• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI BANTEN DALAM PEMBERIAN REKOMENDASI PERIZINAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA (Studi Kasus Pemberian Rekomendasi Perizinan Pasir Laut di Wilayah Pesisir Utara Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang) - FISIP Unti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI BANTEN DALAM PEMBERIAN REKOMENDASI PERIZINAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA (Studi Kasus Pemberian Rekomendasi Perizinan Pasir Laut di Wilayah Pesisir Utara Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang) - FISIP Unti"

Copied!
335
0
0

Teks penuh

(1)

PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

(Studi Kasus Pemberian Rekomendasi Perizinan Pasir Laut di Wilayah Pesisir Utara Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh

Jumhari

NIM 6661130194

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)

ENERGI PROVINSI BANTEN DALAM PEMBERIAN REKOMENDASI PERIZINAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA (Studi Kasus Pemberian Rekomendasi Perizinan Pasir Laut Di Wilayah Pesisir Utara Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang). Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I, Leo Agustino, Ph.D; Dosen Pembimbing II, H. Oman Supryadi, S.Sos. M.Si.

Pemberian rekomendasi perizinan pasir laut merupakan kewenangan Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi Banten berdasarkan Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang berpedoman pada Undang-Undang No 4 Tahun 2009 tentang Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Permasalahan penelitian ini, belum adanya Peraturan Daerah yang mendukung UU No 23 Tahun 2014, rendahnya pengawasan, dan pengendalian dan kurangnya keterpaduan dari pemerintah, swasta dan masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji tatacara permohonan perizinan pertambangan yang sesuai dengan aturan. Teori yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini adalah teori Peran dari Biddle dan Thomas (dalam sarwono 2008:216) yang memiliki lima indikator yaitu: Harapan (expektation), Norma (Norm), Wujud Perilaku (performance), Penilaian (evaluation), dan Sanksi (sanction). Penelitian menggunakan mrtode kualitatif teknik deskriptif. Hasil nya menunjukan peran dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten kurang baik, karena kurang sosialisasi (Norma), kurang profesional, kurang transparan, minimnya pengawasan, lemahnya koordinasi (Wujud Perilaku), dan tidak tegas (Sanksi). Saran dari penelitian ini adalah pemerintah harus profesional, tegas, transparan dan meningkatkan pengawasan; pemerintah harus melibatkan peran Pemerintahan Desa, Lembaga Swadaya Masyarakat, mahasiswa dan masyarakat; pemerintah harus membuat sanksi yang tegas terhadap pelanggar aturan, dan pemerintah harus memperhatikan masyarakat yang terkena dampak dari pertambangan tersebut.

(3)

MINERAL AND COAL MINING (Case Study of Licensing of Sand Sea Permits in North Coastal Area of Tirtayasa District of Serang Regency). State Administration Science Program. Faculty of Social Science and Political Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa. Supervisor I, Leo Agustino, Ph.D; Supervisor II, H. Oman Supryadi, S.Sos. M.Si.

The granting of sea sand permit recommendation is the authority of Mining and Energy Office of Banten Province based on Law No 23 of 2014 on Regional Government based on Law No. 4 Year 2009 regarding Mineral and Coal Mining and Government Regulation No. 23 of 2010 on Implementation of Activities Mining Business of Mineral and Coal. The problem of this study, there is no Regional Regulation that supports Law No. 23 of 2014, low supervision, and control and lack of integration of government, private and public. The purpose of this study is to examine the procedures for mining permit applications in accordance with the rules. The theory used to analyze this research is the role theory of Biddle and Thomas (in Sarwono 2008:216) which has five indicators: Expectation, Norm, Performence, Evaluation, and Sanction. The research used qualitative method of descriptive technique. The results showed the role of Mining and Energy Office of Banten Province is not good, because less socialization (Norm), less professional, less transparent, lack of supervision, lack of coordination (Performence), and not firm (Sanctions). Suggestion from this research is government must be professional, firm, transparent and improve supervision; the government should involve the role of Village Governments, Non-Governmental Organizations, students and communities; the government must make strict sanctions against violators of the rules, and the government should pay attention to the communities affected by the mine workings.

(4)
(5)
(6)
(7)

Jiwa seorang pemenang tidak akan berhenti untuk berusaha

dan orang yang berhenti untuk berusaha tidak akan menjadi

seorang pemenang

Skripsi ini saya

persembahkan ,,,, Untuk orangtua,

keluarga dan orang-orang tersayang

yang telah banyak membantu dan

(8)

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi kemudian solawat serta salam semoga terlimpah dan tercurah kepada Nabi besar Muhammad S.A.W yang telah mengiringi doa dan harapan penulis untuk mewujudkan terselesaikannya proposal penelitian skripsi ini yang berjudul Peran Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten dalam Pemberian Rekomendasi Perizinan Pertambangan Mineral dan Batubara (Studi Kasus Pemberian Rekomendasi Perizinan Pasir Laut di Wilayah Pesisir Utara Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang). Proposal penelitian skripsi ini dibuat sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata satu (S1) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada konsentrasi Manajemen Publik program studi Ilmu Administrasi Negara. Sekalipun penulis menemukan hambatan dan kesulitan dalam memperoleh informasi akurasi data dari para narasumber namun disisi lain penulis juga sangat bersyukur karena banyak mendapat masukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya pada bidang yang sedang diteliti oleh penulis. Untuk terwujudnya penulisan penelitian skripsi ini banyak pihak yang membantu penulis dalam memberikan motifasi baik waktu, tenaga, dan ilmu pengetahuannya.

(9)

sedalam-1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Bapak DR. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 6. Ibu Listyaningsih, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Bapak Riswanda, Ph.D Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(10)

10.Kepada seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan. 11.Para staff Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas segala bantuan informasi selama perkuliahan;

12.Pihak Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten yang telah memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis;

13.Bapak Nana selaku Kepala Wasdal di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten yang telah berkenan menjadi informan dan memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis.

14.Bapak Aji Wijaya Pengawas di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten yang telah menjadi informan dan memberikan informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis serta ilmu pengetahuannya mengenai fokus penelitian pada skripsi ini;

(11)

Sanah yang telah menjadi motivator terbesar selama perjalanan hidupku. Terimakasih atas segala doa, bimbingan, kasih sayang, penyemangat, perhatian, dukungan serta motivasi yang tidak ada henti-hentinya yang selalu diberikan untukku.

17.Kepada Kakak-kakak tercinta yang memberikan warna dalam hidup dan memberikan semangat serta motivasi.

18.Kepada seluruh saudara-saudaraku yang telah mendoakan, memberi semangat dan motivasi.

19.Kepada sahabat Wulan Resti Fauziah, Apriadalista N P, Asep Saripudin, Fardan Kamil, Moch. Rifki, Mohamad Delki, Satrio, Hanni yang telah memberikan dukungan serta keceriaan dan kebahagiaan;

20.Kepada sahabat Habibi Z.A, M. Rizky. M. Irfan, Nazmul, Hengky, Dicky, Arif , Rodyansah yang selalu menyemangati penulis.

21.Teman-teman kelas A angkatan 2013 Ilmu Administrasi Negara selama menuntut ilmu. Terimakasih atas semua kenangan selama empat tahun perkuliahan kalian luar biasa .

