MENGURAI BERBAGAI PERMASALAHAN DALAM OPTIMALISASI POTENSI PERTAMBANGAN DAERAH
(STUDI KASUS DI KABUPATEN TANGGAMUS)
Oleh SEPTI KURNIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA
Pada
Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRACT
SCATTERING PROBLEMS IN THE OPTIMALIZATION OF THE REGION'S MINING POTENCY
(A CASE STUDY IN REGION OF TANGGAMUS)
By
SEPTI KURNIA
This research aims to decribe and identify the problems in optimalization of mining potency in the region of Tanggamus, to identify and analyze what strategies has bee chosen by the Local Government of Tanggamus in managing mining potency in the region. The methode used is descriptive research with qualitative approach. Data collection technique used are depth interview and documentation.
Results of the research shows that the complication in optimalization of mining potency in the region of Tanggamus consisted of two main points, first is internal problem which included the lack of professional and skilled employee, insufficient of promotion and networking in miningral resources, the single concentration of a certain mining type, the limited fund for the human resources development, and the unsupported facilities and material. Second, is the external problems, e.g. The large number of illegal mining activity, condition of geographical topography, devastation of nature, and the lack of awareness of the companies to conduct their obligation of reporting the financial report of their mining activity. The strategy that was taken into account by the local government of Tanggamus were upgrading the skill of the public servants who take care of mining administration, increasing supervision and fostering the mining companies an illegal mining companes, developing promotion and network by building a website about mining resources, and the last is supreming the law for illegal mining companies.
ABSTRAK
MENGURAI BERBAGAI PERMASALAHAN DALAM OPTIMALISASI POTENSI PERTAMBANGAN DAERAH
(STUDI KASUS DI KABUPATEN TANGGAMUS)
Oleh
SEPTI KURNIA
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan Daerah di Kabupaten Tanggamus, untuk mengetahui dan menganalisis strategi apa yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tanggamus mengatasi permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan daerah. Metode yang digunakan adalah tipe penilitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara wawancara mendalam serta dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan daerah di Kabupaten Tanggamus yaitu ada dua macam, yakni masalah internal meliputi kurangnya tenaga terampil yang profesional, lemahnya promosi dan networking sumber daya mineral, konsentrasi penambang hanya pada jenis bahan galian tertentu, terbatasnya dana untuk pengembangan SDM, serta sarana dan prasarana yang tidak mendukung. Permasalahan eksternal meliputi masih tingginya penambangan tanpa izin/ ilegal, kondisi wilayah geografis, kerusakan lingkungan, dan masih kurangnya kesadaran para pengusaha dalam melaksanakan kewajibannya yakni membuat laporan kegiatan penambangan. Strategi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tanggamus yakni meningkatkan pengetahuan sumber daya aparatur yang menangani bidang pertambangan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan, meningkatkan pembinaan dan pengawasan pengelolaan kegiatan pertambangan kepada perusahaan pertambangan serta penambangan tanpa izin/ ilegal, pengembangan promosi dan networking dengan cara membuat website tentang sumber daya, serta melakukan penertiban pengawasan terhadap perusahaan pertambangan tanpa izin.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Kegunaan Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Optimalisasi, Potensi dan Pertambangan Daerah ... 11
B. Manajemen ... 13
C. Strategi ... 18
D. Analisis Lingkungan Strategi ... 23
E. Logical Framework Approach (LFA) ... 25
F. Matriks Logframe ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
A. Tipe Penelitian ... 35
B. Fokus Penelitian ... 36
C. Lokasi Penelitian ... 37
D. Jenis dan Sumber Data ... 38
E. Proses dan Teknik Pengumpulan Data ... 40
F. Teknik Analisis Data ... 43
G. Teknik Keabsahan Data ... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49
A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus ... 49
B. Sejarah Industri Pertambangan Mineral dan Batubara ... 58
C. Gambaran Kegiatan Pertambangan di Kabupaten Tanggamus ... 66
D. Kegiatan Usaha Pertambangan ... 70
E. Penyajian dan Analisis Data ... 73
1. Permasalahan Dalam Optimalisasi Potensi Pertambangan Daerah .. 73
2. Strategi Pemerintah Kabupaten Tanggamus Mengatasi Permasalahan Dalam Optimalisasi Potensi Pertambangan Daerah ... 92
a. Analisis Stakeholder ... 96
b. Analisis Permasalahan ... 101
c. Analisis Hasil... 103
d. Analisis Strategi... 106
BABV PENUTUP ... 110
A. Kesimpulan ... 110
B. Saran ... 112
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Data Realisasi PAD Tahun 2010-2012 ... 5
2.1 Analsis Stakeholder ... 27
2.2 Struktur Matriks Logframe ... 30
3.1 Daftar Informan Wawancara ... 42
4.1 Tabel Kecamatan, Jumlah Pekon, Luas, Jumlah Penduduk ... 52
4.2 Tabel Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Tanggamus ... 54
4.3 Tabel Kewenanangan Pengelolaan Mineral dan Batubara ... 63
4.4 Data Realisasi PAD dan Pendapatan Sektor Pertambangan 2010-2012 ... 75
4.5 Daftar Perusahaan Pertambangan Komoditas Mineral Logam ... 75
4.6 Daftar Perusahaan Pertambangan Komoditas Mineral Bukan Logam dan Batuan ... 77
4.7 Daftar Perusahaan Pertambangan Komoditas Batubara ... 78
4.8 Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan ... 81
4.9 Hasil Analisis Stakeholder ... 97
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Langkah-Langkah Penyusunan Logframe ... 26
2.2 Diagram Pohon Masalah ... 28
2.3 Bagan Kerangka Pikir ... 34
4.1 Gambar Kegiatan Pengelolaan Pertambangan ... 71
4.2 Gambar Alat Pengelolaan Pertambangan Emas ... 71
4.3 Gambar Masalah Eksternal Kerusakan Lingkungan ... 87
4.4 Pohon Masalah ... 101
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertambangan dapat diidentifikasi sebagai setiap kegiatan yang dilakukan
dengan cara mengambil dan memanfaatkan semua bahan galian dari muka bumi
yang mempunyai nilai ekonomi yang rangkaian kegiatannya dimulai dari
penyelidikan bahan galian sampai pemasaran bahan galian. Selain itu
pertambangan juga dapat diartikan dengan sebagian atau seluruh tahapan kegiatan
dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara
yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pasca tambang Salim (2005: 1).
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan dan dikenal sebagai salah satu
negara di dunia yang kaya akan sumber bahan galian (tambangnya). Bahan galian
itu, meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, biji besi, dan
lain–lain. Hak penguasaan negara berisi wewenang untuk mengatur, mengurus
dan mengawasi pengelolaan bahan galian, serta berisi kewajiban untuk
Hak-hak negara dibidang pertambangan dituangkan dalam peraturan Undang-undang yaitu:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yang menimbang “Bahwa mineral dan batubara yang terkandung
dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan kekayaan alam tak
terbarukan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang mempunyai peranan
penting dalam memenuhi hajat hidup orang banyak, karena itu pengelolaannya
harus dikuasai oleh negara untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi
perekonomian nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan”.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Pasal (2 ayat 1) Berbunyi “
Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara ditujukan
untuk melaksanakan kebijakan dalam mengutamakan penggunaan mineral
dan/atau batubara untuk kepentingan dalam negeri.
4. Peraturan Daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan tata Kerja Dinas Pertambangan, dan Energi. Pasal (3) Berbunyi “Dinas Pertambangan, Energi dan Lingkungan Hidup merupakan unsur
pelaksana pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang kepala yang berada
Kabupaten Tanggamus yang berada di Provinsi Lampung merupakan salah
satu Kabupaten di Indonesia yang memiliki banyak potensi sumber daya alam
yang memadai dan memiliki potensi pertambangan yang beragam. Berdasarkan
tinjauan geologi, Kabupaten Tanggamus memiliki kekayaan mineral yang cukup
banyak. Menurut Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Tanggamus
Hamdan.,S.H dari kegiatan penyelidikan dan investigasi yang dilakukan, potensi
sumber daya mineral di Kabupaten ini mencapai belasan jenis. Diantaranya
potensi Biji Besi, Mangan, Emas, Galena, Pasir Besi, Batubara, Zeolit, Andesit,
Batu Gamping, Seng, Bentonit, Belerang, Batu Apung, Pasir, Granit, Lempung
dan Silika. Biji Besi dijumpai di Pekon Padang Ratu dan Pekon Tegineneng
Kecamatan Limau, Pekon Suka Agung Kecamatan Bulok serta Pekon Paku
Kecamatan Kelumbayan. Mangan dapat dijumpai di Pekon Tanjung Kemala,
Pekon Tanjung Agung, Pekon Gunung Kasih Kecamatan Pugung. Bahan galian
Emas terdapat di Pekon Doh Kecamatan Cukuh Balak, Pekon Sidoharjo
Kecamatan Kelumbayan Barat, Pekon Umbar Kecamatan Klumbayan, Way
Linggo dan Way Semong Kecamatan Bandar Negeri Semong. Galena banyak
dijumpai di Pekon Sidoharjo Kecamatan Kelumbayan Barat serta Pekon Umbar
dan Pekon Paku Kecamatan Kelumbayan. Pasir besi dapat dijumpai disepanjang
pesisir pantai seperti di Pekon Tegineneng dan Pekon Badak Kecamatan Limau,
pesisir pantai Pekon Doh Kecamatan Cukuh Balak, pesisir pantai Pekon Napal
di Pekon Tangkit Serdang dan Pekon Gading Pertiwi Kecamatan Pugung, Teluk
Berak Pekon Way Nipah Kecamatan Pematang Sawa, Pekon Way Harong
Kecamatan Air Naningan, Pekon Sidoharjo Kecamatan Kelumbayan Barat, Pekon
Penyandingan Kecamatan Kelumbayan.
Zeolit banyak dijumpai di Pekon Batu Balai Kecamatan Kota Agung Timur.
Batu andesit dapat dijumpai di Kecamatan Talang Padang, Kecamatan Kota
Agung Timur, Kecamatan Bulok, Kecamatan Cukuh Balak. Batu gamping banyak
dijumpai pada beberapa wilayah di Kecamatan Pugung, seperti di Pekon Gunung
Kasih, Pekon Tanjung Kemala. Seng banyak diijumpai di Pekon Tanjung Agung
Kecamatan Pugung. Bentonit dapat dijumpai di Dusun Umbul Solo Pekon Tangkit
Serdang Kecamatan Pugung. Belerang dapat dijumpai di Pekon Suka Indah
Kecamatan Ulu Belu. Batu apung dapat dijumpai di Pekon Tampang Kecamatan
Pematang Sawa. Pasir banyak dijumpai di Pekon Sri Kuncoro dan Pekon Karang
Rejo Kecamatan Semaka, disepanjang aliran sungai Way Semaka Pekon Tugu
Rejo dan Pekon Karang Anyar Kecamatan Wonosobo, Pekon Baros Kecamatan
Kota Agung. Batu Granit banyak dijumpai di Pekon Tulung Asahan. Lempung
banyak dijumpai di Pekon Gunung Kasih dan Pekon Tanjung Kemala Kecamatan
Pugung, Pekon Way Ngison. Mineral silika dijumpai di Pekon Gunung Kasih
Kecamatan Pugung, disepanjang pantai Pekon Karang Anyar Kecamatan
Wonosobo, di Pekon Air Kubang, Air Naningan dan Sinar Sekampung
Kabupaten Tanggamus memiliki sumber daya tambang yang beragam, tetapi
pengelolaan dan pengembangan potensi tambang yang ada di daerah tersebut
masih rendah. Hal ini dilihat dari rendahnya pengembangan sarana infrastruktur
penunjang tambang, konsentrasi penambang hanya pada jenis bahan galian
tertentu, lemahnya promosi dan networking sumber daya mineral serta minimnya
sumber daya manusia yang profesional yang dimiliki oleh pemerintah daerah
untuk mengelola potensi tambang guna meningkatkan perekonomian daerah.
Apabila dalam pengelolaan dan pengembangan potensi tambang tidak maksimal
sehingga realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang ditargetkan tidak tercapai
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari realisasi (PAD).
Tabel 1.1 Data Realisasi PAD Tahun 2010-2012.
Tahun 2010 2011 2012
PAD Rp 11.663.513.273,47 Rp 16.139.087.294,71 Rp 17.812.516.766,36
Sektor Pertambangan Rp 247.749.766,00 Rp 764.487.654,30 Rp 139.748.533,96
% Rp 4707.78 Rp 2111.098 Rp 12746.121
Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Tanggamus Tahun 2011)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 PAD
Kabupaten Tanggamus mengalami peningkatan tetapi pada sektor pertambangan
mengalami penurunan yang cukup drastis dibandingkan tahun sebelumnya. Hal
ini disebabkan karena wewenang Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus
batu gamping, andesit, batu kuarsa, dan lain-lain. Selain itu, diperlukan perbaikan
dalam pengelolaan dan pengembangan potensi, apabila potensi pertambangan di
Tanggamus dapat dikelola dengan baik dan maksimal kemungkinan pendapatan
sektor pertambangan akan mengalami peningkatan yang lebih baik dan otomatis
PAD juga akan mengalami peningkatan serta masyarakat akan lebih sejahtera dan
pembangunan di Kabupaten Tanggamus akan lebih maju dan lebih baik lagi.
Menurut Hamdan, jumlah perusahaan tambang yang ada di Tanggamus
terbilang sedang, baik jumlah maupun kemampuan perusahaannya. Ada dua puluh
perusahaan yang bergerak dibidang mineral dan logam, delapan belas perusahaan
yang bergerak dibidang mineral bukan logam dan batuan, tiga perusahan dibidang
batubara dan perusahaan bergerak dibidang galian C, serta beberapa perorangan.
Hingga saat ini perusahaan yang masih bergerak hanya pasir atau galian C, karena
permintaannya juga banyak rata-rata 100 ribu ton per tahun berbeda dengan bahan
tambang lainnya permintaan tidak menentu. Potensi alam Kabupaten Tanggamus
memang potensial, tapi kembali lagi jika dalam pengelolaan dan
pengembangannya tidak didukung dengan SDM yang profesional serta sarana
prasarana dan teknologi penunjang tambang yang lengkap dan baik maka potensi
tersebut tidak terkelola dengan baik. Hal ini cukup disayangkan, mengingat
potensi tersebut sebenarnya mampu menjadi salah satu sumber pendapatan bagi
Kabupaten Tanggamus bila potensi ini dikelola secara maksimal, tentunya akan
Hasil pra-riset penulis dengan Bapak Hamdan,SH (Kepala Dinas
Pertambangan Kabupaten Tanggamus) dan Bapak Arif Sutanto,ST (Kepala Seksi
Pengusahaan Pertambangan Umum Kabupaten Tanggamus), menunjukkan bahwa
selain permasalahan sumber daya modal dan anggaran di pertambangan
Kabupaten Tanggamus, juga terdapat masalah internal dan eksternal organisasi di
Dinas Pertambangan Kabupaten Tanggamus. Apabila masalah–masalah yang ada
di pertambangan ini tidak cepat diatasi oleh pemerintah, maka dapat berdampak
negatif terhadap pengelolaan dan pembinaan perusahaan-perusahaan
pertambangan di Kabupaten Tanggamus, yang berujung pada terhambatnya
perkembangan potensi pertambangan di Kabupaten Tanggamus tersebut.
