• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGURAI BERBAGAI PERMASALAHAN DALAM OPTIMALISASI POTENSI PERTAMBANGAN DAERAH (STUDI KASUS DI KABUPATEN TANGGAMUS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENGURAI BERBAGAI PERMASALAHAN DALAM OPTIMALISASI POTENSI PERTAMBANGAN DAERAH (STUDI KASUS DI KABUPATEN TANGGAMUS)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

MENGURAI BERBAGAI PERMASALAHAN DALAM OPTIMALISASI POTENSI PERTAMBANGAN DAERAH

(STUDI KASUS DI KABUPATEN TANGGAMUS)

Oleh SEPTI KURNIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

SCATTERING PROBLEMS IN THE OPTIMALIZATION OF THE REGION'S MINING POTENCY

(A CASE STUDY IN REGION OF TANGGAMUS)

By

SEPTI KURNIA

This research aims to decribe and identify the problems in optimalization of mining potency in the region of Tanggamus, to identify and analyze what strategies has bee chosen by the Local Government of Tanggamus in managing mining potency in the region. The methode used is descriptive research with qualitative approach. Data collection technique used are depth interview and documentation.

Results of the research shows that the complication in optimalization of mining potency in the region of Tanggamus consisted of two main points, first is internal problem which included the lack of professional and skilled employee, insufficient of promotion and networking in miningral resources, the single concentration of a certain mining type, the limited fund for the human resources development, and the unsupported facilities and material. Second, is the external problems, e.g. The large number of illegal mining activity, condition of geographical topography, devastation of nature, and the lack of awareness of the companies to conduct their obligation of reporting the financial report of their mining activity. The strategy that was taken into account by the local government of Tanggamus were upgrading the skill of the public servants who take care of mining administration, increasing supervision and fostering the mining companies an illegal mining companes, developing promotion and network by building a website about mining resources, and the last is supreming the law for illegal mining companies.

(3)

ABSTRAK

MENGURAI BERBAGAI PERMASALAHAN DALAM OPTIMALISASI POTENSI PERTAMBANGAN DAERAH

(STUDI KASUS DI KABUPATEN TANGGAMUS)

Oleh

SEPTI KURNIA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan Daerah di Kabupaten Tanggamus, untuk mengetahui dan menganalisis strategi apa yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tanggamus mengatasi permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan daerah. Metode yang digunakan adalah tipe penilitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara wawancara mendalam serta dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan daerah di Kabupaten Tanggamus yaitu ada dua macam, yakni masalah internal meliputi kurangnya tenaga terampil yang profesional, lemahnya promosi dan networking sumber daya mineral, konsentrasi penambang hanya pada jenis bahan galian tertentu, terbatasnya dana untuk pengembangan SDM, serta sarana dan prasarana yang tidak mendukung. Permasalahan eksternal meliputi masih tingginya penambangan tanpa izin/ ilegal, kondisi wilayah geografis, kerusakan lingkungan, dan masih kurangnya kesadaran para pengusaha dalam melaksanakan kewajibannya yakni membuat laporan kegiatan penambangan. Strategi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tanggamus yakni meningkatkan pengetahuan sumber daya aparatur yang menangani bidang pertambangan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan, meningkatkan pembinaan dan pengawasan pengelolaan kegiatan pertambangan kepada perusahaan pertambangan serta penambangan tanpa izin/ ilegal, pengembangan promosi dan networking dengan cara membuat website tentang sumber daya, serta melakukan penertiban pengawasan terhadap perusahaan pertambangan tanpa izin.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Optimalisasi, Potensi dan Pertambangan Daerah ... 11

B. Manajemen ... 13

C. Strategi ... 18

D. Analisis Lingkungan Strategi ... 23

E. Logical Framework Approach (LFA) ... 25

F. Matriks Logframe ... 29

(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Tipe Penelitian ... 35

B. Fokus Penelitian ... 36

C. Lokasi Penelitian ... 37

D. Jenis dan Sumber Data ... 38

E. Proses dan Teknik Pengumpulan Data ... 40

F. Teknik Analisis Data ... 43

G. Teknik Keabsahan Data ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus ... 49

B. Sejarah Industri Pertambangan Mineral dan Batubara ... 58

C. Gambaran Kegiatan Pertambangan di Kabupaten Tanggamus ... 66

D. Kegiatan Usaha Pertambangan ... 70

E. Penyajian dan Analisis Data ... 73

1. Permasalahan Dalam Optimalisasi Potensi Pertambangan Daerah .. 73

2. Strategi Pemerintah Kabupaten Tanggamus Mengatasi Permasalahan Dalam Optimalisasi Potensi Pertambangan Daerah ... 92

a. Analisis Stakeholder ... 96

b. Analisis Permasalahan ... 101

c. Analisis Hasil... 103

d. Analisis Strategi... 106

BABV PENUTUP ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data Realisasi PAD Tahun 2010-2012 ... 5

2.1 Analsis Stakeholder ... 27

2.2 Struktur Matriks Logframe ... 30

3.1 Daftar Informan Wawancara ... 42

4.1 Tabel Kecamatan, Jumlah Pekon, Luas, Jumlah Penduduk ... 52

4.2 Tabel Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Tanggamus ... 54

4.3 Tabel Kewenanangan Pengelolaan Mineral dan Batubara ... 63

4.4 Data Realisasi PAD dan Pendapatan Sektor Pertambangan 2010-2012 ... 75

4.5 Daftar Perusahaan Pertambangan Komoditas Mineral Logam ... 75

4.6 Daftar Perusahaan Pertambangan Komoditas Mineral Bukan Logam dan Batuan ... 77

4.7 Daftar Perusahaan Pertambangan Komoditas Batubara ... 78

4.8 Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan ... 81

4.9 Hasil Analisis Stakeholder ... 97

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Langkah-Langkah Penyusunan Logframe ... 26

2.2 Diagram Pohon Masalah ... 28

2.3 Bagan Kerangka Pikir ... 34

4.1 Gambar Kegiatan Pengelolaan Pertambangan ... 71

4.2 Gambar Alat Pengelolaan Pertambangan Emas ... 71

4.3 Gambar Masalah Eksternal Kerusakan Lingkungan ... 87

4.4 Pohon Masalah ... 101

(11)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertambangan dapat diidentifikasi sebagai setiap kegiatan yang dilakukan

dengan cara mengambil dan memanfaatkan semua bahan galian dari muka bumi

yang mempunyai nilai ekonomi yang rangkaian kegiatannya dimulai dari

penyelidikan bahan galian sampai pemasaran bahan galian. Selain itu

pertambangan juga dapat diartikan dengan sebagian atau seluruh tahapan kegiatan

dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara

yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,

penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta

kegiatan pasca tambang Salim (2005: 1).

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan dan dikenal sebagai salah satu

negara di dunia yang kaya akan sumber bahan galian (tambangnya). Bahan galian

itu, meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, biji besi, dan

lain–lain. Hak penguasaan negara berisi wewenang untuk mengatur, mengurus

dan mengawasi pengelolaan bahan galian, serta berisi kewajiban untuk

(12)

Hak-hak negara dibidang pertambangan dituangkan dalam peraturan Undang-undang yaitu:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan

Ruang

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yang menimbang “Bahwa mineral dan batubara yang terkandung

dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan kekayaan alam tak

terbarukan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang mempunyai peranan

penting dalam memenuhi hajat hidup orang banyak, karena itu pengelolaannya

harus dikuasai oleh negara untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi

perekonomian nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan”.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan

Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Pasal (2 ayat 1) Berbunyi “

Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara ditujukan

untuk melaksanakan kebijakan dalam mengutamakan penggunaan mineral

dan/atau batubara untuk kepentingan dalam negeri.

