• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode Penelitian

3.8 Jadwal Penelitian

2.1.2 Definisi Rekomendasi Perizinan a. Rekomendasi

Selain dispensasi, konsensi, dan lisensi dalam kaitan masalah perizinan juga dikenal denga istilah rekomendasi. Rekomendasi dapat diartikan secara sederhana sebagai bahan pertimbangan yang diberikan oleh badan atau pejabat yang berwenang untuk digunakan dalam pemberian izin pada suatu bidang tertentu.

Rekomendasi adalah suatu bentuk komunikasi sekaligus promosi tidak langsung yang dilakukan oleh para konsumen yang sudah membeli produk atau jasa yang kemudian menceritakan berbagai pengalamannya yang berkaitan dengan produk atau jasa tersebut kepada orang lain (Luwis dan Harsini: 2010).

Sedangkan pengertian rekomendasi dalam Kortel dan Keller: 2007 adalah suatu proses komunikasi atas suatu produk atau jasa tertentu yang berguna untuk memberikan informasi secara personal. Contohnya rekomendasi yang paling umum dipakai adalah word of mouth communication (WOM) atau rekomendasi dari mulut ke mulut.

Dengan kata lain rekomendasi adalah saran yang sifatnya menganjurkan, membenarkan atau menguatkan mengenai sesuatu atau seseorang. Rekomendasi sangat penting artinya untuk meyakinkan orang lain bahwa sesuatu atau seseorang tepat dan layak. Misalnya ketika seseorang akan menggunakan jasa sebuah online shop. Biasanya mereka akan melihat testimoni dari orang-orang yang sudah pernah bertransaksi sebelumnya, apakah banyak yang merekomendasikan atau tidak. Jika banyak testimoni positif maka akan menambah jenis keyakinan seseorang untuk bertransaksi.

Rekomendasi merupakan instrumen yang cukup penting dalam soal pemberian perizinan. Karena, rekomendasi di berikan oleh badan atau jabatan yang mempunyai kompetensi atau kapasitas khusus di bidang tertentu, bahkan didasarkan pada keahlian dan sesuai dengan prosedur.

b. Izin

Izin (verguning), adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-undang atau Peraturan Pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan. Jadi izin itu pada prinsipnya adalah sebagai dispensasi atau pelepasan/ pembebasan dari suatu larangan (Adrian Sutedi, 2010, 168).

Utrecht (dalam Sutedi, 2011:167) memberikan pengertian vergunning atau izin sebagai berikut:

“Bagaimana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan,tetapi masih juga memperkenankan asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konket, maka perbuatan administrasi negara memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning)”.

Izin atau vergunning adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundang-undangan. Izin dapat juga diartikan sebagai dispensi atau pelepasan/pembebasan dari suatu larangan (dalam sutedi,2011: 168). Selanjutnya, Van Der Pot (dalam Padyatmoko, 2009: 7) menyatakan bahwa izin merupakan keputusan yang memperkenankan dilakukak perbuatan yang pada prinsipnya tidak dilarang oleh pembuat peraturan.

Pada dasarnya izin merupakan keputusan pejabat/badan Tata usah Negara yang berwenang, yang isinya atau substansinya mempunyai sifat sebagai berikut:

1. Izin bersifat bebas

Izin sebagai keputusan tata usaha Negara yang penerbitanya tidak terikat pada aturan dan hukum tertulis serta organ yang berwenang dalam izin memiliki kadar kebebasan yang besra dalam memutuskan pemberian izin 2. Izin bersifat terkait

Izin sebagai keputusan tata usaha Negara yang penerbitnya terkait pada aturan dan hukum tertulis dan tidak tertulis serta organ yang berwenang dalam izin kadar kebebasannya dan wewenangnya tergantung pada kadar sejauh mana peraturan perundang-undangan mengaturnya.

3. Izin yang berifat menguntungkan

Izin yang isinya bersifat menguntungkan pada yang bersangkutan. Izin yang bersifat menguntungkan isi nyata keputusan merupakan titik pusat yang memberi anugrah kepada yang bersangkutan.

4. Izin bersifat memberatkan

Izin yang isinya mengandung unsur-unsur memberatkan dalam ketentuan-ketentuan yang berkaitan kepadanya. Disamping itu, izin yang besifat

memberatkan merupakan pula izin yang memberi beban kepada orang atau masyarakat sekitarnya.

