• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada Pengelolaan Dana Desa: Studi Kasus pada Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS AKHIR - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada Pengelolaan Dana Desa: Studi Kasus pada Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung Tahun 2016"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

i

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PADA

PENGELOLAAN DANA DESA

(Studi Kasus pada Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten

Temanggung Tahun 2016)

Oleh:

ELLYAS EDY HARYONO

NIM : 232013228

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-Persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS

: EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI

: AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

HALAMAN MOTTO

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi

nyatakanlah dalam segala keinginanmu kepada Allah dalam doa dan

permohonan dengan ucapan syukur.”

(Filipi 4:6)

“Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada

-Nya, dan Ia

akan bertindak”

(Mazmur 37:5)

“Sebab Aku ini mengetahui rancangan

-rancangan apa yang ada pada-Ku

mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai

sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu

hari depan yang penuh harap

an.”

(Yeremia 29:11)

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan

kepadaku.”

(Filipi 4:13)

“Orang yang terkuat bukan mereka yang selalu menang, melainkan mereka

yang tetap tegar dan bangkit ketika mereka jatuh.”

(7)

vii ABSTRACT

The government's commitment in realizing a clean and corruption-free

administration state by establishing a Government Internal Control System as well as to

achieve effective, efficient, transparent and accountable state finance management, must

exercise control over the administration of government activities. The implementation of

accountability principles in reporting Village Fund and its transparency is expected to be

compliance by the village government in managing the Village Fund starting from the

stage of planning to its budgeting. This is because up to now the management of the

Village Fund is not in accordance with the provisions set by the government. The purpose

of this study is to analyze the internal control of village government in the use of the

Village Funds in the year 2016. The object of this research is the Government which is

located in Ngipik Village, Pringsurat Subdistrict, Temanggung District, Central Java.

This study used primary data obtained directly from the source by means of observation

and structured interviews of Ngipik Village Government Officials (Village Chief, Head of

General Financial Affairs, Head of General Development Affairs, and the Village

Representative Agency). The Secondary data are obtained from other third parties or

literature, documentation, reference books, Laws, and electronic media. Data analysis

method in this research was descriptive with qualitative approach. The results show that the Government Internal Control System’s implementation in the management of Village Funds and the practice of village development are implemented in accordance with the

applicable regulations, carried out with openness and accountability, and invites local

villagers to participate in the village development using the 2016 village funds.

(8)

viii SARIPATI

Komitmen pemerintah dalam mewujudkan penyelenggaran negara yang bersih dan bebas dari korupsi dengan membangun Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan (SPIP) sebagaimana untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntable wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Penerapan prinsip akuntabilitas pelaporan dana desa dan transparansi diharapkan akan terjadi kepatuhan di pemerintah desa dalam mengelola dana desa mulai dari tahap perencanaan dan penganggaran. Sebab selama ini pengelolaan dana desa tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengendalian internal pemerintah desa dalam penggunaan Dana Desa tahun 2016. Objek dalam penelitian ini adalah Pemerintah yang berkedudukan di Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari sumbernya dengan cara observasi dan wawancara terstruktur kepada Aparat Pemerintah Desa Ngipik (Kepala Desa, Kaur Keuangan, Kaur Pembangunan, dan BPD. Data sekunder yang diperoleh dari pihak ketiga atau literature, dokumentasi, buku-buku referensi, Undang-Undang, dan media elektronik. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dalam pengelolaan Dana Desa dan pelaksanaan pembangunan desa telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, melaksanakan dengan keterbukaan dan akuntanbel, serta mengajak masyarakat desa setempat untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa menggunakan dana desa tahun 2016.

(9)

ix KATA PENGANTAR

Penelitian yang berjudul “Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada

Pengelolaan Dana Desa” ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan yang mungkin akan ditemukan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segenap kritikan, masukan, saran, dan koreksi yang membangun dari pembaca.

Semoga hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pihak-pihak yang berkepentingan serta dapat memberikan dorongan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan pengembangan penelitian serupa di kemudian hari.

Salatiga, 30 Januari 2018

(10)

x

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur atas berkat Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat kepada penulis, sehingga akhirnya kertas kerja atau tugas akhir ini dapat selesai dengan baik. Penulis sadar akan keterbatasan yang dimiliki dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga tanpa campur tangan Tuhan Yesus Kristus dan peran berbagai pihak semua ini tidak akan terjadi. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang selama ini turut serta memberikan bantuan, motivasi, dan dukungan hingga selesainya Tugas Akhir ini :

1. Keluarga terkasih Ibu Yohana Edy Sri Yuwati, S.Th, Bapak Budiyono, S.Pd, kakak kandung dan saudara yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis hingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Dosen wali studi sekaligus pembimbing Bapak Paskah Ika Nugroho, SE. M.Si. CPSAK, CMA, QIA. Terima kasih atas segala bimbingan, dukungan, saran, kesabaran dan waktu yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah memberikan pelayanan yang baik selama penulis berkuliah.

4. Sahabat selama kuliah Rafli, Christina, Atika, Rosa, Jein, Tyar, Wening, Adit, Gamal, Panji, Thoif yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam aktifitas kuliah selama di UKSW.

5. Team Ekonomi Basketball Club (EBC) dan rekan-rekan yang tergabung baik pelatih, pemain dan pengurus yang banyak memberikan pengalaman dalam pengembangan diri penulis selama kuliah.

6. Teman-teman Gereja Isa Almasih Magelang yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

7. Kepada seluruh Aparatur Pemerintah Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung yang telah bersedia menjadi objek penelitian penulis dengan wawancara secara langsung sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan baik.

Dan untuk seluruh pihak yang telah membantu hingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Semoga Tuhan Yesus Kristus senantiasa memberkati dan melimpahkan kemurahan-Nya.

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Pernyataan Tidak Plagiat ………. ii

Pernyataan Persetujuan Akses………. iii

Lembar Pengesahan ………. iv

Pernyataan Keaslian Karya Tulis ………. v

Motto ……… vi

Abstrac ………. vii

Saripati ………. viii

Kata Pengantar ………. ix

Ucapan Terimakasih ………. x

Daftar Isi ……….. xi

Daftar Tabel ………. xiii

Daftar Lampiran ………... xiv

Daftar Gambar ………... xv

Pendahuluan ………. 1

Telaah Literatur ……… 5

Dana Desa ……… 5

Pengelolaan Dana Desa ………... 7

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah ……….. 9

Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah ………... 11

Metodologi Penelitian ………. . 15

(12)

xii

Objek Penelitian ……….. 15

Sumber Data ……… 16

Teknik Analisis ……… 16

Hasil Dan Pembahasan ……… 17

Gambaran Umum Desa Ngipik ………... 17

Pengalokasian Dana Desa di Desa Ngipik ………. 19

Analisis Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Dana Desa…… 21

Lingkungan Pengendalian ……….. 21

Penilaian Risiko ……….. 28

Kegiatan Pengendalian ……… 30

Informasi Dan Komunikasi ……….. 38

Pemantauan ……….. 39

Penutup ………... 47

Kesimpulan ………. 47

Implikasi ………. 48

Keterbatasan Penelitian……….... 48

Saran ……… 49

(13)

xiii Daftar Tabel

Tabel 1. Roadmap pengalokasian Dana Desa

Tahun Anggaran 2015-2019 ………... 2

Tabel 2. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja

Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat ……… 19

Tabel 3. Rangkuman Analisis Sistem Pengendalian

(14)

xiv Daftar Lampiran

Lampiran 1. Laporan Realiasasi Anggaran Pendapatan

dan Belanja Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat Tahun 2016…… 51