4. Peraturan Daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 6 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan tata Kerja Dinas Pertambangan, dan Energi. Pasal (3) Berbunyi “Dinas Pertambangan, Energi dan Lingkungan Hidup merupakan unsur

pelaksana pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang kepala yang berada

(13)

Kabupaten Tanggamus yang berada di Provinsi Lampung merupakan salah

satu Kabupaten di Indonesia yang memiliki banyak potensi sumber daya alam

yang memadai dan memiliki potensi pertambangan yang beragam. Berdasarkan

tinjauan geologi, Kabupaten Tanggamus memiliki kekayaan mineral yang cukup

banyak. Menurut Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Tanggamus

Hamdan.,S.H dari kegiatan penyelidikan dan investigasi yang dilakukan, potensi

sumber daya mineral di Kabupaten ini mencapai belasan jenis. Diantaranya

potensi Biji Besi, Mangan, Emas, Galena, Pasir Besi, Batubara, Zeolit, Andesit,

Batu Gamping, Seng, Bentonit, Belerang, Batu Apung, Pasir, Granit, Lempung

dan Silika. Biji Besi dijumpai di Pekon Padang Ratu dan Pekon Tegineneng

Kecamatan Limau, Pekon Suka Agung Kecamatan Bulok serta Pekon Paku

Kecamatan Kelumbayan. Mangan dapat dijumpai di Pekon Tanjung Kemala,

Pekon Tanjung Agung, Pekon Gunung Kasih Kecamatan Pugung. Bahan galian

Emas terdapat di Pekon Doh Kecamatan Cukuh Balak, Pekon Sidoharjo

Kecamatan Kelumbayan Barat, Pekon Umbar Kecamatan Klumbayan, Way

Linggo dan Way Semong Kecamatan Bandar Negeri Semong. Galena banyak

dijumpai di Pekon Sidoharjo Kecamatan Kelumbayan Barat serta Pekon Umbar

dan Pekon Paku Kecamatan Kelumbayan. Pasir besi dapat dijumpai disepanjang

pesisir pantai seperti di Pekon Tegineneng dan Pekon Badak Kecamatan Limau,

pesisir pantai Pekon Doh Kecamatan Cukuh Balak, pesisir pantai Pekon Napal

(14)

di Pekon Tangkit Serdang dan Pekon Gading Pertiwi Kecamatan Pugung, Teluk

Berak Pekon Way Nipah Kecamatan Pematang Sawa, Pekon Way Harong

Kecamatan Air Naningan, Pekon Sidoharjo Kecamatan Kelumbayan Barat, Pekon

Penyandingan Kecamatan Kelumbayan.

Zeolit banyak dijumpai di Pekon Batu Balai Kecamatan Kota Agung Timur.

Batu andesit dapat dijumpai di Kecamatan Talang Padang, Kecamatan Kota

Agung Timur, Kecamatan Bulok, Kecamatan Cukuh Balak. Batu gamping banyak

dijumpai pada beberapa wilayah di Kecamatan Pugung, seperti di Pekon Gunung

Kasih, Pekon Tanjung Kemala. Seng banyak diijumpai di Pekon Tanjung Agung

Kecamatan Pugung. Bentonit dapat dijumpai di Dusun Umbul Solo Pekon Tangkit

Serdang Kecamatan Pugung. Belerang dapat dijumpai di Pekon Suka Indah

Kecamatan Ulu Belu. Batu apung dapat dijumpai di Pekon Tampang Kecamatan

Pematang Sawa. Pasir banyak dijumpai di Pekon Sri Kuncoro dan Pekon Karang

Rejo Kecamatan Semaka, disepanjang aliran sungai Way Semaka Pekon Tugu

Rejo dan Pekon Karang Anyar Kecamatan Wonosobo, Pekon Baros Kecamatan

Kota Agung. Batu Granit banyak dijumpai di Pekon Tulung Asahan. Lempung

banyak dijumpai di Pekon Gunung Kasih dan Pekon Tanjung Kemala Kecamatan

Pugung, Pekon Way Ngison. Mineral silika dijumpai di Pekon Gunung Kasih

Kecamatan Pugung, disepanjang pantai Pekon Karang Anyar Kecamatan

Wonosobo, di Pekon Air Kubang, Air Naningan dan Sinar Sekampung

(15)

Kabupaten Tanggamus memiliki sumber daya tambang yang beragam, tetapi

pengelolaan dan pengembangan potensi tambang yang ada di daerah tersebut

masih rendah. Hal ini dilihat dari rendahnya pengembangan sarana infrastruktur

penunjang tambang, konsentrasi penambang hanya pada jenis bahan galian

tertentu, lemahnya promosi dan networking sumber daya mineral serta minimnya

sumber daya manusia yang profesional yang dimiliki oleh pemerintah daerah

untuk mengelola potensi tambang guna meningkatkan perekonomian daerah.

Apabila dalam pengelolaan dan pengembangan potensi tambang tidak maksimal

sehingga realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang ditargetkan tidak tercapai

dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari realisasi (PAD).

Tabel 1.1 Data Realisasi PAD Tahun 2010-2012.

Tahun 2010 2011 2012

PAD Rp 11.663.513.273,47 Rp 16.139.087.294,71 Rp 17.812.516.766,36

Sektor Pertambangan Rp 247.749.766,00 Rp 764.487.654,30 Rp 139.748.533,96

% Rp 4707.78 Rp 2111.098 Rp 12746.121

Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Tanggamus Tahun 2011)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 PAD

Kabupaten Tanggamus mengalami peningkatan tetapi pada sektor pertambangan

mengalami penurunan yang cukup drastis dibandingkan tahun sebelumnya. Hal

ini disebabkan karena wewenang Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus

(16)

batu gamping, andesit, batu kuarsa, dan lain-lain. Selain itu, diperlukan perbaikan

dalam pengelolaan dan pengembangan potensi, apabila potensi pertambangan di

Tanggamus dapat dikelola dengan baik dan maksimal kemungkinan pendapatan

sektor pertambangan akan mengalami peningkatan yang lebih baik dan otomatis

PAD juga akan mengalami peningkatan serta masyarakat akan lebih sejahtera dan

pembangunan di Kabupaten Tanggamus akan lebih maju dan lebih baik lagi.

Menurut Hamdan, jumlah perusahaan tambang yang ada di Tanggamus

terbilang sedang, baik jumlah maupun kemampuan perusahaannya. Ada dua puluh

perusahaan yang bergerak dibidang mineral dan logam, delapan belas perusahaan

yang bergerak dibidang mineral bukan logam dan batuan, tiga perusahan dibidang

batubara dan perusahaan bergerak dibidang galian C, serta beberapa perorangan.

Hingga saat ini perusahaan yang masih bergerak hanya pasir atau galian C, karena

permintaannya juga banyak rata-rata 100 ribu ton per tahun berbeda dengan bahan

tambang lainnya permintaan tidak menentu. Potensi alam Kabupaten Tanggamus

memang potensial, tapi kembali lagi jika dalam pengelolaan dan

pengembangannya tidak didukung dengan SDM yang profesional serta sarana

prasarana dan teknologi penunjang tambang yang lengkap dan baik maka potensi

tersebut tidak terkelola dengan baik. Hal ini cukup disayangkan, mengingat

potensi tersebut sebenarnya mampu menjadi salah satu sumber pendapatan bagi

Kabupaten Tanggamus bila potensi ini dikelola secara maksimal, tentunya akan

(17)

Hasil pra-riset penulis dengan Bapak Hamdan,SH (Kepala Dinas

Pertambangan Kabupaten Tanggamus) dan Bapak Arif Sutanto,ST (Kepala Seksi

Pengusahaan Pertambangan Umum Kabupaten Tanggamus), menunjukkan bahwa

selain permasalahan sumber daya modal dan anggaran di pertambangan

Kabupaten Tanggamus, juga terdapat masalah internal dan eksternal organisasi di

Dinas Pertambangan Kabupaten Tanggamus. Apabila masalah–masalah yang ada

di pertambangan ini tidak cepat diatasi oleh pemerintah, maka dapat berdampak

negatif terhadap pengelolaan dan pembinaan perusahaan-perusahaan

pertambangan di Kabupaten Tanggamus, yang berujung pada terhambatnya

perkembangan potensi pertambangan di Kabupaten Tanggamus tersebut.

Peran aktif pemerintah adalah kunci utama dalam berbagai persoalan ini.

