• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADAPTASI MODEL PEMBELAJARAN SAINTIFIK DALAM PELAJARAN MATEMATIKA SMP GUNA MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ADAPTASI MODEL PEMBELAJARAN SAINTIFIK DALAM PELAJARAN MATEMATIKA SMP GUNA MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ADAPTASI MODEL PEMBELAJARAN SAINTIFIK DALAM PELAJARAN MATEMATIKA SMP GUNA MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA

Oleh : Dr. Drs. Suryadi MT, M.T

Departemen Matematika FMIPA Universitas Indonesia

Pendahuluan

Hasil Survei yang dilakukan oleh The World Competitifness SCOREBOARD 2005

dalam The World Competitiveness Year Book 2005 tentang kemampuan daya saing global,

Indonesia menempati urutan 59 dari 60 negara. Kemampuan tersebut, dinilai berdasarkan mutu

atau kualitas dari sumberdaya manusia (SDM). Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia

sangat lemah kemampuannya dalam bersaing dengan negara-negara lain.

Sedangkan menurut laporan UNDP tentang indek pembangunan manusia (HDI) tahun

2005, pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa mutu SDM Indonesia menempati peringkat 110 di

dunia dan di Asiapun Indonesia keinggalan dari negara-negara tetangga kita, Singapore, Brunei,

Malaysia, Thailand, Phillippine, dan Vietnam. Padahal Vietnam baru saja merdeka namun sudah

memiliki mutu SDM yang mampu mengalahkan Indonesia. Akibat rendahnya mutu SDM kita,

tidak sedikit tenaga ahli dari manca negara seperti Amerika, Australia, Jepang, Singapura bekerja

di Indonesia dengan gaji yang tinggi. Meskipun Indonesia kaya sumber daya alam, misalnya

minyak dan emas, sayangnya kita sangat tergantung pada pihak asing untuk mengolah sumber

daya alam kita sendiri, karena kita tidak punya tenaga ahli yang mampu mengolahnya.

Sebaliknya, Jepang menjadi negara maju karena memiliki SDM yang bermutu meskipun Jepang

tidak memiliki sumber daya alam. Dengan demikian betapa pentingnya peran SDM dalam

membangun sebuah negara. Mutu SDM terkait erat dengan mutu pendidikan. Kunci dari

meningkatnya daya saing dan mutu SDM tidak lain adalah meningkatnya mutu pendidikan.

Terkait dengan usaha meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, Pusat Penilaian

Pendidikan yang berada dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia telah mengikuti studi internasional sejak tahun 1999.

Dimulai dari studi TIMSS dan PISA, dilanjutkan dengan PIRLS. TIMSS dan PIRLS dikelola

(2)

Achievement (IEA) yang didirikan tahun 1959. IEA melakukan penelitian-penelitian yang

berfokus pada kebijakan, praktik, dan outcome bidang pendidikan seperti TIMSS dan PIRLS.

IEA bekerjasama dengan lebih dari 60 negara di dunia.

Tabel 1. Indek Pembangunan Manusia

Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) adalah studi yang

bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai perbandingan kemampuan siswa di bidang

matematika dan IPA untuk kelas 8 antar negara partisipan, yang dilakukan empat tahun sekali.

Berdasarkan data TIMSS tahun 1999 rata-rata kemampuan matematika siswa berada di posisi ke

32 berada di bawah rata-rata nilai internasional 500 (international avg 500) dari 38 negara.

Tahun 2003, Indonesia berada diposisi ke 36 dari 45 negara, tahun 2007, Indonesia berada di

posisi 36 dari 48 negara dan terakhir pada tahun 2011, Indonesia berada di posisi ke 35 dari 40

negara.

(3)

Programme for International Student Assessment (PISA) merupakan program kolaboratif

antar negara anggota OECD (Organisation for Economic Co-Operation and Development) untuk

mengukur hasil sistem pendidikan pada prestasi belajar siswa yang berusia 15 tahun. PISA

melihat kemampuan siswa dalam penggunaan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh

siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hasil PISA tahun 2009 menunjukkan bahwa untuk literasi

membaca rata-rata skor siswa Indonesia adalah 402. Hanya 0,01 % siswa Indonesia yang tingkat

literasinya berada pada kriteria advance (level tertinggi kemampuan) dan lebih dari 50% siswa

kita berada pada kriteria below basic (kriteria belum kompeten/belum literate).

