46 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 46~58
URGENSI METODE PEMBELAJARAN INDUKTIF DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN INTELEKTUAL SISWA
Sholeh Aviv dan Muhammad Firza Alaydrus STAI Badrus Sholeh Kediri
Abstract
Inductive learning method is one of the methods used by some teachers to deliver the material to the students. This method is pointed out as a method that is able to increase intellectual students with ekseleratif. For that reason, the role of teachers in an effort to improve the intellectual students is very important. So the teachers are required to improve the learning method, especially this inductive learning method.
This study aims to describe the form of inductive learning method in the learning process, want to describe the intellectual development effort of the students and want to describe the urgency of inductive learning in the process of intellectual development of students
After the researchers attempted to conduct research on the urgency of inductive learning methods for the intellectual development of students, it turns out researchers found, that the inductive learning method has a significant urgent in an effort to develop intellectual students
Keywords:induktif, kemampuan intelektual.
Pendahuluan
Setiap manusia sangat
membutuhkan pendidikan karena
pendidikan merupakan kebutuhan primer manusia, sehingga dengan pendidikan dapat terarah menuju kepada kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat. Namun jika dilihat dalam kenyataan hidup se hari-hari, ternyata masih banyak ditemukan bahwa pendidikan yang dilaksanakan menemui kegagalan. Dan hal ini tentu sangat memperihatinkan. Untuk itulah perlu adanya perbaikan pada sisi metode pendidikan itu sendiri,
sebab banyak penelitian yang
memberikan gambaran, bahwa kegagalan dalam masalah pendidikan disebabkan
oleh kesalahan metode dalam mendidik anak.1
Untuk itulah, maka perlu adanya upaya pengembangan metode pendidikan terhadap anak didik, sehingga antara usaha yang dilakukan dengan hasil yang didapatkan bisa seimbang.
Upaya-upaya mengembangan
metode ini sangat sesuai dengan Undang-undang Republik Nomor 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional, bab III tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan pasal 4, yang berbunyi sebagai beriktut:2
1 Mirza, Iskandar, Motivasi Kecerdasan Spritual, Bandung; Wahana Karya Grafika, 2005; 17
Sholeh Aviv & M. Firza, Urgensi Metode Pembelajaran Induktif… 47
1. Pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta
tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai
satu kesatuan yang sistemik dengan sistim terbuka dan multimakna.
3. Pendidikan diselenggarakan sebagai
suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4. Pendidikan diselenggarakan dengan
memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
5. Pendidikan diselenggarakan dengan
mengembangkan budaya membaca , menulis, dan berhitung bagi sgenap warga masyarakat.
6. Pendidikan diselenggarakan dengan
memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta
dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu layanan
pendidikan. (Undang-undang
Republik Indonesia nomer 20 tahun 2003)
Di antara pengembangan metode yang harus dilakukan adalah metode pembelajaran. Dan memang perlu diakui, bahwa pendidikan itu lebih luas cakupannya dibandingkan pembelajaran, hanya saja pembelajaran merupakan urat nadi daripada pendidikan, sehingga perlu dikembangkan, sehingga ke depan,
pendidikan dapat mencapai hasil yang maksimal, karena urat nadi daripada pendidikan itu kuat dan efektif.3 Bahkan
pada saat Allah SWT telah
menyempurnakan penciptaan manusia pertama, yaitu Nabi Adam AS, yang pertama-tama kali dilakukan oleh Allah SWT. adalah melakukan pembelajaran terhadap makhluk ciptaan-Nya itu.4 Hal
ini sesuai dengan firman-Nya :
ﻣﺳﻷا مدآ مﻠﻋو
mengemukakannya kepada para
malaikat, lalu berfirman :
“Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar (Al Baqoroh 31)
Banyak metode pembelajaran dewasa ini yang berkembang dan digunakan orang untuk menjadikan para
siswa mampu menyerap ilmu
pengetahuan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya. Namun ternyata, masih banyak guru yang dihadapkan kepada sebuah kenyataan, bahwa mereka menemui kegagalan dalam sebuah
pembelajaran, sehingga metode
pembelajaran yang digunakan dinilai kurang efektif dan efesien.
