• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode Penelitian

3.8 Jadwal Penelitian

2.1.1 Definisi Peran

2.1 Landasan Teori

Teori merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, ada beberapa pengertian teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut William (dalam Sugiyono 2008:80), menyatakan bahwa suatu teori memperoleh arti penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada. Deskripsi dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti.

Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung masalah dalam penelitian ini, dimana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam penilitian. Teori yang akan digunakan adalah beberapa teori yang mendukung masalah peneliti mengenai Peran Dinas Pertambangan dan Energi dalam Pemberian Rekomendasi Perizinan Pertambangan Mineral dan Batubara (Studi Kasus Pemberian Rekomendasi Perizinan Pasir Laut di Wilayah Pesisir Utara Kecamatan Tirtayasa).

2.1.1 Definisi Peran

Peran atau peranan merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dan dilakukan oleh seseorang. Pengharapan semacam itu merupakan suatu norma yang dapat mengakibatkan terjadinya suatu peranan. Menurut Thoha (2003:80),

bagaimana seseorang berperilaku dalam peranan organisasi sangat ditentukan oleh:

1. Karakteristik pribadinya.

2. Pengertiannya tentang apa yang diharapkan orang lain kepadanya. 3. Kemauannua untuk menaati norma yang telah menetapkan pengharapan

tadi.

Dalam penelitian ini, peran yang dimaksud yaitu Peran merupakan tugas utama yang diharapkan oleh masyarakat berupa penanganan masalah rekomendasi perizinan pertambangan oleh Dinas Pertambangan dan Energi dan juga lembaga yang terkait mengenai masalah pertambangan pasir laut. Peran dalam Ilmu Sosial terkait mengenai peran aktif yang berdampak positif bagi kehidupan sosial. Dimana, badan publik ini memiliki peran yang erat kaitannya dengan berjalannya kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, maka peran yang dijalankan oleh badan publik ini merupakan sangat penting karena besar harapan yang diharapkan dari perannya.

Berkaitan dengan peran itu, maka akan muncul norma-norma yang harus ditaati secara bersama-sama supaya harapan-harapan tersebut dapat tercapai. Harapan tersebut dapat tercapai apabila setiap orang atau badan publik tersebut menjalankan perananya dengan baik. Menurut Soekanto (dalam Thoha 2006:243), peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status).

Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan nya maka ia menjalankan suatu peranan. Peranan dan kedudukan tidak dapat dipisahkan,karena satu tergantung dengan yang lain dan sebaliknya. Tanpa ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Setiap orang

mempunyan macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatanapa yang diberikan masyarakat kepadanya.

Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebakan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dengan pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (social positon) merupakan unsur statis yang menunjukan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

Levinson (dalam Soekanto 2009:213) mengatakan peranan mencakup tiga hal yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat

dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang

penting bagi struktur sosial masyarakat.

Dalam kehidupan bermasyarakat, tentu tentu saja setiap orang memiliki peran yang berbeda-beda yang harus dijalankan sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Peranan merupakan perilaku setiap individu maupun organisasi atau kelompok yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena didalamnya dapat dicapai harapan-harapan yang tujuannya adalah penyejahteraan masyarakat

guna saling memudahkan satu sama lain dalam menjalankan peran masing-masing.

Teori peran adalah yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Selain dari pesikologi, teori peran berawal dari dan masih tetap digunakan dalam sosiologi dan antropologi. Istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater, aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya tokoh itu diharapkan untuk berperilaku secara tertentu. Posisi aktor dalam teori itu kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Sebagaimana halnya dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan daripadanya tidak berdiri sendiri, melaikan selalu dalam kaitan dengan orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut. Dari sudut pandang inilah disusun teori-teori peran.

Dalam teorinya Biddle & Thomas (dalam Sarwono 2008:215),membagi peristilahan dalam teori peran dalam empat golongan, yaitu istilah-istilah yang menyangkut:

a. Orang-orang yang mengambil bagian dai interaksi sosial. b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.

c. Kedudukan orang dalam perilaku. d. Kaitan antara orang dengan perilaku.