Sehingga, perlu diadakan pembentukan manajemen dan strategi oleh pemerintah

daerah dalam optimalisasi potensi pertambangan yang terdapat di Kabupaten

Tanggamus. Strategi merupakan suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber

daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungannya yang

efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan, menurut

Mc Nichols dalam Salusu (2000: 101). Tanda-tanda dari suksesnya strategi

ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait, dan

terutama dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi

(18)

pengelolaan pertambangan di Kabupaten Tanggamus dapat dilaksanakan secara

lebih profesional dan inovatif.

Penelitian “Mengurai Berbagai Permasalahan Dalam Optimalisasi Potensi Pertambangan Daerah (Studi Kasus di Kabupaten Tanggamus)” ini penting untuk

dilakukan dalam rangka mengetahui apa saja permasalahan yang timbul dalam

optimalisasi potensi pertambangan dan menganalisisnya berdasarkan Teori

Manajemen Strategis dan Administrasi Pemerintahan Daerah, sehingga dapat

direkomendasikan berbagai macam alternatif solusi dalam membantu

menyelesaikan permasalahan yang ada di Dinas Pertambangan Kabupaten

Tanggamus.

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat permasalahan pada uraian di atas, maka rumusan masalah

yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Apa saja permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan di Kabupaten

Tanggamus?

2. Bagaimana strategi Pemerintah Kabupaten Tanggamus mengatasi

permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan di Kabupaten

(19)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah yang telah

dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi apa saja permasalahan dalam

optimalisasi potensi pertambangan di Kabupaten Tanggamus.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana strategi Pemerintah

Kabupaten Tanggamus dalam mengoptimalisasikan potensi pertambangan

daerah.

D. Kegunaan Penelitian

Dengan diketahui tujuan dari penelitian ini, diharapkan penelitian ini dapat

berguna untuk:

1. Secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

masukan bagi Pemerintah Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung, yang

dalam hal ini yaitu dinas pertambangan dalam mengoptimalkan potensi

pertambangan untuk meningkatkan dan mengembangkan pertambangan di

daerah tersebut.

2. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi

pemikiran, khususnya dalam kajian Ilmu Administrasi Negara mengenai

Manajemen Publik yang khusunya dalam mengurai berbagai permasalahan

dalam optimalisasi potensi pertambangan di Negara Indonesia, khususnya di

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Optimalisasi potensi SDA di Daerah Kabupaten Tanggamus. Dengan adanya

desentralisasi yang kemudian diwujudkan dengan pemberian otonomi daerah,

maka kemudian hal ini memberi keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk

membangun daerahnya sesuai dengan karakteristik yang ada di tempat. Salah satu

diantaranya adalah dengan cara mengoptimalkan potensi pertambangan.

Dengan adanya desentralisasi maka terbentuknya daerah-daerah otonom atau

daerah-daerah yang memiliki otonomi. Kepada daerah kemudian diberikan

semacam keleluasaan untuk bisa mengelola daerahnya sesuai dengan kondisi

setempat. Syarat untuk bisa menegakkan otonomi ialah jika daerah itu didukung

dengan kapasitas keuangan yang memadai. Maka dari itu, kepada daerah

diserahkan beberapa kewenangan antara lain kewenangan di bidang

pertambangan, melalui aktifitas eksplorasi maupun eksploitasi sumber-sumber

pertambangan yang ada di daerah dan dapat digunakan untuk meningkatkan

(21)

A. Optimalisasi, Potensi, Pertambangan Daerah

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta (2003:753)

mengemukakan bahwa optimalisasi adalah hasil yang dicapai sesuai dengan

keinginan, jadi optimalisasi merupakan pencapaian hasil sesuai harapan secara

efektif dan efisien.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poewadarminta (2003:92)

mengemukakan bahwa potensi diartikan sebagai Kemampuan. Sedangkan Alwi

M. Dahlan (1989: 42) merumuskan kemampuan melaksanakan suatu pekerjaan

dengan hasil yang memuaskan baik berupa barang atau jasa yang merupakan kebutuhan masyarakat”.

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka

penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang rneliputi

penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,

pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca

tambang (Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral

dan Batubara).

Potensi pertambangan yang dimaksudkan penulis dalam penelitian ini adalah

sumber daya alam (SDA) yang dikelola secara cermat oleh sumber daya manusia

(SDM) dimana potensi pertambangan ini dapat menjadi suatu keterkaitan yang

menyatu dalam pelaksanaan pembangunan yang ada di Kabupaten Tanggamus.

Potensi pertambangan yang ada di Kabupaten Tanggamus ini dapat dijadikan

modal dan sebagai salah satu penopang dalam pembangunan kesejahteraan

(22)

potensi pertambangan merupakan salah satu kekayaan yang sangat berpengaruh

cepat terhadap pembangunan daerah serta meningkatkan PAD di kabupaten

tersebut. Apabila potensi pertambangan yang ada di Kabupaten Tanggamus ini

dapat dikelola dengan maksimal, otomais akan mempercepat pembangunan dan

meningkatkan PAD di Kabupaten Tanggamus ini.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pengelolaan pertambangan, yakni:

(a) Menjamin efektivitas pelaksanaan dari pengendalian kegiatan usaha

pertambangan secara berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing; (b)

Menjamin manfaat pertambangan mineral dan batubara secara berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan hidup; (c) Menjamin tersedianya mineral dan batubara

sebagai bahan baku dan/atau sebagai sumber energi untuk kebutuhan dalam

negeri; (d) Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional agar

lebih mampu bersaing ditingkat nasional, regional, dan internasional; (e)

Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta

menciptakan lapangan kerja sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat; (f)

Menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha pertambangan

mineral dan batubara (Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009).

Adapun peraturan Undang–Undang mengenai pertambangan yang menunjang

penelitian ini, yakni: (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun

2007 Tentang Penataan Ruang. (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara. (3) Peraturan Pemerintah Nomor 23Tahun

(23)

(4) Peraturan Daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 6 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertambangan, dan Energi.

B. Manajemen

Pertambangan daerah akan dapat dikelola secara baik jika pemerintah daerah

memiliki suatu manajemen yang handal. Menurut Robbins (2007: 8)

mendefinisikan manajemen sebagai proses mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas

kerja sehingga dapat selesai secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang

lain. Sedangkan menurut Aime, (2010: 8) manajemen adalah serangkaian aktivitas

manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang telah

ditetapkan. Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan

perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dengan manajemen, daya guna dan hasil

guna unsur–unsur manajemen akan dapat ditingkatkan. Manajemen adalah ilmu

dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber–sumber

lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Malayu,

2006: 2). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses

penggunaan sumber daya organisasi dengan menggunakan orang lain untuk

mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Seorang industriawan Perancis bernama Henry Fayol seperti dikutip Robbins

(2007: 9) menyatakan bahwa terdapat empat fungsi manajemen, yaitu: (1)

Perencanaan adalah fungsi manajemen yang mencakup proses mendefinisikan

sasaran, menetapkan strategi untuk mencapai sasaran tersebut, dan menyusun

(24)

kegiatan; (2) Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang mencakup proses

menentukan tugas apa yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan

bagaimana cara mengelompokkan tugas-tugas itu, siapa harus melapor ke siapa,

dan dimana keputusan harus dibuat; (3) Kepemimpinan adalah fungsi manajemen

yang mencakup memotivasi bawahan, mempengaruhi individu atau tim sewaktu

mereka bekerja, memiliki saluran komunikasi yang paling efektif, dan

memecahkan dengan berbagai cara masalah perilaku pegawai; (4) Mengendalikan

adalah fungsi manajemen yang mencakup memantau kinerja aktual,

membandingkan aktual dengan standar, dan membuat koreksinya.

Robinson (1997: 41) Manajemen strategi adalah sekumpulan keputusan dan

tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang

untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi. Karena ini melibatkan pengambilan

keputusan yang rumit, berjangka panjang dan berorganisasi ke depan serta

membutuhkan sumber daya yang besar, partisipasi manajemen puncak sangatlah

penting. Manajemen strategi merupakan proses tiga lapis yang melibatkan para

perencana ditingkat korporasi, bisnis, dan fungsional, serta personil-personil

pendukung. Makin rendah tingkatnya, kegiatan strategi makin bersifat lebih

spesifik, sempit, jangka pendek, dan berorientasi ke tindakan, dengan resiko yang

lebih kecil tetapi peluangnya untuk memberikan dampak besar dan kecil.

