• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI MENJADI PERAWAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI MENJADI PERAWAT"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI MENJADI PERAWAT

Daryani*

INTISARI

Latar belakang: Semakin tinggi jumlah institusi pendidikan keperawatan dan banyaknya jumlah lulusan perawat yang ada di Indonesia sangat dipengaruhi oleh tingginya motivasi seseorang untuk memilih menjadi perawat.

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi menjadi perawat.

Metode: Jenis penelitian ini adalah kantitatif, bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional.

Hasil: Motivasi menjadi perawat pada mahasiswa adalah tinggi. Motivasi menjadi perawat pada mahasiswa berdasarkan altruism adalah tinggi, berdasarkan kebutuhan adalah rendah, berdasarkan daya tarik adalah tinggi, berdasarkan model peran adalah rendah. Faktor intrinsik berdasarkan altruism terhadap motivasi menjadi perawat didapatkan p value = 0,814, faktor intrinsik berdasarkan kebutuhan terhadap motivasi menjadi perawat didapatkan p value = 0,411. Faktor ekstrinsik berdasarkan daya tarik terhadap motivasi menjadi perawat didapatkan p value = 0,393, faktor ekstrinsik berdasarkan daya model peran terhadap motivasi menjadi perawat didapatkan p value = 0,25.

Kesimpulan: Tidak ada pengaruh faktor intrinsik yang meliputi altruism dan kebutuhan terhadap motivasi menjadi perawat. Tidak ada pengaruh faktor ekstrinsik yang meliputi daya tarik dan model peran terhadap motivasi menjadi perawat.

Kata kunci: Altruism, kebutuhan, daya tarik model peran, motivasi menjadi perawat

(2)

PENDAHULUAN

Perawat adalah seorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, memenuhi syarat dan diberi wewenang oleh pemerintah untuk memberikan pelayanan perawatan yang penuh tanggung jawab dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan orang sakit, dan rehabilitasai pelayanan keperawatan (DPR RI, 2011). Hasil lokakarya nasional dalam bidang keperawatan tahun 1983 telah menghasilkan kesepakatan nasional secara konseptual yang mengakui keperawatan di Indonesia sebagai profesi, mencakup pengertian, pelayanan keperawatan sebagai profesional dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi (Nursalam dan Efendi (2009).

Profesi perawat di Indonesia pada saat ini menjadi profesi yang menarik untuk diikuti perkembangannya. Animo masyarakat untuk masuk di pendidikan keperawatan semakin meningkat dari tahun ketahun. Disisi lain institusi pendidikan keperawatan di Indonesia semakin menjamur. PPNI Bontang (2011) menyebutkan 60% dari total tenaga kesehatan adalah perawat, dan Kompas (2011) menyatakan jumlah perawat di Indonesia sudah lebih dari 500.000 orang. Berdasarkan data yang diperoleh dari PPNI Bontang (2011), Indonesia sekarang memiliki lebih dari 770 institusi pendidikan keperawatan dan setiap tahunnya meluluskan sekitar 30.000 perawat. Tingginya jumlah lulusan perawat yang ada di Indonesia dipengaruhi oleh motivasi seseorang untuk menjadi perawat. Hasil penelitian Wahyuni (2010), motivasi mahasiswa memilih Program Studi S1 Keperawatan sebanyak 74,2% adalah tinggi, motivasi berdasarkan ketertarikan sebanyak 54,5% tinggi dan 45,5% adalah sedang, berdasarkan aktualisasi diri sebanyak 54,5% tinggi dan 45,5% adalah sedang, serta motivasi berdasarkan dukungan lingkungan sebanyak 51,5% tinggi dan 48,5% adalah sedang, berdasarkan sumber informasi sebanyak 51,5% tinggi dan 48,5% adalah sedang.

Hasil penelitian Rombe (2005), faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan berkelanjutan adalah motivasi. Pandangan ini sesuai dengan pendapat Nursalam dan Efendi (2009) yang menyatakan motivasi akan menentukan arah perbuatan yakni kearah suatu yang akan dicapai.

(3)

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik pada diri seseorang adalah altruism dan kebutuhan, sedang motivasi ekstrinsik meliputi daya tarik dan model peran (Banks dan Bailey, 2010; Rhodes et.al., 2011).

Studi pendahuluan yang dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten pada bulan Januari 2012 diperoleh data, jumlah mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan tahun angkatan 2011 sebanyak 110 mahasiswa, tahun angkatan 2010 sebanyak 79 mahasiswa, tahun angkatan 2009 sebanyak 65 mahasiswa, dan tahun angkatan 2008 sebanyak 55 Mahasiswa. Berdasarkan data di atas pada 4 tahun terakhir dapat dilihat kenaikan sebanyak 100% jumlah mahasiswa yang masuk Program Studi Keperawatan, hal ini menunjukkan bahwa minat dan animo masyarakat untuk menjadi perawat semakin meningkat. Hasil wawancara kepada 20 orang mahasiswa tingkat I Program Studi S1 Keperawatan mengenai alasan memilih menjadi perawat didapatkan bahwa 10 (50%) karena sifat altruism, 4 (20%) pengaruh model peran, sedangkan 6 (30%) tertarik pada profesi keperawatan. Dari hasil wawancara terdapat motivasi intrinsik dan ekstrinsik untuk menjadi seorang perawat.

METODE

Jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat I Program Studi S1 Keperawatan Stikes Muhammadiyah Klaten sejumlah 110 mahasiswa.

Penentuan jumlah sampel penelitian ini didasarkan pada rumusan (Dahlan, 2008), mengungkapkan untuk pengambilan besar sampel untuk analisis multivariat dengan cara perhitungan role of thumb, yakni N= 10 kali jumlah variabel bebas yang diteliti. Karena jumlah variabel bebas yang diteliti ada 4, maka dari hasil perhitungan didapatkan sampel sebesar 40 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu peneliti mengambil sampel sebesar 40 responden dari kelas A berdasarkan kriteria sampel, karena 32 mahasiswa dari kelas B sudah digunakan untuk uji validitas. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) kriteria inklusi: (1) Mahasiswa dengan rata-rata tingkat kehadiran > 90 %; (2) Mahasiswa yang bersedia menjadi reponden; (b) Kriteria eksklusi: (1) Mahasiswa yang tidak masuk saat pembagian kuesioner penelitian.

(4)

daya tarik, dan model peran. Analisa bivariat ini menggunakan analisis regresi logistik sederhana untuk mencari besarnya hubungan antara variabel independen dan dependen. Untuk melihat kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan 0,05. Dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor (altruism, kebutuhan, daya tarik, dan model peran) yang mempengaruhi motivasi menjadi perawat. Data yang diperoleh berupa data kategori dimana terdapat lebih dari 1 variabel bebas untuk mengadakan prediksi terhadap variabel terikat maka analisis multivariat dengan menggunakan uji statistik regresi logistik berganda.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

1. Analisis Univariat

Penelitian dilakukan pada 40 mahasiswa tingkat I Program Studi S1 Keperawatan Stikes Muhammadiyah Klaten dengan hasil sebagai berikut :

a. Umur

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Umur Mahasiswa Tingkat I Program Studi S1 Keperawatan Stikes Muhammadiyah Klaten (N=40)

Min-Max Mean Modus SD

18-24 19,1 19 1,172

(5)

b. Jenis kelamin, motivasi menjadi perawat, altruism, kebutuhan, daya tarik, dan model peran

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin, Motivasi Menjadi Perawat, Altruism, Kebutuhan, Daya Tarik, dan Model Peran Responden Mahasiswa Tingkat I

Program Studi S1 Keperawatan Stikes Muhammadiyah Klaten (N=40)

No Karakteristik Responden f Prosentase

1 Jenis Kelamin

Perempuan 25 62,5%

Laki-laki 15 37,5%

Jumlah 40 100%

2 Motivasi menjadi perawat

Rendah 11 27,5%

Tinggi 29 72,5%

Jumlah 40 100%

3 Altruism

Rendah 3 7,5%

Tinggi 37 92,5%

Jumlah 40 100%

4 Kebutuhan

Rendah 25 62,5%

Tinggi 15 37,5%

Jumlah 40 100%

5 Daya tarik

Rendah 14 35%

Tinggi 26 65%

Jumlah 40 100%

6 Model peran

Rendah 36 90%

Tinggi 4 10%

Jumlah 40 100%

(6)

adalah tinggi, motivasi menjadi perawat berdasarkan model peran sebanyak 36 (90%) rendah dan 4 (10%) adalah tinggi.

