PEMBERDAYAAN PO PELAYANAN TERPADU DEA KRAAK
Herwan Parwiyanto, Didik Gunawan uharto, Kristina etyowati Ilmu Administrasi Negara, FISIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta
[email protected] / 081548550550
( Diterima tanggal 8 Pebruari 2014 , disetujui 21 Pebruari 2014)
ABSTRACT
Capacity building is a series of strategies aimed at institutional strengthening in order to improve performance by focusing on improving the quality of human resources. Governance approach is collaboration, partnership and networking among elements of the state, the private sector, and civil society. Capacity building approach is intended to improve the capacity of the current Integrated Service Post (Posyandu), whereas governance approach is intended to achieve a partnership between the Integrated Service Post (Posyandu), the government (health centers / rural), and the private sector (companies).
A. PENDAHULUAN
Desa Krasak merupakan salah satu dari 13 desa yang ada di wilayah Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali. Terletak di sebelah utara dengan jarak 5 kilometer dari ibukota kecamatan, berbatasan dengan:
(1) sebelah utara : Desa Glintang (Kecamatan Sambi)
(2) sebelah timur : Desa Gumukrejo (3) sebelah selatan : Desa Tawangsari (4) sebelah barat : Desa Dlingo
(Kecamatan Mojosongo)
Desa Krasak termasuk kategori terbelakang. Kondisi ini, dapat dilihat dari tingginya jumlah keluarga yang berada
dalam garis kemiskinan.
Dari 765 kepala keluarga (KK) yang ada,
sebanyak 449 KK atau setara 58,6 persen terdata sebagai keluarga miskin.
Desa Krasak memiliki jumlah penduduk keseluruhan sebanyak 2.604 orang, terdiri dari 1.288 orang laki-laki dan 1.316 orang perempuan. Struktur pendidikan penduduk Desa Krasak mengelompok pada jenjang tamat SLTP dan SLTA sederajat. Penduduk yang telah
menamatkan pendidikan tinggi
(diploma/strata) masih sangat kecil (55 orang). Kondisi tingkat pendidikan penduduk Desa Krasak sebanding dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keterbatasan sarana pendidikan di desa tersebut. Di Desa Krasak hanya terdapat 2 SD/MI dan 2 Taman Kanak-kanak.
(petani dan buruh tani) sebanyak 300 orang. Karakteristik penduduk sebagian besar sebagai petani penggarap sawah tadah hujan/tegalan di musim hujan, sedang di musim kemarau lebih banyak merantau berjualan sebagai pedagang atau bekerja di sektor informal lain, terutama buruh bangunan. Sebagian yang lain bekerja sebagai buruh pabrik.
Status sosial ekonomi masyarakat yang rata-rata masih menengah ke bawah, serta kondisi sarana/prasarana desa yang masih memprihatinkan berdampak pada pembangunan kesehatan masyarakat desa. Pelayanan kesehatan masyarakat desa belum optimal untuk mendukung budaya hidup sehat di kalangan masyarakat. Padahal, perwujudan kesehatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia.Satu-satunya pelayanan kesehatan yang berada di desa dilakukan oleh PKD (Poliklinik Kesehatan Desa) yang ditangani oleh satu orang bidan desa.
Wahana masyarakat untuk
memberikan dukungan pelayanan
kesehatan (khususnya promotif/preventif) yang kondisinya saat ini juga mengalami kumunduran adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu merupakan kegiatan dari, oleh, dan untuk masyarakat sebagai salah satu bentuk unit pelayanan kesehatan yang berbasis pada masyarakat guna pengembangan sumber daya manusia
secara dini. Pada tataran ideal, Posyandu harus mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan dengan optimal. Sebagian kegiatan Posyandu di sektor kesehatan dan keluarga berencana, antara lain yaitu: (1) Sektor kesehatan: penimbangan
bayi/balita, pemberian imunisasi, pemeriksaan ibu hamil (Bumil), ibu meneteki (Buteki), ibu nifas (Bufas), pelayanan gizi, penyuluhan kesehatan, pengobatan umum, program penanggulangan penyakit menular, pelayanan KB, dan pemeriksaan gigi.