Bahkan ada sebagian guru yang “kurang kreatif” justeru tidak mencari apa penyebab kurangnya ilmu pengetahuan
3 Jamaluddin, Pembelajaran Yang Efektif, Jakarta; Departemen Agama RI, 2002; 10
48 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 46~58 yang mereka berikan kepada siswa tidak
terserap dengan baik, bahkan terkadang cenderung kontra produktif.5 Dan yang
lebih menggelitik lagi, sebagian guru
justeru menyalahkan kemampuan
siswanya, dengan sebuah ungkapan : “Siswa sekolah ini adalah siswa-siswa yang kurang mampu, atau sekolah tidak pernah menyaring inputnya” dan lain sebagainya.
Ungkapan-ungkapan di atas,
memang merupakan sebuah bentuk kekesalan seorang guru yang merasakan bahwa usaha yang dilakukannya dengan hasil yang diraih tidak seimbang. Memang, mungkin ungkapan tersebut tidak sepenuhnya disalahkan, karena mereka mungkin memang mengajar siswa-siswa yang memiliki kemampuan yang kurang baik. Namun sebenarnya ungkapan itu merupakan ungkapan yang
ambivalen (Kamus besar Bahasa
Indonesia, 2005; 37), artinya, alasan tersebut dapat dibenarkan karena memang sejauh ini “nasib” sekolah yang diasuhnya itu memiliki siswa-siswa yang kurang mampu. Hanya saja ungkapan itu menjadi ambivalen (Kamus besar Bahasa Indonesia, 2005; 37) karena dapat juga dikatakan bahwa sekolah tersebut atau guru-gurunya tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dalam membentuk
kemampuan intelektual siswanya.
Seandainya diadakan introspeksi,
mungkin dapat ditemukan bahwa metode yang diterapkannya yang kurang
5 Nurdin, Syafruddien, Model pembelajaran Yang Memperhatikan Keragaman individu Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetesi, Jakarta; Quantum Teaching, 2005; 130
efektif,efisien dan akseleratif. Jika hal ini bisa dilakukan oleh seorang guru, maka ungkapan-ungkapan yang penuh dengan kekesalan itu semestinya tidak terjadi.
Pada dasarnya setiap manusia dikaruniai oleh Allah SWT. dengan kemampuan yang tidak jauh berbeda. Hanya saja yang membedakan seseorang dengan yang lainnya, terutama dalam masalah kemampuan intelektual adalah perbedaan mereka pada sisi pengalaman,
konsentrasi, kemauan dan kesungguhan.6
Meskipun diakui juga, bahwa ada sebagian orang yang diberi kemampuan intelektual, seperti orang-orang yang dikaruniai ilmu ladunni dan sebagainya. Namun rata-rata manusia memiliki kemampuan intelektual yang hampir sama.
Jika disepakati, bahwa
kemampuan intelektual bisa
dikembangkan dengan maksimal, baik
melalui pengalaman, konsentrasi,
kemauan dan kesungguhan, maka hal ini sangat erat dengan upaya manusia itu sendiri.
Manusia akan mampu untuk
mengembangkan kemampuan
intelektualnya, jika dia mampu untuk menerapkan metode yang baik dan efisien bahkan akseleratif.7 Hal ini bisa
dilakukan oleh mereka sendiri, jika dia belajar secara otodidak, atau dilakukan dengan meminta bantuan orang lain, yaitu melalui sebuah pembelajaran.
