• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Alat Kontrol Suhu Dan Kelembaban Pada Sistem Tenaga Listrik k

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan " Rancang Bangun Alat Kontrol Suhu Dan Kelembaban Pada Sistem Tenaga Listrik k"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/299570146

RANCANG BANGUN ALAT KONTROL SUHU

DAN KELEMBABAN PADA SISTEM TENAGA

LISTRIK KUBIKEL 20kV

Conference Paper · September 2015

CITATIONS 0

READS 1,612

1 author:

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Analisa pengaruh faktor dielektrif terhadap koronaView project Zuansah Rachmat

Universitas Mercu Buana

4PUBLICATIONS 0CITATIONS SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Zuansah Rachmat on 02 April 2016.

(2)

RANCANG BANGUN KONTROL SUHU DAN KELEMBABAN PADA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK KUBIKEL 20 kV

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan

Program Pendidikan Strata I

Disusun Oleh :

ZUANSAH RACHMAT MUNGGARAN

3111101006

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir yang berjudul:

RANCANG BANGUN KONTROL SUHU DAN KELEMBABAN PADA

SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK KUBIKEL 20 kV

Tugas Akhir ini telah disidangkan

Pada Tanggal 21 September 2015

Telah Diterima dan Disahkan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Menempuh

Pendidikan Strata I (S1) Program Studi Fisika

Cimahi, 2015

Menyetujui,

Dekan Fakultas MIPA

Hernandi Sujono, S.Si., M.Si.

NIP. 412 139 370

Ketua Jurusan Fisika

Instrumentasi

Abdi Wadud Syafi’i, S.Si, M.Si

NIP. 412 217 782 Pembimbing Tugas Akhir

Abdi Wadud Syafi’i, S.Si, M.Si

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

RANCANG BANGUN KONTROL SUHU DAN KELEMBABAN PADA

SISTEM DISTRIBUSI KUBIKEL 20kV

Yang dibuat untuk memenuhi persyaratan menjadi sarjana sains pada program studi

fisika fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam, sejauh yang saya ketahui

adalah asli dan bukan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan

dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan dilingkungan

Universitas Jendral Achmad Yani ataupun institusi lainnya kecuali bagian yang

sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Cimahi, 15 Maret

2015

Zuansah Rachmat M

(5)

ABSTRAK

Kubikel 20 kV adalah seperangkat peralatan listrik yang dipasang pada

gardu distribusi yang berfungsi sebagai pembagi, pemutus, penghubung, pengontrol

dan proteksi system penyaluran tenaga listrik tegangan 20 kV.

Permasalahan yang sering terjadi di kubikel saat ini adalah korona, yaitu

suatu fenomena yang terjadi pada saat udara di sekitar konduktor atau penghantar

terionisasi. Dari proses tersebut terjadilah pelepasan muatan yang dapat

mengakibatkan kegagalan isolasi pada udara. Akibatnya sangat fatal karena bisa

merusak peralatan di dalam kubikel dan menyebabkan rugi – rugi daya.

Penelitian ini menganalisis pengaruh dari kondisi udara terhadap tegangan

pemunculan korona, dengan melakukan pengujian terhadap kelembaban, suhu dan

tegangan tembus dalam kubikel dan membuat alat kendali kelembaban dan suhu.

Diharapkan alat yang dibuat dapat mengatasi masalah pemunculan korona

akibat pengaruh dari kelembaban.

(6)

ABSTRACT

Cubicle 20 kV is a set of electrical equipment installed in contacts

distribution substation that serves as a divider, breakers, control and protection for

electric power distribution system voltage of 20 kV. Cubicle usually mounted in or

substation distribution, ,grid form or kios.

Problems usually occur in Cubicle today is the corona, which is a

phenomenon that occurs when air can not withstand capability appearance voltage

corona and ionized, corona effect causing fatal problem because it can damage the

equipment inside the cubicle and power loss on electrical system.

In this study the authors attempted to analyze and make a solution to

prevent corona in cubicles by analyzing the characteristics of the air inside the

cubicle and the effectiveness of the tools being made in reducing the risk of the

appearance of the corona.

The author hoped that the tools created in this research will solve the

problem of the appearance of the corona due to the influence of moisture as

expected.

(7)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum WR. WB.

Puji syukur penulis panjatkan atas rahmat dan karunia Allah

SWT.Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul,

“RANCANG BANGUN KONTROL SUHU DAN KELEMBABAN PADA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK KUBIKEL 20 kV.”

Penulis menyadari bahwa karya tulis yang sederhana ini masih jauh dari

sempurna, bahkan terdapat kekurangan serta keterbatasan. Oleh karena itu, penulis

akan menerima dengan sangat lapang dada, kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap agar

karya ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi mereka yang membaca

dan mempergunakannya.

Pada saat yang baik ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih

dan penghargaan yang setinggi – tingginya pada semua pihak yang telah ikut

membantu baik secara moril maupun materi, langsung ataupun tidak langsung dari

berbagai pihak, sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Abdi Wadud Syafi’I, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing serta Ketua

Jurusan Fisika Instrumentasi, Yang senantiasa memberikan semangat dan

dukungan kepada penulis, serta memberikan bimbingan dan masukan sehingga

penulisan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

2. Kedua orang tua yang kusayangi Ayahanda Akhmad Supriatna S.T dan Ibunda

Iik Kartika Antadipura S.Pd.

3. Rekan – rekan pegawai PT.PLN (Persero) Area Garut

4. Rekan – rekan mahasiswa Fisika Instrumentasi angkatan 2010 dan 2011 terima

kasih atas bantuannya dan semangat yang diberikan kepada penulis.

5. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas akhir

(8)

ii

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh

pihak yang membantu penulis untuk menyelesaikan Tugas akhir ini semoga

Allah SWT memberikan limpahan rahmat dan balasan yang berlipat atas segala

bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.

Wassalamu’alaikum WR.WB.

Cimahi, 21 September 2015

(9)

iii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Kegagalan Isolasi Dalam Gas ... 5

2.1.1. Ionisasi Dalam Udara atau Gas ... 5

2.1.2. Ionisasi Karena Tumbukan ... 6

2.2. Mekanisme Kegagalan Dalam Gas ... 7

2.2.1. Mekanisme Towsend ... 7

2.2.2. Mekanisme Streamer ... 10

2.3. Proses Terjadinya Korona ... 12

2.3.1. Pengaruh Tekanan Parsial Udara Terhadap Korona ... 15

2.4. Kubikel 20kV ... 17

2.4.1 Jenis dan fungsi kubikel. ... 17

2.4.2 Bagian – bagian kubikel ... 18

2.5. Kelembaban ... 19

2.5.1. Kelembaban Udara ... 19

2.5.2. Kerapatan Uap Air ... 20

2.5.3. Relative humidity ... 21

2.6. Kontrol suhu dan kelembaban ... 23

2.6.1. Arduino Uno ... 23

2.6.2. DHT112 ... 27

2.6.3. Relay ... 30

(10)

iv

2.6.5 LCD ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

3.1 Sistematika Penelitian ... 36

3.1.1 Pengujian Tegangan Tembus ... 36

3.2 Perakitan Alat ... 38

3.3 Penelitian alat ... 41

3.4 Pemasangan Alat pada kubikel ... 42

BAB IV HASIL DAN ANALISA UJI ALAT ... 43

4.1 Pengolahan Data ... 43

4.2 Hasil Uji Dan Perhitungan Sebelum Pemasangan Alat ... 44

4.3 Hasil Uji Dan Perhitungan Setelah Pemasangan Alat ... 47

4.4 Analisa hasil penelitian ... 49

BAB V KESIMPULAN ... 52

5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(11)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Rangkaian Uji Ionisasi ... 6

Gambar 2. 2 Pelipatgandaan Elektron ... 7

Gambar 2. 3 Grafik hubungan V vs I berdasarkan kriteria Towsend 1 ... 10

Gambar 2. 4 Mekanisme awal terjadinya pelepasan muatan ... 14

Gambar 2. 5 Mekanisme Ionisasi sekunder ... 14

Gambar 2. 6 Banjiran elektron akibat proses yang berlangsung terus menerus ... 15

Gambar 2. 7 Bagian-bagian kubikel ... 19

Gambar 2. 8 Konstruksi Jalur Rangkaian Arduino Uno ... 27

Gambar 2. 9 Konstruksi Rangkaian Sensor Berbasis Kapasitansi ... 28

Gambar 2. 10 Rangkaian Sensor DHT 11 ... 29

Gambar 2. 11 Konstruksi Relay ... 31

Gambar 2. 12 Konstruksi Rangakaian Relay ... 33

Gambar 2. 13 Bagan Satu Garis Rangkaian Arduino dan Relay ... 33

Gambar 3. 1 Konstruksi Elektroda alat Break down test ... 37

Gambar 3. 2 Bagan kerja sistem ... 38

Gambar 3. 3 Blok Diagaram Alat ... 39

Gambar 3. 4 Single Line Rancang Bangung Alat ... 40

Gambar 4. 1 Perbandingan rata-rata perhari RH dan Ev ... 49

Gambar 4. 2 Grafik hubungan tegangan pemunculan korona sebelum dan sesudah pemasangan alat ... 50