Lampiran 2. Laporan Biaya Pembangunan Desa Tahun 2016 ... 52

Lampiran 3. Pedoman Pengelolaan Dana Transfer

Kabupaten Temanggung ………. 52

Lampiran 4. Monografi Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat …… 53

Lampiran 5. Bukti Fisik Pelaksanaan Pembangunan Dana Desa ... 53

Lampiran 6. Papan Informasi dan Transparansi

(15)

xv Daftar Gambar

Gambar 1. Bagan Susunan Organisasi Pemerintahan

Desa Ngipik ……… 18

Gambar 2. Kantor Pemerintah Desa Ngipik,

Kecamatan Pringsurat ………. 55

Gambar 3. Tempat Penyimpanan Dokumen Desa Ngipik,

Kecamatan Pringsurat ………. 56

Gambar 4. Kegiatan Musyawarah Rencana Pembangunan

(16)

1 PENDAHULUAN

Desa secara formal diakui didalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Desa diberi pengertian sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah mengakui adanya otonomi yang dimiliki oleh desa dan kepada desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu. Otonomi diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah untuk digunakan secara luas, nyata dan bertanggung jawab berdasarkan prinsip transparansi (keterbukaan) dan akuntabilitas (bertanggung jawab). Pemerintah daerah tidak akan kuat dan otonomi tidak akan bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat lokal jika tidak ditopang dengan transparansi, akuntabilitas, partisipasi dan responsivitas (Subroto, 2009).

Undang-Undang yang baru saja dikeluarkan tentang Desa pada tahun 2014 yaitu, Undang-Undang No.6 Tahun 2014 disahkan oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memiliki keistimewaan, yaitu desa akan mendapatkan dana milyaran rupiah secara langsung berdasarkan Undang-Undang Desa No.6 Tahun 2014 Pasal 72 Ayat 3 menyebutkan Alokasi Dana Desa minimal akan digelontorkan secara langsung kepada desa sebanyak 10% dari dana perimbangan yang akan diterima oleh Kabupaten/Kota. Jadi setiap tahun desa akan menerima dana milyaran rupiah untuk kemajuan desa.

Wakil Ketua Pansus RUU Desa, Budiman Sudjatmiko, menyatakan jumlah 10% dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. “Sepuluh persen bukan diambil

(17)

2 Tabel 1

Roadmap Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2015-2019

Uraian 2015 2016 2017 2018 2019

Dana Desa (miliyar) 32.666,4 36.372,9 42.285,9 55.939,8 60.278,0

Dana Desa Ditambah dana Lain (miliyar)

55.524,6 86.354,4 126.204,2 162.786,3 175.494,9

Jatah per Desa (juta) 749,4 1.115,2 1.703,3 2.197,1 2.368,6

Sumber : kementrian keuangan,metrotvnews.com,2016

Dari Roadmap alokasi dana desa sendiri tahun anggaran 2015-2019, dana desa tahun 2015-2016 meningkat sebesar 6,5% tahun 2016-2017 meningkat sebesar 4,7% tahun 2017-2018 meningkat sebesar 1,7% dan tahun 2018-2019 meningkat sebesar 3,5%. Dari tabel diatas menurut informasi dari Kementrian Keuangan menunjukkan jumlah alokasi dana desa terus meningkat dari tahun-ketahun. Tahun 2016, menurut informasi dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dana desa dialokasikan sebesar 46,9 triliun (Kompas, 28 April 2016). Namun, salah satu isu yang menjadi perhatian adalah banyaknya kejadian yang terkait dengan kegagalan sistem pengendalian intern dalam pengelolaan bisnis pemerintah, seperti terjadinya korupsi, penggelapan, dan penyalahgunaan pajak (Rizal, 2013).

Komitmen pemerintah dalam mewujudkan penyelenggaran negara yang bersih dan bebas dari korupsi dengan membangun Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan (SPIP) sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 Pasal 2 ayat 1 dijelaskan bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Adanya pengendalian intern dapat menjadi dasar kebijakan dan prosedur untuk meminimalkan risiko, serta alat untuk antisipasi terhadap ketidaksesuaian atau celah pelanggaran dilingkup pemerintahan dan mewujudkan pelaksanaan anggaran secara tertib dan teratur. Sehingga lebih menjamin pencapaian tujuan dan keandalan dalam pelaporan keuangan serta mampu memberikan keyakinan masyarakat desa bahwa penyelenggaraan kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan tepat sasaran.

(18)

3

kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Kabupaten Jombang dalam mendistribusikan ADD dengan asas merata dan adil. Pembagian Alokasi Dana Desa (ADD) dapat dengan rincian sebagai berikut:

1. Asas merata adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa (ADD) yang sama untuk setiap Desa atau yang disebut dengan Alokasi Dana Desa Minimal

2. Asas adil adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa (ADD) yang dibagi secara proporsional untuk setiap Desa berdasarkan Nilai Bobot Desa yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu atau Alokasi Dana Desa Proporsional.

Penelitian yang dilakukan oleh Susilo, (2006), meneliti tentang Formula Alokasi Dana Desa (ADD), yang menyimpulkan bawa ketimpangan fiskal yang terjadi termasuk kategori rendah dan terdapat selisih kurang sebesar 2,4% dari jumlah dana yang seharusnya ditransfer ke desa melalui APBD. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Susilo, (2007) yang meneliti ketimpangan fiskal antar desa dan formulasi Alokasi Dana Desa ( ADD) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan penerimaan ADD masing-masing desa antara pendistribusian ADD dengan simulasi pendistribusian ADD.

Desa Ngipik terletak diwilayah Kecamatan Pringsurat yang merupakan salah satu dari 20 kecamatan di Kabupaten Temanggung. Desa Ngipik merupakan desa dengan kondisi keterbatasan sarana dan prasarana di Kabupaten Temanggung. Desa Ngipik masih membutuhkan sarana dan prasarana fisik dalam menunjang kesejahteraan masyarakat desa dan untuk melaksanakan pembangunan tersebut membutuhkan biaya. Pada tahun 2015 Desa Ngipik telah mendapatkan bantuan Dana Desa, tetapi ditahun tersebut tidak dilakukan pembangunan apapun dikarenakan ada gangguan faktor alam dan pada akhir tahun 2015 terjadi pergantian kepala desa dan baru disahkan pada pertengahan tahun 2016. Sehingga pembangunan desa baru berjalan ditahun 2016. Salah satu program pemerintah Kabupaten Temanggung dalam meningkatkan pemberdayaan masyarakatnya yaitu dengan memberikan dana berupa Dana Desa. Penelitian pengelolaan Dana Desa di Desa Ngipik ini memfokuskan pada sistem pengendalian internal pemerintah pada pengelolaan Dana Desa tahun 2016.

(19)

4

Sesuai dengan tujuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Instansi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan wawasan bagi Pemerintahan di Desa Ngipik untuk lebih meningkatkan adanya sistem pengendalian internal didalam pengelolaan Dana Desa yang dimulai dari tahap perencanaan dan penganggaran Dana Desa dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengawasi dan memberikan evaluasi untuk menghindari kendala-kendala kedepannya.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan, informasi dan pengetahuan kepada peneliti selanjutnya mengenai pengelolaan Dana Desa yang diawali dengan tahap perencanaan dan penganggaran.

3. Bagi masyarakat Desa Ngipik, Kec. Pringsurat, Kab. Temanggung

(20)

5 TELAAH LITERATUR

Dana Desa

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai pemerintahan, pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat. Dana Desa diberikan dengan mengganti program pemerintah yang dulunya disebut PNPM.