Pertama, orang yang mengabil bagian dalam interaksi sosial dapat dibagi dalam dua golongan sebagai berikut:

a. Aktor (actor, perilaku) yaitu orang yang sedang berperilaku menuruti suatu peran.

b. Target (sasaran) atau orang lain (other) yaitu orang yang mempunyai hubungan dengan aktor dan perilakunya.

Aktor maupun target bisa berubah individu atapun kumpulan individu (kelompok). Hubungan antar kelompok dengan kelompok misalnya terjadi antara sebuah paduan suara (aktor) denga pendengar (target).

Kedua, Dalam teorinya Biddle & Thomas (dalam Sarwono 2008:216), ada lima istiah tentang perilaku dalam kaitanya dengan peran:

a. Expectatation (harapan)

Harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain pada umumnya tentang perilaku yang pantas, yang ditujukan pada orang yang memiliki peran-peran tertentu dalam masyarakat.

b. Norm (norma)

Menurut Secord dan Beckham (dalam sarwono, 1964) norma hanya merupakan salah satu betuk harapan, jenis-jenis harapan menurut Secord dan Beckham adalah sebagai berikut:

1. Harapan yang bersifat meramalkan (anticipatory), yaitu harapan tentang suatu perilaku yang akan terjadi

2. Harapan normatif adalah keharusan yang menyertai peran. Biddle dan Thomas membagi lagi harapan normatif ini kedalam dua jenis, yakni:

i. Harapan yang terselubung (covert): harapan iti tetap masih ada walaupun tidak diucapkan

ii. Harapan yang terbuka, yaitu harapan yang diucapkan.

c. Performance (wujud perilaku)

Wujud perilaku yaitu peran yang diwujudkan oleh aktor. Goffman (dalam Sarwono 2008:220) meninjau perwujudan peran ini dengan memperkenalkan istilah permukaan (forn), yaitu untk menunjukan perilaku-perilaku tertentu yang diekspresikan secara khusus agar orang lain mengetahui dengan jelas peran si pelaku (aktor)

d. Evaluation (penilaian) dan Sanction (sanksi)

Penilaian dan sanksi agar sulit dipisahkan jika dikaitkan dengan peran. Biddle dan Thomas (dalam Sarwono 2008:220) menyatakan bahwa kedua hal tersebut didasarkan pada harapanmasyarakat (orang lain) tentang norma. Berdasarkan norma itu, orang memberikan kesan positif dan negatif terhadap suatu perilaku. Kesan negarif dan positif inilah yang dinamakan penilaian peran. Sedangkan yang dimaksud dengan sanksi adalah usaha orang untuk mempertahankan suatu nilai positif atau agar perwujudan peran diubah sedemikian rupa sehingga hal yang tadinya dinilai negatif menjadi positif.

Ketiga, secord & Beckman dan Biddle & thomas (dalam Sarwono 2008:222) memberikan definisi yang saling melengkapi tentang kedudukan (posisi). Dari kedua difinisi mereka dapat disimpulkan bahwa kedudukan adalah sekumpulan orang yang secara bersama-sama (kolektif) diakui perbedaannya dari kelompok-kelompok lain berdasarkan sifat-sifat yang mereka miliki, perilaku yang sama-sama mereka perbuat, dan reaksi orang terhadap mereka bersama.

Keempat, Biddle & Thomas (dalam Sarwono 2008:226) mengemukakan bahwa kaitan (hubungan) yang dpat dibuktikan atau tidak adanya dan dapat diperkirakan kekuatannya adalah kaitan antara orang dengan perilaku dan perilaku dengan perilaku. Kriteria untuk menetapkan kaitan-kaitan tersebut diatas adalah sebagai berikut:

a. Derajat kesamaan atau ketidaksamaan antara bagian-bagian yang sering berkait.

b. Derajat saling menentukan atau saling ketergantngan antara bagian-bagian tersebut.