Upaya untuk memberikan bantuan dalam kaitannya dengan pembelajaran
6 Ramsey, Ed. D, Robert D. Kiat Sukses di Sekolah, Jakarta, PT. Radani Tunas Bangsa, 2005; 77
Sholeh Aviv & M. Firza, Urgensi Metode Pembelajaran Induktif… 49 ini, banyak metode yang bisa dilakukan
oleh seorang guru. Hanya saja dia harus mampu untuk memilih metode yang benar-benar efektif dan efisien dalam sebuah pembelajaran, sehingga dia
mampu meningkatkan kemampuan
intelektual para siswanya. Yamin (2005 : 65-78), menjelaskan secara rinci tentang metode-metode pembelajaran tersebut. Pada penjelasannya,metode induktif yang disinyalirnya sebagai sebuah metode yang benar-benar mampu mengangkat tingkat kemampuan intelektual siswa.8
Pada saat berkeinginan untuk membahas tentang sesuatu, alangkah baiknya mengenal terlebih dahulu tentang apa pengertian dari sesuatu yang akan dibahas, termasuk tentang masalah metode induktif ini. Banyak para pakar pendidikan yang memberikan pengertian tentang metode induktif ini.
Yamin ( 2005; 78) menyebutkan, “bahwa metode induktif adalah sebuah metode yang dimulai dengan pemberian berbagai kasus, fakta, contoh atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip, kemudian siswa dibimbing untuk
berusaha keras mensintesiskan,
menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut. Metode ini
bisa disebut metode discovery atau
socratic”9
Jadi dari pengertian di atas, seorang guru harus memberikan bantuan kepada muridnya dengan memberikan contoh-contoh, atau masalah-masalah,
8 Yamin, Martinis, Strategi pembelajaran berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2005, 65-78
9 Ibid; 78
atau fakta-fakta yang berkaitan dengan kaidah yang diharapkan bisa disimpulkan sendiri oleh para murid, sehingga dengan demikian para murid dapat menemukan kesimpulan sendiri melalui contoh-contoh yang diberikan oleh seorang guru. Metode pembelajaran induktif adalah salah satu metode pembelajaran yang sampai saat ini disinyalir sebagai sebuah metode yang sangat memainkan peranan yang signifikan dalam berupaya
untuk meningkatkan kreatifikatas
intelektual siswa, terutama bagi para siswa pada tingkat dasar dan menengah, karena dengan menggunakan metode ini, para siswa selalu berlatih menggunakan akal fikirnnya dalam menyimpulkan sesuatu yang terbentang di hadapannya.
Kemudian fungsi dan peranannya terhadap guru, juga sangat baik, terutama terhadap para guru pemula. Karena menggunakan metode pembelajaran induktif ini akan dapat menarik minat para guru untuk bisa mengembangkan pengetahuannya itu terutama dalam mengaplikasikannya di dalam kehidupan mereka sehari-hari.10
Di samping itu, karena metode ini sangat membutuhkan pemahaman yang komperehensif terhadap sebuah topik yang akan diajarkan kepada para murid, maka para guru akan selalu berusaha untuk menguasai setiap topik yang akan disampaikan kepada murid-muridnya dengan mengambil contoh-contoh atau kasus-kasus yang terjadi di dalam kenyataan hidup sehari-hari, yang ada
50 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 46~58 kaitannya dengan materi yang akan
disampaikannya, sehingga dengan
demikian, para guru akan berusaha mencocok-cocokkan kenyataan di dalam kehidupan mereka dengan materi yang akan disampaikannya. Dan hal ini tidak bisa dilakukannya tanpa menguasai materi yang akan disampaikan kepada murid-muridnya dengan sebaik mungkin dan se komprehensip mungkin.
Dalam sebuah pembelajaran yang memakai metode induktif ini, Idris (2006; 1-2) menyebutkan, bahwa dalam sebuah pembelajaran yang memakai metode induktif development method ada
beberapa syarat agar sebuah
pembelajaran dapat berhasil secara sukses, diantaranya adalah:11
1. Guru harus memiliki “kesiapan
professional” (professional readiness, isti’dad fanni) yang berkaitan dengan kepribadian dan tugas-tugas sebagai guru, yaitu: Kesiapan spiritual (ruhaniyah), kesiapan intelektual (aqlaniyah), kesiapan emosional (nafsaniyah), kesiapan fisik (jusmaniyah) dan kesiapan aplikatif operasional(amaliyah tathbiqiyah).
2. Guru harus memahami hakikat
mengajar/didaktif dan
prinsip-prinsipnya, serta harus mengetahui dengan pasti tujuan-tujuan yang akan
dicapai dalam setiap proses
pembelajaran, terutama dalam
kaitannya dengan pendidikan.
3. Guru harus menguasai materi
pembelajaran dan refrensinya
4. Guru harus benar-benar menguasai
strategi, metode, tehnik dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dipergunakan.
5. Guru harus membuat atau melakukan
persiapan-persiapan mengajar yang valid dan lengkap sebelum memulai proses pembelajaran.
Di samping itu Yamin (2005;78) juga mengungkapkan sebagai berikut: ” Metode induktif ini menjadi tepat guna mana kala”:
1. Siswa mengenal atau telah
mempunyai pengalaman yang
berhubungan dengan mata pelajaran tersebut.
2. Yang diajarkan berupa keterampilan
komunikasi antar pribadi, sikap,
pemecahan dan pengambilan
keputusan.
3. Pengajar mempunyai keterampilan
fleksibel, terampil mengajukan
pertanyaan, terampil mengulangi pertanyaan dan sabar.
4. Waktu yang tersedia cukup
panjang”12
Agar seorang guru mampu melakukan proses pembelajaran dengan
menggunakan metode induktif, maka Idris
(2000; 126) juga menyebutkan beberapa syarat sebagai berikut :
1. Melakukan periapan profesionalitas
Sholeh Aviv & M. Firza, Urgensi Metode Pembelajaran Induktif… 51
2. Melakukan persiapan mengajar, baik
persiapan intelektual, tulisan maupun aplikasi
3. Mempresentasikan materi dengan
baik
4. Menciptakan siswa tertarik untuk
belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari.13
Berbicara tentang metode,
ternyata tidak ada metode yang paling
benar, hanya saja yang perlu
mendapatkan perhatian di sini adalah bahwa sebagai seorang guru, haruslah berusaha untuk mencari metode yang paling tepat dan efektif. Untuk itulah berikut ini akan dipaparkan tentang kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran induktif ini
1. Kelebihan Metode Induktif
Metode induktif atau discovery
(penemuan) sering dipertukarkan
pemakaiannya dengan inquiry
(penyelidikan). Discovery (penemuan) adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental misalnya;
mengamati, menjelaskan,
mengelompokkan, membuat kesimpulan dan sebagainya. Sedangkan konsep, misalnya; bundar, segi tiga, demokrasi, energi dan sebagai. Prinsip misalnya “Setiap logam bila dipanaskan memuai”14
Inquiry, merupakan perluasan dari discovery (discovery yang digunakan lebih mendalam) Artinya, inquiry
13 Jauhari, Muhammad Idris, Mengajar Sukses, efektif, Efisien, Akseleratif dan Nafi’, Al Amien Printing 2005; 126
14 Al Qardhawi, Yusuf, DR, Kerangka Dasar Metode Pengajaran, Jakarta, CV. Firdaus, 1994, 67
mengandung proses mental yang lebih
tinggi tingkatannya. Misalnya;
merumuskan problema, merancang
eksperimen melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Selanjutnya Sund (2005:75)
“mengatakan bahwa penggunaan
discovery dalam batas-batas tertentu adalah baik untuk kelas-kelas rendah, sedangkan inquiry adalah baik untuk siswa-siswa di kelas yang lebih tinggi.. J. Richard Suchman mencoba mengalihkan kegiatan belajar-mengajar dari situasi yang didominasi. guru ke situasi yang melibatkan siswa dalam proses mental melalui tukar pendapat yang berwujud diskusi, seminar dan sebagainya. Salah satu bentuknya disebut Guided Discovery Lesson, (pelajaran dengan penemuan terpimpin) yang langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Adanya problema yang akan
dipecahkan, yang dinyatakan
dengan pernyataan atau
pertanyaan
b. Jelas tingkat/kelasnya
(dinyatakan dengan jelas tingkat siswa yang akan diberi pelajaran, misalnya SMP kelas III)
c. Konsep atau prinsip yang harus
ditemukan siswa melalui
kegiatan tersebut perlu ditulis dengan jelas.