2. Analisis bivariat

a. Pengaruh altruism terhadap motivasi menjadi perawat Tabel 3

Pengaruh Altruism Terhadap Motivasi Menjadi Perawat

Altruism Motivasi menjadi perawat Jumlah ρ-value

Rendah Tinggi

F % f %

Rendah 1 33,3% 2 66,7% 3 100% 0,814

Tinggi 10 27% 27 73% 37 100%

Jumlah 11 27,5% 29 72,5% 40 100%

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa responden dengan altruism tinggi sebanyak 27% mempunyai motivasi menjadi perawat yang rendah. Responden altruism rendah sebanyak 66,7% mempunyai motivasi menjadi perawat yang tinggi. Berdasarkan uji regresi logistik sederhana diperoleh nilai p-value = 0,814 (α > 0,05), sehingga menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor altruism tidak mempengaruhi motivasi menjadi perawat.

b. Pengaruh kebutuhan terhadap motivasi menjadi perawat Tabel 4

Pengaruh Kebutuhan Terhadap Motivasi Menjadi Perawat

Kebutuhan Motivasi menjadi perawat Jumlah ρ-value

Rendah Tinggi

F % f %

Rendah 8 32% 17 68% 25 100% 0,411

Tinggi 3 20% 12 80% 15 100%

Jumlah 11 27,5% 29 72,5% 40 100%

(7)

mempunyai motivasi menjadi perawat yang tinggi. Berdasarkan uji regresi logistik sederhana diperoleh nilai p-value = 0,411 ( α > 0,05), sehingga menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor kebutuhan tidak mempengaruhi motivasi menjadi perawat. c. Pengaruh daya tarik terhadap motivasi menjadi perawat

Tabel 5

Pengaruh Daya Tarik Terhadap Motivasi Menjadi Perawat Daya

tarik

Motivasi menjadi perawat Jumlah ρ-value

Rendah Tinggi

F % f %

Rendah 5 35,7% 9 64,3% 14 100% 0,393

Tinggi 6 23,1% 20 76,9% 26 100%

Jumlah 11 27,5% 29 72,5% 40 100%

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa responden dengan faktor daya tarik tinggi sebanyak 23,1% mempunyai motivasi menjadi perawat yang rendah. Responden dengan faktor daya tarik rendah sebanyak 64,3% mempunyai motivasi menjadi perawat yang tinggi. Berdasarkan uji regresi logistik sederhana diperoleh nilai p-value = 0,393 ( α > 0,05), sehingga menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor daya tarik tidak mempengaruhi motivasi menjadi perawat. d. Pengaruh model peran terhadap motivasi menjadi perawat

Tabel 6

Pengaruh Model Peran Terhadap Motivasi Menjadi Perawat Model

peran

Motivasi menjadi perawat Jumlah ρ-value

Rendah Tinggi

F % f %

Rendah 8 22,2% 28 77,8% 36 100% 0,25

Tinggi 3 75% 1 25% 4 100%

Jumlah 11 27,5% 29 72,5% 40 100%

(8)

logistik sederhana diperoleh nilai p-value = 0,393 ( α > 0,05), sehingga menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor model peran tidak mempengaruhi motivasi menjadi perawat. e. Analisis multivariat