Pemberian Dana Desa merupakan wujud pemenuhan hak desa dalam rangka penyelenggaraan otonomi desa. Pengalokasian dana desa diharapkan dapat meningkatkan pemerataan pembangunan kesejahteraan desa melalui peningkatan pelayanan publik di desa, memajukan perekonomian desa, mengatasi kesenjangan pembangunan antar desa serta memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari pembangunan. Keberhasilan pengelolaan Dana Desa sangat tergantung oleh berbagai faktor antara lain kesiapan aparat pemerintah desa sebagai pelaksanaan di lapangan, optimalisasi peningkatan implementasi SAP di tingkat desa sehingga perlu sistem pertanggungjawaban pengelolaan Dana Desa yang dapat memenuhi prinsip kepatuhan akuntabilitas keuangan daerah.

Sasaran Dana Desa adalah seluruh desa yang masih teringgal dan minimnya infrastruktur. Desa sebagai unit organisasi pemerintah yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik. Maka pemberian kewenangan yang lebih besar disertai dengan pembiayaan dan bantuan sarana-prasarana yang memadai diperlukan guna penguatan otonomi desa menuju kemandirian desa.

Pengelolaan Dana Desa harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut :

1. Setiap kegiatan yang pendanaannya diambil dari Dana Desa harus melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara terbuka dengan prinsip dari, oleh, dan untuk rakyat.

2. Seluruh kegiatan dan penggunaan Dana Desa dapat dipertanggungjawabkan secara administrasi, teknis dan hukum.

3. Dana Desa harus digunakan dengan prinsip hemat, terarah dan terkendali.

(21)

6

penguatan kelembagaan desa dan kegiatan lainnya yang dibutuhkan masyarakat desa dengan pengambilan keputusan melalui jalan musyawarah.

5. Dana Desa harus dicatat didalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa melalui proses penganggaran yang sesuai dengan mekanisme yang berlaku.

Dengan adanya desentralisasi dan otonomi desa maka desa memerlukan pembiayaan untuk menjalankan kewenangan yang dilimpahkan kepadanya. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Dana Desa, yaitu :

1. Dana Desa bertujuan untuk peningkatan aspek pembangunan baik prasarana fisik maupun non fisik dalam rangka mendorong tingkat partisipasi masyarakat untuk pemberdayaan dan perbaikan taraf hidupnya.

2. Azas dan prinsip pengelolaan Dana Desa yaitu transparan, akuntabel, dan partisipatif. Hal ini berarti harus dikelola dengan mengedepankan keterbukaan, dilaksanakan secara bertanggungjawab, dan juga harus melibatkan peran serta aktif segenap masyarakat setempat.

3. Dana Desa merupakan bagian yang integral atau satu kesatuan dari APBDes mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, dan pelaporannya. 4. Meskipun pertangungjawaban Dana Desa integral dengan APBDes, namun tetap

diperlukan pelaporan atas kegiatan-kegiatan yang dibiayai dari anggaran Dana Desa secara berkala (bulanan) dan laporan hasil akhir penggunaan Dana Desa. Laporan ini terpisah dari pertanggungjawaban APBDes, hal ini sebagai bentuk pengendalian dan monitoring serta bahan evaluasi bagi Pemda.

5. Untuk pembinaan dan pengawasan pengelolaan Dana Desa dibentuk Tim Fasilitasi Kabupaten/Kota dan Tim Pendamping Kecamatan dengan kewajiban sesuai tingkatan dan wewenangnya.

Dana Desa secara internal dilaksanakan oleh Kepala Desa, Badan Permusyawaratan Desa, serta masyarakat sebagai bentuk kontrol sosial terhadap pelaksanaan Dana Desa serta aparat pengawas internal kecamatan yang merupakan pengawasan umum terhadap penyelenggaraan pemerintah.

(22)

7

penggunaan dana tersebut tetap sejalan dengan kewenangan yang menjadi tanggungjawab Desa.

Undang-Undang No.60 Tahun 2014 menjelaskan bahwa desa nantinya pada tahun 2015 akan mendapatkan dana sebesar 10% dari APBN. Dimana dana tersebut tidak akan melewati perantara. Dana tersebut akan langsung sampai ke desa. Tetapi jumlah nominal yang diberikan kepada masing-masing desa berbeda tergantung dari geografis desa, jumlah penduduk, dan angka kematian. Alokasi APBN yang sebesar 10% saat diterima oleh desa akan menyebabkan penerimaan desa yang meningkat. Penerimaan desa yang meningkat ini tentunya diperlukan adanya laporan pertanggungjawaban dari desa. Laporan pertanggungjawaban itu berpedoman pada Permendagri No. 113 Tahun 2014.

Hal mendasar yang harus dilakukan aparatur desa adalah membuat perencanaan berjangka menengah/panjang dengan memfokuskan pada satu atau dua program/kegiatan yang mampu memberikan kontribusi besar bagi masyarakat utamanya kelompok masyarakat menengah kebawah, selain tetap melaksanakan program/kegiatan lain yang bersifat jangka pendek.

Pengelolaan Dana Desa

Secara spesifik untuk pengelolaan Dana Desa Tahun 2016 diatur secara rinci dalam PMK Nomor 49/PMK.07/2016 Tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa :

Tahap Penganggaran dan Pengalokasian

Perhitungan rincian Dana Desa setiap kabupaten/kota dialokasikan secara merata dan berkeadilan berdasarkan Alokasi Dasar dan Alokasi Formula. Tata cara penganggaran Dana Desa dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rincian Dana Desa yang telah disetujui menjadi dasar penganggaran Dana Desa yang tercantum dalam Undang-Undang mengenai APBN. Pengalokasian Dana Desa setiap kabupaten/kota dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dana Desa Kab/Kota = Alokasi Dasar kab/kota + Alokasi Formula kab/kota.

(23)

8

untuk angka kemiskinan, 10% untuk luas wilayah, dan 30% untuk tingkat kesulitan geografis. Angka kemiskinan desa dan tingkat kesulitan geografis masing-masing ditunjukan oleh jumlah penduduk miskin Desa dan IKK kabupaten/kota.

Penganggaran kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam APBDes yang pembiayaannya bersumber dari Dana Desa sepenuhnya dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Desa. Selanjutnya guna mendukung keterbukaan dan penyampaian informasi secara jelas kepada masyarakat, maka pada setiap pelaksanaan kegiatan fisik Dana Desa wajib dilengkapi dengan Papan Informasi Kegiatan yang dipasang di lokasi kegiatan

Tahap Penyaluran

Penyaluran Dana Desa dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari RKUD ke RKD. Penyaluran Dana Desa dilakukan secara bertahap dengan ketentuan sebagai berikut: tahap 1 pada bulan April sebesar 40%, tahap 2 pada bulan Agustus sebesar 40%, dan tahap 3 sebesar 20%. Penyaluran Dana Desa dari Kabupaten (RKUD) ke Desa (RKD) dilaksanakan oleh bupati/walikota setelah Kepala Desa menyampaikan peraturan Desa mengenai APBDes kepada Bupati yang dilakukan paling lambat pada bulan Maret. Bupati/Walikota menyampaikan laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi pengunaan Dana Desa setiap tahun kepada Menteri Direktur Jendral Perimbangan Keuangan dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dan Gubernur yang dilakukan paling lambat Minggu keempat bulan Maret tahun anggaran berikutnya.

Tahap Penggunaan

Penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari Dana Desa berpedoman pada teknis yang ditetapkan oleh bupati/walikota mengenai kegiatan yang dibiayai dari Dana Desa. Pelaksanaan kegiatan diutamakan dilakukan secara swakelola dengan menggunakan sumber daya/bahan baku lokal dan diupayakan lebih banyak menyerap tenaga kerja dari masyarakat setempat.

(24)

9 Tahap Pelaporan

Pelaporan salah satu unsur yang tidak dapat ditinggalkan dalam sistem pengelolaan keuangan. Laporan mengenai pengelolaan keuangan desa dilaksanakan oleh Kepala Desa sebanyak dua kali yakni laporan realisasi penggunaan Dana Desa tahun anggaran sebelumnya dan Laporan realisasi penggunaan Dana Desa tahap I.