Sedangkan dalam bukunya Heene (2010: 9) manajemen strategi

dideskripsikan sebagai kesatuan proses manajemen pada suatu organisasi yang

berulang-ulang dalam menciptakan nilai serta kemampuan untuk menghantar dan

(25)

berkepentingan. Artinya, manajemen strategi menjadi suatu kesatuan dari

keseluruhan proses yang terintegrasi.

Dalam bukunya Heene (2010: 76) Houthoofd mendefinisikan manajemen

strategi sebagai suatu proses organisasi menata diri demi tercapainya

tujuan-tujuan keorganisasian melalui analisis strategi yang proporsional, perumusan

strategi yang dijadikan keunggulannya, pengimplementasian strategi yang akurat,

dan pengevaluasian kontinum terhadap kinerjanya. Viljoen mengutarakan bahwa

manajemen strategi adalah suatu proses dari pengidentifikasian, pemilihan, dan

pengimplementasian aktivitas-aktivitas yang dapat memperbaiki kinerja jangka

panjang dari organisasi melalui penentuan arah, disertai melanjutkan komitmen

ataupun penyesuaian antara keterampilan internal dengan sarana-sarana dari

organisasi berikut pula dengan lingkungan yang berubah evolutif dimana

organisasi itu beroperasi. Joyce memaparkan manajemen strategi yakni suatu

proses manajemen puncak yang mengelompokkan dan mengorientasikan semua

kegiatan dan fungsi yang ada pada organisasi serta terfokus untuk

diaktualisasikannya agenda strategi dari organisasi tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

manajemen strategi merupakan sekumpulan keputusan, tindakan dan suatu proses

organisasi menata diri untuk mengembangkan diri dan mencapai suatu tujuan

keorganisasian dengan cara analisis strategi, perumusan, pelaksanaan, dan

pengevaluasian.

Dalam buku salusu (2006: 496) ada beberapa manfaat dari manajemen

(26)

dimungkinkan untuk mengidentifikasi peluang-peluang dalam lingkungan

eksternal dan sekaligus memanfaatkannya. Ancaman dari lingkungan dapat

dihindari seminimal mungkin dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki

organisasi. Dengan peluang dan kekuatan, organisasipun dapat memperbaiki

kelemahan-kelemahan. Bahkan manajemen strategi dapat memberi petunjuk

bagaimana mengantisipasi perubahan-perubahan awal dari lingkungan eksternal;

(b) Semangat Korps. Dalam lingkungan organisasi, manajemen strategi mampu

menciptakan sinergi dan spirit de corps, yaitu semangat korps yang penuh

integritas sehingga dapat melicinkan jalan menuju sasaran organisasi. Semangat

itu diharapkan akan meningkatkan produktivitas mereka. Dengan begitu

organisasi akan mampu bertahan lama, bebas dari perasaan curiga antar karyawan.

Hasilnya, akan lebih mampu memberikan pelayanan terbaik kepada

konsumennya. Sebaliknya, kondisi ini akan memampukan organisasi untuk

mendapatkan bantuan lebih banyak dari luar lingkungannya; (c)

Perubahan-Perubahan Strategi. Para manajer organisasi publik dan nonprofit tidak akan

pernah luput dari perubahan-perubahan strategi dalam tubuh organisasinya.

Apabila perubahan-perubahan itu mutlak harus dilakukan, mereka perlu

menyesuaikan arah perjalanan organisasi dengan misi dan tujuan yang ingin

dicapai. Perubahan yang dimaksud itu antara lain yang berkaitan dengan

kebijaksanaan, prosedur, pelayanan, atau yang berkaitan dengan klien dan

konsumen.

Nutt dan Backoff dalam Salusu (2006: 497) menampilkan beberapa alasan

(27)

tentang manfaat dari manajemen strategi bagi organisasi publik dan nonprofit,

yaitu: (1) Suatu organisasi yang baru didirikan atau yang sedang bertumbuh, perlu

memikirkan kemana ia hendak pergi dan sasaran apa yang perlu diberi perhatian

serta prioritas; (2) Kebutuhan untuk mempertahankan stabilitas pembiayaan.

Apabila satu sumber dana berkurang atau hilang, untuk mempertahankan roda

organisasi diperlukan strategi baru untuk mencari sumber-sumber yang baru; (3)

Keinginan untuk mengembangkan pelayanan. Pemerintah pada umumnya mulai

dengan pelayanan yang terbatas karena sumber daya dan dana yang terbatas.

Tetapi lama kelamaan, seiring dengan makin tersedianya sumber daya yang

memadai, keinginan untuk memperluas pelayanan, mendorong pemerintah untuk

melakukan perubahan dalam kebijaksanaan, prosedur, dan bahkan prioritas

konsumen yang dilayani; (4) Perluasan peranan atas desakan konsumen. Sering

kali masyarakat mendesak kepada pemerintah atau organisasi nonprofit untuk

menambahkan peranan baru pada organisasinya guna menjawab kebutuhan

mendesak mereka; (5) Perubahan kepemimpinan. Munculnya pemimpin baru

dalam organisasi menyusul pergantian pejabat, biasanya diikuti dengan

memperkenalkan visi baru yang sekaligus menuntut kepada para eksekutif lainnya

untuk menyesuaikan diri dan pemahaman tentang kebijaksanaan baru tersebut; (6)

Ancaman politik. Pihak-pihak penguasa politik sesekali menuntut kepada para

eksekutif untuk menyesuaikan kebijaksanaan organisasinya dengan tuntutan

politik tersebut; (7) Manajemen strategi mampu memberikan petunjuk bagaimana

mengantisipasi masalah-masalah dan peluang di masa yang akan datang; (8)

(28)

jelas sehingga mereka mengetahui arah perjalanan organisasinya; (9)

Meningkatkan kepuasan dan motivasi karyawan; (10) Menyediakan informasi

kepada para pengambil keputusan tepat pada waktunya. Manajemen yang bagus

diwujudkan dalam bentuk strtegi yang bagus.

C. Strategi

Manajemen yang bagus itu akan bisa berhasil guna dan berdayaguna jika

didukung dengan kemampuan untuk berpikir strategis dari para pemimpinnya. “Strategi” berasal dari kata Yunani Klasik, yakni “strategos” (Jenderal), yang

pada dasarnya diambil dari pilihan kata-kata Yunani untuk “pasukan” dan “memimpin”. Penggunaan kata kerja Yunani yang berhubungan dengan

“strategos” ini dapat diartikan sebagai “perencanaan dan pemusnahan musuh

-musuh dengan menggunakan cara-cara yang efektif berlandaskan sarana-sarana yang dimiliki” (Aime, 2010: 53).

Strategi ialah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu

organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan

lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan. Strategi sangat penting

untuk dipahami oleh setiap eksekutif, manajer, kepala atau ketua, direktur, pejabat

senior dan junior, pejabat tinggi, menengah, dan terendah. Hal ini harus dihayati

karena strategi dilaksanakan oleh setiap orang pada setiap tingkat, bukan hanya

oleh pejabat tingkat tinggi. (Salusu, 1996: 101)

Menurut Mintzberg dalam bukunya Aimee (2010:54) konsep strategi itu

(29)

Perencanaan untuk semakin memperjelas arah yang ditempuh organisasi secara

rasional mewujudkan tujuan-tujuan jangka panjangnya; (b) Acuan yang berkenaan

dengan penilaian konsistensi ataupun inkonsistensi perilaku serta tindakan yang

dilakukan oleh organisasi; (c) Sudut pemosisian yang dipilih organisasi saat

memunculkan aktivitasnya; (d) Suatu perspektif menyangkut visi yang terintegrasi

antara organisasi dengan lingkungan; (e) Rincian langkah taktis organisasi yang

berisi informasi untuk mengelabui para pesaing ataupun oposan.

