• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode Penelitian

HASIL PENELITIAN

4. Wujud Perilaku ( Performance)

Peran yang diwujudkan oleh aktor, meninjau perwujudan peran ini dengan memperkenalkan istilah permukaan, yaitu menunjukan perilaku-perilaku tertentu yang di ekspresikan secara khusus agar orang lain mengetahui dengan jelas peran si pelaku ( aktor). Dengan demikian Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten ini dalam pemberian rekomendasi perizinan pertambangan, merupakan Dinas yang berperan dan bertujuan untuk mengelola dan mengatur mengenai rekomendasi perizinan pertambangan oleh perusahaan agar sesuai dengan aturan yang ditentukan, tujuannya supaya tidak ada pihak yang dirugikan dalam hal ini adalah Pemerintah, Swasta dan Masyarakat.

Sebagaimana dengan peranannya sesuai dengan indikator wujud perilaku dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten mempunyai

peranan/tugas yang sangat penting dalam pengelolaan pertambangan di Provinsi Banten. Berdasarkan PP No 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, ada 3 tahapan yang harus dilalui oleh perusahan untuk sampai ke tahap oprasi produksi yaitu pertama, WIUP adalah langkah pertama yang dilakukan oleh perusahan untuk menentukan dimana lokasi blok pertambangannya. Kedua, IUP Eksplorasi adalah dimana dalam tahapan ini perusahaan harus menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan saat melakukan pengoprasian. Ketiga, IUP Oprasi Produksi adalah dimana perusahaan sudah dibolehkan untuk melakukan pengambilan bahan tambang tersebut.

Dalam proses tersebut tentunya ada bagian dari dinas tersebut yang terkait, yang menangani ketiga tahapan tersebut ada tiga bagian yang terlibat yaitu KASI IUP Eksplorasi dan KASI IUP Oprasi produksi yang berada dalam naungan Bidang Pertambangan dan Geologi, dan KASI Pengawasan dan Pengendalian yang berada di bawah naungan Bidang Pengawasan dan Pengendalian Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten. Selain itu, Dinas yang terkait dalam pemberian rekomendasi perizinan pertambangan adalah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Banten. Secara kewenangan DPMPTSP mempunyai tugas sebagai dinas yang mengeluarkan izin pertambangan kepada perusahaan atas rekomendasi dari DISTAMBEN. Namun, peran DPMPTSP hanya sebatas memberikan izin saja, selebihnya pra maupun pasca pertambangan itu adalah kewenangan dari DISTAMBEN dan atas persetujuan dari Gubernur.

Namun untuk mendapatkan perizinan itu tidaklah mudah, banyak aturan dan ketentuan yang harus dilalui. Masyarakat menilai bahwa peranan dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten dinilai kurang baik karena kurang profesional dan kurang tegasnya aparatur dari Dinas Terkait dan Pemerintah Daerah serta tidak tranparan kepada publik, itu disebabkan karena masih banyaknya kecurangan yang terjadi pada saat proses pelaksanaan permohonaan perizinan. Ini dibuktikan oleh bahwa perusahaan yang berada di Kecamatan Tirtayasa sebagian besar dimiliki oleh Pejabat Publik. Terlebih lagi rendahnya pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten terhadap pertambangan yang berada di Kecamatan Tirtayasa yang membuat citra ataupun pandangan masyarakat terhadap peran Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten semakin buruk.

Namun hal itu tidak banyak diketahui oleh masyarakat banyak terutama masyarakat menengah ke bawah yang tidak berkecimpung di dunia pertambangan. Akan tetapi, hal tersebut sangatlah penting di ketahui oleh masyarakat luas karena dampak dari pertambangan yang merasakan adalah masyarakat. Terlebih lagi masyarakat menilai bahwa Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten kurang mengawasi jalannya pertambangan pasir yang berada di Kecamatan Tirtayasa, itu membuat citra Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten dinilai sangat lemah. Ini ditandai dengan tidak adanya bantuan yang diberikan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten dan Pemerintah Kabupaten Serang, dan sejauh ini

bantuan yang diterima oleh masyarakat Kecamatan Tirtayasa berasal dari Pemerintah Pusat dan Dinas lain yang secara kewenangan itu tidak terlibat. Hal tersebut diperparah lagi, karena hampir sebagian masyarakat merasa tidak mengetahui Dinas mana yang mengelola pertambangan itu, apakah Pemerintah Kabupaten ataupun Pemerintah Provinsi. Dengan kata laian peran nya dalam pengawasan dapat dikatakan sangat lemah.

Terlepas dari itu, wujud prilaku ( performance) sebuah Dinas atau SKPD juga mempunyai aspek lain selain peranannya yaitu harus mempunyai koordinasi yang baik antar lembaga ataupun dinas lain di bawahnya. Mengenai hal ini, Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten menilai bahwa koordinasi antara Dinas Pertambangan dan Energi dengan Dinas terkait lainnya berjalan sangat baik karena itu dinilai sangat penting sehingga terciptanya pekerjaan yang baik. Terlebih lagi, semua Dinas bekerja sesuai dengan aturan yang mengikat, dan mereka menganggap hubungan kerjasama dengan Pemerintah baik Daerah maupun dibawahnya dapat menciptakan komunikasi yang baik sehingga apa yang rencanakan berjalan dengan mulus.

Namun hal tersebut tidal sesuai dengan fakta dilapangan masyarakat menilai bahwa koordinasi yang dilakukan Pemerintah Daerah maupun perusahaan dengan pemerintahaan dibawahnya dalam hal ini Desa dan Lembaga Masyarakat dinilai sangat lemah, bahkan masyarakat Kecamatan Tirtayasa khususnya yang berada di wilayah pesisir pantai merasa dirinya itu diabaikan.