(12)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Tekanan Uap Air Jenuh ... 22

Tabel 4. 1 Hasil Pengujian Hari Pertama Tanpa Alat ... 45

Tabel 4. 2 Hasil Pengujian Hari Kedua Tanpa Alat ... 45

Tabel 4. 3 Hasil Pengujian Hari Ketiga Tanpa Alat ... 46

Tabel 4. 4 Hasil Pengujian Hari Pertama Dengan Alat ... 47

Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Hari Kedua Dengan Alat ... 47

Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Hari Ketiga Dengan Alat ... 48

(13)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Scetch Pemrograman Arduino ... 54

Lampiran 2 Simulasi Perhitungan ... 58

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap kubikel selalu dilengkapi dengan sarana penunjang berupa heater, yaitu alat untuk memanaskan udara di dalam kubikel agar terhindar dari

kelembaban, namun heater tersebut pada kondisi suhu beranjak naik akibat beban atau arus yang besar tidak bisa menolong, justru panas yang dikeluarkan oleh heater

tersebut menyebabkan kenaikan tingkat uap air jenuh udara yang ada di

dalam kubikel tersebut. Kondisi ini akan meningkatkan nilai kelembaban yang

bi sa menyebabkan terjadinya korona dan kegagalan isolasi udara.

Bila kondisi ini tidak segera diatasi, nilai tegangan pemunculan korona yang

tinggi dan berkurangnya kemampuan dielektrik udara akan membuat fungsi udara

sebagai isolator menjadi konduktor, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya

hubung singkat antara penghantar dengan bumi dan dampaknya langsung

berpengaruh pada terganggunya sistem penyaluran tenaga listrik ke konsumen atau

system distribusi akan terganggu, juga kerusakan atau kerugian material akan

dialami oleh perusahaan.

Selain itu heater yang berfungsi terus menerus selain mengakibatkan

overheat dan buruknya lifetime dan kondisi pada kubikel, heater juga memakan daya yang cukup besar dan meningkatkan pemakaian sendiri gardu distribusi,

sehingga meningkat kan rugi- rugi daya. Oleh karena itu diperlukan alat kontrol

suhu dan kelembaban yang bisa memaksimalkan kondisi kubikel agar tetap handal

dan efisien.

1.2 Permasalahan

Permasalahan yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah :

1. Heater berpotensi menyebabkan terjadinya uap air jenuh pada perangkat

pendukung di dalam kubikel yang disebabkan oleh kondisi sirkulasi udara

yang buruk .

2. Uap air jenuh menyebabkan kelembaban yang dapat menyebabkan

(15)

2

pada udara yang dapat mengakibatan kegagalan isolasi udara dan korona yang

mengakibatkan udara yang berfungsi sebagai isolasi murni menjadi konduktor

yang dapat mengalirkan arus listrik dan menyebabkan rugi – rugi daya dan

kerusakan pada peralalat di dalam kubikel.

3. Apakah alat pengatur suhu dan kelembaban udara yang dibuat dapat

menjadi solusi yang tepat untuk keandalan kinerja kubikel?

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian pada Tugas Akhir ini adalah

sebagai berikut :

1. Meneliti pengaruh kondisi udara terhadap tegangan tembus dan tegangan

pemunculam korona.

2. Meneliti pengaruh alat yang dibuat terhadap kondisi udara dan tegangan

pemunculan korona.

3. Menyediakan sistem baru yang bisa dimanfaatkan oleh

perusahaan-perusahaan penyedia jasa tenaga listrik dalam hal pendistribusian.

4. Meningkatkan keandalan kubikel dan efisiensi penggunaan heater

1.4 Pembatasan Masalah

 Suhu di set 40° C dan standar kelembaban (RH) 40 %.

 Sensor kelembaban menggunakan sensor kapasitif dengan merk DHT11,

sensor diasumsikan standar dan terkalibrasi, penelitian ini tidak membahas

detail sistem kerja DHT11

 Kontrol alat menggunakan Arduino uno, dimana board arduino adalah

komponen rangkaian mikrokontrol yang sudah dirakit dan bisa langsung

digunakan, sehingga penulis tidak merancang dan merakit rangkaian mikro

kontrol, dan penelitian ini tidak membahas detail sistem kerja arduino

 Aktuator pada sistem yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini

(16)

3

1.5 Metodologi

Untuk mencapai tujuan Tugas Akhir, maka dilakukan langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Studi Literatur

Mengumpulkan buku serta referensi yang berhubungan dengan kelembaban,

kondisi udara pengaruh kondisi udara terhadap kemampuan dielektrik udara,

kemampuan isolasi udara, korona dan pengaruh kondisi udara terhadap sistem

ketenaga listrikan.

2. Pemodelan dan Simulasi Konvensional

Simulasi pertama yang akan dilakukan adalah pengujian tegangan tembus,

kelembaban, dan suhu dalam kubikel, setelah itu dilakukan perakitan rancang

bangun sistem yang coba di aplikasikan pada salah satu kubikel yang terpasang

di lapangan dan dilakukan pengujian ulang.

3. Analisa data

Dari simulasi yang dilakukan akan didapatkan suatu hasil yang akan dianalisis.

Data yang akan dianalisis adalah kondisi udara, kemapuan dielektrik udara,

tegangan tembus dan pemunculan korona.

4. Kesimpulan

Kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari permasalahan yang dianalisis.

Selain itu juga akan diberikan saran sebagai masukan berkaitan dengan apa

yang telah dilakukan. Berdasarkan analisa data, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan tentang kemampuan alat yang dibuat.

1.4 Relevansi

Hasil yang diperoleh dari Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut :

a. Dapat menjadi referensi bagi PLN untuk merancang sistem kontrol yang dapat

menjadi solusi alternatif pada permasalahan kubikel sehingga dapat menjadi

handal, dan efisien

b. Dapat menjadi referensi bagi mahasiswa lain yang hendak mengambil masalah

(17)

4

1.6 Sistematika

Dalam penulisan buku Tugas Akhir ini sistematika penulisan yang digunakan

adalah sebagai berikut :

BAB 1 Pendahuluan

Bab ini berisi tentang penjelasan latar belakang, permasalahan, batasan

masalah, tujuan, metode penelitian, sistematika penulisan, dan relevansi dari

penelitian yang dilakukan untuk Tugas Akhir ini.

BAB 2 Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tentang dasar teori mengenai kubikel sebagai objek yang akan

dipasang alat ini, pengaruh suhu dan kelembaban dan faktor faktor yang menjadi

parameter dan acuan untuk dibuatnya alat ini.

BAB 3 Metodologi

Bab ini berisi tentang uraian langkah-langkah yang digunakan dalam

menganalisis data penelitian mulai dari membuat alat dan sistem yang digunakan,

menjelaskan karakteristik dan prinsip kerja serta perhitungan matematis parameter

dan pemodelan sistem yang akan di di pergunakan untuk mebuat alat ini.

BAB 4 Analisis dan Hasil Simulasi

Bab ini berisi tentang hasil simulasi sistem dengan prototype yang dibuat dan

dapat dilihat bagaimana hasil dari simulasi sistem yang dirancang.

BAB 5 Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran mengenai hasil penulisan laporan

(18)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kegagalan Isolasi Dalam Gas

Bahan isolasi berfungsi untuk memisahkan dua penghantar listrik atau lebih

yang bertegangan sehingga dapat mencegah terjadinya lompatan listrik (flashover) dan percikan listrik (sparkover). Salah satu bahan yang sering digunakan sebagai bahan isolasi peralatan ketenagalistrikan adalah gas atau udara karena pada kondisi

normal udara hanya terdiri dari molekul-molekul netral.

Akan tetapi, dapat terjadi kegagalan pada isolasi gas atau udara yang berupa

pelepasan muatan. Pelepasan muatan itu terjadi karena tegangan yang digunakan

sangat tinggi dan sudah melewati kemampuan bahan isolasi. Proses pelepasan

muatan tersebut dapat terjadi karena ionisasi yang bisa disebabkan beberapa faktor

seperti adanya tabrakan antara atom dan elektron bebas, cahaya, emisi elektron.1

2.1.1. Ionisasi Dalam Udara atau Gas

Pada kondisi normal, gas atau udara terdiri dari molekul-molekul netral. Akan

tetapi, pada kenyataannya pada udara terdapat ion-ion dan elektron-elektron bebas.