(12)

berikutnya. Penulis pun berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan peneliti sendiri.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,

Serang, September 2017 Penulis

(13)

ABSTRAK ABSTRACT

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah . . . 1 8 1.3. Batasan Masalah ... 19

1.4. Rumusan Masalah ... 19

1.5. Tujuan Penelitian ... 19

1.6. Manfaat Penelitian ... 20

1.7. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI DASAR 2.1. Landasan Teori ... 25

(14)

a. Rekomendasi ... 34

b. Izin ... 35

2.1.3.Wilayah Pertambangan ... 52

2.1.4.Pertambangan Pasir Laut ... 57

2.2. Penelitian Terdahulu ... 59

2.3. Kerangka Berfikir ... 61

2.4. Asumsi Dasar ... 63

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 65

3.2 Fokus Penelitian ... 66

3.3 Lokasi Penelitian ... 67

3.4 Instrumen Penelitian ... 68

3.5 Informan Penelitian ... 69

3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 71

3.7 Uji Keabsahan Data ... 78

3.8 Jadwal Penelitian ... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 81

4.1.1 Gambaran Umum Provinsi Banten ... 81

(15)

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ... 95

4.2.2 Data Informan Penelitian ... 97

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 100

4.4 Pembahasan ... 164

4.4.1 Gambaran Perkembangan Pertambangan Pasir laut di Kecamatan Tirtayasa ... 165

4.4.2 Harapan (expektation) ... 166

4.4.3 Norma (Norm) ... 168

4.4.4 Wujud Perilaku (performance) ... 170

4.4.5 Penilaian (evaluation) dan Sanksi (scantion) ... 174

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 184

5.2 Saran ... 187 DAFTAR PUSTAKA

(16)

Tabel 1.1 Pertambangan Pasir Laut di Provinsi Banten 2012-2015 ... 4

Tabel 1.2 Rekapitulasi IUP di Kabupaten serang 2016 ... 6

Tabel 1.3 Desa yang berada di Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang Provinsi Banten... 9

Tabel 2.1 Jasa pelayanan dan penerbitan WIUP ... 42

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 70

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ... 73

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 80

Tabel 4.1 Luas Wilayah Provinsi Banten berdasarkan Kabupaten/Kota ... 82

Tabel 4.2 Desa yang berada di Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang Provinsi Banten ... 85

Tabel 4.3 Informan Penelitian ... 98

Tabel 4.4 Jumlah Rumah Tangga Sasaran/ Penduduk Miskin (RSTPM) kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang ... 103

Tabel 4.5 Data Perusahaan Penambang Pasir Laut di Wilayah Perairan Kabupaten Serang (Lokasi Kantor Cabang Yang Berada di Kecamatan Tirtayasa) ... 105

(17)

Gambar 1.1 Peta Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Serang ... 14

Gambar 2.1 Alur Permintaan IUP Eksplorasi... 45

Gambar 2.2 Alur Permintaan IUP Oprasi Produksi ... 48

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir ... 62

Gambar 3.1 Analisis Data ... 77

Gambar 4.1 Susunan Organisasi Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten ... 92

Gambar 4.2 Alur Permintaan IUP Eksplorasi-Oprasi Produksi ... 131

(18)
(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Hasil sumber daya alam biasa disebut “Bahan Galian”. Semua bahan galian tersebut dikuasai oleh negara, seperti halnya dalam Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Bumi dan Air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Hak penguasaan Negara berisi wewenang untuk mengatur, mengurus, dan mengawasi pengelolaan atau pengusahaan bahan galian, serta berisi kewajiban untuk mempergunakannya sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Penguasaan Negara ini diselenggarakan oleh pemerintah.

(20)

yakni bauksit 440.000 ton dan batubara 325.325.793 ton. Jumlah ini mengalami peningkatan dari setiap tahunya, akan tetapi Indonesia hanya bisa sebagai negara sebagai pengeksport barang mentah saja dan tidak berjaya sebagai negara yang mampu mengasilkan final goods dari barang tambang yang melimpah yang tersedia di Tanah Air. Melainkan negara yang resource-poor yang membeli barang tambang dari negara yang resoure-rich seperti dari Indonesia.

(https://www.linkedin.com/pulse/20141007063804-203311910-realitas-pertambangan-indonesia, 15/10/2016).

Bukti ketergantungan Bangsa Indonesia kepada alam dapat dilihat dari pemanfaatan sumber daya alam yang besar-besaran tanpa melihat kelanjutan fungsinya. Pada masa Sentralisasi Pemerintahan, kegiatan exploitasi terhadap sumber daya alam yang tidak berwawasan lingkungan masih terbatas pada pemanfaatan wilayah-wilayah yang strategis saja, namun dewasa ini setiap daerah saling belomba-lomba mengeksploitasi dan memanfaatkan kekayaan alam masing-masing.

Setiap usaha pertambangan yang dilakukan selain instansi pemerintah seperti kontaktor atau perorangan harus memiliki izin. Izin ini diberikan oleh pemerintah salah satunya berupa kuasa pertambangan. Kuasa pertambangan merupakan wewenang yang diberikan kepada badan/perorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan. Kuasa pertambangan dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu:

1. Kuasa pertambangan penyelidikan umum; 2. Kuasa pertambangan eksplorasi;

(21)

4. Kuasa pertambangan pengolahan dan pemurnian; dan

5. Kuasa pertambangan pengangkutan dan penjualan. (Salim H, 2010:51)

Sejak awal perencanaan usaha atau kegiatan sudah harus diperkirakan perubahan rona lingkungan hidup akbat pembentukan suatu kondisi lingkungan hidup yang baru, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan, yang timbul sebagai akibat diselenggarakannya usaha atau kegiatan. Pasal 15 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menetapkan bahwa setiap rencana usaha atau kegiatan memungkinkan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.

Provinsi Banten diperkirakan 1/3 bagian wilayahnya terdiri dari lautan dengan luas perairan Provinsi Banten sekitar 11.134,224 km² dengan panjang pantai sekitar 501 km. Kekayaan alam kelautan dan sumberdaya pesisir yang dimiliki Banten antara lain berupa sumberdaya perikanan, sumberdaya hayati seperti mangrove (hutan bakau), terumbu karang, padang lamun, dan termasuk bahan tambang lainnya yang memiliki nilai ekonomi tinggi. (Mukhtar,2013).

(22)

Tabel 1.1

Pertambangan Pasir Laut di Provinsi Banten Pada 2012-2015

No Jenis Bahan Tambang 2012 2013 2014 2015

1 Jumlah

Pertambangan

7 12 12 60

2 Luas wilayah (Ha) 23.047,83 26.523.26 26.521.26 709.822,70

3 Produksi

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. (Banten dalam Angka, Tahun 2015)

Data pertambangan pasir laut di Provinsi Banten pada Tahun 2015 menunjukan jumlah pertambangan pasir laut yaitu sebanyak 60 titik pertambangan yang seluruhnya tersebar di wilayah perairan Kabupaten Serang. Namun, angka terakhir menunjukan Jumlah pertambangan pasir laut di Provinsi Banten pada Tahun 2016 berdasarkan wawancara dengan Bapak Aji Wijaya selaku Pengawas di Bagian Perizinan menjelaskan bahwasanya jumlah pertambangan pasir laut di Provinsi Banten berjumlah sebanyak 79 titik/blok pertambangan pasir laut, yang semuanya tersebar di dua wilayah yaitu Kabupaten Lebak dengan jumlah sebanyak 1 titik pertambangan pasir laut dan sisanya berjumlah sebanyak 78 titik pertambangan pasir laut berada di wilayah Kabupaten Serang.

(23)

juga ditandai dengan meningkatnya luas wilayah dan produksi pertambangan pasir laut tersebut. Hal ini disebabkan karena kebutuhan akan bangunan dan urugan sangat meningkat di setiap tahunnya.

Hal tersebut secara tidak langsung menunjukan bahwasannya Pemerintah Daerah Provinsi Banten menfokuskan wilayah pertambangan pasir laut berada di dua wilayah yaitu Kabupaten Serang dan Kabupaten Lebak. Namun, yang menjadi fokus sorotan adalah seberapa mudahkah peurusahaan pertambangan mendapatkan Rekomendasi Perizinan dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten sehingga dapat melakukan kegiatan pertambangan di wilayah Banten.

Pemerintah Daerah Kabupaten Serang sejak tahun 2003 telah mengusahakan penambangan pasir laut di wilayahnya dalam merespon permintaan pasir urug untuk pembukaan lahan baru ke arah pesisir di berbagai wilayah. Salah satu sisi penambangan pasir laut dapat dilihat sebagai sumber pendapatan daerah, namun disisi lain salah satunya di Kecamatan Tirtayasa di duga telah mengakibatkan kerusakan lingkungan, sehingga merugikan warga setempat, antara lain penambangan pasir laut telah mempengaruhi daratan daerah Kecamatan Tirtayasa melalui adanya perubahan parameter oseanografi, khususnya arah arus, yang semakin mengitensifkan proses abrasi di sepanjang pantai Kecamatan Tirtayasa.

(24)

31 perusahaan dengan Izin Eksplorasi, dan 39 perusahaan sudah mengantongi Izin Operasi Produksi. Sumber: Distamben Provinsi Banten.