Terlebih lagi Pemerintah Desa mengaggap dirinya dikambing hitamkan dengan masyarakat oleh Dinas yang terkait, itu karena masyarakat menilai bahwa pemerintahan desa ikut terlibat. Namun dalam faktanya itu tidak ada sama sekali bahkan dari pertama lokasi pertambangan itu dimulai. Unjuk rasa yang dilakukan oleh masyarakt menjadi kebiasaan yang harus diterima oleh pemerintah desa namun mereka sudah terbiasa menghadapi hal tersebut.

5. Penilaian (Evaluation) dan Sanksi (Sanction)

Penilaian dan sanksi sangan sulit dipisahkan dengan peran. Karena bahwa kedua hal tersebut didasarkan pada harapan masyarakat (orang lain) tentang norma. Berdasarkan norma itu, orang dapat memberikan penilaian seperti kesan negatif atau kensan positif. Kesan negatif dan positif inilah yang dinamakan dengan peran, begitu pula dengan peran ditunjukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten kepada masyarakat.

Berbicara tentang pertambangan pasir laut tentu saja banyak aspek yang harus di perhatikan oleh semua pihak yang terlibat terutama peran dari Pemerintah Daerah selaku yang memberikan perizinan pertambangan tersebut. Maka dari semua pernyataan diatas yang dilihat dari aspek Penilaian (evaluation) dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai harapan yang lebih terkait Pertambangan pasir laut yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatkan Pajak Daerah, dan juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat, disamping itu juga seiring dengan transparan dan berkembangnya sistem Pemerintahan

Daerah dapat menarik investor-investor dari luar daerah maupun dari luar Negri untuk berinvestasi di Provinsi Banten tujuannya tentu saja untuk meningkatkan dan membangun perekonomian di Provinsi Banten.

Akan tetapi, jika melihat fenomena yang terjadi di lapangan jauh dari apa yang di harapkan oleh Pemerintah Daerah. Masyarakat beranggapan bahwa Pemerintah Daerah tidak Pro kepada rakyat kecil, ini terbukti dengan seringnya masyarakat Kecamatan Tirtayasa melakukan unjuk rasa menolak keberadaan pertambangan pasir di wilayahnya. Karena mereka beranggapan bahwa dengan adanya pertambangan pasir tersebut dapat merusak ekosisten laut dan tentu saja merusak lingkungan disekitarnya, terlebih lagi dengan adanya pertambangan pasir tersebut malah mematikan mata penceharian masyarakat. Selain itu juga pengeksploitasian di bidang pertambangan dianggap paling parah merusak lingkungan dan ekosistem lainnya dibanding eksploitasian di bidang lain contohnya pertanian.

Sedangkan berbicara tentang aspek sanksi (sanction), Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten tidak mempunyai kewenangan untuk memberhentikan atau mencabut surat izin yang di miliki perusahaan meskipun banyak dorongan dari masyarakat memintanya. Dinas Pertambangan dan Energi hanya bisa merekomendasikan kepada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP). Sama seperti halnya dengan pemberian rekomendasi, skema permohonan rekomendasi pencabutan izin pertambangan tidak jauh berbeda, yang

membedakan adalah isi dari permohonan tersebut atas dasar melalui kajian dari Dinas terkait dan disetujui oleh Kepala Dinas.

Sejauh ini sanksi yang diberikan kepada perusahaan pertambangan yang melanggar aturan atau tidak ramah lingkungan hanya sebatas pemberhentian saja, kemudian selang beberapa bulan kegiatan pertambangan itu dilanjutkan kembali. Mungkin itu hanya salah satu cara yang dilakukan oleh Dinas untuk meredam emosi masyarakat saja namun sifatnya hanya sementara. Padahal jika mengacu pada UU No No 23 Tahun 1997 (UUPLH) Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, tercantum didalamnya bagi siapa saja baik perusahaan maupun perorangan yang merusak lingkungan sesuai dengan AMDAL akan dikenakan denda sebesar 3 samai 10 M dan sanksi kurungan selama 33 sampai 10 Tahun.

Terlebih lagi masyarakat menilai bahwa Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten kurang tegas terhadap perusahaan yang tidak menuruti aturan dan tidak berani untuk memberikan sanksi yang maksimal agar perusahaan tersebut merasa jera.

Tabel 4.3

Temuan Lapangan Penelitian

No Indikator Temuan lapangan

1. Gambaran

pertambangan Pasir di Kecamatan Tirtayasa

1. Pertambangan pasir adalah bentuk kerjasama antara Pemerintah dengan Swasta.

2. Ada 5 perusahaan yang berada di Kecamatan Tirtayasa yang sudah memiliki IUP OP. 3. Ada pertambangan pasir yang di kelola oleh

masyarakat yang tidak memiliki izin.

4. Masyarakat menolak keberadaan lokasi pertambangan pasir di wilayahnya

5. Minimnya bantuan dari Pemerintah Daerah dan Perusahaan kepada Masyarakat

6. Masyarakat Desa pesisir Pantai mendominasi Jumlah Rumah Tangga/penduduk Miskin diantara Desa Lainnya di Kecamatan Tirtayasa.

7. Sudah hampir satu tahun kegiatan pertambangan pasir di Kecamatan Tirtayasa tidak berjalan.

Teori Peran Menurut Biddle & Thomas (dalam Sarwono, 2008:216), yang memiliki 5 indikator diantaranya: