semua peng ikutnya berkiblat. Nilai dasar itu membuat para pengikutnya melihat diri mereka ke dalam, dan mengatur bagaimana caranya mereka melihat keluar. Nilai dasar itu merupakan filosofi hidup yang mengantar anggotanya ke mana dia harus pergi.

(10)

Thomas Sowell, mengemukakan bahwa kelompok agama, asal bangsa, kelompok ras, semua berada di bawah bendera yang namanya kelompok etrik Glazzer mengemukakan kelompok etnik adalah suatu keluarga atau identitas keluarga yang meliputi agama (Belanda), bahasa (Belgia), dan semuanya yang berkaitan dengan pengertian tersebut, pengalaman sejarah dll (Feagin and Feagin, 1993)

Yang dimaksud dengan etnosentrisme merupakan "paham di mana para pen suatu kebudayaan atau suatu kelompok suku bangsa selalu merasa lebih superior daripada kelompok lain diluar mereka. Etrosentrisme dapat membangkitkan sikap "kami" dan "mereka lebih khusus lagi dapat membentuk sub- kultur subkultur yang bersumber dari suatu kebudayaan yang besar Sikap nasionalisme merupakan salah satu bentuk etnosentrisme, misalnya Irak merasa di atas Iran, India merasa lebih tinggi dari Pakistan, orang Thai merasa lebih superior daripada Malaysia E sangat berpengaruh dalam komunikasi- irl uday misalnya meningkatkan kecenderungan untuk memilih dengan siapa anda berkomunikasi. 10. Perilaku Non Verbal

a. Pengertian Pesan Non Verbal

Apa yang dimaksudkan dengan komunikasi non verbal itu?

1. Komunikasi non verbal merupakan tindakan dan atribusi (lebih dari penggunaan kata-kata) yang dilakukan seorang kepada orang lain bagi pertukaran makna, yang selalu di- kirimkan dan diterima secara sadar oleh dan untuk mencapai umpan balik atau tujuan tertentu. (Burgoon and Saine 1978).

2. Komunikasi ekspresi wajah, nada suara gerakan anggota tubuh, kontakmat rancangan ruang, pola erbedaan budaya dan pola per abaan tindak non-verb yang tak menggunakan kata-kata. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa komunikasi non verbal itu sangat penting untuk memahami perilaku antar manusia daripada memahami kata-kata verbal.

3. Studi tersendiri untuk menggambarkan bagaimana orang berkomunikasi melalui per sik, tanda-ta wokat dan relasi ang atau jarak.

4. Komunikasi non verbal merujuk pada variasi bentuk-bentuk komunikasi yang meliputi bahasa. Bagaimana seorang itu berpakaian, bagaimana seseorang melindungi dirinya, menampilkan ekspresi wajah, gerakan tubuh, suara, nada dan kontak mata dll. (Eugene Matusov Email: mamonaco @cats ucsc edu, University of California at Santa Cruz-1996).

5. Komunikasi non verbal meliputi semua stimuli non verbal yang dalam setting komunikatif digeneralisasikan oleh individu dan lingkungan yang memakainya.

(11)

Kita dapat menarik kesimpulan bahwa komunikasi non verbal adalah cara berkomunikasi melalui pernyataan wajah, nada suara, syarat-syarat, kontak mata dll.

b. Fungsi fungsi Pesan Non verbal

Menurut Simon Capper (Suzugamine Women's College Hiroshima, 1997), setidaknya ada lima kategori fungsi komunikasi non verbal:

1. Fungsi Regulasi

Fungsi regulasi menjelaskan bahwa imbolnon verbal yang digunakan mengisyaratkan bahwa proses komunikasi verbal sudah berakhir. Dalam percakapan dengan anda akan mengalami kesulitan menyatakan diri, atau memberikan reaksi balik redback). Jadi fungsi regulasi bermanfaat untuk mengatur pesan non verbal secara seksama untuk me yakinkan orang la menginterpretasi makna yang disampaikan ecara verbal.