Strategi adalah rencana yang berskala besar dan berorientasi kepada masa

depan untuk berinteraksi dengan lingkungan persaingan guna mencapai

sasaran-sasaran organisasi. Strategi adalah “rencana main” suatu organisasi. Strategi

mencerminkan kesadaran organisasi mengenai bagaimana, kapan, dan dimana ia

harus bersaing menghadapi lawan dan untuk maksud (purpose) apa. (Pearce dan

Robinson, 1997: 20)

Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa strategi merupakan suatu rencana dan manajemen yang berskala besar serta

seni dalam menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk

memperjelas arah yang ditempuh organisasi secara rasional untuk mewujudkan

tujuan-tujuan jangka panjangnya.

Salusu (2006: 99) mengambil kesimpulan bahwa strategi umumnya sepakat

membahas tentang: (a) Tujuan dan sasaran. Organizational goals adalah

keinginan yang hendak dicapai di waktu yang akan datang, yang digambarkan

secara umum dan relatif tidak mengenal batas waktu, sedangkan Organizational

(30)

goals, lebih terikat dengan waktu, dapat diukur dan dapat dijumlah atau dihitung;

(b) Lingkungan. Harus disadari bahwa organisasi tidak dapat hidup dalam isolasi.

Sasaran organisasi senantiasa berhubungan dengan lingkungan, dimana bisa

terjadi bahwa lingkungan mampu mengubah sasaran. Sebaliknya sasaran

organisasi dapat mengontrol lingkungan; (c) Kemampuan internal. Kemampuan

internal oleh Sirley digambarkan sebagai apa yang dapat dibuat karena kegiatan

akan terpusat pada kekuatan; (d) Kompetisi. Kompetisi ini tidak dapat diabaikan

dalam merumuskan strategi; (e) Pembuat strategi, hal ini penting karena menunjuk

siapa yang kompeten membuat strategi; (f) Komunikasi, melalui komunikasi yang

baik, strategi bisa berhasil. Karena hanya dengan komunikasi kita dapat

mengetahui alam kehidupan sekitar kita dan bagaimana pihak lain mengetahui

kita.

Konsep strategi mengandung tiga aspek penting yang harus diperhatikan,

yakni tujuan, sarana, dan cara. Dalam konteks penelitian ini strategi yang

dimaksud adalah strategi untuk mengoptimalkan potensi pertambangan di

Kabupaten Tanggamus sebagai bagian penting dari perekonomian suatu daerah.

Oleh karena itu strategi disini banyak dihadapkan pada kondisi internal dan

kondisi eksternal suatu organisasi pemerintah daerah, sehingga pemerintah daerah

mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.

Koteen dan Higgins dalam Salusu (1996: 105) menjelaskan tentang tipe-tipe

strategi yaitu: (a) Corporate Strategy (strategi organisasi) strategi ini berkaitan

dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan inisiatifinisiatif strategi yang baru;

(31)

implikasi-implikasi strategi dari suatu program tertentu. Apa kira-kira dampaknya

apabila suatu program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, apa dampaknya

bagi sasaran organisasi; (c) Resource Support Strategy (strategi pendukung

sumber daya) strategi sumber daya ini memusatkan perhatian lebih kepada

memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna

meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga,

keuangan, teknologi, dan sebagainya; (d) Institutional Strategy (strategi

kelembagaan) fokus dari strategi ini lebih mengembangkan kemampuan

organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategi.

Dari keempat tipe strategi di atas, yang berkaitan dengan penelitian ini adalah

tipe strategi Corporate Strategi (strategi organisasi), Resource Support Strategy

(strategi pendukung sumber daya), dan Institusional Strategy (strategi

kelembagaan). Dimana fokus dari strategi organisasi berkaitan dengan perumusan

misi, tujuan, nilai-nilai, dan inisiatif-inisiatif strategi yang baru, strategi

pendukung sumberdaya memusatkan perhatian lebih kepada memaksimalkan

pemanfaatan sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas

kinerja organisasi, dan strategi kelembagaan lebih fokus mengembangkan

kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategi.

Hatten dan Hatten (1998) dalam Salusu (1996:107) memberi beberapa

petunjuk bagaimana suatu strategi, yaitu: (a) Strategi harus konsisten dengan

lingkungannya. Jangan membuat strategi yang melawan arus, ikutilah arus

perkembangan dalam masyarakat, dalam lingkungan yang memberi peluang untuk

(32)

banyak strategi yang dibuat maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan

strategi yang lain. Jangan bertentangan atau bertolak belakang, semua strategi

hendaknya diserasikan satu dengan yang lain; (c) Strategi yang efektif hendaknya

memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya dan tidak menceraiberaikan

satu dengan yang lain. Persaingan tidak sehat antar berbagai unit kerja dalam

suatu organisasi sering kali mengklaim sumber dayanya, membiarkannya terpisah

dari unit lainnya sehingga kekuatan-kekuatan yang tidak menyatu itu justru

merugikan posisi organisasi; (d) Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada

apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah

kelemahannya. Selain itu, hendaknya juga memanfaatkan kelemahan pesaing dan

membuat langkah-langkah yang tepat untuk menempati posisi kompetitif yang

lebih kuat; (e) Sumber daya adalah sesuatu yang kritis. Mengingat strategi adalah

sesuatu yang mungkin, anda harus membuat sesuatu yang memang layak dan

dapat dilaksanakan; (f) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak

terlalu besar. Setiap strategi mengandung resiko, tetapi harus berhati-hati sehingga

tidak menjerumuskan organisasi ke dalam lubang yang besar. Oleh karena itu,

suatu strategi harus dapat selalu dikontrol; (g) Strategi hendaknya disusun di atas

landasan keberhasilan yang telah dicapai. Jangan menyusun strategi di atas

kegagalan; (h) Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya

dukungan dari pihak-pihak yang terkait, dan terutama dari para eksekutif, dari

semua pimpinan unit kerja dalam organisasi.

Sedangkan berpikir strategis menurut Wahyudi dalam Hermawan (2005: 9)

(33)

kekuatan untuk mengatasi berbagai persoalan strategis yang dihadapi oleh

organisasi dimasa depan. Beberapa karakteristik berfikir strategis yakni,

berorientasi masa depan, berhubungan dengan bisnis yang sangat kompleks,

memerlukan perhatian dari manajemen puncak, dan mempengaruhi kemakmuran

jangka panjang organisasi dan melibatkan sumber daya yang besar dari organisasi.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir strategis akan

menghasilkan penyelesaian yang lebih kreatif sehingga akan menimbulkan

banyak model penyelesaian masalah yang akan dihadapi, selain itu akan

meminimalkan kesalahan dan menciptakan karakteristik organisasi yang selalu

siap menghadapi perubahan lingkungan demi pencapaian tujuan.

Dalam tataran realitas pengelolaan pertambangan di daerah itu tidak semudah

seperti yang dibayangkan, ada berbagai macam persoalan yang harus dipecahkan

oleh pemerintah daerah, jika pemerintah daerah ingin mendapatkan manfaat dari

kegiatan pertambangan yang ada di daerah. Untuk menganalisis ini, maka penulis

menggunakan teori analisis lingkungan strategi.

D. Analisis Lingkungan Strategi

Untuk bisa mendapatkan strategi yang handal, seorang pemimpin dituntut

untuk melakukan analisis lingkungan strategi. Menurut Hitt (1997: 78), analisis

lingkungan harus dilakukan karena organisasi dewasa ini lebih merupakan suatu

sistem yang terbuka (open system). Oleh karena itu, organisasi sangat dipengaruhi

dan berinteraksi secara konstan dengan lingkungan yang melingkupinya. Dengan

(34)

memastikan bahwa pengaruh tersebut dapat disalurkan melalui arah yang positif

dan dapat memberikan kontribusi optimal terhadap keberhasilan dan pencapaian

daya saing organisasi secara keseluruhan. Analisis lingkungan strategi terbagi

menjadi dua macam, yakni analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan

eksternal.