c. Gabungan antara derajat kesamaan dan saling ketergantungan (a+b). Selanjutnya Menurut Dougherty & Pritchard tahun 1985 (dalam Bauer 2003: 55) teori peran ini memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di dalam organisasi. Mereka menyatakan bahwa peran itu

melibatkan pola penciptaan produk sebagai lawan dari perilaku atau tindakan

Lebih lanjut, Dougherty & Pritchard tahun 1985 (dalam Bauer 2003: 56) mengemukakan bahwa relevansi suatu peran itu akan bergantung pada penekanan peran tersebut oleh para penilai dan pengamat (biasanya supervisor dan kepala sekolah) terhadap produk atau outcome yang dihasilkan. Dalam hal ini, strategi dan struktur organisasi juga terbukti mempengaruhi peran dan persepsi peran atau role perception (Kahn, et al., 1964; Oswald, Mossholder, & Harris, 1997 dalam Bauer, 2003: 58).

Sedangkan menurut Levinson (dalam Soekanto 2009:213) mengatakan peranan mencakup tiga hal yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Peran serta dapat pula dikenali dari keterlibatan, bentuk kontribusi, organisasi kerja, penetapan tujuan, dan peran. Parwoto (dalam Soehendy, 1997:28) mengemukakan bahwa peran serta mempunyai ciri-ciri :

1. Keterlibatan dalam keputusan : mengambil dan menjalankan keputusan. 2. Bentuk kontribusi : seperti gagasan, tenaga, materi dan lain-lain.

3. Organisasi kerja : bersama setara (berbagi peran).

4. Penetapan tujuan : ditetapkan kelompok bersama pihak lain. 5. Peran masyarakat : sebagai subyek.

Struktur Peran dibagi menjadi dua yaitu :

1. Peran Formal (Peran yang Nampak jelas)

Yaitu sejumlah perilaku yang bersifat homogen. Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga.

2. Peran Informal (Peran tertutup)

Yaitu suatu peran yang bersifat implisit (emosional) biasanya tidak tampak ke permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional individu dan untuk menjaga keseimbangan. Pelaksanaan peran-peran informal yang efektif dapat mempermudah peran-peran formal.

Thoha (2003:80) menyatakan dalam bahasa organisasi, peran diperoleh dari uraian jabatan. Adapun uraian jabatan itu merupakan dokumen tertulis yang menurut persyaratan-persyaratan dan tanggung jawab atas suatu pekerjaan. Dalam bahasa pesikologi sosial, uraian jabatan itu memberikan serangkaian pengharapan yang menentukan terjadinya peranan seseorang yang sering terjadi dalam suatu organisasi, acapkali ditimbulkan karena peranan tidak dibagi dengan jelas terhadap orang-orang dalam organisasi tersebut, sehingga terjadi keraguan dan konflik peran. Orang tidak tahu pasti peran apa dan bagaimana yang harus dimainkan olehnya, karena deskrifsi tentang peranan itu sendiri tidak jelas. Kadang sering terjadi pula orangnya yang tidak mampu melakukan sesuatu peran

yang diharapkan oleh suatu organisasi. Persoalan tersebut sangan ditentukan oleh kecakapan dan kemampuan, keterampilan dan keahlian orangnya. Termasuk kedalam hal ini adalah persepsi, kebutuhan, sikap dan perilaku dari orang tersebut terhadap peranan yang diharapkan dari padanya. Jika timbul masalah disebabkan karena deskripsi peranan tidak jelas, maka dengan mudah diketahui sumber masalnya terletak pada organisasi tersebut.

Organisasi tidak mampu memberikan informasi yang jelas kepada pendukungnya, tentang apa dan bagaiman yang harus dimainkan. Kejadian seperti ini barangkali karena tujuan nya tidak jelas, misalnya kabar, dan norma aturan yang tidak mementu.mungkin juga karena caliber dan kualitas kepemimpinan kurang mampu mendeskrifsikan misi, tujuan dan norma organisasi kedalam peran peran tertentu.