Laporan realisasi pelaksanaan Dana Desa tersebut disampaikan kepada Bupati/Walikota. Laporan realisasi pelaksanaan Dana Desa pada semester pertama paling lambat disampaikan kepada Bupati/Walikota pada akhir bulan Juli tahun berjalan sedangkan laporan realisasi penggunaan Dana Desa paling lambat disampikan kepada Bupati/Walikota pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.

Selain itu juga disampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPD) setiap akhir tahun anggaran dan pada akhir masa jabatan kepada Bupati/Walikota. Menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintah desa secara tertulis kepada BPD setiap akhir tahun anggaran.

Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa

Evaluasi terhadap tata cara pembagian dan penetapan rincian Dana Desa setiap Desa oleh kabupaten/kota dilakukan untuk memastikan pembagian Dana Desa setiap Desa dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Evaluasi terhadap realisasi penyaluran penggunaan Dana Desa dilakukan untuk mengetahui realisasi penggunaan Dana Desa.

Sementara itu Bupati/Walikota mengagendakan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi SiLPA Dana Desa (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Dana Desa). Jika ditemukan SiLPA lebih dari 30% maka Bupati/Walikota akan meminta penjelasan kepada Kepala Desa tentang SiLPA tersebut dan meminta pengawas fungsional daerah untuk melakukan pemeriksaan.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

(25)

10

yang baik tersebut pemerintah membentuk suatu sistem yang dapat mengendalikan seluruh kegiatan penyelenggaraan pemerintahan. Sistem dimaksud adalah Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah merupakan salah satu sistem yang dibuat oleh pemerintah untuk melakukan pengendalian pada sektor internal pemerintah. Disamping itu terdapat sistem lainnya adalah Sistem Pengendalian Ekstern Pemerintah. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat melalui Aparat Pengawasan Intern Pemerintah sedangkan Sistem Pengendalian Ekstern Pemerintah dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), DPR/DPRD, Kepolisian, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi dan lembaga peradilan lainnya.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah “Proses yang integral pada tindakan dan

kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk

memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan

yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan

ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.”

Dengan adanya SPIP tersebut diharapkan dapat menciptakan kondisi dimana terdapat budaya pengawasan terhadap seluruh organisasi dan kegiatan sehingga dapat mendeteksi terjadinya sejak dini kemungkinan penyimpangan serta meminimalisir terjadinya tindakan yang dapat merugikan negara. Melihat pentingnya peran SPIP dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran organisasi serta untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik maka pimpinan instansi/organisasi harus dapat menjadikan penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menjadi tanggung jawab bersama tidak hanya pada unit kerja terkecil tapi hingga kepada masing-masing individu.

(26)

11 Unsur Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)

Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008, SPIP terdiri dari lima unsur, yaitu:

1. Lingkungan pengendalian. 2. Penilaian risiko.

3. Kegiatan pengendalian. 4. Informasi dan komunikasi. 5. Pemantauan pengendalian intern.

Komponen yang ada pada sistem pengendalian intern pemerintah merupakan bentuk komponen sistem pengendalian intern yang diadopsi dari COSO. Oleh COSO, lima komponen sistem pengendalian intern dijelaskan menurut Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern sebagai berikut:

Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian adalah kondisi dalam Instansi Pemerintah yang memengaruhi efektivitas pengendalian intern. Unsur ini menekankan bahwa Pimpinan Instansi Pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara keseluruhan lingkungan organisasi sehingga dapat menimbulkan perilaku positif dan mendukung pengendalian intern dan manajemen yang sehat.

Lingkungan pengendalian dapat diwujudkan melalui:

1. Penegakan integritas dan nilai etika 2. Komitmen terhadap kompetensi 3. Kepemimpinan yang kondusif

4. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan 5. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat

6. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia

(27)

12 Penilaian risiko

Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah. Unsur ini memberikan penekanan bahwa pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam. Penilaian risiko meliputi:

1. Identifikasi Risiko

Pimpinan instansi pemerintah menggunaan metodologi identifikasi risiko yang sesuai untuk tujuan instansi pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan yang komprehensif.

2. Analisis Risiko

Analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak risiko terhadap pencapaian tujuan instansi pemerintah.

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan penilaian risiko dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis resiko. Identifikasi risiko sekurang-kurangnya dilaksanakan dengan menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari faktor eksternal dan faktor internal serta menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko. Sedangkan analisis resiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian.

Dalam rangka penilaian risiko pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkat kegiatan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Tujuan Instansi Pemerintah memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan terikat waktu. Tujuan Instansi Pemerintah tersebut wajib dikomunikasikan kepada seluruh pegawai, sehingga untuk mencapainya pimpinan Instansi Pemerintah perlu menetapkan strategi operasional yang konsisten dan strategi manajemen yang terintegrasi dengan rencana penilaian risiko.

Begitupula dengan tujuan pada tingkatan kegiatan, sekurang-kurangnya dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

(28)

13

2. Saling melengkapi, saling menunjang dan tidak bertentangan satu dengan lainnya.

3. Relevan dengan seluruh kegiatan utama Instansi Pemerintah. 4. Mengandung unsur kriteria pengukuran.

5. Didukung sumber daya Instansi Pemerintah yang cukup. 6. Melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya.

Kegiatan pengendalian

Tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan.

Kegiatan pengendalian meliputi:

1. Reviu atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan. 2. Pembinaan sumber daya manusia.

3. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi. 4. Pengendalian fisik atas aset.

5. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kerja. 6. Pemisahan fungsi.

7. Otoritas atas transaksi dan kejadian yang penting.

8. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian. 9. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatatannya.

10. Dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting.

(29)

14 Informasi dan komunikasi

Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik.

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Berkaitan dengan pengkomunikasian informasi, wajib diselenggarakan secara efektif, dengan cara sebagai berikut:

1. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi.

2. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus.

Pemantauan

Pemantauan pengendalian intern pada dasarnya adalah untuk memastikan apakah sistem pengendalian intern pada suatu instansi pemerintah telah berjalan sebagaimana yang diharapkan dan apakah perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan telah dilaksanakan sesuai dengan perkembangan. Unsur ini mencakup penilaian desain dan operasi pengendalian serta pelaksanaan tindakan perbaikan yang diperlukan.

Pimpinan instansi harus menaruh perhatian serius terhadap kegiatan pemantauan atas pengendalian intern dan perkembangan misi organisasi. Pengendalian yang tidak dipantau dengan baik cenderung memberikan pengaruh yang buruk dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, kegiatan pemantauan menjadi lebih efektif apabila seluruh pegawai perlu mengerti misi organisasi, tujuan, tingkat toleransi risiko dan tanggung jawab masing-masing. Dalam menerapkan unsur SPIP, setiap pimpinan Instansi Pemerintah bertanggung jawab untuk mengembangkan kebijakan, prosedur dan praktik detail untuk menyesuaikan dengan kegiatan Instansi Pemerintah dan untuk memastikan bahwa unsur tersebut telah menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan Instansi Pemerintah.

(30)

15

independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Lingkup pengaturan pengawasan intern ini mencakup kelembagaan, lingkup tugas, kompetensi sumber daya manusia, kode etik, standar audit, dan pelaporan. Sedangkan pembinaan penyelenggaraan SPIP meliputi penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, pembimbingan dan konsultansi SPIP, serta peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) pada setiap Instansi Pemerintahan.

a) Pemantauan atau Evaluasi Terpisah.

Proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b) Tindak Lanjut.

Rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya harus segera diselesaikan dan dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan reviu yang telah ditetapkan.

METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2010) berpendapat bahwa, desain penelitian deskriptif adalah desain penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah yang berasal dari subyek atau obyek penelitian. Penelitian deskriptif berfokus pada penjelasan sistematis tentang fakta yang diperoleh saat penelitian dilakukan.

Objek Penelitian

(31)

16 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dengan cara observasi dan wawancara terstruktur kepada Aparat Pemerintah Desa Ngipik (Kepala Desa, Kaur Keuangan, Kaur Pembangunan) mengenali Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Dana Desa di Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung. Wawancara berisi tentang membandingkan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 dengan pengelolaan Dana Desa tahun 2016.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak ketiga atau literature, dokumentasi, tulisan-tulisan sebagai pembanding dari data yang diperoleh yaitu buku-buku referensi, Undang-undang, dan Media elektronik.

Teknik Analisis Data

Sugiyono (2007: 244) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan analisis data adalah proses untuk mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara dan catatan kecil di lapangan.

(32)

17 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Desa Ngipik

Desa Ngipik merupakan Desa yang terletak di jalan Raya Ngipik no.2 Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung. Desa Ngipik secara geografis terletak diwilayah Kecamatan Pringsurat yang merupakan salah satu dari 20 kecamatan di Kabupaten Temanggung berbatasan dengan wilayah Barat dengan Kecamatan Pringsurat - Gowak, Wilayah Utara dengan Kecamatan Pingit - Klepu, Sebelah Timur Kabupaten Magelang dan Sebelah Selatan dengan Kabupaten Magelang – Ds. Rejosari. Luas wilayah Desa Ngipik 307 Ha, meliputi 8 dusun, yaitu Dusun Krajan 1, Krajan 2, Gedompon 1, Gedompon 2, Dempel, Gedipan, Kutan, dan Nglarangan dengan jumlah 7 RW dan 16 RT. Jumlah perangkat dikantor Pemerintahan Desa Ngipik berjumlah 14 perangkat yang terdiri dari kepala desa, sekertaris desa, kasi pemerintahan, kasi kesejahteraan rakyat, kasi pembangunan, kaur umum, kaur keuangan, dan 7 kepala dusun.

(33)

18 Gambar 1

BAGANSUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA NGIPIK

Sumber: Rencana Kerja Pemerintah Desa Ngipik (RKPDes) Tahun 2016

Dalam prakteknya, Pengelolaan keuangan Pemerintah Desa Ngipik membuat Dana Desa 2016 dan APBDes setiap tahun anggarannya sesuai dengan Permendagri No 113 Tahun 2014. Tetapi pada penelitian ini lebih fokus pada sistem pengendalian intern pemerintah yang diterapkan untuk program Dana Desa tahun 2016. Hal ini terbukti dengan Dana Desa yang dibuat oleh Pemerintah Desa Ngipik. Setiap tahun dana desa yang didapat dan dianggarakan berbeda berdasarkan sesuai penggunaannya. Dimulai dari musyawarah dusun (MusDus), musyawarah desa (MusDes) lalu sampai dengan pelaksanaan Pemerintah Desa Ngipik selalu mengawal kegiatan pembangunan fisik dengan baik.

Dana Desa yang diterima bersumber dari pemerintah pusat melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Dana Desa yang diterima untuk memenuhi kebutuhan Pembangunan Infrastruktur Desa, Pembinaan dan Pemberdayaan Masyarakat, dan Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Setiap anggaran harus dirinci sehingga dapat memberikan informasi yang detail. Informasi yang diberikan itu bersifat detail untuk pembaca/pengguna Dana Desa tersebut khususnya masyarakat Desa Ngipik agar dapat memahami dengan mudah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari struktur Dana Desa tahun 2016 yang telah didapat peneliti secara langsung di Kantor Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, yaitu sebagai berikut :

(34)

19 Tabel 2

Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Ngipik

No Uraian 2016

1 Pendapatan Desa

Pendapatan Asli Desa 47.425.000

Pendapatan Transfer :

Dana Desa 612.643.000

Bagian dari Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah 17.714.000 Alokasi Dana Desa (ADD) 319.917.400 Bantuan Keuangan APBD Provinsi 5.000.000 Bantuan Keuangan APBD Kabupaten 130.059.475

Pendapatan Lain - lain 0

PENDAPATAN DESA 1.132.758.875

2 Belanja Desa

Program Penyelenggaraan Pemerintah Desa 372.241.303 Program Pembangunan Desa 735.643.731 Program Pembinaan Kemasyarakatan 0 Program Pemberdayaan Masyarakat 24.873.841

JUMLAH BELANJA 1.132.758.875

SURPLUS/DEFISIT 0

3 PEMBIAYAAN

Penerimaan Pembiayaan 10.726.159

Pengeluaran Pembiayaan 0

Sumber: Kantor Desa Ngipik, 2017(diolah)

Dari tabel tersebut terlihat bahwa pendapatan dan belanja Desa Ngipik pada tahun 2016 sebagian besar keuangan desa digunakan untuk Pembangunan Desa.

Pengalokasian Dana Desa di Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung

(35)

20

pemberdayaan masyarakat di desa yang pengerjaan kegiatan sudah diatur dalam aturan pemerintah yang saling berkaitan antara Peraturan Pemerintah, Peraturan Gubernur, dan Peraturan Bupati. Didesa Ngipik melihat dari segi kebutuhan infrastruktur maka Dana Desa digunakan prioritas untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan RPJMDes, RKPDes, dan APBDes. Tahap penyaluran penerimaan Dana Desa dibagi menjadi 3 tahap sesuai dengan proporsinya. Tahap 1 (bulan April) proporsi sebesar 40%, Tahap 2 (bulan Agustus) proporsi sebesar 40%, dan Tahap 3 (bulan Oktober) proporsi sebesar 20%.

Sedangkan pada Pelaporan Dana Desa, Pemerintah Desa Ngipik wajib melaporakan realisasi penggunaan Dana Desa kepada Pemerintah Kabupaten Temanggung. Setelah itu Pemerintah Kabupaten Temanggung akan melaporkan Realisasi Penyaluran dan Konsolidasi Realisasi Penggunaan yang dikirimkan kepada Pemerintah Pusat.

Untuk menetapkan pengelolaan Dana Desa diperlukan adanya landasan hukum. Landasan hukum yang digunakan sebagai pedoman di Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung :

1. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

4. PMK Nomor 49/PMK.07/2016 Tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa.

5. Peraturan Bupati Temanggung Nomor 65 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Transfer Ke Desa Kabupaten Temanggung Tahun 2017

Dalam pengelolaan Dana Desa, Pemerintah Desa Ngipik selalu berpedoman dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dimana jangka waktunya adalah 5 tahun. Selain berpedoman kepada RPJM juga berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPD) yang berjangka 1 tahun. Oleh karena itu RKPD adalah rincian dari RPJM. Berdasarkan RKPD, Pemerintah Desa Ngipik akan menyusun APBDes yang didalamnya juga terdapat Dana Desa. Dalam pengelolaan Dana Desa difokuskan untuk pembangunan infrastruktur untuk menunjang mobilitas dan kemajuan Desa Ngipik.

(36)

21

pembangunan jalan (paving) lingkungan di Dusun Dempel, pembangunan talud dan drainase/selokan di Dusun Gedompon 2, dan pembangunan jalan lingkungan (paving) dan talud di Dusun Nglarangan. Pengelolaan Dana Desa yang di terapkan oleh Pemerintah Desa Ngipik bersifat Open Management. Jadi masyarakat dan Pemerintah Desa Ngipik bersama-sama mengelola pembangunan infrastruktur secara terbuka. Dana Desa yang digunakan atau dikeluarkan dibuat RAB dan dipasang di papan pengumuman tempat pembangunan. Dana diRPJMdes sudah muncul lalu Pemerintah Desa Ngipik bekerjasama dengan dusun-dusun yang mendapatkan bantuan.