Hasil studi internasional PISA, TIMSS, dan PIRLS, mengatakan bahwa siswa indonesia

belum mencerminkan siswa yang memiliki kemampuan literasi yang tinggi, hal itu dibuktikan

dengan data hasil tes siswa bidang studi matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA sejak tahun

2000 hingga tahun 2011 masih di bawah rata-rata standar internasional. Kasus ini menjadi

menarik untuk dicermati lebih lanjut sebenarnya ada apa dengan literasi siswa indonesia.

Bermunculan banyak studi penelitian yang membahas mengenai beberapa aspek yang

mempengaruhi tingkat kemampuan literasi siswa indonesia, seperti model pembelajaran dan

penilaian di sekolah, buku penunjang, kebiasaan belajar siswa, dan masih banyak lagi.

Seperti diketahui, Literasi pengetahuan berarti melek pengetahuan, tidak harus terpaku

dengan kurikulum. Bacaan yang disajikan dalam soal-soal mengukur literasi membaca banyak

yang bersumber dari pengetahuan faktual, penemuan-penemuan terbaru bahkan mengenai

konteks yang sifatnya universal dan futuristik. Begitu pula dengan soal-soal sains, mengukur

kemampuan siswa tentang bagaimana berpikir saintifik, melakukan penelitian, merencanakan

studi serta mengevaluasi hasil penelitian. Yang diukur sebagai kemampuan literasi sains adalah

bagaimana bertindak dan berfikir sainstifik bukan mengetahui penemuan-penemuan sains.

Begitu pula dengan literasi matematika, bukanlah sekedar kemampuan melakukan operasi hitung

dan aljabar tetapi menerapkan konsep dan pengetahuan matematika untuk berargumentasi, untuk

memprediksi sesuatu serta memecahkan suatu masalah. Bercermin dari pola-pola literasi yang

diterapkan di studi internasional sebagai referensi mengenai standar literasi tingkat internasional

dan global, perlu dilakukan model peningkatan kemampuan literasi siswa Indonesia. Bagaimana

(4)

mengimplementasikan, bernalar dan berevaluasi terhadap situasi sekitarnya dengan

menggunakan pengetahuan yang dikuasainya (tingkat literasinya).

Mengingat fakta yang memprihatinkan inilah, perlu dibuat model pembelajaran dan

penilaian yang mampu meningkatkan kemampuan literasi siswa Indonesia di ketiga literasi

tersebut dan dimulai dari tingkat pendidikan dasar. Untuk itu Puspendik bekerjasama dengan

praktisi dan pengamat pendidikan untuk melakukan ujicoba model pembelajaran dan model

penilaian berbasis literasi di beberapa daerah.

Disisi lain saat ini kita dihadapi dengan program penerapan Kurikulum 2013 dalam

jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA pada tahun ajaran 2014/2015, semua stakeholders

pendidikan diharapkan dapat melaksanakannya sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Nampaknya sudah banyak masukan yang ada terkait dengan kondisi Negara kita berdasarkan

hasil suvey internasional tersebut. Semoga saja keberdaan kurikulum 2013 ini mampu

meningkatkan kemampuan para peserta didik sehingga dapat memiliki daya saing yang kuat dan

tinggi dikancah ASEAN, Asia dan dunia.

Literasi Matematika

Literasi (literacy) berasal dari kata latin yaitu literatus (ditandai dengan huruf, melek

huruf, atau berpendidikan). Sekanjutnya pengertian dari literasi matematika (mathematical

literacy), secara umum berarti meliputi kemampuan mengidentifikasi (identify) dan memahami

(understanding), menggunakan dasar-dasar matematika dalam kehidupan, yang diperlukan

seseorang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.

Secara definiitif berdasarkan OECD (Organization for Economic Cooperation and

Development) yang berkedudukan di Paris Perancis, bahwa mathematical literacy is “… an

individual’s capacity to identify and understand the role that mathematics plays in the world, to make well-founded judgments and to use and engage with mathematics in ways that meet the

needs of that individual’s life as a constructive, concerned and reflective citizen." Sedangkan menurut standar NCTM pengertian literasi matematika adalah “… is the ability to read, listen,

think creatively, and communicate about problem situations, mathematical representations, and

the validation of solutions will help students to develop and deepen their understanding of

(5)

Dengan demikian aspek literasi matematika terkait dengan kemampuan untuk membaca,

mendengarkan, berpikir kreatif, dan berkomunikasi tentang situasi masalah, representasi

matematika, dan validasi solusi akan membantu siswa untuk mengembangkan dan memperdalam

pemahaman mereka tentang matematika. Pengertian tersebut yang digunakan TIMSS dalam

melakukan tujuan surveinya dengan memperhatikan berbagai aspek yakni aspek isi (contents),

kognitif dan aspek proses.

