• Tidak ada hasil yang ditemukan

9. PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM IKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "9. PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM IKAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

Luas wilayah negara Indonesia kira-kira dua per tiga daerahnya adalah

perairan laut yang terdiri dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari

luas laut sebesar itu di dalamnya banyak sekali terkandung sumberdaya

alam.

Sumberdaya alam laut yang paling nyata manfaatnya bagi kita adalah ikan. Ikan merupakan sumberdaya yang dihasilkan oleh alam secara terus-menerus atau dengan kata lain ikan merupakan sumberdaya alam yang bisa

diperbaharui.

Selain merupakan sumberdaya alam yang bisa diperbaharui ikan juga tergolong sumberdaya milik umum (common resouces). Sifat yang terakhir ini cenderung

menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pengelolaan sumberdaya ikan.

Selain merupakan sumberdaya alam yang bisa diperbaharui ikan juga tergolong sumberdaya milik umum (common resouces). Sifat yang terakhir ini cenderung

(3)

SIFAT SUMBERDAYA ALAM IKAN

SIFAT SUMBERDAYA ALAM IKAN

berkaitan dengan sumberdaya alam ikan ada dua golongan

penting yang perlu diperhatikan.

Pertama

, ikan tergolong

sumberdaya alam yang bisa

diperbaharui

(renewable)

,

Pertama

, ikan tergolong

sumberdaya alam yang bisa

diperbaharui

(renewable)

,

kedua

, ikan tergolong juga

pada sumberdaya alam milik

umum

(common resources)

.

kedua

, ikan tergolong juga

pada sumberdaya alam milik

umum

(common resources)

.

sumberdaya alam ikan terhadap dua penggolongan

(4)

Ikan Sebagai Sumberdaya Alam Renewable

Ikan Sebagai Sumberdaya Alam Renewable

Ikan Sebagai Sumberdaya Alam Renewable

Ikan Sebagai Sumberdaya Alam Renewable

Sumberdaya alam ikan merupakan sumberdaya alam yang tergolong dapat dipulihkan (renewable). Sifat dapat dipulihkan berarti

sumberdaya alam yang dengan proses alamiah (biologis) bisa

memperbanyak dengan sendirinya atau reproduksi.

Sumberdaya alam ikan merupakan sumberdaya alam yang tergolong dapat dipulihkan (renewable). Sifat dapat dipulihkan berarti

sumberdaya alam yang dengan proses alamiah (biologis) bisa

memperbanyak dengan sendirinya atau reproduksi.

Reproduksi ini bisa terjadi jika ikan yang dieksploitasi sebagian (tidak seluruhnya), sehingga sisa ikan yang tertinggal mempunyai kemampuan untuk memperbaharui dirinya

dengan berkembang biak.

Reproduksi ini bisa terjadi jika ikan yang dieksploitasi sebagian (tidak seluruhnya), sehingga sisa ikan yang tertinggal mempunyai kemampuan untuk memperbaharui dirinya

dengan berkembang biak.

Populasi atau persediaan ikan dapat sangat berfluktuasi

Populasi atau persediaan ikan dapat sangat berfluktuasi

dan tidak dapat diramalkan disebabkan karena adanya

dan tidak dapat diramalkan disebabkan karena adanya

perubahan-perubahan iklim.

perubahan-perubahan iklim.

(5)

Upaya untuk menjaga proses pemulihan

Upaya untuk menjaga proses pemulihan

(renewable)

(renewable)

sumberdaya alam ikan dapat dilakukan dengan cara

sumberdaya alam ikan dapat dilakukan dengan cara

Penutupan musim penangkapan ikan

Penutupan musim penangkapan ikan

Menurut Beddington dan Retting (1983), paling tidak ada bentuk

penutupan musim penangkapan ikan, yaitu:

Menutup musim penangkapan ikan pada waktu tertentu untuk

memungkinkan ikan dapat memijah dan berkembang. Contoh dari bentuk ini adalah perikanan ikan teri (anchovi) di Peru yang biasanya menutup kegiatan penangkapan pada awal tahun ketika juvenil dan ikan ukuran kecil sangat banyak di perairan.

Menutup musim penangkapan ikan pada waktu tertentu untuk

memungkinkan ikan dapat memijah dan berkembang. Contoh dari bentuk ini adalah perikanan ikan teri (anchovi) di Peru yang biasanya menutup kegiatan penangkapan pada awal tahun ketika juvenil dan ikan ukuran kecil sangat banyak di perairan.