(2) Sektor keluarga berencana:
penyiapan akseptor KB dan penyuluhan KB
Untuk menilai tingkatan Posyandu berdasar kegiatannya, dibagi menjadi empat kriteria: pratama, madya, purnama, dan mandiri. Klasifikasi tingkatan Posyandu tersebut dinilai menurut intensitas kegiatan yang meliputi:
pemantauan pertumbuhan Balita,
3
setiap kegiatan, maka semakin tinggi tingkatan Posyandu.
Dengan melihat tingkatannya, dapat dinilai sejauh mana perkembangan Posyandu yang bersangkutan. Posyandu
yang ideal dan menjadi harapan ialah Posyandu yang memiliki kriteria mandiri. Eksistensi Posyandu di Desa Krasak dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 1
Karakteristik Posyandu Desa Krasak
No. Nama Lokasi Strata Keterangan
1 Teratai Dk. Kalicebong Madya Jumlah Balita: 50, Bumil: 3 Jumlah Kader: 4
2 Dahlia Dk. Babadan Madya Jumlah Balita: 35, Bumil: 3 Jumlah Kader: 5
3 Mawar Dk. Krasak Madya Jumlah Balita: 34, Bumil: 3 Jumlah Kader: 5
4 Anggrek Dk. Jering Madya Jumlah Balita: 38, Bumil: 3 Jumlah Kader: 6
5 Kenanga Dk. Kr.pilang Madya Jumlah Balita: 13, Bumil: -Jumlah Kader: 5
6 Melati Dk. Kr.mojo Madya Jumlah Balita: 22, Bumil: -Jumlah Kader: 5
Sumber: Bidan Desa Krasak
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa seluruh Posyandu di Desa Krasak memiliki strata “madya”. Dalam beberapa tahun belakangan ini, perkembangan
beberapa Posyandu mengalami
kelambanan, bahkan ketersendatan akibat kekurangberdayaan. Persoalan yang dihadapi Posyandu di Desa Krasak meliputi:
1. Kuantitas dan kualitas kegiatan Posyandu tidak bisa berkembang. Di sejumlah Posyandu kegiatan rutin bulanan cenderung berjalan apa adanya. Misalnya, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita dan Ibu Hamil jarang dilakukan.
2. Keterbatasan pengetahuan kesehatan dari kader/masyarakat. Posyandu yang tidak berdaya terutama disebabkan oleh keterbatasan kemampuan kader/masyarakat dalam hal pengetahuan kesehatan; seperti pengetahuan tentang penyakit, gizi, dan sanitasi.
3. Kelemahan kemampuan manajerial
(soal kemampuan mengelola
Posyandu).
5. Keterbatasan sarana/prasarana yang dimiliki Posyandu. Sarana/prasarana yang sangat minim berakibat pelayanan dan operasionalisasi Posyandu tidak maksimal. Sebagai contoh: kondisi ebelair Posyandu yang hanya mempunyai meja, sedangkan kursi meminjam dari warga setempat.
6. Partisipasi warga yang rendah. Keterbatasan kinerja Posyandu berakibat partisipasi masyarakat rendah. Masyarakat kurang antusias terhadap kegiatan Posyandu karena kegiatan Posyandu yang apa adanya.
Faktor-faktor penyebab
ketidakberdayaan Posyandu tersebut dapat didekati dari dua aspek, persoalan kapasitas manajerial dan kapasitas pemahaman teknis kesehatan kader. Aspek manajerial adalah terkait dengan bagaimana meningkatkan kapasitas manajerial kelembagaan Posyandu. Sedangkan aspek pemahaman teknis kesehatan kader terkait dengan bagaimana pengetahuan kader tentang dasar-dasar kesehatan masyarakat, terutama kesehatan ibu dan anak.