Sehingga para guru harus memiliki satu set strategi yang mereka gunakan untuk membantu

siswa memahami isi (content) yang mereka hadapi. Dengan menggunakan strategi yang tepat

yang mendukung pembelajaran (aspek proses), mereka dapat mengharapkan siswa untuk terlibat

secara menyeluruh dengan teks menantang dan ketat (sasaran pembelajaran tingkat tinggi –

cognitive domain (reasoning)).

Menurut Pendidikan Digest 1991, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut yang terkait

dengan pemahaman literasi matematika, yaitu :

 Konten melek huruf tidak memerlukan guru untuk mengajar membaca dan menulis.

 Isi keaksaraan memiliki potensi membantu siswa belajar lebih dalam tentang isi secara efisien.

 literasi konten bergantung pada konteks konten dan tidak dapat dipisahkan.

 Membaca dan menulis adalah tugas melengkapi konten di kelas.

 literasi konten adalah berbeda dari isi pengetahuan.

 konten mengajar adalah tidak sama dengan mengajar keaksaraan konten.

Siswa dalam belajar dan mengenali matematika yang akan dipakai dalam penyelesaian

berbagai permasalahan dalam kehidupan riil manusia atau dengan kata lain penerapan dalam

kehidupan sehari-hari. Sehingga diharapkan siswa akan bisa lebih sukses dalam lingkungan kerja

dikemudian hari dengan mampu menerapkan atau menggunakan matematika dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Hal tersebut ditopang dengan dituntutnya kemahiran

dan kemampuan berpikit tingkat tinggi dalam penggunaan matematika.

Framework matematika TIMSS 2007 merupakan penilaian-penilaian di kelas empat (SD)

dan kelas delapan (SMP). Model penilaian matematika kerangka untuk TIMSS 2007 terdiri dari

dua dimensi, yaitu dimensi konten yang menentukan domain atau subyek yang akan dinilai

(6)

delapan) dan dimensi kognitif yang menentukan domain atau proses berpikir

akan dinilai (yaitu, mengetahui (knowing), menerapkan (applying), dan penalaran (reasoning)).

Kognitif menggambarkan domain set perilaku yang diharapkan dari siswa ketika mereka terlibat

dengan aspek contents matematika.

Domain isi (content) matematika untuk kelas delapan terdiri dari 4 pokok bahasan yaitu :

a. Teori Bilangan,

b. Aljabar,

c. Geometri dan

d. Data dan peluang.

Adapun komposisi atau sebarannya yang diujikan pada TIMSS 2007 terdapat sebagaimana

tampak pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Prosentase target dari Domain isi Matematika TIMSS Kelas 8

Domain kognitif masing-masing cakupananya adalah sebagai berikut :

a. KNOWING terkait dengan evaluasi dalam hal :

 RECALL : definisi, terminologi, sifat-sifat bilangan, geometri dan notasi  RECOGNIZE : mengenali obyek matematika, bentuk, jumlah dan ekspresi

serta bentuk yang ekivalen (misal bentuk pecahan

(7)

 COMPUTE : Melaksanakan prosedur untuk operasi aritmatika pada

bilangan bulat, desimal dan pecahan serta melakukan

perkiraan dan prosedur aljabar. RETRIEVE : mengambil informasi dari

grafik, tabel atau sumber lain, serta mampu membaca skala sederhana.

 MEASURE : menggunakan instrumen pengukuran; satuan pengukuran

yang tepat dan mengukur estimasi.

 CLASSIFY/ORDER : melakukan klasifikasi/pengelompokan objek,

bentuk, angka dan ekspresi sesuai dengan sifat umum, membuat keputusan

yang benar tentang keanggotaan berdasarkan attributs.

b. APPLYING terkait dengan evaluasi dalam hal :

 SELECT : memilih operasi, metode atau strategi yang efisien / tepat

untuk memecahkan masalah.

 REPRESENT : menyajikan informasi dari bentuk matematik dan data

dalam bentuk diagram, tabel, grafik, dan bentuk lainnya yang ekivalen

serta membuat hubungannya.