Penutupan kegiatan penangkapan karena sumberdaya ikan telah

mengalami degradasi dan ikan yang ditangkap semakin sedikit. Oleh karena itu, kebijakan penutupan musim harus dilakukan untuk

membuka peluang pada sumberdaya ikan yang masih tersisa memperbaiki populasinya.

Penutupan kegiatan penangkapan karena sumberdaya ikan telah

mengalami degradasi dan ikan yang ditangkap semakin sedikit. Oleh karena itu, kebijakan penutupan musim harus dilakukan untuk

membuka peluang pada sumberdaya ikan yang masih tersisa memperbaiki populasinya.

(6)

Penutupan daerah penangkapan ikan

Pendekatan penutupan daerah penangkapan berarti menghentikan

kegiatan penangkapan ikan di suatu perairan. Biasanya pada

musim tertentu atau secara permanen.

Kebijakan penutupan penangkapan ikan dapat juga dilakukan secara

selektif dengan cara mengkhususkan daerah yang bersangkutan bagi

kelompok nelayan dengan skala usaha atau alat penangkapan ikan tertentu. Contoh kebijakan seperti ini sangat populer di negara berkembang yang dikenal dengan nama coastal belt atau

fishing belt.

Kebijakan penutupan penangkapan ikan dapat juga dilakukan secara

selektif dengan cara mengkhususkan daerah yang bersangkutan bagi

kelompok nelayan dengan skala usaha atau alat penangkapan ikan tertentu. Contoh kebijakan seperti ini sangat populer di negara berkembang yang dikenal dengan nama coastal belt atau

fishing belt.

(7)

Di Indonesia, kebijakan

Di Indonesia, kebijakan

fishing belt

fishing belt

juga diberlakukan meskipun tidak

juga diberlakukan meskipun tidak

begitu efektif karena banyaknya pelanggaran yang disebabkan

begitu efektif karena banyaknya pelanggaran yang disebabkan

kurangnya pengawasan lapangan atau miskinnya penegakan hukum.

kurangnya pengawasan lapangan atau miskinnya penegakan hukum.

Fishing belt

Fishing belt

di Indonesia dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu

di Indonesia dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu

(Victor, 2002):

(Victor, 2002):

Perairan pada radius 4 mil laut dari

garis pantai

Perairan pada radius 4 mil hingga 12

mil laut dari pantai

Perairan di atas 12 mil laut.

Secara resmi pembagian fishing belt seperti ini telah diakomodasikan dalam Undang-Undang (UU) No.32 tahun 2004 tentang pemerintah

(8)
(9)

Ikan Sebagai Sumberdaya Alam Milik Umum

Ikan Sebagai Sumberdaya Alam Milik Umum

Sumberdaya alam milik umum (common resources) mempunyai

dua ciri pokok yaitu:

pertama, tidak terbatasnya cara-cara pengambilan

pertama, tidak terbatasnya cara-cara pengambilan

kedua, terdapat interaksi diantara para pemakai

sumberdaya itu sehingga terjadi saling berebut

satu sama lain dan terjadi eksternalitas dalam

biaya yang sifatnya disekonomi

kedua, terdapat interaksi diantara para pemakai

sumberdaya itu sehingga terjadi saling berebut

satu sama lain dan terjadi eksternalitas dalam

biaya yang sifatnya disekonomi

Satu istilah yang berlaku bagi sumberdaya alam milik umum

adalah “every one’s and no one’s property is every one property”

artinya bahwa karena sumberdaya alam tersebut milik semua

(10)

Memang dalam banyak hal ada banyak peraturan yang mengatur

atau membatasi, namun peraturan tersebut pada dasarnya tidak

efektif dan efisien, sehingga timbul hal-hal sebagai berikut:

• Penangkapan akan berlebihan

• Punahnya populasi ikan akan lebih pasti dibanding dengan di bawah pemilikan perorangan

• Dapat menjadikan biaya penangkapan mahal (Suparmoko, 1987).

Sedangkan menurut (Victor, 2002) pengelolaan sumberdaya alam

milik umum akan meninbulkan dilema dalam pengelolaannya.

Dilema yang pertama adalah eksternalitas, eksternalitas muncul ketika nelayan mengambil ikan dari laut tanpa memperhitungkan akibat

pengambilan ikan tersebut bagi nelayan lain. Dilema muncul karena ketika nelayan yang mengambil ikan memetik keuntungan, nelayan lain ternyata mengalami kerugian karena berkurangnya ikan.