5. Izin yang segera berakhir

Izin yang menyangkut tindakan-tindakan yang akan sebera berakhir atau izin yang masa berlakunya relatif pendek.

6. Izin yang berlangsung lama

Izin yang menyangkut tindakan-tindakan yang berakhir atau masa berlakunya relatif lama.

7. Izin yang bersifat pribadi

Izin yang isinya tergantung pada sifat atau kualitas pribadi dan pemohon izin

8. Izin yang bersifat kebendaan

Izin yang isinya tergantung pada sifat dan objek izin (dalam Sutedi, 2011: 173).

Selanjutnya, Spelt dan Tn Berge (dalam Pudyatmoko, 2008: 11) menjelaskan motif-motif untuk menggunakan sisitem izin diantaranya:

1. Keninginan mengarahkan aktivitas-aktivitas tertentu

Ada kemungkinan pemerintah menggunakan instrumen izin untuk mengarahkan aktivitas-aktivitas tertentu yang dilakukan oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat, misalkan pada izin mendirikan bangunan (IMB) atau di beberapa daerah di sebut izin mendirikan bangunan-bangunan (IMBB). 2. Mencegan bahaya terhadap lingkungan

Dalam pasal 6 ayat 1 UU nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup ditentukan bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Pada pasal 6 ayat 2 disebutkan bahwa setiap orang yang melakukan usaha atau kegiatan melakukan kewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.

3. Keinginan melindungi objek-objek tertentu

Pemerintah mempunyai kepentingan agar objek-objek tertentu yang berguna masyarakat tetap terjaga dan terlindungi. Objek tertentu perlu mendapatkan perlindungan karena berbagai alasan, misalnya alasan sejarah, benda tersebut sangat di perlukan untuk keperluan pendidikan, ilmu pengetahuan dan sebagainya.

4. Membagi benda-benda yang sedikit

Adakalanya kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan sumber daya jumlahnya sangat terbatas. Apabila warga masyarakat yang membutuhkan hal tersebut maka kesempatan yang ada pun terbatas. Pemerintah memandang hal yang demikian perlu ditanggapi secara cepat.

5. Pengarahan dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas.

Izin dapat diajukan untuk melakukan pengarahan dengan menyeleksi aktivitas-aktivitas tertentu yang dilakukan oleh warga masyarakat.

6. Tujuan tertentu lainnya

Mengnai izin untuk tujuan lain dari yang telah disebutkan diatas, contohnya adalah izin yang dapat diberikan dilingkungan pegawai ngri. Seorang pegawai negri berhak mendapatkan cuti, misalkan cuti tahunan. Untuk mendapatkan hak tersebut perlu ada izin. Dalam hal ini, cuti tahunan diberikan dengan tujuan memberikan kesempatan bagi pegawai negri yang bersangkutan memperoleh kesegaran lahir dan batin dengan beristirahat untuk sementara waktu.

Kemudian Spelt dan Ten Barge (dalam Pudyatmoko, 2009: 17) juga menjabarkan sisitem izin, yaitu:

1. Larangan

Larangan dan wewenang suatu organisasi pemerintahan dilakukan dengan memberikan izin harus ditetapkan dalam suatu perundang-undangan.

2. Persetujuan yang merupakan dasar kecualian (izin)

Izin muncul kalaun norma larangan umum dikaitkan dengan norma umum, yang memberikan kepada suatu organ pemerintahan wewenang untuk menggantikan larangan itu dengan persetujuan dalam suatu bentuk tertentu. Keputusan yang memberikan izin adalah suatu keputusan tata usaha negara. Keputusan in i adalah keputusan sepihak dari suatu organ pemerintahan yang diberikan atas dasar wewenang ketatanegaraan dan ketatausahan untuk menciptakan suatu keadaan yang konkret dan individual sehingga suatu hubungan hukum menetapkan secara meningkat, membebaskannya atau dalam kondisi tertentu suatu pemohon itu ditolak.

3. Ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan izin

Ketentuan-ketentuan adalah syarat-syarat yang menjadi dasar bagi organisasi pemerintahan dalam pemberian izin. Fakta bahwa dalam banyak hal, izin dikaitkan dengan syarat-syarat berhubungan erat dengan fungsi sistem perizinan sebagai salah satu instrumen (pengendalian) penguasa.