Peran aktif pemerintah adalah kunci utama dalam berbagai persoalan ini.
Sehingga, perlu diadakan pembentukan manajemen dan strategi oleh pemerintah
daerah dalam optimalisasi potensi pertambangan yang terdapat di Kabupaten
Tanggamus. Strategi merupakan suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber
daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungannya yang
efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan, menurut
Mc Nichols dalam Salusu (2000: 101). Tanda-tanda dari suksesnya strategi
ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait, dan
terutama dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi
pengelolaan pertambangan di Kabupaten Tanggamus dapat dilaksanakan secara
lebih profesional dan inovatif.
Penelitian “Mengurai Berbagai Permasalahan Dalam Optimalisasi Potensi Pertambangan Daerah (Studi Kasus di Kabupaten Tanggamus)” ini penting untuk
dilakukan dalam rangka mengetahui apa saja permasalahan yang timbul dalam
optimalisasi potensi pertambangan dan menganalisisnya berdasarkan Teori
Manajemen Strategis dan Administrasi Pemerintahan Daerah, sehingga dapat
direkomendasikan berbagai macam alternatif solusi dalam membantu
menyelesaikan permasalahan yang ada di Dinas Pertambangan Kabupaten
Tanggamus.
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat permasalahan pada uraian di atas, maka rumusan masalah
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Apa saja permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan di Kabupaten
Tanggamus?
2. Bagaimana strategi Pemerintah Kabupaten Tanggamus mengatasi
permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan di Kabupaten
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi apa saja permasalahan dalam
optimalisasi potensi pertambangan di Kabupaten Tanggamus.
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana strategi Pemerintah
Kabupaten Tanggamus dalam mengoptimalisasikan potensi pertambangan
daerah.
D. Kegunaan Penelitian
Dengan diketahui tujuan dari penelitian ini, diharapkan penelitian ini dapat
berguna untuk:
1. Secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
masukan bagi Pemerintah Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung, yang
dalam hal ini yaitu dinas pertambangan dalam mengoptimalkan potensi
pertambangan untuk meningkatkan dan mengembangkan pertambangan di
daerah tersebut.
2. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi
pemikiran, khususnya dalam kajian Ilmu Administrasi Negara mengenai
Manajemen Publik yang khusunya dalam mengurai berbagai permasalahan
dalam optimalisasi potensi pertambangan di Negara Indonesia, khususnya di
II. TINJAUAN PUSTAKA
Optimalisasi potensi SDA di Daerah Kabupaten Tanggamus. Dengan adanya
desentralisasi yang kemudian diwujudkan dengan pemberian otonomi daerah,
maka kemudian hal ini memberi keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk
membangun daerahnya sesuai dengan karakteristik yang ada di tempat. Salah satu
diantaranya adalah dengan cara mengoptimalkan potensi pertambangan.
Dengan adanya desentralisasi maka terbentuknya daerah-daerah otonom atau
daerah-daerah yang memiliki otonomi. Kepada daerah kemudian diberikan
semacam keleluasaan untuk bisa mengelola daerahnya sesuai dengan kondisi
setempat. Syarat untuk bisa menegakkan otonomi ialah jika daerah itu didukung
dengan kapasitas keuangan yang memadai. Maka dari itu, kepada daerah
diserahkan beberapa kewenangan antara lain kewenangan di bidang
pertambangan, melalui aktifitas eksplorasi maupun eksploitasi sumber-sumber
pertambangan yang ada di daerah dan dapat digunakan untuk meningkatkan
A. Optimalisasi, Potensi, Pertambangan Daerah
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta (2003:753)
mengemukakan bahwa optimalisasi adalah hasil yang dicapai sesuai dengan
keinginan, jadi optimalisasi merupakan pencapaian hasil sesuai harapan secara
efektif dan efisien.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poewadarminta (2003:92)
mengemukakan bahwa potensi diartikan sebagai Kemampuan. Sedangkan Alwi
M. Dahlan (1989: 42) merumuskan kemampuan melaksanakan suatu pekerjaan
dengan hasil yang memuaskan baik berupa barang atau jasa yang merupakan kebutuhan masyarakat”.
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang rneliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca
tambang (Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara).
Potensi pertambangan yang dimaksudkan penulis dalam penelitian ini adalah
sumber daya alam (SDA) yang dikelola secara cermat oleh sumber daya manusia
(SDM) dimana potensi pertambangan ini dapat menjadi suatu keterkaitan yang
menyatu dalam pelaksanaan pembangunan yang ada di Kabupaten Tanggamus.
Potensi pertambangan yang ada di Kabupaten Tanggamus ini dapat dijadikan
modal dan sebagai salah satu penopang dalam pembangunan kesejahteraan
potensi pertambangan merupakan salah satu kekayaan yang sangat berpengaruh
cepat terhadap pembangunan daerah serta meningkatkan PAD di kabupaten
tersebut. Apabila potensi pertambangan yang ada di Kabupaten Tanggamus ini
dapat dikelola dengan maksimal, otomais akan mempercepat pembangunan dan
meningkatkan PAD di Kabupaten Tanggamus ini.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pengelolaan pertambangan, yakni:
(a) Menjamin efektivitas pelaksanaan dari pengendalian kegiatan usaha
pertambangan secara berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing; (b)
Menjamin manfaat pertambangan mineral dan batubara secara berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan hidup; (c) Menjamin tersedianya mineral dan batubara
sebagai bahan baku dan/atau sebagai sumber energi untuk kebutuhan dalam
negeri; (d) Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional agar
lebih mampu bersaing ditingkat nasional, regional, dan internasional; (e)
Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta
menciptakan lapangan kerja sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat; (f)
Menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha pertambangan
mineral dan batubara (Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009).
Adapun peraturan Undang–Undang mengenai pertambangan yang menunjang
penelitian ini, yakni: (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2007 Tentang Penataan Ruang. (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara. (3) Peraturan Pemerintah Nomor 23Tahun
(4) Peraturan Daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertambangan, dan Energi.
B. Manajemen
Pertambangan daerah akan dapat dikelola secara baik jika pemerintah daerah
memiliki suatu manajemen yang handal. Menurut Robbins (2007: 8)
mendefinisikan manajemen sebagai proses mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas
kerja sehingga dapat selesai secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang
lain. Sedangkan menurut Aime, (2010: 8) manajemen adalah serangkaian aktivitas
manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan. Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dengan manajemen, daya guna dan hasil
guna unsur–unsur manajemen akan dapat ditingkatkan. Manajemen adalah ilmu
dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber–sumber
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Malayu,
2006: 2). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses
penggunaan sumber daya organisasi dengan menggunakan orang lain untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Seorang industriawan Perancis bernama Henry Fayol seperti dikutip Robbins
(2007: 9) menyatakan bahwa terdapat empat fungsi manajemen, yaitu: (1)
Perencanaan adalah fungsi manajemen yang mencakup proses mendefinisikan
sasaran, menetapkan strategi untuk mencapai sasaran tersebut, dan menyusun
kegiatan; (2) Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang mencakup proses
menentukan tugas apa yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan
bagaimana cara mengelompokkan tugas-tugas itu, siapa harus melapor ke siapa,
dan dimana keputusan harus dibuat; (3) Kepemimpinan adalah fungsi manajemen
yang mencakup memotivasi bawahan, mempengaruhi individu atau tim sewaktu
mereka bekerja, memiliki saluran komunikasi yang paling efektif, dan
memecahkan dengan berbagai cara masalah perilaku pegawai; (4) Mengendalikan
adalah fungsi manajemen yang mencakup memantau kinerja aktual,
membandingkan aktual dengan standar, dan membuat koreksinya.