(11)

Dilema ketiga berkaitan dengan masalah penentuan lokasi penangkapan ikan. Oleh karena ikan biasanya berkumpul atau berkonsentrasi di lokasi dan perairan tertentu, seperti lokasi berlindung ikan, mereka yang

(12)

KONDISI SUMBERDYA ALAM IKAN

KONDISI SUMBERDYA ALAM IKAN

Luas teritorial wilayah laut Indonesia keseluruhannya berkisar

3,1 juta km

2

.

Selain itu, Indonesia juga

memiliki hak pengelolaan dan

pemanfaatan ikan di Zone

Ekonomi Eksklusif (ZEE), yaitu

perairan yang berada 12

hingga 200 mil dari garis

pantai titik-titik terluar

kepulauan Indonesia. Luas

ZEE Indonesia sekitar 2,7 juta

km

2

.

Dengan demikian,

Indonesia dapat

memanfaatkan

sumberdaya alam hayati

dan non hayati di perairan

yang luasnya sekitar 5,8

juta km

2

.

Dari luas perairan teritorial maupun ZEE, diperkirakan ada potensi ikan sebesar 6,1 juta ton yang dapat ditangkap secara lestari sepanjang tahun. Pemanfaatan potensi ini sudah sekitar 60 %.

Prosentase ini sebenarnya sudah merupakan suatu peringatan, karena berdasarkan tanggung jawab komitmen internasional mengenai perikanan yang dibuat Food and Agriculture Organization (FAO) dan Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF), hanya sekitar 80% ikan yang boleh

(13)

Kondisi Sumberdaya Alam Ikan di Indonesia

Jika dipotret setiap perairan,

umumnya dapat dikatakan bahwa

perairan teritorial di kawasan

barat Indonesia seperti Malaka,

Laut Jawa, Laut Flores, dan Laut

Cina Selatan, telah mengalami

atau menunjukkan gejala tangkap

lebih (over fishing) bagi

jenis-jenis ikan yang tinggi nilai

ekonomisnya.

Gambaran indikasi over fishing

dapat dilihat dari produksi

tangkapan ikan laut pada

tahun 1999 telah mencapai

3,68 juta ton atau sekitar 60%

dari perkiraan MSY (Maximum

Sustainable Yield) sekitar 6,1

juta ton.

Akan tetapi jika tolak ukurnya bukan MSY, tapi TAC (Total

Allowable Catch) yang memperkirakan potensi ikan di Indonesia

sekitar 5 juta ton, maka sebetulnya pada akhir tahun 1999

(14)

Meskipun secara agregat nasional baru 74% sumberdaya ikan

Meskipun secara agregat nasional baru 74% sumberdaya ikan

Indonesia yang dimanfaatkan, namun distribusinya

Indonesia yang dimanfaatkan, namun distribusinya

berdasarkan daerah sangat tidak seimbang.

berdasarkan daerah sangat tidak seimbang.

Sebagai refleksi, dari

banyaknya nelayan di Pantai

Utara Jawa, Selat malaka, dan

Sulawesi Selatan, perairan

yang berbatasan dengan

ketiga pantai tersebut

cenderung telah mencapai

status tangkap penuh

(full-exploitation) atau bahkan

tangkap lebih

(over-exploitation).

Sebagai refleksi, dari

banyaknya nelayan di Pantai

Utara Jawa, Selat malaka, dan

Sulawesi Selatan, perairan

yang berbatasan dengan

ketiga pantai tersebut

cenderung telah mencapai

status tangkap penuh

(full-exploitation) atau bahkan

tangkap lebih

(over-exploitation).

Perairan yang berindikasi telah

mencapai status tangkap penuh

atau tangkap lebih adalah Laut

Jawa, Selat Malaka, dan Laut Flores.

Selain itu, sumberdaya udang di

Laut Arafura diindikasikan telah

mencapai status tangkap penuh.

Demikian juga, ikan tuna dan

cakalang di perairan utara timur

Indonesia cenderung dimafaatkan

secara penuh dilihat dari semakin

kurangnya produksi, semakin

kecilnya ukuran ikan yang

ditangkap, dan semakin jauhnya

daerah penangkapan (fishing

ground).

Perairan yang berindikasi telah

mencapai status tangkap penuh

atau tangkap lebih adalah Laut

Jawa, Selat Malaka, dan Laut Flores.

Selain itu, sumberdaya udang di

Laut Arafura diindikasikan telah

mencapai status tangkap penuh.