Lingkungan internal, menurut Hitt (1997: 78), adalah lingkungan organisasi

yang berada didalam organisasi tersebut secara formal memiliki implikasi yang

langsung dan khusus pada organisasi. Organisasi sendiri sesuai konsep masa kini

merupakan kumpulan dari berbagai macam sumber daya, kapabilitas, dan

kompetensi yang selanjutnya bisa digunakan untuk membentuk market porition

tertentu.Dengan demikian analisis internal akan meliputi analisis mengenai

sumber daya manusia, kapabilitas, kompetensi/strategi inti yang dimiliki oleh

organisasi dan kinerja.Lingkungan internal dalam penelitian ini adalah lingkungan

yang berada didalam instansi Pemerintah Kabupaten Tanggamus. Sedangkan

lingkungan eksternal adalah institusi atau kekuatan luar yang potensial

mempengaruhi kinerja organisasi. Lingkungan eksternal terdiri dari dua

komponen, yakni: (a) Lingkungan Khusus. Lingkungan khusus adalah bagian dari

lingkungan yang secara langsung relevan terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Lingkungan khusus, meliputi orang-orang yang mempunyai kepentingan dalam

organisasi (stakeholder), seperti para birokrat instansi pemerintah, masyarakat. (b)

Lingkungan Umum. Lingkungan umum meliputi berbagai faktor, antara lain

kondisi ekonomi, politik dan hukum, sosial budaya, demografi, teknologi, dan

(35)

umum biasanya tidak mempunyai dampak sebesar perubahan lingkungan khusus,

namun demikian manajer harus memperhatikannya ketika merencanakan,

mengorganisasi, mengarahkan serta mengendalikan aktivitas organisasi publik.

Lingkungan eksternal dalam penelitian ini adalah lingkungan diluar instansi

Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus.

E. Logical Framework Approach (LFA)

Untuk bisa mendapatkan manfaat yang maksimal dari aktifitas pertambangan

di daerah, maka pemerintah daerah dituntut untuk memiiliki kapasitas atau

kompetensi yang memadai dalam rangka mengidentifikasi berbagai persoalan

yang ada di dalam pertambangan daerah. Salah satu cara yang dapat membantu

atau memudahkan untuk menginfentarisir berbagai persoalan adalah dengan

menggunakan pendekatan Logical Framework Approach (LFA).

Logical Framework Approach (LFA) adalah alat untuk perencanaan,

monitoring dan evaluasi dari project/program. Selain itu LFA adalah instrumen

analisis, presentasi dan manajemen yang dapat membantu perencana untuk

menganalisis situasi eksisting, membangun hierarki logika dari tujuan yang akan

dicapai, mengidentifikasi resiko potensial yang dihadapi dalam pencapaian tujuan

dan hasil, membangun cara untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap

tujuan (output) dan hasil (outcome), menyajikan ringkasan aktivitas suatu kegiatan

serta membantu upaya monitoring selama pelaksanaan implementasi proyek

(httpkyutri.commenyusun-logical-framework-analysis-lfa). Diperjelas oleh Alan

(36)

open set of tools-for project design and management. Its purpose is to provide a

clear, rational framework for planning the envisomed activities and determining

how to measure a project’s success, while taking external factors into account.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan logframe

mencakup seluruh proses manajemen yang meliputi perencanaan, penilaian,

monitoring dan evaluasi. Karena itu sangat tepat jika dikatakan bahwa logframe

merupakan management tools. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan

bahwa LFA adalah alat untuk perencanaan, monitoring, evaluasi, instrumen

analisis, presentasi dan manajemen yang dapat membantu perencana untuk

menganalisis situasi eksisting, membangun hirarki logika dari tujuan yang akan

dicapai dari project/program.

Dalam the Logical Framework Approach (LFA) terdapat beberapa analisis

yang dilakukan. Alan Wasch (2000: 9-21) dalam artikelnya Introduction to the

LFA ada 4 analisis yang dilakukan, yakni analisis stakeholder, analisis problem,

[image:36.595.113.484.575.756.2]

analisis tujuan, dan analisis strategi.

Gambar 2.1 Langkah-langkah penyusunan logframe adalah sebagai berikut:

Analisis Strategi Analisis Situasi

Pelaksanaan Pembuatan Matriks

Analisis untuk menentukan pilihan strategi dalam mencapai tujuan/ hasil.

Pembuatan workplan.Budget dan perencanaan SDM.

Mengikuti urutan dan format.

(37)

Pertama, Analisis Stakeholder yakni merupakan, (a) Analisis stakeholder

digunakan untuk memetakan dan menganalis setiap stakeholder yang terkait

dengan pencapaian project; (b) Stakeholder adalah pihak bisa individu atau

kelompok atau organisasi/lembaga yang terkait dengan kegiatan program/project

yang akan dilakukan; (c) Stakeholder utama adalah stakeholder yang berpengaruh

langsung terhadap kegiatan; (d) Stakeholder sekunder adalah stakeholder yang

[image:37.595.113.517.361.527.2]

berpengaruh tidak langsung terhadap program/project;

Tabel 2.1 Analisis Stakeholder

Urutan Stakeholder Pengalaman,

Keahlian dan

Sumberdaya

Interest dan

Keinginan

Hambatan dan

Isu

Peran (Terkait

dengan

Kegiatan)

Stakeholder Utama

Stakeholder

Sekunder

Stakeholder Tersier

Kedua, Analisis Permasalahan, meliputi: (a) Menyusun list permasalahan

yang akan menjadi dasar dalam penyusunan program/project; (b) Menyusun

dalam bentuk pohon permasalahan dimulai dengan menentukan permasalahan

kunci atau permasalahan utama; (c) Menyusun penyebab dari permasalahan

tersebut muncul. Disusun secara bertingkat mulai dari satu tingkat ke tingkat

lainnya; (d) Menyusun akibat dari adanya permasalahan tersebut. Juga disusun

(38)

sampai pucuk permasalahannya dan akan menjadi panduan untuk menyusun

[image:38.595.116.517.181.447.2]

logframe. Berikut gambar contoh sederhana diagram pohon problem/ masalah:

Gambar 2.2 Diagram Pohon Masalah

Ketiga, Analisis Hasil yakni: (a) Merupakan prosedur yang secara sistematis

mengenali, memilah dan menjelaskan secara rinci mengenai keterlibatan semua

pihak dalam situasi yang tertentu; (b) Dalam prakteknya dilakukan dengan

membuat pohon hasil yang dikembangkan dari pohon permasalahan yang

diangkat dan melakukan perincian lebih detail lagi dengan menuliskan pilihan

pilihan dari hasil yang akan dicapai; (c) Cara melakukannya adalah dengan

mengacu pada pohon permasalahan, dan mengubah kalimat negatif dari pohon

permasalahan menjadi kalimat positif; (d) Setelah diubah menjadi kalimat positif

maka harus diiperhatikan adalah peryataan objective/hasil tersebut harus jelas.

Kemudian jika diperlukan untuk mendetailkan peryataan objective/hasil tersebut

Masalah Kunci/ Focal Problem

SE

B

A

B

A

K

IBA

(39)

maka dapat dilakukan; (e) Analisis hasil juga harus jelas dan sudah

mempertimbangkan resiko.

Keempat, Analisis strategi adalah tahapan identifikasi pilihan-pilihan strategi

untuk mencapai tujuan program, dari pilihan yang ada kemudian ditentukan

strategi yang paling tepat berdasarkan tujuan utama pengembangan program.

Pilihan strategi mesti mempertimbangkan resiko yang mungkin muncul serta

membangun kriteria seperti target group penerima manfaat, kelanjutan manfaat,

kemampuan memelihara aset setelah program selesai, jumlah biaya yang

dibutuhkan, kelayakan teknis, kontribusi terhadap penguatan institusi, dampak

terhadap lingkungan, dan kesesuaian dengan prioritas program pemerintah.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dibangunlah matriks logframe yang

merupakan rangkuman dari tujuan program, strategi mencapai tujuan, asumsi

yang digunakan dan bagaimana output dan outcome dimonitor. Logframe matriks

terdiri dari 4 elemen dasar yaitu: (1) Hubungan antara Goals, Objectives, outputs

dan Activities; (2)Logika vertical dan logika horizontal; (3) Indikator; (4) Asumsi

dan resiko yang perlu diidentifikasi pada tahap penyusunan program.