Dalam analisis multivariat peneliti melakukan tahap-tahap uji diantaranya yaitu seleksi variabel. Berdasarkan uji regresi logistik sederhana pada analisis bivariat variabel altruism, kebutuhan, daya tarik, dan model peran mempunyai nilai p>0,25. Kemudian peneliti melakukan uji homogenitas yang hasilnya adalah semua nilai p-value = 0,000 ( α < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh tidak homogen. Selanjutnya peneliti melihat hasil analisis bivariat yang mempunyai nilai p>0,25 yang merupakan syarat analisis multivariat. Syarat variabel yang akan dimasukkan ke dalam analisis multivariat adalah variabel pada analisis bivariat yang mempunyai nilai p<0,25. Sehingga walaupun hasil uji homogenitas data tidak homogen, syarat untuk dilakukan analisis multivariat tidak terpenuhi.

B. Pembahasan

1. Karakteristik responden berdasarkan umur dan jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa mayoritas responden berumur 19 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Kartono (2006) menyatakan pada adolesens (usia 17-21 tahun), anak mulai belajar menemukan nilai-nilai hidup, mempunyai pendirian, serta memilih satu pola hidup dan bersikap kritis. Ciri-ciri adolesens yang dinamis sering terjadi gejolakan jiwa seperti egoisme. Pada usia adolesens muncul pula aspirasi dan ambisi untuk mendapatkan pengakuan demi mencapai suatu tujuan. Namun pada anak perempuan usia adolesens timbul keragu-raguan, kecemasan, dan ketakutan yang semuanya itu akan menjadi kebingungan psikis dan akhirnya didalam memilih jurusan pendidikan keperawatan muncul keragu-raguan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi menjadi perawat

(9)

Mahasiswa. Berdasarkan data di atas pada 4 tahun terakhir dapat dilihat kenaikan sebanyak 100% jumlah mahasiswa yang masuk Program Studi Keperawatan, data ini menunjukkan bahwa motivasi menjadi perawat adalah tinggi. Motivasi menjadi perawat sangat tinggi disebabkan karena kebutuhan tenaga perawat sangat besar, oleh karena perkembangan pelayanan kesehatan yang membuat manusia hidup lebih lama, semakin meningkat populasi lansia yang membutuhkan perawatan, jumlah orang yang sakit dan kebutuhan akan perawat yang mempunyai skill lebih banyak, kebutuhan akan tenaga perawat di luar rumah sakit dan banyak perawat yang pensiun sehingga membutuhkan banyak perawat untuk menggantikannya (Gustini, 2009).

Menurut Nursalam dan Efendi (2009) motivasi seseorang dapat timbul dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri (intrinsik) dan dari lingkungan (ekstrinsik).

1. Faktor intrinsik a. Altruism

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara altruism dengan motivasi menjadi perawat. Meskipun demikian, jika dilihat berdasarkan data deskriptif altruism pada tabel 2 diketahui bahwa motivasi menjadi perawat berdasarkan altruism sebanyak 92,5% adalah tinggi. Altruism menjadi perawat tinggi karena di dalam sistem sosial budaya masyarakat Indonesia terdapat sumber-sumber budaya profetik antara lain sistem kebersamaan, kolektivisme, gotong-royong, tenggang rasa, keyakinan tentang adanya kehidupan di dunia maupun di akhirat (Kompasiana, 2012). Pandangan ini sesuai dengan pendapat Pratiwi (2010) yang menyatakan, Indonesia adalah bangsa yang berpenduduk ramah serta memiliki tingkat sosial yang tinggi, memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap orang lain.

Hasil penelitian lain dilakukan oleh Banks dan Bailey (2010) yang menyatakan keinginan altruistik untuk menjadi perawat difokuskan pada panggilan keperawatan sebagai kesempatan untuk membantu orang lain. Seseorang didorong oleh perasaan kewajiban untuk menjadi perawat atau yang telah memiliki panggilan jiwa dari Tuhan untuk menjadi seorang perawat.

(10)

(2003) yang juga menyatakan bahwa mahasiswa termotivasi untuk membantu orang lain sebagai alasan utama untuk memilih keperawatan sebagai karir.