Peningkatan kualitas Posyandu secara teoritis dapat berkontribusi untuk
meningkatkan status kesehatan
masyarakat, khususnya dalam
mempromosikan program kesehatan.
Posyandu menjadi wahana efektif dalam menyampaikan program P2TB, program P2DBD, program kesehatan mata, program PKD (Poliklinik Kesehatan Desa), dan program kesehatan masyarakat lainnya.
B. PERMAALAHAN MITRA
Berdasarkan uraian sebelumnya, permasalahan yang dihadapi mitra (Posyandu) dapat didekati dari aspek kapasitas manajerial dan aspek kapasitas pemahaman teknis kesehatan kader. Aspek manajerial adalah terkait dengan bagaimana meningkatkan kapasitas manajerial kelembagaan Posyandu. Sedangkan aspek pemahaman teknis kesehatan kader terkait dengan bagaimana pengetahuan kader tentang dasar-dasar kesehatan masyarakat, terutama kesehatan ibu dan anak.
Dengan demikian persoalan prioritas yang ditentukan dari aspek manajerial dan aspek pemahaman teknis kesehatan kader
tersebut meliputi: bagaimana
meningkatkan kapasitas kader dalam pengelolaan kelembagaan Posyandu (khususnya pengelolaan kegiatan, sarana/prasarana, dan dana operasional); serta bagaimana kapasitas pengetahuan kesehatan dasar kader sebagai pelopor, fasilitator, dan motivator dalam
mendukung promosi kesehatan
5
sumber persoalan dalam memberdayakan
Posyandu secara berkelanjutan.
Peningkatan kapasitas manajerial dan kapasitas pemahaman teknis kesehatan kader diharapkan menjadi solusi atas permasalahan yang ada.
C. OLUI YANG DITAWARKAN
Metode yang ditawarkan untuk menyelesaikan persoalan kapasitas manajerial dan kapasitas pemahaman teknis kesehatan kader tersebut adalah dengan mengadopsi pendekatan capacity building dan pendekatan governance.
Capacity building merupakan serangkaian strategi yang ditujukan dalam rangka penguatan kelembagaan untuk meningkatkan kinerja dengan memusatkan perhatian pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, perbaikan sarana/prasarana, dan peningkatan pendanaan. Pendekatan governance
merupakan kolaborasi, kemitraan, dan jejaring antar elemen-elemen negara, sektor swasta, dan masyarakat sipil.
Pendekatan capacity building
dimaksudkan untuk meningkatkan
kapasitas Posyandu saat ini, sedangkan pendekatan governance dimaksudkan untuk mewujudkan kemitraan antara Posyandu, pemerintah (Puskesmas/desa), dan sektor privat (perusahaan) yang
diarahkan untuk menjamin
kesinambungan/keberlanjutan
(sustainability) pengembangan Posyandu di masa depan.
Metode pendekatan tersebut untuk menyelesaikan persoalan dalam kurun waktu realisasi program IbM (8 bulan).