Ion dan elektron bebas itu dapat menyebabkan udara mengalirkan arus listrik

walaupun dengan jumlah terbatas. Banyaknya elektron dan ion bebas di udara

mempengaruhi terjadinya kegagalan listrik.1

Apabila di antara dua elektroda yang terpisah oleh udara diterapkan tegangan

tinggi, maka akan timbul medan listrik (E). Dalam medan listrik tersebut, elektron

dan ion-ion bebas di udara akan mendapat energi yang cukup kuat, sehingga dapat

memicu terjadinya proses ionisasi. Besar energi sebesar :

= ………...………..(2.1)

U = Energi Potensial listrik (Joule)

e = jumlah elektron (e)

(19)

6

2.1.2. Ionisasi Karena Tumbukan

Ionisasi adalah proses pelepasan elektron dari molekul gas yang bersamaan

dengan itu menghasilkan ion positif. Dalam proses ionisasi karena tumbukan,

elektron bebas bertumbukan dengan molekul netral dari gas dan akan menyebabkan

terbentuknya electron dan ion positif baru. Jika pada medan listrik yang melintas

antara bidang elektroda paralel seperti yang ditunjukan pada gambar 2.1 dibawah

ini terdapat gas bertekanan rendah, maka setiap elektron akan semakin dipercepat

karena tumbukan antar molekul gas dalam perjalanannya dari katoda menuju ke

anoda. Apabila energy ( ) meningkat sepanjang lintasan karena tumbukan dan

telah melampaui potensial ionisasi (Vi) yaitu energi yang diperlukan untuk melepas

elektron dari kulit atom, maka akan terjadi ionisasi. Proses tersebut ditunjukan

dalam persamaan :

Gambar 2. 1 Rangkaian Uji Ionisasi

Beberapa elektron dihasilkan di katoda yang disebabkan karena faktor luar

misalnya seperti sinar ultraviolet yang jatuh pada katoda, menyebabkan terjadinya

ionisasi pada partikel gas netral yang menghasilkan ion positif dan elektron

tambahan. Elektron tambahan tersebut kemudian yang menyebabkan terjadinya

(20)

7

ionisasi karena tumbukan dan proses itu berlangsung terus menerus. Hal ini juga

berarti menyebabkan meningkatnya arus elektron, karena jumlah elektron yang

sampai ke anoda lebih banyak dari yang dibebaskan pada katoda. Elektron-elektron

yang terus menerus bertumbukan akan menuju anoda dan terus berlipat ganda

sehingga akan menimbulkan banjiran elektron. Peristiwa pelipatgandaan elektron

tersebut dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2. 2 Pelipatgandaan Elektron

2.2.Mekanisme Kegagalan Dalam Gas

2.2.1. Mekanisme Towsend

Jika elektron diemisikan dari katoda, maka apabila elektron bertumbukan

dengan partikel netral akan terbentuk ion positif dan elektron. P eristiwa ini

disebut ionisasi karena tumbukan. 1

Peristiwa ini akan menyebabkan banjiran elektron yang berturut-turut

sesuai dengan mekanisme Townsend. Jumlah elektron ( ne) dalam banjiran

elektron pada lintasan (dx) akan bertambah dengan dne elektron.1

Banyaknya jumlah penambahan elektron bebas yang terjadi pada lapisan dx

tersebut sesuai dengan Persamaan :

� =α . ne . dx ………….……….………..……….(2.3)

α = jumlah rata-rata tumbukan elektron persentimeter dalam lintasan biasa disebut

koefisien pertama ionisasi Towsend.

ne = jumlah elektron

dne = Penambahan elektron bebas

(21)

8

Koefisien towsend adalah perbandingan dari Tegangan pemunculan korona

(Ev)terhadap tekanan parsial udara (ea)sehingga,

α = Ev / ea (2.4)

Banyaknya jumlah elektron bebas dn yang dihasilkan dalam proses ionisasi

sama jumlahnya dengan ion positif dne baru yang dihasilkan. Sehingga persamaan

diatas sapat ditulis menjadi :

dne= dn+= α . ne (t). vd. dt……….……….………...…(2.5)

Pada medan seragam dengan syarat keadaaan awal � = � , x = 0, dan dengan

kondisi α konstan maka jumlah elektron yang terjadi adalah menjadi sebagai

berikut :

ne=n0 eα x……...……….………...…(2.6) jumlah elektron yang menumbuk anoda dengan jarak d dari katoda sama dengan

jumlah dari ion positif yang dinyatakan dalam persamaan :

n+=nd αd………...…(2.7)

Jumlahelektronbaruyangdihasilkanolehtiapelektrondalamrata-rata :

αd− =………..………...…(2.8)

Oleh karena itu, arus rata-rata dalam celah, yang sama dengan jumlah elektron

yang melintas tiap detik adalah :

� = � α ………..……….…...(2.9)

Dimana � arus awal pada katoda.1

Proses banjiran elektron yang dijelaskan di atas akan selesai ketika kumpulan

elektron awal mencapai anoda. Akan tetapi, karena penguatan elektron � yang

terjadi dalam medan, kemungkinan dibebaskannya elektron tambahan baru dalam

celah yang disebabkam oleh mekanisme lain akan meningkat, dan elektron baru ini

akan menyebabkan proses banjiran berikutnya. Mekanisme lain itu adalah seperti

berikut :

 Ion positif yang dibebaskan mungkin masih memiliki cukup energy untuk

melepaskan elektron dari katoda ketika ion positif tersebut mengenai katoda.

 Atom atau molekul yang mengalami peluruhan mungkin memancarkan

(22)

9

 Partikel metastabil yang disebarkan kembali yang menyebabkan emisi

elektron.

Elekton yang dihasilkan pada proses banjiran elektron sekunder ini disebut

elektron sekunder. Koefisien dari proses ionisasi sekunder didefinisikan sebagai

jumlah elektron sekunder yang dihasilkan tiap insiden ion positif, photon,

peluruhan partikel, atau partikel metastabil, nilai total dari adalah jumlah tiap

koefisien dari tiga proses yang berbeda, seperti = + + .

Koefisien disebut sebagai koefisien ke-2 ionisasi Towsend. Sehingga persamaan

jumlah elektron yang meninggalkan katoda dan mencapai anoda di atas menjadi :

� = αα ……….…...(2.10)

Dan besar arus rata-rata dalam celah menjadi :

� = � αα ……….…...(2.11)

Arus I akan terus mengalami kenaikan hingga terjadi peralihan menjadi

pelepasan bertahan sendiri (self sustaining discharge). Peralihan yang terjadi berupa percikan (spark), dan kemudian akan terjadi perubahan arus yang sangat cepat hingga penyebut pada persamaan arus di atas menjadi nol. Kondisi ini disebut

criteria breakdown Towsend, dan dapat ditulis dalam persamaan :

α = ……….…...(2.12)

Dimana α sangat besar atau α >>1, sehingga persamaan diatas menjadi :

α = ………....……..(2.13)

Pada kondisi ini, secara teori arus menjadi tidak berhingga, tetapi hal ini sulit

terjadi karena arus akan dibatasi oleh impedansi rangkaian dan sirkuit eksternal.

Towsend membagi kriteria kondisi dumulainya percikan menjadi tiga ketentuan,

yaitu :

a) α <1, arus pelepasan tidak bisa bertahan sndiri sehingga jika sumber arus

primer � dihilangkan, arus pelepasan akan berhenti mengalir.

b) α =1, banjiran elektron menghasilkan jumlah ion α yang cukup besar

sehingga ion positif yang dihasilkan pada peristiwa penumbukan dengan

katoda akan membebaskan satu elektron sekunder, dan proses banjiran

(23)

10 Self sustaining discharge

Non-self sustaining discharge

Breakdown

� = � α

V

c) α >1, ionisasi yang disebabkan banjiran berturut-turut akan bertumpuk,

sehingga hal ini akan menyebabkan pelepasan percikan tumbuh dengan cepat

sebanding dengan kelebihan α dari 1.

Persamaan dan kriteria arus yang terbentuk di atas dapat dijelaskan melalui gambar

grafik di bawah ini.

Gambar 2. 3 Grafik hubungan V vs I berdasarkan kriteria Towsend 1

Pada daerah , arus meningkat perlahan-lahan tetapi secara terus-menerus. Pada

daerah dan arus meningkat dengan tetap sesuai dengan mekanisme Towsend.

Pada gambar terlihat bahawa pada tegangan V rendah, maka α <<1. Jika

tegangan V dinaikan, maka α juga akan meningkat, sehingga maka α =1.