Tabel 1.2

Rekapitulasi Izin Usaha Pertambangan (IUP) Pasir Laut di Kabupaten Serang Per Oktober 2016) 4 Banten Baru Perkasa PT 721 Eksplorasi 5 Banten Sumber Daya Mineral PT 1000 Oprasi Produksi 6 Banten Sumber Daya Mineral 2

PT 928 Oprasi Produksi

7 Baruna Cakra Sejati PT 1248 Eksplorasi 8 Bintan Asia Fortune PT 2520 Eksplorasi 9 Biru Samudra Raya PT 1830 Eksplorasi 10 Cakra Kerta Banten PT 714 Eksplorasi 11 Citra Putri Bahari PT 913 Eksplorasi 12 Daya Swasta Cipta PT 998 Eksplorasi 13 Dirham Alam Lestari PT PT 625 Eksplorasi 14 Dwi Sena Jaya PT 937 Eksplorasi 15 Gahan Lautan Prina PT 717 Eksplorasi 16 Gema Banda Samudra PT 992 Eksplorasi 17 Hamparan Laut Sejahtera PT 998 Oprasi Produksi 18 Hasta Mandiri 1 PT 1678 Oprasi Produksi

Mandir 753 Eksplorasi

27 Karya Karsa Bersama PT 1000 Eksplorasi 28 Karyadwinusa Maju PT Sentosa

PT 1000 Eksplorasi

29 Koprasi Pantura Madani PT 822 Oprasi Produksi 30 Koptasi Tirta Niaga Pantura 1

(25)

31 Koprasi tirta Niaga Pantura 2 PT 981 Oprasi Produksi 32 Koprasi Tirta Niaga Pantura 3 PT 1000 Oprasi Produksi 33 Krakatau Banten Sejahtera 1 PT 1034 Oprasi Produksi 34 Krakatau banten Sejahtera 2 PT 929 Eksplorasi 35 Labitha Ardhu Syakirah PT 1160 Oprasi Produksi 36 Lima Jaya Angkasa PT 1253 WIUP 37 Loka Kencana Samudera PT 994 WIUP 38 Losari Wisesa Abadi PT 470 Eksplorasi 39 Mineralindo Sukses Mandiri PT 954 Eksplorasi 40 Moga Cemerlang Abadi PT 1000 Oprasi Produksi 41 Moga Cemerlang Abadi PT 800 Oprasi Produksi 42 Moga Cemerlang Abadi PT 954 Oprasi Produksi 43 Moga Cemerlang Abadi PT 1000 Oprasi Produksi 44 Moga Cemerlang Abadi PT 800 Oprasi Produksi 45 Moga Cemerlang Abadi PT 1000 Oprasi Produksi 46 Moga Cemerlang Abadi PT 986 Oprasi Produksi 47 Moga Cemerlang Abadi PT 964 Oprasi Produksi 48 Moga Cemerlang Abadi PT 986 Oprasi Produksi 49 Moga Cemerlang Abadi PT 999 Oprasi Produksi 50 Moga Cemerlang Abadi PT 806 Oprasi Produksi 51 Moga Cemerlang Abadi PT 928 Oprasi Produksi 52 Moga Cemerlang Abadi PT 992 Eksplorasi 53 Navagaro Indonesia PT 952 WIUP 54 Pandhu Khatulistiwa PT 954 Oprasi Produksi 55 Pasir Sentosa Jaya PT 352 Oprasi Produksi 56 Pasir Sentosa Jaya PT 1000 Oprasi Produksi 57 Pantapilindo Dayajaya PT 1000 Oprasi Produksi 58 Permata Sumber E PT 1000 Oprasi Produksi 59 Permata Sumber E PT 1000 Oprasi Produksi 60 Prima Maju Investama PT 720 Eksplorasi 61 Samudra Arta Mara PT 1025 WIUP 62 Sarana Inti Tambang PT 581 WIUP 63 Segara Banten Samudra PT 996 WIUP 64 Putra Bangsa Mandiri PT 1216 Eksplorasi 65 Resources Celebes International

PT 720 Eksplorasi

66 Rizki Bahtera Jaya 1025 Eksplorasi 67 Sakti Mandiri Perkasa 581 Eksplorasi 68 Samudera Chandra Persada

Inonesia PT 968 WIUP

(26)

74 Trimitra Wisesa Abadi PT 1003 Eksplorasi 75 Tunas Wira Mandiri PT 1000 Oprasi Produksi 76 Tunas Wira mandiri PT 650 Oprasi Produksi 77 Tunas Wira mandiri PT 508 Eksplorasi 78 Windhu Banten Sentosa PT 1566 Eksplorasi Sumber: Distamben Provinsi Banten.

Jika di bandingkan, jumlah pertambangan pasir laut di Provinsi Banten pada Tahun 2016 yang berjumlah 79 titik pertambangan pasir laut yang tersebar di Kabupaten Serang dengan jumlah sebanyak 78 titik pertambangan dengan di wilayah Kabupaten Lebak dengan jumlah sebanyak 1 titik pertambangan sangat jauh perbedaan jumlah titik pertambangannya. Pembentukan Lahan Reklamasi di Jakarta salahsatunya menjadi alasan kenapa jumlah pertambangan pasir di wilayah Kabupaten Serang ini menjadi meningkat, karena akses untuk menjualnya sangat dekat dengan wilayah yang akan dijadikan Lahan Reklamasi di Jakarta dan juga ke wilayah lain di Indonesia.

(27)

Tabel 1.3

Desa yang berada di Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang Provinsi Banten

(Sumber: Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang, 2015)

Secara administratif Kecamatan Tirtayasa yang letaknya dijalur Pantura, mempunyai nilai strategis karena mempunyai luas laut yang memadai. Desa Lontar, Tengkurak, Susukan, Alang-alang, Lontar, Wargasara merupakan daerah yang berada di Kecamatan Tirtayasa yang letaknya berbatasan langsung dengan pantai.

Hal tersebut di atas adalah sebuah fakta yang perlu dicermati. Posisi Indonesia yang demikian salah satu penyebabnya karena tidak adanya ketentuan kewajiban melakukan pengolahan dan pemurnian dalam UU No. 4 Tahun 2009

Nama Desa Uraian

(28)

tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang di dalam Pasal 102-103 diatur mengenai kewajiban melakukan pengolahan dan pemurnian. Lebih lanjut Pasal 169 huruf b menegaskan ketentuan yang tercantum dalam pasal kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara disesuaikan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan kecuali mengenai penerimaan negara. Dimana renegosiasi tersebut juga mencakup persoalan kewajiban melakukan pengolahan pertambangan sampai ke final goods. Dengan demikian dalam mengelola sumber daya alam diperlukan

penerapan sistem penambangan yang sesuai dan tepat, baik ditinjau dari segi teknik maupun ekonomis, agar perolehannya dapat optimal (Prodjosoemanto dalam Ahyani, 2011).

Sedangkan berdasarkan asas dan tujuan nya pertembangan mineral dan batubara berdasarkan UU No. 4 Tahun 2009, yaitu:

a) Manfaat keadilan dan keseimbangan

b) Keberpihakan kepada kepentingan bersama

c) Partisipatif, transparan, dan akuntabilitas

d) Berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

Sejak diterbitkannya Undang-undang Nomer 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dalam pasal 9 ayat 3 menegaskan bahwasannya urusan Pemerintah konkuen sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) adalah urusan pemerintah yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi dan Daerah kabupaten/Kota. Urusan pemerintah pilihan sebagaimana yang dimaskud dalam UU No 23 Tahun 2014 pasal 11 ayat 1, sebagai berikut:

a. Kelautan dan perikanan b. Pariwisata

c. Pertanian d. Kehutanan

(29)

f. Perdagangan g. Perindustrian, dan h. Transmigrasi

Pada UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahaan Daerah, salahsatunya semua wewenang dan kekuasaan mengenai Pertambangan Energi dan Sumberdaya Mineral yang tercantum dalam Pasal 11 Ayat 1 adalah menenai pertambangan itu berada di tangan Pemerintah Puasat (Mentri ESDM) dan Pemerintah Provinsi (Gubernur dan yang ditugaskan langsung kepada DISTAMBEN) yang awalnya dikelola oleh Pemerintah Kota/Kabupaten. Berikut adalah kegiatan Pertambangan yang dikelola oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten dalam Undang-Undang No 4 Tahun 2009 Pasal 66 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara antara lain:

a. Pertambangan mineral logam

b. Pertambangan mineral bukan logam c. Pertambangan batuan dan/atau d. Pertambangan batubara

Dalam hal ini kegiatan Pertambangan yang berada di wilayah Provinsi Banten sepenuhnya dikelola oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten tanpa terkecuali (berdasarkan Peraturan Daerah No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah), salahsatunya adalah mengenai Pertambangan Pasir Laut yang termasuk kedalam kegiatan pertambangan non-mineral yang juga termasuk kedalam ranah pengelolaan Dinas Pertambangan dan Energi.