F. Matriks Logframe

Matriks logframe merupakan hasil dari analisis logframe di atas yang

menyajikan ringkasan apa yang menjadi tujuan program dan bagaimana

melakukannya, apa yang menjadi asumsi dasar, dan bagaimana output dan

(40)

tujuan (goal, objectives, outcome), kegiatan, indikator pengukuran, metode

[image:40.595.114.512.219.645.2]

verifikasi, dan asumsi. Tabel berikut adalah contoh struktur matriks logframe:

Tabel 2.2 Struktur Matriks Logframe

HIRARKI LOGIS

INDIKATOR ALAT VERIVIKASI INDIKATOR

ASUMSI DAN

RESIKO

GOAL/TUJUAN Indikator yang menunjukkan kondisi tercapainya maksud program/project

Bukti kualitatif (fisik) maupun kuantitatif yang digunakan untuk mengukur indikator

Asumsi yang

digunakan dengan

melihat faktor external

PURPOSE/ MAKSUD

Indikator yang

menunjukkan kondisi tercapainya maksud program/project

Bukti kualitatif (fisik) maupun kuantitatif yang digunakan untuk mengukur indikator

Asumsi yang

digunakan dengan

melihat faktor external

OUTPUT/

KELUARAN Indikator yang menunjukkan adanya output atau keluaran yang dihasilkan

Bukti kualitatif (fisik) maupun kuantitatif yang digunakan untuk mengukur indikator

Asumsi yang

digunakan dengan

melihat faktor external

ACTIVITIES/ INPUT/ KEGIATAN

Indikator yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan (termasuk biaya, SDM, dll)

Bukti kualitatif (fisik) maupun kuantitatif yang digunakan untuk mengukur indikator

Asumsi yang

digunakan dengan

melihat faktor external

Dipilihnya pendekatan kerangka logis dengan instrument matriks logframe

dalam perumusan strategi pengelolaan potensi pertambangan di Kabupaten

Tanggamus didasari oleh pertimbangan sebagai berikut: (1) Mengingat semua

(41)

potensial, kekurangan, dan karakteristik lainnya. Maka pendekatan logframe

diharapkan mampu untuk memetakana dan menganalisis setiap stakeholder yang

terkait dengan pencapaian program tersebut; (2) Melalui pendekatan logframe ini,

diharapkan dapat teridentifikasinya problem kunci, tantangan dan kesempatan,

serta hubungan sebab-akibat, sehingga desain program yang dibangun dapat

menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi; (3) Melalui

pendekatan logframe ini juga dapat digambarkan situasi masa depan yang akan

dicapai; (4) Selanjutnya dengan pendekatan logframe ini dapat teridentifikasinya

pilihan-pilihan strategi untuk mencapai tujuan program. Dari pilihan yang ada

kemudian ditentukan strategi yang paling tepat berdasarkan tujuan utama

pengembangan program. Apabila dalam pengelolaan pertambangan di Daerah

Kabupaten Tanggamus pencapaian hasil ingin sesuai dengan yang diharapan

secara efektif dan efisien, maka dibutuhkan optimalisasi potensi pertambanga.

H. Alur Kerangka Pemikiran

Pertambangan adalah segala upaya yang dilakukan untuk mengambil dan

memanfaatkan semua bahan galian dari muka bumi yang mempunyai nilai

ekonomi yang rangkaian kegiatannya dimulai dari penyelidikan bahan galian

sampai pemasaran bahan galian. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu

Kabupaten yang memiliki banyak potensi pertambangan yang memadai dan

memiliki potensi pertambangan yang beragam. Berdasarkan tinjauan geologi,

Kabupaten Tanggamus memiliki kekayaan mineral yang cukup banyak.

(42)

Zeolit, Andesit, Batu Gamping, Seng, Bentonite, Belerang, Batu Apung, Pasir,

Granit, Lempung dan Silika. Potensi pertambangan yang berlimpah ini akan

dikelola berdasarkan peraturan perundangan yang telah ada sebagai berikut; (1)

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan

Batubara; (2) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara; (3) Peraturan daerah

Kabupaten Tanggamus Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Dinas Pertambangan, dan Energi; (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.

Namun, muncul sejumlah permasalahan dalam hal pengelolaan pertambangan

di Kabupaten Tanggamus ini, yaitu: (1) Keterbatasan Dana Untuk Pengembangan

SDM; (2) Lemahnya Promosi dan Networking Sumber Daya Mineral; (3)

Minimnya SDM yang Professional; (4) Konsentrasi Penambang Hanya Pada Jenis

Bahan Galian Tertentu; (5) Kurangnya Kesadaran Pengusaha Dalam

Melaksanakan Kewajibannya Yakni Membuat Laporan Kegiatan Penambangan;

(6) Jalur Gempa/ Sesar Semangka; (7) Masih Tingginya Jumlah Penambangan

Tanpa Izin (Ilegal). Berdasarkan hal di atas, penulis ingin mengetahui upaya

strategi Pemerintah Kabupaten Tanggamus dalam mengatasi permasalahan dalam

optimalisasi potensi pertambangan di Kabupaten Tanggamus. Namun sebelum

menentukan strategi apa yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Tanggamus, terlebih dahulu melakukan Analisis stakeholder, analisis

permasalahan, analisis hasil, dan analisis strategi untuk mengetahui apa saja

(43)

Tanggamus dan meminimalisir masalah baik yang berasal dari dalam maupun luar

organisasi dengan menciptakan sebuah strategi dan menganalisisnya untuk

menyelesaikan masalah tersebut. Alasan yang mendasari diperlukannya strategi

dan manajemen strategi dalam optimalisasi potensi pertambangan adalah untuk

lebih meningkatkan potensi pertambangan serta mempermudah mengantisipasi

permasalahan-permasalahan yang dialami dan peluang di masa yang akan datang.

Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan rekomendasi dan saran

agar dimasa mendatang dapat terwujud Kabupaten Tanggamus sebagai kabupaten

pengelola pertambangan yang baik, profesional, dan berorientasi lingkungan,

sehingga mampu meningkatkan PAD dan PDRB Kabupaten

(44)
[image:44.595.117.563.88.667.2]

Gambar2.3 Kerangka Pikir:

Potensi pertambanga n yang ada di Kabupaten Tanggamus

Regulasi tentang Pertambangan yang berlaku di daerah Tanggamus:

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

2. PP No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara

3. Peraturan daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 6 Tahun 2008

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

Permasalahan yang muncul:

1. Keterbatasan Dana Untuk Pengembangan SDM;

2. Lemahnya Promosi dan Networking Sumber Daya Mineral; 3. Minimnya SDM yang Professional;

4. Konsentrasi Penambang Hanya Pada Jenis Bahan Galian Tertentu;

5. Kurangnya Kesadaran Pengusaha Dalam Melaksanakan Kewajibannya Yakni Membuat Laporan Kegiatan Penambangan;

6. Jalur Gempa/ Sesar Semangka

7. Masih Tingginya Jumlah Penambangan Tanpa Izin (Ilegal);

Logical Framework Approach (LFA):

(45)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2009:5) penelitian

kualitatif diartikan sebagai suatu jenis penelitian yang berupaya menggambarkan

kejadian atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, dimana data

yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan perilaku

yang dapat diamati.

Menurut Denzin Dan Lincoln penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menggunakan latar belakang alamiah dengan maksud untuk menafsirkan

fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode

yang ada.Sedangkan menurut Moleong (2009:6) Penelitian kualitatif sebagai

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain–

lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata–kata dan bahasa

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

(46)

Berbagai permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan daerah

Kabupaten Tanggamus merupakan fenomena yang akan diteliti dalam penelitian

ini. Dalam rangka untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi, serta

menganalisis strategi Pemerintah Kabupaten Tanggamus dalam optimalisasi

potensi pertambangan yang ada di Kabupaten Tanggamus dengan cara melakukan

penelitian serta diperlukan data–data yang faktual. Karena penelitian ini

mendeskripsikan dan menganalisis permasalahan, serta menganalisis strategi

dalam optimalisasi potensi pertambangan, maka motode yang tepat digunakan

menurut peneliti adalah metode deskriptif. Penyajian data dan informasi

dideskripsikan dalam bentuk kalimat yang lebih bermakna dan mudah dipahami.