Robinson (1997: 41) Manajemen strategi adalah sekumpulan keputusan dan
tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang
untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi. Karena ini melibatkan pengambilan
keputusan yang rumit, berjangka panjang dan berorganisasi ke depan serta
membutuhkan sumber daya yang besar, partisipasi manajemen puncak sangatlah
penting. Manajemen strategi merupakan proses tiga lapis yang melibatkan para
perencana ditingkat korporasi, bisnis, dan fungsional, serta personil-personil
pendukung. Makin rendah tingkatnya, kegiatan strategi makin bersifat lebih
spesifik, sempit, jangka pendek, dan berorientasi ke tindakan, dengan resiko yang
lebih kecil tetapi peluangnya untuk memberikan dampak besar dan kecil.
Sedangkan dalam bukunya Heene (2010: 9) manajemen strategi
dideskripsikan sebagai kesatuan proses manajemen pada suatu organisasi yang
berulang-ulang dalam menciptakan nilai serta kemampuan untuk menghantar dan
berkepentingan. Artinya, manajemen strategi menjadi suatu kesatuan dari
keseluruhan proses yang terintegrasi.
Dalam bukunya Heene (2010: 76) Houthoofd mendefinisikan manajemen
strategi sebagai suatu proses organisasi menata diri demi tercapainya
tujuan-tujuan keorganisasian melalui analisis strategi yang proporsional, perumusan
strategi yang dijadikan keunggulannya, pengimplementasian strategi yang akurat,
dan pengevaluasian kontinum terhadap kinerjanya. Viljoen mengutarakan bahwa
manajemen strategi adalah suatu proses dari pengidentifikasian, pemilihan, dan
pengimplementasian aktivitas-aktivitas yang dapat memperbaiki kinerja jangka
panjang dari organisasi melalui penentuan arah, disertai melanjutkan komitmen
ataupun penyesuaian antara keterampilan internal dengan sarana-sarana dari
organisasi berikut pula dengan lingkungan yang berubah evolutif dimana
organisasi itu beroperasi. Joyce memaparkan manajemen strategi yakni suatu
proses manajemen puncak yang mengelompokkan dan mengorientasikan semua
kegiatan dan fungsi yang ada pada organisasi serta terfokus untuk
diaktualisasikannya agenda strategi dari organisasi tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
manajemen strategi merupakan sekumpulan keputusan, tindakan dan suatu proses
organisasi menata diri untuk mengembangkan diri dan mencapai suatu tujuan
keorganisasian dengan cara analisis strategi, perumusan, pelaksanaan, dan
pengevaluasian.
Dalam buku salusu (2006: 496) ada beberapa manfaat dari manajemen
dimungkinkan untuk mengidentifikasi peluang-peluang dalam lingkungan
eksternal dan sekaligus memanfaatkannya. Ancaman dari lingkungan dapat
dihindari seminimal mungkin dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki
organisasi. Dengan peluang dan kekuatan, organisasipun dapat memperbaiki
kelemahan-kelemahan. Bahkan manajemen strategi dapat memberi petunjuk
bagaimana mengantisipasi perubahan-perubahan awal dari lingkungan eksternal;
(b) Semangat Korps. Dalam lingkungan organisasi, manajemen strategi mampu
menciptakan sinergi dan spirit de corps, yaitu semangat korps yang penuh
integritas sehingga dapat melicinkan jalan menuju sasaran organisasi. Semangat
itu diharapkan akan meningkatkan produktivitas mereka. Dengan begitu
organisasi akan mampu bertahan lama, bebas dari perasaan curiga antar karyawan.
Hasilnya, akan lebih mampu memberikan pelayanan terbaik kepada
konsumennya. Sebaliknya, kondisi ini akan memampukan organisasi untuk
mendapatkan bantuan lebih banyak dari luar lingkungannya; (c)
Perubahan-Perubahan Strategi. Para manajer organisasi publik dan nonprofit tidak akan
pernah luput dari perubahan-perubahan strategi dalam tubuh organisasinya.
Apabila perubahan-perubahan itu mutlak harus dilakukan, mereka perlu
menyesuaikan arah perjalanan organisasi dengan misi dan tujuan yang ingin
dicapai. Perubahan yang dimaksud itu antara lain yang berkaitan dengan
kebijaksanaan, prosedur, pelayanan, atau yang berkaitan dengan klien dan
konsumen.
Nutt dan Backoff dalam Salusu (2006: 497) menampilkan beberapa alasan
tentang manfaat dari manajemen strategi bagi organisasi publik dan nonprofit,
yaitu: (1) Suatu organisasi yang baru didirikan atau yang sedang bertumbuh, perlu
memikirkan kemana ia hendak pergi dan sasaran apa yang perlu diberi perhatian
serta prioritas; (2) Kebutuhan untuk mempertahankan stabilitas pembiayaan.
Apabila satu sumber dana berkurang atau hilang, untuk mempertahankan roda
organisasi diperlukan strategi baru untuk mencari sumber-sumber yang baru; (3)
Keinginan untuk mengembangkan pelayanan. Pemerintah pada umumnya mulai
dengan pelayanan yang terbatas karena sumber daya dan dana yang terbatas.
Tetapi lama kelamaan, seiring dengan makin tersedianya sumber daya yang
memadai, keinginan untuk memperluas pelayanan, mendorong pemerintah untuk
melakukan perubahan dalam kebijaksanaan, prosedur, dan bahkan prioritas
konsumen yang dilayani; (4) Perluasan peranan atas desakan konsumen. Sering
kali masyarakat mendesak kepada pemerintah atau organisasi nonprofit untuk
menambahkan peranan baru pada organisasinya guna menjawab kebutuhan
mendesak mereka; (5) Perubahan kepemimpinan. Munculnya pemimpin baru
dalam organisasi menyusul pergantian pejabat, biasanya diikuti dengan
memperkenalkan visi baru yang sekaligus menuntut kepada para eksekutif lainnya
untuk menyesuaikan diri dan pemahaman tentang kebijaksanaan baru tersebut; (6)
Ancaman politik. Pihak-pihak penguasa politik sesekali menuntut kepada para
eksekutif untuk menyesuaikan kebijaksanaan organisasinya dengan tuntutan
politik tersebut; (7) Manajemen strategi mampu memberikan petunjuk bagaimana
mengantisipasi masalah-masalah dan peluang di masa yang akan datang; (8)
jelas sehingga mereka mengetahui arah perjalanan organisasinya; (9)
Meningkatkan kepuasan dan motivasi karyawan; (10) Menyediakan informasi
kepada para pengambil keputusan tepat pada waktunya. Manajemen yang bagus
diwujudkan dalam bentuk strtegi yang bagus.
C. Strategi
Manajemen yang bagus itu akan bisa berhasil guna dan berdayaguna jika
didukung dengan kemampuan untuk berpikir strategis dari para pemimpinnya. “Strategi” berasal dari kata Yunani Klasik, yakni “strategos” (Jenderal), yang
pada dasarnya diambil dari pilihan kata-kata Yunani untuk “pasukan” dan “memimpin”. Penggunaan kata kerja Yunani yang berhubungan dengan
“strategos” ini dapat diartikan sebagai “perencanaan dan pemusnahan musuh
-musuh dengan menggunakan cara-cara yang efektif berlandaskan sarana-sarana yang dimiliki” (Aime, 2010: 53).
