• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: Vernonia amygdalina Del., flavonoid, toksisitas akut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kata kunci: Vernonia amygdalina Del., flavonoid, toksisitas akut"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Artikel diterima: 29 Agustus 2018 294 Diterima untuk diterbitkan: 25 September 2018

Diterbitkan: 31 Oktober 2018

PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL DAN UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK DAUN AFRIKA (Vernonia amygdalina Del.) PADA MENCIT JANTAN DDY

Christine Meidiawati*, Ummu Mastna Zuhri, Sesilia Andriani Keban, Wiwi Winarti1

Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila

Email: christinemeidiawati@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu tanaman berkhasiat antifertilitas yang banyak tumbuh adalah daun afrika (Vernonia amygdalina Del). Tanaman ini secara empiris untuk mengobati berbagai penyakit, namun belum ada data ilmiahnya. Penelitian ini bertujuan memperoleh ekstrak etanol 70% daun Vernonia amygdalina Del. yang aman digunakan dalam dosis tertentu terhadap hewan uji mencit DDY. Penapisan fitokimia dilakukan berdasarkan pustaka Farnsworth dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2000. Penetapan kadar flavonoid total menggunakan metode kolorimetri aluminium klorida dan alkaloid total dengan metode kompleks bromocresol green. Uji keamanan I yang dilakukan adalah uji toksisitas akut (LD₅₀) dengan metode Weil C.S. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun Afrika mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, kuinon, dan steroid/triterpenoid. Kadar flavonoid totalnya adalah 1,27%, sedangkan uji keamanan I ditemukan bahwa ekstrak etanol 70% daun Afrika memiliki LD50 yang lebih besar dari 16 g/kg BB termasuk dalam kategori praktis tidak toksik.

Kata kunci: Vernonia amygdalina Del., flavonoid, toksisitas akut

ABSTRACT

One of the plants that is efficacious as an antifertilitas that grows is Vernonia amygdalina Del. This plant empirically has been to treat various diseases, but have no scientific data. Aims of this research is to obtain a ethanol 70% extract of leaves of Vernonia amygdalina Del. which safely for use to test animals mice DDY. Phytochemical screening carried out based on the literature from Farnsworth and the Ministry of Health of the Republic of Indonesia (2000). Determination of total flavonoid using the colorimetric method of aluminum chloride and total alkaloid with complex methods bromocresol green. Safety testing I which is conducted is acute toxicity test (LD₅₀) by the method of Weil C.S. The results showed that the Africa leaf extract contains alkaloids, flavonoids, saponins, tannins, quinones, and steroids/triterpenoids. It was found that the levels of total flavonoids was 1.27%, while for safety testing I are found that the 70% ethanol extract of Africa leaves has a LD50 greater than 16 g / kg that are categorized practically non-toxic.

(2)

295 PENDAHULUAN

Pertambahan penduduk di

Indonesia setiap tahun terus

meningkat. Berdasarkan laporan data

statistik Indonesia, hal ini tidak lepas

dari tingginya angka kelahiran bayi

yang mencapai 4,5 juta/tahun (BPS,

2013). Program KB telah berjalan

lama, namun kesadaran masyarakat

akan pentingnya program ini masih

rendah. Sebanyak 95% penduduk

Indonesia telah mengetahui program

KB, tetapi yang mengikuti program

KB hanya 61%. Beberapa alasan yang

membuat enggan mengikuti program

KB karena khawatir efek

sampingnya, prosedur penggunaan

yang rumit, dan jarang membutuhkan

tenaga ahli untuk menggunakannya

(Harnowo, 2012).