Rhodes et.al. (2011) juga mengatakan, salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi menjadi perawat adalah faktor spiritualis. Dalam faktor spiritualitas, 5 responden menyatakan Tuhan sebagai motivasi untuk menjadi perawat. Hasil penelitian Dik et.al. (2008) juga menyatakan, spiritualitas atau panggilan Tuhan adalah motivator yang kuat untuk memilih karir. Bagian dari motivasi ini akan memberikannya rasa senang. Seseorang yang tertarik dan senang pada keperawatan akan mempengaruhi motivasi menjadi perawat.

b. Kebutuhan

Hasil analisis bivariat pengaruh kebutuhan terhadap motivasi menjadi perawat menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara kedua variabel tersebut, dimana diperoleh p value = 0,411 sehinggga berdasarkan analisis regresi logistik sederhana yang telah dilakukan dapat menjelaskan bahwa faktor kebutuhan tidak mempengaruhi motivasi menjadi perawat. Hasil ini didukung oleh data deskriptif tabel 2 diketahui bahwa motivasi menjadi perawat berdasarkan kebutuhan sebanyak 62,5% adalah rendah.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Juliani (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh kebutuhan untuk diakui oleh orang lain terhadap kinerja perawat pelaksana. Tidak ada pengaruh untuk diakui oleh orang lain diasumsikan sebagai suatu hal yang positif karena menunjukkan kekuatan konsep diri yang dimiliki oleh perawat, dimana saat bekerja tidak menunggu adanya pengakuan dari orang lain tetapi berdasarkan tanggung jawab yang di emban. Hasil penelitian lain yang mendukung adalah penelitian Puspitasari dan Asyanti (2011) menyatakan bahwa kebutuhan bukan merupakan faktor komitmen kerja perawat Panti Wreda.

(11)

Setiadi (2007) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi menjadi perawat adalah harapan. Harapan adalah kemungkinan yang dipersepsi orang untuk memenuhi kebutuhan. Harapan ini nantinya akan mempengaruhi keputusan tentang bagaimana cara individu bertingkah laku untuk terwujudnya masa depan yang sukses. Apabila ekspektasi tinggi, maka kekuatan motivasi akan meningkat.

2. Faktor ekstrinsik a. Daya tarik

Hasil analisis bivariat pengaruh daya tarik terhadap motivasi menjadi perawat menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara kedua variabel tersebut, dimana diperoleh p value = 0,393 sehinggga berdasarkan analisis regresi logistik sederhana yang telah dilakukan dapat menjelaskan bahwa faktor daya tarik tidak mempengaruhi motivasi menjadi perawat. Meskipun demikian, jika dilihat data deskriptif tabel 2 diketahui bahwa motivasi menjadi perawat berdasarkan daya tarik sebanyak 65% adalah tinggi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Puspitasari dan Asyanti (2011) yang menyatakan bahwa daya tarik bukan merupakan faktor komitmen kerja perawat Panti Wreda.

Hasil penelitian lain dilakukan oleh Banks dan Bailey (2010) yang menyatakan lingkungan kerja yang terus berubah, kemajuan ilmu keperawatan, dan teknologi yang terus berkembang menjadi faktor untuk berkarir di keperawatan. Keperawatan dianggap sebagai lingkungan belajar yang menarik dan selalu memberikan kesempatan untuk belajar hal yang baru. Pandangan ini sesuai dengan pendapat Nursalam dan Efendi (2009), kondisi lingkungan fisik yang kondusif akan mempengaruhi minat dan motivasi seseorang.

(12)

b. Model peran

Hasil analisis bivariat pengaruh model peran terhadap motivasi menjadi perawat menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara kedua variabel tersebut, dimana diperoleh p value = 0,25 sehinggga berdasarkan analisis regresi logistik sederhana yang telah dilakukan dapat menjelaskan bahwa faktor model peran tidak mempengaruhi motivasi menjadi perawat. Hasil ini didukung oleh data deskriptif tabel 2 diketahui bahwa motivasi menjadi perawat berdasarkan daya tarik sebanyak 90% adalah rendah. Penemuan ini mendukung hasil penelitian Cook et.al. (2003) yang menyatakan bahwa model peran bukan faktor motivasi mahasiswa untuk memilih keperawatan sebagai karir. Hasil penelitian lain oleh Kersten et.al. (1991) yang menyatakan bahwa model peran bukan alasan seseorang untuk memilih karir di keperawatan.