Kerangka pemikiran program pengabdian :
PERUSAHAAN
PUSKESMAS/ DESA UNS
POSYANDU “MADYA”
POSYANDU “PURNAMA”
Capacity building & menjalin kemitraan
Tahap Pengabdian
Pasca Pengabdian (Keberlanjutan)
Secara terstruktur, tahapan kegiatan dan jadwal penelitian disampaikan sebagai berikut:
Tabel 2
Tahapan Kegiatan Pengabdian
No Kegiatan Tujuan Partisipasi Mitra
1 Need assesent a. Penyamaan persepsi b. Memotret kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman dari institusi mitra c. Perencanaan pengembangan
kegiatan
a. Menyamakan persepsi b. Melakukan orientasi
diri
c. Merencanakan
pengembangan kegiatan bersama tim UNS 2 Pengembangan
kapasitas lembaga a. Meningkatkan pengetahuan manajemen organisasi b. Meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan teknis c. Meningkatkan
sarana/prasarana dan kuantitas/kualitas kegiatan
Sebagai peserta aktif
3 Pengembangan
kemitraan a. Menjalin kemitraan antara Posyandu dengan Puskesmas dan Perusahaan
b. Tersusunnya kaji tindak kemitraan antara Posyandu dengan Puskesmas dan Perusahaan
Sebagai peserta aktif
4 Monitoring dan
evaluasi a. Memperoleh hasil pengamatan
b. Merumuskan permasalahan dan solusi atas permasalahan tersebut
a. Melakukan evaluasi diri b. Pelaku aktif dalam
melakukan perbaikan
D. TARGET LUARAN
Luaran yang ditargetkan dalam pengabdian masyarakat di Desa Krasak ini adalah :
1. Metode/pola untuk mengembangkan
kapasitas manajerial dan
pengetahuan teknis kesehatan dasar kader Posyandu. Dampak yang
PUSKESMAS/ DESA PERUSAHAAN
7
diharapkan adalah pengembangan
kapasitas kelembagaan Posyandu
(khususnya kualitas SDM kader, perbaikan sarana/prasarana, dan peningkatan dana operasional) sehingga dapat mendukung keberlanjutan pemberdayaan Posyandu. 2. Jasa, terutama dalam bentuk
pemberian fasilitasi untuk meningkatkan kualitas SDM kader.
Luaran tersebut pada prinsipnya ditujukan untuk meningkatkan kinerja Posyandu sehingga akan memberdayakan Posyandu menuju tingkatan Posyandu “purnama”, yang dinilai menurut intensitas kegiatan :
pemantauan pertumbuhan Balita,
pemantauan dan pembinaan perkembangan Balita, pembinaan kesehatan ibu hamil, pelacakan dan rujukan Balita gizi buruk, jumlah kader gizi/Posyandu, mobilisasi dana masyarakat, sarana dan prasarana Posyandu, pelaksanaan taman gizi, peran lintas sektor, dan dana sehat. Lebih rinci, tujuan pengabdian ini adalah untuk: (1) Meningkatkan kemampuan manajerial (pengelolaan) kader Posyandu; (2) Meningkatkan pengertian/wawasan dasar kader tentang ilmu kesehatan masyarakat; (3) Mengembangkan jejaring kerjasama antara Posyandu, pemerintah, dan sektor privat (perusahaan); (4) Meningkatkan
perhatian akademisi terhadap
pemberdayaan Posyandu; dan (5) Meningkatkan pengembangan IPTEKS, terutama Ilmu Administrasi Publik.
E. HAIL & PEMBAHAAN
KEGIATAN
Kegiatan Pengabdian Masyarakat di Desa Krasak Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2013. Diikuti oleh seluruh kader Posyandu aktif sejumlak 32 kader dari seluruh Posyandu di desa Krasak. Pembekalan para kader Posyandu tersebut meliputi :
1. apacity building
Menurut Grindel capacity building didefinisikan sebagai “serangkaian strategi yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan responsivitas dari kinerja pemerintahan, dengan memusatkan perhatian pada pengembangan dimensi sumber daya manusia, penguatan organisasi, reformasi kelembagaan atau lingkungan” (Keban, 1999).