Salah satu cara mencegah

kehamilan yang umum digunakan

masyarakat yakni penggunaan obat

antifertilitas. Obat antifertilitas yang

umum tersedia di Indonesia berupa pil

dosis tinggi yang mengandung

estrogen 50 – 150 mcg dan

progesteron 1 – 10 mg, pil dosis

rendah yang mengandung estrogen 30

– 50 mcg dan progesteron 1 mg, serta pil mini yang mengandung

progesteron kurang dari 1 mg. Ketiga

jenis obat antifertilitas tersebut

memiliki kekurangan masing-masing,

diantaranya memerlukan kedisiplinan

dari pemakai, mengurangi ASI pada

pil yang mengandung estrogen,

meningkatkan resiko infeksi

klamidia, kembalinya kesuburan agak

lambat (gangguan siklus kesuburan),

dan tidak dianjurkan pada wanita

berumur di atas 30 tahun karena akan

mempengaruhi keseimbangan

metabolisme tubuh. Selain itu, obat

antifertilitas ini juga memiliki efek

samping, diantaranya pendarahan,

tekanan darah tinggi, retensi cairan,

perubahan berat badan, anemia,

tromboemboli, rambut rontok,

depresi, pusing dan sakit kepala.

Penggunaan obat antifertilitas oral

umumnya memiliki kontraindikasi

dengan pengguna yang memiliki

penyakit hipertensi, diabetes, dan

hiperkolesterolemia, sehingga tidak

semua orang dapat menggunakan

obat antifertilitas (MedlinePlus, 2012;

Petitti, 2003; Donna & Siri, 2006;

Pramilla & Malcolm, 2008).

Mengingat masih adanya

kekurangan dan efek samping yang

(3)

296 antifertilitas oral, maka saat ini

banyak peneliti yang terdorong

menemukan sumber bahan

antifertilitas yang berasal dari

tanaman. Salah satu tanaman yang

banyak tumbuh di lingkungan sekitar

kita adalah Vernonia amygdalina Del.

Tanaman ini merupakan pohon kecil

yang tumbuh di daerah Afrika tropis.

Di beberapa bagian barat Afrika,

tanaman ini dikenal dengan sebutan

bitter-leaf” karena rasa daunnya yang pahit. Di Indonesia, tanaman ini

juga dikenal dengan sebutan daun

Afrika Selatan. Daun dari tanaman ini

banyak digunakan sebagai sayuran

dan obat berbagai penyakit seperti

diabetes, kolesterol tinggi, dan

hipertensi. Walaupun penggunaan

tanaman ini secara empiris sudah

banyak dilakukan, namun belum

diperkuat oleh data ilmiah.

Senyawa yang dikandung oleh

tanaman Vernonia amygdalina Del.

meliputi: antrakuinon (+++), tanin

terlarut (++), tanin terkondensasi (+),

flavonoid (+), alkaloid (+++),

alkaloid indol (+), alkaloid steroid

(+++), saponin (+++), glikosida (++),

dan terpenoid (+++) (Sani dkk.,

2012). Berdasarkan kandungannya

maka tanaman ini mengandung

saponin untuk sintesis hormon steroid

dan digunakan sebagai estrogen

kontraseptif. Alkaloid steroid sangat

mirip dengan saponin yang digunakan

sebagai bahan dasar sintesis beberapa

hormon steroid untuk bahan

kontrasepsi oral (Robinson dkk.,

2009). Sementara flavonoid diketahui

dapat merangsang pembentukan

estrogen pada mamalia dan

strukturnya ada keserupaan

keruangan dengan hormon

estrogenik. Struktur yang analog

dengan hormon ini akan mengikat diri

pada reseptor dan bekerja

menghambat reseptor tersebut

(Koeman, 1983). Senyawa tanin yang

terkandung di dalam daun Afrika

dapat menghambat pertumbuhan sel

dan bersifat sitotoksik pada sel yang

mengalami pembelahan cepat seperti

pada proses oogenesis (Robinson

dkk., 2009; Wahyuni, 2002). Oleh

karena itu diperkirakan bahwa tanin

bersifat sitotoksik terhadap sel ovum.

Berdasarkan uraian di atas dan

uji pendahuluan yang telah dilakukan

diketahui dosis ekstrak yang dapat

mengurangi jumlah kelahiran yaitu

(4)

297 badan tikus dan diharapkan dari

penelitian ini akan ditemukan nilai

LD₅₀ dan diuji keamanan dari dosis

tersebut.

