• Tidak ada hasil yang ditemukan

Realis dan Organisasi Internasional docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Realis dan Organisasi Internasional docx"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Nadya Agitswari 071311233010

Institusi internasional yang mulai dibentuk semenjak berakhirnya Perang Dingin, telah dianggap sebagai pernyataan bagi Barat untuk menolak politik balance of power. Pada masa ini, Bill Clinton beserta dengan penasihat keamanannya telah mengambil perspektif Neo-Wilsonian untuk kebijakan luar negeri dan politik internasionalnya. Mereka meyakini bahwa adanya institusi internasional adalah kunci dari perdamaian dunia (Mearsheimer 1995). Berbeda dengan Neo-Wilsonian dan Institusionalis, Realisme justru melihat bahwa institusi internasioal bukan sebuah jalan untuk mencapai perdamaian. Hal ini karena adanya rasa saling tidak percaya antar negara. Institusi internasional hanyalah seperangkat aturan yang ditetapkan sebagai wadah negara-negara untuk bekerja sama dan saling berkompetisi (Mearsheimer 1995). Sedangkan, Realisme sendiri merupakan sebuah main theory dalam hubungan internasional yang mempunyai pandangan pesimis atas sifat manusia, pesimis atas dunia, dan pesimis terhadap segalanya. Pandangan ini didasari atas sifat manusia yang pada dasarnya agresif, dan selalu cemas akan keselamatan dirinya dalam hubungan persaingan dengan negara lain.

(2)

untuk dicurangi. Hal tersebut kemudian dapat menjadi jawaban dari kaum realis atas pandangannya mengenai tebentuknya organisasi internasional. Diungkapakan oleh John J. Mearsheimer (1995) bahwa negara merupakan instrumen yang paling kuat dalam menciptakan dan membentuk organisasi internasional, oleh karenanya mereka akan mempertahankan atau meningkatkan bagian mereka untuk politik dunia atau meningkatkannya. Dengan kata lain, organisasi internasional pada dasarnya merupakan arena memainkan kekuasaan. Tetapi juga, organisasi internasional telah membuat suatu negara untuk mendapatkan keuntungan maksimum atau absolute gain agar negaranya tidak tertinggal dari negara lain yang mendapatkan keuntungan dalam sebuah organisasi atau perjanjian. Menurut Mearsheimer (1995), terdapat ketakutan antarnegara untuk saling menyerang dan mengalahkan. Atas dasar tersebut pula, suatu negara mau untuk melakukan kerja sama dengan membentuk sebuah organisasi internasional, yakni untuk membentuk aliansi dengan dasar common enemy.

(3)

dalam menjaga stabilitas internasional saat itu karena mampu membendung kekuatan Uni Soviet sehingga terjadinya satu kekuatan absolut dapat terhindarkan.

Selanjutnya untuk mewujudkan stabilitas internasional dalam perspektif realis, kali ini penulis akan membandingkan argumen Mearsheimer (1995) dan Kelly-Kate S. Pease (2012). Mearsheimer (1995) menyetujui bahwa organisasi internasional berperan penting dalam menstabilisasi sistem internasional. Hal tersebut ditunjukkan dengan beberapa alasan Marsheimer terkait organisasi internasional sebagai stabilisator sistem internasional. Pertama, organisasi internasional sebagai wadah bagi kolusi kekuatan besar internasional (Mearsheimer 1995). Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kekuatan besar memegang peranan penting dalam sebuah sistem internasional, sehingga negara-negara patuh terhadap aturan maupun rezim yang dibentuk. Kedua, organisasi internasional berguna untuk membuat penyesuaian kecil dalam tatanan yang ada, sedangkan prinsip yang mendasari dasar dan norma-norma tetap tidak terkompromi (Mearsheimer, 1995). Ketiga, organisasi internasional dapat menjadi agen sosialisasi internasional. Organisasi internasional melegitimasi tatanan yang ada, sehingga mendapatkan penerimaan dari status quo oleh mereka yang didominasi. Secara garis besar, Mearsheimer (1995) meyakini sistem internasional stabil karena terdapatnya organisasi internasional.

Berbeda pendapat dengan Marshemeir (1995), Kelly-Kate S. Pease (2012) mengungkapkan bahwa kestabilan sistem internasional tidak dipengaruhi oleh organisasi internasional. Hal tersebut ditunjukkan dengan beberapa alasan Pease terkait organisasi internasional sebagai stabilisator sistem internasional. Pertama, kaum realis berpendapat bahwa kekuatan dan keamanan adalah apa yang benar-benar penting dalam hubungan internasional (Pease, 2012). Organisasi internasional hanya berfungsi untuk membantu negara mencapai tujuannya dalam gagasan keamanan atau peningkatan daya saing. Dengan demikian, realis berpendapat bahwa organisasi internasional tidak peduli akan sistem internasional, terutama dibandingkan dengan negara-negara individu, dan organisasi internasional tertuju untuk kepentingan negara. Kedua, realis tidak percaya bahwa organisasi internasional dapat menghentikan negara-negara kuat untuk melakukan sesuatu, terutama jika kepentingan mereka tidak selaras dengan permasalahan yang ada (Pease, 2012).