2. Fungsi Interpersonal

Fungsi ini membantu kita untuk menyatakan sikap dan emosi alarm relasi anta ribadi (bisa disebut pula dengan efect displays). Dalam beberapa penelitian yang berkaitan dengan pertukaran non verbal ditunjukkan bahwa ada sinkronisasi, kongruens dan konvergensi yang dapat di- tunjukkan oleh pesan non verbal (Wallbott, 1995)

3. Fungsi Emblematis

Emblematic function menerangkan bahwa esan non verbal rat gerakan anggota dapat disampaikan melalui isyara ini adalah ketika tubuti erutama tangan Contoh yang baik untuk anda menyatakan kemenangan dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati anda menyatakan kemenangan itu dengan membuat huruf v dengan jari telunjuk dan jari tengah.

4. Fungsi Ilustrasi Illustrative function.

Fungsi ilustrasi menerangkan bahwa pesan non verbal digunakan untuk mengindikasikan ukuran bentuk, jarak, dll. Contoh, ketika anda memberikan pengarahan kepada seseorang maka anda akan menunjukkan jarak suatu obyek, apakah dekat-jauh, besar-kecil, tinggi rendah. (Simon Capper 1997)

5. Fungsi Adaptasi Adaptive function.

(12)

Selain lima fungsi di atas, komunikasi non verbal juga memiliki beberapa fungsi lagi:

a. Fungsi Mengulang

Pesan-pesan non verbal digunakan untuk mengulangi apa yang sudah anda katakan atau apa yang orang lain katakan secara verbal, bahkan mengulangi ungkapan pesan cara non verbal. Waktu anda mengingat ingat kembali kata-kata yang baru saja diucapkan maka anda memegang kepala, lalu anda mulai ingat, kemudian anda mengatakan sesuatu, inilah fungsi non verbal bagi anda untuk mengulangi pesan tertentu.

b. Fungsi Menyisip/Menyela

Fungsi menyisip atau menyela dilakukan tatkala anda menampilkan simbol no verbal untuk mengganti simbo verbal Waktu anda bicara dengan orang lain maka kadang- kadang anda menyela (interupsi pembicaraan) Anda mengacungkan telapak tangan dan melambai tanda tak setuju, lalu anda katakan: "bukan buku itu yang saya maksudkan, tetapi buku ini mbil menggunakan jari telunjuk yang diarahkan ke laci meja”.

c. Fungsi Melengkapi

Pesan-pesan non verbal juga berfungsi untuk melengkapi makna yang sudah dinyatakan secara verbal. Anda dapat me- lengkapi percakapan dengan memasukkan pesan non verbal. Waktu anda ingin mengatakan: "Maksud saya adalah besarnya bungkusan narkoba vang dibawa polisi dari Bandara El Tari itu sebesar bungkusan aqua tuk mengatakan ini anda mem berikan ilustrasi.

d. Fungsi Menekankan

Pesan-pesan non verbal berfungsi memberikan tekanan kepada kata yang sudah anda katakana atau yang dikatakan orang lain.

e. Fungsi Mempertentangkan

Pesan non verbal berfungsi mempertentangkan pesan yang telah disampaikan secara verbal maupun non verbal. Umumnya eorang menganggap menganggukkan kepala berarti setuju, dan menggelengkan kepala berarti tidak setuju.

11. HuBungan Antarruang

(13)

akan mengapa orang Cina enggan mengundang tamunya makan di rumahnya karena terbatasnya ruangan.

Korea sangat tegas dalam membuat garis pemisah antara tempat kerja dengan rumah mereka. Umumnya orang Korea tidak membawa keluarganya ke tempat kerja atau mendiskusikan urusan bisnis dengan sang isteri. Mereka juga membiarkan pintu WC tetap tertutup, apakah dipakai atau tidak. Hal ini tentu membingungkan bagi pengunjung barat. Jika ini anda hadapi maka anda harus mengetuk pintu perlahan-lahan dan menunggu ketukan balasan dalam rangka memastikan apakah sedang dipakai atau tidak. Kadang-kadang orang Korea akan memberi tahu anda dengan batuk kecil atau berdehem bahwa dia ada di dalam WC itu.