Adapun hal-hal yang kiranya perlu diperhatikan oleh Posyandu adalah
bagaimana membangun kapasitas
kelembagaan yang mencakup beberapa aspek, terutama dalam pengembangan
organisasi dan manajemen; dan
a. Pengembangan Organisasi dan Manajemen
Tantangan kelembagaan Posyandu
diantaranya adalah bagaimana
menciptakan harmonisasi, sinkronisasi, koordinasi, integrasi, dan pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukan seluruh stakeholders. Penyempurnaan kelembagaan dilakukan melalui pembuatan struktur Posyandu yang lebih longgar dan fleksibel, yang memungkinkan semua pihak terlibat dan meningkat kapasitasnya serta mampu melaksanakannya. Struktur yang bersifat terbuka dan berinteraksi dengan lingkungannya, akan membuat organisasi lebih dinamis dan berkelanjutan melangsungkan kehidupannya. Menurut Saxena (dalam Effendi, 1989), struktur yang organis adaptif mempunyai pola hubungan yang lebih longgar dan terbuka terhadap pengaruh dari luar. Partisipasi dalam perumusan tujuan menjadi lebar, sehingga terbuka kesempatan luas untuk keterlibatan dari bawah (botto-up) maupun dari atas (top-down).
Diharapkan dengan sistem terbuka, Posyandu akan lebih mengedepankan kekuatan organisasi, yang bercirikan kebersamaan (socialized power) melalui kegiatan konsultatif, partisipatif, koordinatif, kooperatif, dan berdasarkan sistem organisasi dan manajemen yang rasional dan netral. Dalam menciptakan
suasana dengan iklim kerjasama yang kondusif di dalam organisasi, kiranya perlu diperhatikan Cooperate Strategis Alliance (CSA), yang mengedepankan beberapa hal :
1) pimpinan harus mampu mewujudkan respek dari semua komponen yang ada di dalam kebersamaan, untuk saling mengisi, atau mengimbangi sebagai kekuatan organisasi; 2) organisasi harus mampu menciptakan suasana keterbukaan, dengan mengembangkan dan mengedepankan sistem komunikasi yang bersifat langsung;
3) organisasi harus mampu
mengembangkan suasana kerjasama
dengan didukung adanya saling
kepercayaan antara satu dengan lainnya; 4) organisasi harus mengembangkan dan menciptakan sistem kerjasama yang memberikan adanya kesempatan yang sama di dalam merasakan manfaat yang diberikan organisasi kepada individu.
b. Pengembangan Sumber Daya
Manusia
9
pelaksananya. Penyelenggaraan
pendidikan dan latihan dimaksudkan sebagai proses pengembangan ketenaga kerjaan dalam memberikan profil pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan personil, baik untuk masa sekarang maupun masa mendatang. Lebih lanjut, pendidikan dan latihan (diklat) juga
dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan memadukan teori ilmiah dengan pengalaman yang diperoleh dalam praktek di lapangan, termasuk di dalamnya peningkatan kemampuan menerapkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Melalui pengembangan organisasi dan manajemen serta pengembangan sumber daya manusia diharapkan kapasitas kelembagaan Posyandu dapat meningkat. Pengembangan organisasi dan manajemen
mencakup upaya internal dalam
memperbaiki kualitas sarana/prasarana dan pengelolaan dana operasional, serta upaya eksternal dalam menjalin kemitraan dengan Puskesmas dan Perusahaan.
2. Governance
Konsep governance berhubungan dengan format negara yang terbuka dan inklusif yang membuka interaksi intensif dengan pelaku bisnis dan komponen civil society. Dalam pandangan Bank Dunia, governance dimaknai sebagai
“penggunaan kekuasaan politik untuk mengatur dan mengelola bangsa.” Laporan tahunan Bank Dunia tahun 1989 menekankan pentingnya legitimasi politik dan konsensus bagi proses-proses pembangunan yang berkelanjutan. Dalam rangka membangun konsensus itu, aktor - aktor dari kelompok bisnis, pemerintah maupun civil society harus dikelola secara sinergis. Sementara, peran negara di sini tidak lagi hanya menjalankan fungsi-fungsi regulatif, melainkan hanya menjalankan fungsi fasilitatif. Dengan demikian, governance menurut versi Bank Dunia hanya bisa ditegakkan dengan jalan melibatkan aktor-aktor non negara seluas-luasnya dan dengan membatasi intervensi pemerintah.