Demikian juga, ikan tuna dan

cakalang di perairan utara timur

Indonesia cenderung dimafaatkan

secara penuh dilihat dari semakin

kurangnya produksi, semakin

kecilnya ukuran ikan yang

(15)

Kondisi Sumberdaya Alam Ikan Dunia

Kondisi Sumberdaya Alam Ikan Dunia

Hasil penelitian terakhir yang dilakukan oleh Food and

Agriculture Organization (FAO) mengungkapkan bahwa produksi

ikan dunia cenderung stabil atau meningkat dengan prosentase

yang kecil yaitu sekitar 1,5% per tahun selam lima tahun

terakhir.

Produksi ikan dari kegiatan

penangkapan di laut justru

menunjukkkan gejala mulai

menurun, yaitu dari 84,7 juta

ton pada tahun 1994 menjadi

84,1 juta ton pada tahun

1999.

Produksi ikan dari kegiatan

penangkapan di laut justru

menunjukkkan gejala mulai

menurun, yaitu dari 84,7 juta

ton pada tahun 1994 menjadi

84,1 juta ton pada tahun

1999.

Kestabilan produksi ikan dunia

lebih disebabkan kontribusi

positif dari kegiatan budidaya

perikanan yang meningkat

sekitar 10 % per tahun pada

periode 1994 sampai dengan

1999, dari sekitar 28,8 juta ton

pada tahun 1994 menjadi 32,9

juta ton pada tahun 1999.

Kestabilan produksi ikan dunia

lebih disebabkan kontribusi

positif dari kegiatan budidaya

perikanan yang meningkat

sekitar 10 % per tahun pada

periode 1994 sampai dengan

1999, dari sekitar 28,8 juta ton

pada tahun 1994 menjadi 32,9

juta ton pada tahun 1999.

Dengan demikian, jika pola ini tetap berjalan, ketergantungan produksi pada kegiatan penangkapan ikan makin kecil. Sebaliknya,

(16)

FAO juga mengevaluasi status pemanfaatan sumberdaya ikan menurut

perairan-perairan penting di dunia. Untuk itu, perairan di seluruh dunia

dikelompokkan menjadi 16 perairan yang terdiri:

6 wilayah perairan di Samudera

Atlantik

6 wilayah perairan di Samudera

Atlantik

2 wilayah perairan di Samudera

Indonesia

2 wilayah perairan di Samudera

Indonesia

6 wilayah perairan di Samudera

Pasifik,

6 wilayah perairan di Samudera

Pasifik,

masing-masing 1 wilayah untuk

perairan Laut Mediteranea dan

perairan Antartik

masing-masing 1 wilayah untuk

perairan Laut Mediteranea dan

perairan Antartik

Hasil evaluasi FAO berdasarkan rasio produksi pada tahun 1998 dengan

potensi lestari MSY (Maximum Sustainable Yield) atau rasio produksi dengan MLTAY (Maximum Long-Term Average Yield) menunjukkan bahwa :

•Empat wilayah perairan telah mencapai puncak pemanfaatan sumberdaya. Keempat wilayah perairan tersebut termasuk perairan Indonsia dan Pasifik Barat Daya (Southwest Pacific)

•Delapan perairan lainnya telah dimanfaatkan sekitar lebih dari 70%

(17)

KRITERIA PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM IKAN

KRITERIA PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM IKAN

Kriteria dan indikator pengelolaan sumberdaya alam ikan yang baik

setidaknya ada tiga yaitu antara lain:

kriteria dan indikator

efisiensi

kriteria dan indikator

efisiensi

kriteria dan indikator

berkelanjutan

kriteria dan indikator

berkelanjutan

kriteria dan indikator pemerataan

kriteria dan indikator pemerataan

Kriteria dan Indikator Efisiensi

Kriteria dan Indikator Efisiensi

Kriteria efisiensi disebut juga dengan produktivitas, yaitu Kriteria efisiensi disebut juga dengan produktivitas, yaitu

kriteria penilaian kinerja pengelolaan dengan melihat besaran kriteria penilaian kinerja pengelolaan dengan melihat besaran (magnitude) output yang dihasilkan rezim tersebut secara

(magnitude) output yang dihasilkan rezim tersebut secara relatif dibandingkan output pengelolaan lain atau biaya yang relatif dibandingkan output pengelolaan lain atau biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh output itu.