Strategi ialah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu
organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan
lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan. Strategi sangat penting
untuk dipahami oleh setiap eksekutif, manajer, kepala atau ketua, direktur, pejabat
senior dan junior, pejabat tinggi, menengah, dan terendah. Hal ini harus dihayati
karena strategi dilaksanakan oleh setiap orang pada setiap tingkat, bukan hanya
oleh pejabat tingkat tinggi. (Salusu, 1996: 101)
Menurut Mintzberg dalam bukunya Aimee (2010:54) konsep strategi itu
Perencanaan untuk semakin memperjelas arah yang ditempuh organisasi secara
rasional mewujudkan tujuan-tujuan jangka panjangnya; (b) Acuan yang berkenaan
dengan penilaian konsistensi ataupun inkonsistensi perilaku serta tindakan yang
dilakukan oleh organisasi; (c) Sudut pemosisian yang dipilih organisasi saat
memunculkan aktivitasnya; (d) Suatu perspektif menyangkut visi yang terintegrasi
antara organisasi dengan lingkungan; (e) Rincian langkah taktis organisasi yang
berisi informasi untuk mengelabui para pesaing ataupun oposan.
Strategi adalah rencana yang berskala besar dan berorientasi kepada masa
depan untuk berinteraksi dengan lingkungan persaingan guna mencapai
sasaran-sasaran organisasi. Strategi adalah “rencana main” suatu organisasi. Strategi
mencerminkan kesadaran organisasi mengenai bagaimana, kapan, dan dimana ia
harus bersaing menghadapi lawan dan untuk maksud (purpose) apa. (Pearce dan
Robinson, 1997: 20)
Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa strategi merupakan suatu rencana dan manajemen yang berskala besar serta
seni dalam menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk
memperjelas arah yang ditempuh organisasi secara rasional untuk mewujudkan
tujuan-tujuan jangka panjangnya.
Salusu (2006: 99) mengambil kesimpulan bahwa strategi umumnya sepakat
membahas tentang: (a) Tujuan dan sasaran. Organizational goals adalah
keinginan yang hendak dicapai di waktu yang akan datang, yang digambarkan
secara umum dan relatif tidak mengenal batas waktu, sedangkan Organizational
goals, lebih terikat dengan waktu, dapat diukur dan dapat dijumlah atau dihitung;
(b) Lingkungan. Harus disadari bahwa organisasi tidak dapat hidup dalam isolasi.
Sasaran organisasi senantiasa berhubungan dengan lingkungan, dimana bisa
terjadi bahwa lingkungan mampu mengubah sasaran. Sebaliknya sasaran
organisasi dapat mengontrol lingkungan; (c) Kemampuan internal. Kemampuan
internal oleh Sirley digambarkan sebagai apa yang dapat dibuat karena kegiatan
akan terpusat pada kekuatan; (d) Kompetisi. Kompetisi ini tidak dapat diabaikan
dalam merumuskan strategi; (e) Pembuat strategi, hal ini penting karena menunjuk
siapa yang kompeten membuat strategi; (f) Komunikasi, melalui komunikasi yang
baik, strategi bisa berhasil. Karena hanya dengan komunikasi kita dapat
mengetahui alam kehidupan sekitar kita dan bagaimana pihak lain mengetahui
kita.
Konsep strategi mengandung tiga aspek penting yang harus diperhatikan,
yakni tujuan, sarana, dan cara. Dalam konteks penelitian ini strategi yang
dimaksud adalah strategi untuk mengoptimalkan potensi pertambangan di
Kabupaten Tanggamus sebagai bagian penting dari perekonomian suatu daerah.
Oleh karena itu strategi disini banyak dihadapkan pada kondisi internal dan
kondisi eksternal suatu organisasi pemerintah daerah, sehingga pemerintah daerah
mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.
Koteen dan Higgins dalam Salusu (1996: 105) menjelaskan tentang tipe-tipe
strategi yaitu: (a) Corporate Strategy (strategi organisasi) strategi ini berkaitan
dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan inisiatifinisiatif strategi yang baru;
implikasi-implikasi strategi dari suatu program tertentu. Apa kira-kira dampaknya
apabila suatu program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, apa dampaknya
bagi sasaran organisasi; (c) Resource Support Strategy (strategi pendukung
sumber daya) strategi sumber daya ini memusatkan perhatian lebih kepada
memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna
meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga,
keuangan, teknologi, dan sebagainya; (d) Institutional Strategy (strategi
kelembagaan) fokus dari strategi ini lebih mengembangkan kemampuan
organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategi.
Dari keempat tipe strategi di atas, yang berkaitan dengan penelitian ini adalah
tipe strategi Corporate Strategi (strategi organisasi), Resource Support Strategy
(strategi pendukung sumber daya), dan Institusional Strategy (strategi
kelembagaan). Dimana fokus dari strategi organisasi berkaitan dengan perumusan
misi, tujuan, nilai-nilai, dan inisiatif-inisiatif strategi yang baru, strategi
pendukung sumberdaya memusatkan perhatian lebih kepada memaksimalkan
pemanfaatan sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas
kinerja organisasi, dan strategi kelembagaan lebih fokus mengembangkan
kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategi.
Hatten dan Hatten (1998) dalam Salusu (1996:107) memberi beberapa
petunjuk bagaimana suatu strategi, yaitu: (a) Strategi harus konsisten dengan
lingkungannya. Jangan membuat strategi yang melawan arus, ikutilah arus
perkembangan dalam masyarakat, dalam lingkungan yang memberi peluang untuk
banyak strategi yang dibuat maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan
strategi yang lain. Jangan bertentangan atau bertolak belakang, semua strategi
hendaknya diserasikan satu dengan yang lain; (c) Strategi yang efektif hendaknya
memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya dan tidak menceraiberaikan
satu dengan yang lain. Persaingan tidak sehat antar berbagai unit kerja dalam
suatu organisasi sering kali mengklaim sumber dayanya, membiarkannya terpisah
dari unit lainnya sehingga kekuatan-kekuatan yang tidak menyatu itu justru
merugikan posisi organisasi; (d) Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada
apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah
kelemahannya. Selain itu, hendaknya juga memanfaatkan kelemahan pesaing dan
membuat langkah-langkah yang tepat untuk menempati posisi kompetitif yang
lebih kuat; (e) Sumber daya adalah sesuatu yang kritis. Mengingat strategi adalah
sesuatu yang mungkin, anda harus membuat sesuatu yang memang layak dan
dapat dilaksanakan; (f) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak
terlalu besar. Setiap strategi mengandung resiko, tetapi harus berhati-hati sehingga
tidak menjerumuskan organisasi ke dalam lubang yang besar. Oleh karena itu,
suatu strategi harus dapat selalu dikontrol; (g) Strategi hendaknya disusun di atas
landasan keberhasilan yang telah dicapai. Jangan menyusun strategi di atas
kegagalan; (h) Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya
dukungan dari pihak-pihak yang terkait, dan terutama dari para eksekutif, dari
semua pimpinan unit kerja dalam organisasi.
Sedangkan berpikir strategis menurut Wahyudi dalam Hermawan (2005: 9)
kekuatan untuk mengatasi berbagai persoalan strategis yang dihadapi oleh
organisasi dimasa depan. Beberapa karakteristik berfikir strategis yakni,
berorientasi masa depan, berhubungan dengan bisnis yang sangat kompleks,
memerlukan perhatian dari manajemen puncak, dan mempengaruhi kemakmuran
jangka panjang organisasi dan melibatkan sumber daya yang besar dari organisasi.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir strategis akan
menghasilkan penyelesaian yang lebih kreatif sehingga akan menimbulkan
banyak model penyelesaian masalah yang akan dihadapi, selain itu akan
meminimalkan kesalahan dan menciptakan karakteristik organisasi yang selalu
siap menghadapi perubahan lingkungan demi pencapaian tujuan.
Dalam tataran realitas pengelolaan pertambangan di daerah itu tidak semudah
seperti yang dibayangkan, ada berbagai macam persoalan yang harus dipecahkan
oleh pemerintah daerah, jika pemerintah daerah ingin mendapatkan manfaat dari
kegiatan pertambangan yang ada di daerah. Untuk menganalisis ini, maka penulis
menggunakan teori analisis lingkungan strategi.