METODE PENELITIAN

Bahan yang digunakan adalah

daun Afrika (Vernonia amygdalina

Del ), aquades, etanol 70%, dapar

fosfat, asam klorida 1%, kloroform P,

ammonia 25%, asam klorida pekat,

pereaksi Dragendroff LP, pereaksi

Mayer LP, serbuk magnesium P,

asam klorida pekat, amil alkohol P,

asam klorida 2 N, besi (III) klorida

1% P, pereaksi Stiassny (campuran

formaldehida LP dan asam klorida

pekat 2 : 1), natrium asetat P, natrium

hidroksida 1 N, eter P, asam sulfat

pekat, ammonia 10% P, petroleum

eter P, asam klorida encer P, asam

nitrat 10%, Nutrient Agar (NA), Potato Dextrose Agar (PDA), aseton P, CMC Na 0,1%, larutan formalin

10%, mencit jantan (DDY) berumur ±

2 bulan dengan berat badan 15-30

gram, dan pakan mencit.

Alat-alat yang digunakan

adalah Spektrofotometer serapan

atom, maserator kinetik, lemari

pendingin, penangas air, oven, tanur,

inkubator, vakum rotavapor, mikropipet, desikator, blender,

seperangkat alat gelas, ayakan 4/18,

cawan petri, cawan penguap, botol

timbang, krus porselen, penjepit besi,

labu alas bulat, penjepit kayu, spatula,

batang pengaduk, kertas saring,

kapas, kertas saring bebas abu, coloni

counter, sonde, syringe, timbangan analitik, kandang mencit, timbangan

mencit, mikroskop, Karl Fischer, ph meter.

Pembuatan Ekstrak Etanol 70%

serbuk daun Afrika (Vernonia amygdalina Del.) dilakukan sebanyak 1000 g serbuk daun Afrika diekstraksi

secara maserasi kinetik menggunakan

etanol 70% lalu disaring. Remaserasi

dilakukan 13 kali dari maserat

berwarna hijau kehitaman pekat

sampai tidak berwarna. Filtrat yang

terkumpul dipekatkan dengan

rotavapor (Frank, 1995).

Penapisan fitokimia terhadap

serbuk dan ekstrak kental daun Afrika

dilakukan berdasarkan metode yang

tercantum dalam Phytochemical Screening Farnsworth. Identifikasi dilakukan untuk golongan alkaloid,

(5)

298 steroid/triterpenoid, minyak atsiri,

dan kumarin.

Penetapan kadar flavonoid total

menggunakan metode kolorimetri

aluminium klorida. Ditimbang 1 gram

ekstrak kental ke dalam labu takar 10

mL, ditambahkan 4 mL air suling,

ditambahkan 0,3 mL NaNO2 5% lalu

didiamkan selama 5 menit.

Ditambahkan 0,3 mL AlCl3 10% lalu

didiamkan selama 5 menit,

ditambahkan 2 mL NaOH 1 M dan

ditambahkan aquadest sampai volume

10 mL. Serapan diukur pada λ 510

nm. Kadar dihitung dengan

menggunakan kurva baku Kuersetin

(Sigma Aldrich).

Penetapan kadar alkaloid total

menggunakan metode Kompleks

Bromocresol Green. Ditimbang 1 mg ekstrak kental, dilarutkan dalam

DMSO, ditambahkan 1 mL HCl 2 N,

kemudian disaring. Larutan kemudian

dimasukkan ke dalam corong pisah

dan ditambahkan 5 mL larutan BCG

(69,8 mg BCG dalam 3 mL NaOH 2

N diencerkan dengan aquadest

sampai 1 L) dan 5 mL larutan Buffer

fosfat pH 4,7. Campuran tersebut

diekstraksi dengan 1, 2, 3, dan 4 mL

kloroform. Fase kloroform kemudian

diambil dan dicukupkan volumenya

menjadi 10 mL. Serapan diukur pada

λ 470 nm. Kadar alkaloid total

dihitung dengan menggunakan kurva

baku Atropin.