(4)

kekuatan penuh diinstitusionalisasikan. Realis menyadari bahwa organisasi internasional adalah suatu bentuk kontrol dari negara-negara super power terhadap negara-negara less power (Kuziemko et al. 2006). Bagi realis, organisasi internasional memainkan dua peranan, salah satu peranan tersebut adalah peran marjinal dalam dunia politik. Dengan kata lain, organisasi internasional memainkan peran yang minim dalam mempertahankan kedamaian dan keamanan. Terlepas dari ada atau tidaknya perimbangan kekuasaan, perang akan tetap terjadi. Walaupun organisasi internasional mempunyai sedikit peran dalam perdamaian dan keamanan, tetap saja organisasi internasional berguna bagi kedua belah pihak, baik itu powerful countries maupun non powerful countries (Kuziemko et al. 2006).

Sedangkan, pandangan kaum realis yang state-centric membuat mereka melihat perilaku interaksi dunia hubungan internasional berpusat pada aktor negara saja. Interaksi yang berpusat pada negara ini berarti bahwa interaksi yang terjadi hanya berdasarkan pada tujuan untuk mencapai suatu kepentingan negara tertentu. Namun, hal ini bukan berarti bahwa kaum realis tidak memungkinkan terjadinya kerjasama yang dalam hal ini dapat terjadi dalam sebuah organisasi internasional. Kerjasama internasional dalam bentuk organisasi internasional dapat terjadi. Namun, bagaimanapun juga, organisasi internasional dipandang oleh kaum realis sebagai suatu kelompok yang dibentuk oleh negara untuk kepentingan mereka sendiri (Mearsheimer 1995). Setiap negara dianggap hanya menginginkan kekuasaan dan selalu mengejar hal tersebut sehingga sulit terjadi kerjasama. Perilaku negara yang didasarkan pada perhitungan kepentingan diri sendiri tentu berdampak pada keberlangsungan organisasi internasional.

(5)

kecenderungan negara yang bertindak atas dasar kepentingan, dan berkonsentrasi pada aturan merancang yang memfasilitasi kerjasama antara negara-negar akan membuat tujuan organisasi internasional menjadi lebih jelas dan terarah serta memicu tingkat compliance yang tinggi.

Selain itu, prinsip balance of power dapat menyebabkan negara untuk membentuk aliansi dan bekerja sama melawan musuh bersama (Mearsheimer, 1995). Mearsheimer (1995), mencontohkan negara yang bekerja sama untuk menyerang negara ketiga, seperti yang dilakukan Jerman dan Soviet untuk melawan Polandia pada tahun 1939. Sehingga dari penjelasan panjang yang telah dijabarkan oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa pandangan kaum realis cenderung terlihat pesimis terhadap munculnya organisasi internasional. Tak dapat dipungkiri, memang pada kenyataannya realis atau realisme sendiri merupakan main theory yang mengedepankan power dari negara. Oleh karena itulah realis menyumbangkan skeptisme terhadap organisasi internasional yang pada mulanya dipercaya dapat menciptakan perdamaian.

Referensi :

Anon. 2005. “The rise of international organizations” [Online]. Tersedia dalam http://ebooks.narotama.ac.id/files/An%20Introduction%20to%20International %20Institutional%20Law/Chapter%202%20%20The%20Rise%20Of

%20International%20Organizations.pdf (Diakses pada tanggal 22 September 201).

Martin Griffiths. 1992. Realism, Idealism & International Politics a Reinterpretation. New York: Routedge

Mearsheimer, John. 1995. The False Promise of International Institutions. International Security 19 (3).

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan jenjang studi Strata-1 (S1) jurusan Teknik Informatika di Universitas Bina

3 menunjukkan bahwa harga diri pada kelompok eksperimen sebelum diberikan pelatihan pengenalan diri paling banyak memiliki kategori harga diri tinggi dan sedang masing-masing

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dalam penelitian ini mendeskripsikan data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi

Desa Embalut dan desa Bangunrejo yang menjadi bagian dari pemerintahan Tenggarong Seberang Kecamatan, Kutai Kartanegara, adalah sebuah desa yang memiliki lebih dari 30 tahun

Artinya, dalam kegiatan ekonomi pondok, khususnya dalam khizatullah atau pengadaan sumber pembiayaan pondok pesantren dapat memberdayakan seluruh civitas pondok

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran melalui pendekatan Edutainment terhadap hasil belajar matematika materi simetri

This article presented the various factors that were taken into consideration while developing a simple, phonemic orthography for the Onya Darat language. The resulting

Mengawali pembahasan mengenai pendekatan edutainment dalam pembelajaran matematika ini, maka kita perlu mengenal beberapa istilah yang kadang-kadang mempunyai pengertian