(30)

peraturan daerah mengenai peraturan tentang Energi dan Sumberdaya Mineral dalam hal ini mengenai Peraturan Pertambangan.

Untuk mendapatkan Rekomendasi Perizinan Dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten harus melalui beberapa tahapan yang harus dipenuhi. Berikut tahapan-tahapan permintaan rekomendasi perizin pertambang pasir laut berdasarkan PP No 23 Tahun 2010 , yaitu:

1. Wilayah izin usaha pertambangan (WIUP)

Wilayah Izin Usaha Pertambangan yang sering disebut WIUP, adalah wilayah yang diberikan kepada pernegang Izin Usaha Pertambangan.

2. Izin usaha pertambangan Eksplorasi (IUP Eksplorasi)

IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan unium, eksplorasi, dan studi kelayakan.

3. Izin usaha pertambangan Oprasi produksi (IUP OP)

IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi.

4. Izin Usaha Pertambangan Oprasi Produksi Perpanjangan (IUP OP Perpanjangan)

IUP OP Perpanjangan ini tidak akan di berikan kepada perusahaan pertambangan yang berkelakuan tidak baik dan perpanjangan ini memperoleh paling banyak sebanyak 2 kali.

Jika tahapan 1 sampai dengan 3 ini lolos atau telah memenuhui syarat yang di tentukan, maka perusahan sudah bisa melakukan eksplorasi dan memproduksi bahan tambangnnya dengan memenuhi peraturan yang sudah ditentukan. Dan untuk poin 4 adalah khusus perusahan yang melakukan perpanjangan dengan syarat tidak boleh lebih dari duakali dan tidak pernah melakukan pelanggaran. Untuk besaran biaya dan lama izin kontraknya sesuai dengan kontrak atau kespakatan/perjanjian penambang dengan Dinas terkait.

(31)

kendala-kendala dan kekurangan yang terjadi di wilayah tambang pasir laut di wilayah kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang. Selain dai internal kendala juga terjadi di lingkungan eksternal. Bila di jabarkan ada beberapa kendala-kendala dan masalah yang di hadapi antara lain:

Pertama, belum terdapatnya Peraturan Daerah yang mengatur mengenai

pertambangan, berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Nana selaku Kepala Seksi Wasdal Pertambangan dan Energi Provinsi Banten mengungkapkan bahwa sampai saat ini setelah dilimpahkannya wewenang dan kekuasaan dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah pusat sampai saat ini belum ada aturan daerah yang menentukan tentang energi dan sumberdaya mineral dalam hal ini adalah pertambangan, namun sampai saat ini masih dalam proses perampungan perda tersebut.

Hal serupa juga disampaikan oleh perwakilan dari bagian Bidang Usaha dan Perizinan yaitu ibu Arini mengungkapkan bahwasannya Peraturan Daerah mengenai pertambangan Mineral dan Batubara masih dalam tahap perampungan, untuk waktu kapan disahkan masih belum tahu dan kami dengan pihak yang terlibat akan bergerak cepat.

(32)

tersebut masih dalam proses perampungan.

Kedua, rendahnya pengawasan dan pengendalian dari Dinas pertambangan

dan Energi Provinsi Banten terhadap pertambangan pasir di wilayah utara Kecamatan Tirtayasa. Salahsatunya mengenai area blok-blok pertambangan pasir laut berada di titik krusial dalam hal ini, hampir di semua area blok-blok pertambangan pasir laut tersebut terlintasi oleh pipa bawah laut dan kabel bawah laut. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat tabel di bawah ini

Gambar 1.1

Peta Zona Wilayah Pertambangan Pasir Laut di Kabupaten Serang Banten

Sumber :Distamben Provinsi Banten Tahun 2016

(33)

bawah laut yang bertanda garis bergelombang dan juga jalur perlintasan kapal-kapal kecil yang melintas melewati area pertambangan pasir laut.

Selain itu juga, wilayah tersebut juga dipergunakan untuk kegiatan latihan militer dilakukan berdasarkan jadwal yang ditentukan oleh Tentara Nasional Indonesia-Angkatan laut (TNI-AL) berkordinasi dengan pihak perusahaan pertambangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Aji Wijaya selaku Pengawas menyampaikan bahwa, “wajar apabila kegiatan penambangan diberhentikan beberapa jam saja, karena latihan militer itu tidak dilakukan rutin

setiap hari kadang-kadang seminggu sekali, sebulan sekali yang penting tidak

terlalu banyak merugikan”.

Terlebih lagi kegiatan pengambilan pasir tambang itu tidak dilakukan selama satu hari penuh. Melainkan ada jadwal tertentu, biasanya dimulai pada pukul 18.00 sampai dengan pukul 6.00 dengan hasil yang didapat sebanyak 2-6 kapal bangker.

Sedangkan untuk minimnya pengendalian yang dilakuakan oleh Dinas pertambangan dan Energi Provinsi Banten terhadap pertambangan pasir di Wilayah Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang. Salahsatunya sering terjadinya overlapping pada saat proses pengambilan pasir laut antar perusahaan penambang

(34)

perusahaan lainnya. Kedua, hasil pertambangan yang tidak menentu karena kondisi air laut sedang pasang sehingga pasir yang ada tidak mementu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Aji Wijaya selaku pengawas di DISTAMBEN menyampaikan:

“bahwasannya kejadian pengabilan pasir bisa saja melewati area yang di miliknya merekapun bukan tanpa alasan mengenai hal itu. Namun mengenai pemecahan masalhnya mereka biasanya merundingkan itu dengan seksama mungkin saja mereka yang mangambil di kenakan denda ataupun bisa saja hasilnya mereka tarik”.

Ketiga, kurangnya keterpaduan dari berbagai pihak terkait yaitu

instansi pemerintah, pihak perusahaan penambang, dan masyarakat. Adanya kegiatan tambang pasir ini menurut Masyarakat Desa Lontar dapat merugikan dan merusak wilayah pesisir serta sumberdaya pesisir yang ada. Dalam melaksanakan pengelolaan wilayah pesisir yang terintegrasi penting adanya koordinasi yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan perusahaan agar semua pihak terkait dapat merasakan kepuasan serta keuntungan dari adanya penambangan pasir tersebut. Namun dalam penambangan pasir di Desa Lontar, menurut Pak Jeni selaku petani/pengelola Tambak ikan di Desa Lontar, bahwa Pemerintah dan Pemerintah Kabupaten Serang karena tetap memberikan izin meskipun masyarakat menolak dan meminta kepada Pemerintah Kabupaten Serang untuk mencabut izin tersebut dan juga di setiap proses pengambilannya pun selalu diawasi oleh aparat seperti Polisi dan TNI.

(35)

alasan ada tuntutan dari masyarakat ataupun sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Aji Wijaya selaku pengawas di Bagian Bina Usaha dan Perizinan, menyampaikan:

“kami tidak bisa menutup ataupun memberhentikan pertambangan meskipun masyarakat berdemo meminta pertambangan itu dihentikan, kami hanya bisa menampung asprasi masyarakat kemudian di bicarakan dengan berbagai pihak terkait, dari situ ditemukan titik temu permasalah apakah pihak perusahaan memberikan dana konfensasi maupun apa bentuknya dan bagusnya lagi perusahaan penambang tersebut memberhentikan kegiatan pertambangannya”.

Dapat disimpulkan bahwa apabila perusahaan pertambangan sudah mendapatkan izin pertambangannya, maka perusahaan berhak melakukan kegiatan pertambangan berdasarkan waktu yang ditentukan. Dan apabila di pertengahan berjalaan Masyarakat meminta kepada Pemerintah untuk pemberhentian pertambangan, pemerintah wajib menampung aspirasi dari masyarakat dan menyampaikannya kepada perusahaan pertambangan dengan tidak secara langsung memberhentikan kegiatan pertambangan tersebut. Keputusan pemberhentian pertambangan sepenuhnya dipegang oleh perusahaan itu sendiri tanpa bisa diintervensi oleh pihak manapun. Terkecuali ada surat keputusan dari mentri ataupun gubernur.