Uji toksisitas akut dilakukan

dengan memberikan ekstrak daun

Afrika dosis tunggal tertentu

kemudian diamati gejala toksis dan

kematian yang terjadi selama 24 jam

untuk melihat pengaruh pemberian

ekstrak daun Afrika. Tahap I

digunakan 4 kelompok mencit yang

terdiri atas 5 ekor mencit jantan pada

masing-masing kelompok. Dosis satu

kelompok dengan kelompok lainnya

memiliki kelipatan dua, yaitu

kelompok 1 menerima 16 g/kg BB

mencit, kelompok 2 menerima 8 g/kg

BB mencit, kelompok 3 menerima 4

g/kg BB mencit, dan kelompok 4

menerima 2 g/kg BB mencit.

Uji toksisitas akut (LD₅₀)

ekstrak standar daun Afrika dilakukan

dengan metode Weil C.S dengan

menggunakan mencit jantan galur

DDY sebagai hewan percobaan melalui jalur pemberian oral dan

jumlah kematian dihitung setelah 24

jam. Perhitungan nilai LD₅₀

(6)

299 biometrik dari Weil (Weil, 1952).

Selama penelitian dilakukan

pengamatan selain jumlah kematian

mencit yakni perubahan perilaku,

perubahan fisik, penurunan nafsu

makan dan minum, penurunan

aktivitas motorik. Perubahan fisik

yang diamati seperti kerusakan bulu

(rontok) dan kulit (pucat, kemerahan,

melepuh, udem). Perubahan perilaku

yang diamati seperti gerakan menjilat,

menggaruk, tremor, menggeliat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah ekstrak kental daun

Afrika diperoleh sebanyak 287,49

gram, DER 5,22 dan persentase

rendemen yang dihasilkan sebesar

19,17%. Semakin tinggi nilai

rendemen menandakan bahwa bahan

baku berpeluang dimanfaatkan lebih

besar. Rendemen ekstrak dihitung

berdasarkan perbandingan berat akhir

ekstrak yang dihasilkan dengan berat

awal dikalikan dengan 100%.

Rendemen yang dihasilkan cukup

tinggi karena pelarut yang digunakan

adalah etanol 70% yang dapat

melarutkan senyawa fitokimia lebih

maksimal karena mengandung 30%

air yang membantu proses ekstraksi

sehingga sebagian senyawa ada yang

tertarik ke dalam etanol dan ada pula

yang tertarik dalam air. DER (Drug

Extract Ratio) merupakan simplisia yang digunakan dengan ekstrak yang

diperoleh (Sani dkk., 2012).

Hasil pengukuran serapan dan

penetapan kadar flavonoid total dapat

dilihat pada tabel 1. Kadar flavonoid

total yang diperoleh dari proses

ekstraksi menggunakan pelarut etanol

70% sebesar 1,27%. Hal ini

menunjukkan bahwa selama proses

ekstraksi, pelarut mampu menyari

kandungan flavonoid yang terdapat

dalam serbuk simplisia daun Afrika.

Penapisan fitokimia dilakukan

untuk mengetahui metabolit sekunder

yang terkandung dalam ekstrak

sebagai senyawa yang memiliki

aktivitas biologis. Hasil penapisan

fitokimia dari ekstrak daun Afrika

(Vernonia amygdalina Del..) dapat

dilihat pada tabel 2.

Berbeda dengan flavonoid,

penetapan kadar alkaloid total

memberikan hasil yang negatif.

Absorbansi sampel tidak terukur. Hal

ini kemungkinan disebabkan oleh

terikatnya alkaloid pada steroid

(7)

300 Untuk melihat pengaruh

pemberian ekstrak daun Afrika salah

satunya dilakukan dengan melihat

kematian yang terjadi pada setiap

kelompok mencit yang kemudian

dapat digunakan untuk perhitungan

LD50. Setelah 24 jam pemberian

ekstrak daun Afrika secara per oral

dengan dosis 40, 80, 160, 320 mg/20g

tidak ada satupun mencit yang mati

pada masing-masing kelompok.