B. Fokus Penelitian

Pentingnya fokus dalam penelitian kualitatif adalah untuk memberikan

batasan dalam pengumpulan data, sehingga dengan pembatasan ini peneliti

memfokuskan penelitian terhadap masalah–masalah yang menjadi tujuan

penelitian.Selain itu, fokus penelitian memiliki peranan yang sangat penting

dalam memandu dan mengarahkan jalannya penelitian.Melalui fokus penelitian,

suatu informasi di lapangan dipilah–pilah sesuai dengan konteks permasalahan.

Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja permasalahan dalam optimalisasi potensi pertambangan daerah :

a. Masalah Internal

(47)

2. Strategi Pemerintah Kabupaten Tanggamus dalam optimalisasi potensi

pertambangan daerah :

a. Analisis Stakeholder

b. Analisis Permasalahan

c. Analisis Hasil

d. Analisis Strategi

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian

terutama sekali dalam menangkap fenomena atau peristiwa sebenarnya terjadi dari

objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data–data penelitian yang akurat.

Cara terbaik yang ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substansif dan

menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan di lapangan,

sementara itu keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya, dan tenaga

perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian (Moleong,

2009:86).

Dalam penentuan lokasi penelitian, peneliti memilih lokasi penelitian di

Kabupaten Tanggamus. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena

Kabupaten Tanggamus termasuk kabupaten yang berpotensi dan kaya akan

sumber daya alam. Adapun potensi pertambangannya yakni, seperti tambang

emas, batu bara, zeolit, bertonit, marmer, pasir besi, biji besi, mangan, silika,

(48)

apung. Selain itu pertambangan di Kabupaten Tanggamus juga memiliki berbagai

permasalahan dalam pengelolaan potensi pertambangannya.

D. Jenis dan Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung di

lapangan melalui pihak perusahaan dan orang-orang yang dianggap

berkepentingan dan mempunyai pengetahuan mengenai data yang ingin diteliti

yaitu dengan melakukan wawancara mendalam dengan pihak-pihak terkait

yang dianggap bisa memberikan informasi yang sesuai dengan yang peneliti

butuhkan. Data primer dalam penelitian ini meliputi:

1. Observasi langsung dari peneliti terhadap kegiatan-kegiatan yang berkaitan

dengan optimalisasi potensi pertambangan daerah Kabupaten Tanggamus.

2. Hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam memberikan

kontribusi dalam mengoptimalkan potensi pertambangan daerah di Kabupaten

Tanggamus.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang

(49)

penelitian ini berupa surat-surat keputusan, catatan, laporan kegiatan, maupun

dokumen lain yang berkaitan dengan pengelolaan potensi pertambangan di

Kabupaten Tanggamus. Adapun data-data jenis sekunder didapat peneliti

melalui:

1. Dokumen, merupakan data-data berupa dokumen resmi dari Dinas

Pertambangan dan Energi, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tanggamus

seperti Rencana Strategik (Renstra), Rencana Kerja (Renja), data Pendapatan

Asli Daerah (PAD), dan lain-lain;

2. Makalah atau hasil laporan penelitian lain yang berkaitan dengan tema

penelitian ini.

2. Sumber Data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

informan.Informan adalah orang yang benar-benar terlibat atau ikut melakukan

dalam optimalisasi potensi pertambangan daerah Kabupaten Tanggamus

tersebut. Upaya mendapatkan data dan informasi yang valid dengan fokus

penelitian, maka informan ditentukan secara “purposive” pada tahap awal dan

dalam pengembangannya dilakukan secara snowball sampling” sampai

diperoleh data dan informasi yang lengkap dan menunjukkan tingkat

kejenuhan. Oleh sebab itu, pemilihan informasi pada tahap awal ini didasarkan

atas subyek penelitian yang menguasai masalah, memiliki data, dan bersedia

memberikan data tentang berbagai permasalahan dalam optimalisasi potensi

(50)

Dalam penelitian ini, sebagai sumber data perseorangan yang diwawancarai

yaitu orang yang memiliki kompetensi untuk memberikan keterangan yang

relevan dengan tema penelitian.Dalam penelitian ini aparat Dinas

Pertambangan dan Energi (DISTAMBEN) Kabupaten Tanggamus, Dinas

Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Tanggamus, DPRD Kabupaten

Tanggamus.Sumber data dari pengamatan yaitu pengamatan di lokasi

penelitian yang dilakukan oleh peneliti serta mengamati fenomena yang terjadi

dilokasi penelitian. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara. Sumber

data pendukung yaitu berupa dokumen yang didapat berupa laporan, catatan,

arsip-arsip, serta bahan-bahan tertulis lainnya yang merupakan dokumen resmi

yang relevan dengan tema penelitian dan dapat dijadikan referensi.

E. Proses dan Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data yang telah dilakukan dalam penenlitian ini

terdiri dari beberapa tahap kegiatan, diantaranya:

1. Tahap memasuki lokasi penelitian

Pada tahap awal penelitian ini, peneliti mendatangi lokasi penelitian dan

beberapa tempat yang berhubungan dengan data-data sekunder penelitian

seperti Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas Pendapatan Daerah dan DPRD

Kabupaten Tanggamus yang merupakan unsur dari pemerintah yang

menjalankan pekerjaan/kegiatan dalam optimalisasi potensi pertambangan

Daerah di Kabupaten Tanggamus. Agar proses ini berjalan lancar peneliti

(51)

2. Ketika berada dilokasi penelitian

Upaya dalam mendapatkan data yang valid, peneliti berusaha melakukan

interaksi naturalistic dengan para informan dan berusaha mendapatkan

informasi yang lengkap dan mengungkap makna perilaku para informan. Oleh

karena itu, peneliti harus bersikap sebijak mungkin sehingga tidak

menyinggung perasaan informan dengan cara menjalin hubungan pribadi baik

secara formal maupun informal.

3. Mengumpulkan Data

Pada tahap ini ada tiga macam teknik pengumpulan data yang digunakan,

yaitu:

a. Wawancara

Teknik wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si

pewawancara dengan informan dengan menggunakan alat yang dinamakan

interview guide (panduan wawancara). Pada proses ini peneliti mengajukan

beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan pengelolaan potensi

Gambar

Tabel
Tabel 1.1 Data Realisasi PAD Tahun 2010-2012.
Gambar 2.1 Langkah-langkah penyusunan logframe adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Analisis Stakeholder
+5

Referensi

Dokumen terkait

EVALUASI TERHADAP POTENSI PENDAPATAN DAERAH DARI SEKTOR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN.. (Studi Kasus di Pemda

Pola Kesempatan Kerja di Daerah Pertambangan Emas Gunung Pongkor (Studi Kasus : Desa Bantar karet, Desa Cisarua, Desa Malasari). Dibimbing oleh SAHAT M.H SIMANJUNTAK.

Hasil penelitian ini adalah bahwa Disperindag Kabupaten Tulungagung memiliki strategi dalam memberdayakan potensi daerah khususnya industri marmer diantaranya strategi internal dengan

Pertambangan pasir laut di Kecamatan Tirtayasa adalah salahsatu bentuk kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan swasta, dimana pada saat ini ada 5 perusahaan pertambangan

4. percepatan pengelolaan potensi daerah, peningkatan keamanan dan ketertiban; 5. Peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah. Ada dua hal penting yang berkaitan

Penelitian dilakukan untuk mendeskripkan tentang Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral Bukan Logam dan

Optimalisasi Pemanfaatan Aset Tetap Tanah Milik Provinsi Nusa Tenggara Timur di Wilayah Kota Kupang dalam Miningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD Tahun 2014-2016 Studi pada Badan

Peran Pemerintah Sebagai Regulatir dalam Optimalisasi pemerintah daerah dalam pelestarian budaya di Kabupaten Halmahera Utara belum maksimal, perkembangan budaya didaerah seperti