Izin seringkali mempunyai arti yang begitu penting bagi pemegangnya (pelaku kegiatan) dalam melakukan hubungan hukum, baik dengan pemerintah maupun dengan pihak yang lain. Berikut beberapa urgensi dari izin oleh Pudyatmoko (2009: 22):

1. Sebagai landasan hukum (lage base)

Izin dapat dikatakan sebagai landasan hkum. Dapat dipahami bahwa kegiatan tertentu memang tidak dapat dilakukan oleh warga masyarakat

tanpa adanya izin dari organisasi pemerintah yang berwenang. Oleh karena itu, izin menjadi dasar hukum bagi pelaku kegiatan untuk dapat memulai kegiatan tersebut. Hak dan kewajiban pemohon izin berkaitan dengan dilakukannya kegiatan dan lahir setelah adanya izin. Tanpa izin, suatu pihak tidak dapat melakukan kegiatan yang dimuat dalam izin itu. Kalau tetap saja dilakukan maka dapat dikatakan bahwa kegiatan itu melanggar hukum.

2. Sebagai instrumen untuk menjamin kepastian hukum

Didalam izin pada umumnya dimuat berbagai hal, baik yang bersifat subjektif maupun objektif.

3. Sebagai instrumen untuk melindungi kepentingan

Izin sebagai sebuah keputusan dapat digunakan untuk menjadi instrumen perlindungan kepentingan, baik itu kepentingan pemohon, kepentingan pemerintah, maupun kepentingan lain. Kiranya dapat dimengerti bahwa izin dapat digunakan untuk melindungi kepentingan pemegang izin karena untuk diizinkan melakukan kegiatan tertentu sering kali tidak lepas dari kewajiban pemenuhan persyaratan yang didalamnya termasuk serangkaian pengujian. Apabila pemohon kemudian diberikan izin maka didalamnya terkandung makna bahwa kegiatan itu telah diuji sehingga baik, aman, dan sebagainya.

Tiap-tiap jenis izin tersusun secara berbeda-beda. Bahkan, untuk jenis izin yang sama dapat termuat hal-hal yang berbeda-beda apabila yang menerbitkan itu intansi yang berbeda. Berikut ini adalah beberapa bagian yang dicantumkan dalan keterangan izin oleh Pudyatmoko (2009:24), yaitu:

1. Orang yang berwenang. 2. Yang dialmatkan. 3. Pemberian alasan. 4. Diktum.

5. Ketentuan-ketentuan, pembatasan-pembatasan dan syarat-syarat. 6. Pemberitahuan-pemberitahuan tambahan.

Selanjutnya diungkapkan beberapa unsur dalam perizinan oleh Sutedi, (2011: 179), yakni:

1. Wewenang.

2. Izin berbagai bentuk ketetapan. 3. Lembaga pemerintah.

4. Peristiwa konkret. 5. Proses dan prosedur. 6. Persyaratan.

7. Waktu penyelesaian izin. 8. Biaya perizinan.

9. Pengawas penyelenggara izin.

10.Penyelesaian pengaduan dan sengketa, terbagi dua: a. Pengaduan

b. Sengketa 11.Sanksi.

12.Hak dan kewajiban.

Perizinan adalah salahsatu bentuk pelaksanaan fungsi peraturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat (Sutedi, 2011:168).

Secara teoritis, perizinan memiliki beberapa fungsi sebagaimana dijelaskan oleh Sutedi (2011: 198) yakni sebagai berikut:

1. Instrumen rekayaa pembangunan

Perizinan adalah instrumen yang paling bermanfaat ditentukan oleh tujuan dan prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah. Tujuan dari perizinan akan sangat ditentukan oleh prosedur yang ditetapkan dan dilaksanakan. Semakin mudah, cepat dan transparan prosedur pemberian izin, maka semakin tinggi potensi perizinan menjadi instrumen rekayasa pembanguna.

2. Budgeting

Peizinan mempunyai fungsi keuangan (budgeting), yaitu menjadi sumber pendapatan bagi negara. Pemberian lisensi dan izin kepada masyarakat dilakukan dengan kontrapresasi berupa retribusi perizinan. Karena negara mendapatkan kedaulatan dari rakyat, maka retribusi perizinan hanya bisa dilakukan melalui peraturan perundang-undangan. Dengan hal ini dianut prinsip no taxation without the law.

Penarikan retribusi perizianan hanya dibenarkan jika ada dasar hukum. Yaitu undang-undang dan peraturan daerah.