(36)

Terlebih lagi wilayah perairan dalam hal ini adalah wilayah laut dimilik seutuhnya oleh negara bukan milik perseorangan maupun perusahaan, oleh karena itu siapa saja berhak untuk mengelola dan menikmati semua hasil maupun wilayah perairannya. Seperti para nelayan dengan hasil ikan dan jenis lainnya, wisatawan dengan menikmati keindahan pantainya, para petambang dengan hasil tambangannya dan jenis-jenis hasil pemanfaatan laut lainnya dengan dasar harus mentaati aturan yang sudah ditentukan.

Berdasarkan masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang sejauh mana “ Peran Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten dalam Pemberian Rekomendasi Perizinan Pertambangan Mineral dan Batubara (Studi Kasus Pemberian Rekomendasi Perizinan Pasir Laut di Wilayah Pesisir Utara Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian sebagai berikut :

1. Belum terdapatnya Peraturan Daerah tentang Pertambangan dan Energi Sumberdaya Mineral dan Batubara

2. Rendahnya pengawasan dan pengendalian terhadap Pertambangan Pasir laut yang dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten.

(37)

1.3Batasan Masalah

Dari uraian-uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas peneliti mempunyai keterbatasan kemampuan dan berfikir secara menyeluruh. Maka dengan itu peneliti membuat batasan masalah penelitian yaitu, masih belum terdapatnya Peraturan Daerah mengenai pertambangan dan Energi Sumberdaya Mineral dan Batubara, dan Kurangnya keterpaduan dari berbagai pihak terkait yaitu instansi pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah peneliti paparkan dalam bahasan sebelumnya,maka dalam hal ini peneliti membuat Rumusan Masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran yang dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten Terhadap pemberian Rekomendasi Perizinan pertambangan pasir laut di Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang ? 2. Bagaimana tatacara permohonan rekomendasi perizinan pertambangan

pasir di Kabupaten Serang ? 1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai beriku:

(38)

2. Memberikan gambaran tata cara permohonan permintaan rekomendasi perizinan pertambangan pasir laut.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini, baik manfaat secara praktis maupun secara teoritis.

1.6.1 Manfaat Teoritis

Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

a. Pengembangan Keilmuan

Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan keilmuan, khususnya dibidang Ilmu Administrasi Daerah

b. Pengembangan Rehabilitasi

Dengan penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan pelaksanaan pemberian rekomendasi Perizinan Pertambangan di Provinsi Banten.

1.6.2 Manfaat Praktis

Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

a. Bagi peneliti

(39)

b. Bagi pembaca

Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi instansi lokal khususnya Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten.

1.7Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah menjelaskan mengapa peneliti mengambil judul penelitian tersebut, juga menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti yang tentunya relevan dengan judul yang diambil. Materi dari urai an ini, dapat bersumber dari hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya, hasil seminar ilmiah, hasil pengamatan, pengalaman pribadi, dan intuisi logik. Latar belakang timbulnya masalah perlu diuraikan secara jelas, faktual dan logik.

1.2Identifikasi Masalah

Mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau dengan masalah atau variable yang akan diteliti. Identifikasi masalah biasanya dilakukan pada studi pendahuluan pada objek yang diteliti, observasi dan wawancara ke berbagai sumber sehingga semua permasalahan dapat diidentifikasi.

(40)

Menetapkan masalah yang paling penting dan berkaitan dengan judul penelitian.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah.

1.5Manfaat Penelitian

Menggambarkan tentang manfaat penelitian baik secara praktis maupun teoritis.

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

Mengkaji berbagai teori yang relevan dengan permasalahan variabel penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi yang digunakan untuk merumuskan masalah.

2.2 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran penelitian sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca.

(41)

Menyajikan prediksi penelitian yang akan dihasilkan sebagai hipotesa kerja yang mendasari penulisan sebagai landasan awal penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode Penelitian

Sub bab ini menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian 3.2. Fokus Penelitian

Sub yang akan di bahas oleh peneliti

a. Lokasi Penelitian

Tempat yang dijadikan penelitian 3.4. Instrumen Penelitian

Sub bab ini menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data yang digunakan. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah peneliti itu sendiri

3.5. Informan Penelitian

Sub bab ini menjelaskan tentang orang yang dijadikan sumber untuk mendapatkan data dan sumber yang diperlukan dalam penelitian. Dapat diperoleh dari kunjungan lapangan yang dilakukan di lokasi penelitian, dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling.

3.6.Teknik Pengumpulan Data dan analisis Data

(42)

menggambarkan tentang proses penyederhanaan data ke dalam formula yang sederhana dna mudah dibaca serta mudah diinterpretasi, maksudnya analisis data di sini tidak saja memberikan kemudahan interpretasi, tetapi mampu memberikan kejelasan makna dari setiap fenomena yang diamati, sehingga implikasi yang lebih luas dari hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan simpulan akhir penelitian. Analisis data dapat dilakukan melalui pengkodean dan berdasarkan kategorisasi data.

3.7.Uji Keabsahan Data

Sub bab ini menggambarkan sifat keabsahan data dilihat dari objektifitas dalam subjektivitas. Untuk dapat mendapat data yang objektif berasal dari unsur subjektivitas objek penelitian, yaitu bagaimana menginterpretasikan realitas sosial terhadap fenomena-fenomena yang ada.

3.8 Jadwal Penelitian

(43)

2.1 Landasan Teori

Teori merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, ada beberapa pengertian teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut William (dalam Sugiyono 2008:80), menyatakan bahwa suatu teori memperoleh arti penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada. Deskripsi dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti.

Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung masalah dalam penelitian ini, dimana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam penilitian. Teori yang akan digunakan adalah beberapa teori yang mendukung masalah peneliti mengenai Peran Dinas Pertambangan dan Energi dalam Pemberian Rekomendasi Perizinan Pertambangan Mineral dan Batubara (Studi Kasus Pemberian Rekomendasi Perizinan Pasir Laut di Wilayah Pesisir Utara Kecamatan Tirtayasa).

2.1.1 Definisi Peran

(44)

bagaimana seseorang berperilaku dalam peranan organisasi sangat ditentukan oleh:

1. Karakteristik pribadinya.

2. Pengertiannya tentang apa yang diharapkan orang lain kepadanya. 3. Kemauannua untuk menaati norma yang telah menetapkan pengharapan

tadi.

Dalam penelitian ini, peran yang dimaksud yaitu Peran merupakan tugas utama yang diharapkan oleh masyarakat berupa penanganan masalah rekomendasi perizinan pertambangan oleh Dinas Pertambangan dan Energi dan juga lembaga yang terkait mengenai masalah pertambangan pasir laut. Peran dalam Ilmu Sosial terkait mengenai peran aktif yang berdampak positif bagi kehidupan sosial. Dimana, badan publik ini memiliki peran yang erat kaitannya dengan berjalannya kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, maka peran yang dijalankan oleh badan publik ini merupakan sangat penting karena besar harapan yang diharapkan dari perannya.

Berkaitan dengan peran itu, maka akan muncul norma-norma yang harus ditaati secara bersama-sama supaya harapan-harapan tersebut dapat tercapai. Harapan tersebut dapat tercapai apabila setiap orang atau badan publik tersebut menjalankan perananya dengan baik. Menurut Soekanto (dalam Thoha 2006:243), peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status).

(45)

mempunyan macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatanapa yang diberikan masyarakat kepadanya.

Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebakan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dengan pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (social positon) merupakan unsur statis yang menunjukan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

Levinson (dalam Soekanto 2009:213) mengatakan peranan mencakup tiga hal yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat

dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang

penting bagi struktur sosial masyarakat.

(46)

guna saling memudahkan satu sama lain dalam menjalankan peran masing-masing.

Teori peran adalah yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Selain dari pesikologi, teori peran berawal dari dan masih tetap digunakan dalam sosiologi dan antropologi. Istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater, aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya tokoh itu diharapkan untuk berperilaku secara tertentu. Posisi aktor dalam teori itu kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Sebagaimana halnya dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan daripadanya tidak berdiri sendiri, melaikan selalu dalam kaitan dengan orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut. Dari sudut pandang inilah disusun teori-teori peran.