Dalam konsepsi UNDP, prinsip-prinsip partisipasi, transparansi, akuntabel, rule of law, responsif, berorientasi pada konsensus, equity serta inclusiveness menjadi pondasi penting bagi tegaknya governance (Pratikno, 2005).
bahwa ”the first and the ost iportant evident eaning of governance as public adinistration is that it describes a wide range of types of organization and institutions that are linked together and engaged in public activities.” Kedua, nilai yang menjadi dasar dalam penggunaan kekuasaan. Dalam administrasi publik yang tradisional, efisiensi dan efektivitas menjadi nilai utama yang ingin diwujudkan. Gerakan administrasi publik publik baru (new public adinistration) yang muncul pada 1970-an telah mengkritisi hal ini dengan menawarkan nilai baru, seperti : keadilan publik, kebebasan, dan kemanusiaan. Ketiga,
dimensi proses. Yang mencoba
menjelaskan bagaimana berbagai publik dan lembaga memberikan respon terhadap berbagai masalah publik yang muncul di lingkungannya. Ilmuwan administrasi publik lain seperti Garvey (1993), Behn (1991), dan Dilulio (1994) juga menjelaskan proses governance tidak lebih daripada proses kebijakan untuk merespon masalah-masalah publik yang melibatkan banyak pelaku, pemerintah dan non pemerintah.
Reformasi administrasi publik merupakan agenda yang mendesak untuk dituntaskan. Selain sebagai upaya untuk memperbaiki sistem administrasi publik Indonesia yang masih jauh dari harapan,
reformasi administrasi publik juga telah menjadi tuntutan, tantangan, dan peluang dalam tatanan regional dan global. Good governance merupakan tujuan akhir dari reformasi administrasi. Sebuah sistem pemerintahan yang baik memfasilitasi representasi (perwakilan) demokratis dan meliputi struktur dan proses yang diperlukan untuk menunjukkan atribut pertanggungjawaban, transparansi, kepekaan, efektivitas, efisiensi, inklusivitas, kewajaran, aksesibilitas, partisipasi, dan kemampuan untuk mengikuti kaidah hukum. Reformasi administrasi publik dimaksudkan untuk menunjukkan karakteristik tersebut, oleh karenanya, merupakan suatu bagian yang utuh dari pemerintahan yang baik.
Governance hanya akan terwujud jika muncul kolaborasi, kemitraan, dan jejaring antar elemen-elemen governance, yaitu negara, sektor swasta dan masyarakat sipil. Jejaring menjadi ciri penting dari pengembangan organisasi modern saat ini, baik organisasi swasta atau publik. Dalam
pandangan Bank Dunia,
governance dimaknai sebagai “penggunaa n kekuasaan politik untuk mengatur dan mengelola bangsa”. Laporan tahunan Bank Dunia tahun 1989 menekankan pentingnya legitimasi politik dan
konsensus bagi
Dalam rangka membangun konsensus
itu, aktor-aktor dari kelompok bisnis, pemerintah maupun civil society harus dikelola secara sinergis. Sementara, peran negara di
sini tidak lagi hanya
menjalankan fungsi-fungsi regulatif, melainkan hanya menjalankan fungsi fasilitatif. Dengan demikian, governance menurut versi Bank Dunia hanya bisa ditegakkan dengan jalan melibatkan aktor-aktor non negara seluas-luasnya
dan dengan membatasi
intervensi pemerintah (Pratikno, 2005). Konsepsi mengenai governance menjadi dasar atas perwujudan kemitraan antara Posyandu, Puskesmas, dan Perusahaan. Peran Puskesmas adalah pembina teknis Posyandu sebagai bagian dari tugas pokok dan fungsi Puskesmas dalam menumbuh-kembangkan partisipasi masyarakat di bidang kesehatan. Sedangkan peran perusahaan adalah
memberikan dukungan (terutama
pendanaan) sebagai bagian tanggung-jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR).
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan adalah: perubahan ukuran fisik dari waktu ke waktu, baik dari segi dimensi, proporsi, maupun komposisi
tubuh. pada manusia, ukuran fisik (tubuh) disebut juga dengan istilah antropometri.
perkembangan adalah perubahan
kemampuan anak dalam gerakan motorik kasar/halus, kecerdasan, mental, perilaku dari waktu ke waktu.
Perbedaan pertumbuhan dan
perkembangan:
Pertumbuhan: perubahan yang dapat diukur secara kuantitatif (contoh: dari 5 kg menjadi 6 kg, dari 54 cm menjadi 60 cm). Perkembangan: perubahan yang hanya dapat diukur secara kualitatif (contoh: dari dapat merangkak menjadi dapat berdiri, dari tidak dapat bicara menjadi dapat bicara, dsb.).
Kesamaan pertumbuhan dan
perkembangan:
1. pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses perubahan yang mengikuti perjalanan waktu (contoh: dari bulan ke bulan).
2. pertumbuhan dan perkembangan hanya dapat diketahui bila dilakukan pemantauan secara teratur dan terus menerus.
3. setiap anak memiliki jalur
pertumbuhan dan perkembangan normal (“trajectory”) yang bervariasi.
1. mengetahui status pertumbuhan individu balita dari waktu ke waktu secara teratur.
2. mengetahui secara lebih dini (awal) terjadinya gangguan pertumbuhan pada individu balita.
3. memberikan tindakan
penanggulangan (intervensi) segera
pada anak yang mengalami
gangguan pertumbuhan agar dapat dikembalikan ke jalur pertumbuhan normalnya.
4. memberikan konseling pada
ibu/pengasuh anak dalam upaya mempertahankan atau meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan anak. Syarat pemantauan pertumbuhan:
1. anak ditimbang secara teratur setiap bulan (di Posyandu atau di tempat lain) dan memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat)
2. setiap ditimbang KMS anak harus dibawa
3. berat badan anak harus di plot ke dalam KMS
4. status pertumbuhan anak harus dinilai dengan melihat kurva berat badannya dalam KMS untuk menilai N=naik atau T=tidak naiknya
5. ibu atau pengasuh balita harus diberikan informasi atau konseling
sehubungan dengan status
pertumbuhan anak.
Pengertian tumbuh normal:
Pertumbuhan yang normal jika berat badan dan panjang badan tumbuh pada persentil yang sama. Dalam aplikasi dengan menggunakan KMS, tumbuh normal jika grafik pertumbuhan berat badan anak sejajar dengan kurva baku.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan: 1. faktor umur: pertumbuhan mengikuti
perjalanan waktu (umur), kecepatan tumbuh bervariasi menurut umur 2. faktor tinggi atau panjang badan:
berat badan berhubungan linier dengan panjang atau tinggi badan
3. faktor gizi dan kesehatan:
pertumbuhan berjalan normal atau tidak normal tergantung keadaan gizi dan kesehatan anak
4. faktor genetik: dalam keadaan ekonomi dan kesehatan yang baik, faktor keturunan (genetik) mempunyai peran penting terhadap pertumbuhan anak.
Cara menentukan garis pertumbuhan normal (“growth trajectory”):
1. anak harus sudah ditimbang dan diukur panjang atau tinggi badannya 2. gunakan tabel 3 (contoh), untuk
mencari berat badan normal (pada batas –1 sd) menurut panjang atau tinggi badan anak tersebut
3
(kurva) pertumbuhan normal anak dimulai dari berat badan normal sejajar dengan garis kurva terdekat pada KMS.
Apakah anak Bawah Garis Merah adalah anak gizi buruk ?