3. Reguleren

Perizinan mempunyai fungsi pengaturan (reguleren), yaitu menjadi instrumen pengaturan tindakan dan perilaku masyarakat. Sebagaimana juga dalam prinsip pemungutan pajak, maka perijinan dapat mengatur pilihan-pilihan tindakan dan perilaku masyarakat.

Secara umum, tujuan dari fungsi perizinan adalah untuk pengendalian darpipada aktivitas pemerintah dalam hal-hal tertentu dimana ketentuannnya berisi pedoman-pedoman yang harus dilakasnakan oleh baik yang berkepentingan

ataupun oleh pejabat yang berwenang. Seain itu, tujuan perizinan dapat dilihat dari dua sisi ( Sutedi, 2011: 200), yaitu:

1. Dari sisi pemerintah

Dari sisi pemeintah tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut: a. Untuk melaksanakan peraturan

Apabila ketentuan-ketentuan yang termuat dalam peraturan tersebut sesuai dengan kenyataan dalam peraktiknya atau tidak dan sekaligus untuk mengatur ketertiban.

b. Sebagai sumber pendapatan daerah

Dengan adanya permintaan permohonam izin, maka secara langsung pendapatan pemerintah akan bertambah karena setiap izin yang dikeluarkan pemohon harus membayar retribusi terlebih dahulu. Semakin banyak pula pendapatan dibidang retribusi tujuan akhir, yaitu untuk menbiayai pembanguana.

2. Dari sisi masyarakat

Dari sisi masyarakat tujuan pemberian izin itu adala sbagai berikut: a. Untuk adanya kepastian hukum.

b. Untuk adanya kepastian hak.

c. Untuk memudahkan mendaparkan fasilitas. Apabila bangunan yang didirikan telah mempunyai izin akan lebih mudah mendapatkan fasilitas.

Untuk melakukan kegiatan pertambangan pasir laut sangatlah tidak mudah, harus ada beberapa syarat dan ketentuan yang harus di penuhi oleh perusahaan ataupun individu yang akan melakukan kegiatan pertambangan pasir. Berikut alur/skema permintaan rekomendasi perizinan pertambang pasir laut berdasarkan PP NO 23 Tahun 2010 tentang pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara, yaitu:

1. IUP diberikan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan permohonan yang diajukan oleh:

a. badan usaha b. koperasi dan c. perseorangan.

2. Badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat berupa badan usaha swasta, BUMN, atau BUMD.

3. Perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat berupa orang perseorangan, perusahaan firma, atau perusahaan komanditer.

4. IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah mendapatkan WIUP.

5. Dalam 1 (satu) WIUP dapat diberikan 1 (satu) atau beberapa IUP

Pemberian rekomendasi IUP diberikan melalui tahapan: a. Pemberian WIUP

1. Wilayah izin usaha pertambangan (WIUP)

Wilayah Izin Usaha Pertambangan yang sering disebut WIUP, adalah wilayah yang diberikan kepada pernegang Izin Usaha Pertambangan.

Namun dalam hal ini WIUP termasuk kedalam bagian persetujuan bukan dalam bagian rekomendasi. Berbeda dengan permintaan izin pertambangan lainnya, dalam tahapan permintaan rekomendasi perizinan pertambangan pasir laut hanya melalui tiga tahapan, yaitu: pertama permohonan izi wilayah pertambangan (WIUP) dalam permintaan izin ini berkas yang diajukan tertuju kepada Gubernur melalui Dinas Pertambangan Dan Energi yang di dalamnya berisikan pertimbangan lampiran, diantaranya:

1. Persyaratan administrasi 1) Perseorangan

a. Surat permohonan b. KTP

c. NPWP

d. Surat keterangan domisili 2) Perusahaan firma dan komanditer

a. Surat permohonan b. Profil perusahaan

c. Akte pendirian perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan

d. NPWP

e. Susunan pengurus dan pemegang saham f. Surat keterangan domisili

1. Peta wilayah untuk kegiatan pertambangan dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan system informasi yang berlaku nasional

2. Rekomendasi dari kab/kota

3. Membayar biaya percadangan wilayah dan pencetakan peta 3. Persyaratan Finansial.

1. Membayar biaya penrcadanga wilayah dan percetakan peta WIUP (PP No.9/2009 tentang tarif pembayaran PNPB sektor ESDM)

Biaya pembayaran percadangan wilayah dan percetakan peta berdasarkan PP No.9/2009 tentang tarif pembayaran PNPB sektor ESDM, yaitu:

Tabel 2.1

Jasa pelayanan dan penerbitan Wilayah Izin Usaha Pertambangan Penelusuran informasi wilayah

pertambangan Per 15 menit Rp. 200.000,00 Percadangan wilayah dan

percetakan peta WIUP mineral bukan logam dengan luas wilayah 1. 500-5.000 ha 2. >5.000-10.000 ha 3. > 10,000-25.000 ha Per WIUP Per WIUP Per WIUP Rp 10.000.000,00 Rp 20.000.000,00 Rp 50.000.000,00 Percadangan wilayah dan

percetakan peta WIUPbatuan dengan luas wilayah

1. 500-5.000 ha 2. >5.000-10.000 ha 3. > 10,000-25.000 ha Per WIUP Per WIUP Per WIUP Rp 5.000.000,00 Rp 10.000.000,00 Rp 30.000.000,00

Sumber: SOP pelayanan rekomendasi perizinan DISTAMBEN

Pemasangan Tanda Batas WIUP berdasarkan PP No 23 Tahun 2010, yaitu: a. Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diperolehnya IUP Operasi

Produksi, pemegang IUP Operasi Produksi wajib memberikan tanda batas wilayah dengan memasang patok pada WIUP.

b. Pembuatan tanda batas sebagaimana dimaksud harus selesai sebelum dimulai kegiatan operasi produksi.

c. Dalam hal terjadi perubahan batas wilayah pada WIUP Operasi Produksi, harus dilakukan perubahan tanda batas wilayah dengan pemasangan patok baru pada WIUP.

Kemudian, jika berkas tersebut telah memenuhi syarat atau lolos dari tahapan ini kemudian masuk ketahap berikutnya yaitu tahap Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi (IUP Eksplorasi) berbeda dengan WIUP, berkas IUP eksplorasi ditujukan oleh Gubernur kepada Dinas Pertambangan dan Energi untuk di periksa persyaratan dan perlengkapannya.

b. Pemberian Izin Usaha Pertambangan. (IUP)

2. Izin usaha pertambangan Eksplorasi (IUP Eksplorasi)

IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan unium, eksplorasi, dan studi kelayakan.

Dengan format yang diajukan sebagai berikut: 1. Persyaratan administrasi

1) Badan Usaha

a. Surat permohonan

b. Susunan direksi dan daftar pemegang saham c. Surat keterangan domisili

2) Koperasi

a. Surat permohonan b. Susunan pengurus

c. Surat keterangan domisili 3) Perseorangan

a. Surat permohonan

b. Surat keterangan domisili 4) Perusahaan firma

a. Surat permohonan

b. Susunan pengurus dan daftar pemegang saham c. Surat keterangan domisili

2. Persyaratan teknis

1. Daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli pertambangan dan atau geologi yang berpengalaman paling lambat 3 tahun

2. Peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografis yang berlaku secara nasional

3. Persyaratan lingkungan

1. Pernyataan untuk mematuhi peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan dan lingkungan hidup.

4. Persyaratan Finansial

1. Bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi

2. Bukti pembayaran harga nilai konvensasi data informasi hasil lelang WIUP mineral logam dan batubara dengan penawaran nilai lelang

Maksudnya tahapan eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup. Berkas tersebut yang sudah di kaji tadi oleh pihak yang bersangkutan, jika berkas yang di laporkan telah memenuhi syarat kemudian ditandatangani oleh kepala DISTAMBEN kemudian di rekomendasikan kepada DKPMPTSP untuk mengeluarkan surat izin yang di keluarkan oleh DKPMPTSP atas dasar persetujuan dari Gubernur.

Dari tahapan inilah dapat di tentukan besaran biaya yang harus di tanggung oleh perusahaan sesuai dengan peraturan yang berlaku luasan lahan pertambangan harus lebih dari 5 Ha2 dengan biaya pencadangan wilayah sebesar Rp 5.000.000,00/ Ha kepada pemerintah pusat, dalam hal ini pemerintah daerah tidak ikut dilibatkan.

Berikut adalah gambar 2.1 mengenai alur permintaan rekomendasi perizinan IUP Eksplorasi.

Jawaban Rekom

5 a

Gambar 2.1

Alur Permintaan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi

3. Izin usaha pertambangan Oprasi produksi (IUP OP)

IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi.