Dalam teorinya Biddle & Thomas (dalam Sarwono 2008:215),membagi peristilahan dalam teori peran dalam empat golongan, yaitu istilah-istilah yang menyangkut:

a. Orang-orang yang mengambil bagian dai interaksi sosial. b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.

c. Kedudukan orang dalam perilaku. d. Kaitan antara orang dengan perilaku.

Pertama, orang yang mengabil bagian dalam interaksi sosial dapat dibagi dalam dua golongan sebagai berikut:

a. Aktor (actor, perilaku) yaitu orang yang sedang berperilaku menuruti suatu peran.

(47)

Aktor maupun target bisa berubah individu atapun kumpulan individu (kelompok). Hubungan antar kelompok dengan kelompok misalnya terjadi antara sebuah paduan suara (aktor) denga pendengar (target).

Kedua, Dalam teorinya Biddle & Thomas (dalam Sarwono 2008:216), ada lima istiah tentang perilaku dalam kaitanya dengan peran:

a. Expectatation (harapan)

Harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain pada umumnya tentang perilaku yang pantas, yang ditujukan pada orang yang memiliki peran-peran tertentu dalam masyarakat.

b. Norm (norma)

Menurut Secord dan Beckham (dalam sarwono, 1964) norma hanya merupakan salah satu betuk harapan, jenis-jenis harapan menurut Secord dan Beckham adalah sebagai berikut:

1. Harapan yang bersifat meramalkan (anticipatory), yaitu harapan tentang suatu perilaku yang akan terjadi

2. Harapan normatif adalah keharusan yang menyertai peran. Biddle dan Thomas membagi lagi harapan normatif ini kedalam dua jenis, yakni:

i. Harapan yang terselubung (covert): harapan iti tetap masih ada walaupun tidak diucapkan

ii. Harapan yang terbuka, yaitu harapan yang diucapkan. c. Performance (wujud perilaku)

Wujud perilaku yaitu peran yang diwujudkan oleh aktor. Goffman (dalam Sarwono 2008:220) meninjau perwujudan peran ini dengan memperkenalkan istilah permukaan (forn), yaitu untk menunjukan perilaku-perilaku tertentu yang diekspresikan secara khusus agar orang lain mengetahui dengan jelas peran si pelaku (aktor)

d. Evaluation (penilaian) dan Sanction (sanksi)

Penilaian dan sanksi agar sulit dipisahkan jika dikaitkan dengan peran. Biddle dan Thomas (dalam Sarwono 2008:220) menyatakan bahwa kedua hal tersebut didasarkan pada harapanmasyarakat (orang lain) tentang norma. Berdasarkan norma itu, orang memberikan kesan positif dan negatif terhadap suatu perilaku. Kesan negarif dan positif inilah yang dinamakan penilaian peran. Sedangkan yang dimaksud dengan sanksi adalah usaha orang untuk mempertahankan suatu nilai positif atau agar perwujudan peran diubah sedemikian rupa sehingga hal yang tadinya dinilai negatif menjadi positif.

(48)

Keempat, Biddle & Thomas (dalam Sarwono 2008:226) mengemukakan bahwa kaitan (hubungan) yang dpat dibuktikan atau tidak adanya dan dapat diperkirakan kekuatannya adalah kaitan antara orang dengan perilaku dan perilaku dengan perilaku. Kriteria untuk menetapkan kaitan-kaitan tersebut diatas adalah sebagai berikut:

a. Derajat kesamaan atau ketidaksamaan antara bagian-bagian yang sering berkait.

b. Derajat saling menentukan atau saling ketergantngan antara bagian-bagian tersebut.

c. Gabungan antara derajat kesamaan dan saling ketergantungan (a+b).

Selanjutnya Menurut Dougherty & Pritchard tahun 1985 (dalam Bauer 2003: 55) teori peran ini memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di dalam organisasi. Mereka menyatakan bahwa peran itu “melibatkan pola penciptaan produk sebagai lawan dari perilaku atau tindakan”

Lebih lanjut, Dougherty & Pritchard tahun 1985 (dalam Bauer 2003: 56) mengemukakan bahwa relevansi suatu peran itu akan bergantung pada penekanan peran tersebut oleh para penilai dan pengamat (biasanya supervisor dan kepala sekolah) terhadap produk atau outcome yang dihasilkan. Dalam hal ini, strategi dan struktur organisasi juga terbukti mempengaruhi peran dan persepsi peran atau role perception (Kahn, et al., 1964; Oswald, Mossholder, & Harris, 1997 dalam Bauer, 2003: 58).

Sedangkan menurut Levinson (dalam Soekanto 2009:213) mengatakan peranan mencakup tiga hal yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

(49)

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Peran serta dapat pula dikenali dari keterlibatan, bentuk kontribusi, organisasi kerja, penetapan tujuan, dan peran. Parwoto (dalam Soehendy, 1997:28) mengemukakan bahwa peran serta mempunyai ciri-ciri :

1. Keterlibatan dalam keputusan : mengambil dan menjalankan keputusan. 2. Bentuk kontribusi : seperti gagasan, tenaga, materi dan lain-lain.

3. Organisasi kerja : bersama setara (berbagi peran).

4. Penetapan tujuan : ditetapkan kelompok bersama pihak lain. 5. Peran masyarakat : sebagai subyek.

Struktur Peran dibagi menjadi dua yaitu :

1. Peran Formal (Peran yang Nampak jelas)

Yaitu sejumlah perilaku yang bersifat homogen. Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga.

2. Peran Informal (Peran tertutup)

Yaitu suatu peran yang bersifat implisit (emosional) biasanya tidak tampak ke permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional individu dan untuk menjaga keseimbangan. Pelaksanaan peran-peran informal yang efektif dapat mempermudah peran-peran formal.

(50)

yang diharapkan oleh suatu organisasi. Persoalan tersebut sangan ditentukan oleh kecakapan dan kemampuan, keterampilan dan keahlian orangnya. Termasuk kedalam hal ini adalah persepsi, kebutuhan, sikap dan perilaku dari orang tersebut terhadap peranan yang diharapkan dari padanya. Jika timbul masalah disebabkan karena deskripsi peranan tidak jelas, maka dengan mudah diketahui sumber masalnya terletak pada organisasi tersebut.

Organisasi tidak mampu memberikan informasi yang jelas kepada pendukungnya, tentang apa dan bagaiman yang harus dimainkan. Kejadian seperti ini barangkali karena tujuan nya tidak jelas, misalnya kabar, dan norma aturan yang tidak mementu.mungkin juga karena caliber dan kualitas kepemimpinan kurang mampu mendeskrifsikan misi, tujuan dan norma organisasi kedalam peran peran tertentu.

Berdesarkan penjelasan di atas, keberadaan peran tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan sektor publik yang menjadi kebutuhan masyrakat, sehingga keberadaan sektor publik ditengah masyarakat tidak bisa dihindarkan (lneviluble). Dengen demikian, Menurut Jones (dalam wirasata, 2010:13) terdapat tiga peran utama sektor publik dalam masyarakat yaitu:

1. Regulatory role, sektor publik berperan dalam menetapkan segala aturan yang berkaitan dengan kepentingan umum, karena tanpa ada aturan maka ketimpangan akan terjadi dalam masyarakat. Bisa saja sebagian masyarakat akan dirugikan karena tidak urung mendapatkan akses memperoleh barang atau layanan yang sebetulnya untuk umum sebagai akibat dari penguasaan barang atau layanan tersebut oleh kelompok masyarakat lainnya.

(51)

Implikasinya sektor publlik diberi kewenangan untuk penegakkan hukum (law enforcemenl} dalam kaitannya menjamin ketersediaan barang dan jasa publik yang sesuai dengan hukurn.

3. Direct provision of goods and services, karena semakin kompleksnya area yang harus di 'cover' oleh sektor publik dan adanya keterbatasan da1am pembiayaan barang dan jasa publik secara langsung maka pemerintah dapat melakukan privatisasi. Sehingga disini peran sektor publik adalah ikut mengendalikan/mengawasi sejumlah proses pengadaan barang dan jasa publik serta regulasi yang ditetapkan sehingga tidak merugikan masyarakat.

Jika dilihat dari definisi peran dalam sektor publik tersebut di atas, maka dengan kata lain sektor publik adalah government (pemerintah) yang berfungsi untuk mensejahterakan masyarakat, dimana pemerintah diberi 'kekuasaan' oleh masyarakat untuk mengatur dan menjamin pemenuhan kebutuhan barang dan jasa publik yang berdasarkan hukum.