12. Konsep tentang waktu

Salah satu unsur dari kebudayaan d masyarakat kita adalah konsep waktu yang disebut kronemik) Orang Ibrani (yunani) mempunyai konsep tentang "bulan misalnya dalam penanggalan Ibrani kuno mulai dihitung dari musim gugur. Ada empat nama bulan yang disebut dalam kitab Peranjian Lama, bulan pertama disebut Etanim, bulan keempat disebut Bul, bulan ketujuh disebut Abib dan bulan kedelapan disebut dengan Ziw Sesudah pembuangan maka penanggalan bibel diambil alih dan dihitung mulai dari bulan Maret, misalnya disebut mulai dari Nisan, lyar, Siwan, Tamus, Ab, Elul, Tisyri, Markhesy wan, Kisiwe, Tebet, Syebat, Adar.

Jadi pandangan kita tentang waktu selalu mengakar pada suatu kebudayaan, namun bagaimana kita menggunakan waktu maka hal itu berkaitan dengan persepsi tentang waktu. Kalau anda kebetulan sedang berada di Jepang dan diundang untuk mengikuti suatu rapat maka anda harus ingat bahwa mereka selalu datang mengikuti rapat dan selesai tepat pada waktunya apalagi rapat itu merupakan rapat pertama, namun orang Arab lebih mengutamakan konteks historis dengan banyak ceritera dan basa-basi emosional, sedangkan orang Amerika selalu tepat waktu sama dengan Jepang tambahan lagi si Amerika selalu berorientasi ke depan.

(14)

13. Pengakuan dan Ganjaran

Setiap kebudayaan memiliki nilai untuk memahami perihal sukses dan kegagalan Dalam hal sistem sosial setiap hubungan selalu menggambarkan pengakuan dan ganjaran kepada setiap budaya) terima kasih. Kebudayaan memberikan ganjaran dan ucapan bahaya kepada mereka yang atas maut, lulus ujian dll.

Demikian juga memberikan hukuman bagi mereka yan telah melanggar norma budaya. Hal memberikan hukuman dan ganjaran tentu berbeda dari satu kebudayaan kepada kebudayaan lain. Uang mungkin diperlukan oleh semua suku, namun cara memberi tip dan cara menyuap ten berbeda, ada yang terang-terangan, ada yang memakai cek,ada yang lewat anak, ada yang melalui nomor rekening, resepsionis dan lain-lain.

Ada konsensus umum di antara para turis asing belakangan ini bahwa kota Soul adalah salah satu tempat terbaik di dunia untuk belanja. Apakah itu barang-barang produksi Korea yang khas seperti keramik, ginseng atau sutera atau barang-barang lain. Anda bisa berbelanja di daerah InsaDong yang terkenal dengan pusat belanja keramik atau di Itaewon untuk mencari semua jenis barang yang anda inginkan. Uniknya barang 1 tidak diberi label harga sehingga harus anda tawar sendiri dan sebaiknya tawaran anda jangan terlalu tinggi. Sedangkan kalau anda memberikan tip hal itu tidak umum dilakukan di restoran atau rumah-rumah, di bar atau taksi. Tip dibenarkan kepada petugas portir di lapangan terbang atau kepada hostes kelas eksekutif di yojong atau salang ruangan.

BAB 11.2

SISTEM BUDAYA 1. Sistem Budaya

Sistem budaya merupakan wujud yang abstrak dari kebudayaan. Sistem budaya atau cultural system merupakan ide-ide dan gagasan manusia yang hidup bersama dalam suatu masyarakat. Gagasan tersebut tidak dalam keadaan lepas satu dari yang lainnya, tetapi selalu berkaitan dan menjadi suatu sistem. Dengan demikian sistem budaya adalah bagian dari kebudayaan, yang diartikan pula adat-istiadat. Adatistiadat mencakup sistem nilai budaya, sistem norma, norma-norma menurut pranata-pranata yang ada di dalam masyarakat yang bersangkutan, termasuk norma agama.

(15)

kemudian dengan lingkungan di luar rumah, mula-mula dengan meniru berbagai macam tindakan. Setelah perasaan dan nilai budaya yang memberikan motivasi akan tindakan meniru itu diinternalisasi dalam kepribadiannya, maka tindakannya itu menjadi suatu pola yang mantap, dan norma yang mengatur tindakannya dibudayakan. Tetapi ada juga individu yang dalam proses pembudayaan tersebut yang mengalami deviants, artinya individu yang tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan sistem budaya di lingkungan sosial sekitarnya.

