• Tidak ada hasil yang ditemukan

Multikulturalisme dan Demokratisasi di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Multikulturalisme dan Demokratisasi di Indonesia"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Multikulturalisme

dan Demokratisasi

di Indonesia

Mohtar Mas’oed

(2)

Makna Budaya

Mohtar Mas’oed

(3)

Budaya (Culture)

Semua idea, praktik, dan obyek material

yang diciptakan manusia untuk

menangani masalah kehidupan nyata.

Budaya dipelajari, dimiliki bersama, dan

disebarkan dari satu orang ke orang lain dan diwariskan dari satu generasi ke

generasi berikutnya.

(4)

Sumber Budaya

Karena mampu menciptakan

budaya, manusia mampu

beradaptasi dengan lingkungannya.

Manusia berkembang karena

mereka bisa:

Menciptakan simbol-simbol

Membuat alat-perkakas.

(5)

“Survival Kit” Budaya

• Abstraksi: Kemampuan menciptakan gagasan umum, atau cara berpikir yang terlepas dari sesuatu yang khusus

Simbol: memungkinkan kita untuk mengklasifkasi

pengalaman dan membuat generalisasi mengenai pengalaman itu.

• Kerjasama: Kemampuan menciptakan kehidupan sosial yang kompleks

Norma: Tata-cara yang diterima secara umum (aturan

atau patokan baku); adat-istiadat (folkways) dan aturan moral (mores);

Nilai (values): Gagasan kolektif dan kriteria.

• Produksi: Membuat dan menggunakan alat dan

teknik yang meningkatkan kemampuan kita untuk memanfaatkan sumberdaya alam.

(6)

Unsur Pembentuk

Budaya

KEMAMPUAN MANUSIA Abstraksi Kerjasam a Produksi Unsur

Budaya Idea Norma Budaya Material

KEGIATAN BUDAYA

Bidang

keilmuan Teori Eksperimen Penerapam ilmu kesehatan Bidang

hukum

Nlai Aturan Pengadilan, penjara

Bidang

religius Merumuskan sabda Tuhan sehingga

dimengerti manusia

Tatacara

Keagamaan Seni & arsitektur rumah

(7)

Memahami Budaya

Suatu budaya mudah dimengerti kalau:

Anda tidak terlalu dalam terlibat di

dalam budaya itu atau terlalu jauh

darinya.

Untuk memahami budaya jangan:

Memandang budaya sendiri secara

“taken-for-granted” dan

(8)

Multikulturalisme dan

Demokratisasi di

Indonesia

Mohtar Mas’oed

(9)

Mimpi Buruk bernama

Orde Baru

“Nation-building”

Asimilasi → monisme

“State-building”

Negara intervensionis → merasuk ke

lubuk masyarakat paling dalam

“Market-creation”

(10)

“Nation-building”?

Gagasan awal (ideal)

Bhinneka Tunggal IkaMulti-kulturalisme

Praktik (realpolitik)

– Asimilasi (mayoritas menyerap sisanya)

Nalar

Keharusan struktural mendukung

(11)

Menciptakan Satu

Identitas

Asimilasi?

(Etnik mayoritas menyerap minoritas)

ATAU

Multi-kulturalisme

(“Bhineka Tunggal Ika”)?

(Masing-2 kelompok etnik berkembang, tetapi diikat oleh ideologi yang sama atau “common

(12)

Modernisasionis = Monistik

Demokrasi tidak mungkin tumbuh tanpa

wadah “nation-state”

Nation-building demi identitas nasional tunggal mengatasi identitas ”primordial.”

Modernisasi kultur politik → sekularisasiPembangunan ekonomi → pasar tunggal

Multi-kulturalisme mengganggu

modernisasi politik (demokrasi)

“Nation-building” Eropa (abad 16-17) dilakukan dg penghapusan perbedaan (“ethnic

(13)

Asimilasi Kultural

13

MONISME KULTURAL

TEORI

“MELTING-POT”

(14)

Multi-kulturalisme

14

PLURALISM E

KULTURAL

(15)

15

Multikulturalisme dalam

Politik

Mensyaratkan:

1. Pengakuan tentang makna penting

kultur bagi penerapakan hak individual. 2. Perlindungan terhadap berbagai

konsepsi mengenai apa yang baik bagi individu maupun bagi kelompok.

the politics of

(16)

16

Multikulturalisme vs.