Diawali dengan musyawarah yang melibatkan Pemerintah Desa Ngipik, kelembagaan, tokoh masyarakat setempat, dan tim pengawas khusus membentuk suatu tim dan melaksanakan pembangunan secara swakelola. Pembangunan dengan Dana Desa melibatkan masyarakat Dusun setempat sehingga masyarakat mempunyai andil dalam pembangunan tersebut.

Analisis Sistem Pengendalian Intern pada Pengelolaan Dana Desa di Pemerintah Desa Ngipik

Lingkungan Pengendalian

Unsur pertama dalam SPIP yaitu lingkungan pengendalian yang memegang peranan penting karena akan menentukan keberlangsungan pelaksanaan unsur-unsur lainnya. Kondisi dalam instansi pemerintah sangat dipengaruhi oleh efektivitas pengendalian intern oleh karena itu seluruh pegawai pemerintahan harus menciptakan dan memelihara lingkungan dalam organisasi sehingga dapat menimbulkan perilaku yang positif dan manajemen yang sehat. Lingkungan pengendalian yang baik memerlukan unsur sebagai berikut:

1. Hasil analisis penegakan integritas nilai etika Pemerintahan Desa Ngipik dilakukan oleh Kepala Desa Ngipik dengan menegakkan tindakan disiplin atas kebijakan-kebijakan yang di terapkan sehingga memberikan contoh keteladanan dalam bentuk tindakan dan ucapan kepada setiap pegawai Pemerintah Desa Ngipik. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Ngipik sebagai berikut :

“Selama saya menjabat saya belum pernah merubah aturan karena yang namanya aturan kan sudah tertata atau tersusun bahkan kadang mau melakukan

kebijaksanaan saja saya tidak berani dalam arti namanya kebijaksanaan itu

(37)

22 saya selaku kepala desa ya kita sesuai dengan aturan demi kenyamanan untuk

bekerja. kita kalau mengacu aturan pemerintah kabupaten atau pemerintah pusat

itu sudah ada yang mengatur sendiri. Jadi kita untuk menyampaikan mungkin

secara forum ataupun di musyawarah dusun ataupun desa itu pasti kita

membacakan aturan-aturan yang ada. Disisi lain kita juga memberikan

selebaran sekiranya untuk orang-orang yang ingin tau kondisi keadaan kegiatan

itu. Jadi kita disisi lain dengan cara lisan waktu musyawarah, disisi lain kita

juga ada pemberitahuan di papan pengumuman untuk kegiatan-kegiatan biar

kita selalu terkontrol dalam arti TPK sendiri tidak melangkah seenaknya sendiri

dan warga masyarakat berhak untuk menegur kegiatan yang sekiranya tidak

sesuai dengan aturan yang ada.”

Serta hasil wawancara dengan beberapa narasumber sebagai berikut :

“Kepala Desa selalu menerapkan kode etik kepada seluruh pegawai Pemerintahan Desa. Ya kalau kepala desa mempunyai kebijakan-kebijakan kalau

diambil garis ya harus sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku di desa kita.

Itu ada aturannya Perda, Perbup yaitu garis kebijakannya harus sesuai dengan

itu. Untuk itu harus disampaikan kepada warga dalam musyawarah bersama.

Jadi kepala desa itu penanggungjawab keseluruhan tentang apa yang ada di

desa Ngipik ini. Baik itu keuangan, pembangunan, dan lain-lain. Tetapi yang

berkaitan dengan itu kalau didesa itu ada adat. Ada sopan santun, etika, dan

lain-lain. Kalau Kepala Desa ngomong ke tokoh masyarakat itu menerapkan

seperti itu ya pasti dari atas ke bawah itu menerapkan yang dikatakan dan

Kepala Desa belum pernah menghapus suatu aturan atau kebijakan. Kepala

Desa sekarang itu acuannya ada Perda dan Perbup. Jadi untuk nyeleweng jelas salah dan tidak berani.”

(38)

23

2. Hasil analisis komitmen terhadap kompetensi. Kepala Desa Ngipik menetapkan kebijakan pengelolaan Dana Desa dan berkerjasama dengan Tim Pengelola Kegiatan (TPK) yang ada di Desa Ngipik untuk merencanakan pembangunan yang ada di Desa Ngipik. Tim TPK berkoordinasi untuk menentukan Dusun mana yang akan dibangun lalu melaporkan kepada Kepala Desa, Kasi Pembangunan, dan Bendahara Desa. Selain itu Kepala Desa juga menyusun standar kompetensi pada masing-masing pegawai dan menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan. Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara oleh beberapa narasumber sebagai berikut :

“Itu kan ada tupoksi. Ini ada kerja setiap pegawai desa dan itu pekerjaannya sudah sendiri-sendiri. Jadi kepala desa tinggal menugaskan apa

yang sesuai dari anak buahnnya. Misalkan pembangunan desa ya ke Kasi

Pembangunan, dan lain-lain. Itu sudah ada kelompok tugas dan tanggungjawab

masing-masing. Kita tetap berusaha untuk menyesuaikan dengan aturan yang

ada di Pemerintah ataupun yang ada di PERBUP sendiri. Dana Desa juga bisa

digunakan untuk memberikan fasilitas ketrampilan kerja, kita mengadakan

kursus-kursus atapun pelatihan, itu memang kita selalu mengadakan untuk

membikin orang itu bisa menambah wawasan atau pun orang itu nanti bisa

memahami apa yang harus dikerjakan dengan baik. Dari Dana Desa

diperuntukan berapa persen itu bisa untuk pemberdayaan. Dari pemberdayaan

SDM dan lainnya kan kita memang butuh seperti itu untuk mengikuti

perkembangan zaman. Di era sekarang kan kita harus memahami teknologi

seperti laptop, komputer, internet dan segala macamnya kan itu pemberdayaan.”

Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas menunjukan bahwa Kepala Desa Ngipik dibantu oleh TPK dan Perangkat Desa sebagai pengelola Dana Desa. Hal ini mencerminkan secara umum Pemerintah Desa Ngipik telah memenuhi kriteriakomitmen terhadap kompetensi yang sebagaimana dimaksud dalam PP No.60 Tahun 2008 Pasal 6C yaitu menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk membantu pegawai mempertahankan dan meningkatkan kompetensi pekerjaannya.

(39)

24

ini juga sesuai dengan hasil wawancara oleh beberapa narasumber sebagai berikut :

“Kepala Desa selaku orang yang di tuakan bagaimana caranya harus memberikan teladan atau contoh perlakuan yang baik di masyarakat. Tapi

namanya seseorang kan tidak lepas dari salah dan khilaf, kita akui belum

sempurna tapi bagaimana caranya khusus Kepala Desa pribadi bisa semaksimal

mungkin untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat sebagai teladan

masyarakat. Tujuannya itu ada di Visi dan Misi. Setiap Kepala Desa baru

mempunyai Visi dan Misi itu di jadwalkan di RPJMDes 5 tahun. Kepala Desa

memiliki Visi dan Misi pembangunan yang mau dibangun selama 5 tahun itu apa.