Setelah IUP Eksplorasi sudah memenuhi syarat, kemudian permintaan izin memasuki tahapan akhir yaitu tahapan Izin Usaha Oprasi Produksi. Dimana dalam tahapan sama dengan tahapan IUP Eksplorasi berkas masuk ke DISTAMBEN di rekomendasikan ke DPMPTSP dengan didalamnya berisikan:

1. Persyaratan administrasi 1. Badan Usaha

a. Surat permohonan

b. Susunan direksi dan daftar pemegang saham c. Surat keterangan domisili

2. Koperasi

a. Surat permohonan b. Susunan pengurus

c. Surat keterangan domisili 3. Perseorangan

a. Surat permohonan

b. Surat keterangan domisili 4. Perusahaan firma

a. Surat permohonan

b. Susunan pengurus dan daftar pemegang saham c. Surat keterangan domisili

2. Persyaratan teknis

1. Peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografis yang berlaku secara nasional

2. Laporan lengkap eksplorasi 3. Laporan study kelayakan

4. Rencana reklamasi dan pasca tambang 5. Rencana kerja dan biaya anggaran

6. Rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan OP

7. Tersedianya tenaga ahli paling sedikit pengalamannya 3 tahun

3. Persyaratan lingkungan

1. Pernyataan kesanggupan untuk memenuhi ketentuan perundang undangan di bidang Lingkungan Hidup

2. Persetujuan dokumen lingkunga hidup sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

4. Persyaratan Finansial

1. Laporan keuangan 3 tahun terakhir yang sudah diaudit oleh akuntan publik

2. Bukti iura tetap 3 tahun terakhir

3. Bukti pembayaran pengganti investasi sesuai dengan nilai penawaran lelang bagi pemenang lelang WIUP yang telah berakhir

Berikut gambar 2.2 mengenai alur permintaan rekomendasi perizinan IUP Oprasi Produksi :

Gambar 2.2

Alur permintaan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi

Operasi Produksi disini maksudnya tahapan kegiatan usaha pertambangan yang meliputi konstruksi, penarnbangan, pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan dan penjualan, serta sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan.

Ditahapan inilah yang menentuakan lolos tidaknya untuk melakukan oprasi produksi atau pengambilan. Jika tahapan ini lolos atau telah memenuhi syarat yang di tentukan, kemudian perusahan sudah mulai melakukan eksplorasi dan memproduksi bahan tambangnnya dengan memenuhi peraturan yang sudah ditentukan. Ditahapan inilah, perusahaan harus membayar pajak dan biaya rutin yang harus di berikan kepada pemerintah daerah. Biaya rutin tersebut di berikan sebesar sesuai dengan luasan lahan yang dimiliki.

Dalam hal pemegang IUP Operasi Produksi tidak melakukan kegiatan pengangkutan dan penjualan dan/atau pengolahan dan pemurnian, kegiatan pengangkutan dan penjualan dan/atau pengolahan dan pemurnian dapat dilakukan oleh pihak lain yang memiliki:

a. IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan penjualan; b. IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian;

dan/atau

c. IUP Operasi Produksi.

IUP Operasi Produksi khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf a dalam PP No 23 Tahun 2010 diberikan oleh:

a. Menteri apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan dilakukan lintas provinsi dan negara;

b. gubernur apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan dilakukan lintas kabupaten/kota; atau

c. bupati/walikota apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan dalam 1 (satu) kabupaten/kota.

4. Izin Usaha Pertambangan Oprasi Produksi Perpanjangan (IUP OP Perpanjangan)

1. Permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi diajukan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya paling cepat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun dan paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu IUP.

2. Permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit harus dilengkapi:

a. peta dan batas koordinat wilayah;

b. bukti pelunasan iuran tetap dan iuran produksi 3 (tiga) tahun terakhir;

c. laporan akhir kegiatan operasi produksi; d. laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan;

e. rencana kerja dan anggaran biaya; dan f. neraca sumber daya dan cadangan.

3. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dapat menolak permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi apabila pemegang IUP Operasi Produksi berdasarkan hasil evaluasi, pemegang IUP Operasi Produksi tidak menunjukkan kinerja operasi produksi yang baik.

4. Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus disampaikan kepada pemegang IUP Operasi Produksi paling lambat sebelum berakhirnya IUP Operasi Produksi.

5. Pemegang IUP Operasi Produksi hanya dapat diberikan perpanjangan sebanyak 2 (dua) kali.

6. Pemegang IUP Operasi Produksi yang telah memperoleh