Sehingga penelitian ini tidak

dilanjutkan ke tahap 2 karena pada

dosis tertinggi tidak ada mencit yang

mati yang dikategorikan sebagai

praktis tidak toksik.

Tabel 1. Hasil pengukuran serapan dan penetapan kadar flavonoid total

Sampel

Bobot sampel

(mg)

Serapan sampel Serapan BP Kadar flavonoid total (%) Dengan

AlCl3

Tanpa AlCl3

Dengan AlCl3

Tanpa AlCl3 Ekstrak 1 30,7210 0,1281 0,0146

0,4700 0,0876

1,25 Ekstrak 2 30,7146 0,1284 0,0109 1,29 Ekstrak 3 30,7129 0,1276 0,0132 1,26 Rata-rata kadar flavonoid total (%) 1,27

Tabel 2. Hasil penapisan fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak daun Afrika No. Identifikasi Hasil ekstrak daun Afrika

1. Alkaloid +

2. Flavonoid +

3. Saponin +

4. Tanin +

5. Kuinon +

6. Steroid/triterpenoid +/+

7. Minyak atsiri -

8. Kumarin -

Keterangan: (+) memberikan reaksi yang positif (-) memberikan reaksi yang negatif

Pengamatan dilakukan pada

jam ke 1, 3, 6 dan 24 jam. Pada

kelompok 1, 2 dan 3 kondisi mencit

terlihat normal tidak terjadi

perubahan perilaku maupun

perubahan fisik. Pada kelompok 4

jam ke 3 terjadi penurunan aktivitas

motorik pada beberapa mencit seperti

gerakan yang minimal dan melambat,

tetapi tidak terjadi perubahan fisik

seperti bulu rontok dan kulit rusak.

Pada kelompok 4 jam ke 6 ada mencit

yang mengalami penurunan nafsu

makan dan minum serta penurunan

aktivitas motorik seperti diam dan

(8)

301 24 seluruh mencit tetap bertahan,

tidak ada satu pun yang mati dan tidak

terjadi perubahan fisik pada seluruh

mencit hanya ada mencit yang

mengalami penurunan aktivitas

motorik seperti bingung dan gelisah.

Pengamatan tersebut dapat dilihat

pada tabel 3.

Hasil penelitian ini

menggunakan metode Weil C.S.

selama 24 jam setelah pemberian

ekstrak daun Afrika tidak ada satu

pun mencit yang mati pada setiap

kelompoknya. Daun Afrika pada

penelitian ini memiliki LD50 lebih dari

16 g/kg BB, dimana hasil tersebut

masuk dalam kategorikan praktis

tidak toksik (Loomis, 1978

Tabel 3. Tabel pengamatan uji toksisitas akut

Kelompok Jam ke-

Kerusakan Bulu

Kerusakan Kulit

Penurunan aktivitas

motorik

Penurunan nafsu makan dan

minum

Keterangan

I

1 - - - - Keadaan

aktivitas motorik normal

3 - - - -

6 - - - -

24 - - - -

II

1 - - - - Keadaan

aktivitas motorik normal

3 - - - -

6 - - - -

24 - - - -

III

1 - - - - Keadaan

aktivitas motorik normal

3 - - - -

6 - - - -

24 - - - -

IV

1 - - - - -

3 - - √ -

Gerakan melambat

6 - - √ √

Diam dan menyendiri

24 - - √ -

(9)

302 KESIMPULAN

Hasil uji penapisan fitokimia

dari ekstrak etanol 70% daun Afrika

memberikan hasil positif untuk

senyawa golongan alkaloid,

flavonoid, saponin, tannin, kuinon,

dan steroid/triterpenoid. Kadar

flavonoid total yang diperoleh adalah

1,27%, sedangkan untuk alkaloid

total tidak dapat diukur serapannya

dengan menggunakan metode

kompleks bromo cresol green. Uji toksisitas akut menunjukkan bahwa

ekstrak etanol 70% daun Afrika

memiliki LD50 lebih dari 16 g/kg BB,

sehingga masuk dalam kategorikan

praktis tidak toksik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih peneliti ucapkan

teruntuk Universitas Pancasila yang

telah memberikan dana untuk

penelitian ini, dan kepada Fakultas

Farmasi Universitas Pancasila yang

telah menyediakan sarana dan

prasarana.