d. Alat/bahan perlu disediakan
52 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 46~58
e. Diskusi sebagai pengarahan
sebelum siswa melaksanakan kegiatan.
f. Kegiatan metode penemuan oleh
siswa berupa
penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau
prinsip-prinsip yang telah
ditetapkan
g. Proses berpikir kritis perlu
dijelaskan untuk menunjukkan adanya mental operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan.
h. Perlu dikembangkan
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, yang mengarah pada kegiatan yang dilakukan siswa.
i. Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang sulit dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil terutama kalau penyelidikan mengalami kegagalan atau tak berjalan
Sebagaimana mestinya.”15
Sedangkan langkah-langkah inquiry menurut dia meliputi:
a. Menemukan masalah
b. Pengumpulan data untuk
memperoleh kejelasan
c. Pengumpulan data untuk
mengadakan percobaan
d. Perumusan keterangan yang
diperoleh.16
Terlebih dahulu harus kita ingat bahwa istilah “concept” (konsep) mempunyai beberapa arti. Namun dalam
15 Ibid 79
16 Ibid 80
hal ini kita khususkan pada pembahasan yang berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar. Suatu saat seseorang dapat belajar mengenal kesimpulan benda-benda dengan jalan membedakannya satu sama lain. Jalan lain yang dapat ditempuh adalah memasukkan suatu benda ke dalam suatu kelompok tertentu dan mengemukakan beberapa contoh dan kelompok itu yang dinyatakan sebagai jenis kelompok tersebut.17 Jalan yang
kedua inilah yang memungkinkan seseorang mengenal suatu benda atau
peristiwa sebagai suatu anggota
kelompok tertentu, akibat dan suatu hasil belajar yang dinamakan “konsep”.
Kita harus memperhatikan
pengertian yang paling mendasar dari istilah “konsep”, yang ditunjukkan melalui
tingkah laku individu dalam
mengemukakan sifat-sifat suatu obyek seperti : bundar, merah, halus, rangkap, atau obyek-obyek yang kita kenal seperti rambut, kucing, pohon dan rumah. Semuanya itu menunjukkan pada suatu konsep yang nyata (concrete concept). Gagne mengatakan bahwa selain konsep konkret yang bisa kita pelajari melalui pengamatan, mungkin juga ditunjukkan
melalui definisi/batasan, karena
merupakan sesuatu yang abstrak. Misalnya iklim, massa, bahasa atau konsep matematis. Bila seseorang telah mengenal suatu konsep, maka konsep yang telah diperoleh tersebut dapat digunakan untuk mengorganisasikan gejala-gejala yang ada di dalam
kehidupan. Proses
Sholeh Aviv & M. Firza, Urgensi Metode Pembelajaran Induktif… 53
hubungkan dan mengorganisasikan
konsep yang satu dengan yang lain dilakukan melalui kemampuan kognitif.18
Dan uraian di atas kita ketahui bahwa prinsip cara berajar aktif adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang nampak,
yang menggambarkan tingkat
keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar baik intelektual-emosional maupun fisik, Prinsip-Prinsip cara belajar aktif yang nampak pada 4 dimensi sebagai berikut:
a. Dimensi subjek didik :
Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang direnca nakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu mengeluarkan pendapat.
Kreatifitas siswa dalam
menyelesaikan kegiatan belajar
sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh guru.
b. Dimensi Guru
1. Adanya usaha dan guru untuk
mendorong siswa dalam
meningkatkan kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar.
2. Kemampuan guru dalam
menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator.
18 Indra Kusuma, Amir Daien, Drs, Pengantar Ilmu Pendidikan, Malang; Usaha Nasional. 1973; 93
3. Sikap demokratis yang ada pada
guru dalam proses belajar-mengajar.
4. Pemberian kesempatan kepada
siswa untuk belajar sesuai dengan
cara, nama serta tingkat
kemampuan masing-masing.