Penyebut persamaan menjadi nol dan I menjadi tak hingga, pada kondisi ini terjadi

breakdown (kegagalan). Melewati daerah maka arus akan meningkat dengan tajam dan akan muncul percikan (spark).1

2.2.2. Mekanisme Streamer

Menurut mekanisme Towsend, arus akan menigkat sebagi hasil dari proses

ionisasi.akan tetapi, pada kondisi sebenarnya tegagna breakdown tergantung pada tegangan gas dan ukuran dari celah. Semua kondisi-kondisi yang ada pada keadaan

sebenernya yang tidak bisa dijelaskan dalam mekanisme Towsend dapat dijelaskan

(24)

11

Pelepasan pada kegagalan mekanisme Streamer diawali dengan banjiran

tunggal, kemudian dari banjiran tersebut tersebut akan terjadi muatan ruang dimana

muatan ruang tersebut akan mengubah banjiran menjadi streamer plasma (celah aliran/kanal) kemudian konduktivitas akan mengalami kenaikan dengan ceapt, dan

akan terjadi kegagalan dalam streamer tersebut. Ada dua jenis mekanisme

Streamer, yaitu streamaer yang mengarah ke katoda yang disebut streamer positif dan streamer yang mnuju ke anoda yang disebut streamer negatif.

Dalam streamer positif untuk geometri medan deragam, pada waktu banjiran telah melewati celah, maka elektron akan tertarik ke arah anoda, dan ion-ion dalam

anoda akan membentuk kerucut. Medan muatan ruang yang tinggi terjadi di dekat

anoda dan d tempat lain kerapatan ionnya rendah. Oleh karena itu, kehadiran

ion-ion positif tidak akan menimbulkan kegagalan dalam celah.1

Gas yang terionisasi pada tangkai banjiran akan mengeluarkan foton, dan hal

ini akan menimbulkan fotoelektron-fotoelektron yang menyebabkan terjadinya

proses banjiran sekunder. Apabila medan muatan yang disebabkan banjiran primer

besarnya sama dengan medn luar, peralihan dari banjiran elektron ke streamer akan terjadi apabila medan � yang dihasilkan oleh ion-ion positif pada kepala banjiran sama dengan medan E yang diterapkan agar terjadi peningkatan ionisasi.1

Pelipatgandaan paling besar terjadi sepanjang sumbu banjiran promer.

Ion-ion positif yang ada di belakang banjiran akan memanjang dan memperkuat muatan

ruang banjiran primer ke arah katoda. Kemudian akan terbentuk plasma dan hal ini

tentu saja akan memperpendek jarak anoda dengan katoda. Streame akan terus memanjang hingga merintangi celah dan membentuk saluran penhantar yang

berupa gas terionisasi di antar elektroda.1

Pada streamer negatif atau streamer yang menuju ke anoda, diawali dengan mekanisme banjiran primer akan menghasilkan jumlah elektron ( � )yang cukup

untuk menimbulkan medan ruang yang sebanding dengan medan yang diterapkan.

Jumlah medan karena muatan ruang dan medan yang diterapkan akan

meningkatkan banjiran elektron sekunder yang menuju anoda mendahului streamer

negative yang terbentuk. Banjiran elektron terjadi disebabkan karena fotoionisasi

(25)

12

Persamaan empiris yang menyatakan criteria spark streamer adalah sebegai berikut :

�� = 7.7 + ln � + ln � ……….…...(2.14)

Dimana � adalah medan yang dihasilkan di kepala banjiran, E adalah medan yang diterapkan, dan � adalah panjang banjiran dimana dihasilkannya elektron sekunder

akibat fotoionisasi.

Peralihan dari banjiran elektron ke streamer terjadu pada saat medan � kira-kira sama dengan medan E yang diterapkan sehingga persamaan di atas menjadi :

�� = 7.7 + �� � ……….……….…....(2.15)

Nilai breakdown minimun untuk celah medan seragam pada mekanisme streamer

yaitu pada saat terjadi peralihan dari banjiran ke streamer terjadi pada saat � = . Medan yang dihasilkan di kepala banjiran pada radius r adalah :

� = . 7 � − � ��

�/� / (2.16)

Dimana � adalah koefisien pertama ionisasi Towsend, p adalah tekanan gas dalam torr, dan x adalah jarak dimana streamer telah muncul dalam celah. Karena tegangan minimum breakdown terjadi pada saat � = � dan x=d, maka persamaan tersebut menjadi :

� + �� � = . + � � + �� ………...(2.17)

2.3.Proses Terjadinya Korona

Bila dua elektroda yang penampangnya kecil (dibandingkan dengan jarak

antara kedua elektroda tersebut) diberi tegangan bolak-balik, maka akan mungkin

terjadi fenomena korona. Pada tegangan yang cukup rendah, tidak akan terjadi

apa-apa. Bila tegangan tersebut dinaikan, maka akan terjadi korona secara bertahap.

Pertama-tama, pada elektroda akan kelihatan bercahaya, mengeluarkan suara suara

mendesis (hissing), dan berbau ozon. Warna cahaya yang terlihat adalah ungu muda

(violet). Apabila tegangan dinaikan secara terus-menerus, maka karakteristik yang

terjadi di atas akan semakin jelas terlihat, terutama pada bagian yang kasar, runcing,

atau kotor. Apabila tegangan masih terus dinaikan, maka akan muncul busur api.

Korona akan mengeluarkan panas, hal ini dapat dibuktikan dari pengukuran

(26)

13

nitrogen (nitrous acid), yang menyebabkan elektroda berkarat bila kehilangan daya

cukup besar. Apabila tegangan yang digunakan adalah tegangan searah, maka pada

elektroda positif korona akan menampakan diri dalam bentuk cahaya yang seragam

(uniform) pada permukaan elektroda, sedangkan pada elektroda negatifnya hanya

pada tempat-tempat tertentu saja.2

Korona terjadi disebabkan karena medan listrik di sekitar penghantar cukup

kuat sehingga elektron di udara saling bertabrakan (collision) dan mengionisasi udara, Karena terjadi ionisasi molekul dalam udara dan energi saat terionisasi cukup

kuat atom melepaskan elektron lebih yang selanjutnya mengionisasi atom yang lain.

Saat gradien potensial udara cukup besar pada suatu titik, maka udara yang

terionisasi tersebut akan bersifat konduktif.1

Karena adanya medan listrik yang berada di sekitar elektroda penghantar

yang mempercepat gerak elektron hasil ionisasi tersebut, maka elektron tersebut

akan menumbuk molekul-molekul gas atau udara di sekitarnya. Karena hal ini

terjadi secara terus-menerus maka jumlah ion dan elektron bebas menjadi berlipat

ganda. Apabila terjadinya eksitasi elektron atom gas, yaitu berubahnya kedudukan

elektron gradien tegangan menjadi cukup besar maka akan timbul fenomena korona.

Selain menyebabkan terjadinya ionisasi molekul, tumbukan elektron juga

menyebabkan dari orbital awalnya ke tingkat orbital yang lebih tinggi. Pada saat

elektron berpindah kembali ke tingkat orbital yang lebih rendah, maka akan terjadi

pelepasan energi berupa cahaya radiasi dan suara bising. 2

Mekanisme Terjadinya korona :

1. Sebuah molekul atau atom netralnya medium, di dalam sebuah wilayah medan

listrik yang kuat (seperti gradien potensial yang tinggi di dekat elektrode

melengkung) diionisasikan oleh peristiwa tumbukan, dan menciptakan sebuah

(27)

14

Gambar 2. 4 Mekanisme awal terjadinya pelepasan muatan

2. Medan listrik lalu beroperasi pada partikel-partikel bermuatan lalu

memisahkan, mencegah penggabungan kembali, serta mempercepat

partikel-partikel itu, memberikan energi kinetik ke setiap partikel-partikel.

3. Sebagai akibat dari peningkatan energi pada elektron (yang memiliki nisbah

massa/muatan dan kecepatan yang jauh lebih tinggi), lebih jauh lagi sejumlah

pasangan ion elektron/positif bisa diciptakan dengan menabrakkan atom-atom

netral. Lalu mereka mengalami proses pemisahan yang sama. Proses

pemisahan ini menciptakan sebuah longsoran elektron (Bahasa

Inggris: electron avalanche).

(28)

15

4. Dalam berbagai proses yang membedakan korona positif dengan negatif,

proses energi plasma ini diubah menjadi disosiasi elektron tahap awal untuk

menyebabkan longsoran lebih jauh lagi.

5. Banyak ion terbentuk di dalam rangkaian longsoran ini (yang berlainan antara

korona positif dengan negatif) ditarik ke elektrode tak melengkung,

melengkapi sirkuit, dan mempertahankan aliran arus.