Secara sempitnya setiap tahun di masukkan ke RKPDes (Rencana Kerja

Pemerintah Desa) setiap tahun di-SK kan atau bahkan yang tahun itu RPJM itu

Perdes. Jadi untuk menyusun APBDes harus sesuai dengan RKPDes. Begitu juga

dengan pembangunan yang menggunakan Dana Desa. Itu buat di akhir tahun

ada musyawarah yang mau menyusun ke tahun anggaran berikutnya. Jadi

diakhir tahun kita musyawarah untuk menyusun RKPDes tahun anggaran

berikutnya. Terus RKP itu jadi acuan untuk menyusun APBDes setiap awal

tahun di Perdes kan. Jadi anggaran Belanja Desa setiap awal tahun itu sudah

tau baik BPD dan Masyarakat tau ini manajemennya terbuka. Jadi masyarakat

tahu tahun anggaran tahun berikutnya itu untuk pembangunan apa. Dari

keseluruhan keuangan yang masuk ke Desa Ngipik baik itu ADD maupun Dana

Desa itu sudah ada keterangannya. Misalkan ADD berapa, Dana Desa berapa,

atau bantuan keuangan khusus berapa itu disusun pembelanjaan dalam satu

tahun. Kepala Desa selalu merespon secara baik dan semua itu kepala desa

sebagai penanggungjawab. Jadi semua yang berkaitan dengan Desa Ngipik Kepala Desa harus tau.”

Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas menunjukan Pemerintah Desa Ngipik telah memenuhi kriteria menciptakan lingkungan yang kondusif yang sesuai dengan PP No. 60 Tahun 2008 Pasal 7F terkait dengan merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan keuangan, penganggaran, program, dan kegiatan.

(40)

25

kompleksitas dan kebutuhan Pemerintahan Desa Ngipik. Hal ini jugas sesuai dengan hasil wawancara oleh beberapa narasumber sebagai berikut :

“Jadi Kepala Desa dalam menyusun struktur organisasi proyek pembangunan desa itu memang mengacu dengan kebutuhan. Contohnya seperti

pengelolaan data, pengelolaan keuangan, dan perencanaan pembangunan

memang dalam menyusun itu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Dalam

arti kalau kita butuh seperti manajer ataupun kita menyusun sebuah organisasi

seperti perpustakaan kita kan harus ada orang-orang yang dijadikan sebagai

pengurus itu mulai dari ketua, bendahara, sekretaris dan anggota jadi lebih

enaknya kita dalam berkerja itu orang-orang yang bisa memahami struktur

organisasi tersebut.”

Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas menunjukan Pemerintah Desa Ngipik telah memenuhi kriteria pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan yang tercantum dalam PP No.60 Tahun 2008 Pasal 8 ayat 1A,D, dan E yaitu dengan memberikan kejelasan wewenang dan tanggungjawab dalam instansi Pemerintah Desa dan melaksanakan evaluasi dan penyesuaian secara periodik terhadap struktur organisasi sehubungan dengan perubahan lingkungan yang strategis.

5. Hasil analisis pendelegasisan wewenang dan tanggungjawab. Kepala Desa Ngipik memahami bahwa pemberian wewenang dan tanggungjawab kepada pegawai terkait dengan penerapan sistem pengendalian intern pemerintah dalam rangka tujuan instansi pemerintah dapat di pastikan telah sesuai dengan kapasitas masing-masing pegawai. Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara dengan beberapa narasumber sebagai berikut:

“Kepala Desa dalam menugaskan pegawai itu kan tidak asal-asalan dalam arti kita harus cari orang yang sekiranya mampu mengelola atau mampu

memberikan laporan-laporan yang ada di Desa Ngipik. Jadi dalam mencari atau

memberdayakan tugas-tugas itu setidaknya tidak terlalu kesusahan. Pegawai

Pemerintah Desa Ngipik dalam melaksanakan itu memang betul-betul harus

sesuai dengan orang yang mampu melakukannya. Setiap pegawai sudah tau

tugas dan fungsinya masing-masing. Misalkan kalau Kasi Pemerintah itu ya

mengurusi bidang pertanahan dan kependudukan, kalau Kasi Kesra ya sosial,

pendidikan, olahraga dan lain-lain. Kalau pembangunan ya ada Kaur

Perencanaan, keuangan ya ada Kaur Keuangan atau Bendahara Desa, yang

(41)

masing-26 masing dan sudah sesuai dengan sistem pengendalian Intern yang ada di Desa Ngipik.”

Berdasarkan penjelasan dan wawancara diatas menunjukan bahwa Pemerintah Desa Ngipik telah memenuhi kriteria pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang tepat sebagaimana dimaksud dalam PP No.60 Tahun 2008 Pasal 9A sekurang-kurangnya dilaksanakan dengan memperhatikan wewenang yang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat tanggungjawabnya dalam rangka pencapaian tujuan Instansi Pemerintah.

6. Hasil analisis penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia. Kepala Desa Ngipik menetapkan kebijakan dan prosedur pemberhentian pegawai yang mengacu pada aturan Pemerintah Kabupaten Temanggung dengan syarat 60 tahun untuk pegawai aparatur desa. Selain itu dalam memberdayakan masyarakat, Pemerintah Desa juga menggunakan Dana Desa untuk melakukan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini berdasarakan hasil wawancara dari beberapa narasumber sebagai berikut :

“Untuk Diklat masuknya di pemberdayaan yang nantinya bisa melatih orang-orang yang sudah masuk di lingkungan pemerintah, nanti pasti ada ada

Bintek dan tugas pokok sendiri nanti bisa dikerjakan sesuai dengan aturan yang

ada. Jadi dalam memberdayakan pasti ada unsur kita mengangkat pegawai yang

otomatis yang masih buta pekerjaan atau tugasnya kan seperti yang sekarang

sedang dilakukan oleh SekDes dan Tenaga Fungsional itu kan baru mengikuti

Pelatihan Sistem Keuangan Desa (SiskeuDes). Khususnya di Desa Ngipik

memang mengangkat pegawai fungsional. Dalam arti pegawai fungsional itu

sesuai dengan aturan, SK-nya itu tiap tahun. Jadi setiap tahun dibuatkan SK

nanti bila SK habis setelah satu tahun ya kita buat lagi SK-nya. Kecuali kalau

memang dari Pemerintah Desa sudah ada yang mengcover yang lainnya. Saya

mengangkat tenaga fungsional tahun ini karena kondisi untuk membantu

keuangan yang ada di Desa Ngipik, kalau mengandalkan bendahara desa

dengan usia yang sudah tua kira-kira kurang optimal pengelolaannya, makanya

Pemerintah Desa Ngipik merekrut tenaga kerja dan saat merekrut itu Kepala

Desa berkoordinasi dengan BPD dan Tokoh Masyarakat itu biar semua warga

itu tau kalau si A itu posisi dikantor desa itu sebagai apa dan kita jelaskan

(42)

27 pemerintahan karena tenaga fungsional cuman sekedar membantu. Setiap

minggu pertama itu ada rapat koordinasi. Jadi Kepala Desa langsung memimpin

rapat dan membahas kekurangan dan apa yang harus dilakukan. Secara otomatis

itu setiap laporan baik itu Kaur, Kasi dan Kepala Dusun ya harus laporan

kepada Kepala Desa itu setiap satu bulan sekali ada rapat koordinasi di Desa.

Misalkan perlu mengundang BPD ya kita undang. Itu mengacu dengan aturan

dalam arti pegawai aparatur desa itu di acuan Pemerintah Kabupaten

Temanggung maksimal 60 tahun. Karena usia 60 tahun kita memberikan SK

pemberhentian dan setelah itu kita mengangkat melalui prosedur yang ada jadi

kita tidak asal mengambil si A untuk diangkat ataupun yang lain. Prosedurnya

kalau Kepala Desa itu pilihan dan kalau dari SekDes dan Kadus itu tidak ada

pilihan tetapi berdasarkan hasil tes dan pelaksanaan tes sendiri tidak

diperbolehkan calon tunggal harus ada pesaingnya. Makanya aturan yang

sekarang kan tidak diperbolehkan calon tunggal dan harus melalui tes.”

Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas menunjukkan Pemerintah Desa Ngipik telah memenuhi kriteria mengenai penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan Sumber Daya Manusia yang termuat dalam PP No.60 Tahun 2008 Pasal 10 ayat 1A dengan memperhatikan sekurang-kurangnya penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen dengan pemberhentian pegawai.

7. Hasil analisis perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif dilakukan oleh Pemerintah Desa Ngipik memberikan keyakinan dalam proses pelaksanaan Program Dana Desa dengan bekerjasama dengan Badan Permusyawaratan Desa, tokoh masyarakat, dan TPK setiap dusun. Pemerintah Desa dapat meyakinkan kepada pihak-pihak yang terkait dalam program-program pembangunan Desa Ngipik. Hal tersebut juga sesuai dari hasil wawancara dengan Kepala Desa sebagai berikut :

“Kita selalu memberi kepercayaan kepada perangkat dan masyarakat untuk melakukan pembangunan dengan Dana Desa karena sudah sanggup

ataupun sudah mengerjakan apa yang menjadi tugas di bidangnya. Kita hargai

dan percaya dengan apa yang telah dilakukan. Jadi saya selaku kepala desa

selalu pecaya dengan perangkat saya dan masyarakat desa.”

Serta hasil wawancara dari beberapa narasumber sebagai berikut:

(43)

28 anggaran berapa itu kan tahu. Dan juga setiap kegiatan di lingkungkan kita

akomodir jadi TPK. Jadi beberapa personil TPK itu berasal dari lingkungan

masing-masing. Misalkan ada pembangunan di dusun Kutan ya orang dusun

Kutan ya ada yang kita jadikan TPK. Jadi tau perencanaan dan penganggaran yang ada.”

Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas dapat menunjukan bahwa Pemerintah Desa Ngipik telah mewujudkan tata kelola keuangan yang transparan (keterbukaan) dan akuntanbel di Desa Ngipik. Hal itu telah memenuhi kriteria dari perwujudan peran aparat pengawas intern yang efektif yang tercantum dalam PP No.60 Tahun 2008 Pasal 11 ayat 1A atas memberikan keyakinan yang memadahi atas ketaatan, kehematan, efisiensi dan efektivitas pencapaian penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.

Penilaian Risiko

1. Hasil analisis identifikasi risiko di Pemerintah Desa Ngipik berupa mengenali risiko-risiko dan bagaimana cara mengatasi melalui manajemen risiko dengan menggunakan metodologi yang sesuai aturan yang berlaku. Contohnya risiko dalam tahap perencaan pembangunan dengan Dana Desa yaitu tidak ada sarana untuk penyampaian saran-saran pembangunan dari masyarakat maka dilaksanakannya kegiatan musrembangdes untuk menerima masukan dari masyarakat mengenai pembangunan desa. Selain itu pada tahap penggunaan Dana Desa yaitu risiko pembelian bahan-bahan material untuk pembangunan infrastruktur seperti perbedaan volume material, kehilangan, dan bahan material yang tidak sesuai dengan kriteria pemesanan. Pada tahap pelaporan Dana Desa juga melakukan penilaian risiko dengan menetapkan transparansi kepada masyarakat. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut :

“Dana Desa itu kan sudah ada aturannya dari pusat. Metodologi atau aturannya ya sesuai dengan Perda, Perbup jadi ya sesuai dengan itu saja. Risiko

seperti itu memang sangat rawan, dalam arti kalau kita tidak maksimal dalam

melakukan pekerjaan itu nanti yang menilai itu masyarakat. Sekarang itu

masyarakat sudah pintar mau ditipu seperti apa sudah tidak bisa karena kita

sudah melakukan transparansi mulai dari APBDes, pembangunan desa dari

Dana Desa maupun ADD berapa dan sudah muncul nominalnya berapa kita

tidak bisa mengotak-atik. Bahkan sampai dengan pengerjaan sendiri kita sesuai

dengan rencana anggaran belanja yang sudah muncul. Jika kita sesuai dengan

(44)

29 meminimalisir terjadinya risiko. Kalau dari pihak luar kan untuk pembangunan

kan bertahap. Kita cari supplier yang istilahnya memberikan pinjaman dulu.

Contoh kita butuhnya pasir satu truck ya kita turunkan satu truck dulu, tidak

ditumpuk semuanya. Misal lagi kita butuh semen 200 sak ya kita minta

diturunkan dulu 25 atau 35 dulu baru sisannya juga bertahap. Jadi risiko untuk

semen itu menjadi keras atau hilang itu sedikit. Risiko memang selalu ada tapi

kita berusaha mengurangi risiko tersebut. Tapi sementara ini di Desa Ngipik

aman-aman saja.”

Dari hasil penjelasan dan wawancara diatas Pemerintah Desa Ngipik telah menunjukkan kriteria identifikasi risiko yang memadai dari faktor eksternal maupun internal pada pengelolaan Dana Desa serta telah menggunakan metodologi yang sesuai dengan tujuan dari Pemerintah Desa. Oleh sebab itu Pemerintah Desa Ngipik telah mengidentifikasi risiko yang tercantum dalam PP No.60 Tahun 2008 Pasal 16 ayat 1A dan B yang sekurang-kurangnya dilaksanakan dengan menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan serta menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari faktor eksternal dan internal.

2. Hasil analisis Risiko. Pemerintah Desa Ngipik menetapkan pengendalian intern untuk menganalisis risiko-risiko yang terjadi berdasarkan kegiatan pembangunan dengan Dana Desa setiap hari untuk memantau progres dari kegiatan pembangunan. Kepala Desa Ngipik juga mengelola atau mengurangi risiko dan melakukan tindakan khusus untuk mencegah terjadinya masalah-masalah yang muncul mengenai Dana Desa. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut :

“Kami memang menugaskan tim untuk memantau setiap hari dalam arti tim desa itu sebagai bahan saya untuk laporan sekiranya itu dibutuhkan. Jangan

sampai kegiatan itu kepercayaan saya dengan tim itu tidak ada. Saya tetap

percaya dengan TPK yang memberikan laporan yang aktual kepada kami di

pemerintah desa. Misalnya, kita dalam pengerjaan sebuah proyek atau kegiatan

itu biasanya ada pengawasan. Dalam arti pengawasan itu bisa diambil dari

tokoh masyarakat atau BPD kita selalu ada pengawasan bahkan sampai

keuangan itu ada pengawasan tersendiri. Seandainya ada kecurangan dan yang

lainnya, kita sebelum melangkah ke orang-orang yang akan berbuat seperti itu

Gambar

Tabel 2. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja
Gambar 2. Kantor Pemerintah Desa Ngipik,
BAGANGambar 1  SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA NGIPIK
Tabel 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi berjudul ” Pertumbuhan Tetraselmis chuii Pada Medium Air Laut dengan Intensitas Cahaya, Lama Penyinaran dan Jumlah Inokulan yang Berbeda Pada Skala Laboratorium”

Dalam penelitian ini, analisis regresi berganda digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah (X1), Sumber Daya Manusia

Wardarita (2010:54—55) menyimpulkan bahwa pembelajaran konvensional, tradisional atau parsial ialah pembelajaran yang membagi bahan ajar menjadi unit-unit kecil dan

Berdasarkan hasil simulasi, diperoleh bahwa pendugaan area kecil dengan menggunakan metode EBLUP lebih baik dibandingkan dengan pendugaan langsung untuk = 9, 64 dan

Adapun penulisan skripsi ini adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya

[r]

Komplek Perkantoran dan Permukiman Terpadu Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah2. Nomor :

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan Rahmat, taufik, Hidayah serta Inayah-Nya, terlimpah kepada Nabi Muhammad S.A.W,