D. Analisis Lingkungan Strategi
Untuk bisa mendapatkan strategi yang handal, seorang pemimpin dituntut
untuk melakukan analisis lingkungan strategi. Menurut Hitt (1997: 78), analisis
lingkungan harus dilakukan karena organisasi dewasa ini lebih merupakan suatu
sistem yang terbuka (open system). Oleh karena itu, organisasi sangat dipengaruhi
dan berinteraksi secara konstan dengan lingkungan yang melingkupinya. Dengan
memastikan bahwa pengaruh tersebut dapat disalurkan melalui arah yang positif
dan dapat memberikan kontribusi optimal terhadap keberhasilan dan pencapaian
daya saing organisasi secara keseluruhan. Analisis lingkungan strategi terbagi
menjadi dua macam, yakni analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan
eksternal.
Lingkungan internal, menurut Hitt (1997: 78), adalah lingkungan organisasi
yang berada didalam organisasi tersebut secara formal memiliki implikasi yang
langsung dan khusus pada organisasi. Organisasi sendiri sesuai konsep masa kini
merupakan kumpulan dari berbagai macam sumber daya, kapabilitas, dan
kompetensi yang selanjutnya bisa digunakan untuk membentuk market porition
tertentu.Dengan demikian analisis internal akan meliputi analisis mengenai
sumber daya manusia, kapabilitas, kompetensi/strategi inti yang dimiliki oleh
organisasi dan kinerja.Lingkungan internal dalam penelitian ini adalah lingkungan
yang berada didalam instansi Pemerintah Kabupaten Tanggamus. Sedangkan
lingkungan eksternal adalah institusi atau kekuatan luar yang potensial
mempengaruhi kinerja organisasi. Lingkungan eksternal terdiri dari dua
komponen, yakni: (a) Lingkungan Khusus. Lingkungan khusus adalah bagian dari
lingkungan yang secara langsung relevan terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Lingkungan khusus, meliputi orang-orang yang mempunyai kepentingan dalam
organisasi (stakeholder), seperti para birokrat instansi pemerintah, masyarakat. (b)
Lingkungan Umum. Lingkungan umum meliputi berbagai faktor, antara lain
kondisi ekonomi, politik dan hukum, sosial budaya, demografi, teknologi, dan
umum biasanya tidak mempunyai dampak sebesar perubahan lingkungan khusus,
namun demikian manajer harus memperhatikannya ketika merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan serta mengendalikan aktivitas organisasi publik.
Lingkungan eksternal dalam penelitian ini adalah lingkungan diluar instansi
Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus.
E. Logical Framework Approach (LFA)
Untuk bisa mendapatkan manfaat yang maksimal dari aktifitas pertambangan
di daerah, maka pemerintah daerah dituntut untuk memiiliki kapasitas atau
kompetensi yang memadai dalam rangka mengidentifikasi berbagai persoalan
yang ada di dalam pertambangan daerah. Salah satu cara yang dapat membantu
atau memudahkan untuk menginfentarisir berbagai persoalan adalah dengan
menggunakan pendekatan Logical Framework Approach (LFA).
Logical Framework Approach (LFA) adalah alat untuk perencanaan,
monitoring dan evaluasi dari project/program. Selain itu LFA adalah instrumen
analisis, presentasi dan manajemen yang dapat membantu perencana untuk
menganalisis situasi eksisting, membangun hierarki logika dari tujuan yang akan
dicapai, mengidentifikasi resiko potensial yang dihadapi dalam pencapaian tujuan
dan hasil, membangun cara untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
tujuan (output) dan hasil (outcome), menyajikan ringkasan aktivitas suatu kegiatan
serta membantu upaya monitoring selama pelaksanaan implementasi proyek
(httpkyutri.commenyusun-logical-framework-analysis-lfa). Diperjelas oleh Alan
open set of tools-for project design and management. Its purpose is to provide a
clear, rational framework for planning the envisomed activities and determining
how to measure a project’s success, while taking external factors into account.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan logframe
mencakup seluruh proses manajemen yang meliputi perencanaan, penilaian,
monitoring dan evaluasi. Karena itu sangat tepat jika dikatakan bahwa logframe
merupakan management tools. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa LFA adalah alat untuk perencanaan, monitoring, evaluasi, instrumen
analisis, presentasi dan manajemen yang dapat membantu perencana untuk
menganalisis situasi eksisting, membangun hirarki logika dari tujuan yang akan
dicapai dari project/program.
Dalam the Logical Framework Approach (LFA) terdapat beberapa analisis
yang dilakukan. Alan Wasch (2000: 9-21) dalam artikelnya Introduction to the
LFA ada 4 analisis yang dilakukan, yakni analisis stakeholder, analisis problem,
[image:36.595.113.484.575.756.2]analisis tujuan, dan analisis strategi.
Gambar 2.1 Langkah-langkah penyusunan logframe adalah sebagai berikut:
Analisis Strategi Analisis Situasi
Pelaksanaan Pembuatan Matriks
Analisis untuk menentukan pilihan strategi dalam mencapai tujuan/ hasil.
Pembuatan workplan.Budget dan perencanaan SDM.
Mengikuti urutan dan format.
Pertama, Analisis Stakeholder yakni merupakan, (a) Analisis stakeholder
digunakan untuk memetakan dan menganalis setiap stakeholder yang terkait
dengan pencapaian project; (b) Stakeholder adalah pihak bisa individu atau
kelompok atau organisasi/lembaga yang terkait dengan kegiatan program/project
yang akan dilakukan; (c) Stakeholder utama adalah stakeholder yang berpengaruh
langsung terhadap kegiatan; (d) Stakeholder sekunder adalah stakeholder yang
[image:37.595.113.517.361.527.2]berpengaruh tidak langsung terhadap program/project;
Tabel 2.1 Analisis Stakeholder
Urutan Stakeholder Pengalaman,
Keahlian dan
Sumberdaya
Interest dan
Keinginan
Hambatan dan
Isu
Peran (Terkait
dengan
Kegiatan)
Stakeholder Utama
Stakeholder
Sekunder
Stakeholder Tersier
Kedua, Analisis Permasalahan, meliputi: (a) Menyusun list permasalahan
yang akan menjadi dasar dalam penyusunan program/project; (b) Menyusun
dalam bentuk pohon permasalahan dimulai dengan menentukan permasalahan
kunci atau permasalahan utama; (c) Menyusun penyebab dari permasalahan
tersebut muncul. Disusun secara bertingkat mulai dari satu tingkat ke tingkat
lainnya; (d) Menyusun akibat dari adanya permasalahan tersebut. Juga disusun
sampai pucuk permasalahannya dan akan menjadi panduan untuk menyusun
[image:38.595.116.517.181.447.2]logframe. Berikut gambar contoh sederhana diagram pohon problem/ masalah:
Gambar 2.2 Diagram Pohon Masalah
Ketiga, Analisis Hasil yakni: (a) Merupakan prosedur yang secara sistematis
mengenali, memilah dan menjelaskan secara rinci mengenai keterlibatan semua
pihak dalam situasi yang tertentu; (b) Dalam prakteknya dilakukan dengan
membuat pohon hasil yang dikembangkan dari pohon permasalahan yang
diangkat dan melakukan perincian lebih detail lagi dengan menuliskan pilihan
pilihan dari hasil yang akan dicapai; (c) Cara melakukannya adalah dengan
mengacu pada pohon permasalahan, dan mengubah kalimat negatif dari pohon
permasalahan menjadi kalimat positif; (d) Setelah diubah menjadi kalimat positif
maka harus diiperhatikan adalah peryataan objective/hasil tersebut harus jelas.