5. Kemampuan untuk menggunakan
berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta penggunaan multi media. Kemampuan ini akan menimbulkan lingkuñgan belajar yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.
c. Dimensi Program
1. Tujuan instruksional, konsep
serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat
serta kemampuan siswa;
merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan guru.
2. Program yang memungkinkan
terjadinya pengembangan
konsep mau pun aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar.
3. Program yang fleksibel
(luwes); disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
d. Dimensi situasi belajar-mengajar
1. Situasi belajar yang
menjelmakan komunikasi yang
baik, hangat, bersahabat,
54 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 46~58
2. Adanya suasana gembira dan
bergairah pada siswa dalam proses belajar-mengajar.19
Kriteria Pemilihan Strategi
Belajar-mengajar, menurut
Gerlach dan Ely adalah: 20
1. Efisiensi :
Seorang guru biologi akan mengajar insekta (serangga). Tujuan pengajarannya berbunyi : Diberikan lima belas jenis gambar binatang, yang belum diberi nama, siswa dapat menunjukkan delapan jenis binatang yang termasuk jenis serangga. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi yang paling efisien ialah menunjukkan gambar jenis-jenis serangga itu dan diberi nama, kemudian siswa diminta
memperhatikan ciri-cirinya.
Selanjutnya para siswa diminta mempelajari di rumah untuk dihafal cirinya, sehingga waktu diadakan tes mereka dapat menjawab dengan betul. Dengan kata lain mereka dianggap telah mencapai tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan Strategi
ekspository tersebut memang merupakan strategi yang efisien untuk pencapaian tujuan yang bersifat hafalan.21 Untuk mencapai
tujuan tersebut dengan strategi inquiry mungkin oleh suatu
19 Al Qardhawi, Yusuf, DR, Kerangka Dasar Metode Pengajaran, Jakarta, CV. Firdaus, 1994; 88 20 Yamin, Martinis, Strategi pembelajaran berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2005; 82 21 Ibid; 84
konsep, bukan hanya sekedar menghafal.
Strategi ini lebih tepat. Guru dapat menunjukkan berbagai jenis binatang, dengan sketsa atau slide kemudian siswa diminta
membedakan manakah yang
termasuk serangga; ciri-cirinya, bentuk dan susunan tubuhnya, dan
sebagainya. Guru menjawab
pertanyaan siswa dengan jawaban pelajari lebih jauh. Mereka dapat mencari data tersebut dari buku-buku di perpustakaan atau melihat kembali gambar (sketsa) yang
ditunjukkan guru kemudian
mencocokkannya. Dengan
menunjuk beberapa gambar, guru memberi pertanyaan tentang beberapa spesies tertentu yang
akhirnya siswa dapat
membedakan mana yang termasuk serangga dan mana yang bukan serangga. Kegiatan ini sampai pada
perolehan konsep tentang
serangga.
Metode terakhir ini
memang membawa siswa pada suatu pengertian yang sama dengan yang dicapai melalui ekspository, tetapi pencapaiannya jauh lebih lama. Namun inquiry
membawa siswa untuk
mempelajari konsep atau pnnsip
yang berguna untuk
mengembangkan kemampuan
Sholeh Aviv & M. Firza, Urgensi Metode Pembelajaran Induktif… 55 Strategi yang paling efisien
tidak selalu merupakan strategi yang efektif. Jadi efisiensi akan
merupakan pemborosan bila
tujuan akhir tidak tercapai. Bila tujuan tercapai, masih harus dipertanyakan seberapa jauh efektifitasnya. Suatu cara untuk mengukur efektifitas ialah dengan jalan menentukan transferbilitas
(kemampuan memindahkan)
prinsip-prinsip yang dipelajari. Kalau tujuan dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat dengan suatu strategi tertentu dari pada strategi yang lain, maka strategi itu
efisien. Kalau kemampuan
mentransfer informasi atau skill yang dipelajari lebih besar dicapai melalui suatu strategi tertentu dibandingkan strategi yang lain, maka strategi tersebut lebih efektif untuk pencapaian tujuan.22
3. Kriteria lain :
Pertimbangan lain yang cukup penting dalam penentuan strategi maupun metode adalah tingkat keterlibatan siswa. (Ely. P. 186). Strategi inquiry biasanya memberikan tantangan yang lebih intensif dalam hal keterlibatan siswa. Sedangkan pada strategi ekspository siswa cenderung lebih pasif. Biasanya guru tidak secara murni menggunakan ekspository maupun discovery, melainkan
22 .(http://pakguruonline. pendidikan.net/buku _tua_pakguru_ dasar_ kpdd_b11. html yang direkam pada 30 November 2017 10:44:21 GMT.)
campuran. Guru yang kreatif akan melihat tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dimiliki siswa, kemudian memilih strategi yang lain efektif dan efisien untuk mencapainya.
2. Kelemahan Metoode induktif
Meskipun metode induktif
memiliki kelebihan-kelebihan yang
sangat signifikan, namun ternyata tidak ada metode yang paling benar. Yang ada adalah metode yang paling tepat, sehingga dapat dikatakan di sini, bahwa metode induktif hanyalah metode yang sangat tetap dalam situasi yang tepat pula.23
Di antara kelemahan metode ini adalah, bahwa jika seorang guru hanya mempunyai waktu yang sangat singkat, maka metode yang seperti ini tidak tepat untuk dipergunakan di dalam sebuah pembelajaran.
Kemudian, disamping itu, jika sarana yang dimiliki oleh sebuah lembaga pendidikan tidak memadai, maka metode ini juga kurang tepat untuk dipergunakan. Karena metode ini merupakan sebuah pengembanagana dari sistem cara berajar
aktif, maka metode ini sangat
memerlukan sarana yang memadai agar para siswa mampu belajar mandiri dan berlatih sendiri segala keterampilan yang diberikan oleh seorang guru. Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, pada saat beliau menggunakan metode induktif – jika
56 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 46~58 sarana yang ada bisa dipergunakan
dengan seefektif mungkin.
Metode ini juga sangat tergantung kepada kesiapan guru yang memberikan pengetahuan kepada para siswa. Sebab tanpa adanya kesiapan yang memadai, maka sebuah pembelajaran dengan menggunakan metode induktif tidak mungkin berjalan dengan baik. Dan hal tidak mungkin akan dipergunakan dengan baik di sekolah-sekolah yang guru-gurunya tidak memilki komptensi yang baik.
3. Usaha Mengatasi Kelemahan Metode Pembelajaran Induktif
Sebagaimana yang telah
dipaparkan di atas, bahwa disamping adanya kelebihan metode induktif, namun ada juga kelemahannya. Untuk itulah perlu dicari cara yang memungkinkan agar kelemahan tersebut tidak terlalu mengganggu sebuah pembelajaran.
Ada beberapa hal yang patut dijadikan catatan, bahwa metode ini sangat membutuhkan waktu yang lama, sarana yang lengkap dan kesiapan kompetansi guru yang memadai.24
Mengingat adanya kebutuhan - kebutuhan tersebut di atas, maka sangat dirasakan perlu bagi sekolah-sekolah yang menginginkan untuk menerapkan metode induktif untuk melengkapi sarana, mengubah jadwal pelajarannya dengan menggunakan waktu yang lebih luas lagi dan sistem rekrutmen guru yang benar-benar selektif.
Jika hal ini perlu dilakukan, maka penulis mempunyai gagasan, bahwa hal
24 Ibid; 97
ini sangat perlu peran pemerintah untuk mengatasi kendala keunagan di setiap lembaga pendidikan.
Metode pembelajaran induktif merupakan sebuah metode yang memulai
sebuah pembelajaran dengan
mengungkapkan contoh-contoh atau kasus-kasus atau bentuk bantuan lain yang dilakukan oleh seorang guru, sehingga dengan demikian, para siswa berusaha dengan sekuat tenaga dan pikirannya untuk sampai kepada sebuah tujuan yang diharapkan.
Kesimpulan
1. Metode pembelajaran induktif
merupakan sebuah metode dimana seorang guru harus memulai sebuah
pembelajarannya dengan
mengungkapkan contoh-contoh, atau kasus-kasus, atau bentuk bantuan
lainnya kemudian menggiring
pemikiran siswa kepada sebuah
kesimpulan. Sehingga dengan
sendirinya para siswa mencapai sebuah kesimpulan
2. Dalam upaya mengembangkan
intelektual siswa, maka peranan seorang guru sangatlah penting. Hanya saja tugas ini tidak hanya dibebankan kepada guru saja, sebab orang tua juga sangat memegang peranan yang signifikan dalam meningkatkan kreatifitas intelektual siswa. Namun meskipun demikian,
metode pembelajaran yang
diterapkan oleh seorang guru dalam
sebuah pembelajaran sangatlah
Sholeh Aviv & M. Firza, Urgensi Metode Pembelajaran Induktif… 57 sebuah metode pembelajaran yang
efektif, efisien dan akseleratif
3. Metode pembelajaran induktif dalam
kaitannnya dengan pengembangan intelektuan siswa, sangat memainkan peranannya, karena setelah seorang
guru melakuakan bantuan
secukupnya kepada siswa, maka siswa diberi kesempatan untuk belajar secara mandiri, kemudian siswa diberi
kesempatan pula untuk
menyimpulkan dan melakukan
kegiatan secara mandiri, sehingga kemampuan intelektual mereka dapat berkembang secara maksimal, karena apa yang mereka lakukan itu benar-benar hasil pengamatannya sendiri dan pada saat mereka melakukan kegiatan mandiri itu intelektual mereka berkembang sendiri sesuai dengan apa yang mereka pikirkan.
Setelah penulis melakukan kajian dan pembahasan tentang
masalah metode pembelajaran
induktif dalam kaitannya dengan kemampuan intelektual siswa ini, maka dapat penulis simpulkan, bahwa metode induktif sangat memainkan peranan yang penting dalam upaya peningkatan intelektual.
Hanya saja yang perlu dilakukan oleh seorang guru yang melakukan sebuah pembelajaran induktif ini diperlukan kompetensi yang kuat, terutama pada materi yang akan disampaikan kepada para siswa, memikirkan tentang sarana yang akan dipergunakan dan waktu yang tersedia. Sebab jika hal ini tidak dilakukan dengan baik oleh seorang guru, maka pembelajaran dengan menggunakan metode induktif ini tidak akan berjalan dengan baik.
Bibliography
Al Qardhawi, Yusuf, DR, , 1994. Kerangka Dasar Metode Pengajaran, Jakarta, CV. Firdaus Azhari, Ahmad, 2003. Supervisi Rencana Program Pembelajaran,Jakarta; Rian Putra Mirza, Iskandar, 2005. Motivasi Kecerdasan Spritual, Bandung; Wahana Karya Grafika Indra Kusuma, Amir Daien, Drs, 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan, Malang; Usaha Nasional Jamaluddin, , 2002. Pembelajaran Yang Efektif, Jakarta; Departemen Agama RI
Jauhari, Muhammad Idris, 1999. Mabadi Ilmit Ta’lim, Sumenep, Al Amien Printing
Jauhari, Muhammad Idris, 2001, Cara Belajar Efektif, Efisien, Akseleratif, Sumenep; Al Amien printing
Nurdin, Syafruddien, 2005. Model pembelajaran Yang Memperhatikan Keragaman individu
Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetesi, Jakarta; Quantum Teaching
Ramsey, Ed. D, Robert D. 2005. Kiat Sukses di Sekolah, Jakarta, PT. Radani Tunas Bangsa Suparlan, Drs. M.Ed, 2005. Menjadi Guru Efektif, Semarang Hukayat
58 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 46~58
(http://pakguruonline. pendidikan.net/buku _tua_pakguru_ dasar_ kpdd_b11. html yang direkam pada 30 November 2017 10:44:21 GMT.)