 MODEL : menghasilkan model yang tepat, seperti persamaan atau

diagram untuk memecahkan masalah rutin.

 IMPLEMENT : mengikuti dan melaksanakan serangkaian instruksi

matematis (misalnya jika diberikan spesifikasi tertentu maka buatlah

gambar dan bentuknya.

 SOLVE ROUTINE PROBLEM : memecahkan masalah rutin, dengan

membandingkan dan mencocokkan representasi data yang berbeda dan

menggunakan data dari grafik, tabel, dan grafik untuk memecahkan

masalah rutin.

c. REASONING terkait dengan evaluasi dalam hal :

 ANALYZE : menentukan dan menggambarkan atau menggunakan

hubungan antara variabel atau objek secara matematis dan membuat

(8)

 GENERALIZE : memperluas domain dari pemecahan masalah yang

berlaku lebih umum dan lebih luas.

 SYNTHESIZE/INTEGRATE : menggabungkan (berbagai) prosedur

matematis untuk menetapkan hasil-hasil dan menggabungkan hasil untuk

prosedur hasil lebih lanjut. Membuat hubungan antara unsur-unsur atau

ide-ide pengetahuan yang berbeda dan terkait.

 JUSTIFY : memberikan pembenaran untuk permyataan yang pasti benar

atau pasti salah dengan mengacu pada hasil perhitungan matematika.

 SOLVE NON-ROUTINE PROBLEMS : memecahkan masalah

matematika atau masalah dalam konteks kehidupan nyata dan menerapkan

prosedur matematika dalam konteks masalah non rutin.

Adapun untuk prosentase sebaran domain kognitif yaitu knowing, applying dan reasoning

dalam penilaian matematika TIMSS 2007 tampak pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Prosentase Domain Kognitif Penilaian Matematika TIMSS 2007

Model Pembelajaran Saintifik

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa salah satu perubahan mendasar dalam

Kurikulum 2013 adalah pada model pembelajaran. Model pembelajaran yang dimaksud adalah

dikenal dengan istilah model pembelajaran berbasis saintifik. Model pembelajaran ini diterapkan

(9)

Untuk menjalankan Kurikulum 2013, diharapkan para guru harus melakukan perubahan

mindset. Untuk menghadapi dan melakukan perubahan tersebut, harus ada persiapan. Persiapan

yang harus dimiliki guru di antaranya persiapan pengetahuan, persiapan fisik dan mental, serta

persiapan hati untuk bisa menjalankan dengan keikhlasan.

Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui pendekatan saintifik/ilmiah, selain dapat

menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga

dapat mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu

fenomena atau kejadian. Artinya, dalam proses pembelajaran, siswa dibelajarkan dan dibiasakan

untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan diajak untuk beropini apalagi fitnah dalam melihat

suatu fenomena. Mereka dilatih untuk mampu berfikir logis, terstruktur dan sistematis, dengan

menggunakan kapasistas berfikir tingkat tinggi (High Order Thingking/HOT). Combie White

(1997) dalam bukunya yang berjudul “Curriculum Innovation; A Celebration of Classroom

Practice” telah mengingatkan kita tentang pentingnya membelajarkan para siswa tentang

fakta-fakta. “Tidak ada yang lebih penting, selain fakta“, demikian ungkapnya.

Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam pembelajaran menuntut adanya perubahan

setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan pembelajaran konvensional.

Beberapa metode pembelajaran yang dipandang sejalan dengan prinsip-prinsip pendekatan

saintifik/ilmiah, antara lain metode:

(1) Problem Based Learning

(2) Project Based Learning;

(3) Inkuiri/Inkuiri sosial; dan

(4) Group Investigasi.

Metode-metode tersebut berusaha membelajarkan siswa untuk mengenal masalah dalam

suatu bentuk permasalahan berdasarkan tema tertentu. Selanjutnya siswa mampu merumuskan

masalah tersebut secara sederhana, mencari solusi atau menguji jawaban sementara atas suatu

masalah/pertanyaan dengan melakukan penyelidikan (menemukan fakta-fakta melalui

penginderaan), pada akhirnya dapat menarik kesimpulan dan menyajikannya secara lisan

maupun tulisan. Pada kesempatan ini akan disajikan satu prinsip pendekatan saintifik saja yakni

(10)

Strategi pembelajaran berbasis masalah (problem solving)  Mamahami permasalahan yang ada.

o Apakah kita mengetahui arti semua kata yang digunakan? Kalau tidak, carilah

di indeks, kamus, definisi dan lain sebagainya

o Apakah kita mengetahui apa yang dicari atau ditanya?

o Apakah kita mampu menyajikan soal dengan menggunakan kata-kata sendiri?

o Apakah soal dapat disajikan dengan cara lain?

o Apakah kita dapat menggambar sesuatu yang dapat digunakan sebagai

bantuan?

o Apakah informasi cukup untuk dapat menyelesaikan soal?

o Apakah informasi berlebihan?

o Apakah ada yang perlu dicari sebelum mencari jawab dari soal?