Hasil penelitian lain dilakukan oleh Banks dan Bailey (2010) yang menyatakan pengaruh model peran memberikan peranan penting dalam pengambilan keputusan seseorang untuk memutuskan berkarir sebagai perawat. Pandangan ini sesuai dengan pendapat Nursalam dan Efendi (2009) yang menyatakan minat dan motivasi seseorang dipengaruhi oleh orang tua, guru, dan lingkungan sosial.

Rhodes et.al. (2011) dalam suatu studinya menyatakan, responden mengidentifikasi latar belakang profesi keperawatan sebagai motivator untuk memilih karir dikeperawatan. Latar belakang menjelaskan bahwa anggota keluarga yang menjadi perawat atau yang bekerja sebagai anggota tim kesehatan memberi beberapa pemahaman tentang apa keperawatan. Temuan ini mendukung penelitian Hoke (2006), menyatakan bahwa persepsi seseorang mempengaruhi minat dan motivasi untuk berkarir dan pekerjaan. Beck (2000), yang mengatakan alasan utama seseorang memilih karir sebagai perawat karena pekerjaan sebelumnya atau upaya relawan di bidang kesehatan.

(13)

(2012) salah satu faktor yang mempengarui motivasi mahasiswa memilih jurusan pendidikan tinggi adalah karena tidak diterima di jurusan pendidikan tinggi lain.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Motivasi menjadi perawat pada mahasiswa adalah tinggi.

2. Motivasi menjadi perawat pada mahasiswa berdasarkan altruism adalah tinggi. 3. Motivasi menjadi perawat pada mahasiswa berdasarkan kebutuhan adalah rendah. 4. Motivasi menjadi perawat pada mahasiswa berdasarkan daya tarik adalah tinggi. 5. Motivasi menjadi perawat pada mahasiswa berdasarkan model peran adalah

rendah.

6. Tidak ada pengaruh faktor intrinsik yang meliputi altruism dan kebutuhan serta faktor ekstrinsik yang meliputi daya tarik dan model peran terhadap motivasi menjadi perawat.

B. Saran

1. Bagi peneliti lain

a. Peneliti lain melakukan penelitian dengan disertai metode pengumpulan data lain, misalnya dengan pengumpulan data kualitatif.

b. Peneliti lain melakukan penelitian yang sama untuk menghubungkan motivasi menjadi perawat dengan variabel yang lain seperti faktor terdesak. 2. Mahasiswa

Mahasiswa meningkatkan prestasi belajar tanpa harus merasa terbebani dalam mengikuti perkuliahan. Mahasiswa yang mempunyai motivasi tinggi diharapkan untuk tetap menjaga motivasi agar dapat mewujudkan cita-cita dan harapan.

3. Stikes Muhammadiyah Klaten

(14)

DAFTAR REFERENSI

Beck, C. T. 2000. The Experience of Choosing Nursing as a Career, Journal of Nursing Education [internet]. Tersedia dalam: http://eric.ed.gov/ERICWebPortal [Diakses 15 Maret 2012].

Cook, T. H., Gilmer, M. J., & Bess, C. 2003. Beginning Student’s Definitions of Nursing: an Inductive Framework of Professional Identity [internet]. Tersedia dalam: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12873061 [Diakses 15 Maret 2012]. Dahlan, M. S. 2008. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran

dan Kesehatan Seri 3. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Dik, B. J., Sargent, A. M., & Steger, M. F. 2008. Career Development Strivings: Assessing Goals and Motivation in Career Decision-Making and Planning [internet]. Tersedia dalam: https://docs.google.com [Diakses 15 Maret 2012]. Gustini. 2009. Jenjang Karir Perawat di Maryland dan Indonesia. [internet]. Tersedia

dalam: https:// www.fik.ui.ac.id/ [Diakses 28 Juli 2012].