Berdesarkan penjelasan di atas, keberadaan peran tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan sektor publik yang menjadi kebutuhan masyrakat, sehingga keberadaan sektor publik ditengah masyarakat tidak bisa dihindarkan (lneviluble).

Dengen demikian, Menurut Jones (dalam wirasata, 2010:13) terdapat tiga peran utama sektor publik dalam masyarakat yaitu:

1. Regulatory role, sektor publik berperan dalam menetapkan segala aturan

yang berkaitan dengan kepentingan umum, karena tanpa ada aturan maka ketimpangan akan terjadi dalam masyarakat. Bisa saja sebagian masyarakat akan dirugikan karena tidak urung mendapatkan akses memperoleh barang atau layanan yang sebetulnya untuk umum sebagai akibat dari penguasaan barang atau layanan tersebut oleh kelompok masyarakat lainnya.

2. Enabling role, adaiah peran sektor publik dalam rnenjamin terlaksananya

peraturan yang sudah ditetapkan dalam penyediaan barang dan jasa publik, dirnana sektor publik harus dapat memastikan kelancaran aktivitas pelaksanaan program dan kegiatan yang diperuntukkan masayarakat,

Implikasinya sektor publlik diberi kewenangan untuk penegakkan hukum

(law enforcemenl} dalam kaitannya menjamin ketersediaan barang dan

jasa publik yang sesuai dengan hukurn.

3. Direct provision of goods and services, karena semakin kompleksnya area

yang harus di 'cover' oleh sektor publik dan adanya keterbatasan da1am pembiayaan barang dan jasa publik secara langsung maka pemerintah dapat melakukan privatisasi. Sehingga disini peran sektor publik adalah ikut mengendalikan/mengawasi sejumlah proses pengadaan barang dan jasa publik serta regulasi yang ditetapkan sehingga tidak merugikan masyarakat.

Jika dilihat dari definisi peran dalam sektor publik tersebut di atas, maka dengan kata lain sektor publik adalah government (pemerintah) yang berfungsi untuk mensejahterakan masyarakat, dimana pemerintah diberi 'kekuasaan' oleh masyarakat untuk mengatur dan menjamin pemenuhan kebutuhan barang dan jasa publik yang berdasarkan hukum.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya peran dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh individu satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsinya sesuai dengan tugasnya. Thoha (2003: 80) mendefinisikan bahwa peran itu suatu tindakan atau individu dalam sebuah jabatan. Sedangakan Levinson (2009: 213) mendevinisikan peran itu sebagai suatu tindakan individu dalam organisasi atau dalam sebuah jabatan tujuan nya untuk kepentingan masyarakat. Jones (dalam wirasata, 2013) mendefinisikan sebuah peranan dalam sebuah instansi publik/sektor publik. Jika di lihat dari indikator peranan menurut para ahli di atas teori ini sangat berkaitan dengan judul yang sedang di bahas, akan tetapi tidak dapat memecahkan permasalahan yang ditemukan di lapangan.

Peneliti menilai bahwa teori nya Biddle dan Thomas (dalam sarwono 2008: 216) karen Teori ini mempunyai kelebihan, diantaranya: satu, lima indikator Peran menurut Biddle dan Thomas (dalam sarwono 2008: 216) antaralain adalah: harapan (expektation), Norma (Norma), Wujud Perilaku (performance), Penilaian (evaluation) dan Sanksi, kelima indikator tersebut memili kemampuan untuk menjawab permasahan peneliti. Kedua, semua indikator peran menurut Bidlle dan Thomas (dalam sarwono 2008: 216) dapat mewakili perilaku seseorang maupun organisasi. Lebih lanjut alasan kenapa teori ini yang dipakai dalam penelitian ini karena sesuai dengan permasalahan yang ditemukan di lapangan sehingga peneliti beranggapan bahwa teori Peran menurut Biddle dan Thomas lebih cocok di gunakan dalam memecahkan masalah dalam penelitian ini..

2.1.2 Definisi Rekomendasi Perizinan