Menurut Bakker (1984 : 37) kebudayaan sebagai penciptaan dan perkembangan nilai meliputi segala apa yang ada dalam alam fisik, personal dan sosial, yang disempurnakan untuk realisasi tenaga manusia dan masyarakat. Jelaslah bahwa usaha membudaya selalu dapat dilanjutkan lebih sempurna lagi dan tak akan terbentur pada suatu batas terakhir. Tetapi jelas pula bahwa bukan jumlah kuantitatif atau mutu kuantitatif nilai-nilai tersendiri mengandung kemajuan kebudayaan. Yang menentukan adalah kesatuan, sintesis atau konfigurasi nilai-nilai yang wajar. Untuk kebudayaan hasil penciptaan dan perkembangan nilai tersebut meliputi kebudayaan subjektif dan kebudayaan objektif.

a. Kebudayaan Subjektif

Dipandang dari aspirasi fundamental yang ada pada manusia, nilai-nilai batin dalam kebudayaan subjektif terdapat dalam perkembangan kebenaran, kebajikan dan keindahan. Dalam hierarki nilai perwujudannya tampak dalam kesehatan badan, penghalusan perasaan, kecerdasan budi, bersama-sama dengan kecakapan untuk mengkomunikasikan hasil pemakaian budi kepada lain-lain, serta kerohanian.

Kesehatan, gaya indah, kebajikan dari kebijaksanaan merupakan puncak-puncak bakat (ultimatum potetiae) dari badan, rasa, kemauan dan akal. Itulah dikonkretisasikan lebih lagi dalam keterampilan, kecekatan, keadilan, kedermawanan, elokuensi dan fungsi-fungsi lain yang diperkembangkan dalam tabiat manusia oleh pengalaman dan pendidikan. Lewat fungsi-fungsi itu manusia menyempurnakan kosmos dan menghumanisasikan dirinya. Keselarasan nilai-nilai subjektif diutamakan oleh humanisme klasik.

b. Kebudayaan Objektif

(16)

yang semakin kompleks. Nilai-nilai objektif itu, yang juga disebut hasil unsur-unsur kebudayaan itu dapat disistematisasikan menurut beberapa prinsip pembagian, antara lain : ilmu pengetahuan, teknologi, kesosialan, ekonomi, kesenian dan agama.

2. Identitas Budaya

Identitas adalah jati diri yang dimiliki seseorang yang ia peroleh sejak lahir hingga melalui proses interaksi yang dilakukannya setiap hari dalam kehidupannya dan kemudian membentuk suatu pola khusus yang mendefinisikan tentang orang tersebut. Sedangkan Budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Sehingga Identitas Budaya memiliki pengertian suatu karakter khusus yang melekat dalam suatu kebudayaan sehingga bisa dibedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.Dalam Lintas Budaya, setiap orang seharusnya memahami masing-masing budaya yang ada di sekitarnya sehingga dapat beradaptasi ketika berada di kebudayaan yang berbeda. Identitas budaya memiliki beberapa pendekatan dalam pengertiannya yaitu adalah :

1) Kesempurnaan rasa dalam seni dan kemanusiaan.

2) Pola yang terintegrasi dari pengetahuan manusia, keyakinan, dan perilaku, yang bergantung pada kemampuan atau kapasitasnya dalam pemikiran secara simbolik dan pembelajaran secara sosial.

3) Seperangkat sikap, nilai – nilai, sasaran dan tindakan yang diyakini bersama, yang kemudian menjadi ciri, sifat atau karakter dari sebuah organisasi atau kelompok.

Adapun faktor-faktor pembentuk Identitas budaya sebagai berikut : 1) Kepercayaan.