Belum tentu. Karena anak yang berat badannya di bawah garis merah (BGM), dapat merupakan cerminan dari keadaan berikut:
1. Benar keadaan gizi-nya buruk karena berat badan menurut tinggi badannya (BB/TB) di bawah -3 SD dari baku BB/TB
2. Bukan gizi buruk, karena anak bersangkutan pendek menurut umurnya sehingga berat badannya jauh lebih rendah dari berat badan normal menurut umurnya, tetapi
menurut tinggi badannya
proporsional (normal).
Apakah anak yang BB nya di pita kuning adalah anak gizi kurang ?
Belum tentu. Karena anak yang berat badannya berada di pita warna kuning, dapat merupakan cerminan dari keadaan berikut:
1. Benar keadaan gizi-nya kurang karena berat badan menurut tinggi badannya (BB/TB) di bawah –2 SD dari baku BB/TB
2. Bukan gizi kurang, karena anak bersangkutan pendek menurut
umurnya sehingga berat badannya lebih rendah dari berat badan normal menurut umurnya, tetapi BB menurut tinggi badannya proporsional (normal).
Apakah anak yang Berat Badan-nya di pita hijau adalah anak gizi baik ?
Belum tentu. Karena anak yang berat badannya berada di pita warna hijau, dapat merupakan cerminan dari keadaan berikut:
1. Benar keadaan gizi-nya baik karena berat badan menurut tinggi badannya (BB/TB) di antara –2 SD dan + 2 SD dari baku BB/TB
2. Bukan gizi baik, karena anak bersangkutan jangkung (TB nya melebihi rata-rata TB anak normal) pada umur tersebut, sehingga berat badannya tidak proporsional menurut tinggi badannya (kurus) atau BB/TB < -2 SD.
Apakah anak yang Berat Badan-nya di atas pita kuning teratas dalam KMS adalah anak gizi lebih ?
Belum tentu. Karena anak yang berat badannya berada di atas pita kuning teratas dalam KMS, dapat merupakan cerminan dari keadaan berikut:
2. bukan gizi lebih, karena anak bersangkutan jangkung (TBnya melebihi rata-rata TB anak normal) pada umur tersebut, dan berat badannya proporsional menurut tinggi badannya (normal) atau BB/TB antara –2 SD dan +2 SD.
F. KEIMPULAN & ARAN
Kesimpulan :
1) Kegiatan perberdayaan
masyarakat di Desa Krasak, khususnya para Kader Posyandu di daerah yang terpencil, pada prinsipnya ditujukan untuk meningkatkan kinerja Posyandu setempat. Pengembangan dan
pemberdayaan SDM sangat
penting mengingat Posyandu adalah ujung tombak bagi adanya alih informasi dan keterampilan kepada masyarakat dalam bidang kesehatan publik.
2). Sehingga dengan kegiatan yang menitikberatkan pada upaya
pemberdayaan masyarakat
tersebut sangat penting dan menjadi harapan masyarakat untuk di tindaklanjuti dengan kreatifitas dalam pengalian dana secara mandiri dari, oleh , dan
untuk masyarakat.
aran :
1). Perlu peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengaktifkan peran Posyandu agar lebih optimal dalam pelayanan dari, oleh, dan untuk masyarakat.
2). Kader sebagai ujung tombak kemajuan posyandu perlu dibekali dengan keahlian yang bisa mendorong kreatifitas kader.
Daftar Pustaka :
Budi Winarno.2007. Kebijakan Publik : Teori & Proses. Jogjakarta : Media Press
Miftah Thoha. 2005. Diensi-diensi Pria Ilu Adinistrasi Negara. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Miftah Thoha. 2007. Birokrasi & Politik di Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Moeljarto Tjokrowinoto. 1995.
Pebangunan Ekonoi, Suber Daya Manusia & Masalah Sosial. Jogjakarta : PPK-UGM.
5
Peberdayaan. Bandung : Mandar Maju.
Sudarmanto. 2009. Kinerja dan
Pengebangan Kopetensi SDM : Teori, Diensi Pengukuran, Ipleentasi dala Organisasi. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.