Hoke, J. L. 2006. Promoting Nursing as a Career Choice [internet]. Tersedia dalam: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16676752 [Diakses 15 Maret 2012]. Juliani. 2007. Pengaruh Motivasi Intrinsik Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di

Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pringadi Medan [internet]. Tersedia dalam: http://repository.usu.ac.id [Diakses 11 Februari 2012].

Kartono, K. 2006. Psikologi Wanita 1 Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung: Mandar Maju.

Kersten, J., Bakewell, K., & Meyer, D. 1991. Motivating Factors in a Student's Choice of Nursing as a Career [internet]. Tersedia dalam: https:// www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1847407 [Diakses 15 Juli 2012]

Kompas. 2011. Sebaran Tak Merata, Kualitas Masih Rendah [internet]. Tersedia dalam: http://kompas.com [Diakses 11 Januari 2012].

Kompasiana. 2012. Agil Dalam Perspektif [internet]. Tersedia dalam:

http://sosbud.kompasiana.com [Diakses 29 Juli 2012].

Nashr, I. A. 2012. Memilih Jurusan Versi Seorang Mahasiswa Unpad [internet]. Tersedia dalam: http://blogs.unpad.ac.id [Diakses 29 Juli 2012]

Nursalam & Efendi. 2009. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. PPNI Bontang. 2011. Perawat Indonesia, Bagai Buih di Lautan [internet]. Tersedia

(15)

. 2011. Perawat Indonesia, Apakah Masih Punya Masa Depan [internet]. Tersedia dalam: http://ppnibontang.blogspot.com [Diakses 10 Januari 2012]. Puspitasari & Asyanti. 2011. Faktor yang Paling Berpengaruh Terhadap Komitmen

Kerja Perawat Panti Wreda di Surakarta [internet]. Tersedia dalam: http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article [Diakses 11 Februari 2012]

Rhodes, M., Morris, A., & Lazenby, R. 2011. Nursing at its Best: Competent and Caring [internet]. Tersedia dalam: http://www.nursingworld.org [Diakses 15 Maret 2012].

Rombe, M. 2005. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Motivasi Bidan Terhadap Pendidian Berkelanjutan Bidan di IBI Cabang Palembang Tahun 2005. Skripsi, Universitas Gadjah Mada. Tidak dipublikasikan.

Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Soedharmono, Y. 2012. Kuliah Salah Jurusan Terus Bagaimana [internet]. Tersedia

dalam: http://m.kompasiana.com [Diakses 29 Juli 2012]

Gambar

Tabel 2
Tabel 3
Tabel 5

Referensi

Dokumen terkait

Bila hidrolisis pati dilakukan pada suhu, konsentrasi asam dan tekanan yang tetap (konstan) maka semakin lama waktu hidrolisa, kadar glukosa yang dihasilkan semakin

Aplikasi SMS ini memiliki kemampuan untuk mengakses daftar kontak, kotak masuk pesan, menerima input pesan teks, menerima input kunci enkripsi dan dekripsi serta

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa variabel Debt Equity Ratio memiliki koefisien sebesar -2,027 dengan tingkat signifikansi lebih kecil dibandingkan nilai

Berkaitan dengan masalah yang diteliti serta metode dan pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini, maka instrumen penelitian yang digunakan, disusun dalam bentuk pedoman

Penelitian sejenis terkait pengelolaan dan pengembangan hutan, salah satunya diteliti dan dipublikasikan oleh Raman, Malik, dan Hamrun (2015) yang meneliti

Dengan cara tersebut partikel-partikel yang berada di dalam air akan menjadi suatu gumpalan yang lebih besar lalu me- ngendap.. Baru kemudian air di bagian atas yang

Sementara sisanya sebanyak 21 orang (70%) belum memenuhi KKM. Hasil observasi data awal yang diperoleh kemudian dianalisis dan dilakukan refleksi serta dikonfirmasikan

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah intensi turnover atau disebut juga “Variabel Y” yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Sugiyono, 2009: 59).. Variabel