Kepercayaan menjadi faktor utama dalam identitas budaya, tanpa adanya kepercayaan yang di anut maka tidak akan terbentuk suatu identitas budaya yang melekat pada suatu kebudayaan. Biasanya kepercayaan ini muncul dari amanah para leluhur terdahulu yang menyakini tentang suatu kegiatan yang biasa dilakukan oleh suatu budaya yang tentunya berbeda antara budaya satu dengan budaya lainnya. Contohnya mempercayai tradisi pecah telur pada saat resepsi pernikahan yang dipercaya sebagai salah satu tradisi penting masyarakat Jawa dalam resepsi pernikahan.

2) Rasa aman

(17)

kegiatan budaya maka tidak akan dilakukan secara terus menerus sesuatu yang dianggapnya negatif dan tidak aman. Contohnya tidak ada kebiasaan menyakiti sesama karena dianggap saling menyakiti adalah tidak memberikan rasa aman bagi siapapun.

3) Pola perilaku.

Pola perilaku juga menjadi faktor pembentuk identitas budaya, bagaimana pola perilaku kita dimasyarakat mencerminkan identitas budaya yang kita anut. Dalam hal ini biasa terjadinya diskriminasi terhadap orang-orang tertentu yang berprilaku kurang baik menurut orang sekitarnya yang pada umumnya didalam budaya orang tersebut adalah sesuatu yang wajar dilakukan.

Dari penjabaran pengertian di atas kemudian berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi identitas budaya maupun yang berkaitan erat dengan identitas budaya yaitu :

a. Asimilasi budaya

Pengertian asimilasi budaya adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.

Golongan yang biasanya mengalami proses asimilasi adalah golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal ini, kebudayaan minoritaslah yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaannya, dengan tujuan menyesuaikan diri dengan kebudayaan mayoritas; sehingga lambat laun kebudayaan minoritas tersebut kehilangan kepribadian kebudayaannya dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas.

Contoh dari asimilasi budaya adalah : Salah satu contoh proses asimilasi adalah program transmigrasi yang dilaksanakan di Riau pada masa pemerintahan Orde Baru. Program transmigrasi ini tidak hanya berhasil meratakan jumlah penduduk di berbagai pulau di Indonesia, tetapi program transmigrasi ini juga mengakibatkan terjadinya asimilasi, terutama diwilayah Riau. Hal ini terlihat dari banyaknya transmigran yang menghasilkan budaya baru, misalnya Jawa-Melayu, Mandailing-Melayu, dan lain sebagainya.

b. Akulturasi budaya

(18)

dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

3. Proses terbentuknya identitas budaya:

1. Identitas budaya yang tidak disengaja (ikut-ikutan terhadap budaya yang lebih dominan)

2. Pencarian identitas budaya. (melalui proses penjajakan, bertanya dan uji coba) Contoh: biarawan/wati

3. Identitas budaya yang diperoleh. (contoh: internalisasi peran sebagai dosen, anggota TNI)

4. Resistensis dan separatisme: Penolakan terhadap (norma-norma) budaya dominan. (aliran agama)

Referensi

Dokumen terkait

“ Acara Grebeg Sudiro ini penting, karena dapat merekatkan antara kebudayaan Jawa dan budaya Tionghoa, merupakan sebuah jembatan emas dengan memecah kebisuan yang ada

Dalam pengembangannya aplikasi animasi interaktif pada pengenalan warna, angka, huruf dan bentuk ini terdapat spesifikasi software dimana user memiliki kebutuhan

Dalam Pasal 30 ayat (2) dan ayat (4) Perubahan Kedua UUD 1945 telah dengan jelas dan tegas menyatakan bahwa yang memiliki kewenangan dan yang berperan sebagai kekuatan utama serta

Hasil akhir yang diharapkan dari analisis faktor internal dan eksternal adalah menggunakan hasil analisis tersebut terhadap kekuatan dan kelemahan perusahaan dengan cara-cara

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 37 MENYUSUI DENGAN PELAKSANAAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA TARAI BANGUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBANG

Pada penelitian ini varietas kedelai yang memberikan hasil paling tinggi seperti Grobogan dan Burangrang ternyata mempunyai jumlah polong lebih banyak, ukuran biji besar, dan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja

a) Daftar pengiriman barang yang dijual dan catatan pengiriman ke departemen pengiriman barang sebagai bagian yang berwenang untuk mengirimkan barang, satu rangkap catatan