REFERENSI

Badan Pusat Statistik. Data Statistik Indonesia : Fertilitas. 2013. mit=1&limitstart=2. Diakses pada tanggal 20 April 2014.

Donna S., Siri L.K. (editor), 2006, The Handbook of Contraception: A Guide for PracticalManagement, New Jersey: Humana Press Inc; 13-73.

Frank C. 1995. Toksikologi Dasar Asas, Organ Sasaran dan Penelitian Resiko. Edisi II. Diterjemahkan oleh Edi Nugroho. Jakarta: UI Press. h. 85-93

Harnowo, PA. 2012. 95% Orang Indonesia Tahu KB Tapi Enggan Ikut Programnya.

Diambil dari

Koeman, J.H. 1983. Pengantar Umum Toksokologi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Loomis TA. Toksikologi dasar. Edisi III (Drs. Imono Argo Donatus, Penerjamah). Semarang: IKIP Semarang Press; 1978.

(10)

303 Petitti, DB. 2003. Combination

Estrogen–Progestin Oral Contraceptives. New England J Med. 349(15):1443-1448. Diambil dari www.nejm.org. Diakses pada tanggal 20 April 2014.

Pramilla, S., Malcolm, P. 2008, Atlas Of Contraception Second Edition, United Kingdom : Informa Health Care; 39-48.

Robinson B, Gesham L, Izevbigie E, Cameron JA (2009). Vernonia amygdalina extracts inhibit the growth of estrogen receptor poositive/negative human breast carcinoma cells in vitro. FASEB J., 23:965.19.

Sani Ali A, Alemika Emmanuel T, Abdulraheem Rafat O, Abdulkareem SS, Abdulraheem Ramat B, Ilyas Mohammed. 2012. A study review of documented phytochemistry of Vernonia amygdalina (family Asteraceae) as the basis for pharmacologic activity of plant extract. Journal of Natural Sciences Research. 2(7): 6.

Wahyuni, A. 2002. Pengaruh Solasodin terhadap Diameter Tubulus Seminiferus dan Gambaran Sel-sel Spermatogenik Mencit (Mus musculus) Dewasa. Jurnal Kedokteran YARSI. 10 (2): 56-65.

Gambar

Tabel 3. Tabel pengamatan uji toksisitas akut

Referensi

Dokumen terkait

Dari apa yang telah dijelaskan di atas, penulis menganalisis bahwa prosedur poligami Wilayah Persekutuan dan negeri Terengganu yang di atur dalam Enakmen

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar melalui pem- belajaran kooperatif tipe make a macth pada mata pelajaran PKn materi Sistem

Secara umum kendala dalam pembangunan RTH hutan kota (KLH, 2001) dalam Dirjen Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum (2006) adalah sebagai berikut: 1)

PD Pasar Kota Medan adalah merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengelolaan pasar-pasar yang ada di kota Madya tingkat II Medan, dimana dalam menjalankan

Hadis tersebut secara harfiah dianggap menyudutkan perempuan, seperti: kaum perempuan dianggap sebagai ahli neraka; perempuan sebagai penyebab putusnya salat;

Relationship Chart adalah suatu cara atau teknik yang sederhana didalam merencanakan tata letak fasilitas atau departemen berdasarkan derajat hubungan aktifitas yang

[r]

Fakultas / Jurusan : Sains dan Teknologi / Teknik Arsitektur Judul Tugas Akhir : Islamic Center di Kepanjen Kabupaten Malang.. Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa hasil