Gambar 2. 6 Banjiran elektron akibat proses yang berlangsung terus menerus

Tegangan awalnya korona atau Tegangan Insepsi Korona (TIK) bisa dicari

dengan hukum Peek (1929), yang diformulasikan dari pengamatan empiris.2

2.3.1. Pengaruh Tekanan Parsial Udara Terhadap Korona

Ionisasi udara mengakibatkan redistribusi tegangan gradien tegangan. Bila

redistribusi ini menyebabkan gradien udara di antara dua elektroda lebih besar dari

gradien udara normal maka bisa terjadi lompatan api. Bila hanya sebagian udara

antara dua elektroda yang terionisasikan, maka korona merupakan sampul

(envelope) mengelilingi elektroda. Gradien tegangan seragam yang dapat

menimbulkan ionisasi kumulatif di udara normal (250 C, 76 cmHg) adalah 30

kV/cm. Gradien potensial yang menyebabkan terjadinya kerusakan dielektrik

disebut kekuatan dielektrik material. Pada daerah yang sangat lebar kekuatan

(29)

16

tekanan, dan berbanding terbalik terhadap temperatur, dimana kekuatan dielektrik

dalam kondisi tersebut adalah g0δ. Gradien memiliki nilai yang konstan pada semua

titik dalam suatu medan dielektrik seragam seperti terdapat di antara piringan

paralel. Apabila tegangan bertambah secara perlahan-lahan secepat dicapainya

gradien kegagalan 30kV/cm, maka kegagalan udara dan flashover akan menjadikan

hubungan singkat kedua piringan. Untuk mencari tegangan tembus udara bisa

didapatkan dari alat uji tegangan tembus dan untuk melihat pengaruh kondisi udara

dapat digunakan persamaan dari Hukum Peek.2

Pengaruh udara terhadap korona di jabarkan secara matematis oleh Peek

pada jurnalnya, hukum peek menjelaskan bagaimana tegangan listrik yang

dibutuhkan untuk memancing munculnya pelepasan muatan korona diantara dua

penampang baik kawat fasa terhadap kawat fasa lainnya maupun kawat fasa ke

netral atau pembumian pada body suatu sistem.2

Persamaannya tersebut dijelaskan sebagai berikut :

Ev = mo . gv . r . ln ( ...(2.18) Dimana,

Ev = tegangan pemunculan korona (kV)

mo = Tetapan kekasaran penghantar/elektroda (0,8 untuk kabel)

r = Jari – jari (cm)

S = Jarak antara kawat penghatar (cm)

gv = Medan listrik visual kritis (kV/cm), gradien pada medan listrik untuk

mempengaruhi collision pada molekul bebas disekitar penghantar

gv bisa didapatkan dengan persamaan berikut :

gv = g0 ( 1 +

√ )...(2.19)

dimana,

g0 = medan listrik pengrusak ( kV/cm)

δ = faktor densitas

c = konstanta dimensi empiris dimana untuk udara adalah 0,301 [2]

r = jari-jari penghantar (cm)

Untuk rugi – rugi daya yang didapat dari korona bisa menggunakan

(30)

17

Ploss = 241 . (f + 25) . √ . (En– Ev )2 .10-5 ...(2.20)

dimana,

Ploss = Rugi daya akibat korona (kW)

En = Tegangan kerja pada penghantar fasa ke netral (kV)

Ev = Tegangan pemunculan korona (kV)

f = frekuensi kerja pada penghantar ( f )

2.4.Kubikel 20kV

Kubikel 20 kV adalah seperangkat peralatan listrik yang dipasang pada

Gardu Hubung Distribusi yang berfungsi sebagai pembagi, pemutus, penghubung

pengontrol dan proteksi sistem penyaluran tenaga listrik tegangan 20 kV.

Kubikel biasanya terpasang pada gardu hubung distribusi atau gardu hubung

Yang berupa beton maupun kios.

Kubikel yang terdapat di dalam gardu hubung (GH) merupakan panel

tegangan menengah yang berfungsi sebagai salah satu sarana penunjang Utama

Untuk mendistribusikan tenaga listrik ke konsumen, dimana di dalam GH selain

terdapat Trafo Distribusi terdapat pula beberapa kubikel dengan beberapa

peralatan bantu sesuai kebutuhan antara lain, pemutus beban pasangan dalam,

disconecting switch , isolator, Rel busbar, Vacum sircuit breaker, Kabel saluran masuk atau keluar, Tranformator instrumen atau pengukuran antara lain Current Tranformer dan Potential Transformer.3

2.4.1 Jenis dan fungsi kubikel.

Berdasarkan fungsi dan penempatannya, kubikel 20 kV di Gardu Induk antara

lain :

Cubicle Incoming berfungsi sebagai penghubung dari sisi sekunder trafo daya ke busbar 20 Kv

Cubicle Outgoing : sebagai penghubung / penyalur dari busbar ke beban

Cubicle Pemakaian sendiri (Trafo PS) : sebagai penghubung dari busbar ke beban pemakaian sendiri GI

(31)

18

Cubicle PT / LA:: sebagai sarana pengukuran dan proteksi pengaman tegangan surja.

Cubicle Bus Riser / Bus Tie (Interface): sebagai penghubung antar sel. 3

2.4.2 Bagian – bagian kubikel

Cubicle TM 20 kV terdiri dari empat kompartemen, yaitu : a) Kompartemen PMT.

Pada kompartemen ini terpasang “Withdrawable Circuit Breaker”. PMT

dan mekanisme penggeraknya dapat dengan mudah dikeluarkan/dimasukkan

ke dalam kubikel untuk keperluan pemeliharaan.

b) Kompartemen Busbar

Semua tertutup oleh bagian metal. Kompartemen busbar didesain agar bagian bagian yang bergerak pada bagian ini seminimum mungkin. Busbar

dibuat dari tembaga atau aluminium dengan bentuk sesuai dengan desain dari

masing-masing pabrik.

c) Kompartemen Sambungan Kabel

Pada Kompartemen ini terdapat :

• Terminasi kabel tegangan menengah

• 3(tiga) pembagi tegangan (potensial divider), dilengkapi pada setiap pasa

terminasi kabel, yang disambung dengan tiga neon indikator yang

dipasang di muka panel. Fungsinya untuk melihat secara visual bahwa

kabel tersebut dalam keadaan bertegangan atau tidak, sehingga aman

terhadap petugas yang melaksanakan pengoperasian.

• Satu rangkaian hubung pendek dan pemisah tanah untuk sisi kabel.

Dioperasikan dari depan panel, dilengkapi dengan mekanisme operasi

kecepatan tinggi sehingga mempunyai kecepatan masuk yang tidak

tergantung kecepatan operator.

• Trafo arus

• Trafo tegangan (sesuai permintaan). Bisa type tetap atau lepasan.

Dilengkapi dengan pelebur dengan kapasitas pemutusan tinggi.

(32)

19

Kompartemen ini didisain untuk memperkecil resiko propagasi saat terjadi

kegagalan. Auxiliary disambung ke PMT oleh susunan multi pin connector.

Gambar 2. 7 Bagian-bagian kubikel

2.5.Kelembaban

2.5.1. Kelembaban Udara

Definisi kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer.

Udara atmosfer adalah campuran dari udara kering dan uap air. Kelembaban

udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung

dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada

kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air

didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air

sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara yang mengandung uap

air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.4

Macam-macam kelembaban udara sebagai berikut :

1) Kelembaban relatif atau nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara

dengan yang terkandung di udara pada suhu yang sama.

2) Kelembaban absolut atau mutlak yaitu banyaknya uap air dalam gram pada 1

m3.

Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat

dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit

(33)

20

Beberapa cara untuk menyatakan jumlah uap air yaitu :

1. Tekanan uap adalah tekanan parsial dari uap air. Dalam fase gas maka uap air di

dalam atmosfer seperti gas sempurna (ideal).

2. Kelembaban mutlak yaitu massa air yang terkandung dalam satu satuan volume

udara lengas.

3. Kelembaban spesifik didefinisikan sebagai massa uap air persatuan massa udara

basah.

4. Kelembaban nisbi (RH) ialah perbandingan nisbah percampuran dengan nilai

jenuhnya dan dinyatakan dalam %.

Besaran yang sering dipakai untuk menyatakan kelembaban udara adalah

kelembaban nisbi yang diukur dengan psikrometer atau higrometer. Kelembaban

nisbi berubah sesuai tempat dan waktu. Pada siang hari kelembaban nisbi berangsur

– angsur turun kemudian pada sore hari sampai menjelang pagi bertambah besar. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan tekanan uap air aktual

dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap

air. Kapasitas udara untuk menampung uap air (pada keadaan jenuh) tergantung

pada suhu udara Defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap air jenuh

dengan tekanan uap aktual. Pengembunan terjadi bila kelembaban nisbi mencapai

100 %.4

Karena Hukum Gas Ideal adalah :

p V= n R T...(2.22)

Dimana :

p = Tekanan uap air (bar)

(34)

21 Berdasarkan persamaan di atas, kerapatan uap air (ρ) ditentukan oleh tekanan

(p) suhu udara (T). (2)

2.5.3. Relative humidity

Perbandingan antara kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk

menampung uap air.