(18)

Kriteria dan Indikator Berkelanjutan

Kriteria dan Indikator Berkelanjutan

Kriteria berkelanjutan suatu manajemen pengelolaan sumberdaya Kriteria berkelanjutan suatu manajemen pengelolaan sumberdaya alam ikan dapat dinilai dari sisi sikap masyarakat untuk menjaga alam ikan dapat dinilai dari sisi sikap masyarakat untuk menjaga lingkungan dan sumberdaya

lingkungan dan sumberdaya (stewardship) dan kelenturan (stewardship) dan kelenturan

(resilience)

(resilience) sistem. Sikap atau tindakan masyarakat yang sistem. Sikap atau tindakan masyarakat yang

stewardship

stewardship adalah kecenderungan masyarakat untuk adalah kecenderungan masyarakat untuk

mempertahankan produktivitas serta karakteristik ekologi mempertahankan produktivitas serta karakteristik ekologi sumberdaya.

sumberdaya. Stewardship dapat dibagi menjadi tiga komponen Stewardship dapat dibagi menjadi tiga komponen yaitu: horizon waktu, pemantauan, dan penegakan hukum.

yaitu: horizon waktu, pemantauan, dan penegakan hukum.

Kiteria dan Indikator Pemerataan

Kiteria dan Indikator Pemerataan

Kriteria pemerataan adalah yang paling banyak disoroti Kriteria pemerataan adalah yang paling banyak disoroti

mayarakat. Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak puas mayarakat. Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak puas

dengan apa yang terjadi, yang mereka terima, dan yang mereka dengan apa yang terjadi, yang mereka terima, dan yang mereka

alami. Ketidakpuasan masyarakat disebabkan karena adanya alami. Ketidakpuasan masyarakat disebabkan karena adanya

ketimpangan di tengah-tengah mereka atau antara mereka ketimpangan di tengah-tengah mereka atau antara mereka

(19)

Menurut Hann (1994) kriteria pemerataan memiliki empat

Menurut Hann (1994) kriteria pemerataan memiliki empat

komponen utama, yaitu:

komponen utama, yaitu:

• Representasi: suatu pengelolaan yang lebih adil harus mampu mewakili keseluruhan keinginan dan mengakomodasi seluruh keragaman yang ada dalam masyarakat.

• Kejelasan proses: proses manajemen harus memiliki tujuan yang jelas dan pelaksanaannya dilakukan secara transparan.

• Harapan yang homogen: seluruh pihak yang terlibat atau semua pemegang kepentingan harus memiliki kesepakatan tentang proses dan tujuan pengelolaan sumberdaya.

• Dampak distribusi: proses dan pelaksanaan manajemen harus mampu memberikan perubahan distribusi barang dan jasa. Hal tersebut harus merupakan suatu opini yang perlu dipertimbangkan sejak awal.

• Representasi: suatu pengelolaan yang lebih adil harus mampu mewakili keseluruhan keinginan dan mengakomodasi seluruh keragaman yang ada dalam masyarakat.

• Kejelasan proses: proses manajemen harus memiliki tujuan yang jelas dan pelaksanaannya dilakukan secara transparan.

• Harapan yang homogen: seluruh pihak yang terlibat atau semua pemegang kepentingan harus memiliki kesepakatan tentang proses dan tujuan pengelolaan sumberdaya.

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Islam berbasis kompetensi bukan sekedar menyampaikan sejumlah teori dan konsep semata. Pendidikan bukan sekedar mengajarkan baca, tulis, dan hi- tung sematang.

Capaian kinerja Dinas Perikanan Kabupaten Sumenep tahun 2020 yaitu produksi perikanan budidaya terdiri dari budidaya ikan diluar komoditi non ikan/rumput laut dan

a) Perangkat pembelajaran yang disusun guru sesuai dengan tingkat kompetensi pada kompetensi sikap spiritual pendidikan SMP/MTs untuk sikap spiritual... b) Hasil kegiatan

• Dalam mekanika Quantum tidak mungkin menentukan posisi dan momentum (kecepatan) dari suatu partikel secara simultan (pada saat yang bersamaan ) dengan ketelitian tak

Pada kursus Electric Guitar ini sebaiknya dimulai pada usia 11 dan 12 tahun, dimana pada awalnya disesuaikan dengan kemampuan jari pada siswa tersebut dan

Pada pembuatan tablet kali ini dibuat tablet dengan bahan aktif berupa asam mefenamat 500 mg, sehingga presentase zat aktif dalam sediaan adalah

Konsekuensi hukum lain yang muncul dari dua pengertian itu adalah bahwa oleh karena dasar perjanjian adalah kesepakatan para pihak, maka tidak dipenuhinya prestasi dalam

-Kandungan karbohidrat yang tercantum 74g per 100g (74%) maupun hasil analisa tim Satgas 81.45% masih masuk dalam kisaran kandungan karbohidrat beras -Penjelasan yang sama