Liberalisme

Liberalisme = Hak individual

(17)

17

Indonesia ≠ Melting Pot

Indonesia bukan campuran antara

berbagai jenis orang melebur dalam

satu kultur baru.

Indonesia = Multikulturalis.

– “Melting pot” = asimilasi yang dipaksakan. Berbagai kelompok etnik di Indonesia tidak di “Jawa”-kan. Masing-2 secara kultural

otonom.

– Masyarakat Indonesia pada kenyataannya berbeda-beda, multi-etnik, multi-kultural.

(18)

18

Multikulturalisme

Menghargai keanekaragaman etnik

dan ras.

Mengakui bahwa semua kultur

memiliki nilai setara.

Mendorong munculnya

kebanggaan atau kepercayaan-diri

(self-esteem) dan keberhasilan

(19)

Mayoritas-Minoritas

Elite-Massa

Jumlah Kekuasaan

Mayoritas + +

Elite - +

Massa +

(20)

-“Political Civility”: Ideal

Tiga nilai: kebebasan, kesetaraan dan

toleransi. Penjamin anggota masy majemuk berinteraksi tanpa dominasi politik (Hefner, 1998:10).

Dalam komunitas spt itu orang terlibat aktif

dalam kegiatan kemasyarakatan &

bersemangat publik ("civic engagement");

saling berinteraksi sebagai warga yang setara, dengan hak dan kewajiban yang sama; saling membantu, menghormati,

saling-percaya, setia-kawan, dan saling-toleran; dan menggiatkan asosiasi atau perkumpulan

(21)

Tantangan terhadap

Demokrasi

Muti-kultural

Politik identitas?

(22)

Politik Identitas: Realpolitik

Identitas penduduk semakin beragam;

masing2 berhak representasi politik

Muncul kelompok identitas. Keanggotaan

berdasar “social marker” (ras, etnisitas, kelas, sex, dsb.). Ada yg dipilih sendiri, ada yg akibat sosialisasi atau bawaan.

Perlu penanganan dg “multi-kulturalisme”Multi-kulturalisme hanya berhasil kalau

disertai dg toleransi pd perbedaan

(23)

Makna kelompok

identitas

Keterikatan pada tradisi, bahasa dan

bentuk2 kultural lain = aspek penting

eksistensi sosial. Ada yg bersedia mati

untuk itu.

Kelompok tertindas perlu jaminan

perwakilan agar suara didengar.

Kebijakan yg adil perlu partisipasi &

keterlibatan semua kelompok. Ini

(24)

Empat kelompok

identitas

Kelompok kultur

Asosiasi sukarela

Kelompok askriptif

Berdasar “unchosen social marker”

(gender, warna kulit, etnisitas, difable)

(25)

Masyarakat “aseli”

Paling dirugikan karena

Tidak dilibatkan dlm proses kebijakanJumlah sedikit

Secara kultural sangat berbeda dari

kelompok mayoritas

Terisolasi secara geografkEkologi rentan

(26)

Masyarakat “aseli” (2)

Identitas kultural + ketimpangan =

resep untuk konfik

Bgmn mengurangi “pengucilan

politik”?

Bgmn lindungi hak mereka?

Bgmn tanggapi retorika intoleransi

(27)

Perlu kebijakan publik

Penyediaan sumberdaya publik agar

mereka bisa mengorganisasi diri

Agar mereka bisa mengusulkan

kebijakan

Wewenang utk veto kebijakan yg

(28)

Beri kesempatan pada kelompok

identitas yg dukung demokrasi (1)

Karena kehidupan asosiasional dlm

demokrasi liberal: atomistik,

“interest-oriented”, “homogenizing

universalist” tidak peka kultur.

Politik identitas (“pol of diference”)

akui perbedaan, komunitas & peka

kultur.

Pol of diference: Perlindungan kultur

(29)

Beri kesempatan pada kelompok

identitas yg dukung demokrasi (2)

Kelompok yang mana?

Yang anggotanya bebas memilihTidak melanggar keadilan

Problem

Kelompok identitas yg “beruntung” tidak

bersedia menantang “status quo.”

Mereka justru melanggengkan struktur

(30)

Tantangan bagi pejuang

demokrasi

Bukan hanya merumuskan landasan

bagi kesepakatan rasional

TETAPI

Mengembangkan institusi2 yg

secara aktif mengelola konfik dan

antagonisme yang menyertai

(31)

Format demokrasi apa?