 Menyusun suatu strategi

o Jangan ragu-ragu mencoba salah satu strategi untuk digunakan untuk

menyelesaikan soal yang kita hadapi

o Pada umumnya, strategi yang berhasil ditemukan setelah beberapa kali

mencoba strategi yang gagal.

 Melakukan strategi yang dipilih

o Lebih mudah dibandingkan menyusun strategi.

o Hanya diperlukan kesabaran dan kehati-hatian untuk menjalankan.

 Melihat kembali pekerjaan yang telah dilakukan

o Kalau perlu menyusun strategi baru yang lebih baik atau

o menuliskan jawaban dengan lebih baik.

Strategi pembelajaran tersebut dapat dikombinasikan dengan model pembelajaran

kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam

(11)

penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu: (a) adanya peserta dalam kelompok, (b)

adanya aturan kelompok, (c) adanya upaya belajar setiap kelompok, dan (d) adanya tujuan yang

harus dicapai dalam kelompok belajar..

Disisi lain, sebagai guru, kita semua berusaha keras untuk selalu menyempurnakan

ketrampilan dalam seni mengajar guna memotivasi siswa, diantaranya dengan memulai pelajaran

dengan cara menarik, menggunakan topic-topik sejarah bila perlu, gunakan alat peraga secara

efektif, menyiapkan perlengkapan untuk penemuan oleh siswa, dan akhiri pelajaran dengan

sesuatu yang istimewa.

Penutup

Seorang tokoh pendidik mengatakan bahwa kita telah mengerjakan sesuatu yang baik di

masa yang lalu dalam mengajar matematika, tetapi tetap sama pentingnya bagi kita untuk belajar

bagaimana mengajarkan matematika secara lebih baik lagi.

Diharapkan dengan para guru akan mampu penerapan pembelajaran saintifik yang

menyenangkan dan menarik. sehingga seluruh siswa akan memiliki kompetensi yang jauh

meningkat dan akan memiliki daya saing yang tinggi sesuai dengan harapan kita semua.

Daftar Referensi

1. The World Competitiveness Year Book 2005

2. Human Development Report, UNDP, 2005

3. TIMSS 2007 International Mathematics Report

4. Peningkatan Literasi Matematika Pada Jenjang Pendidikan Dasar, Puspendik Dikbud,

2011.

Gambar

Tabel 1. Indek Pembangunan Manusia
Tabel 2. Prosentase target dari Domain isi Matematika TIMSS Kelas 8
Tabel 3. Prosentase Domain Kognitif Penilaian Matematika TIMSS 2007

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika. dan Ilmu

Penumpukan nilon sisa dapat berdampak pada pencemaran lingkungan sehingga harus dilakukan proses daur ulang dan nilon sisayang telah didaur ulangakan diproses untuk

BAB II STRUKTUR DIAGRAM VEE DAN TINGKAT KOGNITIF BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM REVISI PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL JENJANG SMP DAN SMA .... Desain Kegiatan

menerima kesan-kesan dari gambar tersebut (Depdiknas, 2003). Permainan reseotif yang dimaksud dalam penelitian ini menggambarkan pada. anak usia TK suka sekali melihat-lihat

Berdasarkan penjelasan Pasal 16 UU Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, roya partial (sebagian) sudah dimungkinkan pelaksanaan, yang merupakan penyesuaian dari

yang dimaksud dengan ular tangga adalah gambar yang digunakan untuk. menyampaikan pesan yang dituangkan dalam bentuk

Hasil uji validasi yang didapat menunjukkan bahwa metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk penetapan kadar ofloksasin dalam sediaan tablet, karena

Dalam mengumpan menggunakan kaki bagian dalam, yang harus diperhatikan adalah: 1) Tempatkan kaki tumpu disamping bola, bukan kaki untuk mengumpan. 2) pada saat mengumpan