(52)

Peneliti menilai bahwa teori nya Biddle dan Thomas (dalam sarwono 2008: 216) karen Teori ini mempunyai kelebihan, diantaranya: satu, lima indikator Peran menurut Biddle dan Thomas (dalam sarwono 2008: 216) antaralain adalah: harapan (expektation), Norma (Norma), Wujud Perilaku (performance), Penilaian (evaluation) dan Sanksi, kelima indikator tersebut memili kemampuan untuk

menjawab permasahan peneliti. Kedua, semua indikator peran menurut Bidlle dan Thomas (dalam sarwono 2008: 216) dapat mewakili perilaku seseorang maupun organisasi. Lebih lanjut alasan kenapa teori ini yang dipakai dalam penelitian ini karena sesuai dengan permasalahan yang ditemukan di lapangan sehingga peneliti beranggapan bahwa teori Peran menurut Biddle dan Thomas lebih cocok di gunakan dalam memecahkan masalah dalam penelitian ini..

2.1.2 Definisi Rekomendasi Perizinan

a. Rekomendasi

Selain dispensasi, konsensi, dan lisensi dalam kaitan masalah perizinan juga dikenal denga istilah rekomendasi. Rekomendasi dapat diartikan secara sederhana sebagai bahan pertimbangan yang diberikan oleh badan atau pejabat yang berwenang untuk digunakan dalam pemberian izin pada suatu bidang tertentu.

(53)

Sedangkan pengertian rekomendasi dalam Kortel dan Keller: 2007 adalah suatu proses komunikasi atas suatu produk atau jasa tertentu yang berguna untuk memberikan informasi secara personal. Contohnya rekomendasi yang paling umum dipakai adalah word of mouth communication (WOM) atau rekomendasi dari mulut ke mulut.

Dengan kata lain rekomendasi adalah saran yang sifatnya menganjurkan, membenarkan atau menguatkan mengenai sesuatu atau seseorang. Rekomendasi sangat penting artinya untuk meyakinkan orang lain bahwa sesuatu atau seseorang tepat dan layak. Misalnya ketika seseorang akan menggunakan jasa sebuah online shop. Biasanya mereka akan melihat testimoni dari orang-orang yang sudah pernah bertransaksi sebelumnya, apakah banyak yang merekomendasikan atau tidak. Jika banyak testimoni positif maka akan menambah jenis keyakinan seseorang untuk bertransaksi.

Rekomendasi merupakan instrumen yang cukup penting dalam soal pemberian perizinan. Karena, rekomendasi di berikan oleh badan atau jabatan yang mempunyai kompetensi atau kapasitas khusus di bidang tertentu, bahkan didasarkan pada keahlian dan sesuai dengan prosedur.

b. Izin

(54)

Utrecht (dalam Sutedi, 2011:167) memberikan pengertian vergunning atau izin sebagai berikut:

“Bagaimana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan,tetapi masih juga memperkenankan asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konket, maka perbuatan administrasi negara memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning)”.

Izin atau vergunning adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundang-undangan. Izin dapat juga diartikan sebagai dispensi atau pelepasan/pembebasan dari suatu larangan (dalam sutedi,2011: 168). Selanjutnya, Van Der Pot (dalam Padyatmoko, 2009: 7) menyatakan bahwa izin merupakan keputusan yang memperkenankan dilakukak perbuatan yang pada prinsipnya tidak dilarang oleh pembuat peraturan.

Pada dasarnya izin merupakan keputusan pejabat/badan Tata usah Negara yang berwenang, yang isinya atau substansinya mempunyai sifat sebagai berikut:

1. Izin bersifat bebas

Izin sebagai keputusan tata usaha Negara yang penerbitanya tidak terikat pada aturan dan hukum tertulis serta organ yang berwenang dalam izin memiliki kadar kebebasan yang besra dalam memutuskan pemberian izin 2. Izin bersifat terkait

Izin sebagai keputusan tata usaha Negara yang penerbitnya terkait pada aturan dan hukum tertulis dan tidak tertulis serta organ yang berwenang dalam izin kadar kebebasannya dan wewenangnya tergantung pada kadar sejauh mana peraturan perundang-undangan mengaturnya.

3. Izin yang berifat menguntungkan

Izin yang isinya bersifat menguntungkan pada yang bersangkutan. Izin yang bersifat menguntungkan isi nyata keputusan merupakan titik pusat yang memberi anugrah kepada yang bersangkutan.

4. Izin bersifat memberatkan

(55)

memberatkan merupakan pula izin yang memberi beban kepada orang atau masyarakat sekitarnya.

5. Izin yang segera berakhir

Izin yang menyangkut tindakan-tindakan yang akan sebera berakhir atau izin yang masa berlakunya relatif pendek.

6. Izin yang berlangsung lama

Izin yang menyangkut tindakan-tindakan yang berakhir atau masa berlakunya relatif lama.

7. Izin yang bersifat pribadi

Izin yang isinya tergantung pada sifat atau kualitas pribadi dan pemohon izin

8. Izin yang bersifat kebendaan

Izin yang isinya tergantung pada sifat dan objek izin (dalam Sutedi, 2011: 173).

Selanjutnya, Spelt dan Tn Berge (dalam Pudyatmoko, 2008: 11) menjelaskan motif-motif untuk menggunakan sisitem izin diantaranya:

1. Keninginan mengarahkan aktivitas-aktivitas tertentu

Ada kemungkinan pemerintah menggunakan instrumen izin untuk mengarahkan aktivitas-aktivitas tertentu yang dilakukan oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat, misalkan pada izin mendirikan bangunan (IMB) atau di beberapa daerah di sebut izin mendirikan bangunan-bangunan (IMBB). 2. Mencegan bahaya terhadap lingkungan

Dalam pasal 6 ayat 1 UU nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup ditentukan bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Pada pasal 6 ayat 2 disebutkan bahwa setiap orang yang melakukan usaha atau kegiatan melakukan kewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.

3. Keinginan melindungi objek-objek tertentu

Pemerintah mempunyai kepentingan agar objek-objek tertentu yang berguna masyarakat tetap terjaga dan terlindungi. Objek tertentu perlu mendapatkan perlindungan karena berbagai alasan, misalnya alasan sejarah, benda tersebut sangat di perlukan untuk keperluan pendidikan, ilmu pengetahuan dan sebagainya.

4. Membagi benda-benda yang sedikit

Adakalanya kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan sumber daya jumlahnya sangat terbatas. Apabila warga masyarakat yang membutuhkan hal tersebut maka kesempatan yang ada pun terbatas. Pemerintah memandang hal yang demikian perlu ditanggapi secara cepat.

5. Pengarahan dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas.

(56)

6. Tujuan tertentu lainnya

Mengnai izin untuk tujuan lain dari yang telah disebutkan diatas, contohnya adalah izin yang dapat diberikan dilingkungan pegawai ngri. Seorang pegawai negri berhak mendapatkan cuti, misalkan cuti tahunan. Untuk mendapatkan hak tersebut perlu ada izin. Dalam hal ini, cuti tahunan diberikan dengan tujuan memberikan kesempatan bagi pegawai negri yang bersangkutan memperoleh kesegaran lahir dan batin dengan beristirahat untuk sementara waktu.

Kemudian Spelt dan Ten Barge (dalam Pudyatmoko, 2009: 17) juga menjabarkan sisitem izin, yaitu:

1. Larangan

Larangan dan wewenang suatu organisasi pemerintahan dilakukan dengan memberikan izin harus ditetapkan dalam suatu perundang-undangan.

2. Persetujuan yang merupakan dasar kecualian (izin)

Izin muncul kalaun norma larangan umum dikaitkan dengan norma umum, yang memberikan kepada suatu organ pemerintahan wewenang untuk menggantikan larangan itu dengan persetujuan dalam suatu bentuk tertentu. Keputusan yang memberikan izin adalah suatu keputusan tata usaha negara. Keputusan in i adalah keputusan sepihak dari suatu organ pemerintahan yang diberikan atas dasar wewenang ketatanegaraan dan ketatausahan untuk menciptakan suatu keadaan yang konkret dan individual sehingga suatu hubungan hukum menetapkan secara meningkat, membebaskannya atau dalam kondisi tertentu suatu pemohon itu ditolak.

3. Ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan izin

Ketentuan-ketentuan adalah syarat-syarat yang menjadi dasar bagi organisasi pemerintahan dalam pemberian izin. Fakta bahwa dalam banyak hal, izin dikaitkan dengan syarat-syarat berhubungan erat dengan fungsi sistem perizinan sebagai salah satu instrumen (pengendalian) penguasa.

Izin seringkali mempunyai arti yang begitu penting bagi pemegangnya (pelaku kegiatan) dalam melakukan hubungan hukum, baik dengan pemerintah maupun dengan pihak yang lain. Berikut beberapa urgensi dari izin oleh Pudyatmoko (2009: 22):

1. Sebagai landasan hukum (lage base)

(57)

tanpa adanya izin dari organisasi pemerintah yang berwenang. Oleh karena itu, izin menjadi dasar hukum bagi pelaku kegiatan untuk dapat memulai kegiatan tersebut. Hak dan kewajiban pemohon izin berkaitan dengan dilakukannya kegiatan dan lahir setelah adanya izin. Tanpa izin, suatu pihak tidak dapat melakukan kegiatan yang dimuat dalam izin itu. Kalau tetap saja dilakukan maka dapat dikatakan bahwa kegiatan itu melanggar hukum.

2. Sebagai instrumen untuk menjamin kepastian hukum

Didalam izin pada umumnya dimuat berbagai hal, baik yang bersifat subjektif maupun objektif.

3. Sebagai instrumen untuk melindungi kepentingan

Izin sebagai sebuah keputusan dapat digunakan untuk menjadi instrumen perlindungan kepentingan, baik itu kepentingan pemohon, kepentingan pemerintah, maupun kepentingan lain. Kiranya dapat dimengerti bahwa izin dapat digunakan untuk melindungi kepentingan pemegang izin karena untuk diizinkan melakukan kegiatan tertentu sering kali tidak lepas dari kewajiban pemenuhan persyaratan yang didalamnya termasuk serangkaian pengujian. Apabila pemohon kemudian diberikan izin maka didalamnya terkandung makna bahwa kegiatan itu telah diuji sehingga baik, aman, dan sebagainya.

Tiap-tiap jenis izin tersusun secara berbeda-beda. Bahkan, untuk jenis izin yang sama dapat termuat hal-hal yang berbeda-beda apabila yang menerbitkan itu intansi yang berbeda. Berikut ini adalah beberapa bagian yang dicantumkan dalan keterangan izin oleh Pudyatmoko (2009:24), yaitu:

1. Orang yang berwenang. 2. Yang dialmatkan. 3. Pemberian alasan. 4. Diktum.

5. Ketentuan-ketentuan, pembatasan-pembatasan dan syarat-syarat. 6. Pemberitahuan-pemberitahuan tambahan.

Selanjutnya diungkapkan beberapa unsur dalam perizinan oleh Sutedi, (2011: 179), yakni:

1. Wewenang.

2. Izin berbagai bentuk ketetapan. 3. Lembaga pemerintah.

(58)

7. Waktu penyelesaian izin. 8. Biaya perizinan.

9. Pengawas penyelenggara izin.

10.Penyelesaian pengaduan dan sengketa, terbagi dua: a. Pengaduan

b. Sengketa 11.Sanksi.

12.Hak dan kewajiban.

Perizinan adalah salahsatu bentuk pelaksanaan fungsi peraturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat (Sutedi, 2011:168).

Secara teoritis, perizinan memiliki beberapa fungsi sebagaimana dijelaskan oleh Sutedi (2011: 198) yakni sebagai berikut:

1. Instrumen rekayaa pembangunan

Perizinan adalah instrumen yang paling bermanfaat ditentukan oleh tujuan dan prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah. Tujuan dari perizinan akan sangat ditentukan oleh prosedur yang ditetapkan dan dilaksanakan. Semakin mudah, cepat dan transparan prosedur pemberian izin, maka semakin tinggi potensi perizinan menjadi instrumen rekayasa pembanguna.

2. Budgeting

Peizinan mempunyai fungsi keuangan (budgeting), yaitu menjadi sumber pendapatan bagi negara. Pemberian lisensi dan izin kepada masyarakat dilakukan dengan kontrapresasi berupa retribusi perizinan. Karena negara mendapatkan kedaulatan dari rakyat, maka retribusi perizinan hanya bisa dilakukan melalui peraturan perundang-undangan. Dengan hal ini dianut prinsip no taxation without the law. Penarikan retribusi perizianan hanya dibenarkan jika ada dasar hukum. Yaitu undang-undang dan peraturan daerah.

3. Reguleren

Perizinan mempunyai fungsi pengaturan (reguleren), yaitu menjadi instrumen pengaturan tindakan dan perilaku masyarakat. Sebagaimana juga dalam prinsip pemungutan pajak, maka perijinan dapat mengatur pilihan-pilihan tindakan dan perilaku masyarakat.

(59)

ataupun oleh pejabat yang berwenang. Seain itu, tujuan perizinan dapat dilihat dari dua sisi ( Sutedi, 2011: 200), yaitu:

1. Dari sisi pemerintah

Dari sisi pemeintah tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut: a. Untuk melaksanakan peraturan

Apabila ketentuan-ketentuan yang termuat dalam peraturan tersebut sesuai dengan kenyataan dalam peraktiknya atau tidak dan sekaligus untuk mengatur ketertiban.

b. Sebagai sumber pendapatan daerah

Dengan adanya permintaan permohonam izin, maka secara langsung pendapatan pemerintah akan bertambah karena setiap izin yang dikeluarkan pemohon harus membayar retribusi terlebih dahulu. Semakin banyak pula pendapatan dibidang retribusi tujuan akhir, yaitu untuk menbiayai pembanguana.

2. Dari sisi masyarakat

Dari sisi masyarakat tujuan pemberian izin itu adala sbagai berikut: a. Untuk adanya kepastian hukum.

b. Untuk adanya kepastian hak.

c. Untuk memudahkan mendaparkan fasilitas. Apabila bangunan yang didirikan telah mempunyai izin akan lebih mudah mendapatkan fasilitas.

Untuk melakukan kegiatan pertambangan pasir laut sangatlah tidak mudah, harus ada beberapa syarat dan ketentuan yang harus di penuhi oleh perusahaan ataupun individu yang akan melakukan kegiatan pertambangan pasir. Berikut alur/skema permintaan rekomendasi perizinan pertambang pasir laut berdasarkan PP NO 23 Tahun 2010 tentang pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara, yaitu:

1. IUP diberikan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan permohonan yang diajukan oleh:

a. badan usaha b. koperasi dan c. perseorangan.

2. Badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat berupa badan usaha swasta, BUMN, atau BUMD.

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.3
Gambar 1.1 Peta Zona Wilayah Pertambangan Pasir Laut di Kabupaten Serang Banten
Tabel 2.1 Jasa pelayanan dan penerbitan Wilayah Izin Usaha Pertambangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

2) Strata hutan akan dioverlaykan dengan jenis aktivitas pengelolaan untuk men- dapatkan unit pelaporan. Unit pelaporan merupakan unit lahan yang dianggap ho-

Aineiston kuvien paikassa on paljon totta, mutta kuitenkin kuvissa on mukana aina jotain, joka tekee paikasta epätodellisen.. Leena Sarasteen sanoin on olemassa

Breaugh (1985) menunjukkan bahwa rasa memiliki atau otonomi dalam pekerjaan dapat meningkatkan keterlibatan kerja dan kualitas kinerja karyawan seperti Sheldon dan Elliot

Publikasi “REMBANG DALAM ANGKA TAHUN 2010” ini merupakan kelanjutan dari publikasi yang sama dengan tahun sebelumnya, yang menyajikan data keadaan tahun 2009 dan beberapa data

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Kotler (2011: 63) yang menyatakan harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah

Untuk bahasa Inggris, anak mulai dengan kata negatif no dan kemudia diikuti oleh kata utama, misalnya, No bed yang mungkin EHUDUWL ³6D\D WLGDN PDX NH WHPSDW WLGXU

Konteks yang dominan digunakan dalam tindak tutur menyuruh adalah petutur kedudukannya lebih rendah, sudah akrab dan tuturan dilakukan berdua saja (-K+S-P) sebanyak 20

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini, adalah untuk meninjau efektivitas penggunaan model pembelajaran CUPs (Conceptual Understanding Procedures) terhadap kemampuan