RH = � . %...(2.24)

dimana :

ea = kelembaban aktual atau tekanan uap air parsial

es = kapasitas udara untuk menampung uap air/tekanan uap jenuh diambil dari tabel

Bila kelembaban Relatif ( RH )100% maka, ea = es, untuk tekanan saturasi (es)

tergantung pada suhu udara (T) Makin tinggi suhu, kapasitas untuk menampung

uap air atau tekanan satuari (es) meningkat pada tekanan aktual (ea) yang tetap, RH

akan lebih kecil bila suhu udara meningkat, sebaliknya RH makin tinggi bila suhu

udara rendah.

Tekana aktual uap air jenuh (ea) yang tetap antara siang dan malam,

menyebabkan RH akan lebih rendah pada siang hari tetapi lebih tinggi pada malam

hari, RH lebih tinggi pada malam hari dam mencapai maksimum pada pagi hari

sebelum matahari terbit. Hal tersebut menyebabkan proses pengembunan bila udara

bersentuhan dengan bidang/permukaan yang suhunya lebih rendah dari suhu titik

embun. Embun terbentuk pada tempat-tempat yang terbuka atau tidak ternaungi

seperti bagian terluar dari tajuk pohon dan di rumput (tidak terlindungi benda

lain). Tempat tersebut memiliki suhu terendah karena paling banyak kehilangan

(35)

22

2.6 Perhitungan Tekanan Parsial Udara

tekanan parsial uap air jenuh (ea) adalah hasil akhir perhitungan yang

didapat dari kelembaban, untuk mencari ea sendiri bisa didapat dari persamaan 2.24

untuk tekanan saturasi es bisa didapatkan dari tabel tekanan uap air jenuh dibawah

ini

Tabel 2. 1 Tekanan Uap Air Jenuh

Dari tabel di atas kita bisa dapatkan tekanan uap air jenuh (es), lalu dari es kita bisa

mendapatkan tekanan air parsial uap air dengan memasukan ke persamaan (2.24).

Untuk kerapatan partikel udara relatif bisa didapatkan dari perbandingan massa

jenis udara pada kondisi standar per masa jenis uap jenuh.

Karena tekanan parsial (ea) adalah tekanan udara (p) maka kita pergunakan

persamaan (2.23) untuk mencari kerapatan uap air jenuh di udara

ρ(uap air jenuh) = � . �

(36)

23

Massa jenis udara relatif adalah perbandingan antara massa jenis udara standar

dan massa jenis udara jenuh sehingga,

ρ(udara relatif) = ρ(udara standar)/ ρ(uap air jenuh)...(2.25)

untuk mencari faktor densitas atau faktor kerapat partikel udara maka bisa

menggunakan persamaan sebagai berikut,

= ρ(udara) / ρ(SATP) ...(2.26)

dimana,

= rapat partikel udara relatif pada saat pengukuran

ρ(uap air jenuh) = masa jenis uap air jenuh dalam udara (kg/cm3)

ρ(udara standar)= masa jenis udara standar (1,2 kg/cm3 pada 760 mmhg 27 0C)

ρ(udara relatif) = masa jenis relati udara saat pengukuran (kg/cm3)

ρ(SATP) = 1 (faktor densitas pada SATP)

2.6.Kontrol suhu dan kelembaban

Dalam penelitian ini, permasalahan yang diangkat adalah kelembaban,

dikarenakan kelembaban dapat mempengaruhi faktor densitas ( ), dimana apabila

faktor densitas makin kecil maka angka tegangan pemunculan korona akan semakin

kecil, sehingga kemungkinan terjadina korona akan semakin besar.

Untuk menangani hal tersebut maka dibuatlah rancang bangun alat kendali

kelembaban dan suhu yang dapat digunakan di dalam kubikel, bahan – bahan yang

dipergunakan adalah :

1. Board Arduino uno sebagai mikrokontrol

2. Fan sebagai Aktuator

3. Heater sebagai Aktuator

4. Relay sebagai kendali I/O aktuator

5. LCD sebagai user interface

2.6.1. Arduino Uno

Arduino Merupakan board modul dari rangkain microcontroller yang telah

dirangkai sehingga pengguna bisa membuat suatu rangkaian tanpa perlu marakit

(37)

24

Arduino Uno adalah board mikrokontroler berbasis ATmega328. Uno

memiliki 14 pin digital input / output (dimana 6 dapat digunakan sebagai output

PWM), 6 input analog, resonator keramik 16 MHz, koneksi USB, jack listrik,

header ICSP, dan tombol reset. Uno dibangun berdasarkan apa yang diperlukan

untuk mendukung mikrokontroler, sumber daya bisa menggunakan power USB

(jika terhubung ke komputer dengan kabel USB) dan juga dengan adaptor atau

baterai.

Arduino Uno berbeda dari semua papan sebelumnya dalam hal tidak

menggunakan FTDI chip driver USB-to-serial. Sebaliknya, fitur Atmega16U2

(Atmega8U2 sampai versi R2) diprogram sebagai konverter USB-to-serial. Revisi

2 dari Uno memiliki resistor pulling 8U2 HWB yang terhubung ke tanah, sehingga

lebih mudah untuk menggunakan mode DFU.

Sumber Daya / Power

Arduino Uno dapat diaktifkan melalui koneksi USB atau dengan catu daya

eksternal. Sumber daya dipilih secara otomatis. Untuk sumber daya Eksternal

(non-USB) dapat berasal baik dari adaptor AC-DC atau baterai. Adaptor ini dapat

dihubungkan dengan memasukkan 2.1mm jack DC ke colokan listrik board. Baterai

dapat dimasukkan pada pin header Gnd dan Vin dari konektor DAYA.

Board dapat beroperasi pada pasokan eksternal dari 6 sampai 20 volt. Jika Anda

menggunakan tegangan kurang dari 6 volt mungkin tidak akan stabil. Jika

menggunakan lebih dari 12V, regulator tegangan bisa panas dan merusak papan.

Rentang yang dianjurkan adalah 7 sampai 12 volt.

Pin listrik yang tersedia adalah sebagai berikut:

1. VIN. Input tegangan ke board Arduino ketika menggunakan sumber daya

eksternal. Anda dapat menyediakan tegangan melalui pin ini, atau, jika Anda

ingin memasok tegangan melalui colokan listrik, gunakan pin ini. Pin ini

merupakan output 5V yang telah diatur oleh regulator papan Arduino. Board

dapat diaktifkan dengan daya, baik dari colokan listrik DC (7 - 12V), konektor

USB (5V), atau pin VIN board (7-12V). Jika Anda memasukan tegangan

melalui pin 5V atau 3.3V secara langsung (tanpa melewati regulator) dapat

(38)

25

3V3. 3.3Volt dihasilkan oleh regulator on-board. Menyediakan arus

maksimum 50 mA.

2. GND. Pin Ground.

3. IOREF. Pin ini di papan Arduino memberikan tegangan referensi ketika

mikrokontroler beroperasi. Sebuah shield yang dikonfigurasi dengan benar

dapat membaca pin tegangan IOREF sehingga dapat memilih sumber daya

yang tepat agar dapat bekerja dengan 5V atau 3.3V.

Memori

ATmega328 memiliki 32 KB (dengan 0,5 KB digunakan untuk bootloader).

ATmega328 juga memiliki 2 KB dari SRAM dan 1 KB EEPROM (yang dapat

dibaca dan ditulis dengan perpustakaan / library EEPROM).

Input dan Output

Masing-masing dari 14 pin digital Uno dapat digunakan sebagai input atau output,

menggunakan fungsi pinMode(), digitalWrite(), dan digitalRead(). Mereka

beroperasi pada tegangan 5 volt. Setiap pin dapat memberikan atau menerima

maksimum 40 mA dan memiliki resistor pull-up internal (terputus secara default)

dari 20-50 kOhms. Selain itu, beberapa pin memiliki fungsi spesial:

1. Serial: pin 0 (RX) dan 1 (TX) Digunakan untuk menerima (RX) dan

mengirimkan (TX) data serial TTL. Pin ini terhubung dengan pin

ATmega8U2 USB-to-Serial TTL.

2. Eksternal Interupsi: Pin 2 dan 3 dapat dikonfigurasi untuk memicu interrupt

pada nilai yang rendah (low value), rising atau falling edge, atau perubahan

nilai. Lihat fungsi attachInterrupt() untuk rinciannya.

3. PWM: Pin 3, 5, 6, 9, 10, dan 11 Menyediakan 8-bit PWM dengan fungsi

analogWrite()

4. SPI: pin 10 (SS), 11 (MOSI), 12 (MISO), 13 (SCK) mendukung komunikasi

SPI dengan menggunakan perpustakaan SPI

5. LED: pin 13. Built-in LED terhubung ke pin digital 13. LED akan menyala

ketika diberi nilai HIGH

Arduino Uno memiliki 6 input analog, berlabel A0 sampai A5, yang

masing-masing menyediakan resolusi 10 bit (yaitu 1024 nilai yang berbeda). Secara default

(39)

26

menggunakan pin AREF dan fungsi analogReference(). Selain itu, beberapa pin

tersebut memiliki spesialisasi fungsi, yaitu TWI: pin A4 atau SDA dan A5 atau SCL

mendukung komunikasi TWI menggunakan perpustakaan Wire.