Kemudian jika diperlukan untuk mendetailkan peryataan objective/hasil tersebut
Masalah Kunci/ Focal Problem
SE
B
A
B
A
K
IBA
maka dapat dilakukan; (e) Analisis hasil juga harus jelas dan sudah
mempertimbangkan resiko.
Keempat, Analisis strategi adalah tahapan identifikasi pilihan-pilihan strategi
untuk mencapai tujuan program, dari pilihan yang ada kemudian ditentukan
strategi yang paling tepat berdasarkan tujuan utama pengembangan program.
Pilihan strategi mesti mempertimbangkan resiko yang mungkin muncul serta
membangun kriteria seperti target group penerima manfaat, kelanjutan manfaat,
kemampuan memelihara aset setelah program selesai, jumlah biaya yang
dibutuhkan, kelayakan teknis, kontribusi terhadap penguatan institusi, dampak
terhadap lingkungan, dan kesesuaian dengan prioritas program pemerintah.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dibangunlah matriks logframe yang
merupakan rangkuman dari tujuan program, strategi mencapai tujuan, asumsi
yang digunakan dan bagaimana output dan outcome dimonitor. Logframe matriks
terdiri dari 4 elemen dasar yaitu: (1) Hubungan antara Goals, Objectives, outputs
dan Activities; (2)Logika vertical dan logika horizontal; (3) Indikator; (4) Asumsi
dan resiko yang perlu diidentifikasi pada tahap penyusunan program.
F. Matriks Logframe
Matriks logframe merupakan hasil dari analisis logframe di atas yang
menyajikan ringkasan apa yang menjadi tujuan program dan bagaimana
melakukannya, apa yang menjadi asumsi dasar, dan bagaimana output dan
tujuan (goal, objectives, outcome), kegiatan, indikator pengukuran, metode
[image:40.595.114.512.219.645.2]verifikasi, dan asumsi. Tabel berikut adalah contoh struktur matriks logframe:
Tabel 2.2 Struktur Matriks Logframe
HIRARKI LOGIS
INDIKATOR ALAT VERIVIKASI INDIKATOR
ASUMSI DAN
RESIKO
GOAL/TUJUAN Indikator yang menunjukkan kondisi tercapainya maksud program/project
Bukti kualitatif (fisik) maupun kuantitatif yang digunakan untuk mengukur indikator
Asumsi yang
digunakan dengan
melihat faktor external
PURPOSE/ MAKSUD
Indikator yang
menunjukkan kondisi tercapainya maksud program/project
Bukti kualitatif (fisik) maupun kuantitatif yang digunakan untuk mengukur indikator
Asumsi yang
digunakan dengan
melihat faktor external
OUTPUT/
KELUARAN Indikator yang menunjukkan adanya output atau keluaran yang dihasilkan
Bukti kualitatif (fisik) maupun kuantitatif yang digunakan untuk mengukur indikator
Asumsi yang
digunakan dengan
melihat faktor external
ACTIVITIES/ INPUT/ KEGIATAN
Indikator yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan (termasuk biaya, SDM, dll)
Bukti kualitatif (fisik) maupun kuantitatif yang digunakan untuk mengukur indikator
Asumsi yang
digunakan dengan
melihat faktor external
Dipilihnya pendekatan kerangka logis dengan instrument matriks logframe
dalam perumusan strategi pengelolaan potensi pertambangan di Kabupaten
Tanggamus didasari oleh pertimbangan sebagai berikut: (1) Mengingat semua
potensial, kekurangan, dan karakteristik lainnya. Maka pendekatan logframe
diharapkan mampu untuk memetakana dan menganalisis setiap stakeholder yang
terkait dengan pencapaian program tersebut; (2) Melalui pendekatan logframe ini,
diharapkan dapat teridentifikasinya problem kunci, tantangan dan kesempatan,
serta hubungan sebab-akibat, sehingga desain program yang dibangun dapat
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi; (3) Melalui
pendekatan logframe ini juga dapat digambarkan situasi masa depan yang akan
dicapai; (4) Selanjutnya dengan pendekatan logframe ini dapat teridentifikasinya
pilihan-pilihan strategi untuk mencapai tujuan program. Dari pilihan yang ada
kemudian ditentukan strategi yang paling tepat berdasarkan tujuan utama
pengembangan program. Apabila dalam pengelolaan pertambangan di Daerah
Kabupaten Tanggamus pencapaian hasil ingin sesuai dengan yang diharapan
secara efektif dan efisien, maka dibutuhkan optimalisasi potensi pertambanga.
H. Alur Kerangka Pemikiran
Pertambangan adalah segala upaya yang dilakukan untuk mengambil dan
memanfaatkan semua bahan galian dari muka bumi yang mempunyai nilai
ekonomi yang rangkaian kegiatannya dimulai dari penyelidikan bahan galian
sampai pemasaran bahan galian. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu
Kabupaten yang memiliki banyak potensi pertambangan yang memadai dan
memiliki potensi pertambangan yang beragam. Berdasarkan tinjauan geologi,
Kabupaten Tanggamus memiliki kekayaan mineral yang cukup banyak.
Zeolit, Andesit, Batu Gamping, Seng, Bentonite, Belerang, Batu Apung, Pasir,
Granit, Lempung dan Silika. Potensi pertambangan yang berlimpah ini akan
dikelola berdasarkan peraturan perundangan yang telah ada sebagai berikut; (1)
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara; (2) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara; (3) Peraturan daerah
Kabupaten Tanggamus Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Pertambangan, dan Energi; (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
Namun, muncul sejumlah permasalahan dalam hal pengelolaan pertambangan
di Kabupaten Tanggamus ini, yaitu: (1) Keterbatasan Dana Untuk Pengembangan
SDM; (2) Lemahnya Promosi dan Networking Sumber Daya Mineral; (3)
Minimnya SDM yang Professional; (4) Konsentrasi Penambang Hanya Pada Jenis
Bahan Galian Tertentu; (5) Kurangnya Kesadaran Pengusaha Dalam
Melaksanakan Kewajibannya Yakni Membuat Laporan Kegiatan Penambangan;
(6) Jalur Gempa/ Sesar Semangka; (7) Masih Tingginya Jumlah Penambangan
Tanpa Izin (Ilegal). Berdasarkan hal di atas, penulis ingin mengetahui upaya
strategi Pemerintah Kabupaten Tanggamus dalam mengatasi permasalahan dalam
optimalisasi potensi pertambangan di Kabupaten Tanggamus. Namun sebelum
menentukan strategi apa yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Tanggamus, terlebih dahulu melakukan Analisis stakeholder, analisis
permasalahan, analisis hasil, dan analisis strategi untuk mengetahui apa saja
Tanggamus dan meminimalisir masalah baik yang berasal dari dalam maupun luar
organisasi dengan menciptakan sebuah strategi dan menganalisisnya untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Alasan yang mendasari diperlukannya strategi
dan manajemen strategi dalam optimalisasi potensi pertambangan adalah untuk
lebih meningkatkan potensi pertambangan serta mempermudah mengantisipasi
permasalahan-permasalahan yang dialami dan peluang di masa yang akan datang.
Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan rekomendasi dan saran
agar dimasa mendatang dapat terwujud Kabupaten Tanggamus sebagai kabupaten
pengelola pertambangan yang baik, profesional, dan berorientasi lingkungan,
sehingga mampu meningkatkan PAD dan PDRB Kabupaten
Gambar2.3 Kerangka Pikir:
Potensi pertambanga n yang ada di Kabupaten Tanggamus
Regulasi tentang Pertambangan yang berlaku di daerah Tanggamus:
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
2. PP No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara
3. Peraturan daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 6 Tahun 2008
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Permasalahan yang muncul:
1. Keterbatasan Dana Untuk Pengembangan SDM;
2. Lemahnya Promosi dan Networking Sumber Daya Mineral; 3. Minimnya SDM yang Professional;
4. Konsentrasi Penambang Hanya Pada Jenis Bahan Galian Tertentu;
5. Kurangnya Kesadaran Pengusaha Dalam Melaksanakan Kewajibannya Yakni Membuat Laporan Kegiatan Penambangan;
6. Jalur Gempa/ Sesar Semangka
7. Masih Tingginya Jumlah Penambangan Tanpa Izin (Ilegal);
Logical Framework Approach (LFA):
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2009:5) penelitian
kualitatif diartikan sebagai suatu jenis penelitian yang berupaya menggambarkan
kejadian atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, dimana data
yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan perilaku
yang dapat diamati.
Menurut Denzin Dan Lincoln penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan latar belakang alamiah dengan maksud untuk menafsirkan
fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode
yang ada.Sedangkan menurut Moleong (2009:6) Penelitian kualitatif sebagai
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain–
lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata–kata dan bahasa
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
Berbagai permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan daerah
Kabupaten Tanggamus merupakan fenomena yang akan diteliti dalam penelitian
ini. Dalam rangka untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi, serta
menganalisis strategi Pemerintah Kabupaten Tanggamus dalam optimalisasi
potensi pertambangan yang ada di Kabupaten Tanggamus dengan cara melakukan
penelitian serta diperlukan data–data yang faktual. Karena penelitian ini
mendeskripsikan dan menganalisis permasalahan, serta menganalisis strategi
dalam optimalisasi potensi pertambangan, maka motode yang tepat digunakan
menurut peneliti adalah metode deskriptif. Penyajian data dan informasi
dideskripsikan dalam bentuk kalimat yang lebih bermakna dan mudah dipahami.
B. Fokus Penelitian
Pentingnya fokus dalam penelitian kualitatif adalah untuk memberikan
batasan dalam pengumpulan data, sehingga dengan pembatasan ini peneliti
memfokuskan penelitian terhadap masalah–masalah yang menjadi tujuan
penelitian.Selain itu, fokus penelitian memiliki peranan yang sangat penting
dalam memandu dan mengarahkan jalannya penelitian.Melalui fokus penelitian,
suatu informasi di lapangan dipilah–pilah sesuai dengan konteks permasalahan.
Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan daerah :
a. Masalah Internal
2. Strategi Pemerintah Kabupaten Tanggamus dalam optimalisasi potensi
pertambangan daerah :
a. Analisis Stakeholder
b. Analisis Permasalahan
c. Analisis Hasil
d. Analisis Strategi
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian
terutama sekali dalam menangkap fenomena atau peristiwa sebenarnya terjadi dari
objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data–data penelitian yang akurat.
Cara terbaik yang ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substansif dan
menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan di lapangan,
sementara itu keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya, dan tenaga
perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian (Moleong,
2009:86).
Dalam penentuan lokasi penelitian, peneliti memilih lokasi penelitian di
Kabupaten Tanggamus. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena
Kabupaten Tanggamus termasuk kabupaten yang berpotensi dan kaya akan
sumber daya alam. Adapun potensi pertambangannya yakni, seperti tambang
emas, batu bara, zeolit, bertonit, marmer, pasir besi, biji besi, mangan, silika,
apung. Selain itu pertambangan di Kabupaten Tanggamus juga memiliki berbagai
permasalahan dalam pengelolaan potensi pertambangannya.
D. Jenis dan Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung di
lapangan melalui pihak perusahaan dan orang-orang yang dianggap
berkepentingan dan mempunyai pengetahuan mengenai data yang ingin diteliti
yaitu dengan melakukan wawancara mendalam dengan pihak-pihak terkait
yang dianggap bisa memberikan informasi yang sesuai dengan yang peneliti
butuhkan. Data primer dalam penelitian ini meliputi:
1. Observasi langsung dari peneliti terhadap kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan optimalisasi potensi pertambangan daerah Kabupaten Tanggamus.
2. Hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam memberikan
kontribusi dalam mengoptimalkan potensi pertambangan daerah di Kabupaten
Tanggamus.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
penelitian ini berupa surat-surat keputusan, catatan, laporan kegiatan, maupun
dokumen lain yang berkaitan dengan pengelolaan potensi pertambangan di
Kabupaten Tanggamus. Adapun data-data jenis sekunder didapat peneliti
melalui:
1. Dokumen, merupakan data-data berupa dokumen resmi dari Dinas
Pertambangan dan Energi, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tanggamus
seperti Rencana Strategik (Renstra), Rencana Kerja (Renja), data Pendapatan
Asli Daerah (PAD), dan lain-lain;
2. Makalah atau hasil laporan penelitian lain yang berkaitan dengan tema
penelitian ini.
2. Sumber Data
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
informan.Informan adalah orang yang benar-benar terlibat atau ikut melakukan
dalam optimalisasi potensi pertambangan daerah Kabupaten Tanggamus
tersebut. Upaya mendapatkan data dan informasi yang valid dengan fokus
penelitian, maka informan ditentukan secara “purposive” pada tahap awal dan
dalam pengembangannya dilakukan secara snowball sampling” sampai
diperoleh data dan informasi yang lengkap dan menunjukkan tingkat
kejenuhan. Oleh sebab itu, pemilihan informasi pada tahap awal ini didasarkan
atas subyek penelitian yang menguasai masalah, memiliki data, dan bersedia
memberikan data tentang berbagai permasalahan dalam optimalisasi potensi
Dalam penelitian ini, sebagai sumber data perseorangan yang diwawancarai
yaitu orang yang memiliki kompetensi untuk memberikan keterangan yang
relevan dengan tema penelitian.Dalam penelitian ini aparat Dinas
Pertambangan dan Energi (DISTAMBEN) Kabupaten Tanggamus, Dinas
Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Tanggamus, DPRD Kabupaten
Tanggamus.Sumber data dari pengamatan yaitu pengamatan di lokasi
penelitian yang dilakukan oleh peneliti serta mengamati fenomena yang terjadi
dilokasi penelitian. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara. Sumber
data pendukung yaitu berupa dokumen yang didapat berupa laporan, catatan,
arsip-arsip, serta bahan-bahan tertulis lainnya yang merupakan dokumen resmi
yang relevan dengan tema penelitian dan dapat dijadikan referensi.
E. Proses dan Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data yang telah dilakukan dalam penenlitian ini
terdiri dari beberapa tahap kegiatan, diantaranya:
1. Tahap memasuki lokasi penelitian
Pada tahap awal penelitian ini, peneliti mendatangi lokasi penelitian dan
beberapa tempat yang berhubungan dengan data-data sekunder penelitian
seperti Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas Pendapatan Daerah dan DPRD
Kabupaten Tanggamus yang merupakan unsur dari pemerintah yang
menjalankan pekerjaan/kegiatan dalam optimalisasi potensi pertambangan
Daerah di Kabupaten Tanggamus. Agar proses ini berjalan lancar peneliti
2. Ketika berada dilokasi penelitian
Upaya dalam mendapatkan data yang valid, peneliti berusaha melakukan
interaksi naturalistic dengan para informan dan berusaha mendapatkan
informasi yang lengkap dan mengungkap makna perilaku para informan. Oleh
karena itu, peneliti harus bersikap sebijak mungkin sehingga tidak
menyinggung perasaan informan dengan cara menjalin hubungan pribadi baik
secara formal maupun informal.
3. Mengumpulkan Data
Pada tahap ini ada tiga macam teknik pengumpulan data yang digunakan,
yaitu:
a. Wawancara
Teknik wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si
pewawancara dengan informan dengan menggunakan alat yang dinamakan
interview guide (panduan wawancara). Pada proses ini peneliti mengajukan
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan pengelolaan potensi