Demokrasi perwakilan dg system pemilihan

berdasar “satu-orang-satu-suara” dalam

masyarakat multi-etnik lebih menguntungkan mayoritas karena jumlah mereka.

Apa yang bisa dilakukan?

Membatasi kekuasaan legislasi pusat, yang

didominasi kaum mayoritas, dengan cara memindahkan sejumlah kekuasaan kepada badan-badan regional (Otonomi Daerah);

“Checks and balances” di tingkat pusat demi

menjamin hak minoritas. (Berbagai cara “power-sharing” di tingkat pusat seperti

“Consociationalism”).

(32)

Tantangan

(33)

Empat “Isme”

CITA-CITA NILAI MEKANISM

E

KAPITAL-ISME Akumulasi kapital Solidaritas cari-untung Trans- (supra-) nasional

NASIONAL-ISME Penguatan & integritas

negara-bangsa

Ikatan

patriotik Nasional

NATIV-ISME Integritas & kelestarian etnik/daerah Persaudaraa n dalam darah/daerah Sub-nasional (“Ethno-politics”) KONFESSIO

(34)

Mengapa “Confessional

Politics”?

Pola umum pasca-Perang Dingin.

Kebangkitan kembali politik berbasis agama. Lembaga agama terbukti efektif sbg

kerangka kerjasama membentuk koalisi politik.

– Revitalisasi identitas politik berdasar agama.

Menjadi semakin merebak ketika terjadi

gelombang liberalisasi & demokratisasi.

• Tidak jadi soal asal berlangsung dalam

(35)

“Confessional Politics” =

Otoriterisme?

Apakah akan berkembang menjadi

patologis atau tidak tergantung pada

pengelola negara.

o Pemerintah yang ambil inisiatif

mem-fasilitasi perkembangan civil society yang sehat umumnya berhasil hindarkan

perpolitikan konfessional yang menghancurkan demokrasi.

o Yang tidak melakukan itu mendapati

(36)

Sementara itu, pemerintah

nasional hadapi tantangan

dari dua arah,

trans-nasional dan lokal

Di satu sisi, pemerintah harus

menanggapi tantangan

“globalisasi”

(utk me-fasilitasi akumulasi kapital) dg

akibat sebagian wewenangnya

diserahkan pada lembaga internasional.

Di sisi lain, pemerintah juga harus

berbagi kekuasaan dengan

pemerintah-pemerintah di bawahnya

(37)

Kemerosotan kapasitas

pemerintah

• Akibatnya, kapasitas pemerintah

membuat keputusan secara otonom

merosot, justru ketika perannya sangat diperlukan untuk menggerakkan

pembaharuan.

• Ini berdampak pada penurunan tingkat

kepercayaan warga thd kemampuan pem menjamin implementasi amar konstitusi.

Sebaliknya, daya tarik “isme-isme”lain

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang dibahas dalam wawancara itu meliputi bagaimana cara mengelola dan pengembangan kuliner khas Desa Tegalsambi, antara lain tentang jenis kuliner yang

Kesimpulan : Terdapat hubungan antara faktor budaya dan tingkat pengetahuan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi di Desa Pengalusan Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga..

Besarnya pengaruh pada variabel sertifikasi guru (X) terhadap variabel kinerja guru (Y) sebesar 0,798 yang berarti bahwa pengaruh sertifikasi guru (X) terhadap kinerja

kekerapan menggunakan komputer mempunyai pertalian yang signifikan yang kuat dengan sikap pengetua terhadap penggunaan komputer dalam pengurusan dan pentadbiran

Penyusunan peraturan perundang-undangan bukan hanya mengacu kepada tujuannya untuk melindungi masyarakat dan memberikan kepastian hukum yang jelas kepada masyarakat, tetapi

4.2.5.3 Penerimaan Masyarakat (Acceptability) Dalam kuesioner yang diberikan terdapat 3 (tiga) pernyataan untuk mengukur kriteria ketiga dalam ketahanan energi, yaitu

Pada prarencana pabrik minuman sari buah semangka berkarbonasi tidak hanya membutuhkan utilitas, akan tetapi juga membutuhkan unit pengolahan limbah, dimana setiap pabrik

Di antaranya telah memiliki izin operasional dari pemerintah kabupaten/kota, mampu merancang dan menggunakan kurikulum fleksibel, tersedia pendidik dan tenaga