Ada beberapa pin lainnya yang tertulis di board:

1. AREF. Tegangan referensi untuk input analog. Dapat digunakan dengan

fungsi analogReference().

2. Reset. Gunakan LOW untuk me-reset mikrokontroler. Biasanya digunakan

untuk menambahkan tombol reset.

Komunikasi

Arduino Uno memiliki sejumlah fasilitas untuk berkomunikasi dengan

komputer, Arduino lain, atau mikrokontroler lainnya. ATmega328 menyediakan

UART TTL (5V) komunikasi serial, yang tersedia pada pin digital 0 (RX) dan 1

(TX). Pada ATmega16U2 saluran komunikasi serial melalui USB dan muncul

sebagai com port virtual untuk perangkat lunak pada komputer. Firmware 16U2

menggunakan standar driver USB COM, dan tidak ada driver eksternal diperlukan.

Namun, pada Windows, diperlukan file .inf. Perangkat lunak Arduino termasuk

monitor serial yang memungkinkan data tekstual sederhana akan dikirim ke dan

dari papan Arduino. RX dan TX LED di papan akan berkedip ketika data sedang

dikirim melalui chip USB-to-serial dan koneksi USB komputer (tetapi tidak untuk

komunikasi serial pada pin 0 dan 1). ATmega328 juga mendukung I2C (TWI) dan

komunikasi SPI. Perangkat lunak Arduino termasuk perpustakaan Wire berfungsi

menyederhanakan penggunaan bus I2C. Untuk komunikasi SPI, menggunakan

perpustakaan SPI.

Pemrograman

Arduino Uno dapat diprogram dengan software Arduino

Karakteristik Fisik

Panjang maksimum dan lebar PCB Uno masing-masing adalah 2,7 dan 2,1

inci, dengan konektor USB dan colokan listrik yang melampaui dimensi tersebut.

Empat lubang sekrup memungkinkan board harus terpasang ke permukaan.

Perhatikan bahwa jarak antara pin digital 7 dan 8 adalah 0,16", tidak seperti pin

lainnya.

(40)

27

 Mikrokontroler : ATMEGA328

 Tegangan Operasi : 5V

 Tegangan Input (recommended) : 7 - 12 V

 Tegangan Input (limit) : 6-20 V

 Pin digital I/O : 14 (6 diantaranya pin PWM)

 Pin Analog input : 6

 Arus DC per pin I/O : 40 mA

 Arus DC untuk pin 3.3 V : 150 mA

 Flash Memory : 32 KB dengan 0.5KB digunakan untuk bootloader

 SRAM : 2 KB

 EEPROM : 1 KB

 Kecepatan Pewaktuan : 16 Mhz

Gambar 2. 8 Konstruksi Jalur Rangkaian Arduino Uno

2.6.2. DHT112

DHT11 adalah sensor lokal yang biasa dipergunakan sebagai bahan

percobaan karena harga yang murah dan akurasi pembacaan yang cukup baik.

DHT11 memanfaatkan kemampuan kapasitif dari suatu bahan yang akan

(41)

28

Bahan dan material DHT11 terdiri dari :

 Film tipis polimer / oksida logam antara dua elektroda konduktif.

 Permukaan penginderaan / sensor dilapisi dengan logam berpori elektroda untuk melindunginya kontaminasi. bahan kaca, keramik, atau silikon.

 Perubahan dalam konstanta dielektrik sensor kelembaban kapasitif hampir

berbanding lurus dengan kelembaban relatif lingkungan sekitarnya.

Spesifikasi :

 Supply Voltage: +5 V

 Temperature range : 0-60 °C error of ± 2 °C

 Humidity : 15-90% RH ± 5% RH error

 Interface : Digital

Resistansi dari banyak konduktor nonmetal secara umum tergantung pada

kandungan air konduktor tersebut, yang merupakan suatu dasar dari sensor

kelembaban resistif atau hygrostator

Sensor tersebut berisi suatu material yang secara relative resistivitasnya

rendah yang berubah secara signifikan dibawah perubahan kondisi kelembaban.

Contoh lainnya dari sensor kelembaban konduktivitas adalah disebut dengan

“Pope element”, yang terdiri dari polystyrene yang dilakukan/diperlakukan dengan

asam sulfur untuk memperoleh karakteristik surface-resistivitas yang diinginkan.

Material lainnya yang menjanjikan untuk pembuatansuatu film dalam sensor

konduktivitas adalah solidpolyelectrolytes karena konduktivita elektrik dari bahan

itu bervariasi/berubah terhadap kelembaban.

Gambar 2. 9 Konstruksi Rangkaian Sensor Berbasis Kapasitansi

Sensor kelembaban solid-state dapat dibuat dengan substrat silicon (gbr. A)

(42)

29

dari elektroda aluminium hampa udara/vacuum yang ditempatkan pada permukaan

sensor. Suatu lapisan oksida yang dibentuk pada bagian atas lapisan aluminium

konduktiv, dan pada bagian atas itu, alektroda lainnya dibentuk. Lapisan aluminium

tersebut dianodized dalam suatu cara untuk membentuk permukaan oksida berpori.

Elektroda bagian paling atas/diatasnya terbuat dari suatu bentuk emas berpori yang

dapat ditembus gas, dan diwaktu yang sama dapat menyediakan kontakelektric.

Oksida aluminium (Al2O3), seperti banyak material-material lainnya, yang dengan

siap mengabsorbsi air ketika terkontak/terhubung dengan campuran gas yang

mengandung air dalam keadaan beruap air.

Gambar 2. 10 Rangkaian Sensor DHT 11

Cara kerja sensor sesuai dengan prinsip kapasitansi, ketika ada bahan dielektrik

diantara dua bahan konduktor maka ada faktor kapasitif. Dalam kondisi sensor

DHT 11 bahan dieletriknya adalah udara, ketika kelembaban (RH) dari sensor

berubah maka nilai konstanta permitivitas dari udara tersebut berubah sehingga

mempengaruhi nilai kapasitansi (C) sesuai dengan persamaan:

C= ( ) . 8,84.1014 . k (2.27)

Dimana konstana permitivitas (k) adalah

k = 1 + ( ea + RH ) 10-6 (2.28)

C = kapasitansi (Farad)

A = Luas penampang bahan konduktor (cm2)

S = Jarak antar konduktor (cm)

T = Suhu (Kelvin)

(43)

30

es = Tekanan Saturasi Uap air jenuh (bar)

RH = Kelembaban (%)

Dari persamaan diatas terlihat kelembaban dan suhu mempengaruhi nilai

kapasitansi dielektrik udara, sensor DHT 11 bekerja secara digital dimana di dalam

DHT11 terdapat sistem prosesor komplek yang membaca perubahan waktu dimana,

C = � (2.29)

C = Kapasitansi (Farad)

I = Arus (Ampere)

V = Tegangan (Volt)

t = waktu sampai tegangan maksimal tercapai (s)

Arus dan tegangan tetap, tetapi waktu pengisian muatan sampai tegangan

maksimal pada nilai kapasitif yang berubah.

Karakteristik sensor

 Perubahan kapasitansi 0,2-0,5 pF untuk RH 1%

 Kapasitansi antara 100 dan 500 pF sebesar 50% RH pada 25 ° C.

 Rentang waktu respon antara 30 hingga 60 s untuk perubahan RH 63%.

2.6.3. Relay

Relay maupun kontaktor magnet memiliki kumparan (coil) yang apabila di

aliri arus listrik DC maka besi sebagai inti dari kumparan akan menjadi magnet,

sehingga batang bergerak yang sama sama terbuat dari besi akan di tarik sehingga

lengket pada inti besi. Hal ini mengakibatkan kontak NC ( Normaly close ) akan

berubah menjadi kontak NO ( Normally Open ).

Di sebuah Relay sederhana terdiri dari 4 komponen dasar yaitu :

1. Electromagnet (Coil)

2. Armature

3. Switch Contact Point (Saklar)

(44)

31

Berikut ini merupakan gambar dari bagian-bagian Relay (Struktur Sederhana

sebuah relay)

Gambar 2. 11 Konstruksi Relay

Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :

 Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu

berada di posisi CLOSE (tertutup)

 Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu

berada di posisi OPEN (terbuka)

Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh

kumparan Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila

Kumparan Coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang

kemudian menarik Armature untuk berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke

posisi baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang dapat menghantarkan arus listrik di

posisi barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut berada sebelumnya (NC)

akan menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik,

Armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil membutuhkan arus listrik

yang relatif kecil untuk mengaktifkan electromagnet dan menarik Contact Poin ke

(45)

32

Karena Relay merupakan salah satu jenis dari Saklar, maka istilah Pole dan

Throw yang dipakai dalam Saklar juga berlaku pada Relay. Berikut ini adalah

penjelasan singkat mengenai Istilah Pole and Throw :

Pole : Banyaknya Kontak (Contact) yang dimiliki oleh sebuah relay

Throw : Banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah Kontak (Contact)

Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Throw-nya sebuah relay, maka

relay dapat digolongkan menjadi :

 Single Pole Single Throw (SPST) : Relay golongan ini memiliki 4 Terminal,

2 Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.

 Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay golongan ini memiliki 5 Terminal,

3 Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.

 Double Pole Single Throw (DPST) : Relay golongan ini memiliki 6 Terminal,

diantaranya 4 Terminal yang terdiri dari 2 Pasang Terminal Saklar sedangkan

2 Terminal lainnya untuk Coil. Relay DPST dapat dijadikan 2 Saklar yang

dikendalikan oleh 1 Coil.

 Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay golongan ini memiliki Terminal

sebanyak 8 Terminal, diantaranya 6 Terminal yang merupakan 2 pasang

Relay SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single) Coil. Sedangkan 2 Terminal

lainnya untuk Coil.

Selain Golongan Relay diatas, terdapat juga Relay-relay yang Pole dan

Throw-nya melebihi dari 2 (dua). Misalnya 3PDT (Triple Pole Double Throw)

ataupun 4PDT (Four Pole Double Throw) dan lain sebagainya. Untuk lebih jelas

mengenai Penggolongan Relay berdasarkan Jumlah Pole dan Throw, silakan lihat

(46)

33

Gambar 2. 12 Konstruksi Rangakaian Relay

Spesifikasi modul relay yang digunakan dalam pembuatan alat ini adalah

bertipe SPDT (Single Pole Double Throw) berukuran mini dengan 5 pin ini dengan

dimensi 14 x 9 x 10 mm (di luar pin setinggi 3,5 mm). Tegangan untuk aktivasi

membutuhkan 3 Volt DC, dengan batas arus maksimum pada terminal kontak

sebesar 1 Ampere pada 24 Volt DC atau 500 mA pada 125 Volt AC (catatan: jangan

digunakan untuk switching peralatan dengan listrik PLN yang bertegangan 220

VAC, maksimum tegangan kontak untuk relay ini adalah 60 VDC / 125 VAC).

Tipikal resistansi pada koil sebesar 60Ω (dibutuhkan arus sebesar 50 mA untuk

mengaktivasi relay ini).

(47)

34

2.6.4. Fan

Sebelum Daya dari blower/ fan dapat dihitung, sejumlah parameter operasi

harus diukur, termasuk kecepatan udara, head tekanan, suhu aliran udara pada fan. Dalam rangka mendapatkan gambaran operasi yang benar harus diyakinkan bahwa:

1. Fan dan komponennya beroperasi dengan benar pada kecepatannya

2. Operasi berada pada kondisi stabil; suhu, berat jenis, resistansi sistim yang

stabil

Disini akan dihitung daya dari blower dan Perhitungan efisiensi blower/fan,

perhitungan dibagai beberapa tahap agar dapat mudah dimengerti.

Tahap 1: Menghitung berat jenis gas

Tahap pertama adalah menghitung berat jenis udara atau gas. Koefisien

berat jenis adalah perbandingan relatif dari massa jenis suatu bahan terhadap massa

jenis air murni yaitu 100g/cm3 . Koefisien berat jenis tidak memiliki satuan atau

dimensi. Koefisien berat jenis didapat dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut :

γ = ρ / 1000 ...(2.30)

Dimana,

γ = Koeffisien berat jenis ρ = massa jenis (kg/m3)

Tahap 2: Mengukur tekanan pada Fan

Tekanan pada Fan adalah tekanan yang akan di atur oleh fan, di asumsikan

kelembaban tertinggi di kubikel rata-rata di angka 80%, apabila set point untuk

kondisi di dalam kubikel adalah 40% maka fan harus bisa mengurangi tekanan

parsial uap air jenuh sebesar tekanan pada kelembaban 40%, di asumsikan suhu

pada kondisi 400C maka tekanan yang menjadi beban fan dapat dihitung dengan

persamaan 2.24.

Tahap 3: menghitung aliran volumetrik

Tahap ketiga adalah menghitung aliran volumetrik, ukur diameter saluran

(48)

35

Hitung volum udara atau gas dalam saluran dengan hubungan sebagai berikut:

Q = v x A...(2.31)

Q = debit gas (m3/s)

v= laju gas (m/s)

A= Diameter saluran (m2)

Untuk laju efektif gas ideal adalah :

v= √ �/ρ...(2.32)

p = tekanan udara (N/m2)

ρ = Massa Jenis udara (kg/m3)

Tahap 4:Menghitung Daya Blower

Daya blower yang dibutuhkan adalah hubungan berat jenis (γ), tekanan yang

akan di kendalikan oleh fan dan aliran volumetrik udara dimana,

Daya blower = γ. pfan . Q Dimana

γ = berat jenis udara pfan = tekanan fan (N/m2)

Q = aliran volumetrik udara (m3/s)

Fan yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah exhaust fan dengan daya 40 watt

untuk perhitungan dapat dilihat pada lampiran.

2.6.5 LCD

LCD adalah user interface untuk melihat hasil ukur dari sensor, layar LCD yang digunakan berupa LCD 12x2 dimana kemampuan dari layar nya dapat

menampilkan 2 baris kolom, dan setiap barisnya bisa menampilkan 12 huruf dan

(49)

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Tujuan dari dibuatnya rancang bangun sistem kendali kelembaban ini adalah

untuk membuat kondisi suhu dan kelembaban di dalam kubikel stabil dan sesuai set

point yang diharapkan.

Tujuan dari penelitian dan pengujian dalam proses pembuatan skripsi ini

adalah untuk menganalisa pengaruh dari kondisi udara terhadap, tingkat tegangan

tembus, tegangan pemunculan korona, kegagalan isolasi dan rugi-rugi yang

dihasillkan oleh korona, dengan meneliti kondisi real di lapangan.

Hasil akhir dari penelitian dan pengujian ini adalah melihat sampai sejauh

mana pengarunh dari alat yang dibuat oleh penulis dan dampak postitif yang

didapatkan apabila sitem ini di implementasikan.

3.1 Sistematika Penelitian

Tempat penelitian di laksanakan di Lab PT.PLN (Persero) dan di Gardu

yang telah di pilih yaitu Gardu Swiss Van java dengan langkah – langkah sebagai

berikut :

1. Pengujian tegangan tembus

2. Perakitan Alat

3. Penelitian Alat

4. Pemasangan Alat di kubikel

5. Penghitungan tegangan tembus setelah dipasang alat

6. Pengolahan Data

3.1.1 Pengujian Tegangan Tembus

Pengujian dilaksanakan secara real pada rancang bangun alat yang di buat

dan di gardu yang telah dipilih, Pengujian peralatan listrik dengan tegangan tinggi

Gambar

Gambar 2. 1 Rangkaian Uji Ionisasi
Gambar 2. 2 Pelipatgandaan Elektron
grafik di bawah ini.
Gambar 2. 4 Mekanisme awal terjadinya pelepasan muatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat dilihat pada table 4.3 dan 4.4 hasil pembacaan suhu dan kelembababn kurang lebih sama dengan pembandingnya yaitu alat ukur

Hasil analisis data arus listrik dan daya listrik yang dihasilkan oleh panel sel.. surya diambil 1 sampel data pada pukul 08.00 WIB sebagai

Hasil pengujian alat dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran nilai kelembaban tanah dari alat yang dibuat dengan hasil nilai kelembaban tanah yang didapat

Arduino Nano dapat menggunakan catudaya langsung dari mini-USB port atau menggunakan catudaya luar yang dapat diberikan pada pin30 (+) dan pin29 (-) untuk tegangan kerja 7 – 12

Sedangkan Gambar 6 diperlihatkan prototipe dari rancang bangun alat ukur pH, suhu dan kelembaban dengan media tanam jamur tiram.. prototipe dari rancang bangun alat ukur

Diagram Blok Sistem Sistem yang dibuat adalah alat monitoring kelembaban dan suhu pada area tanam hidroponik menggunakan kontrol on/off untuk penyiraman berbasis IoT, dimana alat

pada PLTMh membutuhkan beberapa rangkaian pendukung antara lain: rangkaian sensor tegangan yang dilengkapi dengan penguat tegangan,rangkaian sistem mikrokontroller

Karena dalam output keran air berhubungan dengan tingkat kandungan kelembaban di udara yaitu keran air akan aktif apabila kelembaban ruang kurang dari nilai kelembaban minimum,